Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN INSOMNIA

BENNI HERUPRASETYA
2022207209344

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH PRINGSEWU


PENDIDIKAN PROFESI NURSE
TAHUN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN
INSOMNIA

A. Definisi Insomnia
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak
cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut
sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan
yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur .
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek (
short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek,
mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang
hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari.
Tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak,
khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi,
yang digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan
memberikan alasan sesuatu.
Tes yang pernah dilakukan terhadap beberapa ratus pria yang bersedia menjadi
sukarelawan untuk tidak tidur selama berhari-hari menunjukkan, setelah 4 - 8 hari,
memang tidak terjadi kemerosotan fisik yang berarti. Namun dalam 24 jam saja tidak
tidur, gejala gangguan mental serius sudah terlihat, seperti cepat marah, memori
hilang, timbul halusinasi, ilusi, dll. Meski begitu, dengan tidur kembali keesokan
harinya semua gangguan itu hilang. Malah ada ahli menyatakan, mendingan orang
tidak makan dan minum daripada tidak tidur. Tes laboratorium pada hewan
menunjukkan, mereka bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum sampai 20 hari,
tapi tidak tidur hanya bertahan tidak lebih dari lima hari.
Sejumlah ahli yang memonitor aktivitas tubuh menuju tidur menambahkan, saat
tidur pikiran dan otot-otot kita saling merangsang. Ketegangan otot menyebabkan
korteks terus aktif sedangkan ketegangan otak menyebabkan otot terus aktif.
Kelelahan akan mengurangi irama kerja otot, demikian juga di kala beristirahat,
sehingga semua ini akan menurunkan kegiatan dalam korteks.
Menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-otot kita semakin
rileks. Begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun, kita akan mengantuk lalu
tertidur. Selagi tidur, jantung kita akan berdetak lebih lamban, tekanan darah menurun,
dan pembuluh-pembuluh darah melebar. Suhu badan turun sekitar 0,5 oF (-17,5oC)
tetapi perut dan usus tetap bekerja. Sementara tidur, tubuh sekali-kali bergerak.
Gerakan sebanyak 20 - 40 kali masih dianggap normal. Terganggu insomnia berarti
kerja pikiran dan otot tidak berjalan seiring. Pikiran kita akan sulit tertidur bila otot
masih tegang. Sebaliknya, akan sulit bagi otot untuk tertidur jika pikiran masih terjaga,
tegang, dsb.

B. ETIOLOGI
Beberapa factor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :
1. Faktor Psikologi :
Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis
kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab
insomnia transient.
2. Problem Psikiatri
Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak
diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi, Cemas, Neorosa, dan
gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
3. Sakit Fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang
tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau
sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau
sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta
api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
5. Gaya Hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga
dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

C. KLASIFIKASI INSOMNIA
Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :
1. Insomnia sementara (transient)
Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya berhubungan
dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya
menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri.
Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat secara retrospektif setelah keluhan
pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan
wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu
antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian
sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat
lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak
memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke dokter.
2. Insomnia jangka pendek
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu.
Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami
stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai, berada di lingkungan yang
mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah dengan jadwal tidur-bangun
seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping pengobatan.
3. Insomnia kronis
Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih.
Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi.
Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep
apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan hyperthyroidism. Namun demikian,
insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk
penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun yang
disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres kronis.

D. MANIFESTASI INSOMNIA
1. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
2. Wajah kelihatan kusam
3. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata
4. Lemas, mudah mengantuk
5. Resah dan mudah cemas
6. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung.

E. KOMPLIKASI INSOMNIA
1. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat
peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan
produksi melatonin.
2. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,
irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
3. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
4. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
5. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin
disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek
angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari
penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali
lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan
orang normal.

F. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan memberikan
saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi kualitas ataupun
waktunya. Terapi insomnia dapat dilakukan dengan menggunakan obat ataupun tanpa
obat. Terapi tersebut dapat berupa :
1. Psikoterapi
Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien
untuk santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisa
menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama
pada pasien usia tua.
2. Herbal
Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk gangguan
irama sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur laten,
meningkatkan efisiensi tidur, dan meningkatkan persentasi tidur REM (Rapid Eye
Movement), dan chamomile (untuk mengurangi kecemasan) banyak dipakai untuk
terapi insomnia.
3. Terapi cahaya
Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa mengantuk
dan kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.
4. Farmakoterapi
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan
kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada
siang harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state. Sayangnya, banyak
dosis obat hipnotik yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam
hari juga menyebabkan sedasi pada siang harinya. Untuk menghindari komplikasi
ini, short acting benzodiazepine dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa
mengganggu kualitas psikomotorik yang bisa menyebabkan kecelakaan yang
berhubungan dengan kendaraan bermotor Terapi dengan obat-obatan hipnotik
sedatif harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya menggunakan
dosis efektif yang terkecil. Efek toleransi terjadi pada penggunaan kebanyakan
obat hipnotik, karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 1 bulan. .
Rebound insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara mendadak.
Untuk menghindari efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil dan tappering off.

G. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN TIDUR : INSOMNIA
1. Pengkajian
a. Kaji riwayat tidur klien
· Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?
· Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?
· Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
· Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tertidur?
· Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?
b. Kaji pola tidur biasa
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
c. Kaji penyakit fisik, TTV
Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?
d. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi
e. Kaji status emosional dan mental
f. Kaji rutinitas menjelang tidur
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
g. Kaji lingkungan tidur

2. Diagnosa
a. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan
(Potter & Perry, 2005)
b. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan
yang buruk tentang insomnia (Potter & Perry, 2005)
3. Intervensi
a. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan
1) Anjurkan agar kafein dan alcohol dihilangkan dari diet klien di malam hari
2) Minta klien mengikuti ritual tidur, naik ke tempat tidur pada jam yang sama
setiap malam, dan meminum segelas susu
3) Tentukan waktu sebelum klien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang,
dan mandi
4) Kendalikan sumber-sumber kebisingan di lingkungan dan pastikan bahwa
kamar tidur sudah digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik
b. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan
yang buruk tentang insomnia
1) Minta klien dan pasangan untuk menjelaskan sifat dari masalah tidur
2) Tanyakan pada klien dan pasangan apakah masalah tidur mempengaruhi
hubungan mereka
3) Buat catatan tidur bangn selama seminggu
4) Berikan pendidikan kesehatan mengenai gangguan tidur

Anda mungkin juga menyukai