Anda di halaman 1dari 7

LOGBOOK

PENERAPAN LATIHAN RELAKSASI NAFAS DALAM PADA NY.S DENGAN


TUMOR COLLI TERHADAP MASALAH KEPERAWATAN:
NYERI AKUT DI RUANG AZZAHRA II
RS.ISLAM JEMURSARI SURABAYA

DISUSUN OLEH :
NINING KHOIRUN NISA’
1120018009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
LOGBOOK

Judul : Penerapan Latihan Relaksasi Nafas Pada Ny.S Dengan Tumor Colli
Terhadap Masalah Keperawatan: Nyeri Akut Di Ruang Azzahra II RS.
Islam Jemursari Surabaya

Nama klien : Ny.S


No.RM : 292xxx
Diagnosa Medis : Tumor Colli
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
Tindakan : Relaksasi nafas dalam

A. Riwayat penyakit
1. Pengkajian
Penyakit berat yang pernah diderita pasien adalah gastritis sejak 1
tahun terakhir, tidak memiliki riwayat hipertensi. Keluhan utama saat MRS
adalah nyeri pada benjolan leher kiri bawah. Riwayat keluhan utama adanya
benjolan di leher kanan bawah sudah 1 bulan, nyeri hilang timbul, jika nyeri
timbul terasa menjalar ke kepala hingga terasa sangat pusing dengan skala
nyeri 4 dan nyeri juga dirasakan saat menoleh ke arah kiri. Riwayat keluhan
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis, terpasang infus RL
14 tpm sebelah kiri, GCS: 15 E:4 V:5 M:6.
Pada sistem pernafasan (B1:Breathing)
Tidak tampak pernafasan cuping hidung, tidak ada alat bantu pernapasan,
tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid, ada benjolan
sebesar kelereng di leher kanan bawah, bentuk dada simetris, tidak ada suara
napas tambahan, RR: 19x/menit, SPO2: 98%.
Pada sistem kardiovaskular (B2:Bleeding)
suara jantung s1 s2 tunggal, tidak ada suara tambahan, tidak ada edema pada
ekstremitas atas dan bawah, TD: 130/80 mmHg.
Pada sistem persyarafan (B3:Brain)
Kesadaran pasien composmentis, GCS: 15 E:4 V:5 M:6, sklera putih,
konungtiva merah muda, pupil isokor, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada gangguan pada persepsi sensori pendengaran, penciuman,
pengecapan, dan perabaan. Pada penglihatan kiri dan kanan baik
Pada sistem perkemihan-eliminasi uri (B4:Bladder)
Produksi urin pasien 800ml/hari, warna kuning jernih
Pada sistem pencernaan- eliminasi alvi (B5:Bowel)
Tidak ada nyeri telan, abdomen simetris, tidak terdapat benjolan dan nyeri
tekan pada abdomen, suara tympani, bising usus terdengar 17x/menit, BAB
1x/hari dengan konsistensi padat.
Pada sistem muskuloskeletal (B6:Bone)
Kemampuan menoleh ke kiri terbatas dikarenakan nyeri akibat benjolan di
leher kanan bawah, terjadi penurunan kekuatan otot, hemiparesis (satu sisi
tubuh menjadi lemah namun tidak sepenuhnya lumpuh), kulit teraba hangat,
dan turgor baik.
2. Masalah Keperawatan/ Diagnosa
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (tumor colli) pre op.excisi
b. anxietas b.d ancaman pada status terkini
c. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
3. Intervensi (pilihan)
Mengajarkan pasien untuk melakukan latihan relaksasi nafas dalam
a. Indikasi:
1). Pasien yang mengalami nyeri akut/kronis sehingga mengganggu rasa
nyaman
2). Pasien dengan gangguan obstruksi paru dan restriktif
3). Pasien dengan hipoventilasi
b. Konraindikasi:
1). Penyakit jantung
2). Nyeri semakin meningkat
3). Hemoptisis (batuk darah)
4). Serangan asma akut
5). Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang
4. Prinsip tindakan: Berdasarkan EBN
a. Pengertian latihan relaksasi nafas dalam
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis
(Ramdhani, 2014). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu
bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan
kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningktkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
(Smeltzer & Bare, 2012).
b. Tujuan latihan relaksasi nafas dalam:
Menurut jurnal profesi keperawatan, Akademi keperawatan
Krida Husada Kudus (2017), Teknik relaksasi nafas dalam dapat
menurunkan nyeri kepala melalui mekanisme dengan merelaksasikan
otot-otot seklet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatkan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh
darah ke otak dan meningkatkan aliran darah ke otak dan mengalir
ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic, teknik relaksasi
nafas dalam juga mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid
endogen yang endorphin dan enkefalin.
c. Faktor-faktor yang memengaruhi teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan nyeri
Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri
melalui mekanisme yaitu:
1). Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme
yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke
daerah yang mengalami spasme dan iskemik.
2). Teknik relaksasi nafas dapat dipercayai mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan opiod endogen yaitu endorphin dan
enkefalin.
3). Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat
Relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak
membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja
atau sewaktu-waktu.
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi
terletak pada fisiologi sistem yaraf otonom yang merupakan bagian
dari sitem syaraf perifer yang mempertahankan homeostasis
lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator
kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan
merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokontriksi
yang akhirya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai
efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah,
mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme
otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri (Setyoadi, 2012).
d. Prosedur Pelaksanaan
PROSEDUR PELAKSANAAN DENGAN STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK RELAKSASI
NAFAS DALAM
Langkah-langkah:
A. Tahap Pra Interaksi
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji dan cek keadaan dan kebutuhan pasien
3. Siapkan peralatan
4. Kaji inspirasi dan validasi serta eksplorasi perasaan pasien
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam dan panggil nama pasien
2. Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada pasien
3. Memperkenalkan diri
4. Bina hubungan saling percaya
5. Menjelaskan tujuan
6. Menjelaskan langkah prosedur yang akan dilakukan
7. Menyepakati waktu yang akan digunakan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Menjaga privasi pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu
tangan di abdomen
4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
6. Meminta asien menahan nafas hingga 3 hitungan
7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut, bibir seperti meniup)
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi dari otot
9. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Rapikan peralatan/rapikan pasien
2. Observasi respon/evaluasi pasien setelah tindakan
3. Cuci tangan
4. Dokumentasi hasil dan tindakan yang dilakukan

5. Komplikasi mekanis
Risiko yang dapat terjadi saat tindakan maupun sesudah tindakan:
a. Kelelahan/keletihan
b. Sesak nafas
c. Nyeri berat

6. Hasil yang didapatkan


Setelah dilakukannya latihan relaksasi nafas dalam selama 3 hari ,
pasien mengtakan nyeri kepala berkurang, dan dapat melakukan latihan
relaksasi nafas dalam secara mandiri atau secara perlahan.
7. Kompetensi yang tercapai
Tindakan keperawatan pada gangguan sistem neuromuskular dengan
kompetensi melakukan dengan melakukan latihan relaksasi nafas dalam
pada stase keperawatan medikal bedah tercapai sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan.
8. Evaluasi diri
a. Beberapa kali lupa untuk prosedur latihan relaksasi nafas dalam
b. Kurang percaya diri pada waktu awal mengajak latihan relaksasi nafas
dalam
c. Kurang persiapan diri waktu pertama kali mengajarkan latihan relaksasi
nafas dalam
9. Referensi
Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Alih Bahasa:
Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
Cahyanti, Luluk. (2017). Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Pada Pasien Hipertensi untuk Mengurangi Nyeri Di RSUD
Dr.Loekmono Hadi Kudus. Jurnal profesi keperawatan Akademi
keperawatan Krida Husada Kudus. Vol. 4 No. 2 Juli 2017. P-ISSN
2355-8040
Setyoadi, Kushariyadi. (2012). Terapi modalitas keperawatan pada klien
psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika
Manzahri. (2017). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dapat Menurunkan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Op Section Caesarea. Jurnal ilmu
kesehatan, volume 6 No 2 Januari 2017.
Yusrizal, Zarni Zamzahar. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
dan Masase Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Pasca
Apendiktomi di Ruang Bedah RSUD Dr. M.Zein Pain. Jurnal
Keperawatan, volume 8 No 2, Desember 2012 : 138-146

Anda mungkin juga menyukai