Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR KEBUTUHAN ISTIRAHAT/TIDUR

DAN KESEIMBANGAN PADA NY.R DIRUANG KARANG MUMUS

RSUD . I . A . MOEIS SAMARINDA

DI SUSUN OLEH :

PUTRI ANGGRAENI

NIM : P07220322049

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

KALIMANTAN TIMUR PRODI D-III KEPERAWATAN PJJ

TAHUN AJARAN 2023


A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN
1. Pengertian istirahat/tidur & keseimbangan
Kebutuhan dasar manusia merupakan aspek yang penting bagi kesehatan. Salah satu
kebutuhan dasar manusia yang penting dan juga bermanfaat yaitu kebutuhan istirahat dan
tidur. Manfaat dari istirahat dan tidur sama dengan kebutuhan makan, minum,
beraktivitas serta kebutuhan dasar lainnya. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar
yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang, dengan istirahat dan tidur yang cukup
maka tubuh baru dapat berfungsi secara optimal (Ambarwati, 2017).

Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara
fisik. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur. Tidur merupakan perubahan status
kesadaran berulang-ulang pada periode tertentu (Saryono dan Widianti, 2014). Seseorang
dapat benar-benar istrahat bila :
1) Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan dibawah kontrolnya.
2) Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor atau di mana pun juga
termasuk ideidenya diterima oleh orang lain.
3) Mengetahui apa yang terjadi.
4) Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
5) Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya.
6) Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya. (Asmadi, 2008)

Tidur sebagai salah satu kebutuhan fisiologis manusia yang terjadi secara alami,
dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses
perbaikan tubuh. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Sumiarsih, 2012).

Selama tidur, dalam tubuh sesorang terjadi perubahan proses fisiologis. Perubahan
tersebut, antara lain :
a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30 %.

2. Tujuan istirahat/tidur & keseimbangan


Tujuan tidur adalah restoratif (memperbaiki) kembali organ-org
.an tubuh. Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement
(REM) dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan
mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonukleic acid (RNA).
Rapid Eye Movement akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru pada korteks
dan sistem neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi di atas, tidur dapat juga
digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada tubuh yaitu terdapatnya gangguan
tidur yang menjadi peringatan dini keadaan patologis yang terjadi di tubuh (Arifin, dkk.,
2010). Teori lain tentang tujuan dari tidur adalah bahwa tubuh menghemat energi selama
tidur. Otot-otot rangka semakin rileks dan tidak adanya kontraksi otot mempertahankan
energi kimia untuk proses seluler (Potter dan Perry, 2010).

3. Faktor - faktor yang mempengaruh istirahat/tidur & keseimbangan


a. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan
gangguan tidur (Ambarwati, 2017).
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat
proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman dapat
menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur (Saryono
dan Widianti, 2014).
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat menghambat pola tidur seseorang. Semakin lelah
seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya (Ambarwati, 2017).
d. Gaya Hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur
pada waktu yang tepat (Ambarwati, 2017).
e. Stres Emosional
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulasi
system saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM
tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur (Ambarwati, 2017).
f. Stimulan dan Alkohol
Kafein dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu
pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus
tidur REM (Ambarwati, 2017).
g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga
di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan
total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari (Ambarwati, 2017).
h. Merokok
Nikotin yang terkandung di dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam
hari (Ambarwati, 2017).
i. Medikasi
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta bloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya meperidin
hidrokloridan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan
seringnya terjaga di malam hari (Ambarwati, 2017).
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang.
Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat
mendatangkan kantuk (Ambarwati, 2017).
k. Konsumsi Kafein
Kafein diketahui memblok reseptor adenosin yang berfungsi sebagai pemicu sinyal
induksi dimulainya tidur. Kafein memberikan sinyal bahwa tubuh tidak merasa lelah,
sehingga tubuh tidak memerlukan istirahat. Kafein membutuhkan waktu sekitar 6-8
jam untuk sepenuhnya dikeluarkan dari dalam tubuh (Lawrence, 2011).
l. Skala Nyeri
Klien biasanya sering terbangun pada malam pertama setelah operasi dan
mendapatkan sedikit tidur REM (Potter dan Perry, 2010).

4. Macam – macam istirahat/tidur & keseimbangan


Perlu diketahui bahwa istirahat adalah bagian dari proses pertumbuhan, perkembangan,
serta regenerasi tubuh yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Jadi, untuk menjaga
kesehatan tubuh secara menyeluruh, baik secara fisik, mental, serta aspek lainnya,
terdapat jenis-jenis istirahat yang perlu dicukupi.

Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis istirahat yang diperlukan oleh tubuh
untuk menghilangkan rasa lelah.

1. Istirahat Fisik
Istirahat fisik artinya mengistirahatkan tubuh dari aktivitas rutin harian yang
melibatkan fisik. Istirahat fisik biasanya dilakukan setelah selesai melakukan
aktivitas, seperti bekerja, berolahraga, atau kegiatan apa pun yang mengeluarkan
energi.
Terdapat dua komponen dalam jenis istirahat ini, yaitu pasif dan aktif. Komponen
aktif adalah jenis istirahat fisik yang melibatkan aktivitas, seperti pijat, peregangan,
atau yoga. Sementara itu, komponen pasifnya meliputi tidur yang berkualitas.

2. Istirahat Mental
Tidak hanya lelah secara fisik, manusia juga bisa mengalami kelelahan mental.
Karenanya, dibutuhkan istirahat mental untuk menenangkan perasaan, membuat
pikiran menjadi lebih jernih, mudah menerima dan mengingat informasi, serta
terhindar dari stres berlebihan.
Istirahat mental diperlukan agar otak tidak bekerja keras terus-menerus dan memiliki
waktu lebih untuk memproses dan mengingat informasi. Istirahat mental bisa
dilakukan dengan menekuni hobi, berlibur ke suatu tempat, atau melakukan hal yang
disukai lainnya.

3. Istirahat Sosial
Salah satu dari jenis-jenis istirahat adalah istirahat sosial. Hal ini bertujuan untuk
memberikan waktu agar dapat terhubung dengan diri sendiri dan menghabiskan lebih
banyak waktu bersama orang-orang terdekat.
Beberapa hal yang sering menyebabkan munculnya rasa lelah secara sosial adalah
hubungan toxic atau terlalu sering berada di tempat ramai. Karenanya, beristirahatlah
dengan menjauhi keramaian sejenak dan menghindari pergaulan atau hubungan
dengan orang yang cenderung tidak sehat.

4. Istirahat Emosional
Lelah secara emosional biasanya ditandai dengan sikap mudah marah, sedih, bahkan
menangis. Kurang istirahat emosional dapat menyebabkan seseorang mengalami
tekanan, sulit berhenti menjadi people pleaser, serta sulit terbuka dengan
perasaannya. Oleh karena itu, istirahat emosional lebih bertujuan sebagai bentuk
upaya pengendalian diri.
Jika mengalami beberapa gejala yang mengarah pada kelelahan emosional tersebut,
cobalah beristirahat sejenak untuk mencapai ketenangan batin. Tidak jauh berbeda
dengan istirahat mental, cobalah mengendalikan emosional diri dengan menghabiskan
waktu sendiri (me time), journaling, atau menekuni hobi.

5. Istirahat Spiritual
Beberapa orang mungkin merasa tidak terhubung dengan kehidupan serta dunia di
sekitar mereka sehingga merasa kosong, hidup seperti tidak bermakna, dan seperti
tidak memiliki tujuan hidup. Pada saat inilah diperlukan istirahat spiritual.
Melakukan istirahat spiritual dapat membantu menemukan kembali tujuan hidup dan
mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Hal ini bisa dilakukan dengan berdoa,
mengikuti acara amal, bergabung dengan kegiatan komunitas, atau melakukan teknik
meditasi mindfulness.

6. Istirahat Kreatif
Seseorang yang aktivitas sehari-harinya dituntut untuk selalu berpikir kreatif dan
menghasilkan ide atau insight menarik terkadang juga memerlukan istirahat kreatif
atau creative rest. Hal ini bertujuan untuk menjernihkan pikiran dari perasaan buntu
atau creative block serta mengatasi burnout.
Istirahat kreatif bisa dilakukan dengan menjelajahi alam, menonton pertunjukkan atau
konser, membaca novel, hingga mengunjungi tempat-tempat baru yang bisa
memberikan inspirasi. Memaksakan otak untuk mencari ide baru tanpa beristirahat
justru tidak akan membantu.

7. Istirahat Sensorik
Paparan dan stimulasi yang berlebihan terhadap indra tubuh, seperti indra
pendengaran, pengliha tan, penciuman, dan lain-lain juga dapat menyebabkan
kelelahan sensorik. Misalnya, paparan suara yang terlalu berisik, paparan cahaya, atau
paparan udara yang buruk dapat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang.
Jika mengalami hal tersebut, cobalah melakukan istirahat sensorik dengan berendam
di air hangat, mendengarkan musik yang menenangkan, melatih pernapasan, atau hal-
hal lainnya yang dapat memberikan ketenangan.

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN ISTIRAHAT/TIDUR & KESEIMBANGAN


1. Pengkajian istirahat/tidur & keseimbangan
Aspek yang perlu di kaji pada klien untuk mengidentifiksi gangguan kebutuhan
istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenai riwayat tidur, pola tidur, seperti jam
berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan
Pola Tidur klien, Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur seperti membaca
buku, buang air kecil dan lain-lain Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara
mengatasinya Kebiasaan tidur siang, Lingkungan tidur klien, bagaimana kondisi
lingkungan tidur klien apakah kondisinya gelap, suhunya dingin dan lainlain.
Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup, status emosi dan mental klien.
mempengaruhi terhadap kemampuan untuk Istirahat dan Tidur Perilaku deprivasi
tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai gangguan Istirahat
Tidur Penampilan wajah misalnya, Adakah area gelap di sekitar mata, bengkak
dikelopak mata, kongjungtiva kemerahan atau mata yang terlihat cekung.Perilaku
yang terkait dengan gangguan ekstra tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung,
selalu menguap, kurang konsentrasi atau terlihat bingung Kelelahan, misalnya apakah
klien tampak lelah latih atau lesu. Biasanya Gejala klinis yang mungkin muncul
perasaan lelah, Gelisah, Emosi dan Apatis. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata,
Konjungtiva merah dan mata perih

2. Diagnosis keperawatan
No. Diagnose Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
keperawatan
1. Keletihan Berdasarkan dengan tingkat Edukasi aktivitas/istirahat
(D.0057) keletihan (I.12362)
(L.05046) Observasi
 Kemampuan 1.1 Identifikasi kesiapan dan
melakukan aktivitas kemampuan menerima
rutin informasi
cukup menurun : 2 Terapeutik
 Lesu cukup 1.2 Sediakan materi dan
meningkat : 2 media pengaturan
 Frekuensi napas aktivitas dan istirahat
meningkat : 1 Edukasi
 Nafsu makan cukup 1.3 Ajarkan cara
memburuk : 2 mengidentifikasi
 Pola napas kebutuhan istirahat
Membaik : 5
 Pola istirahat cukup
memburuk : 2
2. Nyeri akut Berdasarkan dengan tingkat Manajemen nyeri
(D.0077) nyeri (I.08238)
(L.-08066) Observasi
 Keluhan nyeri cukup 2.1 Identifikasi skala
meningkat : 2 nyeri
 Meringis cukup 2.2 Identifikasi faktor
yang memperberat dan
meningkat : 2 memperingan nyeri
 Gelisah Terapeutik
cukup meningkat : 2 2.3 Fasilitasi istirahat
 Kesulitan tidur dan tidur
cukup meningkat : 2 Edukasi
2.4 Ajarkan teknik
 Frekuensi nadi
nonfarmakologis untuk
Membaik : 5 mengurangi rasa nyeri
 Pola napas Kolaborasi
membaik : 5 2.5 Kolaborasi
 Tekanan darah cukup pemberian analgetik, jika
memburuk : 2 perlu

3. Gangguan Berdasarkan dengan pola Dukungan tidur


pola tidur tidur (I.05174)
(D.0055) (L.02014) Observasi
 Keluhan sulit tidur 3.1 Identifikasi pola aktivitas
cukup meningkat : 2 dan tidur
 Keluhan sering 3.2 identifikasi faktor
terjaga cukup pengganggu tidur
meningkat : 2 Terapeutik
 Keluhan tidak puas 3.3 lakukan prosedur untuk
tidur cukup meningkatkan
meningkat : 2 kenyamanan
 Keluhan pola tidur Edukasi
berubah cukup 3.4 jelaskan pentingnya tidur
meningkat : 2 cukup selama sakit

 Keluhan istirahat 3.5 anjurkan menghindari


tidak cukup, cukup makanan/minuman yang
meningkat: 2
mengganggu tidur

4 Implementasi
Dari rencana tindakan yang sudah di buat maka dapat dilakukan perawatan untuk
memicuh pasien tidur meliputi: menganjurkan pasien untuk mandi sebelum tidur;
minum susu hangat; membaca buku; menonton tv; menggosok gigi sebelum tidur;
mencuci muka sebelum tidur; atau membersihkan atau merapikan tempat

5 Intervensi

Dari tindakan yang sudah di buat dapat kita evalusai pada akhir tindakan yang perlu
di evalusi adalah masalah kebutuhan tidur dan istirahat dapat di nilai dari adanya
kemampuan dalam memenuhi Pasien dapat tidur selama 7-8 jam/hari tanpa
terbangun, Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab gangguan tidur
Pasien dapat menggunakan teknik-teknik untuk mengatasi gangguan tidur tidak di
temukan tanda klinis gangguan tidur dan menyimpang pada pasien seperti timbulnya
perasaan segar, tidak gelisah,dan apatis. Hilangnya bantalan hitam di kelopak mata
bawah. Kelopak mata yang kelihatan bengkak berkurang atau hilang tidak adanya
konjungtiva merah dan mata perih. Pasien sudah dapat berkonsentrasi penuh, serta
tidak di temukan gangguan proses berpikri, bicara dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/
1601460037/13._BAB_2_.pdf
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/jenis-jenis-istirahat
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1043/1/MENSI%20WOLA.pdf

Anda mungkin juga menyukai