Anda di halaman 1dari 13

Insomnia

Menurut
Ilmu Faal
Anggota Kelompok :
• M. Andra ramadhan arrahman (6022210055)
• Khatlya Shafa Hendriani (6022210074)
• Zeta Mahardika (6022210087)
• Rahayu Sumarno (6022210093)
• Audrey Meiliana Ibrahim Siregar (6022210094)
• Maria Cristabel Monalisa Siagian (6022210096)
• M. Alif Sudrajat (6022210101)
01 Neil r. Carlson, fisiologi perilaku , jilid pertama , 2012

Daftar 02 Wira tirta, terapi cahaya solusi aman atasi insomnia depok
2020

pustaka 03 Nurdinda fitriyana, terapi seft pada remaja dalam upaya


peningkatan pada kualitas tidur pada kasus insomnia ,karya
tulis ilmiah ,universitas muhammadiyah magelang 2021

04 Itto nesyia nasution, hubungan kontrol diri dengan


perilaku sulit tidur (insomnia), pekanbaru 2017
INSOM
Mengapa Insomnia
termasuk dalam kategori
gangguan?
Insomnia bukanlah penyakit, melainkan gangguan. Insomnia
dapat disebabkab oleh depresi, nyeri, sakit, atau bahkan
antisipasi bergairah terhadap peristiwa menyenangkan.
Terkadang, insomnia disebabkan oleh apnea tidur, yang
kerap kali dapat disembuhkan melalui pembedahan atau
diterapi dengan masker yang disalurkan udara bertekanan.
Kaitan Insomnia
dengan Psikologi
insomnia dan gangguan mental memiliki hubungan yang erat. bahkan, insomnia
dan gangguan tidur termasuk di dalam kriteria diagnostik gangguan mental.
maka dari itu, jika tidur kita kurang maka cenderung memiliki reaktifitas
emosional yang meningkat. hal tersebut menyebabkan reaksi kita terhadap hal
lain menjadi berlebihan, ketimbang tidur dengan cukup. contohnya, ketika kita
mendapat sebuah deadline tugas oleh dosen cenderung reaksi yang
dikeluarkan adalah negatif. dan karna adanya reaksi emosional negatif yang
meningkat membuat nya menjadi rentan terkena depresi. Karena berlebihan,
kita jadi tidak baik dalam mempersepsikan kondisi tersebut. Misalnya, kalau kita
ditegur dosen, kita jadi merasa bersalah hingga berhari-hari, sehingga rentan
terkena depresi.

Selain itu, banyak pula penelitian yang menunjukkan bahwa tidur sangat
memengaruhi keberhasilan pemulihan penyakit mental. Jadi, ketika memeriksa
penderita gangguan mental, dokter pun akan menganalisa aspek gangguan
tidurnya. Dengan memiliki tidur yang cukup, pemulihan pasti juga akan lebih
cepat ketimbang jika memiliki gangguan tidur.
Teori yang terikat untuk membantu
menjelaskan gangguan Insomnia

Pengidap insomnia biasanya kesulitan dalam memulai tidur, ini disebabkan oleh adanya
gangguan emosi atau ketegangan serta gangguan fisik. Bangun lebih awal juga dialami oleh pengidap insomnia, yaitu
dapat memulai tidur dengan normal,namun tidur mudah terputus
dan bangun lebih awal dari waktu tidur biasanya, serta kemudian tidak bisa tidur lagi. Gejala
ini sering muncul seiring dengan bertambahnya usia seseorang atau karena depresi
(Lanywati, 2001).

faktor yang mempengaruhi insomnia menurut Akosodan Akoso (2005) adalah stres, gaya hidup, lingkungan, makan
dan minum berlebihan, olahraga terlalu berat atau gaya hidup menetap, kebiasaan tidur, sakit atau gangguan medis,
dan yang terakhir kontrol diri.

Chaplin (2006) mengatakan bahwa kontroldiri adalah kemampuanuntuk membimbing


tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls
Impuls atau
Tingkah Laku
Impulsif Menurut Sarafino (1994) kontrol diri dapat diartikan sebagai keyakinan dalam membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan menghindari hasil yang tidak diinginkan. Burger (1989)
mendefinisikan kontrol diri sebagai kemampuan yang dirasakan dapat mengubah kejadian secara signifikan. Individu
dianggap mempunyai kemampuan dalam mengelola perilakunya. Kemampuan tersebut membuat individu mampu
memodifikasi kejadian yang dihadapinya, sehingga berubah sesuai dengan kemampuannya.

Kontrol diri yang dimiliki penderita insomnia tentulah berbeda dengan orang yang tidak mengalami insomnia. Secara
nyata dapat dikatakan bahwa hidup yang dijalani penderita insomnia sangatlah di luar jalur, terutama mengenai jam
biologisnya. Penelitian menunjukkan bahwa deprivasi tidur ringan selama beberapa hari saja mengganggu kemampuan
berfikir dengan jernih (Van Dongen dkk dalam Durand & Barlow, 2007). Penderita insomnia sudah bertahun-tahun tidak
bisa mendapatkan tidur malam yang baik. Kenyataannya pada saat tubuh tidak mendapatkan istirahat yang cukup, maka
akan sangat mudah sekali tersinggung dalam hal apa pun. Seperti hubungan dengan orang lain akan terganggu,
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan efisiensi serta produktivitas di tempat kerja akan
merosot. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kontrol diri dengan perilaku sulit
tidur (insomnia). Insomnia berasal dari kata in=tidak dan sommus=tidur, bisa menyebabkan seseorang tampak tidak
segar atau lesu di pagi hari (Subandi, 2008). Chaplin(2006) mengatakan insomnia adalah ketidakmampuan yang kronis
untuk tidur.
Menurut PPDGJIII (1993),
SOLUSI
SEFT merupakan suatu terapi Psikologi yang pertama kali
ditujukan untuk melengkapi alat psikoterapi yang sudah ada. SEFT
adalah salah satu varian dari cabang ilmu baru yang dinamai
Energy Psychology (Muthmainnah, 2013). SEFT adalah gabungan
antara Spiritual power dan Energy Psychology (Zainuddin, 2011).

SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan


akupuntur dan akupressur. Ketiga teknik ini berusaha merangsang
titik – titik kunci di sepanjang 12 jalur energi (energi meridian)
tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan kita (Zainuddin,
2012). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
SEFT adalah suatu teknik terapi yang menggunakan energi tubuh
atau energy meridian yang dilakukan dengan memberikan
ketukan-ketukan ringan pada titik- titik tertentu pada meridian
tubuh, sehingga dapat mengatasi masalah fisik serta emosi .
DAPAT MENYEMBUHKAN PENYAKIT-
PENYAKIT FISIK MAUPUN PSIKOLOGIS
TERUTAMA YANG DISEBABKAN OLEH EMOSI

MANFA
MISALNYA MARAH, TAKUT, NGERI, DEPRESI
DAN KESEPIAN.

SANGAT EFEKTIF MENYEMBUHKAN ATAU


MENGHILANGKAN MASALAH PSIKOSOMATIS,

AT
SEPERTI MEROKOK, PHOBIA, TRAUMATIK, LATAH,
MAKAN BERLEBIHAN, KECANDUAN DAN SUKA
MENUNDA PEKERJAAN

TERAPI
MENJAGA WARISAN NENEK MOYANG AGAR
BISA HIDUP HARMONIS DENGAN KEKUATAN
ALAM, MEMPRAKTIKKAN PERSAHABATAN DAN
PERSAUDARAAN ANTAR

(I.09265 SIKI 2018)


RISET
&
DEVELOPM
Universitas Muhammadiyah Magelang
SEFT terdiri dari 3 tahap yaitu :

• The set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat.
Langkah ini untuk menetralisir psychological Reversal atau “perlawanan Psikologis” The Set-Up
terdiri dari 2 aktifitas, yang pertama adalah mengucapkan kalimat doa dengan penuh rasa khusyu’,
ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali, Misal: (saya sedih karena sering marah). Kalimat yang harus
diucapkan adalah,”Ya Allah.....meskipun kepala saya pusing karena sering marah, saya ikhlas,
saya pasrah sepenuhnya kepada-Mu” yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh
perasaan, kita menekan dada kita, tepatnya di bagian Sore Spot (titik nyeri= daerah di sekitar
dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian
Karate Chop (Albi, 2012). Selanjutnya,
• Tune-in, untuk masalah fisik, kita melakukan tune- in dengan cara merasakan rasa sakit yang kita
alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan hati dan mulut kita
berdoa, sedangkan untuk masalah emosi, kita melakukan Tune-In dengan cara memikirkan
sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negative yang ingin
kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut,dsb) hati dan mulut kita berdoa
(Zainuddin, 2012)
• Tapping, adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita
sambil terus Tune-In. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari The Major Energy Meridians,
apabila kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau
rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang
kembali.
TERAPI CAHAYA ATAU
FOTOTERAPI
Terapi cahaya atau fototerapi merupakan metode pengobatan dengan menggunakan cahaya buatan yang
didekatkan ke arah pasien. Pada dasarnya, terapi cahaya memanfaatkan prinsip ritme sirkadian tubuh, yakni
respons adaptasi manusia terhadap siang dan malam. Salah satu teori menyatakan bahwa cahaya secara
alami dapat memicu produksi serotonin, yaitu hormon yang menimbulkan rasa nyaman sehingga penderita
insomnia dapat lebih relaks saat beristirahat. Meskipun demikian, ilmuwan belum bisa memastikan secara
pasti mekanisme dibalik kemampuan terapi cahaya menangani insomnia.

Proses pelaksanaan terapi cahaya cukup mudah. Pasien hanya perlu duduk di dekat alat penghasil cahaya buatan
yang menyerupai sinar matahari alami. Durasi paparan cahaya yang digunakan sangat bervariasi, bergantung
pada kemampuan pengguna dalam menerima terapi cahaya serta intensitas cahaya yang dihasilkan. Selain
itu, alat terapi cahaya cukup fleksibel dibawa ke mana-mana sehingga terapi dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja.

Selain itu, rangsangan cahaya yang diberikan pada terapi ini berkaitan erat dengan ritme sirkadian. Oleh sebab
itu, efektivitas terapi cahaya bagi pasien insomnia tanpa gangguan pola sirkadian masih diragukan. Paparan
cahaya yang lama juga berisiko terhadap kesehatan mata sehingga tidak dianjurkan bagi pasien dengan
masalah pada mata.
TERIMAKASIH

Apakah ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai