Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Insomnia Lansia

1. Pengertian Insomnia Lansia

Insomnia atau gangguan tidur merupakan suatu gangguan tidur yang dialami

oleh setiap orang. Gangguan yang biasa terjadi yaitu kesusahan dalam

mengawali tidur pada malam hari, kuantitas tidur yang tidak sesuai dan lamanya

waktu tidur yang hanya sebentar. Selain itu, masalah insomnia yang biasanya

sering terjadi tersebut berkaitan erat dengan karakter tidur yang tidak adekuat

(Hidayah & Alif, 2016).

Menurut Potter & Perry (2016) Insomnia adalah ketidakcukupan untuk

memenuhi kebutuhan dalam istirahat atau tidur baik secara kualitas maupun

secara kuantitas. Jenis insomnia terdapat tiga macam yaitu tidak bisa memulai

waktu tidur dengan baik, tidak mampu dalam mempertahankan lamanya waktu

tidur atau sering terjaga dan bangun secara tiba – tiba pada malam hari yang

dimana tidak mampu untuk tiudr kembali.

Menurut Lendengtariang (2018) Insomnia atau gangguan tidur adalah suatu

keadaan yang dapat menyebabkan seseorang tidak dapat tidur pulas baik secara

kualitas maupun kuantitas yang sehingga membuat tidur hanya sebentar pada

malam hari dan menyanmpai tidur yang edekuat.


Berdasarkan teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa insomnia adalah

geja kelaian dalam tidur atau tidak mampu untuk mempertahakan dala lamanya

waktu tidur maupun ada waktu atau kesempatan untuk melakukannya.

2. Klasifikasi Insomnia

Menurut Noman (2015) mengklasifikasikan insomnia dalam tiga kategori,

yaitu:

1). Insomnia transient (Insomnia Sementara)

Insomnia sementara merupakan kategori dalam jangka waktu pendek, dan

hanya akan berlangsung sementara. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh

kecemasan, stres, suasana hati yang tidak baik atau berlebihan dan status

kesehatan. Keadaan ini hanya terjadi sementara dan bisa di sembuhkan

dalam keadaan tidur adekuat.

2). Insomnia akut (Insomnia Jangka Pendek)

Insomnia akut merupakan kategori yang terjadi dalam jangka pendek yaitu

sekitar berminggu-minggu dan tidak lebih dari sebulan. Kondisi ini akan

menyerang orang yang sedang mengalami stres, berada dalam lingkungan

yang selalu ramai. Biasanya diakibatkan oleh penyakit yang dialami sejak

lama.

3). Insomnia Kronis (cronic insomnia)

Insomnia kronis merupakan kategori insomnia yang berlangsung sebulan

dan terjadi sampai setahun yang diakibatkan oleh stres berkepanjangan dan

cemas yang berlebihan.


3. Faktor-faktor Penyebab Insomnia

Menurut Munir (2015) faktor-faktor yang menyebabkan insomnia yaitu:

1). Depresi atau kecemasan

Kecemasan disebabkan karena adanya perubahan ketidak seimbangan

kimia yang terjadi didalam otak, sehingga akan menimbulkan rasa

khawatir yang berlebih hingga menyebabkan depresi.

2). Stres

Stres disebabkan karena adanya faktor seperti: memikirkan keluarga,

sekolah, masalah pekerjaan yang membuat pikiran menjadi aktif ketika

ingin memulai tidur pada malam hari.

3). Kondisi medis

Kondisi medis yang tidak baik seperti sesak napas, nyeri kronis, dan

kesehatan lainnya. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya insomnia

yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada tubuh.

4). Obat-obatan

Dalam mengkonsumsi obat-obatan dengan tanpa resep dokter seperti obat

jantung, anti depresan, obat alergi, kortikosteroid dan stimulat dapat

mempengaruhi proses tidur yang dapat menghambat peningkatan kualitas

tidur seseorang.

5). Alkohol, kafein

Mengkonsumsi alkohol dapat mengacaukan pola tidur seseorang,

sedangkan kafein dan nikotin yang merupakan zat yang mengandung


stimulat yang dapat menghambat proses tidur. Faktor yang mempengaruhi

kesulitan tidur salah satunya yaitu kurangnya berolahraga.

4. Gejala-gejala Insomnia

Menurut Horsley et al (2016) gejala insomnia pada umumnya yaitu sulit

untuk memulai waktu tidur, tidak bisa mengatur waktu tidur dengan baik

karena sering terjadi, dan kualitas tidur yang tidak adekuat.

Dan menurut Ramelda (2014) gangguan tidur dapat ditandai dengan:

1). Kesulitan untuk memulai waktu tidur

2). Bangun lebih awal

3). Resah atau gelisah

4). Mengantuk yang berlebihan pada siang hari

5). Sulit mengingat sesuatu

6). Tidak bisa berkonsentrasi dengan baik

7). Mempunyai perasaan yang mudah tersinggung

5. Dampak Insomnia

Menurut Munir (2015) dampak insomnia yaitu:

1). Kelelahan

Tidur dapat memproses mengurangi asam laktat yan menyebabkan

adanya kelelahan. Dengan adanya tidur dapat memulihkan kembali

sistem keseimbangan tubuh setelah bekerja. Maka dari itu, apabila


seseorang mengalami gangguan tidur, asam laktat tidak bisa hilang

secara sempurna sehingga menyebabkan seseorang kelelahan.

2). Sulit untuk berkonsentrasi

Salah satu dampak dari insomnia yaitu: fungsi kognitif. Apabila

seseorang merasa kurang tidur akan menyebabkan otak tidak akan

berkonsentrasi sehingga sangat beresiko pada tubuh.

3). Mengantuk saat beraktivitas di siang hari

Sulitnya tidur pada malam hari menyebabkan rasa ngantuk

berlebihan pada siang hari.

4). Penurunan motivasi

Kurangnya tidur membuat otak tidak mampu berfikir tidak baik

sehingga kurangnya berkonsentrasi dalam pekerjaan sekaligus akan

menurunkan daya motivasi dan menurunkan produktivitas kerjanya.

5). Mudah tersinggung

Insomnia sangat sensitif yang dapat mempengaruhi kesehatan otak

seseorang sehingga akan cenderung mudah tersinggung, marah, dan

mempunyai suasana hati yang tidak baik.

6. Penanganan Insomnia

a). CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

CBT digunakan untuk mengubah pandangan seseorang terhadap

pada dirinya dan lingkungan. Terapi ini bertujuan untuk

meningkatkan rasa kepercayaan diri sehingga dapat menyembuhkan


rasa penderitaan. Perasaan ini didorong oleh dirinya yang dimana

bekerja lebih maksimal disiang hari, melepaskan segala beban

dimalam hari dengan keadaan tenang sehingga tidur pulas.

b). Sleep restriction therapy

Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi

tidur bagi penderita insomnia. Terapi ini akan mengoptimalkan

fungsi tidurnya, walaupun masa tidurnya hanya sebentar tetapi

efisiensi saat bangun dapat merasakan kesegaran.

c). Stimulus control therapy

Stimulus control therapy bertujuan untuk mempertahankan waktu

bangun pagi sipenderita secara regular.

d). Relaxation therapy

Relaxation therapy bertujuan untuk sipenderita merasakan rileks

ketika dihadapkan oleh suatu masalah.

e). Cognitive therapy

Cognitive therapy bertujuan untuk mengidentifikasi sikap dan

kepercayaan sipenderita yang salah mengenai tidur yang diubah

adalah pemikiran dan pemahaman tentang tidur.

f). Imagery training

Imagery training bertujuan untuk mengubah pemikiran penderita

bahwa biasanya sipenderita insomnia mengkonsumsi terlalu banyak

obat-obatan untuk memperoleh kualitas tidur yang maksimal,


padahal dengan mengkonsumsi obat-obatan tersebut dapat

menimbulkan efek.

g). Memijat

Pemijatan bertujuan untuk memperoleh tidur yang nyenyak.

Pemijatan yang dapat dilakukan adalah memijat pada kaki kanan,

dimulai dari jari jari kaki, kemudian telapak kaki, hingga sampai ke

betis, paha, dan pinggang. Kemudian diulangi hal yang sama pada

kaki kiri.

B. Massage Pada Kaki

1. Pengertian Massage Kaki

Massage kaki merupakan tindakan pijat yang dilakukan di daerah kaki,

dengan melalukan massage pada otot-otot besar pada kaki dapat

memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu

mencegah varises. Pada saat melakukan massage pada otot-otot kaki maka

tingkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk mengendurkan

ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah ke jantung.

Massage pada kaki diakhiri dengan massage pada telapak kaki yang akan

merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan

sistem keseimbangan dan membantu relaksasi (Aslani, 2003).

2. Manfaat

Terdapat beberapa manfaat massage kaki yaitu


a. Menimbulkan relaksasi dalam yang dapat meringankan kelelahan

jasmani dan rohani yang dimana sistem saraf simpatis mengalami

penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan turunnya tekanan

darah (Kaplan, 2006).

b. Memperbaiki sirkulasi darah pada otot yang memberikan adanya

pengurangan rasa nyeri dan inflamasi dikarenakan massage

meningkatkan sirkulasi baik darah maupun getah bening (Price,

1997).

c. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung pada setiap

fungsi organ internal yang berdasarkan filosofi aliran energi

meridian massage mampu memperbaiki aliran peredaran energi

(meridian) yang ada didalam tubuh menjadi positif sehingga

memperbaiki energi tubuh yang sudah lemah (Dalimartha, 2008).

d. Mendorong kepada postur tubuh yang benar dan dapat membantu

memperbaiki mobilitas. Otot yang tegang dapat menyebabkan nyeri

dan bergesernya tulang belakang keluar dari posisi normal sehingga

postur tubuh mengalami perubahan, massage berfungsi untuk

menstimulasi saraf otonom yang dapat mengendurkan ketegangan

otot (Perry & potter, 2005).

e. Sebagai bentuk dari suatu latihan pasif yang sebagiannya akan

mengimbangi kurangnya latihan yang aktif karena massage

meningkatkan sirkulasi darah yang mampu membantu tubuh


meningkatkan energi pada titik vital yang telah melemah

(Darlimartha, 2008).

3. Prosedur

Pemijatan ini dilakukan dengan persiapan terlebih dahulu, adapun langkah

yang harus dilakukan menurut Aslani (2003) adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan tempat yang nyaman

Tempat lingkungan massage harus membuat suasana rileks dan

nyaman, pemijat dapat memperhatikan suhu ruangan yang tidak

terlalu panas dan tidak terlalu dingin, selain itu penerangan yang

cukup, permukaan tempat massage yang rata dan nyaman jika

diperlukan gunakan karpet dengan busa karet agar menambah

suasana nyaman pada klien.

b. Menyeimbangkan diri

Ketenangan dan kenyamanan diri adalah hal yang penting jika ingin

memberikan pijatan yang baik. Kenakan pakaian yang tidak

membatasi gerak saat memijat, rilekskan diri dengan meletakkan

kedua tangan dibawah pusar dan rasakan hangat tangan masuk

memasuki daerah pusar kemudaian bukalah mata perlahan-lahan.

c. Efflleurage

Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan

menenangkan saat memulai dan mengakhiri massage, gerakan


bertujuan untuk meratakan minyak esensial dan menghangatkan otot

agar lebih rileks.

d. Massage pada klien

Setelah persiapan diatas dilakukan maka klien telah siap untuk

dilakukan massage (pijat). Prosedur massage ini dilakukan dengan

posisi berbaring dengan menutup bagian klien dengan handuk besar

mulai dari pinggang sampai kaki. Teknik pelaksanaan massage ini

terdapat dalam lampiran.

C. Lansia

1. Pengertian Lansia

Menurut Fatimah (2016), lansia adalah seseorang yang berusia diatas 60

tahun. Lansia merupakan kelompok yang dapat dikategorikan 17 berdasarkan

umur yang sudah memasuki tahap akhir dari fase kehidupan yang mengalami

aging process atau proses penuaan.

Lanjut usia adalah makhluk hidup yang mengalami berbagai perubahan

kumulatif, baik secara penurunan kapasitas fungsional, perubahan degeneratif

pada tulang, kulit, paru-paru saraf, dan jaringan tubuh lainnya yang membuat

kemampuannya terbatas. Lanjut usia juga lebih rentan terkena berbagai macam

penyakit, sindrom dan macam-macam kesakitan lainnya daripada usia dewasa.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan

seseorang yang telah melewati fase kehidupannya sudah berusia diatas 60


tahun yang telah mengalami berbagai macam perubahan fisiologis, perubahan

fisik, kejiwaan, saraf, yang sangat berpengaruh pada penurunan fungsi organ

tubuh.

2. Batasan-batasan Lansia

Menurut WHO (2015), batasan umur pada lanjut usia meliputi

a. Usia pertengahan yaitu usia 45 sampai 59 tahun (middle age).

b. Lanjut usia yaitu usia 60 sampai 74 tahun (elderly).

c. Lanjut usia yaitu usia 75 sampai 90 tahun (old).

d. Usia sangat tua diatas usia 90 tahun (very old).

3. Tipe Lansia

Menurut Nugroho (2000), terdapat beberapa tipe lansia yag bergantung

pada kondisi fisik, lingkungan mental, sosial, karakter dan status

ekonomunya. Tipe tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut:

1). Tipe Arif Bijaksana

Lansia dapat menyesuaikan dengan perubahan zaman, mempunyai

banyak pengalaman, hati yang tegar, ramah, dapat bersosialisasi

dengan baik, sederhana, memenuhi undangan, dermawan, rendah hati

serta menjadi panutan.

2). Tipe Mandiri

Lansia yang mempunyai pekerjaan, mandiri, dapat bergaul, memenuhi

undangan, selalu mecari kegiatan yang baru.

3). Tipe Pasrah


Lansia yang menerima proses penuaan, mau bekerja apa saja dan

mengikuti kegiatan keagamaan.

4). Tipe Tidak Puas

Lansia yang tidak menerima dengan penuaan, mudah tersinggung dan

marah, sulit dilayani, egois, pengkritik, suka menuntut, dan tidak

punya hati yang sabar.

5). Tipe Bingung

Lansia yang merasa kehilangan kepercayaan diri, kehilangan

kepribadian, mider, pasif, tidak mudah bergaul, gelisah, menyesal dan

acuh tak acuh.

4. Proses Menua

Menurut Padilla (2013), Manusia pasti akan mengalami proses menua

secara berangsur-angsur dalam kehidupannya. Proses menua merupakan suatu

perjalanan kehidupan dari waktu ke waktu yang dimulai sejak lahir sampai

memasuki fase terakhir dari masa umurnya didunia, dimulai dari lahir, balita,

sebelum sekolah, sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Proses demikian

biasanya dimulai dengan tahap fisiologis ataupun biologis. Berikut beberapa

proses menua:

1). Teori Biologis

a. Teori cross-linkage (rantai silang) merupakan Perubahan sel yang

terjadi pada lansia berupa kolagen yaitu penyusunan tulang yang

berada antara susunan molekuler, semakin lama kekuatannya akan


meningkat karena bertambahnya umur seseoarng dan akan membuat

reaksi kimia membuat jaringan semakin kuat.

b. Teori Radikal Bebas merupakan teori yang dapat menyebabkan

rusaknya membran sel pada tubuh sehingga mengakibatkan

kemunduran fisik secara perlahan.

c. Teori Genetik merupakan proses menua yang terjadi karena ada

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA

dan setiap sel dan pada saatnya akan dimutasi.

d. Teori Immunologi merupakan sistem imun kurang efektif untuk

mempertahankan diri sehingga menyebabkan virus mudah masuk ke

dalam tubuh.

2). Teori Psikososial

a. Teori Integritas Ego merupakan teori yang dapat mengidentifikasi

terhadap tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap tahap

perkembangan pada lansia.

b. Teori Stabilitas Personal merupakan Kepribadian dibentuk pada

masa anak-anak dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan radikal

pada usia tua bisa mengidentifikasi penyakit otak.

3). Teori Teori Sosiokultural

a. Teori pembebasan (disengagement theory) merupakam

bertambahnya umur secara terus-menerus untuk melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya, diantara lainnya yaitu hambatan kontak sosial,

berkurangnya komitmen, dan hilangnya peran.


b. Teori aktifitas merupakan proses menua yang baik bisa dilihat dari

seorang lansia yang bisa merasakan suatu kepuasan setelah

beraktifitas dan bis bertahan selama mungkin dalam melakukan

aktifitas.

4). Teori Konsekuensi Fungsional

Teori ini merupakan Pengaruh fungsional pada lanjut usia sangat berkaitan

pada perubahan akibat bertambahnya usia.

5. Gejala-gejala kemunduran fisik

Menurut Setianto (2017) terdapat gejala-gejala kemunduran fisik yaitu:

Rambut kepala berubah menjadi putih, pendengaran dan penglihatan

berkurang, wajah keriput, kulit mengendur, dan terdapat garis-garis yang

menetap, gigi mulai lepas (ompong), nafsu makan menurun, penciuman

mulai berkurang, gerakan lambat, mudah lelah, mudah terjatuh, dan pola

tidur yang tidak adekuat

6. Gejala-gejala kemunduran kognitif

Menurut Setianto (2017) terdapat gejala-gejala kemunduran kognitif yaitu:

a. Mudah lupa dan kesulitan mengingat

b. Sulit menerima ide-ide baru.

c. Penurunan kesadaran.

d. Ingatan tentang masa lalu lebih baik dari pada ingatan pada hal yang

baru dilaksanakan
7. Perubahan fisiologis pada lansia

1). Perubahan pada kardiovaskuler yaitu Elastis dinding aorta mengalami

penurunan, lemak sub endocard menurun, penurunan jumlah sel pada

pacemaker, dan penurunan elastisitas pada dinding vena.

2). Perubahan gastrointestinal yaitu rongga mulut, lambung dan

esophagus.

3). Perubahan sistem respiratori

a. Hilangnya silia dan penurunan refleks muntah dan batuk juga

dapat merubah keterbatasan fisiologis serta kemampuan untuk

melindungi sistem pulmonal dalam tubuh.

b. Penurunan kekuatan pada sistem nafas serta atrofi sistem nafas

menimbulkan risiko kelelahan pada sistem pernafasan dalam

tubuh lansia.

4). Perubahan pada sistem muskuloskeletal yaitu menurunnya kekuatan

otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot (atropi otot). Selain

itu otot mengalami penurunan kekuatan karna bertambahnya usia., dan

Kekuatan otot ekstrimitas bawah berkurang 40% antar usia 30-80

tahun.

5). Perubahan sistem integument adalah Keriput yang terjadi pada lanjut

usia disebabkan karena berkurangnya jaringan lemak dalam tubuh,

kulit kering dan tidak elastis diakibatkan karena penurunan cairan dan
hilangnya jaringan adipose, kelenjar sudorifeous atau kelenjar yang

mampu memproduksi keringat sudah tidak bisa berfungsi dengan baik

sehingga lansia tidak terlalu tahan dengan temperature suhu yang

terlalu tinggi atau terlalu rendah. Peredaran darah pada lansia juga

menurun hingga menyebabkan berbagai macam konflik masalah pada

kulit, seperti bintik-bintik hitam, pucat, produksi pigmen menurun

sehingga kulit lansia mudah terluka dan rapuh.

6). Perubahan sistem neurologi

Setelah usia makin tua akan banyak perubahan pada sistem saraf salah

satunya: berat otak menurun, semua sistem saraf akan mengalami

kelemahan, jawaban merespon akan terhambat, waktu berfikir

menurun, mengecilnya saraf penciuman serta tidak bisa tahan terhadap

perubahan suhu, daya sensitif ketika disentuh berkurang, reflek tubuh

semakin berkurang, membuat dewasa lanjut cepat mengalami

kepikunan.

7). Perubahan sistem genetourinari

Kotoran yang berasal dari saluran darah akan dipindahkan oleh ginjal

akan tetapi karena faktor bertambahnya usia maka ginjal beroperasi

kurang efisien. Kondisi kronik seperti hipertensi atau diabetes.

8). Perubahan sistem sensori (panca indra)

Proses penuaan (aging process) mengalami perubahan pada sel-sel

tubuh yang bisa dengan otomatis membuat fungsi indera mengalami

penurunan dengan sendirinya.


8. Perubahan Patofisiologis pada lansia

1). Perubahan dan konsekuensi sistem kardiovaskuler yaitu Penyakit

jantung coroner, penyakit vaskuler perifer, penyakit katup jantung,

darah tinggi (hipertensi), dan disritmia.

2). Perubahan dan konsekuensi sistem respirstori yaitu (1) Imobilisasi:

efusi pleura, pneumothorak, tumor paru, (2) Volume dan kapasitas paru

menurun, (3) Gerakan pernafasan: dangkal, sesak nafas, otot lemah. (4)

Distribusi gas: penumpukan udara dalam alveolus. (5) Gangguan

transportasi gas. (6) Penyakit yang terjadi: pneumonia, tuberkolosis

paru, penyakit paru obstruksi menahun, karsinoma paru.

3). Perubahan dan konsekuensi sistem gastrointestinal yaitu

a. Produksi saliva menurun.

b. Pada usia 60 sampai 70 tahun akan terjadi gangguan refluks disease

atau motilitas otot polos pada esophagus.

c. Gejala: biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan pada lansia,

mualmual, dan perasaan tidak nyaman pada perut.

d. Fungsi ludah sebagai pelicin berkurang.

e. Kadar selulosa menurun.

f. Penurunan fungsi kelenjar pencernaan.

g. Intoleransi terhadap berbagai macam makanan terutama yang

berlemak.

h. Penyakit yang sering di derita: gastritis, ulkus peptikum.


i. Tingkat komplikasi (perforasi), cukup tinggi kurang lebih 50% pada

usia diatas 70 tahun

4). Perubahan dan konsekuensi sistem muskuloskeletal yaitu penyakit

sendi degeneratif, nyeri punggung, nyeri tungkai dan nyeri lutut, nyeri

bagian bokong, nyeri pada leher, nyeri pada bahu, dan nyeri pada kaki.

5). Perubahan dan konsekuensi sistem penglihatan

a. Lansia mengalami perubahan pada lensa mata dan kehilangan

elastisitas serta kekakuan, kehilangan tonus, dan terjadi kelemahan

pada otot penyangga lensa.

b. Lensa mata pada lansia sering terjadi presbiopi (old sight).

c. Daya akomodasi atau ketajaman pada penglihatan lansia berkurang

dari jarak jauh atau jarak dekat

6). Perubahan dan konsekuensi sistem integument

a. Lansia akan mengalami atropi pada kulit seperti: tidak elastis,

kendur, berkerut, kering dan keriput.

b. Atrofi glandula sebasea dan sudorifera.

c. Lapisan epidermis.

d. Timbul pigmen coklat pada kulit.

7). Perubahan dan konsekuensi sistem neurologi merupakan Usia yang

semakin menambah akan terjadi perubahan yang dapat dipicu dari

gangguan inisiasi dan stimulasi yang mengakibatkan perubahan pada

sistem saraf.
8). Perubahan dan konsekuensi sistem sensori yaitu penurunan kemampuan

penglihatan, ARMD (Age- related macular degeneration) dan

glaukoma.

9). Perubahan dan konsekuensi sistem endokrin

Menurut Padila (2015) Lanjut usia mengalami banyak perubahan sel

dan penurunan fungsi organ tubuh, pada fungsi tulang terjadi

pengeroposan atau osteoporosis terutama pada wanita pasca

menopause. Pada jenis kelamin laki-laki juga dapat mengalami hal

sedemikian rupa karena asupan kalium kurang faktor hormonal dan

vitamin D dalam tubuh menurun

Anda mungkin juga menyukai