I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang
terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai
arteri otak (Sylvia A Price, 2006)
B. Etiologi
1. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung (pada kasus aritmia, miocard infark, kelainan katup) yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebral.
2. Thrombosis
Oleh karena atherosklerosis, Hypercoagulasi pada polysitemia, arteritis.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya.
3. Perdarahan
Pecahnya pembuluh darah otak terjadi pada hipertensi, malformasi arteri atau
vena.
4. Spasme
Terjadi spasme pada pembuluh darah diotak sehingga terjadi iskemia jaringan
Faktor resiko pada pasien stroke
1. Non reversible/tidak dapat diubah (meliputi usia, ras, keturunan dan jenis
kelamin)
2. Reversible/dapat diubah (Hipertensi, penyakit jantung, polisitemia, infeksi, lipid
abnormalitas, obesitas, kontrasepsi oral, infeksi, Diabetes Melitus )
55
Klasifikasi Stroke
1. Berdasarkan proses patologinya stroke dibagi menjadi dua yaitu:
a. Stroke Hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak . Umumnya terjadi saat
melakukan aktifitas. Penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi
yang tidak terkontrol.
b. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia , emboli, spasme, ataupun thrombus pembuluh
darah otak. Terjadi setelah istirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak
terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema
otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
2. Berdasarkan perjalanan penyakitnya stroke dibagi menjadi tiga yaitu:
a. TIA(Trans Iscemia attack)
Yaitu gangguan neuroligis sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja
dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke Involution
Stroke yang masih terjadi terus berkembang dimana gangguan yang
muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan
dalam waktu 24 jam sampai ±3 minggu.
c. Stroke komplit
Gangguan neurologis yang timbul bersifat menetap atau permanen.
56
C. Patoflow
STROKE NON HEMORAGIK STROKE HEMORAGIK
Infark
DEFISIT NEUROLOGI
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap, INR, PTT,APTT, Natrium, Kalium,
ureum, kreatinin, CK, CK-MB, CRP, viskositas plasma, profil lipid, gula darah,
asam urat, ureum creatinin, waktu pembekuan, AGD, elektrolit.
2. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
3. MRI Kepala untuk adanya edema, infark, hematoma, dan bergesernya struktur
otak
4. Lumbal pungsi: Jika diduga penyebab strokenya karena perdarahan atau infeksi
meningofaskular.
58
5. Angiografi serebri untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas
mengenai pembuluh darah yang terganggu
6. Pemeriksaan EKG dan rongent thoraks : untuk melihat adanya kelainan irama
jantung seperti atrial fibrilasi yang dapat meningkatkan resiko pembentukan
thrombus
7. EEG (Electro Encephalo Graphy): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
8. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
thrombosis serebral.
9. Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rupture
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan umum
Jaga kepatenan jalan nafas, atur posisi kepala elevasi 30 derajat, lakukan
tirah baring, ubah posisi setiap tiap 2 jam
Pantau tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan TIK
Koreksi kelainan gas darah
Pertahankan masukan kalori dan keseimbangan cairan/elektrolit
2. Obat obatan khusus
a. Stroke non hemoragik
- Antiedema diberikan pada 5 hari pertama pada stroke hemoragik dan
non hemoragik
- Jika terdapat kejang berikan diazepam 5-20 mg IV perlahan (3 menit)
maksimal 100 mg perhari dan dilanjutkan pemberian antikonvulsan
peroral .
- Pemberian obat-obat simptomatis: jika terjadi nyeri kepala,
mual/muntah :natrium nitropruside, golongan alfa-beta bloker, ACE
inhibitor atau antagonis kalsium
- Jika tekanan intrakranial meningkat: berikan manitol bolus IV 0,25
sampai 1 g/kgBB per 30 menit, bila dicurigai fenomena rebound
59
(keadaan umum memburuk) dilanjutkan0,25g/kg per 30 menit setiap 6
jam selama 3-5 hari.
- Jika terdapat hiperglikemia (>150 mg%) harus dikoreksi sampai batas
gula darah sewaktu dibawah 150 mg% dengan insulin
- Jika hipoglikemia (<60 mg% atau <80 mg% dengan gejala) harus diatasi
segera dengan memberikan dekstrosa 40% intravena sampai normal
- Pemberian obat anti trombotik
- Pemberian obat neuroprotektor : dapat diberikan citicolin, pirasetam,
atau nimodipin.
b. Stroke hemoragic
- Anti edema seperti pada stroke nonhemoragik
- Antifibrinolitik: diberikan pada perdarahan subaracnoid
- Rebleeding: tranexamic acid 1,1,0,5 g/hari, selama 7-10 hari
- Antagonis kalsium (nimodipin) seperti pada stroke non hemoragik.
- Meuroprotektor: Kecuali yang bersifat vasodilator
3. Tindakan pembedahan
Tindakan pembedahan dilakukan dengan memperhatikan : status klinis pasien,
volume perdarahan, letak lesi, usia dan dukungan keluarga.
Tindakan pembedahan yang biasa dilakukan antara lain:
a. Craniotomi dekompresi
Dilakukan kraniotomi untuk evakuasi hematoma
b. Eksternal ventrikuler drainase
c. Dekompresi cerebellum
d. Clipping aneurisme
G. Komplikasi
1. Komplikasi akut berupa edema serebri, peningkatan TIK dan kemungkinan
herniasi, pneumonia aspirasi dan kejang.
2. Komplikasi subakut, yaitu pneumonia, trombosis vena dalam dan emboli
pulmonal, infeksi traktus urinarius, luka dekubitus, kontraktur, spasme,
masalah sendi dan malnutrisi.
60
II. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Stroke
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Nyeri kepala
b. Pusing
c. Diplopia
d. Mual muntah
e. Tidak nafsu makan
f. Sulit menelan
g. Sulit bernafas
h. Sulit batuk
i. Pandangan kabur/ganda
j. Pasien tidak mampu bicara
k. Kesemutan/baal pada wajah, lengan dan kaki
l. Emosi labil
m. Pasien mengatakan baal
n. Pandangan kabur/dobel
o. Pasien mengatakan frustasi
p. BAK tidak tuntas
q. Mengeluh ngompol
r. Pasien mengatakan mudah marah
s. Kurang konsentrasi
2. Data obyektif
a. Kaku kuduk
b. Penurunan kesadaran
c. Peningkatan tekanan darah
d. Refleks cahaya melambat
e. Edema papil
f. Tekanan darah meningkat
g. Reflek pupil melambat
h. Reflek babinski (+)
i. Stridor
61
j. Lidah jatuh
k. Muntah
l. Ronchi
m. RR meningkat
n. Kurang motivasi
o. Emosi labil
p. Kurang kerjasama
q. Hemiparesis
r. Hemiplegia
s. Disartria(kesulitan membentuk kata)
t. Dysfagia
u. Apasia
v. Kelemahan motorik bicara
w. Reflex babinski positif
x. CT Scan: adanya gambaran infark/perdarahan
y. Kelemahan pada otot lidah
z. Kelemahan pada otot wajah
B. Diagnosa dan Intervensi
Diagnosa keperawatan 1
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan reflek menelan,
penurunan kesadaran, imobilisasi
Data subyektif:
Pasien mengeluh sulit bernafas
Pasien mengatakan sulit batuk
Data obyektif:
Kesadaran menurun
Stridor
Lidah jatuh
Ronchi
RR meningkat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan jalan nafas kembali efektif
62
Kriteria Hasil
1. Tidak ada sesak nafas
2. Stridor tidak ada
3. Ronchi tidak ada
4. RR 16-20x/mnt
Intervensi keperawatan
1. Kaji tanda obstrusi trakheobronkhial
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Lakukan suction dengan tehnik yang benar
4. Cegah lidah jatuh kebelakang
5. Beri penkes tanda- tanda obstruksi trakheobronkhial seperti adanya stridor
6. Libatkan keluarga untuk membantu mengatur posisi kepala elevasi 30 derajat
dan mencegah lidah jatuh kebelakang
Kolaborasi
7. Untuk tindakan inhalasi dan pemberian bronkodilator
Diagnosa keperawatan 2
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
otak
Data subyektif:
Pasien mengatakan nyeri kepala
Pasien mengatakan pusing
Pasien mengatakan pandangan kabur/ganda
Pasien mengatakan mual
Data obyektif
Tekanan darah meningkat
Kesadaran menurun
Reflex pupil melambat
Reflex babinski +
Hasil CT Scan tampak lesi perdarahan/edema
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan perfusi jaringan serebral adekuat
63
Kriteria Hasil
1. Nyeri kepala hilang
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Kesadaran membaik
4. Refleks pupil ada
5. Muntah proyektil tidak ada
Intervensi keperawatan
1. Kaji tingkat kesadaran
2. Ukur tanda tanda vital tiap 3-4 jam
3. Monitor balance cairan dan diuresis
4. Kaji tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial seperti : muntah proyektil,
papil edema, reflek pupil melambat
5. Tingkatkan suplai oksigen ke otak dengan mempertahankan jalan nafas adekuat,
HB dalam batas normal, cegah hipo/hipertensi
6. Turunkan kebutuhan oksigen dengan elevasi kepala 30 derajat, kurangi aktifitas,
klien bedrest
7. Berikan penkes tentang pentingnya mempertahankan lingkungan yang nyaman
dan tenang untuk menurunkan kebutuhan oksigen
8. Libatkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
dengan membatasi jumlah pengunjung
Kolaborasi
9. Pemberian terapi oksigen
10. Pemberian obat diuretik osmosis, dan neuroprotektor
11. Pemeriksaan AGD
Diagnosa keperawatan 3
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,
kelemahan (hemiparese), kelumpuhan(hemiplegia)
Data subyektif
Pasien mengatakan tidak dapat berjalan
Pasien mengatakan kesemutan pada salah satu/kedua sisi tubuh
Data obyektif
Hemiplegia
64
Kekuatan otot menurun
ROM menurun
Gangguan koordinasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan fungsi optimal motorik tercapai
Kriteria hasil
1. Tidak ada kontraktur
2. Kontraksi otot membaik
3. ROM meningkat
Intervensi keperawatan
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik
2. Kaji kekuatan otot
4. Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan mobilisasi baik aktif maupun
pasif
5. Kaji lokasi nyeri/ ketidaknyamanan selama latihan
7. Bantu klien utk mengoptimalkan gerak sendi pasif maupun aktif.ukur tekanan
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk program latihan
Diagnosa perawatan 4
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara di otak, kehilangan kontrol tonus otot facial/oral.
Data Subyektif
Keluarga mengatakan pasien tidak mampu bicara
Data Obyektif
Kelemahan motorik bicara
Apasia
Disartria
65
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan komunikasi dapat dilakukan dengan cara verbal maupun non verbal
Kriteria Hasil
1. Penggunaan isyarat
2. Penggunaan bahasa tulisan, gambar
3. Peningkatan bahasa lisan
Intervensi keperawatan
1. Kaji tingkat kemampuan bicara pasien
2. Lakukan komunikasi dengan bahasa yang jelas, sederhana bila perlu diulang
3. Dengarkan dengan tekun ketika pasien berusaha bicara
4. Gunakan metode komunikasi tulisan, gambar
5. Jelaskan pentingnya latihan otot bicara secara optimal
6. Libatkan keluarga utk memahami pesan klien
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara untuk latihan bicara
Diagnosa keperawatan 5
Gangguan persepsi sensori kognitif, visual, auditori, kinestetik berhubungan dengan
disfungsi persepsi visual, auditori dan penurunan sensori
Data subyektif
Pasien mengatakan baal
Pasien mengatakan pandangan kabur/dobel
Pasien mengatakan kurang konsentrasi
Data obyektif
Disorientasi terhadap waktu, tempat, orang
Perubahan perilaku
Kesadaran menurun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan persepsi dan kesadaran akan orang, tempat, waktu dan lingkungan dapat
dipertahankan
Kriteria Hasil
1. Kesadaran membaik
2. Tidak ada disorientasi baik orang, waktu, ruang
66
3. Konsentrasi membaik
4. Baal hilang/berkurang
Intervensi keperawatan
1. Kaji tingkat kesadaran, GCS
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Kaji adanya gangguan persepsi: penglihatan, pendengaran, taktil dsb
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, jauhkan dari barang-barang yang
membahayakan, batasi pengunjung dan tingkatkan istirahat
5. Beri penkes pentingnya menggunakan sisi tubuh yang lemah/parese untuk
mencegah atropi
6. Lakukan orientasi realita (waktu, orang, tempat,dan lingkungan)
7. Libatkan keluarga untuk membantu mengorientasikan pasien terhadap waktu,
ruang, orang dan lingkungan
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan petugas fisioterapi untuk melatih fungsi motorik dan sensorik
klien
Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan, gangguan
neuromuskuler, kerusakan mobilitas fisik
Data subyektif
Pasien mengatakan lemas
Pasien mengatakan mudah lelah
Pasien mengatakan sulit bergerak
Data obyektif
Hemiparase
Hemiplegia
Kekuatan otot menurun
Kebutuhan ADL dibantu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan ADL terpenuhi
Kriteria Hasil
1. Kekuatan otot berangsur meningkat
67
2. Kebersihan badan terjaga
3. Kebutuhan sehari-hari (ADL) terpenuhi
Intervensi keperawatan
1. Kaji kemampuan ADL pasien
2. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Ajarkan cara memenuhi kebutuhan ADL secara bertahap
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan ADL
5. Beri kesempatan pasien untuk memenuhi kebutuhannya sesuai kemampuan
6. Beri umpan balik positif untuk setiap usaha yang dilakukan
kolaborasi
7. Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi/fisioterapi
Diagnosa keperawatan 7
Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status
kesehatan, harapan yang tidak terpenuhi
Data subyektif
Pasien mengatakan frustasi
Pasien mengatakan mudah marah
Data obyektif
Kurang motivasi
Emosi labil
Kurang kerjasama
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan koping individu kembali efektif
Kriteria Hasil
1. Pasien dapat mengidentifikasi situasi yang membuat stress
2. Pasien kooperatif
3. Tidak ada gangguan tidur, gangguan konsentrasi
Intervensi keperawatan
1. Kaji kemampuan pasien untuk menyatakan perasaan, perhatian, dan keinginan
berpartisipasi dalam pengobatan
2. Catat adanya gangguan tidur, peningkatan keletihan, gangguan konsentrasi,
peka rangsang, dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah
68
3. Ajarkan pasien untuk mengidentifikasi stress dan cara mengatasinya
4. Libatkan pasien dan keluarga untuk berpartisipasi maksimal dalam perencanaan
pengobatan
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan psikolog/psikiater
Diagnosa keperawatan 8
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, kerusakan otot menelan
Data subyektif
Klien mengatakan mual
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan sulit menelan
Data obyektif
Kelemahan pada otot lidah
Kelemahan otot wajah
Muntah
Makan habis : ¼, ½, ¾. 1 porsi
Pasien terlihat kesulitan menelan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil
1. Mual muntah tidak ada
2. Tidak ada gangguan menelan
3. Makan habis 1 porsi
Intervensi keperawatan
1. Kaji pola makan pasien sebelum dan sesudah sakit
2. Kaji kemampuan menelan pasien, keluhan mual muntah
3. Berikan makanan lunak/cair untuk mempermudah klien mengunyah dan
menelan
4. Berikan penkes pentingnya nutrisi untuk mempercepat penyembuhan
5. Libatkan keluarga untuk membantu memberi makan pasien
Kolaborasi
69
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang
dibutuhkan
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti muntah, pemasangan NGT
8. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk latihan otot-otot menelan
Diagnosa keperawatan 9
Gangguan eliminasi BAK: inkontinensia urin berhubungan dengan kelemahan otot
dasar panggul, lesi neuron motorik bagian atas
Data subyektif
Pasien mengeluh sering BAK tetapi tidak tuntas
Pasien mengeluh ngompol
Data Obyektif
Pasien terlihat mengompol
Pasien terlihat sering BAK
Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan gangguan eliminasi BAK: inkontinensia urin teratasi
Kriteria hasil
1. Klien tidak mengompol
2. Klien tidak terlihat sering BAK
3. Tidak ada suara redup pada kandung kemih
Intervensi keperawatan
1. Kaji pola eliminasi BAK pasien: frekuensi, jumlah, kekuatan dorongan)
2. Beri cairan adekuat (2-2,5 liter/hari) jika tidak ada kontra indikasi
3. Monitor balance cairan dan diuresis
4. Jelaskan dan ajarkan pasien tentang pentingnya latihan bladder training
5. Ajarkan pasien untuk latihan perineal atau kegel’s exercise untuk membantu
menguatkan kontrol muskuler (jika di indikasikan)
6. Libatkan keluarga untuk memotifasi klien melakukan bladder training dan kegel
exercise
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi untuk latihan motorik pasien
70
Diagnosa Keperawatan 10
Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatannya berhubungan
dengan kurang paparan dan keterbatasan kognitif
Data subyektif
Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
Pasien mengatakan bingung
Data Obyektif
Pasien tampak bingung
Pasien terlihat sering bertanya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria Hasil
1. Pasien dan keluarga secara verbal mengungkapkan pemahamannya tentang
penyakit, prognosa, dan pengobatan yang harus dijalani
2. Pasien terlihat kooperatif
Intervensi keperawatan
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan pengobatan yang harus
dijalani
2. Berikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan yang harus dijalani pada
pasien stroke
3. Beri kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya
4. Evaluasi respon verbal pasien dan keluarga setelah dilakukan penyuluhan
5. Libatkan pasien dan keluarga dalam pengobatan
Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan tentang penyakit, penyebab,
tanda dan gejala, pengobatan yang harus dijalani dan cara pencegahan.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penjelasan diet yang harus dijalani
C. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan
dan juga diartikan dengan memberikan asuhan keperawatan yang nyata dan
71
langsung. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien stroke sesuai dengan
perencanaan yang dibuat dan berdasarkan prioritas.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan yang telah dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dapat menunjukkan empat
kemungkinan yang akan menentukan langkah asuhan keperawatan selanjutnya :
1. Masalah dapat teratasi seluruhnya
2. Masalah dapat teratasi sebagian
3. Masalah tidak teratasi
4. Timbul masalah baru
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif :
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dilaksanakan secara terus menerus untuk menilai kemajuan dalam
mencapai tujuan. Dalam melakukan evaluasi formatif dapat dilihat pada catatan
perkembangan pasien setelah perawat melaksanakan tindakan keperawatan
pada pasien. Selain itu evaluasi harus berpedoman pada tahap selanjutnya.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dibuat setelah beberapa tujuan dari yang diharapkan pasien
tercapai. Evaluasi sumatif asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke
sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
72