Anda di halaman 1dari 574

MAKALAH KEPERWATAN DASAR

DOSEN PEMBIMBING:

ELFIDA, SKM, MPH

DISUSUN OLEH:

JULIANA SIREGAR

(P00320222 057)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTA LANGSA

POLTEKES KEMENKES ACEH

TAHUN 2022-2023

A. INSOMNIA
1. DEFINISI INSOMNIA
Insomnia adalah gangguan tidur yang membuat Anda bangun tidur terlalu
awal, kesulitan untuk tidur, atau tidur tidak menjadi nyenyak. Kondisinya bisa
berlangsung sebentar dalam jangka pendek (akut) atau lama dalam jangka panjang
(kronis). Insomnia dapat muncul dan kembali sewaktu-waktu. Pada insomnia
akut, biasanya berlangsung selama 1 malam hingga beberapa minggu. Sedangkan,
insomnia yang bersifat kronis biasanya terjadi dalam jangka waktu 3 malam
sampai 3 bulan lamanya.

2. ETIOLOGI INSOMNIA
Penyebab insomnia dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. insomnia primer merupakan gangguan tidur yang tidak disebabkan oleh
masalah kesehatan
b. insomnia sekunder adalah kesulitan tidur yang dusesbabkan oleh penyebab lain
atau kondisi khusus tertentu misalnya:
 Stress (kehilangan pekerjaan,perceraian,kematian,dan sebagainya).
 Penyakit tertentu.
 Faktor lingkungan seperti,suara bising,cahaya,dan suhu yang ekstrim(dingin
atau panas).
 Obat-obatan misalnya obat depresi,anti hipertensi,dan asma.
 Jadwal tidur terganggu misalnya karena bekerja dengan sistem shift.
 Nyeri.
 Depresi atau gangguan kecemasan.
 Kafein,nikotin,alkohol.

3. MANIFESTASI KLINIS INSOMNIA


Terdapat beberapa gejala sulit tidur yang umum dirasakan penderita
seperti:
 Penderitanya sering kali membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk bias
tidur

ii
 Penderita hanya bias tidur selama 6 jam atau kurang,setidaknya 3 hari
berturut-turut dalam 1 bulan atau lebih.
 Tidak merasa bugar setelah tidur atau merasa lelah disiang hari meskipun
memiliki waktu tidur yang cukup.
 Sulit berkontaminasi.
 Kurangnya energi atau motivasi.
 Mamiliki kekhawatiran tentang tidur.

4. PENCEGAHAN INSOMNIA
Penyakit insomnia dapat dicegah dengan beberapa cara,diantaranya:
 Olahraga teratur yang sebaiknya dilakukan minimal 4 jam sebelum
tidur.Hindaro berolahraga mendekati waktu tidur karena dapat mengganggu
kualitas tidur.
 Hindari kafein,nikotin,dan alkohol terutama pada sore dan malam hari.
 Latihan teknik melepas stress seperti yoga,meditasi atau relaksasi.

5. PENATALAKSAAN INSOMNIA

Terapi Nonfarmakologi

 Sleep hygiene mencakup perubahan gaya hidup.seperti control


diet,olahraga teratur danmengurangi penggunaan stimulant dan
alcohol.faktor lingkungan yang mungkin mengganggu tidur, misalnya
suara,cahaya,dan temperature juga dikendalikan.selain itu juga disarankan
untuk menghindari tidur siang dan makan malam yang berat.
 Stimulus control therapy pasien yang mengalami gangguan tidur kronis
cenderung mengalami conditioning antara lingkungan tempat tidur dan jam
tidur dengan perilaku-pe rilaku yang bias mengganggu tidur seperti
khawatir,membaca menggunakan smartphone,atau menonton televisi
ditempat tidur.

iii
Intruksi untuk terapa ini mencakup:

o Berbaring ditempat tidur hanya ketika sudah mengantuk.


o Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga ditempat tidur.
o Tidur hanya ditempat tidur dikamar tidur dan bukan ditempat lain seperti sofa.
o Segara meninggalkan tempat tidur setelah bangun.
o Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk.
o Selalu bangun pada waktu yang sama,meskipun jumlah jam tidur malam
berbeda-beda (dengan tanpa memperdulikan jumlah jam tidur malam).
o Hindari tidur disiang hari.
 Sleep restriction terapi ini dilakukan dengan membatasi waktu terjaga
ditempat tidur (sebelum tidur).sebelum terapi dimulai,pasien diminta
membuat sleep log selama 2 minggu untuk mengetahui perbandingan waktu
benar-benar tidur ditempat tidur dibandingkan dengan seluruh waktu yang
dihabiskan ditempat tidur (sleep efficiency).Pasien hanya diijinkan tidur
sejumlah waktu yang dihabiskan benar-benar tidur ditempat tidur (tapi tidak
boleh kurang dari 5 jam),sehingga pasien akan mengalami deprivasi tidur
dan peningkatan dorongan untuk tidur.Bila sleep efficiency sudah mencapai
90% maks jam tidur ditambahkan 15 menit.
 Terapi relaksasi pikiran bisa memperarah gangguan tidur,mereka yang
mengalami gangguan tidur sering kali mencemaskan kesulitan tidurnya
ketika memulai tidur sehingga memperarah gangguan tidurnya.Terapi
relaksasi ditujukan untuk meredakan pikiran-pikiran ini.Teknik relaksasi
yang bias digunakan adalah progressive muscular
relaxation,autogenik,training (menginduksi sensasi hangat dan tekanan
untuk menimbulkan relaksasi somatik) dan imagery..
 Maintenance Patensi Jalan Napas Untuk mereka yang mengalami gangguan
tidur yang terkait dengan gangguan jalan napas, maka bisa dipertimbangkan
untuk pemberian dental-oral appliance, pengaturan posisi tidur, penurunan
berat badan, atau tindakan operatif.

iv
Terapi Farmakologi
Banyak klinisi yang memberikan obat golongan antihistamin yang mempunyai
efek sedasi kuat untuk mengatasi gangguan tidur. Namun hal ini tidak
direkomendasikan karena antihistamin mempunyai efek antikolinergik. Obat lain
yang berefek sedasi dan bisa digunakan adalah obat antidepresan, misalnya
mirtazapine, trazodone, dan amitriptyline.

Prinsip Terapi Gangguan Tidur


Penggunaan obat sebaiknya diberikan dalam durasi singkat atau sebagai
tambahan untuk terapi nonfarmakologis. Obat dipilih dengan mempertimbangkan:
o Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya kesulitan memulai
tidur atau mempertahankan tidur).
o Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau intermiten).
o Durasi pemberian obat yang direncanakan.
o Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien.

Untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur (insomnia


inisiasi), bisa diberikan obat-obat short-acting seperti alprazolam dan zolpidem.
Terdapat studi yang menyebutkan bahwa suplementasi magnesium bermanfaat
pada insomnia pasien dewasa, tetapi mekanisme dan efikasinya masih
membutuhkan studi lebih lanjut.Untuk pasien yang mengalami gangguan untuk
mempertahankan tidur bisa diberikan obat dengan aksi yang lebih panjang, seperti
eszopiclone dan suvorexant. Pasien-pasien yang mempunyai komorbiditas
kecemasan atau depresi, bisa diberikan antidepresan yang mempunyai properti
sedatif, seperti trazodone dan mirtazapine.Untuk mereka yang mengalami
gangguan irama sirkadian, bisa diberikan obat golongan melatonin agonis atau
orexin antagonis.

Obat Untuk Mengatasi Kualitas dan Kuantitas Tidur

Farmakoterapi yang bisa digunakan pada gangguan tidur dimana pasien


mengalami penurunan kualitas dan kuantitas tidur adalah:

v
o Golongan benzodiazepine seperti flurazepam, temazepam, estazolam, dan
triazolam).
o Obat Hipersomnia dan Narkolepsi

Selain obat untuk mengatasi insomnia, ada juga obat yang digunakan untuk
mengatasi hipersomnia dan narkolepsi. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai anti-
narkolepsi lini pertama adalah modafinil, armodafinil, pitolisant, sodium oxybate,
dan solriamfetol. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai lini kedua adalah
metilfenidat dan amfetamin

B. PARASOMNIA
1. DEFINISI PARASOMNIA

Gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang paling umum dialami oleh
masyarakat dan sekitar sepertiga populasi dunia pernah mengalami gangguan tidur
(setiabudhi,2011).Menurut ppdj-III gangguan tidur secara garis besar dibagi
menjadi dua,yaitu disomnia dan parasomnia.Parasomnia merupakan peristiwa
episodik abnormal yang terjadi selama tidur.Termasuk dalam golongan ini adalah
somnabulisme,terror tidur,dan mimpi buruk (maslim,2002).Gangguan tidur yang
berkepanjangan mampu mengubah siklus tidur biologis,merunkan daya tahan
tubuh serta prestasi kerja,mudah tersinggung,gangguan depresi,kurang
konsentrasi,kelelahan yang mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain
dan menurunkan kualitas hidup penderita (Asnis et.al,2016).

2. ETIOLOGI PARASOMNIA

Gangguan tidur disebabkan oleh berbagai macam hal.Beberapa penyebab dari


gangguan tidur antara lain:

 Gangguan fisik seperti nyeri perut.


 Kondisi medis,seperti sesak napas.
 Obat-obatan seperti kafein,antidepresan,atau stimulan.
 Gangguan kejiwaan seperti depresi atau cemas.
 Kondisi lingkungan seperti pekerja shift malam hari.

vi
 Usia lanjut.
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia.

3. MANIFESTASI KLINIS PARASOMNIA

Gangguan tidur dapat menyebabkan beberapa gejala,bahkan gejala yang tidak


terlalu terlihat.Berikut ini adalah gejala umum dari gangguan tidur:

 Sangat mengantuk.
 Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari.
 Tiba-tiba tertidur saaat duduk dan melakukan aktivitas lain,seperti membaca
atau menonton tv
 Sulit berkonsentarsi dalam melakukan kegiatan tertentu dirumah,tempat
kerja,atau sekolah.
 Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyatir.
 Sering terlihat mengantuk.
 Sulit mengingat atau menyimpan informasi.
 Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan.
 Emosi yang tidak stabil.
 Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap
terbangun.

4. KLASIFIKASI PARASOMNIA
 Nightmare disorder.mimpi buruk adalah mimpi menganggu yang terkait
dengan perasaan negative seperti kecemasan atau ketakutan,yang bias
membangunkan seseorang tidur.
 Sleep terror disorder.Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait
dengan perasaan negative,seperti kecemasan atau ketakutan yang bisa
membangunkan seseorang dari tidur.

vii
 Sleepwalking disorder (somnambulisme).Tindakan bangun dan berjalan ke
sekeliling saat tidur berjalan paling sering terjadi pada anak-anak yang
biasanya menghilang pada usia remaja.

5. PENCEGAHAN PARASOMNIA
 Bijak mengelola stress cobalah untuk rileks bangun pikiran positif.Fokus
pada yang perlu dan penting.anda kerjakan jangan memikirkan hal yang
terlalu rumit.
 Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia termasuk dengan
berkumpul bersama orang tersayang lampiaskan hobi
anda,berlibur,ibadah,yang rajin.
 Saat akan tidur,kondisikan kamar anda agar nyaman.kenakan pakaian tidur
yang nyaman dan bersih,tidak makan berlebihan menjelang tidur,dan
lakukan hal yang membuat anda mengantuk,seperti dengan
membaca,message.
 Batasi penggunaan gadjet yang tidak perlu.
 Jangan minum sembarangan obat atau herbal lain dari dokter.

6. PENATALAKSAAN PARASOMNIA

Penatalaksanaan parasomnia dibagi menjadi dua tata laksana umum dan spesifik.

Penatalaksanaan umum meliputi:

 Edukasi dan profilaksi

Penalaksanaan secara spesifik meliputi:

 Pembangunan pasien antiseptik.


 Psikoterapi.
 Farmakoterapi.

C. NARKOLEPSI

viii
1. DEFINISI NARKOLEPSI
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa ngantuk di
siang hari dan serangan tidur tiba-tiba.Orang dengan narkolepsi merasa sulit untuk
tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama,terlepas dari keadaan.Alhasil kondisi
ini dapat menybabkan gangguan serius dalam menjalani rutinitas sehari-
hari.Tekadang kondisi ini dapat diserati dengan hilangnya tonus otot secara
tibatiba yang dapat dipicu oleh emosi yang kuat.narkolepsi yang terjadi dengan
cataplexy disebut narkolepsi tipe 1.narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi
dikenal sebagai narkolepsi tipe 2.

2. ETIOLOGI NARKOLEPSI

Penyebab narkolepsi tipe 1 adalah:

 Narkolepsi memiliki hypocretin yang rendah,yaitu neurokimia di otak yang


membantu mengatur bangun dan tidur REM.Tingkat hypocretin rendah pada
mereka yang mengalami katapleksi.
 Penyebab hilangnya sel-sel penghasil hypocretin diotak tidak
diketahui.Namun degaan sementara terjadi karena reaksi autoimun.Genetik
dapat perperan dalam perkembangan kondisi ini.Namun risiko peang tua yan
mewariskan gangguan ini pada seorang anak rendah,yaitu sekitar 1 persen.Di
eropa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang mungkin antara
paparan virus flu babi (H1N1) dengan bentuk tertentu dari vaksin H1N1 yang
saat ini dikelola.
 Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM).Selama fase ini,gelombang otak memperlambat,setelah
satu jam tidur,aktivitas otak akan berubah dan tidur REM
dimulai.Kebanyakan mimpi terjadi saat tidur REM.Namun pada
narkolepsi,pengidap tiba-tiba masuk kedalam tidur REM tanpa mengalami
tidur REM,baik pada malam hari atau siang hari.

3. MANIFESTASI KLINIS NARKOLEPSI

ix
Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan
kemudian berlanjut seumur hidup.hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari
yang berlebihan.pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan dimana saja.

 Pengidap dapat mengalami penurunan kewaspadaan dan focus sepanjang


hari.rasa ngantuk disiang hari yang berlebihan biasanya merupakan gejala
pertama yang muncul dan sering kali merupakan hal yang paling menyulitkan
sehingga sulit untuk berkonsentrasi dan berfungsi penuh.
 Gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan tonus otot.Kondisi katalepsi dapat
menyebabkan sejumlah perubahan fisik dari bicara yang tidak jelas sehingga
besar otot yang dapat berlangsung sehingga beberapa menit.
 Katalepsi tidak dapat dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang kuat,biasanya
yang positif seperti tawa atau kegembiraan,tetapi terkadang takut,terkejut,atau
marah.Beberapa orang dengan narkolepsi hanya mengalami satu atau dua
episode setiap hari.Walau begitu,Tidak semua orang denan narkolepsi
mengalami katapleksi.
 Kelumpuhan tidur yaitu, sering mengalami ketidakmampuan sementara itu
untuk bergerak atau berbicara ketika tertidur atau saat bangun tidur.Episode
ini biasanya singkat,berlangsung beberapa detik atau menit,tetapi bisa
menjadi menakutkan.Kelumpuhan tidur ini meniru jenis kelumpuhan
sementara yang biasanya terjadi selama periode tidur yang disebut rapid eye
movement (REM) selama tidur.
 Namun tidak semua orang dengan kelunpuhan tidur memiliki
narkolepsi.umumnya,pengidap narkolepsi mengalami bebrapa episode
kelumpuhan tidur.Gejala lainnya yang cukup sering adalah perubahan dalam
gerakan mata cepat (REM) tidur.Tidur (REM) biasanya ketika kebanyakan
mimpi terjadi.pada orang dengan narkolepsi tidur REM dapat terjadi kapan
saja pada siang hari.pengidap narkolepsi membutuhkan hanya 15 menit untuk
mengalami transisi cepat ke tidur REM.selain itu saat bangun tidur,pengidap
juga dapat mengalami halusinasi hipnagogik.

x
4. PENCEGAHAN NARKOLEPSI

Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari:

 Vaksin influenza
 Menghindari aktivitas ekstrem
 Guna mengurangi risiko cedera kepala berat.

5. PENATALAKSANAAN NARKOLEPSI

Penatalaksaan narkolepsi di bagi menjadi dua yaitu:

Terapi farmokologis
 Obat-obatan.

Terapi nonfarmologis

 Kebiasaan tidur.
 Diet dan olahraga.
 Pekerjaan dan berkendara.

D. SLEEP APNEA
1. DEFINISI SLEEP APNEA
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat
tidur.Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan
asupan oksigen yang cukup.
2. ETIOLOGI SLEEP APNEA

Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:

 Sleep apnea obstruktif (OSA) merupakan jenis sleep apnea yang paling sering
disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,biasanya karena jaringan lunak
dibagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.

xi
 Sleep apnea sentral (CSA) tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini
tetapi sleep apnea terjadi Karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk
bernapas,terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di
otak.
 Sindrom sleep apnea kompleks dikenal sebagai treatment-emergent central
sleep apnea yang terjadi ketika seseorang memiliki 0SA dan CSA.
3. MANIFESTASI KLINIS SLEEP APNEA

Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:

 Dengkuran keras.
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
 Terengah-engah saat tidur.
 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
 Nyeri kepala saat bangun tidur.
 Sulit mempertahankan tidur.
 Mengantuk saat siang hari.
 Sulit konsentrasi.
 Iribilitas.

4. PENCEGAHAN SLEEP APNEA

Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara


memiliki pola makan sehat,berhenti merokok,dan membatasi asupan alkohol.

5. PENATALAKSANAAN SLEEP APNEA


 Perubahan gaya hidup seperti
 Penurunan berat badan.
 Mengurangi konsumsi alkohol khususnya sebelum tidur.
 Tidur dengan posisi miring (bandingkan supine).

xii
 Good sleep hygiene.
 Pemakaian PAP yang sesuai dengan waktu tidur dan kamar tidur.
 Konsumsi alkohol
 Obesitas
 Posisi tubuh

Penatalaksanaan OSA ringan,sedang,dan berat


 Oral applians (perbaikan gaya hidu)
 Tindakan bedah

E. MENGIGAU
1. DEFINISI MENGIGAu
Somniloquy atau sleeptaking.mengigau merupakan vokalisasi saat tidur,bisa
berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar gumaman.kondisi ini bisa dipicu
oleh keadaan emosional-psikologis ,demam atau tidur yang terganggu.mengigau
biasanya berlangsung pada tahadap tidur jangkal,atau kadang pada tahap mimpi
(tidur REM).Jika terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan seperti
melihat pencuri atau melihat sebuah kecelakaan.

Kata-kata yang keluar bisa berkaitan dengan mimpi bahkan berlainan sama
sekali,misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling” tetapi kata yang keluar
adalah “mama” walau demikian,biasanya si pengigau tidak ingat apa-apa yang
telah dikatakan atau bahkan tentang mimpinya sendiri.mengigau merupakan
bentuk parasomnia yang biasa terjadi pada 50% anak-anak dan 50% orang
dewasa.igauan yang terucap bisa sangat dramatis,emosional,dan kasar.mengigau
merupakan vokalisasi saat tidur,bisa berupa kata-kata yang jelas atau hanya
sekedar gumaman.kondisi ini bisa dipacu oleh keadaan emosional-
psikologis,demam atau tidur yang terganggu.Mengigau biasanya berlangsung
pada tahap tidur dangkal atau kadang kala pada tahap mimpi (tidut REM) jika
terjadi dalam tahap tidur mimpi,biasanya terjadi bersesuaian dengan mimpi yang
mengejutkan seperti melihat pencuri atau melihatt kecelakaan.kata-kata yang

xiii
keluar bisa berkaitan dengan mimpi bahkan berlainan sama sekali,misalkan dalam
mimpi meneriakkan “maling” tetapi kata yang keluar adalah “mama” walau
demikian,biasanya sipengigau tidak ingat apa yang dikatakan atau bahkan
mimpinya sendiri.

Gangguan ini sering terjadi pada usia muda bahkan pernh dilaporkan kejadian
sleeptaking pada balita yang baru bisa jalan.meskipun lebih sering terjadi pada
anak usia 4 tahun hinggan 7 tahun.Kebanyakan kebiasaan ini hilang sendiri ketika
meranjak dewasa.Tetapi saat dalam kondisi kurang tidur yang ekstrem gangguan
sewaktu-waktu bisa menyerang,

2. ETIOLOGI MENGIGAU
 Mengalami gangguan REM (Rapid ete movement)
 Mengalami sleep terror
 Sedang stress berat
 Efek penggunaan obat-obat tertentu
 Akibat kondisi demam

3. MANIFESTASI KLINIS MENGIGAU

Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada
fungsi otak,kondisi ini disebut dengan rapid eye movement (REM) sleep behavior
disorder.

4. PENCEGAHAN MENGIGAU
 Hindari stress
 Tetap berpikir positif
 Menerima hal yang terjadi diluar kontrol
 Berolahraga
 Hindari alkohol dan narkoba

xiv
 Perbaiki jam tidur
 Memasang white noise

DAFTAR PUSTAKA

 Dokter tidur. Diakses pada 2022. Hipersomnia: Gejala,Penyebab,Pengertian


dan Penangananya.
 Rodriguez CL,foldvary-schaefer N,neurofisiologis klinis parasomnia
NREM.Buku pegangan neurologi klinis.2019.volume 161,halaman 397-410.
 Pelayanan kesehatan nasional.diakses pada 2022.Narkolepsi.WebMD.Diakses
pada 2022 narkolepsi diperbarui pada 9 juni 2022.
 Klinik mayo.Diakses pada 2019.sleep apnea-gejala dan penyebab.
 WebMD.Diakses pada 2019.sleep apnea;jenis,penyebab,definisi.Diperbarui
pada 23 september 2019.

xv
MAKALAH

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DOSEN PEMBIMBING:

Elfida, SKM, MPH

xvi
DISUSUN OLEH:

Siti Raihan (P00320222 075)

POLTEKKES KEMENKES ACEH

PRODI D3 KEPERAWATAN

2022-2023

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa'atnya di
akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Gangguan Istirahat Tidur”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

xvii
Langsa, 25 Februari
2023

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

Insomnia...................................................................................................................3

Pengertian Insomnia.................................................................................................3

2. Penyebab Masalah Insomnia.........................................................................4

3. Tanda Gejala.................................................................................................4

4. Upaya Untuk Mengatasi Masalah................................................................4

B. Hipersomnia......................................................................................................5

1. Pengertian Hsipersomnia.............................................................................5

2. Tanda Gejala................................................................................................7

3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah................................................................8

4. Pengobatan...................................................................................................8

C. Narcolepsy........................................................................................................9

xviii
1. Pengertian Narcolepsy.................................................................................9

2. Penyebab Narcolepsy...................................................................................9

3. Gejala Narcolepsy......................................................................................9

4. Upaya Mencegah Narcolepsy..................................................................10

5. Pengobatan Narcolepsy............................................................................11

D. Apnea Tidur.....................................................................................................12

1. Pengertian Apnea Tidur...........................................................................12

2. Penyebab Apnea.......................................................................................12

3. Tanda Geajala Apnea...............................................................................13

4. Upaya mengatasi gejala Apnea................................................................13

5. Pengobatan Sleep Apnea.........................................................................14

E. Mengigau.........................................................................................................16

1. Pengertian Mengigau................................................................................16

2. Penyebab Mengigau..................................................................................16

3. Upaya Mengatasi mengigau......................................................................18

F. Parasomnia......................................................................................................19

1. Pengertian Parasomnia..............................................................................19

2. Penyebab Parasomnia..................................................................................20

3. Tanda Gejala.............................................................................................20

4. Pengobatan Parasomnia............................................................................21

BAB III PENUTUP................................................................................................22

A. Kesimpulan..................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering


dijumpai seseorang terutama pada lansia. Proses penuaan tersebut menyebabkan
penurunan fungsi neurotransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi
norepinefrin. Gangguan tidur yang sering dialami yaitu Parasomnia, Hipersomnia,
Narolepsy, Apnea saat tidur, mengigau. Adanya kualitas tidur yang buruk
disebabkan seseorang mengalami gangguan tidur yaitu insomnia.(Wahyudi &
Wahid, 2016).Kurangnya tidur di malam hari memberikan konsekuensi di siang
hari seperti kehilangan kesegaran, kelelahan, penurunan perhatian serta
konsentrasi, gangguan memori, penurunan produktivitas, disfungsi sosial,
gangguan mood, kecelakaan dan kerugian secara finansial.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini
akan dijabarkan beberapa rumusan masalah.

1. Apa saja gangguan tidur?

2. Apa saja tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.

C. Tujuan Penulisan

Dengan adanya penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan


penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah
ini akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur

xx
2. Untuk mengetahui tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Insomnia

1. Pengertian Insomnia

Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit


mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Pengertian ini juga dapat menjelaskan dimensi insomnia yang
dikemukakan oleh Iskandar dan Setyonegoro (1985) adalah kesulitan untuk
masuk tidur, gangguan dari kontunuitas tidur, bangun lebih dini, tidur delta
(terdalam) yang kurang, atau kualitas tidur yang terganggu.

Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang


kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya
gangguan emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh
banyak faktor, misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress psikologis, obat,
nutrisi, motivasi, merokok dan alkohol.

Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat


mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab,
badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang
penyakit (Lanywati, 2001). Insomnia juga dapat mengakibatkan berbagai dampak
yang merugikan, yaitu: depresi,kesulitan untuk berkonsentrasi, aktivitas sehari-

xxi
hari menjadi terganggu, penurunan iq (Intelligence Quotient), penurunan prestasi
kerja dan belajar, mengalami kelelahan di siang hari, hubungan interpersonal
dengan orang lain menjadi buruk, meningkatkan risiko kematian, menyebabkan
kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan, dan memunculkan
berbagai penyakit fisik.

2. Penyebab Masalah Insomnia

Penyebab insomnia sangat beragam, mulai dari masalah mental hingga


kondisi medis tertentu. Penyebab tersebut juga berbeda-beda berdasarkan jenis
insomnia yang diderita.

Penyebab insomnia akut yaitu:

 Beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti pindah ke rumah baru.


 Stres karena pekerjaan.
 Jet lag, yaitu gangguan tidur yang dikarenakan bepergian ke daerah
dengan zona waktu berbeda.
 Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, obat asma, atau obat
tekanan darah.
 Konsumsi kafein, nikotin, dan alkohol berlebih.
 Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan tubuh
terasa tidak nyaman saat berbaring.

Sementara itu, penyebab insomnia kronis yaitu:

 Gangguan mental, seperti post traumatic stress disorder (PTSD), gangguan


kecemasan, depresi, dan lain sebagainya.
 Kondisi medis tertentu, seperti asma, penyakit parkinson, GERD, kanker,
penyakit jantung, hipertensi atau tekanan darah tinggi dan lain sebagainya.
 Menderita gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.

xxii
 Kebiasaan menonton televisi atau bekerja di tempat tidur.
 Menggunakan ponsel sebelum tidur.

3. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala utama dari insomnia adalah kesulitan untuk tidur di
malam hari. Selain itu, tanda dan gejala umum dari insomnia adalah sebagai
berikut:

 Mudah merasa lelah dan sulit berkonsentrasi saat melakukan aktivitas di


siang hari.
 Mudah terbangun di malam hari dan tidak dapat tidur kembali.
 Perubahan emosional.
 Mengantuk di siang hari namun tidak bisa tidur.
 Daya ingat menurun.
 Gairah seks menurun.

4. Upaya Untuk Mengatasi Masalah

Cara mengatasi insomnia tergantung dari tingkat keparahan dan faktor


penyebabnya. Apabila insomnia cenderung ringan dan baru bersifat akut, dokter
akan menyarankan pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti:

 Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.


 Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
 Berhenti merokok.
 Rutin berolahraga.
 Menghindari penggunaan ponsel atau alat elektronik lainnya sebelum
tidur.
 Menghindari konsumsi makanan secara berlebihan sesaat sebelum tidur.
 Meredupkan atau mematikan lampu di kamar sebelum tidur.

xxiii
Sedangkan, insomnia kronis akan ditangani dokter melalui beberapa tindakan
medis, seperti:

 Meresepkan obat tidur. Namun, penggunaan obat tidur ini hanya bersifat
sementara dan bukan untuk mengatasi insomnia sepenuhnya.
 Konseling dan psikoterapi

B. Hipersomnia

1. Pengertian Hipersomnia

Hipersomnia merupakankebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang


berlebihan terutama pada siang hari atauketerlambatan waktu bangun.
Hipersomnia primer merupakan suatu keadaan dimanaseorang individu memiliki
rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari dan berlangsungbeberapa bulan
lamanya. Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagaimekanisme
koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderitahipersomnia
mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.

a) Penyebab Masalah

Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi


dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.

 Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain.

 Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung

xxiv
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi
ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.

 Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:

 Hipersomnia karena kondisi medis


Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.

Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi


musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga bisa
memicu terjadinya hipersomnia.

 Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol


Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu
tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.

 Hipersomnia karena kurang tidur

xxv
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

2. Tanda Dan Gejala

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan tanda dan gejala seperti


berikut:

 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di
siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah

Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia.


Hipersomnia adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa

xxvi
melakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya:

 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.

4. Pengobatan

Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.


Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.

 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,


atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan
minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat
kepada pengidap.

C. Narcolepsy

xxvii
1. Pengertian Narcolepsy

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk


berlebih di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. di mana penderitanya mengalami kesulitan
mempertahankan keadaan sadar dan hampir sepanjang waktu merasa kantuk. Rasa
kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat
kantuk akan menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita
narkolepsi mengeluh tidak dapat tidur.

2. Penyebab Narkolepsy

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian


besar penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah.
Hipokretin, atau dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang
mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi
akibat penyakit autoimun.

xxviii
3. Gejala Narkolepsy

Berikut beberapa gejala narcolepsy:

 Kantuk yang berlebihan pada siang hari


Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
 Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
 Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel.
Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya
dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
 Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
 Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

4. Upaya Mencegah Narkolepsy

Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala narkolepsi. Anda
bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah ini:

 Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap
hari, termasuk akhir pekan.

xxix
 Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur sepanjang
hari. Tidur siang 20 menit pada waktu strategis sepanjang hari mungkin
akan menyegarkan dan mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.
 Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama
pada malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.
 Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya
empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih
terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

5. Pengobatan Narkolepsy

Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.


Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan
begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.Jika gejala yang dialami pasien cukup
parah, dokter akan memberikan obat-obatan. Jenis obat yang diberikan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi
kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:

 Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat


sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
 Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
 Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam
tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis

xxx
 Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
 Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari.

D. Apnea Tidur

1. Pengertian Apnea Tidur

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang
kali. Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, nantinya dapat menimbulkan komplikasi serius.

2. Penyebab Apnea

Penyebab apnea tidur setiap orang berbeda-beda. Salah satunya adalah


kelahiran prematur. Selain itu, penyebab apnea tidur antara lain:

1. Apnea Tidur Obstruktif

Jika otot-otot di bagian belakang tenggorokan mengendur, apnea tidur obstruktif


dapat terjadi. Saat otot mengendur, saluran pernapasan akan menyempit dan
menutup saat menarik napas. Hal ini akan menghalangi udara yang masuk dan
menurunkan kadar oksigen dalam otak. Kondisi tersebut membuat otak tidak
mampu bekerja secara optimal. Akibatnya, Anda akan terbangun beberapa kali
untuk membuka kembali saluran pernapasan yang terhambat. Jika terjadi berulang
kali, hal itu akan mengganggu Anda untuk bisa tidur nyenyak.

xxxi
2. Apnea Tidur Sentral

Apnea tidur sentral terjadi karena otak pusat gagal mengirimkan sinyal ke otot
yang mengontrol pernapasan. Orang dengan kondisi ini akan mengalami
kesusahan bernapas dalam waktu singkat. Selain itu, kondisi ini akan
membangunkan penderitanya dan menjadi sulit tidur.

3. Tanda Gejala Apnea

Seseorang dengan sleep apnea tidak akan menyadari bahwa dirinya


memiliki gangguan tersebut karena gejala utama ditandai dengan mengorok yang
dilanjutkan dengan henti nafas saat sedang tidur. Meski demikian, terdapat gejala
lain yang dapat diamati, yaitu:

 Hampir selalu merasa kelelahan saat bangun tidur


 Seringkali merasa kantuk di siang hari
 Mulut selalu kering saat baru bangun tidur
 Sakit tenggorokan saat bangun tidur
 Mengalami gangguan depresi atau kecemasan akibat rasa Lelah yang
berkepanjangan
 Keringat malam
 Susah tidur atau mengalami insomnia
 Kesulitan berkonsentrasi
 Bangun beberapa kali saat tidur malam sekalipun tidak ingin buang air
kecil
 Mengalami sakit kepala
 Penurunan libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki.

4. Upaya Mengatasi Masalah Apnea

xxxii
Cara mengatasi apnea tidur ringan dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup.
Bagaimana cara mengatasi apnea tidur ringan, berikut:

1. Menurunkan Berat Badan

Sebagian besar penderita apnea tidur adalah mereka yang memiliki berat badan
berlebih atau obesitas. Dengan menurunkan berat badan beberapa kilogram akan
membantu memperbaiki gejala apnea tidur.

2. Hindari Mengonsumsi Alkohol atau Obat Tidur

Alkohol dan obat tidur akan menurunkan tegangan otot di bagian belakang
tenggorokan. Hal tersebut akan mengganggu aliran udara yang masuk ke otak.

3. Mengubah Posisi Tidur

Posisikan tidur Anda dengan posisi yang membuat Anda lebih mudah untuk
bernapas.

4. Berhenti Merokok

Konsumsi rokok akan meningkatkan pembengkakan di saluran napas bagian atas.


Berhenti merokok membantu menghentikan pembengkakan dan membuat saluran
pernapasan menjadi lebih lega.

5. Pengobatan Sleep Apnea

Perawatan apnea tidur dilakukan bagi mereka yang memiliki kondisi


apnea tidur parah. Perawatan ini dilakukan secara medis, setelah berkonsultasi
dengan dokter spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT). Perawatan
apnea tidur yang dapat dilakukan, antara lain:

1. CPAP (Continuous positive airway pressure)

xxxiii
CPAP dilakukan dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti masker. Alat
ini akan membantu menghantarkan udara ke saluran pernapasan. Selain itu, terapi
CPAP juga membantu untuk meredakan gejala-gejala apnea tidur yang muncul.

2. BPAP (Bilevel positive airway pressure)

BPAP menggunakan alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan udara saat
menarik napas. Selain itu, alat ini juga membantu menurunkan tekanan udara saat
menghembuskan napas. Kondisi tersebut akan memudahkan penderita apnea tidur
untuk lebih mudah bernapas.

3. MAD (Mandibular advancement device)

MAD adalah alat yang digunakan untuk menjaga agar tenggorokan tetap terbuka.
Alat ini lebih mudah digunakan, namun tidak cocok untuk mereka yang menderita
apnea tidur parah.

4. ASV (Adaptive servo-ventilation)

ASV adalah alat ventilasi non-invasif yang digunakan untuk penderita apnea
sentral. Alat ini membantu agar saluran pernapasan tetap terbuka.

5. Operasi

Operasi menjadi pilihan terakhir jika upaya pengobatan lainnya tidak manjur.
Operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi apnea tidur beragam. Misalnya,
operasi pengangkatan jaringan (uvulopalatopharyngoplasty), operasi hidung,
trakeostomi, operasi reposisi rahang atau operasi ablasi radiofrekuensi.

E. Mengigau

1. Pengertian Mengigau

Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami


kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas. Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan

xxxiv
sebutan somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur. kata-kata
yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa gumam, monolog
kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Meski begitu, mengigau bisa
jadi indikasi gangguan tidur yang lebih serius, seperti sleep apnea (napas
berhenti), night terrors (menjerit) dan gangguan perilaku REM (Rapid Eye
Movement).

2. Penyebab Mengigau

Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,

Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:

 Sedang menggunakan obat tertentu


 Tekanan emosional
 Demam
 Gangguan kesehatan mental
 Penyalahgunaan zat terlarang
 Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang
mengigau saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota
keluarga lainnya yang mengigau, Anda mungkin juga berisiko.

3. Upaya Mengatasi Mengigau

1. Pastikan Istirahat Selalu Cukup

Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka

xxxv
mengigau pun tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.

2. Usahakan Pola Tidur Selalu Sama

Mempertahankan konsistensi pola tidur tampaknya agak sulit, terutama bagi


orang-orang yang memiliki kesibukan ekstra. Meski terlihat sederhana, nyatanya
ini menjadi salah satu cara menghilangkan mengigau yang ampuh. Kalau kamu
biasa tidur pukul 10 malam, maka usahakan tidur pukul 10 juga setiap malam.
Ketika pola tidur tidak teratur, maka akan muncul gangguan dan salah satunya
adalah ngigo.

3. Hindari Konsumsi Kafein dan Alkohol

Mengonsumsi kafein atau alkohol sebelum tidur nyatanya malah akan


menimbulkan gangguan tidur. Salah satu gangguan tidur yang timbul adalah
mengigau karena tubuh jadi tidak beristirahat dengan baik sebagaimana mestinya.
Jika kamu tidak bisa menahan diri untuk mengonsumsinya, usahakan jangan
pernah mengonsumsi kafein atau alkohol pada sore dan malam hari.

4. Rutin Berolahraga

Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.

xxxvi
5. Hindari Stres

Cara mengatasi mengigau yang berikutnya adalah mengendalikan pikiran menjadi


lebih positif. Kamu harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlalu stres karena
ini bisa jadi penyebab mengigau. Jadi, salah satu cara menghilangkan mengigau
yang paling ampuh adalah dengan mengontrol pikiran dan emosi. Ketika pikiran
menjadi tenang, maka istirahat pun menjadi lebih maksimal dan rileks.

6. Konsumsi Makanan Bergizi

Tanpa disadari, ternyata apa yang kita konsumsi juga bisa berpengaruh terhadap
kebiasaan tidur. Kalau kamu sudah mencoba berbagai cara di atas, tetapi belum
ada yang berhasil, maka cobalah untuk memperbaiki pola makan.Sangat
disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jangan lupa untuk
memenuhi asupan cairan tubuh dengan minum 8-10 gelas per hari. Tubuh yang
sehat akan membuat metabolisme lancar, sehingga organ tubuh akan bekerja
sebagaimana mestinya.

7. Ciptakan Suasana Tidur yang Nyaman

Langkah terakhir yang perlu kamu lakukan sebagai cara mengatasi tidur mengigau
adalah dengan menciptakan suasana tidur yang nyaman. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti penggunaan kasur, tata letak perabotan, hingga warna
dan tema kamar tidur.

F. Parasomnia

1. Pengertian Parasomnia

Parasomnia adalah gangguan yang melibatkan kegiatan fisik yang tidak


diinginkan, atau pengalaman yang terjadi selama tidur. Kendati gangguan tidur
jenis ini lebih umum ditemukan pada anak-anak, sekitar 5 -15 persen, dan orang
dewasa 1 persen, akan tetapi tidak menutup kemungkinan berhubungan dengan

xxxvii
adanya luka trauma. "Parasomnia dicirikan oleh perilaku fisik atau lisan yang
tidak diinginkan, seperti berjalan atau berbicara saat tidur, terjadi dalam hubungan
dengan tidur, tahapan tertentu dari tidur atau transisi tidur-bangun," ujarnya.

Parasomnia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yakni parasomnia primer
dan parasomnia sekunder. Parasomnia primer merupakan gangguan tidur yang
ditandai terjadinya simultan unsure-unsur dari transisi tidur-bangun. Sedangkan
parasomnia sekunder adalah gangguan sistem organ lainnya yang timbul selama
tidur.

"Parasomnia primer diklasifikasikan menurut tahap tidur, di mana mereka terjadi


yakni rapid eye movement (REM) atau non-cepat gerakan mata (NREM),"
ulasnya.

Sedangkan parasomnia sekunder mungkin sangat umum, tetapi bisa dikenali,


misdiagnosed, atau diabaikan dalam praktek klinis.

2. Penyebab Parasomnia

Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-
rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang

xxxviii
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

3. Tanda Gejala Parasomnia

Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan


gejala lain, seperti:

 bangun dengan bingung atau disorientasi


 melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
 menemukan luka asing di tubuh
 sulit tidur sepanjang malam
 mengantuk atau kelalahan di siang hari

4. Pengobatan Parasomnia

Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat


keparahannya. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan
menyarankan terapi perilaku kognitif (CBT).CBT adalah salah satu penanganan
parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan keterkaitan parasomnia
dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan kecemasan.

Metode lain yang dapat dilakukan bersama CBT, yaitu:

 psikoterapi
 terapi relaksasi
 hipnosis.

xxxix
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit


mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan

xl
dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata
sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah
terserang penyakit (Lanywati, 2001).

Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang


berlebihan terutama pada siang hari atau keterlambatan waktu bangun. Pada
kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderita hipersomnia mengalami
durasi serangan sekitar 1-2 jam. Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan
hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis,
penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda,
atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik lainnya.

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk


berlebih di siang hari. Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang
hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi. Serangan tidur bisa
menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan kapan saja secara
tiba-tiba, jika narkolepsi tidak terkendali serangan tidur dapat berlangsung selama
beberapa kali dalam sehari.

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur,
pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang kali. Akibatnya, oksigen ke otak
menjadi berkurang. Perawatan apnea tidur yang dapat dilakukan, antara lain:

1. CPAP (Continuous positive airway pressure)

2. BPAP (Bilevel positive airway pressure)

3. MAD (Mandibular advancement device)

4. ASV (Adaptive servo-ventilation)

xli
5. Operasi

Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami


kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas, kata-kata yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa
gumam, monolog kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Salah satu
penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika tubuh kurang
tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka mengigau pun tidak
bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan istirahat cukup setiap
harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.

Parasomnia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yakni parasomnia


primer dan parasomnia sekunder. Parasomnia primer merupakan gangguan tidur
yang ditandai terjadinya simultan unsure-unsur dari transisi tidur-bangun.
Sedangkan parasomnia sekunder adalah gangguan sistem organ lainnya yang
timbul selama tidur. Penyebab terjadinya paraomnia seperti:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi

xlii
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dikutip dari https://eprints.umm.ac.id/29877/2/jiptummpp-gdl-


intannovit-28824-2-babi.pdf, dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Anonim, Apa itu insomnia? Ini penyebab, Gejala, & Cara mengatasinya. Dikutip
dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-insomnia,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Liana Margareta. Hipersomnia. Dikutip dari

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1924090018/11Hipersomnia.pdf,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Anonim. Hipersomnia. Dikutip dari

https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia, dipetik tanggal 9 Maret 2023.

M.Khoirul Mukmin. 2013. Narkolepsi. Dikutip dari

xliii
http://mukmin93.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-narkolepsi_16.html?
m=1. Dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Anonim. Narkolepsi. Dikutip dari https://www.alodokter.com/narkolepsi. Dipetik


tanggal 9 Maret 2023.

Anonim. 2021. Gangguan Tidur Apnea. Dikutip dari

https://ciputrahospital.com/gangguan-tidur-apnea/. Dipetik tangal 9 Maret 2023.

Anonim. Sleep Apnea. Dikutip dari https://www.alodokter.com/sleep-apnea.


Dipetik tanggal 9 Mret 2023.

MAKALAH GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DOSEN:

Elfida,SKM.MPH

DISUSUN OLEH:

xliv
Putri Devita

(P00320222 068)

PROGAM STUDI PRODI D-III KEPERAWATAN KOTA LANGSA

POLTEKKES KEMENKES ACEH

TAHUN 2022-2023

xlv
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
1. INSOMNIA

A. PENGERTIAN

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang artinya tidur,
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia ada tiga macam, yaitu
pertama, Intial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua,
Middle Insomnia yaitu terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur lagi.
Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi.
(Purwanto, 2012).

Insomia adalah salah satu gangguan tidur pada malam hari dimana individu akan
merasakan kesulitan tidur pada malam hari dan membuat individu tidak cukup
tidur saat terbangun. Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya stres. Gejala fisik dapat dilihat dari raut muka yang pucat, mata sembab
dan badan yang merasa lemas (Wahyuningsih, 2007).

Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi ketika seseorang mengalami


kesulitan untuk tidur. Kondisi ini membuat pengidapnya tidak memiliki waktu
tidur yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut menyebabkan kondisi fisik pengidap
insomnia menjadi tidak cukup fit untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.

Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang
(kronis). Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami
untuk memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui
siklus yang bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata
cepat.

Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam.
Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali
empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu,
dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.

Jenis – jenis insomnia

xlvi
Insomnia terbagi menjadi dua jenis, yaitu insomnia primer dan insomnia
sekunder. Insomnia primer adalah gangguan tidur yang tidak terkait dengan
penyakit atau kondisi medis lain. Sementara itu, insomnia sekunder adalah
gangguan tidur yang terjadi akibat gangguan kesehatan, seperti:

 Refluks asam lambung (GERD)


 Asma
 Depresi
 Kanker
 Radang sendi

Insomnia dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau jangka panjang
(kronis). Insomnia akut terjadi secara mendadak dan dapat berlangsung dari hanya
1 malam sampai beberapa minggu. Sementara itu, insomnia kronis terjadi
setidaknya 3 malam dalam 1 minggu dan berlangsung selama 3 bulan atau lebih.

B. PENYEBAB

Penyebab insomnia bisa bervariasi, tergantung pada jenisnya, terbagi menjadi


insomnia primer dan insomnia sekunder.

Berikut adalah berbagai penyebab insomnia berdasarkan jenisnya:

 Insomnia Primer

Insomnia primer dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu penyebab insomnia
primer adalah hal-hal yang memicu stres, misalnya masalah dalam pekerjaan atau
keuangan. Stres juga bisa disebabkan oleh peristiwa duka, seperti kehilangan
orang yang dicintai.

Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan insomnia primer antara lain:

 Kebiasaan buruk yang dilakukan sebelum tidur, seperti makan terlalu


banyak, menggunakan komputer atau smartphone, dan menonton televisi
 Faktor lingkungan, seperti suara bising, lampu yang terlalu terang, suhu
yang terlalu dingin atau terlalu panas

xlvii
 Jadwal tidur yang tidak teratur, misalnya karena pergantian jam kerja

 Insomnia Sekunder

Sejumlah penyakit atau kondisi medis yang dapat menyebabkan insomnia


sekunder meliputi:

1. Gangguan psikis, seperti:

 Gangguan kecemasan
 Gangguan stres pasca trauma (PTSD)
 Gangguan bipolar
 Depresi

2. Kondisi yang menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan saat malam hari,


antara lain:

 Gangguan hormon, seperti hipertiroidisme, yang menyebabkan jantung


berdebar bahkan saat istirahat, atau menopause yang menyebabkan badan
terasa panas pada malam hari
 Gangguan otot dan sendi, misalnya radang sendi (artritis) dan
fibromyalgia, yang menyebabkan nyeri
 Gangguan berkemih, akibat pembesaran prostat atau diabetes, yang
menyebabkan bolak-balik ke kamar mandi pada malam hari
 Gangguan pencernaan, misalnya GERD, yang menyebabkan perut terasa
panas dan penuh saat berbaring
 Gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis,
yang dapat menyebabkan kecemasan karena sulit bernapas

3. Gangguan kesehatan lain, meliputi:

 Gangguan saraf, seperti penyakit Parkinson atau penyakit Alzheimer, yang


menimbulkan gangguan pada zat kimia otak yang mengendalikan rasa
kantuk dan tidur

xlviii
 Gangguan tidur, seperti restless leg syndrome dan sleep apnea, yang
menyebabkan penderita terbangun berkali-kali pada malam hari

4. Pola hidup pasien yang tidak sehat, seperti:

 Merokok
 Menyalahgunakan NAPZA
 Mengonsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan

5. Konsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan tidur, misalnya:

 Antidepresan, seperti fluoxetine dan protriptyline


 Obat asma, seperti teofilin
 Obat dekongestan
 Obat tekanan darah tinggi, seperti penghambat beta
 Obat yang mengandung kafein, seperti obat alergi dan obat pereda nyeri

C. TANDA DAN GEJALA INSOMNIA

Menurut penelitian (Iwan, 2009) ada beberapa tanda dan gejala insomnia,
diantaranya :

 Kesulitan untuk memulai tidur


 Tiba-tiba terbangun pada malam hari
 Bisa terbangun lebih awal/dini hari
 Merasa mengantuk di siang hari
 Sakit kepala pada siang hari
 Merasa kurang puas dengan tidurnya
 Merasa kurang nyaman /gelisah saat tidur
 Mendapat mimpi buruk
 Badan terasa lemah,letih,kurang tenaga setelah tidur
 Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan
 Tidur selama 6 jam dalam semalam

D. PENCEGAHAN

xlix
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah insomnia, antara
lain:

 Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,
termasuk saat akhir pekan
 Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi
makanan sehat, termasuk sayuran dan buah-buahan
 Berolahraga secara rutin, tetapi tidak dekat waktu tidur
 Membatasi waktu tidur siang
 Menjaga kenyamanan dan suhu kamar tidur, serta usahakan hanya masuk
ke kamar bila ingin tidur
 Membuat tubuh terasa rileks sebelum tidur, misalnya dengan mandi air
hangat atau membaca buku
 Memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter, terutama jika memiliki
penyakit kronis yang memerlukan kontrol rutin

E. PENATALAKSANAAN

Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada orang yang mengalami insomnia adalah melakukan behavioral treatment
untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur. Contoh behavioral treatment sebagai
berikut:

1. Kontrol Stimulus

Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan yang nyaman agar
merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk tertidur.

2. Terapi Kognitif

Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk menciptakan pikiran yang positif
dan yakin untuk bisa tertidur.

3. Pembatasan Tidur

l
Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari, sehingga dapat memulai
tidur dengan mudah dimalam hari.

2. PARASOMNIA

A. PENGERTIAN

Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat Anda
sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat
Anda.

Jika Anda menderita parasomnia, Anda dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku
agresif saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar Anda mungkin
mengira Anda sedang terjaga. Anda pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal
yang telah Anda lakukan atau katakan ketika terbangun nanti.

Parasomnia dapat membahayakan diri sendiri karena Anda sedang dalam keadaan
tidak sadar dengan kondisi sekitar. Gangguan ini juga dapat mengurangi kualitas
tidur sehingga menimbulkan efek negatif pada kesehatan.

Jenis-Jenis Parasomnia

Parasomnia dikelompokkan berdasarkan fase tidur saat gangguan ini terjadi, yaitu
parasomnia NREM dan REM. Akan tetapi, ada juga jenis parasomnia yang tidak
masuk dalam kedua kelompok tersebut. Berikut adalah jenis-jenis parasomnia:

 Parasomnia non-rapid eye movement (NREM)

NREM merupakan tahap ketika seseorang mulai terlelap hingga kemudian tidur
nyenyak. Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) terdiri dari beberapa
jenis, yaitu:

 Confusional arousals, terjadi ketika Anda dalam kondisi setengah tersadar


tetapi tampak bingung dan sulit memahami saat diajak berkomunikasi
 Sleepwalking, yaitu kondisi berjalan sambil tidur dengan mata terbuka
tetapi Anda tidak sadar akan kondisi sekitar

li
 Night terror (sleep terror), terjadi ketika Anda menjerit atau menangis dan
diiringi dengan jantung berdetak cepat, napas terengah-engah, dan
berkeringat. Kondisi ini bisa membuat Anda tiba-tiba terbangun dalam
keadaan ketakutan tanpa alasan yang jelas
 Gangguan tidur yang melibatkan perilaku abnormal atau sleep sex, terjadi
ketika Anda tidur sambil melakukan masturbasi, penetrasi, mengeluarkan
suara seakan-akan sedang berhubungan seksual, atau menyantap jenis
makanan yang tidak akan dikonsumsi saat terjaga

 Parasomnia rapid eye movement (REM)

Setelah fase NREM terlalui, Anda akan memasuki fase REM. Pada fase ini, mata
Anda bergerak cepat di belakang kelopak mata dan gelombang otak Anda terlihat
mirip dengan saat terjaga. Fase REM juga ditandai dengan peningkatan detak
jantung dan tekanan darah.

Mimpi alias bunga tidur terjadi pada fase ini. Selama fase REM, lengan dan kaki
Anda menjadi lumpuh sementara untuk mencegah Anda bereaksi secara fisik
terhadap mimpi Anda.

Parasomnia yang terjadi pada fase NREM meliputi beberapa kondisi berikut:

 Recurrent isolated sleep paralysis atau ketindihan, yaitu kondisi yang


ditandai dengan ketidakmampuan menggerakan tubuh meski Anda sudah
terjaga
 REM sleep behavior disorder (RSBD), terjadi jika Anda berbicara,
tertawa, berseru, menjerit, atau membuat gerakan agresif seperti
menendang dan meninju saat tidur. Jenis parasomnia ini umumnya dialami
oleh penderita penyakit neurodegeneratif, seperti penyakit Parkinson, lewy
body dementia, atau stroke
 Nightmare disorder, terjadi ketika mimpi terasa begitu nyata sehingga
Anda dapat menggambarkan mimpi tersebut secara rinci. Kondisi ini lebih

lii
mungkin terjadi jika Anda sedang stres, sakit, lelah, mengalami peristiwa
traumatis, atau berada dalam pengaruh alkohol

Selain itu, beberapa jenis parasomnia lainnya adalah sindrom kepala meledak
(exploding head syndrome), menggeretakkan gigi, halusinasi, dan mengompol.

Namun, mengompol baru dikategorikan sebagai parasomnia jika dialami oleh


anak berusia lebih dari 5 tahun dan terjadi setidaknya 2 kali dalam seminggu
selama minimal 3 bulan.

B. PENYEBAB

Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid
eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

C. TANDA DAN GEJALA

Gangguan tidur dapat menyebabkan berbagai gejala,bahkan gejala yang tidak


terlalu terlihat.Berikut ini adalah beberapa gejala umum dari gangguan tidur:

 Sangat mengantuk pada siang hari

liii
 Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari
 Tiba-tiba tertidur saat duduk dan melakukan aktivitas lain, seperti
membaca atau menonton tv
 Sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tertentu dirumah , tempat
kerja, atau sekolah
 Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyetir
 Sering terlihat mengantuk
 Sulit mengingat atau menyimpan informasi
 Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
 Emosi yang tidak stabil
 Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap
terbangun

D. PENCEGAHAN

Beberapa pencegahannya ialah sebagai berikut :

 Bijak mengelola stres, cobalah untuk rileks, bangun pikiran positif, fokus
pada apa yang perlu dan penting Anda kerjakan, jangan memikirkan hal
yang terlalu rumit
 Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, termasuk
dengan berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi Anda,
berlibur, ibadah yang rajin

liv
 Buat jadwal aktifitas keseharian Anda yang teratur, tidak hanya untuk
tidur dan bangun, namun juga beraktifitas lainnya agar tubuh Anda pun
terbiasa
 Saat akan tidur, kondisikan kamar Anda agar nyaman, kenakan pakaian
tidur yang nyaman dan bersih, tidak makan berlebihan menjelang tidur,
dan lakukan hal yang membuat Anda mengantuk, seperti dengan
membaca, massage
 Batasi penggunaan gadget yang tidak perlu
 Jangan minum sembarang obat atau herbal selain dari dokter

E. PENATALAKSANAAN

Langkah awal penatalaksanaan parasomnia adalah menangani komorbid dari


parasomnia atau kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia, misalnya
penghentian obat hipnotik sedatif, antipsikotik, atau antidepresan.

Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik. Tata
laksana umum meliputi edukasi dan profilaksis. Secara spesifik, tata laksana
parasomnia meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan
farmakoterapi.

3. HIPERSOMNIA

A. PENGERTIAN

Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah
tidur cukup pada malam sebelumnya. Hipersomnia bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala yang disebabkan oleh kondisi tertentu. Waktu tidur yang ideal
bagi orang dewasa adalah sekitar 7–9 jam setiap malamnya. Bila waktu tidurnya
cukup dan kualitas tidurnya baik, seseorang akan merasa segar ketika bangun pagi
dan bisa beraktivitas dengan baik di siang hari.

lv
Pada penderita hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS), rasa kantuk
yang berlebihan pada siang hari masih muncul meski sudah tidur cukup pada
malam harinya. Kantuk tersebut juga tidak membaik dengan tidur siang. Jika tidak
ditangani, gangguan tidur ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti
berkendara.

Walaupun menyebabkan rasa kantuk yang parah di siang hari, hipersomnia


berbeda dengan narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang
menyebabkan penderitanya tidur secara tiba-tiba tanpa bisa dicegah. Sementara
itu, penderita hipersomnia masih bisa menahan rasa kantuk meski merasa sangat
lelah.

B. PENYEBAB

Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi


dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.

 Hipersomnia primer

Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat
kondisi berikut:

Narkolepsi tipe 1

Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak,
dan cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin).

Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe
1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.

Narkolepsi tipe 2

lvi
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki
gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe
2 biasanya dimulai pada masa remaja.

Sindrom Kleine-Levin

Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun.

Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode
mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.

Hipersomnia idiopatik

Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti


pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia sekunder

Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab


atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:

Hipersomnia karena kondisi medis

Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,


hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.

Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi


musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga bisa
memicu terjadinya hipersomnia.

Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol

lvii
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu
tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.

Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.

Hipersomnia karena kurang tidur

Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

C. TANDA DAN GEJALA

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode ngantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di
siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

lviii
D. PENCEGAHAN

Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan
kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam sleep hygiene adalah:

 Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap
harinya agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
 Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan
malam hari
 Membatasi waktu tidur siang
 Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar tidur
yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih bantal dan
selimut yang nyaman
 Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar dapat
tidur lebih nyenyak
 Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat menyebabkan
sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
 Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang
hari
 Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam
 Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang
dapat menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau
epilepsi

E. PENATALAKSANAAN

Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.


Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.

 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,


atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.

lix
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.

4. NARCOLEPSY

A. PENGERTIAN

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh
atau mengalami kecelakaan.

Narkolepsi dapat disertai dengan gejala lain, seperti sleep paralysis, halusinasi,
dan katapleksi. Katapleksi sendiri adalah kelemahan atau kehilangan kendali otot
wajah, leher, dan lutut.

Narkolepsi yang disertai dengan katapleksi disebut dengan narkolepsi tipe 1.


Sedangkan narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi disebut dengan
narkolepsi tipe 2.

Narkolepsi termasuk dalam kondisi yang berkepanjangan (kronis) dan tidak dapat
disembuhkan. Meski demikian, gejala yang timbul akibat narkolepsi tetap bisa
dikelola dengan baik melalui pengobatan dan penerapan pola hidup yang tepat.

B. PENYEBAB

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.

Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:

 Tumor otak

lx
 Cedera kepala
 Radang otak (ensefalitis)
 Multiple sclerosis

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi


atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi,
yaitu:

 Usia 10–30 tahun


 Kelainan genetik
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Stres

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umumnya terjadi :

 Rasa ngantuk yang berlebihan pada siang hari


 Serangan tidur
 Katalepsi
 Ketindihan atau sleep paralysis
 Halusinasi
 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Keinginan untuk makan secara berlebihan
 Kelelahan ekstrem dan kekurangan energi yang terjadi secara terus-
menerus

D. PENCEGAHAN

lxi
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu
mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya
gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:

 Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
 Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
 Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
 Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

E. PENATALAKSANAAN

Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan
yang merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu
orang dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya adalah
antidepresan trisiklik.

Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah dengan
menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang cukup di
malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu, karena
salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan

lxii
untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang
lainnya.

5. SLEEP APNEA

A. PENGERTIAN

Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup. Atau gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya
berhenti bernapas sejenak saat tertidur. Durasi henti napas ini dapat terjadi selama
10-30 detik dan dapat terulang berkali-kali sepanjang malam.

B. PENYEBAB

Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:

 Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling
sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya
karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa
tidur.
 Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe
ini, tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan
kepada otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat
kontrol pernapasan yang ada di otak.
 Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent
central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan
CSA. Penderita MSA, dapat memiliki sumbatan pada saluran napas yang
membuatnya berhenti bernapas, sekaligus juga mengalami CSA dimana
napas berhenti meskipun saluran udara tetap terbuka

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:

lxiii
 Dengkuran keras.
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
 Terengah-engah dalam tidur.
 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
 Nyeri kepala saat bangun tidur.
 Sulit mempertahankan tidur.
 Mengantuk saat siang hari.
 Sulit konsentrasi.
 Iritabilitas.

D. PENCEGAHAN

Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara


memiliki pola makan sehat, berhenti merokok, dan membatasi asupan alkohol.

E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua yakni terapi
nonbedah dan bedah. Penatalaksanaan OSA disesuaikan berdasarkan Indeks
Apnea-Hipopnea (AHI) pasien.

Terapi nonbedah dapat berupa penggunaan continuous positive pressure (CPAP),


oral appliance therapy, dan obat-obatan. Sedangkan terapi bedah bertujuan untuk
memperbaiki abnormalitas pada struktur anatomi saluran napas atas dan volume.
Hingga saat ini CPAP adalah terapi pilihan utama yang digunakan untuk OSA

6. MENGIGAU

lxiv
A. PENGERTIAN

Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami


kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas.

Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan sebutan


somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur. kata-kata yang
diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa gumam, monolog
kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Meski begitu, mengigau bisa
jadi indikasi gangguan tidur yang lebih serius, seperti sleep apnea (napas
berhenti), night terrors (menjerit) dan gangguan perilaku REM (Rapid Eye
Movement).

setiap orang bisa mengigau, tetapi pada umumnya terjadi pada pria dan anak-anak.
sama halnya dengan kebiasaan berjalan saat tidur.

Memang sedikit orang mengigau berat yang memiliki gangguan psikologis[1]


namun yang pasti ketika mengigau berarti sebenarnya ada hal yang sedang
dipikirkan sebelum beranjak tidur.

sebuah penelitian yang dilakukan di Perancis melaporkan bahwa ucapan yang


keluar saat mengigau di malam hari mungkin lebih buruk daripada saat Anda
terbangun. Biasanya keluar kata-kata makian atau “tidak”. Penelitian tersebut
dilakukan oleh 230 orang dewasa selama satu atau dua malam berturut-turut. Para
peneliti mencatat hampir 900 ucapan orang mengigau setiap malam.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah hampir 59 persen ucapan yang keluar
saat mengingau tidak dapat dipahami, termasuk bergumam, berbisik, atau tertawa.
Namun, di antara ucapan yang bisa dimengerti, mengandung kata-kata yang
menyinggung, berunsur negatif, makian, dan tidak pantas diucapkan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ucapan yang keluar saat mengigau jauh lebih
rumit daripada yang diharapkan dan mendukung teori bahwa ada fungsi otak yang
lebih tinggi selama semua tahap tidur.

lxv
Mengigau juga memiliki tahap keparahan, tahap 1 dan 2 merupakan tahap
mengigau dalam keadaan tidur nyenyak dan masih bisa dipahami. Sedangkan
untuk tahap 3 dan 4 merupakan pembicaraan yang sulit dipahami.

B. PENYEBAB

Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,

Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:

 Sedang menggunakan obat tertentu


 Tekanan emosional
 Demam
 Gangguan kesehatan mental
 Penyalahgunaan zat terlarang

Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang mengigau
saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota keluarga lainnya yang
mengigau, Anda mungkin juga berisiko.

C. TANDA DAN GEJALA

Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada fungsi
otak, kondisi ini disebut dengan Rapid Eye Movement (REM) sleep behaviour
disorder

D. PENCEGAHAN

Cara Menghilangkan Mengigau Saat Tidur yang Paling Ampuh

lxvi
Ngigo atau mengigau adalah salah satu kebiasaan tidur yang dianggap wajar oleh
kebanyakan orang. Meskipun demikian, kebiasaan yang satu ini bisa dikatakan
cukup mengganggu dan bisa menjadi hal yang memalukan bagi ‘penderitanya’.
Ini cara mengatasi mengigau atau ngigo yang mudah dan ampuh:

 Pastikan Istirahat Selalu Cukup

Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka
mengigau pun tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.

 Usahakan Pola Tidur Selalu Sama

Mempertahankan konsistensi pola tidur nampaknya agak sulit, terutama bagi


orang-orang yang memiliki kesibukan ekstra. Meski terlihat sederhana, nyatanya
ini menjadi salah satu cara menghilangkan mengigau yang ampuh. Kalau kamu
biasa tidur pukul 10 malam, maka usahakan tidur pukul 10 juga setiap malam.
Ketika pola tidur tidak teratur, maka akan muncul gangguan dan salah satunya
adalah ngigo.

 Hindari Konsumsi Kafein dan Alkohol

Mengonsumsi kafein atau alkohol sebelum tidur nyatanya malah akan


menimbulkan gangguan tidur. Salah satu gangguan tidur yang timbul adalah
mengigau karena tubuh jadi tidak beristirahat dengan baik sebagaimana mestinya.
Jika kamu tidak bisa menahan diri untuk mengonsumsinya, usahakan jangan
pernah mengonsumsi kafein atau alkohol pada sore dan malam hari.

 Rutin Berolahraga

Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.

lxvii
 Hindari Stres

Cara mengatasi mengigau yang berikutnya adalah mengendalikan pikiran menjadi


lebih positif. Kamu harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlalu stres karena
ini bisa jadi penyebab mengigau. Jadi, salah satu cara menghilangkan mengigau
yang paling ampuh adalah dengan mengontrol pikiran dan emosi. Ketika pikiran
menjadi tenang, maka istirahat pun menjadi lebih maksimal dan rileks.

 Konsumsi Makanan Bergizi

Tanpa disadari, ternyata apa yang kita konsumsi juga bisa berpengaruh terhadap
kebiasaan tidur. Kalau kamu sudah mencoba berbagai cara di atas, namun belum
ada yang berhasil, maka cobalah untuk memperbaiki pola makan.

Sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jangan lupa untuk
memenuhi asupan cairan tubuh dengan minum 8-10 gelas per hari. Tubuh yang
sehat akan membuat metabolisme lancar, sehingga organ tubuh akan bekerja
sebagaimana mestinya.

 Ciptakan Suasana Tidur yang Nyaman

Langkah terakhir yang perlu kamu lakukan sebagai cara mengatasi tidur mengigau
adalah dengan menciptakan suasana tidur yang nyaman. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti penggunaan kasur, tata letak perabotan, hingga warna
dan tema kamar tidur.

E. PENATALAKSANAAN

 Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk


 Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur
 Tidur hanya di tempat tidur di kamar tidur dan bukan di tempat lain,
seperti sofa
 Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun
 Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk

lxviii
 Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur malam
berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur malam)
 Hindari tidur di siang hari
DAFTAR PUSAKA

Purwanto, S. 2008. Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi. Jurnal


Kesehatan, VOL. I, NO. 2, Hal 141-148.

Wahyuningih (2007). Hubungan Tingkat Depresi Dengan Gangguan Tidur


(Insominia)

Iwan. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). 2009.


http://www.sleepnet.com. Diakses 28Mei 2015.

Lydia. (2015). Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Kejadian Insomnia di


Poliklinik Saraf RS DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas , Vol. 4
No. 3 Hal. 951-956.

Levenson, Jesisica C., kay, daniel B., Buysse, Daniel J. (2014). The
pathophysiology of insomnia. Chest, 147(4), 1179- 1192.

Rodriguez CL, Foldvary-Schaefer N, Clinical neurophysiology of NREM


parasomnias. Handbook of Clinical Neurology. 2019. Volume 161, Pages 397-
410

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes,


Definition and Treatments.

National Institute of Health. 2020. U.S. National Library of Medicine.


MedlinePlus. Narcolepsy.

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

lxix
National Health Services. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

WebMD. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Sleep apnea - Symptoms and causes.

WebMD. Diakses pada 2019. Sleep Apnea: Types, Common Causes, Risk
Factors, Effects on Health.

lxx
MAKALAH GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DOSEN:

ELFIDA,SKM.MPH

DISUSUN OLEH:

SALWA AURIA
(P00320222 072)

PROGAM STUDI PRODI D-III KEPERAWATAN KOTA LANGSA

POLTEKKES KEMENKES ACEH

TAHUN 2022-2023

1.INSOMNIA

lxxi
A.DEFINISI INSOMNIA

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang artinya tidur,
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia ada tiga macam, yaitu
pertama, Intial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua,
Middle Insomnia yaitu terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur lagi.
Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi.
(Purwanto, 2012).

Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi ketika seseorang mengalami


kesulitan untuk tidur. Kondisi ini membuat pengidapnya tidak memiliki waktu
tidur yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut menyebabkan kondisi fisik pengidap
insomnia menjadi tidak cukup fit untuk melakukan aktivitas keesokan
harinya.Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka
panjang (kronis). Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi
secara alami untuk memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan
melalui siklus yang bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-
gerakan mata cepat.

Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu
malam. Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini
diawali empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam.
Lalu, dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.

B.PENYEBAB INSOMNIA

Ada 2 jenis insomnia, yakni insomnia akut dan kronis kemungkinan


insomnia akut yaitu:

a. Stres situasional
b. Jet lag (ngantuk pada siang hari,sulit tidur pada malam hari)
c. Penyakit
d. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
e. Kebiasaan tidur yang buruk

lxxii
Disisi lain insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat
dari :
a. Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung
b. Masalah fisiologis, seperti kecemasan,depresi atau gangguan penggunaan zat
c. Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya
d. Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes,kanker,penyakit refluks
gastrosofagus ( GERD), atau penyakit kardiovasekuler

Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer
tidak diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat
terjadi, seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat
tertentu, serta mengidap diabetes.

C.TANDA DAN GEJALA INSOMNIA


Menurut penelitian (Iwan, 2009) ada beberapa tanda dan gejala insomnia,
diantaranya :
1. Kesulitan untuk memulai tidur
2. Tiba-tiba terbangun pada malam hari
3. Bisa terbangun lebih awal/dini hari
4. Merasa mengantuk di siang hari
5. Sakit kepala pada siang hari
6. Merasa kurang puas dengan tidurnya
7. Merasa kurang nyaman /gelisah saat tidur
8. Mendapat mimpi buruk
9. Badan terasa lemah,letih,kurang tenaga setelah tidur
10. Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan
11. Tidur selama 6 jam dalam semalam

lxxiii
D.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSOMNIA

1) Usia Dan Tahap Perkembangan


Bayi baru lahir menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur (kurang
lebih 16 jam dalam periode waktu 24 jam). Sebagian besar waktu dihabiskan
dalam tahaan REM. Secara umum, saat anak memasuki masa kanak – kanak,
jumlah jam tidur berkurang dan jumlah waktu yang dihabiskan dalam tahap
REM juga berkurang; pengecualian saat anak – anak dan pra remaja, yang
membutuhkan lebih banyak tidur selama memacu pertumbuhan. Kualitas tidur
selama masa anak – anak mungkin dipengaruhi karena takut, mimpi buruk, dan
meningkatnya aktivitas anak yang dilakukan sebelum waktu tidur. Jumlah tidur
dan interval tidur berubah saat usia dewasa. Orang dewasa tua cenderung lebih
sering terjaga dimalam hari dan mungkin lebih banyak tidur siang, khususnya
setelah kecapekan.
2) Pengaruh Psikososial
Sering kali mahasiswa mengalami gangguan pada jiwanya karena mendapat
tekanan-tekanan akademik maupun non-akademik yang sering kali
menyebabkan stress yang membuat psikis maupun sosialnya terganggu.
3) Gaya Hidup
Gaya hidup sehari hari yang kurang dalam melakukan kegiatan ataupun
kurangnya olah raga dan lain sebagainya.
4) Jenis Kelamin Perempuan
Banyak penelitian beranggapan bahwa perempuan sering kali mengalami
insomnia dibandingkan laki – laki.
5) Pendapatan
Biasanya orang dewasa yang bekerja dan memiliki pendapatan yang kurang
dan serig kali bergadang karna memikikan bagaimana untuk kelangungan
hidupnya.
6) Tingkat Pendidikan

lxxiv
Sering kali orang awam yang kurang sekali dengan pendidikannya mereka
tidak mengetahui akan akibat dari seringnya bergadang (Lydia, 2013).

E.KLAFIKASI
Levenson, Kay & Buysee, (2014) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis
insomnia, (1) Insomnia Akut yaitu insomnia yang terjadi dua sampai tiga minggu
dan disebabkan karena stres dan perasaan khawatir. (2) Insomnia Kronis yaitu
insomnia yang sudah terjadi lebih dari satu bulan. Menurut Perlis & Gehram
(2013) klasifikasi berdasarkan bentuk insomnia yaitu:
a. Difficulty in Initiating Sleep (DIS)
Jenis ini sering disebabkan karena tidur yang terjaga yang disertai kecemasan
dan faktor
b. Difficulty in Maintaining Sleep (DMS)
Biasanya bangun ecara tiba-tiba,atau padasaat tertentu seperti merasa pusing
tiba-tiba kemudian terbangun
c. Early Morning aking (Sleep Offset Insomnia)
Sering terjadi pada orang tua dan biasanya disebabkan karena demensia,
penyakit parkinson, gejala menopause, depresi, dan obat-obatan.

F.PENCEGAHAN INSOMNIA
 Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,termasuk
saat akhir pekan
 Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi makan yang
sehat,termasuk sayuran dan buah-buahan
 Beroalhraga secara rutin,tetapi tidak dekat waktu tidur
 Membatasi waktu tidur siang
 Menjaga kenyamanan dan suhu kamar bila ingin tidur
 Membuat tubuh menjad rileks sebelum tidur, misalnya denagn mandi air hangat
atau membaca buku

lxxv
 Memeriksa kesehatan secara rutin ke dokter,terutama jika memiliki penyakit
kronis yang memerlukan kontrol rutin

G.PENATALAKSANAAN INSOMNIA
Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada orang yang mengalami insomnia adalah melakukan behavioral
treatment untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur. Contoh behavioral treatment
sebagai berikut:
1. Kontrol Stimulus
Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan yang nyaman agar
merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk tertidur.
2. Terapi Kognitif
Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk menciptakan pikiran yang
positif
dan yakin untuk bisa tertidur.
3. Pembatasan Tidur
Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari, sehingga dapat memulai
tidur dengan mudah dimalam hari.
Latihan relaksasi jangka pendek sebelum tidur seperti meditasi dan nafas dalam
dapat membantu untuk meningkatkan kualitas tidur. Selain itu relaksasi mental
yang dilakukan dengan cara yoga juga dapat membantu, hal tersebut
dikarenakan relaksasi dapat menenangkan pikiran sehingga tubuh akan lebih
tenang dan mudah untuk tidur

2.PARASOMNIA
A.DEFINISI PARASOMNIA
Gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang paling umum dialami oleh
masyarakat dan sekitar sepertiga populasi dunia pernah mengalami gangguan tidur
(Setiabudhi, 2011). Menurut PPDJ-III, gangguan tidur secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu dissomnia dan parasomnia. Parasomnia merupakan peristiwa
episodik abnormal yang terjadi selama masa tidur. Termasuk dalam golongan ini

lxxvi
adalah somnabulisme, terror tidur, dan mimpi buruk (Maslim, 2002). Gangguan
tidur yang berkepanjangan mampu mengubah siklus tidur biologis, menurunkan
daya tahan tubuh serta prestasi kerja, mudah tersinggung, gangguan depresi,
kurang konsentrasi, kelelahan, yang akan mempengaruhi keselamatan diri sendiri
atau orang lain dan menurunkan kualitas hidup penderita (Asnis et.al, 2016).

B.PENYEBAB PARASOMNIA
Gangguan tidur disebabkan olrh berbagai macam hal.Beberapa penyebab dari
gangguan tidur antara lain:
 Gangguan fisik,seperti nyeri perut.
 Kondisi medis,seperti sesak napas.
 Obat-obatan seperti kafein,antidepresan,atau stimulan.
 Gangguan kejiwaan,seperti depresi atau cemas.
 Kondisi lingkungan,seperti pekerja shift malam hari.
 Usia lanjut
 Penyalahgunaan alkhol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

C.TANDA DAN GEJALA PARASOMNIA

Gangguan tidur dapat menyebabkan berbagai gejala,bahkan gejala yang tidak


terlalu terlihat.Berikut ini adalah beberapa gejala umum dari gangguan tidur:

 Sangat mengantuk pada siang hari


 Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari
 Tiba-tiba tertidur saat duduk dan melakukan aktivitas lain, seperti membaca atau
menonton tv
 Sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tertentu dirumah , tempat kerja,
atau sekolah
 Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyetir

lxxvii
 Sering terlihat mengantuk
 Sulit mengingat atau menyimpan informasi
 Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
 Emosi yang tidak stabil
 Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap terbangun

D.KLAFIKASI PARASOMNIA

 Nightmare disorder: Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan
perasaan negatif,seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan
seseorang dari tidur.
 Sleep terror disorder:Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan
perasaan negatif, seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan
seseorang dari tidur.
 Sleepwalking disorder (somnambulisme):Tindakan bangun dan berjalan ke
sekeliling saat tidur.Tidur berjalan paling sering terjadi pada anak-anak, yang
biasanya menghilang pada usia remaja.

E.PENCEGAHAN PARASOMNIA

 Bijak mengelola stres, cobalah untuk rileks, bangun pikiran positif, fokus pada
apa yang perlu dan penting Anda kerjakan, jangan memikirkan hal yang terlalu
rumit.
 Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, termasuk dengan
berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi Anda, berlibur, ibadah
yang rajin.
 Buat jadwal aktifitas keseharian Anda yang teratur, tidak hanya untuk tidur dan
bangun, namun juga beraktifitas lainnya agar tubuh Anda pun terbiasa

lxxviii
 Saat akan tidur, kondisikan kamar Anda agar nyaman, kenakan pakaian tidur
yang nyaman dan bersih, tidak makan berlebihan menjelang tidur, dan lakukan
hal yang membuat Anda mengantuk, seperti dengan membaca, massage.
 Batasi penggunaan gadget yang tidak perlu.
 Jangan minum sembarang obat atau herba selain dari dokter.

F.PENATALAKSANAAN PARASOMNIA

Penatalaksana parasomnia dibagi menjadi dua tata laksana umun dan spesifik.
Penatalaksanaan umum meliputi:

 Edukasi dan profilaksi

Penatalaksanaan secara spesifik meliputi:

 Pembangunan pasien antisipatorik,


 Psikoterapi
 Famakoterapi

3.HIPERSOMNIA

A.DEFINISI HIPERSOMNIA

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang


ekstrem di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup)
pada malam hari.Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat
siang hari. Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas
hidup pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan
kemungkinan kecelakaan.

B.PENYEBAB HIPERSOMNIA

lxxix
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi
dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.

 Hipersomnia Primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena
kondisi atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi
empat kondisi berikut:
 Narkolepsi tipe 1 : Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot
mendadak yang dipicu oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh
rendahnya kadar zat kimia otak, dan cairan serebrospinal (neurotransmitter)
hipokretin (juga disebut orexin). Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia
10 dan 25 tahun.
 Narkolepsi tipe 2 :Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis
narkolepsi ini memiliki gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin
yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa remaja.
 Sindrom Kleine-Levin : Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia
ekstrim. Biasanya terjadi dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang
kejiwaan. Setiap episode dapat berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan
beberapa episode berlangsung beberapa minggu hingga bulan dan berulang
beberapa kali dalam setahun.Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada
anak laki-laki dengan episode mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
 Hipersomnia idioptik :Diopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi,
hipersomnia idiopatik berarti pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan
yang tidak diketahui, bahkan setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang
cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia Sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
 Hipersomnia karena kondisi medis :Penyakit dan kondisi yang dapat
menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis,

lxxx
multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom
fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik
lainnya.Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar,
depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat
juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.
 Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohor : Obat penenang (termasuk
benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu tidur),obat antihipertensi,
obat anti-epilepsi,agen anti-parkinson, relaksan otot rangka, antipsikotik,
opium,ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.Selain itu, penarikan
dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab hipersomnia.
 Hipersoma karena kurang tidur :Kurang tidur atau insufficient sleep
syndrome menjadi penyebab paling sering dari hipersomnia. Sebagian besar
penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup tidur pada malam hari (dalam
hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

C.TANDA DAN GEJALA HIPERSOMNIA

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode ngantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat mengantuk
di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif setelah
tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.

lxxxi
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

D.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERSOMNIA

Orang dengan kondisi yang membuat mereka lelah di siang hari paling berisiko
mengalami hipersomnia. Kondisi ini termasuk:

 Mengalami sleep apnea.


 Mengalami gangguan pada ginjal, jantung, otak, depresi atipikal, dan fungsi
tiroid yang rendah.
 Berjenis kelamin pria.
 Memiliki kebiasaan buruk merokok
 Mengonsumsi minuman beralkohol.
 Konsumsi obat yang bisa menyebabkan kantuk.

E.PENCEGAHAN HIPERSOMNIA

Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:

 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan sering
dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme di tubuh.

lxxxii
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.

F.PENATALAKSANAAN HIPERSOMNIA

Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.


Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.

 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate, atau


dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu pengidap
merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan clarithromycin.

4.NARCOLEPSY

A.DEFINISI NARKOLEPSI

Narkolepsi adalah gangguan neurologis kronis yang mengganggu regulasi tidur


dan menyebabkan rasa ngantuk yang berlebihan dan pada banyak kasus, ditemui
cataplexy / katapleksi (kehilangan tonus otot secara mendadak dan dicetuskan
oleh emosi yang kuat, seperti marah, sedih, maupun tertawa tanpa kehilangan
kesadaran) (Zeman et al. 2004).

B.PENYEBAB NARCOLEPSY

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar


penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat
kimia dalam otak yang mengendalikan waktu tidur. Narkolepsi juga diduga dapat
disebabkan oleh penyakit yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti :

 Tumor otak
 Cedera kepala

lxxxiii
 Ensefalitis
 Multiple sclerosis

Faktor yang mempengaruhi terjdinya narkolepsi:

 Berusia 10-30 tahun


 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
 Stres
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Kelainan genetik keturunan

C.TANDA DAN GEJALA NARCOLPSY

Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang


secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umumnya terjadi :

 Rasa ngantuk yang berlebihan pada siang hari


 Serangan tidur
 Katalepsi
 Ketindihan atau sleep paralysis
 Halusinasi
 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Keinginan untuk makan secara berlebihan
 Kelelahan ekstrem dan kekurangan energi yang terjadi secara terus-menerus

D.PENCEGAHAN NARCOLEPSY

lxxxiv
Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi telah
ditetapkan (usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum ditentukan,
sehingga tidak mungkin untuk mencegahnya, terutama pada orang yang memiliki
kecenderungan genetik. Namun, ada juga narkolepsi sekunder yang disebabkan
oleh trauma fisik, yang membuatnya lebih mudah untuk dihindari.

Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya


narkolepsi sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari
aktivitas ekstrem, guna mengurangi risiko cedera kepala berat.

E.PENATALAKSANAAN NARCOLEPSY

Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan


modifikasi gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti
stimulan yang merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk
membantu orang dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya
adalah antidepresan trisiklik.

Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah
dengan menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang
cukup di malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu,
karena salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap
disarankan untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit
autoimun yang lainnya.

5.SLEEP APNEA

A.DEFINISI SLEEP APNEA

Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.

lxxxv
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup.

B.PENYEBAB SLEEP APNEA

Terdapat ada tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:

 Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling sering
yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya karena jaringan
lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.
 Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini,
tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat kontrol
pernapasan yang ada di otak.
 Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent central
Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan CSA.

C.TANDA DAN GEJALA SLEEP APNEA

Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:

 Dengkuran keras.
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
 Terengah-engah dalam tidur.
 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
 Nyeri kepala saat bangun tidur.
 Sulit mempertahankan tidur.
 Mengantuk saat siang hari.
 Sulit konsentrasi.
 Iritabilitas.

lxxxvi
D.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SLEEP APNEA

Sleep apnea dapat menyerang siapa saja, bahkan anak-anak, tetapi faktor-faktor
tertentu meningkatkan resiko.

1. Abstructive Sleep Apnea


 Kelebihan berat badan. Obesitas sangat meningkatkan risiko sleep apnea.
Deposit lemak di sekitar saluran napas bagian atas dapat menghalangi
pernapasan.
 Lingkar leher. Orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran
udara yang lebih sempit.
 Sebuah saluran udara yang sempit. Beberapa pengidap mungkin mewarisi
tenggorokan yang sempit. Amandel atau kelenjar gondok juga dapat
memperbesar dan menghalangi jalan napas, terutama pada anak-anak.
 Jenis kelamin. Pria dua sampai tiga kali lebih berisiko mengalami sleep apnea
daripada wanita. Namun, wanita mengalami peningkatan risiko jika mereka
kelebihan berat badan dan risiko mereka juga tampaknya meningkat setelah
menopause.
 Sleep apnea terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
 Riwayat keluarga. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan sleep apnea
berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama.
 Penggunaan alkohol atau obat penenang. Zat-zat ini mengendurkan otot-otot di
tenggorokan yang dapat memperburuk Sleep Apnea Obstruktif.
 Perokok tiga kali lebih berisiko mengalami sleep apnea obstruktif daripada
orang yang tidak pernah merokok. Hal ini karena merokok dapat meningkatkan
jumlah peradangan dan retensi cairan di saluran napas bagian atas.
 Hidung tersumbat. Jika mengalami kesulitan bernapas melalui hidung - baik
dari masalah anatomi atau alergi - mungkin mengalami Sleep Apnea Obstruktif.

2. Central Sleep Apnea


 Orang paruh baya dan yang lebih tua memiliki risiko sleep apnea sentral yang
lebih tinggi.

lxxxvii
 Jenis kelamin. Sleep apnea sentral lebih sering terjadi pada pria daripada pada
wanita.
 Gangguan jantung. Memiliki gagal jantung kongestif meningkatkan risiko.
 Menggunakan obat nyeri narkotik. Mengonsumsi obat opioid, terutama yang
tahan lama bisa meningkatkan risiko sleep apnea sentral.
 Stroke meningkatkan risiko munculnya Sleep Apnea Sentral.

E.PENCEGAHAN SLEEP APNEA

Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara


memiliki pola makan sehat, berhenti merokok, dan membatasi asupan alkohol.

F.PENATALAKSANAAN SLEEP APNEA

 Tekanan saluran udara positif berkelanjutan (CPAP). Jika mengalami sleep


apnea sedang hingga parah, pengidap mungkin mendapat manfaat dari
menggunakan mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker saat
tidur.
 Perangkat mulut, biasanya adalah perangkat yang disesuaikan dengan
kebutuhan khusus yang dipakai saat tidur. Ada dua jenis perangkat mulut yang
bekerja berbeda untuk membuka saluran udara bagian atas. Beberapa perangkat
mulut hibrida memiliki fitur dari kedua jenis.
1) Mandibular repositioning mouthpieces adalah perangkat yang menutupi gigi
atas dan bawah dan menahan rahang pada posisi yang mencegahnya
menghalangi saluran udara bagian atas.
2) Perangkat penahan lidah adalah perangkat mulut yang menahan lidah dalam
posisi depan untuk mencegahnya menghalangi saluran udara bagian atas.
 Pada kasus sleep apnea ringan atau sleep apnea yang hanya terjadi ketika
berbaring telengtang, dokter mungkin akan memberikan perangkat mulut.
Untuk mendapatkan perangkat tersebut, dokter dapat merujuk kamu ke dokter

lxxxviii
gigi. Para spesialis ini akan memastikan bahwa alat oral sesuai dengan mulut
dan rahang.
 Pemasangan implan dapat membantu mengatasi sleep apnea bagi beberapa
orang. Beberapa perangkat dapat mengobati apnea tidur obstruktif dan sentral.
Pengidap harus menjalani operasi untuk menempatkan implan di tubuh.
Perangkat akan mendeteksi pola pernapasan dan memberikan rangsangan
ringan untuk otot-otot tertentu yang membuka saluran udara selama tidur.
 Stimulator saraf juga dapat mengobati apnea tidur. Perawatan ini juga
melibatkan operasi. Seorang ahli bedah akan memasukkan stimulator untuk
saraf hypoglossal yang mengontrol gerakan lidah. Meningkatkan rangsangan
saraf ini membantu posisi lidah untuk menjaga saluran udara bagian atas
terbuka.
 Terapi untuk otot mulut dan wajah dapat membantu memperbaiki posisi otot
dan menguatkan otot yang mengendalikan bibir, lidah, langit-langit lunak,
dinding faring lateral, dan wajah.
 Terapi surgikal meliputi pengangkatan tonsil (tonsilektomi), maxillary or jaw
advancement. Operasi dilakukan untuk memindahkan posisi rahang atas
(maksila) dan rahang bawah (mandibula) ke arah depan dengan tujuan
memperluas saluran napas atas. Trakeostomi juga dapat dilakukan dengan
cara membuat lubang dari leher menembus ke trakea yang setelahnya akan
dipasangkan tracheal tube untuk membantu melancarkan pernapasan.

6.MENGIGAU (Sleep – talking)

A.DEFINISI MENGIGAU (Sleep – talking)

Somniloquy atau sleeptalking. Mengigau merupakan vokalisasi saat tidur, bisa


berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar gumaman. Kondisi ini bisa dipicu
oleh keadaan emosional-psikologis, demam atau tidur yang terganggu. Mengigau
biasanya berlangsung pada tahap tidur dangkal, atau kadang kala pada tahap
mimpi (tidur REM.) Jika terjadi dalam tahap tidur mimpi, biasanya terjadi

lxxxix
bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan, seperti melihat pencuri atau
melihat sebuah kecelakaan.

Kata-kata yang keluar bisa berkaitan erat dengan mimpi atau bahkan berlainan
sama sekali, misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling!” tetapi kata yang
keluar adalah “mama!“ Walau demikian, biasanya si pengigau tidak ingat apa-apa
yang telah dikatakan atau bahkan tentang mimpinya sendiri. Mengigau merupakan
bentuk parasomnia yang biasa terjadi pada 50% anak-anak dan 5% orang dewasa.
Igauan yang terucap bisa sangat dramatis, emosional, dan kasar. Mengigau
merupakan vokalisasi saat tidur, bisa berupa kata-kata yang jelas atau hanya
sekedar gumaman. Kondisi ini bisa dipicu oleh keadaan emosional-psikologis,
demam atau tidur yang terganggu.Mengigaui biasanya berlangsung pada tahap
tidur dangkal, atau kadang kala pada tahap mimpi (tidur REM.) Jika terjadi dalam
tahap tidur mimpi, biasanya terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan,
seperti melihat pencuri atau melihat sebuah kecelakaan. Kata-kata yang keluar
bisa berkaitan erat dengan mimpi atau bahkan berlainan sama sekali, misalkan
dalam mimpi meneriakkan “maling!” tetapi kata yang keluar adalah “mama!“
Walau demikian, biasanya si pengigau tidak ingat apa yang dikatakan atau bahkan
mimpinya sendiri.

Gangguan ini sering terjadi pada usia muda, bahkan pernah dilaporkan
kejadian sleepwalking pada balita yang baru bisa berjalan, meskipun lebih sering
tejadi pada anak usia 4 hingga 7 tahun. Kebanyakan kebiasaan ini hilang sendiri
setelah menginjak dewasa. Tetapi saat dalam kondisi kurang tidur yang ekstrem,
gangguan sewaktu-waktu bisa menyerang.

B.PENYEBAB MENGIGAU (Sleep – talking)

1. Mengalami gangguan REM (Rapid Eye Movement)


2. Mengalami Sleep terror
3. Sedang stres berat
4. Efek penggunaan obat-obat tertentu
5. Akibat kondisi demam

xc
C.TANDA DAN GEJALA MENGIGAU (Sleep – talking)

Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada
fungsi otak, kondisi ini disebut dengan Rapid Eye Movement (REM) sleep
behaviour disorder

D.PENCEGAHAN MENGIGAU (Sleep – talking)

 Hindari stress
 Tetap berpikir positif
 Menerima hal yang terjadi diluar kontrol
 Berolahraga
 Hindari alkohol dan narkoba
 Perbaiki jam tidur
 Memasang white noise
 Berkonsultasi ke dokter

E.PENATALAKSANAAN MENGIGAU (Sleep – talking)

 Pastikan istirahat yang cukup


 Komsumsi makanan yang bergizi
 Ciptakan suasana tidur yang nyaman
 Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk
 Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur
 Tidur hanya di tempat tidur di kamar tidur dan bukan di tempat lain,
seperti sofa
 Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun
 Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk
 Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur malam
berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur malam)
 Hindari tidur di siang hari

xci
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, S. 2008. Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi. Jurnal


Kesehatan, VOL. I, NO. 2, Hal 141-148. Didonwload 15 Agustus 2014.

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Diseases and Conditions. Insomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to Know About Insomnia.

Web MD. Diakses pada 2022. Insomnia.

WebMD. Diakses pada 2022. Understanding Insomnia – Prevention.

Iwan. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). 2009.


http://www.sleepnet.com. Diakses 28Mei 2015.

Lydia. (2015). Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Kejadian Insomnia di


Poliklinik Saraf RS DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas , Vol. 4
No. 3 Hal. 951-956.

Levenson, Jesisica C., kay, daniel B., Buysse, Daniel J. (2014). The
pathophysiology of insomnia. Chest, 147(4), 1179- 1192.

Rodriguez CL, Foldvary-Schaefer N, Clinical neurophysiology of NREM


parasomnias. Handbook of Clinical Neurology. 2019. Volume 161, Pages 397-
410

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Sleep Foundation. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes,


Definition and Treatments.

National Institute of Health. 2020. U.S. National Library of Medicine.


MedlinePlus. Narcolepsy. Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Narcolepsy

xcii
MAKALAH GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DOSEN:

ELFIDA,SKM.MPH

DISUSUN OLEH:

TEUKU RYAN NASUTION


(P00320222 077)

PROGAM STUDI PRODI D-III KEPERAWATAN KOTA LANGSA

POLTEKKES KEMENKES ACEH

TAHUN 2022-2023

1.INSOMNIA

xciii
A.DEFINISI INSOMNIA

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang artinya tidur,
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia ada tiga macam, yaitu
pertama, Intial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua,
Middle Insomnia yaitu terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur lagi. Ketiga,
Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi. (Purwanto,
2012).

Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi ketika seseorang mengalami


kesulitan untuk tidur. Kondisi ini membuat pengidapnya tidak memiliki waktu tidur
yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut menyebabkan kondisi fisik pengidap insomnia
menjadi tidak cukup fit untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.Masalah ini
dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang (kronis). Selain itu,
tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami untuk
memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui siklus yang
bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata cepat.

Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam.
Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali
empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu,
dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.

B.PENYEBAB INSOMNIA

Ada 2 jenis insomnia, yakni insomnia akut dan kronis kemungkinan insomnia
akut yaitu:

f. Stres situasional
g. Jet lag (ngantuk pada siang hari,sulit tidur pada malam hari)
h. Penyakit
i. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
j. Kebiasaan tidur yang buruk
Disisi lain insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat dari :

xciv
e. Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung
f. Masalah fisiologis, seperti kecemasan,depresi atau gangguan penggunaan zat
g. Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya
h. Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes,kanker,penyakit refluks
gastrosofagus ( GERD), atau penyakit kardiovasekuler

Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer tidak
diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat terjadi,
seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat tertentu, serta
mengidap diabetes.

C.TANDA DAN GEJALA INSOMNIA


Menurut penelitian (Iwan, 2009) ada beberapa tanda dan gejala insomnia,
diantaranya :
12. Kesulitan untuk memulai tidur
13. Tiba-tiba terbangun pada malam hari
14. Bisa terbangun lebih awal/dini hari
15. Merasa mengantuk di siang hari
16. Sakit kepala pada siang hari
17. Merasa kurang puas dengan tidurnya
18. Merasa kurang nyaman /gelisah saat tidur
19. Mendapat mimpi buruk
20. Badan terasa lemah,letih,kurang tenaga setelah tidur
21. Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan
22. Tidur selama 6 jam dalam semalam

D.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSOMNIA

xcv
7) Usia Dan Tahap Perkembangan
Bayi baru lahir menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur (kurang lebih
16 jam dalam periode waktu 24 jam). Sebagian besar waktu dihabiskan dalam
tahaan REM. Secara umum, saat anak memasuki masa kanak – kanak, jumlah
jam tidur berkurang dan jumlah waktu yang dihabiskan dalam tahap REM juga
berkurang; pengecualian saat anak – anak dan pra remaja, yang membutuhkan
lebih banyak tidur selama memacu pertumbuhan. Kualitas tidur selama masa
anak – anak mungkin dipengaruhi karena takut, mimpi buruk, dan meningkatnya
aktivitas anak yang dilakukan sebelum waktu tidur. Jumlah tidur dan interval
tidur berubah saat usia dewasa. Orang dewasa tua cenderung lebih sering terjaga
dimalam hari dan mungkin lebih banyak tidur siang, khususnya setelah
kecapekan.
8) Pengaruh Psikososial
Sering kali mahasiswa mengalami gangguan pada jiwanya karena mendapat
tekanan-tekanan akademik maupun non-akademik yang sering kali menyebabkan
stress yang membuat psikis maupun sosialnya terganggu.
9) Gaya Hidup
Gaya hidup sehari hari yang kurang dalam melakukan kegiatan ataupun
kurangnya olah raga dan lain sebagainya.
10) Jenis Kelamin Perempuan
Banyak penelitian beranggapan bahwa perempuan sering kali mengalami
insomnia dibandingkan laki – laki.
11) Pendapatan
Biasanya orang dewasa yang bekerja dan memiliki pendapatan yang kurang dan
serig kali bergadang karna memikikan bagaimana untuk kelangungan hidupnya.
12) Tingkat Pendidikan
Sering kali orang awam yang kurang sekali dengan pendidikannya mereka tidak
mengetahui akan akibat dari seringnya bergadang (Lydia, 2013).

xcvi
E.KLAFIKASI
Levenson, Kay & Buysee, (2014) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis
insomnia, (1) Insomnia Akut yaitu insomnia yang terjadi dua sampai tiga minggu
dan disebabkan karena stres dan perasaan khawatir. (2) Insomnia Kronis yaitu
insomnia yang sudah terjadi lebih dari satu bulan. Menurut Perlis & Gehram (2013)
klasifikasi berdasarkan bentuk insomnia yaitu:
d. Difficulty in Initiating Sleep (DIS)
Jenis ini sering disebabkan karena tidur yang terjaga yang disertai kecemasan
dan faktor
e. Difficulty in Maintaining Sleep (DMS)
Biasanya bangun ecara tiba-tiba,atau padasaat tertentu seperti merasa pusing
tiba-tiba kemudian terbangun
f. Early Morning aking (Sleep Offset Insomnia)
Sering terjadi pada orang tua dan biasanya disebabkan karena demensia, penyakit
parkinson, gejala menopause, depresi, dan obat-obatan.

F.PENCEGAHAN INSOMNIA
 Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,termasuk
saat akhir pekan
 Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi makan yang
sehat,termasuk sayuran dan buah-buahan
 Beroalhraga secara rutin,tetapi tidak dekat waktu tidur
 Membatasi waktu tidur siang
 Menjaga kenyamanan dan suhu kamar bila ingin tidur
 Membuat tubuh menjad rileks sebelum tidur, misalnya denagn mandi air hangat
atau membaca buku
 Memeriksa kesehatan secara rutin ke dokter,terutama jika memiliki penyakit
kronis yang memerlukan kontrol rutin

G.PENATALAKSANAAN INSOMNIA

xcvii
Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada orang yang mengalami insomnia adalah melakukan behavioral
treatment untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur. Contoh behavioral treatment
sebagai berikut:
4. Kontrol Stimulus
Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan yang nyaman agar
merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk tertidur.
5. Terapi Kognitif
Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk menciptakan pikiran yang positif
dan yakin untuk bisa tertidur.
6. Pembatasan Tidur
Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari, sehingga dapat memulai
tidur dengan mudah dimalam hari.
Latihan relaksasi jangka pendek sebelum tidur seperti meditasi dan nafas dalam
dapat membantu untuk meningkatkan kualitas tidur. Selain itu relaksasi mental
yang dilakukan dengan cara yoga juga dapat membantu, hal tersebut dikarenakan
relaksasi dapat menenangkan pikiran sehingga tubuh akan lebih tenang dan
mudah untuk tidur

2.PARASOMNIA
A.DEFINISI PARASOMNIA
Gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang paling umum dialami oleh
masyarakat dan sekitar sepertiga populasi dunia pernah mengalami gangguan tidur
(Setiabudhi, 2011). Menurut PPDJ-III, gangguan tidur secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu dissomnia dan parasomnia. Parasomnia merupakan peristiwa
episodik abnormal yang terjadi selama masa tidur. Termasuk dalam golongan ini
adalah somnabulisme, terror tidur, dan mimpi buruk (Maslim, 2002). Gangguan
tidur yang berkepanjangan mampu mengubah siklus tidur biologis, menurunkan
daya tahan tubuh serta prestasi kerja, mudah tersinggung, gangguan depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang akan mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau
orang lain dan menurunkan kualitas hidup penderita (Asnis et.al, 2016).

xcviii
B.PENYEBAB PARASOMNIA
Gangguan tidur disebabkan olrh berbagai macam hal.Beberapa penyebab dari
gangguan tidur antara lain:
 Gangguan fisik,seperti nyeri perut.
 Kondisi medis,seperti sesak napas.
 Obat-obatan seperti kafein,antidepresan,atau stimulan.
 Gangguan kejiwaan,seperti depresi atau cemas.
 Kondisi lingkungan,seperti pekerja shift malam hari.
 Usia lanjut
 Penyalahgunaan alkhol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

C.TANDA DAN GEJALA PARASOMNIA

Gangguan tidur dapat menyebabkan berbagai gejala,bahkan gejala yang tidak


terlalu terlihat.Berikut ini adalah beberapa gejala umum dari gangguan tidur:

 Sangat mengantuk pada siang hari


 Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari
 Tiba-tiba tertidur saat duduk dan melakukan aktivitas lain, seperti membaca atau
menonton tv
 Sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tertentu dirumah , tempat kerja,
atau sekolah
 Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyetir
 Sering terlihat mengantuk
 Sulit mengingat atau menyimpan informasi
 Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
 Emosi yang tidak stabil
 Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap terbangun

xcix
D.KLAFIKASI PARASOMNIA

 Nightmare disorder: Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan
perasaan negatif,seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan
seseorang dari tidur.
 Sleep terror disorder:Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan
perasaan negatif, seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan
seseorang dari tidur.
 Sleepwalking disorder (somnambulisme):Tindakan bangun dan berjalan ke
sekeliling saat tidur.Tidur berjalan paling sering terjadi pada anak-anak, yang
biasanya menghilang pada usia remaja.

E.PENCEGAHAN PARASOMNIA

 Bijak mengelola stres, cobalah untuk rileks, bangun pikiran positif, fokus pada
apa yang perlu dan penting Anda kerjakan, jangan memikirkan hal yang terlalu
rumit.
 Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, termasuk dengan
berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi Anda, berlibur, ibadah
yang rajin.
 Buat jadwal aktifitas keseharian Anda yang teratur, tidak hanya untuk tidur dan
bangun, namun juga beraktifitas lainnya agar tubuh Anda pun terbiasa
 Saat akan tidur, kondisikan kamar Anda agar nyaman, kenakan pakaian tidur
yang nyaman dan bersih, tidak makan berlebihan menjelang tidur, dan lakukan
hal yang membuat Anda mengantuk, seperti dengan membaca, massage.
 Batasi penggunaan gadget yang tidak perlu.
 Jangan minum sembarang obat atau herba selain dari dokter.

F.PENATALAKSANAAN PARASOMNIA

c
Penatalaksana parasomnia dibagi menjadi dua tata laksana umun dan spesifik.
Penatalaksanaan umum meliputi:

 Edukasi dan profilaksi


Penatalaksanaan secara spesifik meliputi:

 Pembangunan pasien antisipatorik,


 Psikoterapi
 Famakoterapi

3.HIPERSOMNIA

A.DEFINISI HIPERSOMNIA

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang


ekstrem di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada
malam hari.Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang
hari. Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup
pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan
kecelakaan.

B.PENYEBAB HIPERSOMNIA

Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi


dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.

 Hipersomnia Primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena
kondisi atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi
empat kondisi berikut:
 Narkolepsi tipe 1 : Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot
mendadak yang dipicu oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh

ci
rendahnya kadar zat kimia otak, dan cairan serebrospinal (neurotransmitter)
hipokretin (juga disebut orexin). Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia
10 dan 25 tahun.
 Narkolepsi tipe 2 :Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis
narkolepsi ini memiliki gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin
yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa remaja.
 Sindrom Kleine-Levin : Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia
ekstrim. Biasanya terjadi dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang
kejiwaan. Setiap episode dapat berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan
beberapa episode berlangsung beberapa minggu hingga bulan dan berulang
beberapa kali dalam setahun.Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada
anak laki-laki dengan episode mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
 Hipersomnia idioptik :Diopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi,
hipersomnia idiopatik berarti pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan
yang tidak diketahui, bahkan setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang
cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia Sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
 Hipersomnia karena kondisi medis :Penyakit dan kondisi yang dapat
menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis,
multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom
fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik
lainnya.Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar,
depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat
juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.
 Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohor : Obat penenang (termasuk
benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu tidur),obat antihipertensi,
obat anti-epilepsi,agen anti-parkinson, relaksan otot rangka, antipsikotik,
opium,ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.Selain itu, penarikan

cii
dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab hipersomnia.
 Hipersoma karena kurang tidur :Kurang tidur atau insufficient sleep
syndrome menjadi penyebab paling sering dari hipersomnia. Sebagian besar
penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup tidur pada malam hari (dalam
hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

C.TANDA DAN GEJALA HIPERSOMNIA

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode ngantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat mengantuk
di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif setelah
tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

D.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERSOMNIA

Orang dengan kondisi yang membuat mereka lelah di siang hari paling berisiko
mengalami hipersomnia. Kondisi ini termasuk:

ciii
 Mengalami sleep apnea.
 Mengalami gangguan pada ginjal, jantung, otak, depresi atipikal, dan fungsi
tiroid yang rendah.
 Berjenis kelamin pria.
 Memiliki kebiasaan buruk merokok
 Mengonsumsi minuman beralkohol.
 Konsumsi obat yang bisa menyebabkan kantuk.

E.PENCEGAHAN HIPERSOMNIA

Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:

 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan sering
dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.

F.PENATALAKSANAAN HIPERSOMNIA

Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.


Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.

civ
 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate, atau
dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu pengidap
merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan clarithromycin.

4.NARCOLEPSY

A.DEFINISI NARKOLEPSI

Narkolepsi adalah gangguan neurologis kronis yang mengganggu regulasi tidur


dan menyebabkan rasa ngantuk yang berlebihan dan pada banyak kasus, ditemui
cataplexy / katapleksi (kehilangan tonus otot secara mendadak dan dicetuskan oleh
emosi yang kuat, seperti marah, sedih, maupun tertawa tanpa kehilangan kesadaran)
(Zeman et al. 2004).

B.PENYEBAB NARCOLEPSY

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar


penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat kimia
dalam otak yang mengendalikan waktu tidur. Narkolepsi juga diduga dapat
disebabkan oleh penyakit yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti :

 Tumor otak
 Cedera kepala
 Ensefalitis
 Multiple sclerosis
Faktor yang mempengaruhi terjdinya narkolepsi:

 Berusia 10-30 tahun


 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
 Stres

cv
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Kelainan genetik keturunan

C.TANDA DAN GEJALA NARCOLPSY

Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umumnya terjadi :

 Rasa ngantuk yang berlebihan pada siang hari


 Serangan tidur
 Katalepsi
 Ketindihan atau sleep paralysis
 Halusinasi
 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Keinginan untuk makan secara berlebihan
 Kelelahan ekstrem dan kekurangan energi yang terjadi secara terus-menerus

D.PENCEGAHAN NARCOLEPSY

Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi telah


ditetapkan (usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum ditentukan,
sehingga tidak mungkin untuk mencegahnya, terutama pada orang yang memiliki
kecenderungan genetik. Namun, ada juga narkolepsi sekunder yang disebabkan oleh
trauma fisik, yang membuatnya lebih mudah untuk dihindari.

cvi
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari aktivitas ekstrem,
guna mengurangi risiko cedera kepala berat.

E.PENATALAKSANAAN NARCOLEPSY

Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan
yang merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu
orang dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya adalah
antidepresan trisiklik.

Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah
dengan menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang
cukup di malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu,
karena salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan
untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang
lainnya.

5.SLEEP APNEA

A.DEFINISI SLEEP APNEA

Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup.

B.PENYEBAB SLEEP APNEA

Terdapat ada tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:

cvii
 Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling sering
yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya karena jaringan
lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.
 Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini,
tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat kontrol
pernapasan yang ada di otak.
 Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent central
Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan CSA.

C.TANDA DAN GEJALA SLEEP APNEA

Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:

 Dengkuran keras.
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
 Terengah-engah dalam tidur.
 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
 Nyeri kepala saat bangun tidur.
 Sulit mempertahankan tidur.
 Mengantuk saat siang hari.
 Sulit konsentrasi.
 Iritabilitas.

D.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SLEEP APNEA

Sleep apnea dapat menyerang siapa saja, bahkan anak-anak, tetapi faktor-faktor
tertentu meningkatkan resiko.

3. Abstructive Sleep Apnea

cviii
 Kelebihan berat badan. Obesitas sangat meningkatkan risiko sleep apnea.
Deposit lemak di sekitar saluran napas bagian atas dapat menghalangi
pernapasan.
 Lingkar leher. Orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran
udara yang lebih sempit.
 Sebuah saluran udara yang sempit. Beberapa pengidap mungkin mewarisi
tenggorokan yang sempit. Amandel atau kelenjar gondok juga dapat
memperbesar dan menghalangi jalan napas, terutama pada anak-anak.
 Jenis kelamin. Pria dua sampai tiga kali lebih berisiko mengalami sleep apnea
daripada wanita. Namun, wanita mengalami peningkatan risiko jika mereka
kelebihan berat badan dan risiko mereka juga tampaknya meningkat setelah
menopause.
 Sleep apnea terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
 Riwayat keluarga. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan sleep apnea
berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama.
 Penggunaan alkohol atau obat penenang. Zat-zat ini mengendurkan otot-otot di
tenggorokan yang dapat memperburuk Sleep Apnea Obstruktif.
 Perokok tiga kali lebih berisiko mengalami sleep apnea obstruktif daripada
orang yang tidak pernah merokok. Hal ini karena merokok dapat meningkatkan
jumlah peradangan dan retensi cairan di saluran napas bagian atas.
 Hidung tersumbat. Jika mengalami kesulitan bernapas melalui hidung - baik
dari masalah anatomi atau alergi - mungkin mengalami Sleep Apnea Obstruktif.

4. Central Sleep Apnea


 Orang paruh baya dan yang lebih tua memiliki risiko sleep apnea sentral yang
lebih tinggi.
 Jenis kelamin. Sleep apnea sentral lebih sering terjadi pada pria daripada pada
wanita.
 Gangguan jantung. Memiliki gagal jantung kongestif meningkatkan risiko.

cix
 Menggunakan obat nyeri narkotik. Mengonsumsi obat opioid, terutama yang
tahan lama bisa meningkatkan risiko sleep apnea sentral.
 Stroke meningkatkan risiko munculnya Sleep Apnea Sentral.

E.PENCEGAHAN SLEEP APNEA

Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara


memiliki pola makan sehat, berhenti merokok, dan membatasi asupan alkohol.

F.PENATALAKSANAAN SLEEP APNEA

 Tekanan saluran udara positif berkelanjutan (CPAP). Jika mengalami sleep


apnea sedang hingga parah, pengidap mungkin mendapat manfaat dari
menggunakan mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker saat
tidur.
 Perangkat mulut, biasanya adalah perangkat yang disesuaikan dengan
kebutuhan khusus yang dipakai saat tidur. Ada dua jenis perangkat mulut yang
bekerja berbeda untuk membuka saluran udara bagian atas. Beberapa perangkat
mulut hibrida memiliki fitur dari kedua jenis.
3) Mandibular repositioning mouthpieces adalah perangkat yang menutupi gigi
atas dan bawah dan menahan rahang pada posisi yang mencegahnya
menghalangi saluran udara bagian atas.
4) Perangkat penahan lidah adalah perangkat mulut yang menahan lidah dalam
posisi depan untuk mencegahnya menghalangi saluran udara bagian atas.
 Pada kasus sleep apnea ringan atau sleep apnea yang hanya terjadi ketika
berbaring telengtang, dokter mungkin akan memberikan perangkat mulut.
Untuk mendapatkan perangkat tersebut, dokter dapat merujuk kamu ke dokter
gigi. Para spesialis ini akan memastikan bahwa alat oral sesuai dengan mulut
dan rahang.

cx
 Pemasangan implan dapat membantu mengatasi sleep apnea bagi beberapa
orang. Beberapa perangkat dapat mengobati apnea tidur obstruktif dan sentral.
Pengidap harus menjalani operasi untuk menempatkan implan di tubuh.
Perangkat akan mendeteksi pola pernapasan dan memberikan rangsangan
ringan untuk otot-otot tertentu yang membuka saluran udara selama tidur.
 Stimulator saraf juga dapat mengobati apnea tidur. Perawatan ini juga
melibatkan operasi. Seorang ahli bedah akan memasukkan stimulator untuk
saraf hypoglossal yang mengontrol gerakan lidah. Meningkatkan rangsangan
saraf ini membantu posisi lidah untuk menjaga saluran udara bagian atas
terbuka.
 Terapi untuk otot mulut dan wajah dapat membantu memperbaiki posisi otot
dan menguatkan otot yang mengendalikan bibir, lidah, langit-langit lunak,
dinding faring lateral, dan wajah.
 Terapi surgikal meliputi pengangkatan tonsil (tonsilektomi), maxillary or jaw
advancement. Operasi dilakukan untuk memindahkan posisi rahang atas
(maksila) dan rahang bawah (mandibula) ke arah depan dengan tujuan
memperluas saluran napas atas. Trakeostomi juga dapat dilakukan dengan
cara membuat lubang dari leher menembus ke trakea yang setelahnya akan
dipasangkan tracheal tube untuk membantu melancarkan pernapasan.

6.MENGIGAU (Sleep – talking)

A.DEFINISI MENGIGAU (Sleep – talking)

Somniloquy atau sleeptalking. Mengigau merupakan vokalisasi saat tidur, bisa


berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar gumaman. Kondisi ini bisa dipicu
oleh keadaan emosional-psikologis, demam atau tidur yang terganggu. Mengigau
biasanya berlangsung pada tahap tidur dangkal, atau kadang kala pada tahap mimpi
(tidur REM.) Jika terjadi dalam tahap tidur mimpi, biasanya terjadi bersesuaian
dengan mimpi yang mengejutkan, seperti melihat pencuri atau melihat sebuah
kecelakaan.

cxi
Kata-kata yang keluar bisa berkaitan erat dengan mimpi atau bahkan berlainan
sama sekali, misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling!” tetapi kata yang keluar
adalah “mama!“ Walau demikian, biasanya si pengigau tidak ingat apa-apa yang
telah dikatakan atau bahkan tentang mimpinya sendiri. Mengigau merupakan bentuk
parasomnia yang biasa terjadi pada 50% anak-anak dan 5% orang dewasa. Igauan
yang terucap bisa sangat dramatis, emosional, dan kasar. Mengigau merupakan
vokalisasi saat tidur, bisa berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar gumaman.
Kondisi ini bisa dipicu oleh keadaan emosional-psikologis, demam atau tidur yang
terganggu.Mengigaui biasanya berlangsung pada tahap tidur dangkal, atau kadang
kala pada tahap mimpi (tidur REM.) Jika terjadi dalam tahap tidur mimpi, biasanya
terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan, seperti melihat pencuri atau
melihat sebuah kecelakaan. Kata-kata yang keluar bisa berkaitan erat dengan mimpi
atau bahkan berlainan sama sekali, misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling!”
tetapi kata yang keluar adalah “mama!“ Walau demikian, biasanya si pengigau tidak
ingat apa yang dikatakan atau bahkan mimpinya sendiri.

Gangguan ini sering terjadi pada usia muda, bahkan pernah dilaporkan kejadian
sleepwalking pada balita yang baru bisa berjalan, meskipun lebih sering tejadi pada
anak usia 4 hingga 7 tahun. Kebanyakan kebiasaan ini hilang sendiri setelah
menginjak dewasa. Tetapi saat dalam kondisi kurang tidur yang ekstrem, gangguan
sewaktu-waktu bisa menyerang.

B.PENYEBAB MENGIGAU (Sleep – talking)

6. Mengalami gangguan REM (Rapid Eye Movement)


7. Mengalami Sleep terror
8. Sedang stres berat
9. Efek penggunaan obat-obat tertentu
10. Akibat kondisi demam

cxii
C.TANDA DAN GEJALA MENGIGAU (Sleep – talking)

Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada
fungsi otak, kondisi ini disebut dengan Rapid Eye Movement (REM) sleep
behaviour disorder

D.PENCEGAHAN MENGIGAU (Sleep – talking)

 Hindari stress
 Tetap berpikir positif
 Menerima hal yang terjadi diluar kontrol
 Berolahraga
 Hindari alkohol dan narkoba
 Perbaiki jam tidur
 Memasang white noise
 Berkonsultasi ke dokter

E.PENATALAKSANAAN MENGIGAU (Sleep – talking)

 Pastikan istirahat yang cukup


 Komsumsi makanan yang bergizi
 Ciptakan suasana tidur yang nyaman
 Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk
 Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur
 Tidur hanya di tempat tidur di kamar tidur dan bukan di tempat lain, seperti
sofa
 Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun
 Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk
 Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur malam
berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur malam)

cxiii
 Hindari tidur di siang hari

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, S. 2008. Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi. Jurnal Kesehatan,


VOL. I, NO. 2, Hal 141-148. Didonwload 15 Agustus 2014.

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Diseases and Conditions. Insomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to Know About Insomnia.

Web MD. Diakses pada 2022. Insomnia.

WebMD. Diakses pada 2022. Understanding Insomnia – Prevention.

Iwan. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). 2009.


http://www.sleepnet.com. Diakses 28Mei 2015.

Lydia. (2015). Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Kejadian Insomnia di Poliklinik


Saraf RS DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas , Vol. 4 No. 3 Hal. 951-
956.

Levenson, Jesisica C., kay, daniel B., Buysse, Daniel J. (2014). The
pathophysiology of insomnia. Chest, 147(4), 1179- 1192.

Rodriguez CL, Foldvary-Schaefer N, Clinical neurophysiology of NREM


parasomnias. Handbook of Clinical Neurology. 2019. Volume 161, Pages 397-410

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Sleep Foundation. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments.

cxiv
National Institute of Health. 2020. U.S. National Library of Medicine. MedlinePlus.
Narcolepsy.

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

MAKALAH

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

cxv
DOSEN PEMBIMBING:

Elfida, SKM, MPH

DISUSUN OLEH:

REZA ALE NURMAN FAHLEFI (P00320222 070)

POLTEKKES KEMENKES ACEH


PRODI D3 KEPERAWATAN
2022-2023

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah

cxvi
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa'atnya di
akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Gangguan Istirahat Tidur”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Langsa, 25 Februari
2023

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

cxvii
A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

Insomnia...................................................................................................................3

Pengertian Insomnia.................................................................................................3

2. Penyebab Masalah Insomnia.........................................................................4

3. Tanda Gejala.................................................................................................4

4. Upaya Untuk Mengatasi Masalah................................................................4

B. Hipersomnia......................................................................................................5

1. Pengertian Hsipersomnia.............................................................................5

2. Tanda Gejala................................................................................................7

3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah................................................................8

4. Pengobatan...................................................................................................8

C. Narcolepsy........................................................................................................9

1. Pengertian Narcolepsy.................................................................................9

2. Penyebab Narcolepsy...................................................................................9

3. Gejala Narcolepsy......................................................................................9

4. Upaya Mencegah Narcolepsy..................................................................10

5. Pengobatan Narcolepsy............................................................................11

D. Apnea Tidur.....................................................................................................12

1. Pengertian Apnea Tidur...........................................................................12

2. Penyebab Apnea.......................................................................................12

cxviii
3. Tanda Geajala Apnea...............................................................................13

4. Upaya mengatasi gejala Apnea................................................................13

5. Pengobatan Sleep Apnea.........................................................................14

E. Mengigau.........................................................................................................16

1. Pengertian Mengigau................................................................................16

2. Penyebab Mengigau..................................................................................16

3. Upaya Mengatasi mengigau......................................................................18

F. Parasomnia......................................................................................................19

1. Pengertian Parasomnia..............................................................................19

2. Penyebab Parasomnia..................................................................................20

3. Tanda Gejala.............................................................................................20

4. Pengobatan Parasomnia............................................................................21

BAB III PENUTUP................................................................................................22

B. Kesimpulan..................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dijumpai seseorang terutama pada lansia. Proses penuaan tersebut menyebabkan
penurunan fungsi neurotransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi
norepinefrin. Gangguan tidur yang sering dialami yaitu Parasomnia, Hipersomnia,
Narolepsy, Apnea saat tidur, mengigau. Adanya kualitas tidur yang buruk
disebabkan seseorang mengalami gangguan tidur yaitu insomnia.(Wahyudi &

cxix
Wahid, 2016).Kurangnya tidur di malam hari memberikan konsekuensi di siang
hari seperti kehilangan kesegaran, kelelahan, penurunan perhatian serta
konsentrasi, gangguan memori, penurunan produktivitas, disfungsi sosial,
gangguan mood, kecelakaan dan kerugian secara finansial.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini
akan dijabarkan beberapa rumusan masalah.
1. Apa saja gangguan tidur?
2. Apa saja tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.

C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah
ini akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur
2. Untuk mengetahui tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Pengertian ini juga dapat menjelaskan dimensi insomnia yang
dikemukakan oleh Iskandar dan Setyonegoro (1985) adalah kesulitan untuk

cxx
masuk tidur, gangguan dari kontunuitas tidur, bangun lebih dini, tidur delta
(terdalam) yang kurang, atau kualitas tidur yang terganggu.
Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang
kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya
gangguan emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh
banyak faktor, misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress psikologis, obat,
nutrisi, motivasi, merokok dan alkohol.
Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat
mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab,
badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang
penyakit (Lanywati, 2001). Insomnia juga dapat mengakibatkan berbagai dampak
yang merugikan, yaitu: depresi,kesulitan untuk berkonsentrasi, aktivitas sehari-
hari menjadi terganggu, penurunan iq (Intelligence Quotient), penurunan prestasi
kerja dan belajar, mengalami kelelahan di siang hari, hubungan interpersonal
dengan orang lain menjadi buruk, meningkatkan risiko kematian, menyebabkan
kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan, dan memunculkan
berbagai penyakit fisik.

2. Penyebab Masalah Insomnia


Penyebab insomnia sangat beragam, mulai dari masalah mental hingga
kondisi medis tertentu. Penyebab tersebut juga berbeda-beda berdasarkan jenis
insomnia yang diderita.

Penyebab insomnia akut yaitu:


 Beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti pindah ke rumah baru.
 Stres karena pekerjaan.
 Jet lag, yaitu gangguan tidur yang dikarenakan bepergian ke daerah
dengan zona waktu berbeda.
 Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, obat asma, atau obat
tekanan darah.
 Konsumsi kafein, nikotin, dan alkohol berlebih.

cxxi
 Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan tubuh
terasa tidak nyaman saat berbaring.

Sementara itu, penyebab insomnia kronis yaitu:


 Gangguan mental, seperti post traumatic stress disorder (PTSD), gangguan
kecemasan, depresi, dan lain sebagainya.
 Kondisi medis tertentu, seperti asma, penyakit parkinson, GERD, kanker,
penyakit jantung, hipertensi atau tekanan darah tinggi dan lain sebagainya.
 Menderita gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.
 Kebiasaan menonton televisi atau bekerja di tempat tidur.
 Menggunakan ponsel sebelum tidur.

3. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala utama dari insomnia adalah kesulitan untuk tidur di
malam hari. Selain itu, tanda dan gejala umum dari insomnia adalah sebagai
berikut:
 Mudah merasa lelah dan sulit berkonsentrasi saat melakukan aktivitas di
siang hari.
 Mudah terbangun di malam hari dan tidak dapat tidur kembali.
 Perubahan emosional.
 Mengantuk di siang hari namun tidak bisa tidur.
 Daya ingat menurun.
 Gairah seks menurun.

4. Upaya Untuk Mengatasi Masalah


Cara mengatasi insomnia tergantung dari tingkat keparahan dan faktor
penyebabnya. Apabila insomnia cenderung ringan dan baru bersifat akut, dokter
akan menyarankan pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti:
 Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
 Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.

cxxii
 Berhenti merokok.
 Rutin berolahraga.
 Menghindari penggunaan ponsel atau alat elektronik lainnya sebelum
tidur.
 Menghindari konsumsi makanan secara berlebihan sesaat sebelum tidur.
 Meredupkan atau mematikan lampu di kamar sebelum tidur.

Sedangkan, insomnia kronis akan ditangani dokter melalui beberapa tindakan


medis, seperti:
 Meresepkan obat tidur. Namun, penggunaan obat tidur ini hanya bersifat
sementara dan bukan untuk mengatasi insomnia sepenuhnya.
 Konseling dan psikoterapi

B. Hipersomnia
1. Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia merupakankebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari atauketerlambatan waktu bangun.
Hipersomnia primer merupakan suatu keadaan dimanaseorang individu memiliki
rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari dan berlangsungbeberapa bulan
lamanya. Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagaimekanisme
koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderitahipersomnia
mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.
a) Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi
dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.
 Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain.

cxxiii
 Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi
ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
 Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
 Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.
Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi
musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga bisa
memicu terjadinya hipersomnia.
 Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu
tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.

cxxiv
 Hipersomnia karena kurang tidur
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

2. Tanda Dan Gejala


Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan tanda dan gejala seperti
berikut:
 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.
 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di
siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah


Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia.
Hipersomnia adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa

cxxv
melakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya:
 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.

4. Pengobatan
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.
Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.
 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan
minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat
kepada pengidap.

C. Narcolepsy
1. Pengertian Narcolepsy
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk
berlebih di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-

cxxvi
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. di mana penderitanya mengalami kesulitan
mempertahankan keadaan sadar dan hampir sepanjang waktu merasa kantuk. Rasa
kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat
kantuk akan menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita
narkolepsi mengeluh tidak dapat tidur.

2. Penyebab Narkolepsy
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian
besar penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah.
Hipokretin, atau dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang
mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi
akibat penyakit autoimun.

cxxvii
3. Gejala Narkolepsy
Berikut beberapa gejala narcolepsy:
 Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
 Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
 Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel.
Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya
dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
 Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
 Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

4. Upaya Mencegah Narkolepsy


Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala narkolepsi. Anda
bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah ini:
 Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap
hari, termasuk akhir pekan.
 Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur sepanjang
hari. Tidur siang 20 menit pada waktu strategis sepanjang hari mungkin
akan menyegarkan dan mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.

cxxviii
 Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama
pada malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.
 Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya
empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih
terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

5. Pengobatan Narkolepsy
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.
Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan
begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.Jika gejala yang dialami pasien cukup
parah, dokter akan memberikan obat-obatan. Jenis obat yang diberikan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi
kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
 Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat
sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
 Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
 Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam
tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
 Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
 Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari.

cxxix
D. Apnea Tidur
1. Pengertian Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang
kali. Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, nantinya dapat menimbulkan komplikasi serius.

2. Penyebab Apnea
Penyebab apnea tidur setiap orang berbeda-beda. Salah satunya adalah
kelahiran prematur. Selain itu, penyebab apnea tidur antara lain:

1. Apnea Tidur Obstruktif


Jika otot-otot di bagian belakang tenggorokan mengendur, apnea tidur obstruktif
dapat terjadi. Saat otot mengendur, saluran pernapasan akan menyempit dan
menutup saat menarik napas. Hal ini akan menghalangi udara yang masuk dan
menurunkan kadar oksigen dalam otak. Kondisi tersebut membuat otak tidak
mampu bekerja secara optimal. Akibatnya, Anda akan terbangun beberapa kali
untuk membuka kembali saluran pernapasan yang terhambat. Jika terjadi berulang
kali, hal itu akan mengganggu Anda untuk bisa tidur nyenyak.

2. Apnea Tidur Sentral


Apnea tidur sentral terjadi karena otak pusat gagal mengirimkan sinyal ke otot
yang mengontrol pernapasan. Orang dengan kondisi ini akan mengalami
kesusahan bernapas dalam waktu singkat. Selain itu, kondisi ini akan
membangunkan penderitanya dan menjadi sulit tidur.

3. Tanda Gejala Apnea

cxxx
Seseorang dengan sleep apnea tidak akan menyadari bahwa dirinya
memiliki gangguan tersebut karena gejala utama ditandai dengan mengorok yang
dilanjutkan dengan henti nafas saat sedang tidur. Meski demikian, terdapat gejala
lain yang dapat diamati, yaitu:
 Hampir selalu merasa kelelahan saat bangun tidur
 Seringkali merasa kantuk di siang hari
 Mulut selalu kering saat baru bangun tidur
 Sakit tenggorokan saat bangun tidur
 Mengalami gangguan depresi atau kecemasan akibat rasa Lelah yang
berkepanjangan
 Keringat malam
 Susah tidur atau mengalami insomnia
 Kesulitan berkonsentrasi
 Bangun beberapa kali saat tidur malam sekalipun tidak ingin buang air
kecil
 Mengalami sakit kepala
 Penurunan libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki.

4. Upaya Mengatasi Masalah Apnea


Cara mengatasi apnea tidur ringan dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup.
Bagaimana cara mengatasi apnea tidur ringan, berikut:

1. Menurunkan Berat Badan


Sebagian besar penderita apnea tidur adalah mereka yang memiliki berat badan
berlebih atau obesitas. Dengan menurunkan berat badan beberapa kilogram akan
membantu memperbaiki gejala apnea tidur.
2. Hindari Mengonsumsi Alkohol atau Obat Tidur
Alkohol dan obat tidur akan menurunkan tegangan otot di bagian belakang
tenggorokan. Hal tersebut akan mengganggu aliran udara yang masuk ke otak.
3. Mengubah Posisi Tidur

cxxxi
Posisikan tidur Anda dengan posisi yang membuat Anda lebih mudah untuk
bernapas.
4. Berhenti Merokok
Konsumsi rokok akan meningkatkan pembengkakan di saluran napas bagian atas.
Berhenti merokok membantu menghentikan pembengkakan dan membuat saluran
pernapasan menjadi lebih lega.

5. Pengobatan Sleep Apnea


Perawatan apnea tidur dilakukan bagi mereka yang memiliki kondisi
apnea tidur parah. Perawatan ini dilakukan secara medis, setelah berkonsultasi
dengan dokter spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT). Perawatan
apnea tidur yang dapat dilakukan, antara lain:
1. CPAP (Continuous positive airway pressure)
CPAP dilakukan dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti masker. Alat
ini akan membantu menghantarkan udara ke saluran pernapasan. Selain itu, terapi
CPAP juga membantu untuk meredakan gejala-gejala apnea tidur yang muncul.
2. BPAP (Bilevel positive airway pressure)
BPAP menggunakan alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan udara saat
menarik napas. Selain itu, alat ini juga membantu menurunkan tekanan udara saat
menghembuskan napas. Kondisi tersebut akan memudahkan penderita apnea tidur
untuk lebih mudah bernapas.
3. MAD (Mandibular advancement device)
MAD adalah alat yang digunakan untuk menjaga agar tenggorokan tetap terbuka.
Alat ini lebih mudah digunakan, namun tidak cocok untuk mereka yang menderita
apnea tidur parah.
4. ASV (Adaptive servo-ventilation)
ASV adalah alat ventilasi non-invasif yang digunakan untuk penderita apnea
sentral. Alat ini membantu agar saluran pernapasan tetap terbuka.
5. Operasi
Operasi menjadi pilihan terakhir jika upaya pengobatan lainnya tidak manjur.
Operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi apnea tidur beragam. Misalnya,

cxxxii
operasi pengangkatan jaringan (uvulopalatopharyngoplasty), operasi hidung,
trakeostomi, operasi reposisi rahang atau operasi ablasi radiofrekuensi.

E. Mengigau
1. Pengertian Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami
kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas. Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan
sebutan somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur. kata-kata
yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa gumam, monolog
kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Meski begitu, mengigau bisa
jadi indikasi gangguan tidur yang lebih serius, seperti sleep apnea (napas
berhenti), night terrors (menjerit) dan gangguan perilaku REM (Rapid Eye
Movement).

2. Penyebab Mengigau
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:
 Sedang menggunakan obat tertentu
 Tekanan emosional
 Demam
 Gangguan kesehatan mental
 Penyalahgunaan zat terlarang
 Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang
mengigau saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota
keluarga lainnya yang mengigau, Anda mungkin juga berisiko.

3. Upaya Mengatasi Mengigau

cxxxiii
1. Pastikan Istirahat Selalu Cukup
Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka
mengigau pun tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.

2. Usahakan Pola Tidur Selalu Sama


Mempertahankan konsistensi pola tidur tampaknya agak sulit, terutama bagi
orang-orang yang memiliki kesibukan ekstra. Meski terlihat sederhana, nyatanya
ini menjadi salah satu cara menghilangkan mengigau yang ampuh. Kalau kamu
biasa tidur pukul 10 malam, maka usahakan tidur pukul 10 juga setiap malam.
Ketika pola tidur tidak teratur, maka akan muncul gangguan dan salah satunya
adalah ngigo.

3. Hindari Konsumsi Kafein dan Alkohol


Mengonsumsi kafein atau alkohol sebelum tidur nyatanya malah akan
menimbulkan gangguan tidur. Salah satu gangguan tidur yang timbul adalah
mengigau karena tubuh jadi tidak beristirahat dengan baik sebagaimana mestinya.
Jika kamu tidak bisa menahan diri untuk mengonsumsinya, usahakan jangan
pernah mengonsumsi kafein atau alkohol pada sore dan malam hari.

4. Rutin Berolahraga
Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.

5. Hindari Stres
Cara mengatasi mengigau yang berikutnya adalah mengendalikan pikiran menjadi
lebih positif. Kamu harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlalu stres karena
ini bisa jadi penyebab mengigau. Jadi, salah satu cara menghilangkan mengigau

cxxxiv
yang paling ampuh adalah dengan mengontrol pikiran dan emosi. Ketika pikiran
menjadi tenang, maka istirahat pun menjadi lebih maksimal dan rileks.

6. Konsumsi Makanan Bergizi


Tanpa disadari, ternyata apa yang kita konsumsi juga bisa berpengaruh terhadap
kebiasaan tidur. Kalau kamu sudah mencoba berbagai cara di atas, tetapi belum
ada yang berhasil, maka cobalah untuk memperbaiki pola makan.Sangat
disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jangan lupa untuk
memenuhi asupan cairan tubuh dengan minum 8-10 gelas per hari. Tubuh yang
sehat akan membuat metabolisme lancar, sehingga organ tubuh akan bekerja
sebagaimana mestinya.

7. Ciptakan Suasana Tidur yang Nyaman


Langkah terakhir yang perlu kamu lakukan sebagai cara mengatasi tidur mengigau
adalah dengan menciptakan suasana tidur yang nyaman. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti penggunaan kasur, tata letak perabotan, hingga warna
dan tema kamar tidur.
F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah gangguan yang melibatkan kegiatan fisik yang tidak
diinginkan, atau pengalaman yang terjadi selama tidur. Kendati gangguan tidur
jenis ini lebih umum ditemukan pada anak-anak, sekitar 5 -15 persen, dan orang
dewasa 1 persen, akan tetapi tidak menutup kemungkinan berhubungan dengan
adanya luka trauma. "Parasomnia dicirikan oleh perilaku fisik atau lisan yang
tidak diinginkan, seperti berjalan atau berbicara saat tidur, terjadi dalam hubungan
dengan tidur, tahapan tertentu dari tidur atau transisi tidur-bangun," ujarnya.
Parasomnia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yakni parasomnia primer
dan parasomnia sekunder. Parasomnia primer merupakan gangguan tidur yang
ditandai terjadinya simultan unsure-unsur dari transisi tidur-bangun. Sedangkan
parasomnia sekunder adalah gangguan sistem organ lainnya yang timbul selama
tidur.

cxxxv
"Parasomnia primer diklasifikasikan menurut tahap tidur, di mana mereka terjadi
yakni rapid eye movement (REM) atau non-cepat gerakan mata (NREM),"
ulasnya.
Sedangkan parasomnia sekunder mungkin sangat umum, tetapi bisa dikenali,
misdiagnosed, atau diabaikan dalam praktek klinis.

2. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-
rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

3. Tanda Gejala Parasomnia


Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan
gejala lain, seperti:
 bangun dengan bingung atau disorientasi
 melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
 menemukan luka asing di tubuh

cxxxvi
 sulit tidur sepanjang malam
 mengantuk atau kelalahan di siang hari

4. Pengobatan Parasomnia
Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat
keparahannya. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan
menyarankan terapi perilaku kognitif (CBT).CBT adalah salah satu penanganan
parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan keterkaitan parasomnia
dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan kecemasan.

Metode lain yang dapat dilakukan bersama CBT, yaitu:


 psikoterapi
 terapi relaksasi
 hipnosis.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan
dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata
sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah
terserang penyakit (Lanywati, 2001).

cxxxvii
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari atau keterlambatan waktu bangun. Pada
kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderita hipersomnia mengalami
durasi serangan sekitar 1-2 jam. Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan
hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis,
penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda,
atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik lainnya.

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk


berlebih di siang hari. Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang
hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi. Serangan tidur bisa
menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan kapan saja secara
tiba-tiba, jika narkolepsi tidak terkendali serangan tidur dapat berlangsung selama
beberapa kali dalam sehari.
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur,
pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang kali. Akibatnya, oksigen ke otak
menjadi berkurang. Perawatan apnea tidur yang dapat dilakukan, antara lain:
1. CPAP (Continuous positive airway pressure)
2. BPAP (Bilevel positive airway pressure)
3. MAD (Mandibular advancement device)
4. ASV (Adaptive servo-ventilation)
5. Operasi

Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami


kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas, kata-kata yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa
gumam, monolog kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Salah satu
penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika tubuh kurang
tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka mengigau pun tidak

cxxxviii
bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan istirahat cukup setiap
harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.

Parasomnia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yakni parasomnia


primer dan parasomnia sekunder. Parasomnia primer merupakan gangguan tidur
yang ditandai terjadinya simultan unsure-unsur dari transisi tidur-bangun.
Sedangkan parasomnia sekunder adalah gangguan sistem organ lainnya yang
timbul selama tidur. Penyebab terjadinya paraomnia seperti:
 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dikutip dari https://eprints.umm.ac.id/29877/2/jiptummpp-gdl-


intannovit-28824-2-babi.pdf, dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Anonim, Apa itu insomnia? Ini penyebab, Gejala, & Cara mengatasinya. Dikutip
dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-insomnia,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Liana Margareta. Hipersomnia. Dikutip dari


https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1924090018/11Hipersomnia.pdf,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Anonim. Hipersomnia. Dikutip dari


https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia, dipetik tanggal 9 Maret 2023.

M.Khoirul Mukmin. 2013. Narkolepsi. Dikutip dari


http://mukmin93.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-narkolepsi_16.html?
m=1. Dipetik tanggal 9 Maret 2023.

cxxxix
Anonim. Narkolepsi. Dikutip dari https://www.alodokter.com/narkolepsi. Dipetik
tanggal 9 Maret 2023.

Anonim. 2021. Gangguan Tidur Apnea. Dikutip dari


https://ciputrahospital.com/gangguan-tidur-apnea/. Dipetik tangal 9 Maret 2023.

Anonim. Sleep Apnea. Dikutip dari https://www.alodokter.com/sleep-apnea.


Dipetik tanggal 9 Mret 2023.

MAKALAH

GANGGUAN POLA TIDUR

DOSEN PEMBIMBING: ELFIDA SKM, MPH

cxl
U

OLEH: MULIANA PUTRI (P00320222 062 )

KEMENTERIAN KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES


ACEH JURUSAN KEPERAWATAN LANGSA TAHUN 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah kan
rahmat dan hidayah nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami yang
berjudul gangguan pola tidur.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kuntribusi dalam penyusunan makalah ini.Tentu nya tidak
akan maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusunan kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.Oleh karena
itu,kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
agar menjadi lebih baik lagi kedepan nya.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat memberikan pengajaran dan
juga manfaat bagi kami penulis dan juga pembaca.

cxli
Penulis

Langsa, Maret 2023

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang baik
dan Latihan yang adekuat. Setiap orang memerlukan jumlah istirahat dan tidur
yang berbeda-beda, dengan tidak tepatnya jumlah tidur dan istirahat seseorang
maka akan mempengaruhi pada kemampuan berkosentrasi, membuat
keputusan, kelabilan emosi, serta partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang
menurun. (Potter dan Perry,2013)
Mencapai kualitas tidur yang baik menjadi sangat penting bagi Kesehatan
dan sebagagai bentuk penyembuhan dari penyakit. Pasien yang sedang sakit
sering kali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat dari pada pasien
yang sehat. Namun demikian biasanya penyakit mencegah beberapa pasien
untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat. Lingkungan rumah sakit
atau perawatan jangka Panjang dan aktivitas pemberian layanan sering kali
membuat pasien sulit tidur sebelumnya, sedangkan pasien yang lain
bertambah masalah tidur nya akibat dari penyakit dan lingkungan rawat inap.
(Potter dan Parry,2011)

cxlii
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan insomnia?
b. Apa yang di maksud dengan parasomnia?
c. Apa yang di maksud dengan Hipersomnia?
d. Apa yang di maksud dengan Narcolapsy?
e. Apa yang di maksud dengan Apnoe saat tidur?
f. Apa itu Mengigau?

C. Tujuan Penulis
Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada Gangguan istirahat tidur.

BAB II PEMBAHASAN

A. INSOMNIA
1. Pengertian Insomnia
Insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas dan maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun
dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut mengalami
insomnia (Japardi,2002).
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
a. Insomnia Inisial
Yaitu ketidak mampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
b. Insomnia Intermitten
Yaitu ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga tidur
c. Insomnia Terminal
Bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi

2. Penyebab Masalah Insomnia

cxliii
Penyebab insomnia sangat beragam, mulai dari masalah mental
hingga kondisi medis tertentu. Penyebab tersebut juga berbeda-beda
berdasarkan jenis insomnia yang diderita. Terdapat 2 macam penyebab
insomnia yaitu insomnia Akut dan Kronis.
a. Insomnia Akut
 Beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti pindah ke rumah baru.
Stres karena pekerjaan.
 Jet lag, yaitu gangguan tidur yang dikarenakan bepergian ke daerah
dengan zona waktu berbeda.
 Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, obat asma,
atau obat tekanan darah.
 Konsumsi kafein, nikotin, dan alkohol berlebih.
 Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan
tubuh terasa tidak nyaman saat berbaring.
b. Insomnia Kronis
 Gangguan mental, seperti posttraumatic stress disorder (PTSD),
gangguan kecemasan, depresi, dan lain sebagainya.
 Kondisi medis tertentu, seperti asma, penyakit parkinson, GERD,
kanker, penyakit jantung, hipertensi atau tekanan darah tinggi dan
lain sebagainya.
 Menderita gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.
 Kebiasaan menonton televisi atau bekerja di tempat tidur.
 Menggunakan ponsel sebelum tidur.

3. Tanda dan Gejala Insomnia


Gejala utama dari insomnia adalah kesulitan untuk tidur di malam
hari. Selain itu, gejala umum dari insomnia adalah sebagai berikut:
 Mudah merasa lelah dan sulit berkonsentrasi saat melakukan
aktivitas di siang hari.
 Mudah terbangun di malam hari dan tidak dapat tidur kembali.

cxliv
 Perubahan emosional.
 Mengantuk di siang hari namun tidak bisa tidur.
 Daya ingat menurun.
 Gairah seks menurun.

4. Upaya Mengatasi Masalah


Cara mengatasi insomnia tergantung dari tingkat keparahan dan faktor
penyebabnya. Apabila insomnia cenderung ringan dan baru bersifat akut,
dokter akan menyarankan pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat,
seperti:
 Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
 Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
 Berhenti merokok.
 Rutin berolahraga.
 Menghindari penggunaan ponsel atau alat elektronik lainnya
sebelum tidur.
 Menghindari konsumsi makanan secara berlebihan sesaat sebelum
tidur.
 Meredupkan atau mematikan lampu di kamar sebelum tidur.
Sedangkan, insomnia kronis akan ditangani dokter melalui
beberapa tindakan medis, seperti:
 Meresepkan obat tidur. Namun, penggunaan obat tidur ini hanya
bersifat sementara dan bukan untuk mengatasi insomnia
sepenuhnya.
 Konseling dan psikoterapi.

B. HIPERSOMNIA
1. Pengertian Hipersomnia

cxlv
Hipersomnia adalah kondisi yang membuat seseorang merasa lelah
dan mengantuk berlebih di siang hari. Penderita akan tetap kelelahan
meski telah tidur dengan durasi yang cukup. Kondisi yang juga disebut
excessive daytime sleepiness (EDS) ini memiliki dua jenis, yakni
primer dan sekunder. Seseorang dikatakan mengalami hipersomnia
primer ketika EDS berlangsung selama minimal tiga bulan, dan tidak
disertai gejala lain.
Sedangkan hipersomnia sekunder biasanya disebabkan oleh
buruknya kualitas tidur di malam hari. Akibatnya, muncul rasa lelah
dan terganggunya konsentrasi. Pada jenis sekunder, hipersomnia
merupakan manifestasi dari penyakit lain. Contohnya, penyakit
Parkinson, gagal ginjal, dan sindrom kelelahan kronis.

2. Penyebab Hipersomnia
Penyebab hipersomnia tergantung tergantung pada jenisnya di bawah
ini:
 Penyebab hipersomnia primer
Beberapa literatu medis menyebutkan bahwa hipersomnia primer
disebabkan oleh gangguan otak yang mengatur pola tidur dan bangun
 Penyebab hipersomnia sekunder
Penyebab hipersomnia sekunder adalah kualitas tidur yang buruk.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktor risiko hipersomnia sekunder tersebut meliputi:
 Gangguan tidur lain, seperti insomnia, narkolepsi dan apnea
tidur
 Tidak memiliki waktu yang cukup untuk tidur di malam hari
 Kelebihan berat badan
 Kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebihan
 Penyalahgunaan obat-obatan terlarang

cxlvi
 Cedera kepala atau gangguan saraf (seperti multiple sclerosis
atau penyakit Parkinson)
 Penyakit tertentu, seperti gangguan ginjal, penyakit jantung,
dan fungsi kelenjar tiroid yang rendah
 Konsumsi obat-obatan yang diresepkan untuk penyakit lain
 Adanya anggota keluarga kandung dengan riwayat penyakit
yang sama
 Depresi

3. Tanda dan Gejala Hipersomnia


Gejala hipersomnia dapat berbeda-beda di tiap penderita. Perbedaan
ini tergantung dari penyebabnya. Namun secara umum, gejala yang
muncul dapat berupa:
 Merasa sangat lelah sepanjang waktu
 Selalu merasa butuh tidur siang
 Tetap mengantuk meski telah tidur cukup atau dalam jangka waktu
yang lama
 Sulit berkonsterasi sehingga sulit untuk membuat keputusan
 Kurang antusias
 Mengalami gangguan memori
 Meningkatnya risiko kecelakaan, terutama saat mengoperasikan
kendaraan bermotor
 Mudah marah
 Sering merasa cemas
 Kehilangan nafsu makan

4. Upaya mengatasi masalah


Penanganan hipersomnia akan ditentukan berdasarkan penyebab
yang mendasarinya. Dokter dpaat menganjurkan cara mengobati
hipersomnia yang meliputi:

cxlvii
 Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat mengatasi narkolepsi, juga bisa
digunakan untuk mengatasi hipersomnia. Contohnya, amphetamine,
methylphenidate, dan modafinil. Obat-obatan ini termasuk golongan
stimulan yang dapat membantu pasien agar merasa lebih segar dan
tidak mengantuk.
 Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup juga penting sebagai bagian dari pengobatan
hipersomnia. Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk:
 Mengikuti jadwal tidur yang teratur
 Menghindari kegiatan yang dapat memperparah gejala yang
dirasakan, terutama menjelang tidur
 Tidak mengonsumsi alkohol maupun obat-obatan terlarang
 Menerapkan pola makan kaya nutrisi yang diberikan oleh dokter
supaya energi tubuh tetap tercukupi
C. NARCOLEPSY
1. Pengertian Narcolapsy
Narkolepsi adalah kondisi medis yang membuat seseorang tertidur
secara mendadak di siang hari. Ini terjadi saat kadar neurotransmitter
(hipokretin), yang membantu mengatur keadaan sadar, sangat rendah.
Ini menyebabkan seseorang kehilangan kendali atas siklus tidur dan
terjaga. Oleh sebab itu, bahkan jika di malam sebelumnya tidur mereka
menyegarkan, mereka tetap merasakan kantuk yang luar biasa selama
siang hari. Mereka juga merasa kesulitan untuk tetap terjaga selama
beberapa jam, terlepas dari tempat mereka berada dan aktivitas yang
sedang dilakukan.
Di luar keinginan mereka, mereka dapat tertidur secara tiba-tiba
saat makan malam dengan keluarga atau memasak makan siang.
Mereka bahkan dapat tertidur saat berkendara atau di tengah rapat
kerja. Narkolepsi dapat bersifat sedang atau berat. Kasus yang paling
berat adalah narkolepsi yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan

cxlviii
penderita. Banyak dari mereka yang tidak dapat pergi bekerja atau
melakukan hal-hal yang mereka anggap menyenangkan. Namun
mereka dapat menjalani hidup yang normal dan aktif jika mereka
mengonsumsi obat-obatan untuk menangani gangguan tersebut.

2. Penyebab Narcolepsy
Para peneliti tidak yakin atas penyebab yang membuat beberapa
orang memiliki kadar hipokretin yang rendah. Namun sejumlah
penelitian menyatakan, ada beberapa yang mungkin berperan dalam
hal ini.

 Gangguan autoimun - Respons autoimun dapat menyebabkan


kerusakan neuron yang memproduksi hipokretin
 Flu babi - Banyak pasien flu babi yang ternyata memiliki kadar
hipokretin rendah.
 Vaksin flu babi
 Faktor genetic
 Perubahan hormon, yang dapat terjadi selama menopause dan
pubertas
 Stres berat, baik mental maupun fisik

3. Tanda dan Gejala


Orang yang menderita narkolepsi biasanya:
 Hampir sepanjang hari merasa mengantuk
 Kurang waspada dan tidak dapat fokus pada aktivitas mereka
 Kehilangan tonus otot dalam waktu yang singkat - Ini biasanya
terjadi saat seseorang merasa terlalu senang atau gembira. Wajar
bila mereka terjatuh saat tertawa secara spontan. Dalam satu hari,
gejala ini dapat sering terjadi. Namun ini biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit.

cxlix
 Tidak dapat bergerak atau berbicara saat tertidur atau terbangun
 Gangguan ini tidak menyebabkan masalah kesehatan atau fisik
jangka panjang atau serius. Namun ini dapat menghambat penderita
dalam melakukan aktivitas biasa. Ini termasuk mengemudi atau
bahkan memasak, karena mereka terancam menyakiti diri mereka
atau orang lain. Hal ini membuat mereka kehilangan motivasi dan
menderita depresi berat.

4. Upaya mengatasi masalah


Upaya mengatasi Narcolepsy yaitu:
 Menghindari konsumsi obat yang memicu rasa kantuk
 Menaati jadwal tidur
 Tidur siang dalam waktu yang telah dijadwalkan
 Tidak merokok atau meminum alkohol
 Makan dengan pola yang seimbang
 Olahraga sesering mungkin
Narkolepsi tidak dapat disembuhkan. Sebagian besar gejalanya dapat
diobati dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup, namun
narkolepsi tidak akan sepenuhnya pulih. Pada beberapa kasus, gejala
dapat memburuk sebelum sempat membaik.

D. APNEA TIDUR
1. Pengertian Apnea tidur
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan
seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang
pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asupan oksigen yang cukup.

2. Penyebab Apnea tidur

cl
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa
jenis sleep apnea menurut penyebabnya:
 Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan
terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit
atau menutup saat menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
 Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan
sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini
menyebabkan penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
 Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep
apnea dan central sleep apnea.

3. Tanda dan Gejala Apnea tidur


Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea
sedang tidur adalah:
 Mengorok dengan keras
 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas
saat sedang tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk
di malam hari
 Sulit tidur (insomnia)

4. Upaya mengatasi masalah


Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol
faktor risikonya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah
dengan berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

cli
Apabila Anda sulit berhenti merokok atau menderita kecanduan
alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.
Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid,
berkonsultasilah dengan dokter gizi untuk menjalani program
penurunan berat badan agar risiko terkena sleep apnea lebih
rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan
kondisi Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang
aman.

5. Pengobatan Apnea tidur


Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan
tingkat keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea
ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya dengan
menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti
mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengubah posisi tidur
menjadi menyamping atau tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu
mendapatkan penanganan medis, antara lain dengan:
 Terapi Khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala
apnea tidur atau jika gejala yang muncul sudah cukup parah,
penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan alat-alat
berikut:
 CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran
pernapasan melalui masker yang menutupi hidung dan mulut
penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi CPAP adalah
untuk mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-
gejala yang muncul, seperti mengorok.
 BPAP (bilevel positive airway pressure)

clii
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat
pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat
pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan
lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.

 MAD (mandibular advancement device)


Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk
mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang
menyebabkan seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak
dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.

E. PARASOMNIA
1. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak
biasa saat akan tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun.
Selain membuat Anda sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat
mengganggu orang yang tidur di dekat Anda.

2. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness),
non-rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase
NREM selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM.
Siklus ini akan berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara
NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa
kondisi berikut:
 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)

cliii
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau
tumor otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

3. Tanda dan gejala


Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat
menimbulkan gejala lain, seperti:
 bangun dengan bingung atau disorientasi melupakan aktivitas
tertentu yang telah dilakukan menemukan luka asing di tubuh sulit
tidur sepanjang malam mengantuk atau kelalahan di siang hari.

4. Pengobatan Parasomnia
Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik
serta mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan
yang dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia
dalam keluarga.
Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan
karena pasien mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep study atau
polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.
Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan penanganan
yang disesuaikan dengan penyebab parasomnia.

5. Upaya mengatasi masalah


Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat
keparahannya. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan
menyarankan terapi perilaku kognitif (CBT). CBT adalah salah satu

cliv
penanganan parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan
keterkaitan parasomnia dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan
kecemasan.
Metode lain yang dapat dilakukan bersama CBT, yaitu:

 psikoterapi
 terapi relaksasi
 hipnosis

F. MENGIGAU
1. Pengertian Mengigau
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara
selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa
monolog jelas, dialog, gumaman, hingga mengoceh.
Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini merupakan bagian
dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada seseorang yang
berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung selama 30
detik per episode.

2. Penyebab Mengigau
 Stres secara emosional
Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa
stres, khususnya saat sedang mengalami stres secara
berkepanjangan yang dapat menimbulkan rasa cemas dan
mengalami gangguan tidur (insomnia). Seseorang yang
mengidap depresi juga kerap kali mengigau ketika tidur.
 Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder
(RBD) adalah gangguan tidur dengan angka trauma yang
tinggi. Ini adalah bentuk gangguan tidur yang sering dialami
oleh banyak orang. Penderita RBD dapat menimbulkan gejala

clv
seperti menggeram, memekik, berteriak, hingga bergerak
dalam mimpinya (sering kali secara kasar dan agresif).
 Sedang demam atau sakit
Ketika sedang sakit, respon imun tubuh manusia akan
meningkat, terutama pada malam hari. Khususnya ketika
sedang demam, suhu yang tinggi dapat memicu seseorang
menjadi mengigau ketika tidur. Meski demikian, pemicu ini
masih perlu diteliti lebih lanjut.

 Konsumsi obat-obatan tertentu


Mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki kandungan
seperti beta-blocker, kafein, antidepresan, prednisone,
sertraline, escitalopram, dan obat lainnya yang tergolong
Selective Reuptake Inhibitors (SSRI) juga dapat meningkatkan
risiko mengalami gangguan tidur, termasuk mengigau.
 Genetik
Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga
mengungkapkan bahwa kebiasaan mengigau saat tidur juga
bisa sesuatu yang diturunkan dari keluarga. Sebuah studi yang
dilakukan pada orang kembar menunjukkan bahwa jika satu
anak memiliki kebiasaan mengigau, biasanya saudara
kembarnya juga mengalami hal yang sama. Bahkan, keduanya
sama-sama mengalami berjalan dan menggertakkan gigi saat
tidur.

3. Tanda dan gejala


Mengutip Sleep Foundation, gejala utama mengigau ekspresi yang
bisa didengar terjadi selama tidur tanpa orang itu menyadarinya. Itu
bisa berupa omong kosong atau menyerupai ucapan normal.
Riset linguistik tentang mengigau menemukan hampir setengah
dari rekaman pembicaraan saat tidur tak dapat dipahami. Dalam kasus

clvi
ini, mengigau saat tidur biasanya bergumam, berbicara tanpa suara
menggerakkan bibir dengan bunyi terbatas, diredam bantal dan
selimut.

4. Upaya mengatasi masalah


 Hindari stress
 Perbaiki jam tidur
 Memasang white nose
 Berkonsultasi ke dokter

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
manusiadimana istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan
dankecemasan (ansietas) sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar
sebagaifungsi protektif tubuh untuk melakukan perbaikan dan pemulihan
jaringansetelah beraktivitas yang dapat dibangunkan Kembali.
Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan
tidur yangdalam dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam
kondisi aktifatau tidur paradoksial yang bersifat nyenyak sekali. Kebutuhan
istirahat tidur dan pola tidur setiap individu berbeda-beda yang sangat
dipengaruhi oleh umur ndividua tau orang tersebut.

clvii
Fungsi tidur adalah untuk memperbaiki, memulihkan dan
menyeimbangkankondisi tubuh baik secara fisiologis, biologis ataupun
psikologis sehinggakembali optimal.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-insomnia

https://www.sehatq.com/penyakit/hipersomnia

https://www.docdoc.com/id/info/condition/narcolepsy

https://www.alodokter.com/sleep-apnea

https://www.alodokter.com/parasomnia-gangguan-perilaku-saat-tidur

https://www.brainacademy.id/blog/penyebab-mengigau-saat-
tidur#:~:text=Mengigau%20adalah%20gangguan%20tidur%20yang,dialog%2C
%20gumaman%2C%20hingga%20mengoceh

clviii
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

GANGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DI

OLEH :

MAINORA

(P00320222 060)

DOSEN PEMBIMBING : ELFIDA.SKM.MPH

clix
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN ACEH

PROGAM STUDI KEPERAWATAN LANGSA

TAHUN 2023

clx
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Insomnia.............................................................................................3
1. Pengertian Insomnia......................................................................... 3
2. Penyebab Masalah Insomnia..............................................................4
3. Tanda Gejala......................................................................................4
4. Upaya untuk mengatasi masalah........................................................4
B. Hipersomnia.......................................................................................5
1. Pengertian Hipersomnia.....................................................................5
2. Tanda Gejala......................................................................................7
3. Upaya untuk mengatasi masalah........................................................8
4. Pengobatan.........................................................................................8
C. Narcolepsy..........................................................................................9
1. Pengertian Narcolepsy........................................................................9
2. Penyebab Narkolepsi..........................................................................9
3. Gejala Narcolepsy..............................................................................9
4. Upaya Mencegah Narkolepsi............................................................10
5. Pengobatan narkolepsi.......................................................................11

clxi
D. Apnea tidur........................................................................................12
1. Pengertian Apnea Tidur...................................................................12
2. Penyebab Apnea..............................................................................12
3. Tanda gejala apnea..........................................................................13
4. Upaya mengatasi masalah apnea.....................................................13
5. Pengobatan sleep apnea...................................................................14
E. Mengigau.........................................................................................16
1. Pengertian mengigau.......................................................................16
2. penyebab mengigau.........................................................................16
3. Upaya Mengatasi Mengigau............................................................18
F. Parasomnia.......................................................................................19
1. Pengertian Parasomnia.....................................................................19
2. penyebab parasomnia .................................................................... 20
3. Pengobatan Parasomnia....................................................................20
4. Pemberian obat.................................................................................21

BAB III PENUTUP......................................................................................22


A. Kesimpulan.......................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................24

clxii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hantarkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas etika
keperawatan tentang “GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR”.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan gangguan istirahat tidur.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian gangguan istirahat tidur ini. Oleh
karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat tugas etika keperawatan ini.

Saya berharap tugas etika keperawatan saya susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Langsa, 26 Februari 2023

Penulis

clxiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan tidur dianggap paling merusak efek non-auditori karena implikasinya
terhadap kualitas hidup dan performa sehari-hari. Kualitas tidur yang baik
merupakan hal yang fundamental bagi fisiologi tubuh dan kesehatan mental.
Terdapat peningkatan bukti secara kuantitatif dan kualitatif bahwa gangguan tidur
memainkan peran dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Sejumlah faktor
risiko kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan tidur, yakni klasifikasi
arteri koroner, atherogenik profil lipid, aterosklerosis, obesitas, diabetes tipe 2,
dan hipertensi. Peningkatan mortalitas dari semua kasus telah diobservasi. Efek
kebisingan saat tidur juga dapat mengarah ke stimulasi sistem saraf yang
mensekresikan adrenalin, noreadrenalin, dan kortisol.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini akan
dijabarkan beberapa rumusan masalah.

Apa saja gangguan tidur?

Berbahayakah gangguan-gangguan tidur tersebut baik bagi diri sendiri maupun


lingkungan sekitar?

C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya tujuan penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah
ini akan dipaparkan sebagai berikut.

Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur.

clxiv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur secara
temporer atau kronis (Goldenson). Insomnia adalah suatu kondisi ketidakpuasan
seseorang dalam hal kuantitas atau kualitas tidurnya dan berlangsung selama
beberapa waktu (WHO, 2002). Kurangnya waktu tidur dari kriteria normal,
sebaiknya tidak digunakan dalam mendiagnosis insomnia karena beberapa
individu mempunyai jam tidur yang sedikit tetapi tidak mempunyai keluhan
insomnia dan sering disebut short sleeper. Sebaliknya ada orang yang merasa
kurang tidur padahal jumlah jam tidurnya masih dalam batas normal sehingga
memerlukan tidur lebih lama. Orang yang membutuhkan waktu tidur lebih dari 8
jam disebut long sleeper (Kaplan et.al, 2005).

Insomnia adalah ketidakmampuan penderita untuk memperoleh jumlah tidur yang


diperlukan agar dapat menjalankan fungsi pada siang hari secara efisien(Berrios).
Penderita insomnia pada dasarnya hanya punya dua keluhan utama, dimana
seseorang sulit masuk tidur dan sulit mempertahankan tidur(Hartmann). Insomnia
dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang sulit masuk tidur atau
kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu sehingga
menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial, pekerjaan
ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya (Erry, 2008).

Kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang Kurangnya kualitas tidur
yang disebabkan oleh satu dari; sulit memasuki tidur, sering terbangun malam
kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak
nyenyak. Insomnia tidak disebabkan oleh sedikitnya seseorang tidur, karena setiap
orang memiliki jumlah jam tidur sendiri-sendiri. Tapi yang menjadi penekanan
adalah akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya tidur pada malam hari seperti
kelelahan, kurang gairah, dan kesulitan berkonsentrasi ketika beraktivitas.

clxv
2. Penyebab Masalah Insomnia
Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni
psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan yang
mengganggu, serta kebiasaan buruk. Hampir setiap orang memiliki insomnia pada
beberapa waktu karena peristiwa kehidupan yang penuh stres. Secara khusus,
faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap kecenderungan insomnia
ini. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang
kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik
senantiasa siaga. Misalnya, ketika seseorang sedang memiliki problematik pelik di
lingkungan kantor, maka jika ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan
fisik susah diajak kompromi untuk tidur.

3. Tanda Gejala
Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk,
sehingga menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda
bagi setiap orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan
pola makan. Gejala-gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di
antaranya:

 Sulit untuk merasakan ngantuk dan tidak bisa tertidur.


 Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur kembali.
 Merasa lelah, emosional, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa melakukan
aktivitas secara baik pada siang hari.
 Tidak bisa tidur siang, meskipun tubuh terasa lelah.

 Upaya untuk mengatasi masalah


Dalam mengatasi insomnia, terdapat beberapa kebiasaan yang dapat di ubah
sebelum menggunakan obat insomnia, diantara-Nya adalah:

 Tidur dan bangun dalam periode waktu yang teratur


 Makan makanan yang mengandung rendah karbohidrat sebelum tidur

clxvi
 Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang bersifat stimulan
yang dapat membuat kita terjaga, seperti teh, kopi, alkohol dan rokok.
 Mandi dengan air hangat 30 menit atau 1 jam sebelum tidur
 Berolahraga secara teratur

B. Hipersomnia
1.Pengertian Hipersomnia

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang


ekstrem di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup)
pada malam hari. Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat
siang hari. Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas
hidup pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan
kemungkinan kecelakaan.

a. Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi
dua jenis, yaitu hipersomnia primer dan hipersomnia sekunder.

1) Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat
kondisi berikut:

 Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak,
dan cairan serebrospinal (neurotransmiter) hipokretin (juga disebut orexin). Tidur
siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe
1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.

 Narkolepsi tipe 2

clxvii
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki
gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe
2 biasanya dimulai pada masa remaja.

 Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi
ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.

 Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

2) Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:

 Hipersomnia karena kondisi medis


Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya. Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi,
gangguan bipolar, depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit
sistem saraf pusat juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.

 Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol


Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu
tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk

clxviii
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.

 Hipersomnia karena kurang tidur


Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

2. Tanda Gejala

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di
siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

3.Upaya untuk mengatasi masalah

clxix
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:

 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan

Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.


Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.

 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,


atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan
minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat
kepada pengidap.

C. Narcolepsy
1.Pengertian Narcolepsy

clxx
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh
atau mengalami kecelakaan.

2. Penyebab Narkolepsi

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.

Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:

 Tumor otak
 Cedera kepala
 Radang otak (ensefalitis)
 Multiple sclerosis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi
atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi,
yaitu:

 Usia 10–30 tahun


 Kelainan genetik
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Stres

a. Kantuk yang berlebihan pada siang hari


Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk tetap
terjaga, dan sulit berkonsentrasi.

clxxi
b. Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan
kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur dapat
berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.

c. Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah tungkai,
penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel. Kondisi ini
dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya dipicu oleh emosi
tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.

d. Ketindihan (sleep paralysis)


Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara saat
hendak terbangun atau mulai tertidur.

e. Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti:

 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Binge eating disorder
 Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
4. Upaya Mencegah Narkolepsi

Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu
mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya
gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:

clxxii
 Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
 Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
 Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
 Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. Pengobatan narkolepsi

Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.


Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan
begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.

Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-
obatan. Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan
gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan
efek samping yang mungkin ditimbulkan.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:

 Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat


sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
 Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
 Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam
tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
 Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari

clxxiii
 Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari

D. Apnea tidur
1. Pengertian Apnea Tidur

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan
terhenti atau berhenti bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas
selama sekitar 10 detik sebanyak ratusan kali selama tidur.

2. Penyebab Apnea

Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep
apnea menurut penyebabnya:

a. Obstructive sleep apnea


Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks.
Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik
napas, misalnya karena lidah tertelan.

b. Central sleep apnea


Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan
baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak
bisa bernapas selama beberapa waktu.

c. Complex sleep apnea


Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan
central sleep apnea.

3. Tanda gejala apnea

clxxiv
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.

Beberapa gejala umum  yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur


adalah:

 Mengorok dengan keras
 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam
hari
 Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan
keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:

 Terbangun dengan mulut yang terasa kering


 Sakit kepala ketika baru bangun tidur
 Merasa sangat mengantuk di siang hari
 Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
 Mengalami perubahan mood dan mudah marah
 Mengalami penurunan libido
4. Upaya mengatasi masalah apnea

Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan
mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila sulit berhenti merokok atau
menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan
terapi.

Jika menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan


dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena

clxxv
sleep apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai
dengan kondisi dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.

5. Pengobatan sleep apnea

Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat


keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani
secara mandiri, misalnya dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok,
berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi
menyamping atau tengkurap.

Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan
medis, antara lain dengan:

a. Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika
gejala yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani
terapi dengan alat-alat berikut:

 CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan melalui masker
yang menutupi hidung dan mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi
CPAP adalah untuk mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala
yang muncul, seperti mengorok.

 BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien menarik napas
dan menurunkan tekanan udara saat pasien mengembuskan napas. Dengan begitu,
pasien akan lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.

 MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah penyempitan
pada saluran pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur. Namun,
MAD tidak dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.

clxxvi
b. Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil
memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat
dipertimbangkan adalah operasi.

Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab utama


apnea tidur pada pasien, meliputi:

 Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan
kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur.

 Ablasi radio frekuensi


Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan menggunakan gelombang energi
khusus.

 Operasi reposisi rahang


Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih maju daripada
tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas ruang di belakang lidah dan
langit-langit.

 Implan alat stimulasi saraf


Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk menstimulasi saraf
yang mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat ini akan bekerja seirama dengan
napas penderita sehingga lidah akan bergerak maju dan membuka jalan napas
ketika penderita menarik napas.

 Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru pada kondisi
apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat sayatan di leher pasien,
kemudian memasukkan tabung metal atau plastik ke dalamnya.

clxxvii
E. Mengigau
1. Pengertian mengigau

Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.


Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,
gumaman, hingga mengoceh. Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini
merupakan bagian dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada
seseorang yang berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung
selama 30 detik per episode.

2. penyebab mengigau

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengigau saat
tidur. Dilansir dari hellosehat.com, para ahli mengungkapkan bahwa mengigau
dapat dihubungkan dengan berbagai penyakit sistem saraf seperti Parkinson, yaitu
penyakit saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan
dan keseimbangan. Sebuah studi dari Frontiers in Neurology juga menyebutkan,
bahwa sering mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya
demensia.

Meski demikian, ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, di antaranya yaitu:

a. Stres secara emosional

Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres, khususnya saat
sedang mengalami stres secara berkepanjangan yang dapat menimbulkan rasa
cemas dan mengalami gangguan tidur (insomnia). Seseorang yang mengidap
depresi juga kerap kali mengigau ketika tidur.

b. Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)

Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder (RBD) adalah gangguan


tidur dengan angka trauma yang tinggi. Ini adalah bentuk gangguan tidur yang
sering dialami oleh banyak orang. Penderita RBD dapat menimbulkan gejala

clxxviii
seperti menggeram, memekik, berteriak, hingga bergerak dalam mimpinya (sering
kali secara kasar dan agresif).

Kondisi ini kadang ditemui pada anak-anak. Adapun tanda-tanda orang memiliki
gangguan ini, yaitu:

 Mengigau, berbicara, atau mengoceh ketika tidur


 Tidur sambil berjalan (sleepwalking)
 Loncat dari tidur
 Melakukan berbagai gerakan seperti menendang, meninju, bahkan berlari
ketika tidur
 Dapat melanjutkan mimpi yang terputus ketika tertidur kembali 

c. Sedang demam atau sakit


Ketika sedang sakit, respon imun tubuh manusia akan meningkat, terutama pada
malam hari. Khususnya ketika sedang demam, suhu yang tinggi dapat memicu
seseorang menjadi mengigau ketika tidur. Meski demikian, pemicu ini masih
perlu diteliti lebih lanjut.

d. Konsumsi obat-obatan tertentu


Mengonsumsi obat-obatan yang memiliki kandungan seperti beta-blocker, kafein,
antidepresan, prednisone, sertraline, escitalopram, dan obat lainnya yang
tergolong Selective Reuptake Inhibitors (SSRI) juga dapat meningkatkan risiko
mengalami gangguan tidur, termasuk mengigau.

e. Genetik
Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga mengungkapkan bahwa kebiasaan
mengigau saat tidur juga bisa sesuatu yang diturunkan dari keluarga. Sebuah studi
yang dilakukan pada orang kembar menunjukkan bahwa jika satu anak memiliki
kebiasaan mengigau, biasanya saudara kembarnya juga mengalami hal yang sama.
Bahkan, keduanya sama-sama mengalami berjalan dan menggertakkan gigi saat
tidur.

3. Upaya Mengatasi Mengigau

clxxix
a. Menghindari stres

Memiliki masalah dan beban pikiran yang berat sudah pasti membuat stres.
Namun jika stres tersebut tidak dapat kita kendalikan, bisa-bisa menyebabkan
masalah tidur sehingga siklus tidur terganggu. Hal tersebut dapat meningkatkan
risiko mengigau.

Maka dari itu, cobalah untuk kelola stres dengan melakukan hal-hal positif,
seperti:

 Meditasi atau yoga


 Makan makanan yang bergizi
 Curhat tentang masalah hidup ke orang terdekat
 Berpikir positif dan menerima kejadian buruk yang tidak bisa dikendalikan
Dengan melakukan beberapa hal tersebut, otak akan menjadi lebih relax dan tidur
pun menjadi lebih nyenyak.

b. Memperbaiki jam tidur

Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi mengigau yaitu dengan
memperbaiki jam tidur. Selain memastikan untuk tidur cukup selama 8 jam, kamu
juga harus membuat kebiasaan untuk tidur dan bangun di jam yang sama secara
teratur.

Sebelum tidur, jauhkan gadget seperti handphone, tablet, atau laptop, dan


pastikan suasana tidur kondusif tanpa interupsi. Kamu bisa mencoba untuk
membaca buku atau susu hangat agar tidur lebih tenang.

c. Dengarkan white noise

White noise adalah suara dalam frekuensi tertentu yang bisa membuat


pendengarnya menjadi lebih relax. Sumber white noise bisa berasal dari kipas
angin, AC, atau purifier ruangan. Kamu juga bisa mendengarkan white
noise melalui aplikasi musik atau video.

clxxx
Sleep Foundation mengungkapkan bahwa white noise dapat membantu kamu
mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik, sebab dapat memberikan efek tenang
dan membuat pendengarnya mudah tertidur.

d. Konsultasi kepada dokter

Jika kamu sering mengigau secara intens, ada baiknya segera periksakan ke
dokter. Apalagi sampai menjerit saat tidur, melakukan tindakan berbahaya, dan
memiliki riwayat mengigau yang sering sejak kecil.

Belum ada tes spesifik yang dapat mendiagnosis kebiasaan mengigau, namun jika
hal ini dialami secara berkala dan intens, bisa jadi ada penyebab gangguan tidur
lainnya.

Analisis dokter akan sangat terbantu bila membuat jurnal tidur yang berisi tentang
masalah tidur yang dialami. Mulai dari rekam jejak tidur, jadwal tidur dan
bangun, obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, hingga aktivitas yang
dilakukan.

F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia

Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat sulit
tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat.

Jika pasien menderita parasomnia, dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku


agresif saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar mungkin mengira
sedang terjaga. pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah lakukan
atau katakan ketika terbangun nanti.

2. penyebab parasomnia

clxxxi
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid
eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3. Pengobatan Parasomnia

Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta


mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan yang
dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam
keluarga.

Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan karena pasien
mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep


study atau polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.

Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan penanganan yang


disesuaikan dengan penyebab parasomnia, yaitu:

4. Pemberian obat

clxxxii
Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat yang
mungkin diberikan oleh dokter adalah:

 Topiramate
 Antidepresan
 Aginis dopamin
 Melatonin
 Clonazepam
a.Terapi

Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu, dokter
juga biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT),
seperti psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.

Di samping menjalani pengobatan yang dianjurkan dokter, pasien juga disarankan


untuk menerapkan sleep hygiene, membiasakan tidur dan bangun di waktu yang
sama setiap harinya, serta memindahkan atau mengamankan benda-benda yang
sekiranya berbahaya dari kamar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur secara


temporer atau kronis (Goldenson). Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat
faktor penyebab insomnia yakni psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan
dan alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan buruk. Seseorang

clxxxiii
yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga
menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap
orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola
makan.

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang


ekstrem di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup)
pada malam hari. Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses
pengobatan. Dokter mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur.

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi
sepenuhnya. Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar
pasien tetap terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus
mengendalikannya.

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan
sleep apnea yang dialaminya.

Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.


Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog

jelas, dialog, gumaman, hingga mengoceh.

Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat sulit
tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat.
Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta
mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan yang

clxxxiv
dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam
keluarga.

clxxxv
DAFTAR PUSTAKA

Makarim. F. R., 2022. Insomnia. Dikutip


https://www.halodoc.com/kesehatan/insomnia, dipetik tanggal 26 Februari
2023.

Nareza. M., 2022. Sleep Apnea. https://www.alodokter.com/sleep-apnea, dipetik


tanggal 26 Februari 2023.

Pittara. 2022. Narkolepsi. https://www.alodokter.com/narkolepsi, dipetik tanggal


26 Februari 2023.

Thahir. A., 2015. Pengaruh PMR (Progressive Muscel Relaxation) Terhadap


Insomnia Pada lansia Di Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar
Provinsi Lampung Tahun 2012. Dipetik dari
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli/article/view/1300/1027,
dipetik tanggal 26 Februari, Hlm. 3

Agustin. S., 2022. Parasomnia, Gangguan perilaku Saat Tidur, dikutip dari
https://www.alodokter.com/parasomnia-gangguan-perilaku-saat-tidur,
dipetik tanggal 26 Februari 2023.

Astasari. 2022. 5 Tips Mengatasi Insomnia. Dikutip dari


https://promkes.kemkes.go.id/5-tips-mengatasi-insomnia, dipetik tanggal
26 Februari 2023.

Dewantari. T. S., 2022. https://www.brainacademy.id/blog/penyebab-m

Fadli, R. 2022. Hipersomnia. https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia,


dipetik tanggal 26 Februari 2023.

MAKALAH

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

clxxxvi
DOSEN PEMBIMBING:

Elfida, SKM, MPH

DISUSUN OLEH:

ARIA MAULANA (P00320222 045)

POLTEKKES KEMENKES ACEH


PRODI D3 KEPERAWATAN
2022-2023

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah

clxxxvii
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa'atnya di
akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Gangguan Istirahat Tidur”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Langsa, 25 Februari
2023

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

clxxxviii
A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

Insomnia...................................................................................................................3

Pengertian Insomnia.................................................................................................3

2. Penyebab Masalah Insomnia.........................................................................4

3. Tanda Gejala.................................................................................................4

4. Upaya Untuk Mengatasi Masalah................................................................4

B. Hipersomnia......................................................................................................5

1. Pengertian Hsipersomnia.............................................................................5

2. Tanda Gejala................................................................................................7

3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah................................................................8

4. Pengobatan...................................................................................................8

C. Narcolepsy........................................................................................................9

1. Pengertian Narcolepsy.................................................................................9

2. Penyebab Narcolepsy...................................................................................9

3. Gejala Narcolepsy......................................................................................9

4. Upaya Mencegah Narcolepsy..................................................................10

5. Pengobatan Narcolepsy............................................................................11

D. Apnea Tidur.....................................................................................................12

1. Pengertian Apnea Tidur...........................................................................12

2. Penyebab Apnea.......................................................................................12

clxxxix
3. Tanda Geajala Apnea...............................................................................13

4. Upaya mengatasi gejala Apnea................................................................13

5. Pengobatan Sleep Apnea.........................................................................14

E. Mengigau.........................................................................................................16

1. Pengertian Mengigau................................................................................16

2. Penyebab Mengigau..................................................................................16

3. Upaya Mengatasi mengigau......................................................................18

F. Parasomnia......................................................................................................19

1. Pengertian Parasomnia..............................................................................19

2. Penyebab Parasomnia..................................................................................20

3. Tanda Gejala.............................................................................................20

4. Pengobatan Parasomnia............................................................................21

BAB III PENUTUP................................................................................................22

C. Kesimpulan..................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dijumpai seseorang terutama pada lansia. Proses penuaan tersebut menyebabkan
penurunan fungsi neurotransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi
norepinefrin. Gangguan tidur yang sering dialami yaitu Parasomnia, Hipersomnia,
Narolepsy, Apnea saat tidur, mengigau. Adanya kualitas tidur yang buruk
disebabkan seseorang mengalami gangguan tidur yaitu insomnia.(Wahyudi &

cxc
Wahid, 2016).Kurangnya tidur di malam hari memberikan konsekuensi di siang
hari seperti kehilangan kesegaran, kelelahan, penurunan perhatian serta
konsentrasi, gangguan memori, penurunan produktivitas, disfungsi sosial,
gangguan mood, kecelakaan dan kerugian secara finansial.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini
akan dijabarkan beberapa rumusan masalah.
1. Apa saja gangguan tidur?
2. Apa saja tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.

C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah
ini akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur
2. Untuk mengetahui tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Pengertian ini juga dapat menjelaskan dimensi insomnia yang
dikemukakan oleh Iskandar dan Setyonegoro (1985) adalah kesulitan untuk

cxci
masuk tidur, gangguan dari kontunuitas tidur, bangun lebih dini, tidur delta
(terdalam) yang kurang, atau kualitas tidur yang terganggu.
Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang
kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya
gangguan emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh
banyak faktor, misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress psikologis, obat,
nutrisi, motivasi, merokok dan alkohol.
Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat
mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab,
badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang
penyakit (Lanywati, 2001). Insomnia juga dapat mengakibatkan berbagai dampak
yang merugikan, yaitu: depresi,kesulitan untuk berkonsentrasi, aktivitas sehari-
hari menjadi terganggu, penurunan iq (Intelligence Quotient), penurunan prestasi
kerja dan belajar, mengalami kelelahan di siang hari, hubungan interpersonal
dengan orang lain menjadi buruk, meningkatkan risiko kematian, menyebabkan
kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan, dan memunculkan
berbagai penyakit fisik.

2. Penyebab Masalah Insomnia


Penyebab insomnia sangat beragam, mulai dari masalah mental hingga
kondisi medis tertentu. Penyebab tersebut juga berbeda-beda berdasarkan jenis
insomnia yang diderita.

Penyebab insomnia akut yaitu:


 Beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti pindah ke rumah baru.
 Stres karena pekerjaan.
 Jet lag, yaitu gangguan tidur yang dikarenakan bepergian ke daerah
dengan zona waktu berbeda.
 Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, obat asma, atau obat
tekanan darah.
 Konsumsi kafein, nikotin, dan alkohol berlebih.

cxcii
 Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan tubuh
terasa tidak nyaman saat berbaring.

Sementara itu, penyebab insomnia kronis yaitu:


 Gangguan mental, seperti post traumatic stress disorder (PTSD), gangguan
kecemasan, depresi, dan lain sebagainya.
 Kondisi medis tertentu, seperti asma, penyakit parkinson, GERD, kanker,
penyakit jantung, hipertensi atau tekanan darah tinggi dan lain sebagainya.
 Menderita gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.
 Kebiasaan menonton televisi atau bekerja di tempat tidur.
 Menggunakan ponsel sebelum tidur.

3. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala utama dari insomnia adalah kesulitan untuk tidur di
malam hari. Selain itu, tanda dan gejala umum dari insomnia adalah sebagai
berikut:
 Mudah merasa lelah dan sulit berkonsentrasi saat melakukan aktivitas di
siang hari.
 Mudah terbangun di malam hari dan tidak dapat tidur kembali.
 Perubahan emosional.
 Mengantuk di siang hari namun tidak bisa tidur.
 Daya ingat menurun.
 Gairah seks menurun.

4. Upaya Untuk Mengatasi Masalah


Cara mengatasi insomnia tergantung dari tingkat keparahan dan faktor
penyebabnya. Apabila insomnia cenderung ringan dan baru bersifat akut, dokter
akan menyarankan pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti:
 Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
 Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.

cxciii
 Berhenti merokok.
 Rutin berolahraga.
 Menghindari penggunaan ponsel atau alat elektronik lainnya sebelum
tidur.
 Menghindari konsumsi makanan secara berlebihan sesaat sebelum tidur.
 Meredupkan atau mematikan lampu di kamar sebelum tidur.

Sedangkan, insomnia kronis akan ditangani dokter melalui beberapa tindakan


medis, seperti:
 Meresepkan obat tidur. Namun, penggunaan obat tidur ini hanya bersifat
sementara dan bukan untuk mengatasi insomnia sepenuhnya.
 Konseling dan psikoterapi

B. Hipersomnia
1. Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia merupakankebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari atauketerlambatan waktu bangun.
Hipersomnia primer merupakan suatu keadaan dimanaseorang individu memiliki
rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari dan berlangsungbeberapa bulan
lamanya. Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagaimekanisme
koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderitahipersomnia
mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.
a) Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi
dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.
 Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain.

cxciv
 Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi
ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
 Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
 Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.
Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi
musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga bisa
memicu terjadinya hipersomnia.
 Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu
tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.

cxcv
 Hipersomnia karena kurang tidur
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

2. Tanda Dan Gejala


Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan tanda dan gejala seperti
berikut:
 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.
 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di
siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah


Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia.
Hipersomnia adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa

cxcvi
melakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya:
 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.

4. Pengobatan
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.
Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.
 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan
minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat
kepada pengidap.

C. Narcolepsy
1. Pengertian Narcolepsy
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk
berlebih di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-

cxcvii
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. di mana penderitanya mengalami kesulitan
mempertahankan keadaan sadar dan hampir sepanjang waktu merasa kantuk. Rasa
kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat
kantuk akan menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita
narkolepsi mengeluh tidak dapat tidur.

2. Penyebab Narkolepsy
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian
besar penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah.
Hipokretin, atau dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang
mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi
akibat penyakit autoimun.

cxcviii
3. Gejala Narkolepsy
Berikut beberapa gejala narcolepsy:
 Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
 Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
 Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel.
Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya
dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
 Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
 Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

4. Upaya Mencegah Narkolepsy


Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala narkolepsi. Anda
bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah ini:
 Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap
hari, termasuk akhir pekan.
 Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur sepanjang
hari. Tidur siang 20 menit pada waktu strategis sepanjang hari mungkin
akan menyegarkan dan mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.

cxcix
 Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama
pada malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.
 Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya
empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih
terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

5. Pengobatan Narkolepsy
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.
Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan
begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.Jika gejala yang dialami pasien cukup
parah, dokter akan memberikan obat-obatan. Jenis obat yang diberikan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi
kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
 Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat
sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
 Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
 Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam
tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
 Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
 Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari.

cc
D. Apnea Tidur
1. Pengertian Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang
kali. Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, nantinya dapat menimbulkan komplikasi serius.

2. Penyebab Apnea
Penyebab apnea tidur setiap orang berbeda-beda. Salah satunya adalah
kelahiran prematur. Selain itu, penyebab apnea tidur antara lain:

1. Apnea Tidur Obstruktif


Jika otot-otot di bagian belakang tenggorokan mengendur, apnea tidur obstruktif
dapat terjadi. Saat otot mengendur, saluran pernapasan akan menyempit dan
menutup saat menarik napas. Hal ini akan menghalangi udara yang masuk dan
menurunkan kadar oksigen dalam otak. Kondisi tersebut membuat otak tidak
mampu bekerja secara optimal. Akibatnya, Anda akan terbangun beberapa kali
untuk membuka kembali saluran pernapasan yang terhambat. Jika terjadi berulang
kali, hal itu akan mengganggu Anda untuk bisa tidur nyenyak.

2. Apnea Tidur Sentral


Apnea tidur sentral terjadi karena otak pusat gagal mengirimkan sinyal ke otot
yang mengontrol pernapasan. Orang dengan kondisi ini akan mengalami
kesusahan bernapas dalam waktu singkat. Selain itu, kondisi ini akan
membangunkan penderitanya dan menjadi sulit tidur.

3. Tanda Gejala Apnea

cci
Seseorang dengan sleep apnea tidak akan menyadari bahwa dirinya
memiliki gangguan tersebut karena gejala utama ditandai dengan mengorok yang
dilanjutkan dengan henti nafas saat sedang tidur. Meski demikian, terdapat gejala
lain yang dapat diamati, yaitu:
 Hampir selalu merasa kelelahan saat bangun tidur
 Seringkali merasa kantuk di siang hari
 Mulut selalu kering saat baru bangun tidur
 Sakit tenggorokan saat bangun tidur
 Mengalami gangguan depresi atau kecemasan akibat rasa Lelah yang
berkepanjangan
 Keringat malam
 Susah tidur atau mengalami insomnia
 Kesulitan berkonsentrasi
 Bangun beberapa kali saat tidur malam sekalipun tidak ingin buang air
kecil
 Mengalami sakit kepala
 Penurunan libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki.

4. Upaya Mengatasi Masalah Apnea


Cara mengatasi apnea tidur ringan dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup.
Bagaimana cara mengatasi apnea tidur ringan, berikut:

1. Menurunkan Berat Badan


Sebagian besar penderita apnea tidur adalah mereka yang memiliki berat badan
berlebih atau obesitas. Dengan menurunkan berat badan beberapa kilogram akan
membantu memperbaiki gejala apnea tidur.
2. Hindari Mengonsumsi Alkohol atau Obat Tidur
Alkohol dan obat tidur akan menurunkan tegangan otot di bagian belakang
tenggorokan. Hal tersebut akan mengganggu aliran udara yang masuk ke otak.
3. Mengubah Posisi Tidur

ccii
Posisikan tidur Anda dengan posisi yang membuat Anda lebih mudah untuk
bernapas.
4. Berhenti Merokok
Konsumsi rokok akan meningkatkan pembengkakan di saluran napas bagian atas.
Berhenti merokok membantu menghentikan pembengkakan dan membuat saluran
pernapasan menjadi lebih lega.

5. Pengobatan Sleep Apnea


Perawatan apnea tidur dilakukan bagi mereka yang memiliki kondisi
apnea tidur parah. Perawatan ini dilakukan secara medis, setelah berkonsultasi
dengan dokter spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT). Perawatan
apnea tidur yang dapat dilakukan, antara lain:
1. CPAP (Continuous positive airway pressure)
CPAP dilakukan dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti masker. Alat
ini akan membantu menghantarkan udara ke saluran pernapasan. Selain itu, terapi
CPAP juga membantu untuk meredakan gejala-gejala apnea tidur yang muncul.
2. BPAP (Bilevel positive airway pressure)
BPAP menggunakan alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan udara saat
menarik napas. Selain itu, alat ini juga membantu menurunkan tekanan udara saat
menghembuskan napas. Kondisi tersebut akan memudahkan penderita apnea tidur
untuk lebih mudah bernapas.
3. MAD (Mandibular advancement device)
MAD adalah alat yang digunakan untuk menjaga agar tenggorokan tetap terbuka.
Alat ini lebih mudah digunakan, namun tidak cocok untuk mereka yang menderita
apnea tidur parah.
4. ASV (Adaptive servo-ventilation)
ASV adalah alat ventilasi non-invasif yang digunakan untuk penderita apnea
sentral. Alat ini membantu agar saluran pernapasan tetap terbuka.
5. Operasi
Operasi menjadi pilihan terakhir jika upaya pengobatan lainnya tidak manjur.
Operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi apnea tidur beragam. Misalnya,

cciii
operasi pengangkatan jaringan (uvulopalatopharyngoplasty), operasi hidung,
trakeostomi, operasi reposisi rahang atau operasi ablasi radiofrekuensi.

E. Mengigau
1. Pengertian Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami
kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas. Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan
sebutan somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur. kata-kata
yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa gumam, monolog
kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Meski begitu, mengigau bisa
jadi indikasi gangguan tidur yang lebih serius, seperti sleep apnea (napas
berhenti), night terrors (menjerit) dan gangguan perilaku REM (Rapid Eye
Movement).

2. Penyebab Mengigau
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:
 Sedang menggunakan obat tertentu
 Tekanan emosional
 Demam
 Gangguan kesehatan mental
 Penyalahgunaan zat terlarang
 Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang
mengigau saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota
keluarga lainnya yang mengigau, Anda mungkin juga berisiko.

3. Upaya Mengatasi Mengigau

cciv
1. Pastikan Istirahat Selalu Cukup
Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka
mengigau pun tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.

2. Usahakan Pola Tidur Selalu Sama


Mempertahankan konsistensi pola tidur tampaknya agak sulit, terutama bagi
orang-orang yang memiliki kesibukan ekstra. Meski terlihat sederhana, nyatanya
ini menjadi salah satu cara menghilangkan mengigau yang ampuh. Kalau kamu
biasa tidur pukul 10 malam, maka usahakan tidur pukul 10 juga setiap malam.
Ketika pola tidur tidak teratur, maka akan muncul gangguan dan salah satunya
adalah ngigo.

3. Hindari Konsumsi Kafein dan Alkohol


Mengonsumsi kafein atau alkohol sebelum tidur nyatanya malah akan
menimbulkan gangguan tidur. Salah satu gangguan tidur yang timbul adalah
mengigau karena tubuh jadi tidak beristirahat dengan baik sebagaimana mestinya.
Jika kamu tidak bisa menahan diri untuk mengonsumsinya, usahakan jangan
pernah mengonsumsi kafein atau alkohol pada sore dan malam hari.

4. Rutin Berolahraga
Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.

5. Hindari Stres
Cara mengatasi mengigau yang berikutnya adalah mengendalikan pikiran menjadi
lebih positif. Kamu harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlalu stres karena
ini bisa jadi penyebab mengigau. Jadi, salah satu cara menghilangkan mengigau

ccv
yang paling ampuh adalah dengan mengontrol pikiran dan emosi. Ketika pikiran
menjadi tenang, maka istirahat pun menjadi lebih maksimal dan rileks.

6. Konsumsi Makanan Bergizi


Tanpa disadari, ternyata apa yang kita konsumsi juga bisa berpengaruh terhadap
kebiasaan tidur. Kalau kamu sudah mencoba berbagai cara di atas, tetapi belum
ada yang berhasil, maka cobalah untuk memperbaiki pola makan.Sangat
disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jangan lupa untuk
memenuhi asupan cairan tubuh dengan minum 8-10 gelas per hari. Tubuh yang
sehat akan membuat metabolisme lancar, sehingga organ tubuh akan bekerja
sebagaimana mestinya.

7. Ciptakan Suasana Tidur yang Nyaman


Langkah terakhir yang perlu kamu lakukan sebagai cara mengatasi tidur mengigau
adalah dengan menciptakan suasana tidur yang nyaman. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti penggunaan kasur, tata letak perabotan, hingga warna
dan tema kamar tidur.
F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah gangguan yang melibatkan kegiatan fisik yang tidak
diinginkan, atau pengalaman yang terjadi selama tidur. Kendati gangguan tidur
jenis ini lebih umum ditemukan pada anak-anak, sekitar 5 -15 persen, dan orang
dewasa 1 persen, akan tetapi tidak menutup kemungkinan berhubungan dengan
adanya luka trauma. "Parasomnia dicirikan oleh perilaku fisik atau lisan yang
tidak diinginkan, seperti berjalan atau berbicara saat tidur, terjadi dalam hubungan
dengan tidur, tahapan tertentu dari tidur atau transisi tidur-bangun," ujarnya.
Parasomnia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yakni parasomnia primer
dan parasomnia sekunder. Parasomnia primer merupakan gangguan tidur yang
ditandai terjadinya simultan unsure-unsur dari transisi tidur-bangun. Sedangkan
parasomnia sekunder adalah gangguan sistem organ lainnya yang timbul selama
tidur.

ccvi
"Parasomnia primer diklasifikasikan menurut tahap tidur, di mana mereka terjadi
yakni rapid eye movement (REM) atau non-cepat gerakan mata (NREM),"
ulasnya.
Sedangkan parasomnia sekunder mungkin sangat umum, tetapi bisa dikenali,
misdiagnosed, atau diabaikan dalam praktek klinis.

2. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-
rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

3. Tanda Gejala Parasomnia


Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan
gejala lain, seperti:
 bangun dengan bingung atau disorientasi
 melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
 menemukan luka asing di tubuh

ccvii
 sulit tidur sepanjang malam
 mengantuk atau kelalahan di siang hari

4. Pengobatan Parasomnia
Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat
keparahannya. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan
menyarankan terapi perilaku kognitif (CBT).CBT adalah salah satu penanganan
parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan keterkaitan parasomnia
dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan kecemasan.

Metode lain yang dapat dilakukan bersama CBT, yaitu:


 psikoterapi
 terapi relaksasi
 hipnosis.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan
dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata
sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah
terserang penyakit (Lanywati, 2001).

ccviii
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari atau keterlambatan waktu bangun. Pada
kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderita hipersomnia mengalami
durasi serangan sekitar 1-2 jam. Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan
hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis,
penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda,
atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik lainnya.

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk


berlebih di siang hari. Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang
hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi. Serangan tidur bisa
menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan kapan saja secara
tiba-tiba, jika narkolepsi tidak terkendali serangan tidur dapat berlangsung selama
beberapa kali dalam sehari.
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur,
pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang kali. Akibatnya, oksigen ke otak
menjadi berkurang. Perawatan apnea tidur yang dapat dilakukan, antara lain:
1. CPAP (Continuous positive airway pressure)
2. BPAP (Bilevel positive airway pressure)
3. MAD (Mandibular advancement device)
4. ASV (Adaptive servo-ventilation)
5. Operasi

Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami


kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas, kata-kata yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa
gumam, monolog kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Salah satu
penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika tubuh kurang
tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka mengigau pun tidak

ccix
bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan istirahat cukup setiap
harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.

Parasomnia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yakni parasomnia


primer dan parasomnia sekunder. Parasomnia primer merupakan gangguan tidur
yang ditandai terjadinya simultan unsure-unsur dari transisi tidur-bangun.
Sedangkan parasomnia sekunder adalah gangguan sistem organ lainnya yang
timbul selama tidur. Penyebab terjadinya paraomnia seperti:
 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dikutip dari https://eprints.umm.ac.id/29877/2/jiptummpp-gdl-


intannovit-28824-2-babi.pdf, dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Anonim, Apa itu insomnia? Ini penyebab, Gejala, & Cara mengatasinya. Dikutip
dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-insomnia,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Liana Margareta. Hipersomnia. Dikutip dari


https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1924090018/11Hipersomnia.pdf,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.

Anonim. Hipersomnia. Dikutip dari


https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia, dipetik tanggal 9 Maret 2023.

M.Khoirul Mukmin. 2013. Narkolepsi. Dikutip dari


http://mukmin93.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-narkolepsi_16.html?
m=1. Dipetik tanggal 9 Maret 2023.

ccx
Anonim. Narkolepsi. Dikutip dari https://www.alodokter.com/narkolepsi. Dipetik
tanggal 9 Maret 2023.

Anonim. 2021. Gangguan Tidur Apnea. Dikutip dari


https://ciputrahospital.com/gangguan-tidur-apnea/. Dipetik tangal 9 Maret 2023.

Anonim. Sleep Apnea. Dikutip dari https://www.alodokter.com/sleep-apnea.


Dipetik tanggal 9 Mret 2023.

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DOSEN:

ELFIDA,SKM,MPH

DISUSUN OLEH:

M.HAFIZ

(P00320222059)

ccxi
PROGRAM STUDI PRODI D-III KEPERAWATAN KOTA LANGSA

POLTEKKES KEMENKES ACEH TAHUN

2022 -2023

ccxii
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

1. INSOMNIA

A. PENGERTIAN

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang artinya tidur,
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur.Insomnia ada tiga macam, yaitu
pertama, Intial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur.Kedua,
Middle Insomnia yaitu terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur
lagi.Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun
pagi.(Purwanto, 2012).

Insomia adalah salah satu gangguan tidur pada malam hari dimana individu akan
merasakan kesulitan tidur pada malam hari dan membuat individu tidak cukup
tidur saat terbangun. Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya stres.Gejala fisik dapat dilihat dari raut muka yang pucat, mata sembab
dan badan yang merasa lemas (Wahyuningsih, 2007).

Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi ketika seseorang mengalami


kesulitan untuk tidur.Kondisi ini membuat pengidapnya tidak memiliki waktu
tidur yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut menyebabkan kondisi fisik pengidap
insomnia menjadi tidak cukup fit untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.

Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang
(kronis).Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami
untuk memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui
siklus yang bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata
cepat.

Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam.
Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit.Siklus ini diawali
empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu,
dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.

ccxiii
Jenis – jenis insomnia

Insomnia terbagi menjadi dua jenis, yaitu insomnia primer dan insomnia
sekunder. Insomnia primer adalah gangguan tidur yang tidak terkait dengan
penyakit atau kondisi medis lain. Sementara itu, insomnia sekunder adalah
gangguan tidur yang terjadi akibat gangguan kesehatan, seperti:

 Refluks asam lambung (GERD)


 Asma
 Depresi
 Kanker
 Radang sendi
Insomnia dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau jangka panjang
(kronis).Insomnia akut terjadi secara mendadak dan dapat berlangsung dari hanya
1 malam sampai beberapa minggu.Sementara itu, insomnia kronis terjadi
setidaknya 3 malam dalam 1 minggu dan berlangsung selama 3 bulan atau lebih.

B. PENYEBAB

Penyebab insomnia bisa bervariasi, tergantung pada jenisnya, terbagi menjadi


insomnia primer dan insomnia sekunder.

Berikut adalah berbagai penyebab insomnia berdasarkan jenisnya:

 Insomnia Primer
Insomnia primer dapat disebabkan oleh banyak hal.Salah satu penyebab insomnia
primer adalah hal-hal yang memicu stres, misalnya masalah dalam pekerjaan atau
keuangan.Stres juga bisa disebabkan oleh peristiwa duka, seperti kehilangan orang
yang dicintai.

Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan insomnia primer antara lain:

 Kebiasaan buruk yang dilakukan sebelum tidur, seperti makan terlalu


banyak, menggunakan komputer atau smartphone, dan menonton televisi

ccxiv
 Faktor lingkungan, seperti suara bising, lampu yang terlalu terang, suhu
yang terlalu dingin atau terlalu panas
 Jadwal tidur yang tidak teratur, misalnya karena pergantian jam kerja

 Insomnia Sekunder
Sejumlah penyakit atau kondisi medis yang dapat menyebabkan insomnia
sekunder meliputi:

1. Gangguan psikis, seperti:

 Gangguan kecemasan
 Gangguan stres pasca trauma (PTSD)
 Gangguan bipolar
 Depresi
2. Kondisi yang menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan saat malam hari,
antara lain:

 Gangguan hormon, seperti hipertiroidisme, yang menyebabkan jantung


berdebar bahkan saat istirahat, atau menopause yang menyebabkan badan
terasa panas pada malam hari
 Gangguan otot dan sendi, misalnya radang sendi (artritis) dan
fibromyalgia, yang menyebabkan nyeri
 Gangguan berkemih, akibat pembesaran prostat atau diabetes, yang
menyebabkan bolak-balik ke kamar mandi pada malam hari
 Gangguan pencernaan, misalnya GERD, yang menyebabkan perut terasa
panas dan penuh saat berbaring
 Gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis,
yang dapat menyebabkan kecemasan karena sulit bernapas
3. Gangguan kesehatan lain, meliputi:

ccxv
 Gangguan saraf, seperti penyakit Parkinson atau penyakit Alzheimer, yang
menimbulkan gangguan pada zat kimia otak yang mengendalikan rasa
kantuk dan tidur
 Gangguan tidur, seperti restless leg syndrome dan sleep apnea, yang
menyebabkan penderita terbangun berkali-kali pada malam hari
4. Pola hidup pasien yang tidak sehat, seperti:

 Merokok
 Menyalahgunakan NAPZA
 Mengonsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan
5. Konsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan tidur, misalnya:

 Antidepresan, seperti fluoxetine dan protriptyline


 Obat asma, seperti teofilin
 Obat dekongestan
 Obat tekanan darah tinggi, seperti penghambat beta
 Obat yang mengandung kafein, seperti obat alergi dan obat pereda nyeri
C. TANDA DAN GEJALA INSOMNIA

Menurut penelitian (Iwan, 2009) ada beberapa tanda dan gejala insomnia,
diantaranya :

 Kesulitan untuk memulai tidur


 Tiba-tiba terbangun pada malam hari
 Bisa terbangun lebih awal/dini hari
 Merasa mengantuk di siang hari
 Sakit kepala pada siang hari
 Merasa kurang puas dengan tidurnya
 Merasa kurang nyaman /gelisah saat tidur
 Mendapat mimpi buruk
 Badan terasa lemah,letih,kurang tenaga setelah tidur
 Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan

ccxvi
 Tidur selama 6 jam dalam semalam
D. PENCEGAHAN

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah insomnia, antara
lain:

 Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,
termasuk saat akhir pekan
 Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi
makanan sehat, termasuk sayuran dan buah-buahan
 Berolahraga secara rutin, tetapi tidak dekat waktu tidur
 Membatasi waktu tidur siang
 Menjaga kenyamanan dan suhu kamar tidur, serta usahakan hanya masuk
ke kamar bila ingin tidur
 Membuat tubuh terasa rileks sebelum tidur, misalnya dengan mandi air
hangat atau membaca buku
 Memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter, terutama jika memiliki
penyakit kronis yang memerlukan kontrol rutin
E. PENATALAKSANAAN

Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada orang yang mengalami insomnia adalah melakukan behavioral treatment
untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur. Contoh behavioral treatment sebagai
berikut:

1. Kontrol Stimulus

Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan yang nyaman agar
merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk tertidur.

2. Terapi Kognitif

Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk menciptakan pikiran yang positif
dan yakin untuk bisa tertidur.

ccxvii
3. Pembatasan Tidur

Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari, sehingga dapat memulai
tidur dengan mudah dimalam hari.

2. PARASOMNIA

A. PENGERTIAN

Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat Anda
sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat
Anda.

Jika Anda menderita parasomnia, Anda dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku
agresif saat tidur.Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar Anda mungkin
mengira Anda sedang terjaga. Anda pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal
yang telah Anda lakukan atau katakan ketika terbangun nanti.

Parasomnia dapat membahayakan diri sendiri karena Anda sedang dalam keadaan
tidak sadar dengan kondisi sekitar.Gangguan ini juga dapat mengurangi kualitas
tidur sehingga menimbulkan efek negatif pada kesehatan.

Jenis-Jenis Parasomnia

Parasomnia dikelompokkan berdasarkan fase tidur saat gangguan ini terjadi, yaitu
parasomnia NREM dan REM. Akan tetapi, ada juga jenis parasomnia yang tidak
masuk dalam kedua kelompok tersebut. Berikut adalah jenis-jenis parasomnia:

 Parasomnia non-rapid eye movement (NREM)


NREM merupakan tahap ketika seseorang mulai terlelap hingga kemudian tidur
nyenyak. Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) terdiri dari beberapa
jenis, yaitu:

 Confusional arousals, terjadi ketika Anda dalam kondisi setengah tersadar


tetapi tampak bingung dan sulit memahami saat diajak berkomunikasi

ccxviii
 Sleepwalking, yaitu kondisi berjalan sambil tidur dengan mata terbuka
tetapi Anda tidak sadar akan kondisi sekitar
 Night terror (sleep terror), terjadi ketika Anda menjerit atau menangis dan
diiringi dengan jantung berdetak cepat, napas terengah-engah, dan
berkeringat. Kondisi ini bisa membuat Anda tiba-tiba terbangun dalam
keadaan ketakutan tanpa alasan yang jelas
 Gangguan tidur yang melibatkan perilaku abnormal atau sleep sex, terjadi
ketika Anda tidur sambil melakukan masturbasi, penetrasi, mengeluarkan
suara seakan-akan sedang berhubungan seksual, atau menyantap jenis
makanan yang tidak akan dikonsumsi saat terjaga

 Parasomnia rapid eye movement (REM)


Setelah fase NREM terlalui, Anda akan memasuki fase REM. Pada fase ini, mata
Anda bergerak cepat di belakang kelopak mata dan gelombang otak Anda terlihat
mirip dengan saat terjaga. Fase REM juga ditandai dengan peningkatan detak
jantung dan tekanan darah.

Mimpi alias bunga tidur terjadi pada fase ini.Selama fase REM, lengan dan kaki
Anda menjadi lumpuh sementara untuk mencegah Anda bereaksi secara fisik
terhadap mimpi Anda.

Parasomnia yang terjadi pada fase NREM meliputi beberapa kondisi berikut:

 Recurrent isolated sleep paralysis atau ketindihan, yaitu kondisi yang


ditandai dengan ketidakmampuan menggerakan tubuh meski Anda sudah
terjaga
 REM sleep behavior disorder (RSBD), terjadi jika Anda berbicara,
tertawa, berseru, menjerit, atau membuat gerakan agresif seperti
menendang dan meninju saat tidur. Jenis parasomnia ini umumnya dialami
oleh penderita penyakit neurodegeneratif, seperti penyakit Parkinson, lewy
body dementia, atau stroke

ccxix
 Nightmare disorder, terjadi ketika mimpi terasa begitu nyata sehingga
Anda dapat menggambarkan mimpi tersebut secara rinci. Kondisi ini lebih
mungkin terjadi jika Anda sedang stres, sakit, lelah, mengalami peristiwa
traumatis, atau berada dalam pengaruh alkohol
Selain itu, beberapa jenis parasomnia lainnya adalah sindrom kepala meledak
(exploding head syndrome), menggeretakkan gigi, halusinasi, dan mengompol.

Namun, mengompol baru dikategorikan sebagai parasomnia jika dialami oleh


anak berusia lebih dari 5 tahun dan terjadi setidaknya 2 kali dalam seminggu
selama minimal 3 bulan.

B. PENYEBAB

Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid
eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
C. TANDA DAN GEJALA

Gangguan tidur dapat menyebabkan berbagai gejala,bahkan gejala yang tidak


terlalu terlihat.Berikut ini adalah beberapa gejala umum dari gangguan tidur:

ccxx
 Sangat mengantuk pada siang hari
 Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari
 Tiba-tiba tertidur saat duduk dan melakukan aktivitas lain, seperti
membaca atau menonton tv
 Sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tertentu dirumah , tempat
kerja, atau sekolah
 Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyetir
 Sering terlihat mengantuk
 Sulit mengingat atau menyimpan informasi
 Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
 Emosi yang tidak stabil
 Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap
terbangun
D. PENCEGAHAN

Beberapa pencegahannya ialah sebagai berikut :

 Bijak mengelola stres, cobalah untuk rileks, bangun pikiran positif, fokus
pada apa yang perlu dan penting Anda kerjakan, jangan memikirkan hal
yang terlalu rumit
 Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, termasuk
dengan berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi Anda,
berlibur, ibadah yang rajin
 Buat jadwal aktifitas keseharian Anda yang teratur, tidak hanya untuk
tidur dan bangun, namun juga beraktifitas lainnya agar tubuh Anda pun
terbiasa
 Saat akan tidur, kondisikan kamar Anda agar nyaman, kenakan pakaian
tidur yang nyaman dan bersih, tidak makan berlebihan menjelang tidur,
dan lakukan hal yang membuat Anda mengantuk, seperti dengan
membaca, massage
 Batasi penggunaan gadget yang tidak perlu

ccxxi
 Jangan minum sembarang obat atau herbal selain dari dokter
E. PENATALAKSANAAN

Langkah awal penatalaksanaan parasomnia adalah menangani komorbid dari


parasomnia atau kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia, misalnya
penghentian obat hipnotik sedatif, antipsikotik, atau antidepresan.

Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik.Tata
laksana umum meliputi edukasi dan profilaksis.Secara spesifik, tata laksana
parasomnia meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan
farmakoterapi.

3. HIPERSOMNIA

A. PENGERTIAN

Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah
tidur cukup pada malam sebelumnya.Hipersomnia bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala yang disebabkan oleh kondisi tertentu.Waktu tidur yang ideal
bagi orang dewasa adalah sekitar 7–9 jam setiap malamnya. Bila waktu tidurnya
cukup dan kualitas tidurnya baik, seseorang akan merasa segar ketika bangun pagi
dan bisa beraktivitas dengan baik di siang hari.

Pada penderita hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS), rasa kantuk
yang berlebihan pada siang hari masih muncul meski sudah tidur cukup pada
malam harinya.Kantuk tersebut juga tidak membaik dengan tidur siang.Jika tidak
ditangani, gangguan tidur ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti
berkendara.

Walaupun menyebabkan rasa kantuk yang parah di siang hari, hipersomnia


berbeda dengan narkolepsi.Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang
menyebabkan penderitanya tidur secara tiba-tiba tanpa bisa dicegah.Sementara
itu, penderita hipersomnia masih bisa menahan rasa kantuk meski merasa sangat
lelah.

ccxxii
B. PENYEBAB

Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi


dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.

 Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat
kondisi berikut:

Narkolepsi tipe 1

Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak,
dan cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin).

Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe
1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.

Narkolepsi tipe 2

Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki
gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe
2 biasanya dimulai pada masa remaja.

Sindrom Kleine-Levin

Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim.Biasanya terjadi


dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan.Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun.

Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode
mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.

Hipersomnia idiopatik

ccxxiii
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya.Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:

Hipersomnia karena kondisi medis

Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,


hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.

Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi


musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga bisa
memicu terjadinya hipersomnia.

Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol

Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu


tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.

Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.

Hipersomnia karena kurang tidur

Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia.Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

C. TANDA DAN GEJALA

ccxxiv
Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode ngantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di
siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.
D. PENCEGAHAN

Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan
kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam sleep hygiene adalah:

 Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap
harinya agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
 Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan
malam hari
 Membatasi waktu tidur siang

ccxxv
 Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar tidur
yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih bantal dan
selimut yang nyaman
 Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar dapat
tidur lebih nyenyak
 Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat menyebabkan
sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
 Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang
hari
 Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam
 Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang
dapat menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau
epilepsi
E. PENATALAKSANAAN

Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.


Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.

 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,


atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.

4. NARCOLEPSY

A. PENGERTIAN

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh
atau mengalami kecelakaan.

ccxxvi
Narkolepsi dapat disertai dengan gejala lain, seperti sleep paralysis, halusinasi,
dan katapleksi. Katapleksi sendiri adalah kelemahan atau kehilangan kendali otot
wajah, leher, dan lutut.

Narkolepsi yang disertai dengan katapleksi disebut dengan narkolepsi tipe 1.


Sedangkan narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi disebut dengan
narkolepsi tipe 2.

Narkolepsi termasuk dalam kondisi yang berkepanjangan (kronis) dan tidak dapat
disembuhkan. Meski demikian, gejala yang timbul akibat narkolepsi tetap bisa
dikelola dengan baik melalui pengobatan dan penerapan pola hidup yang tepat.

B. PENYEBAB

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.

Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:

 Tumor otak
 Cedera kepala
 Radang otak (ensefalitis)
 Multiple sclerosis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi
atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi,
yaitu:

 Usia 10–30 tahun


 Kelainan genetik
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause

ccxxvii
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Stres
C. TANDA DAN GEJALA

Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umumnya terjadi :

 Rasa ngantuk yang berlebihan pada siang hari


 Serangan tidur
 Katalepsi
 Ketindihan atau sleep paralysis
 Halusinasi
 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Keinginan untuk makan secara berlebihan
 Kelelahan ekstrem dan kekurangan energi yang terjadi secara terus-
menerus
D. PENCEGAHAN

Narkolepsi tidak dapat dicegah.Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu


mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi.Selain itu, timbulnya
gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:

 Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
 Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.

ccxxviii
 Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
 Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
E. PENATALAKSANAAN

Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan
yang merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu
orang dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari.Obat lainnya adalah
antidepresan trisiklik.

Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah dengan
menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang cukup di
malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang.Selain itu, karena
salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan
untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang
lainnya.

5. SLEEP APNEA

A. PENGERTIAN

Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup.Atau gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya
berhenti bernapas sejenak saat tertidur.Durasi henti napas ini dapat terjadi selama
10-30 detik dan dapat terulang berkali-kali sepanjang malam.

B. PENYEBAB

ccxxix
Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:

 Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling
sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya
karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa
tidur.
 Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe
ini, tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan
kepada otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat
kontrol pernapasan yang ada di otak.
 Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent
central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan
CSA.Penderita MSA, dapat memiliki sumbatan pada saluran napas yang
membuatnya berhenti bernapas, sekaligus juga mengalami CSA dimana
napas berhenti meskipun saluran udara tetap terbuka
C. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:

 Dengkuran keras.
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
 Terengah-engah dalam tidur.
 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
 Nyeri kepala saat bangun tidur.
 Sulit mempertahankan tidur.
 Mengantuk saat siang hari.
 Sulit konsentrasi.
 Iritabilitas.

D. PENCEGAHAN

Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara


memiliki pola makan sehat, berhenti merokok, dan membatasi asupan alkohol.

ccxxx
E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua yakni terapi
nonbedah dan bedah.Penatalaksanaan OSA disesuaikan berdasarkan Indeks
Apnea-Hipopnea (AHI) pasien.

Terapi nonbedah dapat berupa penggunaan continuous positive pressure (CPAP),


oral appliance therapy, dan obat-obatan.Sedangkan terapi bedah bertujuan untuk
memperbaiki abnormalitas pada struktur anatomi saluran napas atas dan volume.
Hingga saat ini CPAP adalah terapi pilihan utama yang digunakan untuk OSA

6. MENGIGAU

A. PENGERTIAN

Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami


kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas.

Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan sebutan


somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur. kata-kata yang
diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa gumam, monolog
kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Meski begitu, mengigau bisa
jadi indikasi gangguan tidur yang lebih serius, seperti sleep apnea (napas
berhenti), night terrors (menjerit) dan gangguan perilaku REM (Rapid Eye
Movement).

setiap orang bisa mengigau, tetapi pada umumnya terjadi pada pria dan anak-anak.
sama halnya dengan kebiasaan berjalan saat tidur.

Memang sedikit orang mengigau berat yang memiliki gangguan psikologis[1]


namun yang pasti ketika mengigau berarti sebenarnya ada hal yang sedang
dipikirkan sebelum beranjak tidur.

sebuah penelitian yang dilakukan di Perancis melaporkan bahwa ucapan yang


keluar saat mengigau di malam hari mungkin lebih buruk daripada saat Anda

ccxxxi
terbangun. Biasanya keluar kata-kata makian atau “tidak”.Penelitian tersebut
dilakukan oleh 230 orang dewasa selama satu atau dua malam berturut-turut.Para
peneliti mencatat hampir 900 ucapan orang mengigau setiap malam.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah hampir 59 persen ucapan yang keluar
saat mengingau tidak dapat dipahami, termasuk bergumam, berbisik, atau
tertawa.Namun, di antara ucapan yang bisa dimengerti, mengandung kata-kata
yang menyinggung, berunsur negatif, makian, dan tidak pantas diucapkan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ucapan yang keluar saat mengigau jauh lebih
rumit daripada yang diharapkan dan mendukung teori bahwa ada fungsi otak yang
lebih tinggi selama semua tahap tidur.

Mengigau juga memiliki tahap keparahan, tahap 1 dan 2 merupakan tahap


mengigau dalam keadaan tidur nyenyak dan masih bisa dipahami.Sedangkan
untuk tahap 3 dan 4 merupakan pembicaraan yang sulit dipahami.

B. PENYEBAB

Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,

Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:

 Sedang menggunakan obat tertentu


 Tekanan emosional
 Demam
 Gangguan kesehatan mental
 Penyalahgunaan zat terlarang
Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang mengigau
saat tidur.Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota keluarga lainnya yang
mengigau, Anda mungkin juga berisiko.

ccxxxii
C. TANDA DAN GEJALA

Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada fungsi
otak, kondisi ini disebut dengan Rapid Eye Movement (REM) sleep behaviour
disorder

D. PENCEGAHAN

Cara Menghilangkan Mengigau Saat Tidur yang Paling Ampuh

Ngigo atau mengigau adalah salah satu kebiasaan tidur yang dianggap wajar oleh
kebanyakan orang.Meskipun demikian, kebiasaan yang satu ini bisa dikatakan
cukup mengganggu dan bisa menjadi hal yang memalukan bagi ‘penderitanya’.
Ini cara mengatasi mengigau atau ngigo yang mudah dan ampuh:

 Pastikan Istirahat Selalu Cukup


Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka
mengigau pun tidak bisa dihindari.Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya.Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.

 Usahakan Pola Tidur Selalu Sama


Mempertahankan konsistensi pola tidur nampaknya agak sulit, terutama bagi
orang-orang yang memiliki kesibukan ekstra. Meski terlihat sederhana, nyatanya
ini menjadi salah satu cara menghilangkan mengigau yang ampuh. Kalau kamu
biasa tidur pukul 10 malam, maka usahakan tidur pukul 10 juga setiap malam.
Ketika pola tidur tidak teratur, maka akan muncul gangguan dan salah satunya
adalah ngigo.

 Hindari Konsumsi Kafein dan Alkohol


Mengonsumsi kafein atau alkohol sebelum tidur nyatanya malah akan
menimbulkan gangguan tidur. Salah satu gangguan tidur yang timbul adalah

ccxxxiii
mengigau karena tubuh jadi tidak beristirahat dengan baik sebagaimana
mestinya.Jika kamu tidak bisa menahan diri untuk mengonsumsinya, usahakan
jangan pernah mengonsumsi kafein atau alkohol pada sore dan malam hari.

 Rutin Berolahraga
Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.

 Hindari Stres
Cara mengatasi mengigau yang berikutnya adalah mengendalikan pikiran menjadi
lebih positif.Kamu harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlalu stres karena
ini bisa jadi penyebab mengigau. Jadi, salah satu cara menghilangkan mengigau
yang paling ampuh adalah dengan mengontrol pikiran dan emosi. Ketika pikiran
menjadi tenang, maka istirahat pun menjadi lebih maksimal dan rileks.

 Konsumsi Makanan Bergizi


Tanpa disadari, ternyata apa yang kita konsumsi juga bisa berpengaruh terhadap
kebiasaan tidur. Kalau kamu sudah mencoba berbagai cara di atas, namun belum
ada yang berhasil, maka cobalah untuk memperbaiki pola makan.

Sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jangan lupa untuk
memenuhi asupan cairan tubuh dengan minum 8-10 gelas per hari. Tubuh yang
sehat akan membuat metabolisme lancar, sehingga organ tubuh akan bekerja
sebagaimana mestinya.

 Ciptakan Suasana Tidur yang Nyaman


Langkah terakhir yang perlu kamu lakukan sebagai cara mengatasi tidur mengigau
adalah dengan menciptakan suasana tidur yang nyaman. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti penggunaan kasur, tata letak perabotan, hingga warna
dan tema kamar tidur.

E. PENATALAKSANAAN

ccxxxiv
 Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk
 Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur
 Tidur hanya di tempat tidur di kamar tidur dan bukan di tempat lain,
seperti sofa
 Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun
 Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk
 Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur malam
berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur malam)
 Hindari tidur di siang hari

DAFTAR PUSAKA

ccxxxv
Purwanto, S. 2008. Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi. Jurnal
Kesehatan, VOL. I, NO. 2, Hal 141-148.

Wahyuningih (2007). Hubungan Tingkat Depresi Dengan Gangguan Tidur


(Insominia)

Iwan. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). 2009.


http://www.sleepnet.com.Diakses 28Mei 2015.

Lydia. (2015). Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Kejadian Insomnia di


Poliklinik Saraf RS DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas , Vol. 4
No. 3 Hal. 951-956.

Levenson, Jesisica C., kay, daniel B., Buysse, Daniel J. (2014). The
pathophysiology of insomnia.Chest, 147(4), 1179- 1192.

Rodriguez CL, Foldvary-Schaefer N, Clinical neurophysiology of NREM


parasomnias.Handbook of Clinical Neurology. 2019. Volume 161, Pages 397-410

Cleveland Clinic.Diakses pada 2022.Hypersomnia.

Healthline.Diakses pada 2022.Hypersomnia.

The Sleep Doctor.Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes,


Definition and Treatments.

National Institute of Health. 2020. U.S. National Library of Medicine.


MedlinePlus.Narcolepsy.

Mayo Clinic.Diakses pada 2022.Narcolepsy.

National Health Services.Diakses pada 2022.Narcolepsy.

MAKALAH
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

ccxxxvi
DISUSUN OLEH :
PUTRI (P00320222067)

PRODI D3 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES ACEH
LANGSA
2023

ccxxxvii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
“GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Langsa, 26 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Insomnia.........................................................................................................3

1. Pengertian Insomnia....................................................................................3

2. Penyebab Masalah Insomnia........................................................................4

3. Tanda Gejala................................................................................................4

4. Upaya untuk mengatasi masalah...................................................................4

B. Hipersomnia....................................................................................................5

1. Pengertian Hipersomnia...............................................................................5

2. Tanda Gejala................................................................................................7

3. Upaya untuk mengatasi masalah...................................................................8

4. Pengobatan.................................................................................................8

C. Narcolepsy......................................................................................................9

1. Pengertian Narcolepsy..................................................................................9

2. Penyebab Narkolepsi....................................................................................9

3. Gejala Narcolepsy........................................................................................9

4. Upaya Mencegah Narkolepsi.......................................................................10

ii
5. Pengobatan narkolepsi...............................................................................11

D. Apnea tidur...................................................................................................12

1. Pengertian Apnea Tidur..............................................................................12

2. Penyebab Apnea........................................................................................12

3. Tanda gejala apnea....................................................................................13

4. Upaya mengatasi masalah apnea................................................................13

5. Pengobatan sleep apnea.............................................................................14

E. Mengigau......................................................................................................16

1. Pengertian mengigau.................................................................................16

2. penyebab mengigau...................................................................................16

3. Upaya Mengatasi Mengigau........................................................................18

F. Parasomnia...................................................................................................19

1. Pengertian Parasomnia...............................................................................19

2. penyebab parasomnia................................................................................20

3. Pengobatan Parasomnia.............................................................................20

4. Pemberian obat.........................................................................................21

BAB III PENUTUP...............................................................................................22

A. Kesimpulan...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan tidur dianggap paling merusak efek non-auditori karena implikasinya
terhadap kualitas hidup dan performa sehari-hari. Kualitas tidur yang baik merupakan
hal yang fundamental bagi fisiologi tubuh dan kesehatan mental. Terdapat
peningkatan bukti secara kuantitatif dan kualitatif bahwa gangguan tidur memainkan
peran dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Sejumlah faktor risiko
kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan tidur, yakni klasifikasi arteri
koroner, atherogenik profil lipid, aterosklerosis, obesitas, diabetes tipe 2, dan
hipertensi. Peningkatan mortalitas dari semua kasus telah diobservasi. Efek
kebisingan saat tidur juga dapat mengarah ke stimulasi sistem saraf yang
mensekresikan adrenalin, noreadrenalin, dan kortisol.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini akan
dijabarkan beberapa rumusan masalah.
1. Apa saja gangguan tidur?
2. Berbahayakah gangguan-gangguan tidur tersebut baik bagi diri sendiri
maupun lingkungan sekitar?

4
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya tujuan penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini
akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur.
2. Untuk mengetahui apakah berbahaya gangguan-gangguan tidur tersebut baik
bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

D.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur
secara temporer atau kronis (Goldenson). Insomnia adalah suatu kondisi
ketidakpuasan seseorang dalam hal kuantitas atau kualitas tidurnya dan
berlangsung selama beberapa waktu (WHO, 2002). Kurangnya waktu tidur dari
kriteria normal, sebaiknya tidak digunakan dalam mendiagnosa insomnia karena
beberapa individu mempunyai jam tidur yang sedikit tetapi tidak mempunyai
keluhan insomnia dan sering disebut short sleeper. Sebaliknya ada orang yang
merasa kurang tidur padahal jumlah jam tidurnya masih dalam batas normal
sehingga memerlukan tidur lebih lama. Orang yang membutuhkan waktu tidur
lebih dari 8 jam disebut long sleeper (Kaplan et.al, 2005).
Insomnia adalah ketidakmampuan penderita untuk memperoleh jumlah
tidur yang diperlukan agar dapat menjalankan fungsi pada siang hari secara
efisien(Berrios). Penderita insomnia pada dasarnya hanya punya dua keluhan
utama, dimana seseorang sulit masuk tidur dan sulit mempertahankan
tidur(Hartmann). Insomnia dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang sulit masuk tidur atau kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun
waktu tertentu sehingga menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai
fungsi sosial, pekerjaan ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya (Erry, 2008).
Kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang kurangnya kualitas tidur
yang disebabkan oleh satu dari; sulit memasuki tidur, sering terbangun malam
kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak
nyenyak. Insomnia tidak disebabkan oleh sedikitnya seseorang tidur, karena

6
setiap orang memiliki jumlah jam tidur sendiri-sendiri. Tapi yang menjadi
penekanan adalah akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya tidur pada malam hari
seperti kelelahan, kurang gairah, dan kesulitan berkonsentrasi ketika beraktivitas.

2. Penyebab Masalah Insomnia


Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia
yakni psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan
yang mengganggu, serta kebiasaan buruk. Hampir setiap orang memiliki insomnia
pada beberapa waktu karena peristiwa kehidupan yang penuh stres. Secara
khusus, faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap kecenderungan
insomnia ini. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap
sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi
fisik senantiasa siaga. Misalnya, ketika seseorang sedang memiliki problematika
pelik di lingkungan kantor, maka jika ambang psikologisnya rendah akan
menyebabkan fisik susah diajak kompromi untuk tidur.
3. Tanda Gejala
Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk,
sehingga menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda
bagi setiap orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan
pola makan. Gejala-gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di
antaranya:
 Sulit untuk merasakan ngantuk dan tidak bisa tertidur.
 Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur kembali.
 Merasa lelah, emosional, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa melakukan
aktivitas secara baik pada siang hari.
 Tidak bisa tidur siang, meskipun tubuh terasa lelah.
4. Upaya untuk mengatasi masalah
Dalam mengatasi insomnia, terdapat beberapa kebiasaan yang dapat di ubah
sebelum menggunakan obat insomnia, diantaranya adalah:
1) Tidur dan bangun dalam periode waktu yang teratur

7
2) Makan makanan yang mengandung rendah karbohidrat sebelum tidur
3) Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang bersifat stimulan yang
dapat membuat kita terjaga, seperti teh, kopi, alkohol dan rokok.
4) Mandi dengan air hangat 30 menit atau 1 jam sebelum tidur
5) Berolahraga secara teratur

B. Hipersomnia
1. Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang
ekstrem di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup)
pada malam hari. Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat
siang hari. Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas
hidup pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan
kemungkinan kecelakaan.
a) Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi
menjadi dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.
1) Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi
karena kondisi atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer
dibagi menjadi empat kondisi berikut:
- Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot
mendadak yang dipicu oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh
rendahnya kadar zat kimia otak, dan cairan serebrospinal
(neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin). Tidur siang pada
seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen.
Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.

8
- Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis
narkolepsi ini memiliki gejala yang tidak terlalu parah dan kadar
hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa
remaja.
- Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim.
Biasanya terjadi dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang
kejiwaan. Setiap episode dapat berlangsung selama sekitar 10 hari,
dengan beberapa episode berlangsung beberapa minggu hingga bulan
dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi ini terutama lebih
berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai berkurang
antara delapan sampai 12 tahun.
- Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia
idiopatik berarti pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan
yang tidak diketahui, bahkan setelah tidur yang lebih lama dari jumlah
yang cukup (9 hingga 10 jam).
2) Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena
beberapa penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
 Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia
termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis,
penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur
tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik
lainnya. Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan

9
bipolar, depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit
sistem saraf pusat juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.
 Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin
dan alat bantu tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-
parkinson, relaksan otot rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan
alkohol dapat menyebabkan hipersomnia. Selain itu, penarikan dari
obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk mengobati
gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.
 Hipersomnia karena kurang tidur
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab
paling sering dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah
tidak mendapatkan cukup tidur pada malam hari (dalam hal ini antara
7-9 jam untuk orang dewasa).
2. Tanda Gejala
Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di
siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.

10
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.
3. Upaya untuk mengatasi masalah
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia.
Hipersomnia adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa
melakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya:
 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.
Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.
 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.

11
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan
minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat
kepada pengidap.

C. Narcolepsy
1. Pengertian Narcolepsy
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk
berlebih di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa
terjatuh atau mengalami kecelakaan.
2. Penyebab Narkolepsi
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin,
atau dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan
waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit
autoimun.
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh
penyakit yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
 Tumor otak
 Cedera kepala
 Radang otak (ensefalitis)
 Multiple sclerosis

12
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
narkolepsi atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan
narkolepsi, yaitu:
 Usia 10–30 tahun
 Kelainan genetik
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Stres
3. Gejala Narcolepsy
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang
secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umum terjadi:
a) Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
b) Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan
tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
c) Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel.
Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya
dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
d) Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.

13
e) Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya,
seperti:

 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Binge eating disorder
 Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
4. Upaya Mencegah Narkolepsi
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat
membantu mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu,
timbulnya gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola
tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
 Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
 Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
 Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
 Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

14
5. Pengobatan narkolepsi
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.
Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan
begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.
Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-
obatan. Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan
gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan
efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi
meliputi:
 Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat
sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
 Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
 Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam
tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
 Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
 Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari

D. Apnea tidur
1. Pengertian Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan

15
terhenti atau berhenti bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas
selama sekitar 10 detik sebanyak ratusan kali selama tidur.
2. Penyebab Apnea
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis
sleep apnea menurut penyebabnya:
 Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang
tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan
menyempit atau menutup saat menarik napas, misalnya karena lidah
tertelan.
 Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal
dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan
penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
 Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea
dan central sleep apnea.
3. Tanda gejala apnea
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.
Beberapa gejala umum  yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur
adalah:
 Mengorok dengan keras
 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari
 Sulit tidur (insomnia)

16
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa
merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:

 Terbangun dengan mulut yang terasa kering


 Sakit kepala ketika baru bangun tidur
 Merasa sangat mengantuk di siang hari
 Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
 Mengalami perubahan mood dan mudah marah
 Mengalami penurunan libido
4. Upaya mengatasi masalah apnea
Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan
mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila sulit berhenti merokok atau
menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan
terapi.
Jika menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan
dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena
sleep apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai
dengan kondisi dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.
5. Pengobatan sleep apnea
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat
keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani
secara mandiri, misalnya dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok,
berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi
menyamping atau tengkurap.

Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan


penanganan medis, antara lain dengan:

a) Terapi khusus

17
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea
tidur atau jika gejala yang muncul sudah cukup parah, penderita
dianjurkan untuk menjalani terapi dengan alat-alat berikut:

 CPAP (continuous positive  airway  pressure)


Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran
pernapasan melalui masker yang menutupi hidung dan mulut
penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi CPAP adalah
untuk mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-
gejala yang muncul, seperti mengorok.
 BPAP (bilevel positive  airway  pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat
pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat
pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih
mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.
 MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk
mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang
menyebabkan seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak
dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.

b) Operasi

Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas


masih tidak berhasil memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan,
langkah selanjutnya yang dapat dipertimbangkan adalah operasi.

Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan


penyebab utama apnea tidur pada pasien, meliputi:

18
 Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di
bagian belakang mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus
mengangkat amandel dan kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien
ngorok saat tidur.
 Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di
bagian belakang mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan
menggunakan gelombang energi khusus.
 Operasi reposisi rahang
Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih
maju daripada tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas
ruang di belakang lidah dan langit-langit.
 Implan alat stimulasi saraf
Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk
menstimulasi saraf yang mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat
ini akan bekerja seirama dengan napas penderita sehingga lidah
akan bergerak maju dan membuka jalan napas ketika penderita
menarik napas.
 Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru
pada kondisi apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat
sayatan di leher pasien, kemudian memasukkan tabung metal atau
plastik ke dalamnya.

E. Mengigau
1. Pengertian mengigau

Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.


Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,

19
gumaman, hingga mengoceh. Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini
merupakan bagian dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada
seseorang yang berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung
selama 30 detik per episode.
2. penyebab mengigau

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengigau saat
tidur. Dilansir dari hellosehat.com, para ahli mengungkapkan bahwa mengigau
dapat dihubungkan dengan berbagai penyakit sistem saraf seperti Parkinson, yaitu
penyakit saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan
dan keseimbangan. Sebuah studi dari Frontiers in Neurology juga menyebutkan,
bahwa sering mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya
demensia.

Meski demikian, ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan


seseorang mengigau saat tidur, di antaranya yaitu:
a) Stres secara emosional

Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres,


khususnya saat sedang mengalami stres secara berkepanjangan yang dapat
menimbulkan rasa cemas dan mengalami gangguan tidur (insomnia).
Seseorang yang mengidap depresi juga kerap kali mengigau ketika tidur.
b) Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)

Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder (RBD) adalah


gangguan tidur dengan angka trauma yang tinggi. Ini adalah bentuk
gangguan tidur yang sering dialami oleh banyak orang. Penderita RBD
dapat menimbulkan gejala seperti menggeram, memekik, berteriak, hingga
bergerak dalam mimpinya (sering kali secara kasar dan agresif).

20
Kondisi ini kadang ditemui pada anak-anak. Adapun tanda-tanda
orang memiliki gangguan ini, yaitu:

 Mengigau, berbicara, atau mengoceh ketika tidur


 Tidur sambil berjalan (sleepwalking)
 Loncat dari tidur
 Melakukan berbagai gerakan seperti menendang, meninju, bahkan
berlari ketika tidur
 Dapat melanjutkan mimpi yang terputus ketika tertidur kembali 
c) Sedang demam atau sakit

Ketika sedang sakit, respon imun tubuh manusia akan meningkat,


terutama pada malam hari. Khususnya ketika sedang demam, suhu yang
tinggi dapat memicu seseorang menjadi mengigau ketika tidur. Meski
demikian, pemicu ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
d) Konsumsi obat-obatan tertentu

Mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki kandungan seperti beta-


blocker, kafein, antidepresan, prednisone, sertraline, escitalopram, dan
obat lainnya yang tergolong Selective Reuptake Inhibitors (SSRI) juga
dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan tidur, termasuk
mengigau.
e) Genetik

Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga mengungkapkan


bahwa kebiasaan mengigau saat tidur juga bisa sesuatu yang diturunkan
dari keluarga. Sebuah studi yang dilakukan pada orang kembar
menunjukkan bahwa jika satu anak memiliki kebiasaan mengigau,
biasanya saudara kembarnya juga mengalami hal yang sama. Bahkan,
keduanya sama-sama mengalami berjalan dan menggertakkan gigi saat
tidur.

21
3. Upaya Mengatasi Mengigau
a) Menghindari stres

Memiliki masalah dan beban pikiran yang berat sudah pasti membuat
stres. Namun jika stres tersebut tidak dapat kita kendalikan, bisa-bisa
menyebabkan masalah tidur sehingga siklus tidur terganggu. Hal tersebut
dapat meningkatkan risiko mengigau.

Maka dari itu, cobalah untuk kelola stres dengan melakukan hal-hal
positif, seperti:

 Meditasi atau yoga


 Makan makanan yang bergizi
 Curhat tentang masalah hidup ke orang terdekat
 Berpikir positif dan menerima kejadian buruk yang tidak bisa
dikendalikan

Dengan melakukan beberapa hal tersebut, otak akan menjadi


lebih relax dan tidur pun menjadi lebih nyenyak.
b) Memperbaiki jam tidur

Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi mengigau yaitu


dengan memperbaiki jam tidur. Selain memastikan untuk tidur cukup selama
8 jam, kamu juga harus membuat kebiasaan untuk tidur dan bangun di jam
yang sama secara teratur.

Sebelum tidur, jauhkan gadget  seperti handphone, tablet, atau laptop,


dan pastikan suasana tidur kondusif tanpa interupsi. Kamu bisa mencoba
untuk membaca buku atau susu hangat agar tidur lebih tenang.

c) Dengarkan white noise

22
White noise adalah suara dalam frekuensi tertentu yang bisa membuat
pendengarnya menjadi lebih relax. Sumber white noise bisa berasal dari kipas
angin, AC, atau purifier ruangan. Kamu juga bisa mendengarkan white
noise melalui aplikasi musik atau video.

Sleep Foundation mengungkapkan bahwa white noise dapat membantu


kamu mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik, sebab dapat memberikan
efek tenang dan membuat pendengarnya mudah tertidur.
d) Konsultasi kepada dokter

Jika kamu sering mengigau secara intens, ada baiknya segera periksakan
ke dokter. Apalagi sampai menjerit saat tidur, melakukan tindakan berbahaya,
dan memiliki riwayat mengigau yang sering sejak kecil.

Belum ada tes spesifik yang dapat mendiagnosis kebiasaan mengigau,


namun jika hal ini dialami secara berkala dan intens, bisa jadi ada penyebab
gangguan tidur lainnya.

Analisis dokter akan sangat terbantu bila membuat jurnal tidur yang berisi
tentang masalah tidur yang dialami. Mulai dari rekam jejak tidur, jadwal tidur
dan bangun, obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, hingga aktivitas
yang dilakukan.
F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak
biasa saat akan tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan
bangun. Selain membuat sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat
mengganggu orang yang tidur di dekat.

Jika pasien menderita parasomnia, dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku


agresif saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar mungkin mengira

23
sedang terjaga. pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah lakukan
atau katakan ketika terbangun nanti.

2. penyebab parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-
rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM
dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

3. Pengobatan Parasomnia
Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta
mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan yang
dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam
keluarga.

Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan karena
pasien mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.

24
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep
study atau polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.

Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan penanganan yang


disesuaikan dengan penyebab parasomnia, yaitu:

4. Pemberian obat
Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat
yang mungkin diberikan oleh dokter adalah:

 Topiramate
 Antidepresan
 Aginis dopamin
 Melatonin
 Clonazepam

a) Terapi

Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu,


dokter juga biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku
kognitif (CBT), seperti psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.

Di samping menjalani pengobatan yang dianjurkan dokter, pasien juga


disarankan untuk menerapkan sleep hygiene, membiasakan tidur dan bangun
di waktu yang sama setiap harinya, serta memindahkan atau mengamankan
benda-benda yang sekiranya berbahaya dari kamar.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur secara
temporer atau kronis (Goldenson). Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat
faktor penyebab insomnia yakni psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan
alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan buruk. Seseorang yang
mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga menentukan
ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap orang. Hal
tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan.

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang


ekstrem di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada
malam hari. Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan.
Dokter mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur.

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi
sepenuhnya. Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar
pasien tetap terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya.

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialaminya.

26
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.
Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,
gumaman, hingga mengoceh.

Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak


biasa saat akan tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan
bangun. Selain membuat sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat
mengganggu orang yang tidur di dekat. Untuk menangani parasomnia, dokter
akan melakukan pemerikaan fisik serta mempelajari riwayat kesehatan pasien,
seperti pola tidur, obat-obatan yang dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan,
serta riwayat parasomnia dalam keluarga.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agustin. S., 2022. Parasomnia, Gangguan perilaku Saat Tidur, dikutip dari
https://www.alodokter.com/parasomnia-gangguan-perilaku-saat-tidur,
dipetik tanggal 26 Februari 2023.

Anonim. Dikutip dari https://eprints.umm.ac.id/30043/1/jiptummpp-gdl- fridalesta-


28675-2-babi.pdf, dipetik tanggal 26 Februari, hlm. 7

Astasari. 2022. 5 Tips Mengatasi Insomnia. Dikutip dari


https://promkes.kemkes.go.id/5-tips-mengatasi-insomnia, dipetik tanggal 26
Februari 2023.

Dewantari. T. S., 2022. https://www.brainacademy.id/blog/penyebab-mengigau-


saattidur#:~:text=Definisi%20Mengigau%20dan%20Penyebabnya,dialog
%2C%20gumaman%2C%20hingga%20mengoceh, dipetik tanggal 26
Februari 2023.

Fadli, R. 2022. Hipersomnia. https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia,


dipetik tanggal 26 Februari 2023.

Makarim. F. R., 2022. Insomnia. Dikutip


https://www.halodoc.com/kesehatan/insomnia, dipetik tanggal 26 Februari
2023.

Nareza. M., 2022. Sleep Apnea. https://www.alodokter.com/sleep-apnea, dipetik


tanggal 26 Februari 2023.

28
Pittara. 2022. Narkolepsi. https://www.alodokter.com/narkolepsi, dipetik tanggal 26
Februari 2023.

Thahir. A., 2015. Pengaruh PMR (Progressive Muscel Relaxation) Terhadap


Insomnia Pada lansia Di Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar
Provinsi Lampung Tahun 2012. Dipetik dari
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli/article/view/1300/1027,
dipetik tanggal 26 Februari, Hlm. 3

29
GANGGUAN POLA TIDUR

DI

OLEH:

AFRIDA(P00320222 041)

PRODI D3 KEPERAWATAN LANGSA

30
POLTEKKES KEMENKES ACEH TAHUN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukuratas kehadirat ALLAH SWT yang Maha Kuasa atas segala
limpahan dan rahmat, inayah,Taufik dan Hidayahnya sehingga sya dapat
menyelesaikan penyusunan makalahini dalam bentuk maupun isi nya
yang sangat sederhana.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang saya mliki sangat kurang.Oleh karena itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

31
Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang
menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem
aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu,
menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur.

Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa
tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari
suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio
midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur.

Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil
pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat
bagian-bagian otak lainnya.

Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur
dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami.

A.Penyakit gangguan tidur Insomnia


1.Devinisi Insomnia

Insomnia sendiri didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa


tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut
sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan
perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.

Sebenarnya insomnia bukan merupakan suatu penyakit. Terkadang insomnia hanya


merupakan manifestasi dari suatu kondisi fisik seperti kelelahan yang menumpuk
karena kurangnya tidur dalam jangka lama atau gejala dari 3 ketidakseimbangan
emosional yang sedang dialami seseorang.

32
2.Pembagian Insomnia

a. Berdasarkan Waktu

Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek
(short sleepers), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek,
mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang
hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam 3 hari. Berdasarkan
waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

Transient insomnia: insomnia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu


yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali
dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat
setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada
pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang
memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian
sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan
kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi
khusus dan jarang membawa pasien ke dokter.

Short-term insomnia: Berlangsung kurang dari 3 minggu dan biasanya disebabkan


oleh kejadian-kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian salah satu anggota
keluarga.

Cyclical insomnia (recurrent insomnia): Kondisi ini lebih jarang daripada transient
insomnia. Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun.
Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup. Kejadian
berulang ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologis seperti siklus premenstrual
ataupun perubahan psikologik seperti manik depresif, anorexia nervosa, Chronic
insomnia (persistent insomnia) : Berlangsung lebih dari 3 malam setiap minggunya
yang terus berlangsung selama lebih dari satu bulan.atau kambuhnya perubahan
perilaku tertentu seperti kecanduan obat, dan lain sebagainya.

b.Berdasarkan Etimologi

Dari sisi etiologi, ada 2 macam insomnia, yaitu:

Insomnia primer: Pada insomia primer, terjadi hyperarousal state dimana terjadi
aktivitas ascending reticular activating system yang berlebihan. Pasien bisa tidur tapi
tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM

33
cukup, periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak
berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya,
ataupun penggunaan obat-obat tertentu. Istilah ini ditujukan bagi gangguan tidur yang
muncul begitu saja tanpa ada latar belakang suatu kondisi yang spesifik, yang
biasanya akibat dari ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan pola tidur
yang baik.

Insomnia sekunder: Insomnia sekunder merupakan gangguan tidur yang


disebabkan karena gangguan irama sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi atau
masalah medis lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi pada orang
tua. Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan penyakit organik. Pada orang
dengan insomnia karena psikoneurosis, sering didapatkan keluhan-keluhan non
organik seperti sakit kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu tidur.

3.Sebab insomnia

Penyebab primordial insomnia biasanya adalah stres, kecemasan, atau perubahan


gaya hidup. Penyebab secundum insomnia, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
adalah gangguan kesehatan atau penyakit tertentu, misalnya gangguan tiroid,
gangguan saraf, atau penyakit jantung.

Tidak semua orang yang mengalami gangguan tidur akan mengalami insomnia.
Gangguan tidur yang dialami seseorang harus menyebabkan ia sulit untuk tidur
selama minimal satu minggu dan gangguan tersebut harus menimbulkan gejala
seperti mudah lelah, mudah iriham (iritabilitas), susah konsentrasi, dan gangguan
daya ingat untuk dapat dikatakan sebagai insomnia.

Insomnia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya faktor fisik karena menderita
penyakit tertentu, faktor lingkungan, faktor psikologis dan faktor prikiatris. Untuk
mengatasi gangguan ini kita dapat menggunakan teknik-teknik relaksasi,
pemrograman bawah sadar dan terapi obat-obatan.

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat
berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan tidur yang cukup. Tidur
merupakan suatu keadaan bawah sadar yang di alami seseorang, yang dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.

Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur
diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan.
Selain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga

34
menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk
fungsi-fungsi seluler yang penting.

Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf
yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
berbagai susunan saraf.

Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ
dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut
selama tidur. Selama tidur seseorang akan mengulang kembali kejadian-kejadian
sehari-hari, memproses dan menggunakan untuk masa depan.

4.Dampak Dan Efek Yang Ditimbukan Akibat Insomnia

Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :

 Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat


peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga
penurunan produksi melatonin.
 Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,
irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
 Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
 Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
 Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang
terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita
insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

35
5.Tips untuk mengatasi insomnia:

Untuk mengatasi insomnia, Anda perlu mencari tahu sebab-sebabnya dan mencoba
berbagai tips dan trik untuk meningkatkan kualitas tidur Anda.

Berikut adalah beberapa tips untuk mengatasi insomnia:

 Buat rutinitas tidur yang konsisten


 Tempatkanlah tidur Anda di tempat yang dingin, gelap, dan tenang
 Matikan televisi, ponsel, dan perangkat lain sebelum tidur
 Hindari konsumsi kafein, alkohol, dan obat-obatan sebelum tidur
 Olahraga secara teratur, namun hindari olahraga sebelum tidur
 Buat daftar kekhawatiran Anda sebelum tidur untuk membantu Anda
merelakannya
 Tidur selama 7-8 jam setiap malam
 Periksa apakah Anda menderita penyakit yang dapat menyebabkan insomnia,
seperti gangguan tiroid, gangguan penyakit Alzheimer, atau gangguan
Parkinson

Obat-obatan yang tersedia untuk mengatasi insomnia

Gangguan tidur seperti Insomnia seringkali menyebabkan penderita merasa lesu dan
tidak bergairah sepanjang hari. Untuk mengatasi insomnia, banyak obat-obatan yang
tersedia di apotek. Berikut adalah beberapa obat-obatan yang bisa digunakan untuk
mengatasi insomnia:

1. Obat Antidepresan

Obat antidepresan adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi gangguan
tidur seperti insomnia. Obat ini bekerja dengan meningkatkan neurotransmiter
serotonin dan mengurangi neurotransmiter norepinefrin sehingga dapat membantu
penderita untuk tertidur dengan nyenyak. Beberapa obat antidepresan yang sering
dijual di apotek adalah fluoxetine, sertraline, dan paroxetine.

2.Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah kelas obat psikoaktif yang bertindak sebagai depresan sistem
saraf pusat (SSP).

36
Benzodiazepin bekerja dengan mengikat subtipe tertentu dari reseptor
GABA,benzodiazepin umumnya aman dan efektif jika digunakan sesuai petunjuk,
tetapi dapat membuat ketagihan dan dapat menyebabkan efek samping yang serius
jika dikonsumsi dalam dosis besar atau dalam jangka waktu lama. Penting untuk
mendiskusikan risiko dan manfaat benzodiazepin dengan dokter Anda sebelum
memulai pengobatan.

3.Doxepine

Doxepine adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur seperti
insomnisia. Doxepine bekerja dengan cara mengatur neurotransmiter di otak yang
bertanggung jawab untuk mengatur mood dan perilaku. Doxepine juga dapat
digunakan untuk mengobati gejala depresi, anxiety, dan pruritus.

4.Lemborexant (Dayvigo)

Lemborexant (Dayvigo) adalah obat yang baru dikembangkan untuk mengobati


gangguan tidur. Ini bekerja dengan menghambat zat kimia di otak yang menyebabkan
gangguan tidur. Lemborexant dapat membantu Anda untuk tidur lebih lama dan lebih
nyenyak.

Lemborexant masih dalam tahap penelitian. Obat ini belum tersedia secara resmi di
Indonesia. Namun, beberapa apotek di Indonesia mungkin menjual obat ini secara
online.

5.Ramelteon

Ramelteon adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur. Obat ini
bekerja dengan menenangkan sistem saraf pusat sehingga Anda dapat tertidur dengan
lebih mudah. Ramelteon juga dapat digunakan untuk mengobati gangguan tidur
seperti insomnia.

Berikut ini beberapa Cara mengatasi insomnia dengan terapi:

Untuk mengatasi insomnia, beberapa orang mencoba terapi. Terapi ini dapat
membantu mengurangi gangguan tidur dan meningkatkan kualitas tidur. Terapi ini
biasanya dilakukan oleh dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam mengatasi
gangguan tidur.

1. Melakukan terapi relaksasi

37
Terapi relaksasi adalah salah satu Cara mengatasi insomnia yang cukup efektif.
Melalui terapi ini, seseorang dapat merelaksasikan seluruh tubuh dan pikirannya
sehingga dapat menenangkan saraf-saraf yang tegang.

2. Melakukan terapi hypnotherapy

Hypnotherapy merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan dengan


menggunakan teknik hipnoterapi. Melalui terapi ini, seseorang dapat membantu
mengatasi gangguan tidur seperti insomnia.

3. Melakukan terapi aromatherapy

Terapi aromatherapy adalah terapi penyembuhan dengan menggunakan essential oil


(minyak atsiri). Aromatherapy dapat membantu meningkatkan kualitas tidur
seseorang dan mengurangi gangguan tidur seperti insomnia.

4. Melakukan terapi meditasi

Meditasi merupakan salah satu Cara mengatasi insomnia yang cukup efektif.
Melalui meditasi, seseorang dapat menenangkan pikirannya sehingga dapat
membantu mengurangi gangguan tidur seperti insomnia.

5. Melakukan terapi yoga

Yoga merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi yang dapat membantu
mengatasi gangguan tidur seperti insomnia. Melalui yoga, seseorang dapat
merelaksasikan seluruh tubuh dan pikirannya sehingga dapat mengurangi gangguan
tidur seperti insomnia.

B.HIPERSOMNIA

1.Pengertian Hipersomnia

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari.

Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang hari.
Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup

38
pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan
kecelakaan.

2.Penyebab Hipersomnia

Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi dua


jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.

 Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat kondisi
berikut:

Narkolepsi tipe 1

Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak, dan
cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin).

Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe 1
biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.

Narkolepsi tipe 2

Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki gejala
yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya
dimulai pada masa remaja.

Sindrom Kleine-Levin

Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung beberapa
minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun.

Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.

Hipersomnia idiopatik

39
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:

1. Hipersomnia karena kondisi medis


Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.

2. Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol


Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu tidur),
obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot rangka,
antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.

3. Hipersomnia karena kurang tidur


Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering dari
hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup tidur
pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

3.Gejala Hipersomnia

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang
hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.

40
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan dan mengalami halusinasi
4.Pencegahan Hipersomnia

Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:

 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan
sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme
di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
5.Pengobatan Hipersomnia

 Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.


Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.
 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
ataudextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan clarithromycin.
 Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein
dan minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola
makan sehat kepada pengidap.

C. NARKOLEPSI

41
1.Pengertian Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk di siang
hari dan serangan tidur yang tiba-tiba. Orang dengan narkolepsi merasa sulit untuk
tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama, terlepas dari keadaannya. Alhasil,
kondisi ini dapat menyebabkan gangguan serius dalam menjalani rutinitas sehari-hari.

Terkadang, kondisi ini dapat disertai dengan hilangnya tonus otot secara tiba-tiba
(cataplexy), yang dapat dipicu oleh emosi yang kuat. Narkolepsi yang terjadi dengan
cataplexy disebut narkolepsi tipe 1. Narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi dikenal
sebagai narkolepsi tipe 2.

2.Penyebab Narkolepsi

Sejauh ini, penyebab pastinya belum diketahui. Orang dengan tipe 1 narkolepsi
memiliki hypocretin yang rendah, yaitu neurokimia di otak yang membantu mengatur
bangun dan tidur REM. Tingkat hypocretin rendah pada mereka yang mengalami
katapleksi.

Penyebab hilangnya sel-sel penghasil hypocretin di otak tidak diketahui. Namun,


dugaan sementara, terjadi karena reaksi autoimun. Genetik dapat berperan dalam
perkembangan kondisi ini. Namun, risiko orangtua yang mewariskan gangguan ini
pada seorang anak rendah, yaitu sekitar 1 persen. Di Eropa, penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang mungkin antara paparan virus flu babi (H1N1) dengan bentuk
tertentu dari vaksin H1N1 yang saat ini dikelola.

Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM). Selama fase ini, gelombang otak melambat, dan setelah satu jam
tidur, aktivitas otak akan berubah, dan tidur REM dimulai. Kebanyakan mimpi terjadi
saat tidur REM. Namun, pada narkolepsi, pengidap tiba-tiba masuk ke dalam tidur
REM tanpa mengalami tidur NREM, baik pada malam hari atau siang hari.

3.Gejala Narkolepsi

Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan kemudian
berlanjut seumur hidup. Hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari yang
berlebihan. Pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan di mana saja.

Pengidap dapat mengalami penurunan kewaspadaan dan fokus sepanjang hari. Rasa
kantuk di siang hari yang berlebihan biasanya merupakan gejala pertama yang

42
muncul dan sering kali merupakan hal yang paling menyulitkan, sehingga sulit untuk
berkonsentrasi dan berfungsi penuh.

Gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan tonus otot. Kondisi katapleksi dapat
menyebabkan sejumlah perubahan fisik dari bicara yang tidak jelas hingga kelemahan
lengkap sebagian besar otot yang dapat berlangsung hingga beberapa menit.

Katapleksi tidak dapat dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya
yang positif, seperti tawa atau kegembiraan, tetapi terkadang takut, terkejut, atau
marah. Beberapa orang dengan narkolepsi hanya mengalami satu atau dua episode
katapleksi setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Walau
begitu, Tidak semua orang dengan narkolepsi mengalami katapleksi.

Kelumpuhan tidur, yaitu sering mengalami ketidakmampuan sementara itu untuk


bergerak atau berbicara ketika tertidur atau saat bangun tidur. Episode ini biasanya
singkat, berlangsung beberapa detik atau menit, tetapi bisa menjadi menakutkan.
Kelumpuhan tidur ini meniru jenis kelumpuhan sementara yang biasanya terjadi
selama periode tidur yang disebut rapid eye movement (REM) selama tidur.
Ketidakmampuan sementara ini selama tidur REM dapat mencegah tubuh dari
melakukan aktivitas mimpi.

Namun, tidak semua orang dengan kelumpuhan tidur memiliki narkolepsi.


Umumnya, pengidap narkolepsi mengalami beberapa episode kelumpuhan tidur.
Gejala lainnya yang cukup sering adalah perubahan dalam gerakan mata cepat (REM)
tidur. Tidur REM biasanya ketika kebanyakan mimpi terjadi. Pada orang dengan
narkolepsi tidur REM dapat terjadi kapan saja pada siang hari. Pengidap narkolepsi
membutuhkan hanya 15 menit untuk mengalami transisi cepat ke tidur REM. Selain
itu, saat bangun tidur, pengidap juga dapat mengalami halusinasi hipnagogik.

4. Pencegahan Narkolepsi

Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi telah


ditetapkan (usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum ditentukan,
sehingga tidak mungkin untuk mencegahnya, terutama pada orang yang memiliki
kecenderungan genetik. Namun, ada juga narkolepsi sekunder yang disebabkan oleh
trauma fisik, yang membuatnya lebih mudah untuk dihindari.

Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari aktivitas ekstrem,
guna mengurangi risiko cedera kepala berat.

43
5.Pengobatan Narkolepsi

Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan yang
merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu orang
dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya adalah antidepresan
trisiklik.

Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah dengan
menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang cukup di
malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu, karena salah
satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan untuk
menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang lainnya.

D.PENYAKIT APNEA

1.Pengertian Apnea

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini
dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur
lama.

Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti bernapas.
Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik sebanyak
ratusan kali selama tidur.

Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen
dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita, kondisi ini
terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.

2. Penyebab Sleep Apnea

Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep
apnea menurut penyebabnya:

 Obstructive sleep apnea

44
 Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu
rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat
menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
 Central sleep apnea
 Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan
baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita
tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
 Complex sleep apnea
 Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan
central sleep apnea.
3.Gejala Sleep Apnea

Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.

Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur
adalah:

 Mengorok dengan keras


 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari
 Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan
keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:

 Terbangun dengan mulut yang terasa kering


 Sakit kepala ketika baru bangun tidur
 Merasa sangat mengantuk di siang hari
 Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
 Mengalami perubahan mood dan mudah marah
 Mengalami penurunan libido
4.Pencegahan Sleep Apnea

Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan

45
mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila Anda sulit berhenti merokok atau
menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.

Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan
dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena sleep
apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan
kondisi Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.

5.Pengobatan Sleep Apnea

Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya
dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau tengkurap.

Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan
medis, antara lain dengan:

 Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala
yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
alat-alat berikut:

CPAP (continuous positive airway pressure):Alat ini digunakan untuk meniupkan


udara ke saluran pernapasan melalui masker yang menutupi hidung dan mulut
penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi CPAP adalah untuk mencegah
tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mengorok.

BPAP (bilevel positive airway pressure):Alat ini bekerja dengan cara menaikkan
tekanan udara saat pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat pasien
mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk bernapas. Alat
ini juga bisa menjaga agar jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.

MAD (mandibular advancement device):Alat ini didesain untuk menahan rahang


dan lidah untuk mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan
seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak dianjurkan bagi penderita apnea tidur
yang parah.

46
 Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil
memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat
dipertimbangkan adalah operasi.

Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab utama
apnea tidur pada pasien, meliputi:

 Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan kelenjar
adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur.

 Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan menggunakan gelombang energi
khusus.

 Operasi reposisi rahang


Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih maju daripada
tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas ruang di belakang lidah dan
langit-langit.

 Implan alat stimulasi saraf


Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk menstimulasi saraf yang
mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat ini akan bekerja seirama dengan napas
penderita sehingga lidah akan bergerak maju dan membuka jalan napas ketika
penderita menarik napas.

E.MENGIGAU TIDUR

1.Pengertian Gangguan Tidur Berjalan

Gangguan tidur berjalan atau somnabulisme (sleepwalking) adalah salah satu


kondisi gangguan tidur di mana seseorang bangun dan berjalan saat sedang tidur.

47
Gangguan ini tidak selalu terjadi dengan gestur berjalan saja, mereka yang sedang
tidur, lalu terbangun dan duduk di tempat tidur dan melihat sekeliling kamarnya
dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar juga, termasuk dalam gejala gangguan
tidur berjalan ini. Umumnya, gangguan tidur berjalan terjadi pada anak-anak berusia
antara 5–12 tahun. Namun, gangguan tidur berjalan bisa menyerang siapa saja,
termasuk orang dewasa dan lansia.

2.Penyebab Gangguan Tidur Berjalan

Berikut ini beberapa penyebab gangguan tidur berjalan bisa muncul, yaitu:

 Cemas atau stres.


 Kurang tidur.
 Efek samping mengonsumsi obat tidur atau obat-obatan sedatif.
 Efek samping mengonsumsi narkoba atau minuman beralkohol.
 Saat sedang tidur lelap, terbangun mendadak. Hal tersebut bisa saja
dikarenakan dorongan yang kuat muncul seperti untuk pergi ke toilet atau
badan disentuh dan juga karena mendengar suara keras tiba-tiba yang
membuat kaget. Adapun, ada kondisi lain yang bisa diakibatkan karena suatu
penyakit dengan gejala sering bangun mendadak, misalnya sindrom kaki
gelisah dan apnea tidur obstruktif.
 Gangguan tidur berjalan biasa terjadi saat mengidap infeksi yang disertai
demam pada anak-anak.
3.Gejala Gangguan Tidur Berjalan

Orang yang mengalami gangguan tidur berjalan ini biasanya hanya memandang
lurus dan tampak seperti tidak mengenali keadaan di sekitarnya. Matanya yang
terbuka terkesan seperti terjaga padahal ia sebenarnya masih tertidur. Jika disapa,
biasanya pengidapnya tidak merespons, meski ada sebagian yang mampu merespons
dengan baik dan sebagian lagi akan merespons dengan jawaban meracau. Saat
pengidap gangguan tidur berjalan dibangunkan secara paksa, umumnya pengidap
akan merasa kebingungan dan tidak ingat dengan aktivitas yang dilakukannya ketika
berjalan sambil tidur.

4.Diagnosis Gangguan Tidur Berjalan

Untuk melakukan diagnosis gejala gangguan tidur berjalan dokter akan melakukan
evaluasi terhadap riwayat kesehatan. Berikut ini beberapa pemeriksaan yang
umumnya dilakukan:

48
 Pemeriksaan fisik. Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kejang di
malam hari, gangguan tidur lainnya, ataupun pengidap merasakan panik di
malam hari.
 Nocturnal sleep study (polysomnography). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara memberikan sensor di tubuh untuk memeriksa gelombang pada otak,
tingkat oksigen yang terkandung dalam darah, detak jantung, dan juga
mengukur napas.
5. Pengobatan Gangguan Tidur Berjalan

Terdapat beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala


gangguan tidur berjalan. Umumnya, sang pengidap gangguan tidur berjalan akan
diberikan resep oleh dokter sebagai penanganan untuk mengurangi gejala dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Selain itu, terdapat beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mengobati gangguan tidur berjalan, yaitu:

 Mengurangi stres.
 Melakukan aktivitas yang bisa merelaksasi pikiran sebelum tidur (misalnya,
mandi air hangat atau membaca buku).
 Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein sebelum
tidur.
 Membuang air kecil terlebih dahulu.
 Membuat kamar tidur senyaman mungkin.
 Mengatur pola dan waktu tidur dengan disiplin karena gangguan tidur berjalan
juga bisa dipicu oleh kurang tidur.
6.Pencegahan Gangguan Tidur Berjalan

Jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan tidur berjalan di waktu yang
sama tiap malam, dapat diatasi dengan cara mengganggu siklus tidur mereka.
Bangunkan tiap 15–30 menit sebelum waktu kemunculan periode tidur berjalan yang
mereka biasa alami, sehingga mungkin bisa menghentikan gangguan tidur
berjalannya dengan cara mengubah siklus tidur mereka.

F.PARASOMNIA

1.Pengertian Parasomnia

49
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat Anda
sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat
Anda.

Jika Anda menderita parasomnia, Anda dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku
agresif saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar Anda mungkin mengira
Anda sedang terjaga. Anda pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah
Anda lakukan atau katakan ketika terbangun nanti.

Parasomnia dapat membahayakan diri sendiri karena Anda sedang dalam keadaan
tidak sadar dengan kondisi sekitar. Gangguan ini juga dapat mengurangi kualitas tidur
sehingga menimbulkan efek negatif pada kesehatan.

2.Penyebab Parasomnia

Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid eye
movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan berulang setiap
90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3.Cara Mengatasi Parasomnia

Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta


mempelajari riwayat kesehatan Anda, seperti pola tidur, obat-obatan yang
dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam keluarga.

Keterangan dari orang yang tidur bersama Anda juga diperlukan karena Anda
mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama Anda tidur.

50
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep study atau
polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak jantung saat
Anda tidur.

Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan penanganan yang


disesuaikan dengan penyebab parasomnia, yaitu:

Pemberian obat

Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat yang
mungkin diberikan oleh dokter adalah:

 Topiramate
 Antidepresan
 Aginis dopamin
 Melatonin
 Clonazepam
Terapi

Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu, dokter juga
biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT), seperti
psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.

Di samping menjalani pengobatan yang dianjurkan dokter, Anda juga disarankan


untuk menerapkan sleep hygiene, membiasakan tidur dan bangun di waktu yang sama
setiap harinya, serta memindahkan atau mengamankan benda-benda yang sekiranya
berbahaya dari kamar Anda.

Tidur yang berkualitas sangat penting unutk kesehatan fisik dan mental. Apabila
Anda merasa mengalami parasomnia, jangan ragu untuk pergi ke dokter guna
mendapatkan penanganan yang sesuai, terutama jika parasomnia sampai
membahayakan Anda dan orang di sekitar Anda.

51
DAFTAR ISI
Referensi:

[1] Guyton Arthur C, MD & Hall John E, Ph.D . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996. P. 945-950.

[2] Kaplan Harold I, MD et al. Sinopsis Psikiatri jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher, 2010. P. 210-217.

[3] Buysse Daniel J., M.D et al. Insomnia: the Journal of Lifelong Learning in
Psychiatry. Fall 2005 Vol. III No.4 : 568-584.

[4] Summers Michael, MD et al. Recent Developments in the Classification,


Evaluation, and Treatment of Insomnia: Contemporary Review in Sleep Medicine.
2011: 276-286.

[5] NIH State of the Science. Conference Statement on Manifestations and


Management of Chronic Insomnia in Adults: the Journal of Lifelong Learning in
Psychiatry. Fall 2009 Vol. VII No.4 : 538-546.

[6] Doghramji Karl, M.D et al. Evaluation and Management of Insomnia in the
Psychiatric Setting: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall 2009 Vol.
VII No.4 : 441-451.

[7] Mai Evelyn, M.D et al. Insomnia: Prevalence, Impact, Pathogenesis, Differential
Diagnosis, and Evaluation: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall 2009
Vol. VII No.4 : 491-498.

[8] Drake Christopher L,Ph.D et al. Insomnia Causes, Consequences, and


Therapeutics: An Overview. Depression and Anxiety. 2003; 18 : 163-176.

Last Updated on 21 November 2022

Referensi:

52
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Sleep Foundation. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments

https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia

Referensi:

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Sleep Foundation. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments.

https://www.halodoc.com/kesehatan/narkolepsi

Referensi:

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

National Health Services. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

WebMD. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

Diperbarui pada 9 Juni 2022

https://www.alodokter.com/sleep-apnea

Referensi:

Yeghiazarians, Y., et al. (2021). Obstructive Sleep Apnea and Cardiovascular


Disease: A Scientific Statement from the American Heart Association. Circulation,
144(3), pp. e56–67.

Goodchild, T., & Lefer, D. (2020). Obstructive Sleep Apnea – The Not-so-Silent
Killer. Circulation Research, 126(2), pp. 229–31.

53
National Sleep Foundation (2022). Sleep Disorders. Sleep Apnea.

National Health Service UK (2019). Health A to Z. Sleep Apnoea.

Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Sleep Apnea.

Benisek, A. WebMD (2021). Sleep Apnea.

https://www.alodokter.com/sleep-apnea

54
MAKALAH

GANGGUAN POLA TIDUR

DOSEN PEMBIMBING: ELFIDA SKM, M.KES

55
U

OLEH: Nur Halija (P00320222 066)

KEMENTERIAN KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES


ACEH JURUSAN KEPERAWATAN LANGSA TAHUN 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah kan
rahmat dan hidayah nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami yang
berjudul gangguan pola tidur.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kuntribusi dalam penyusunan makalah ini.Tentu nya tidak
akan maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusunan kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.Oleh karena
itu,kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
agar menjadi lebih baik lagi kedepan nya.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat memberikan pengajaran
dan juga manfaat bagi kami penulis dan juga pembaca.

56
Penulis

Langsa, Maret 2023

BAB 1 PENDAHULUAN

D. Latar Belakang
Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang baik dan
Latihan yang adekuat. Setiap orang memerlukan jumlah istirahat dan tidur yang
berbeda-beda, dengan tidak tepatnya jumlah tidur dan istirahat seseorang maka
akan mempengaruhi pada kemampuan berkosentrasi, membuat keputusan,
kelabilan emosi, serta partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang menurun.
(Potter dan Perry,2013)
Mencapai kualitas tidur yang baik menjadi sangat penting bagi Kesehatan dan
sebagagai bentuk penyembuhan dari penyakit. Pasien yang sedang sakit sering
kali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat dari pada pasien yang sehat.
Namun demikian biasanya penyakit mencegah beberapa pasien untuk
mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat. Lingkungan rumah sakit atau
perawatan jangka Panjang dan aktivitas pemberian layanan sering kali membuat

57
pasien sulit tidur sebelumnya, sedangkan pasien yang lain bertambah masalah
tidur nya akibat dari penyakit dan lingkungan rawat inap. (Potter dan Parry,2011)

E. Rumusan Masalah
g. Apa yang di maksud dengan insomnia?
h. Apa yang di maksud dengan parasomnia?
i. Apa yang di maksud dengan Hipersomnia?
j. Apa yang di maksud dengan Narcolapsy?
k. Apa yang di maksud dengan Apnoe saat tidur?
l. Apa itu Mengigau?

F. Tujuan Penulis
Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada Gangguan istirahat tidur.

BAB II PEMBAHASAN

G. INSOMNIA
5. Pengertian Insomnia
Insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas dan maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun
dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut mengalami
insomnia (Japardi,2002).
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
d. Insomnia Inisial
Yaitu ketidak mampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
e. Insomnia Intermitten
Yaitu ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga tidur

58
f. Insomnia Terminal
Bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi

6. Penyebab Masalah Insomnia


Penyebab insomnia sangat beragam, mulai dari masalah mental hingga
kondisi medis tertentu. Penyebab tersebut juga berbeda-beda berdasarkan
jenis insomnia yang diderita. Terdapat 2 macam penyebab insomnia yaitu
insomnia Akut dan Kronis.
c. Insomnia Akut
 Beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti pindah ke rumah baru.
Stres karena pekerjaan.
 Jet lag, yaitu gangguan tidur yang dikarenakan bepergian ke daerah
dengan zona waktu berbeda.
 Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, obat asma, atau
obat tekanan darah.
 Konsumsi kafein, nikotin, dan alkohol berlebih.
 Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan tubuh
terasa tidak nyaman saat berbaring.
d. Insomnia Kronis
 Gangguan mental, seperti posttraumatic stress disorder (PTSD),
gangguan kecemasan, depresi, dan lain sebagainya.
 Kondisi medis tertentu, seperti asma, penyakit parkinson, GERD,
kanker, penyakit jantung, hipertensi atau tekanan darah tinggi dan lain
sebagainya.
 Menderita gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.
 Kebiasaan menonton televisi atau bekerja di tempat tidur.
 Menggunakan ponsel sebelum tidur.

59
7. Tanda dan Gejala Insomnia
Gejala utama dari insomnia adalah kesulitan untuk tidur di malam hari.
Selain itu, gejala umum dari insomnia adalah sebagai berikut:
 Mudah merasa lelah dan sulit berkonsentrasi saat melakukan aktivitas
di siang hari.
 Mudah terbangun di malam hari dan tidak dapat tidur kembali.
 Perubahan emosional.
 Mengantuk di siang hari namun tidak bisa tidur.
 Daya ingat menurun.
 Gairah seks menurun.

8. Upaya Mengatasi Masalah


Cara mengatasi insomnia tergantung dari tingkat keparahan dan faktor
penyebabnya. Apabila insomnia cenderung ringan dan baru bersifat akut,
dokter akan menyarankan pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti:
 Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
 Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
 Berhenti merokok.
 Rutin berolahraga.
 Menghindari penggunaan ponsel atau alat elektronik lainnya sebelum
tidur.
 Menghindari konsumsi makanan secara berlebihan sesaat sebelum
tidur.
 Meredupkan atau mematikan lampu di kamar sebelum tidur.
Sedangkan, insomnia kronis akan ditangani dokter melalui
beberapa tindakan medis, seperti:
 Meresepkan obat tidur. Namun, penggunaan obat tidur ini hanya
bersifat sementara dan bukan untuk mengatasi insomnia sepenuhnya.

60
 Konseling dan psikoterapi.

H. HIPERSOMNIA
5. Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia adalah kondisi yang membuat seseorang merasa lelah
dan mengantuk berlebih di siang hari. Penderita akan tetap kelelahan
meski telah tidur dengan durasi yang cukup. Kondisi yang juga disebut
excessive daytime sleepiness (EDS) ini memiliki dua jenis, yakni primer
dan sekunder. Seseorang dikatakan mengalami hipersomnia primer ketika
EDS berlangsung selama minimal tiga bulan, dan tidak disertai gejala lain.
Sedangkan hipersomnia sekunder biasanya disebabkan oleh buruknya
kualitas tidur di malam hari. Akibatnya, muncul rasa lelah dan
terganggunya konsentrasi. Pada jenis sekunder, hipersomnia merupakan
manifestasi dari penyakit lain. Contohnya, penyakit Parkinson, gagal
ginjal, dan sindrom kelelahan kronis.

6. Penyebab Hipersomnia
Penyebab hipersomnia tergantung tergantung pada jenisnya di bawah ini:
 Penyebab hipersomnia primer
Beberapa literatu medis menyebutkan bahwa hipersomnia primer
disebabkan oleh gangguan otak yang mengatur pola tidur dan bangun
 Penyebab hipersomnia sekunder
Penyebab hipersomnia sekunder adalah kualitas tidur yang buruk. Kondisi
ini bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktor risiko hipersomnia sekunder tersebut meliputi:
 Gangguan tidur lain, seperti insomnia, narkolepsi dan apnea tidur
 Tidak memiliki waktu yang cukup untuk tidur di malam hari

61
 Kelebihan berat badan
 Kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebihan
 Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
 Cedera kepala atau gangguan saraf (seperti multiple sclerosis atau
penyakit Parkinson)
 Penyakit tertentu, seperti gangguan ginjal, penyakit jantung, dan
fungsi kelenjar tiroid yang rendah
 Konsumsi obat-obatan yang diresepkan untuk penyakit lain
 Adanya anggota keluarga kandung dengan riwayat penyakit yang
sama
 Depresi

7. Tanda dan Gejala Hipersomnia


Gejala hipersomnia dapat berbeda-beda di tiap penderita. Perbedaan
ini tergantung dari penyebabnya. Namun secara umum, gejala yang
muncul dapat berupa:
 Merasa sangat lelah sepanjang waktu
 Selalu merasa butuh tidur siang
 Tetap mengantuk meski telah tidur cukup atau dalam jangka
waktu yang lama
 Sulit berkonsterasi sehingga sulit untuk membuat keputusan
 Kurang antusias
 Mengalami gangguan memori
 Meningkatnya risiko kecelakaan, terutama saat
mengoperasikan kendaraan bermotor
 Mudah marah
 Sering merasa cemas

62
 Kehilangan nafsu makan

8. Upaya mengatasi masalah


Penanganan hipersomnia akan ditentukan berdasarkan penyebab yang
mendasarinya. Dokter dpaat menganjurkan cara mengobati hipersomnia
yang meliputi:
 Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat mengatasi narkolepsi, juga bisa
digunakan untuk mengatasi hipersomnia. Contohnya, amphetamine,
methylphenidate, dan modafinil. Obat-obatan ini termasuk golongan
stimulan yang dapat membantu pasien agar merasa lebih segar dan tidak
mengantuk.
 Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup juga penting sebagai bagian dari pengobatan
hipersomnia. Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk:
 Mengikuti jadwal tidur yang teratur
 Menghindari kegiatan yang dapat memperparah gejala yang
dirasakan, terutama menjelang tidur
 Tidak mengonsumsi alkohol maupun obat-obatan terlarang
 Menerapkan pola makan kaya nutrisi yang diberikan oleh
dokter supaya energi tubuh tetap tercukupi
I. NARCOLEPSY
5. Pengertian Narcolapsy
Narkolepsi adalah kondisi medis yang membuat seseorang tertidur
secara mendadak di siang hari. Ini terjadi saat kadar neurotransmitter
(hipokretin), yang membantu mengatur keadaan sadar, sangat rendah. Ini
menyebabkan seseorang kehilangan kendali atas siklus tidur dan terjaga.
Oleh sebab itu, bahkan jika di malam sebelumnya tidur mereka

63
menyegarkan, mereka tetap merasakan kantuk yang luar biasa selama
siang hari. Mereka juga merasa kesulitan untuk tetap terjaga selama
beberapa jam, terlepas dari tempat mereka berada dan aktivitas yang
sedang dilakukan.
Di luar keinginan mereka, mereka dapat tertidur secara tiba-tiba saat
makan malam dengan keluarga atau memasak makan siang. Mereka
bahkan dapat tertidur saat berkendara atau di tengah rapat kerja.
Narkolepsi dapat bersifat sedang atau berat. Kasus yang paling berat
adalah narkolepsi yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan penderita.
Banyak dari mereka yang tidak dapat pergi bekerja atau melakukan hal-
hal yang mereka anggap menyenangkan. Namun mereka dapat menjalani
hidup yang normal dan aktif jika mereka mengonsumsi obat-obatan untuk
menangani gangguan tersebut.

6. Penyebab Narcolepsy
Para peneliti tidak yakin atas penyebab yang membuat beberapa orang
memiliki kadar hipokretin yang rendah. Namun sejumlah penelitian
menyatakan, ada beberapa yang mungkin berperan dalam hal ini.

 Gangguan autoimun - Respons autoimun dapat menyebabkan


kerusakan neuron yang memproduksi hipokretin
 Flu babi - Banyak pasien flu babi yang ternyata memiliki kadar
hipokretin rendah.
 Vaksin flu babi
 Faktor genetic
 Perubahan hormon, yang dapat terjadi selama menopause dan
pubertas
 Stres berat, baik mental maupun fisik

64
7. Tanda dan Gejala
Orang yang menderita narkolepsi biasanya:
 Hampir sepanjang hari merasa mengantuk
 Kurang waspada dan tidak dapat fokus pada aktivitas mereka
 Kehilangan tonus otot dalam waktu yang singkat - Ini biasanya
terjadi saat seseorang merasa terlalu senang atau gembira. Wajar
bila mereka terjatuh saat tertawa secara spontan. Dalam satu hari,
gejala ini dapat sering terjadi. Namun ini biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit.
 Tidak dapat bergerak atau berbicara saat tertidur atau terbangun
 Gangguan ini tidak menyebabkan masalah kesehatan atau fisik
jangka panjang atau serius. Namun ini dapat menghambat
penderita dalam melakukan aktivitas biasa. Ini termasuk
mengemudi atau bahkan memasak, karena mereka terancam
menyakiti diri mereka atau orang lain. Hal ini membuat mereka
kehilangan motivasi dan menderita depresi berat.

8. Upaya mengatasi masalah


Upaya mengatasi Narcolepsy yaitu:
 Menghindari konsumsi obat yang memicu rasa kantuk
 Menaati jadwal tidur
 Tidur siang dalam waktu yang telah dijadwalkan
 Tidak merokok atau meminum alkohol
 Makan dengan pola yang seimbang
 Olahraga sesering mungkin

65
Narkolepsi tidak dapat disembuhkan. Sebagian besar gejalanya
dapat diobati dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup, namun
narkolepsi tidak akan sepenuhnya pulih. Pada beberapa kasus, gejala
dapat memburuk sebelum sempat membaik.

J. APNEA TIDUR
6. Pengertian Apnea tidur
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan
seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang
pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asupan oksigen yang cukup.

7. Penyebab Apnea tidur


Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa
jenis sleep apnea menurut penyebabnya:
 Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang
tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran
pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas,
misalnya karena lidah tertelan.
 Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat
mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol
pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa bernapas
selama beberapa waktu.
 Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive
sleep apnea dan central sleep apnea.

66
8. Tanda dan Gejala Apnea tidur
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea
sedang tidur adalah:
 Mengorok dengan keras
 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas
saat sedang tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di
malam hari
 Sulit tidur (insomnia)

9. Upaya mengatasi masalah


Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol
faktor risikonya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila
Anda sulit berhenti merokok atau menderita kecanduan alkohol,
konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.
Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid,
berkonsultasilah dengan dokter gizi untuk menjalani program
penurunan berat badan agar risiko terkena sleep apnea lebih rendah.
Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan kondisi
Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.

10. Pengobatan Apnea tidur


Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan
tingkat keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan
dapat ditangani secara mandiri, misalnya dengan menurunkan berat

67
badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau
tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu
mendapatkan penanganan medis, antara lain dengan:
 Terapi Khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi
gejala apnea tidur atau jika gejala yang muncul sudah cukup
parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
alat-alat berikut:
 CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran
pernapasan melalui masker yang menutupi hidung dan
mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi
CPAP adalah untuk mencegah tenggorokan menutup dan
meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mengorok.
 BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara
saat pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat
pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan
lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.

 MAD (mandibular advancement device)


Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk
mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang
menyebabkan seseorang mendengkur. Namun, MAD
tidak dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.

68
K. PARASOMNIA
6. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak
biasa saat akan tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan
bangun. Selain membuat Anda sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat
mengganggu orang yang tidur di dekat Anda.

7. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness),
non-rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase
NREM selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM.
Siklus ini akan berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara
NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa
kondisi berikut:
 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis,
atau tumor otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

69
8. Tanda dan gejala
Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat
menimbulkan gejala lain, seperti:
 bangun dengan bingung atau disorientasi melupakan aktivitas
tertentu yang telah dilakukan menemukan luka asing di tubuh sulit
tidur sepanjang malam mengantuk atau kelalahan di siang hari.

9. Pengobatan Parasomnia
Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan
fisik serta mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-
obatan yang dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat
parasomnia dalam keluarga.
Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan
karena pasien mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep study atau
polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.
Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan
penanganan yang disesuaikan dengan penyebab parasomnia.

10. Upaya mengatasi masalah


Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat
keparahannya. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu
dan menyarankan terapi perilaku kognitif (CBT). CBT adalah salah satu
penanganan parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan
keterkaitan parasomnia dengan masalah kesehatan mental, seperti stres
dan kecemasan.

70
Metode lain yang dapat dilakukan bersama CBT, yaitu:
 psikoterapi
 terapi relaksasi
 hipnosis

L. MENGIGAU
5. Pengertian Mengigau
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara
selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa
monolog jelas, dialog, gumaman, hingga mengoceh.
Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini merupakan bagian
dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada seseorang yang
berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung selama 30
detik per episode.

6. Penyebab Mengigau
 Stres secara emosional
Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres,
khususnya saat sedang mengalami stres secara berkepanjangan
yang dapat menimbulkan rasa cemas dan mengalami gangguan
tidur (insomnia). Seseorang yang mengidap depresi juga kerap kali
mengigau ketika tidur.
 Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder (RBD)
adalah gangguan tidur dengan angka trauma yang tinggi. Ini adalah

71
bentuk gangguan tidur yang sering dialami oleh banyak orang.
Penderita RBD dapat menimbulkan gejala seperti menggeram,
memekik, berteriak, hingga bergerak dalam mimpinya (sering kali
secara kasar dan agresif).
 Sedang demam atau sakit
Ketika sedang sakit, respon imun tubuh manusia akan
meningkat, terutama pada malam hari. Khususnya ketika sedang
demam, suhu yang tinggi dapat memicu seseorang menjadi
mengigau ketika tidur. Meski demikian, pemicu ini masih perlu
diteliti lebih lanjut.

 Konsumsi obat-obatan tertentu


Mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki kandungan seperti
beta-blocker, kafein, antidepresan, prednisone, sertraline,
escitalopram, dan obat lainnya yang tergolong Selective Reuptake
Inhibitors (SSRI) juga dapat meningkatkan risiko mengalami
gangguan tidur, termasuk mengigau.
 Genetik
Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga
mengungkapkan bahwa kebiasaan mengigau saat tidur juga bisa
sesuatu yang diturunkan dari keluarga. Sebuah studi yang
dilakukan pada orang kembar menunjukkan bahwa jika satu anak
memiliki kebiasaan mengigau, biasanya saudara kembarnya juga
mengalami hal yang sama. Bahkan, keduanya sama-sama
mengalami berjalan dan menggertakkan gigi saat tidur.

7. Tanda dan gejala

72
Mengutip Sleep Foundation, gejala utama mengigau ekspresi yang
bisa didengar terjadi selama tidur tanpa orang itu menyadarinya. Itu bisa
berupa omong kosong atau menyerupai ucapan normal.
Riset linguistik tentang mengigau menemukan hampir setengah dari
rekaman pembicaraan saat tidur tak dapat dipahami. Dalam kasus ini,
mengigau saat tidur biasanya bergumam, berbicara tanpa suara
menggerakkan bibir dengan bunyi terbatas, diredam bantal dan selimut.

8. Upaya mengatasi masalah


 Hindari stress
 Perbaiki jam tidur
 Memasang white nose
 Berkonsultasi ke dokter

73
BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
manusiadimana istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan
dankecemasan (ansietas) sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar
sebagaifungsi protektif tubuh untuk melakukan perbaikan dan pemulihan
jaringansetelah beraktivitas yang dapat dibangunkan Kembali.
Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan
tidur yangdalam dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam
kondisi aktifatau tidur paradoksial yang bersifat nyenyak sekali. Kebutuhan
istirahat tidur dan pola tidur setiap individu berbeda-beda yang sangat
dipengaruhi oleh umur individu atau orang tersebut.
Fungsi tidur adalah untuk memperbaiki, memulihkan dan
menyeimbangkankondisi tubuh baik secara fisiologis, biologis ataupun
psikologis sehinggakembali optimal.

74
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
“ GANGGUAN TIDUR”

Di

Oleh :

Intan mutiya Br Sembiring

NIM : P00320222 056

TK : 1B

DOSEN PEMBIMBING : ELFIDA SKM,MPH

75
POLTEKES KEMENKES ACEH

PRODI DII KEPERAWATAN KOTA LANGSA

TAHUN 2022/2023

 Pengertian
Kebutuhan dasar manusia merupakan aspek yang penting bagi kesehatan.
Salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting dan juga bermanfaat yaitu
kebutuhan istirahat dan tidur. Manfaat dari istirahat dan tidur sama dengan
kebutuhan makan, minum, beraktivitas serta kebutuhan dasar lainnya. Istirahat
dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang, dengan istirahat dan tidur yang cukup maka tubuh baru dapat berfungsi
secara optimal (Ambarwati, 2017).
Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan
tenang secara fisik. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur. Tidur
merupakan perubahan status kesadaran berulang-ulang pada periode tertentu
(Saryono dan Widianti, 2014)

Seseorang dapat benar-benar istrahat bila :


1. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan dibawah kontrolnya.
2. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor atau di mana
pun juga termasuk ideidenya diterima oleh orang lain.
3. Mengetahui apa yang terjadi.
4. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
5. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya.

76
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya.
(Asmadi, 2008)

Tidur sebagai salah satu kebutuhan fisiologis manusia yang terjadi secara
alami, dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu
proses perbaikan tubuh. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan
tidur (Sumiarsih, 2012).

 Gangguan Pola Tidur

1. INSOMNIA

A. Pengertian
Insomnia adalah suatu kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur,
atau tidur yang tidak menyegarkan selama 1 bulan atau lebih dan keadaan sulit
tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang signifikan (Anggara & Annisa,
2019).
Insomnia merupakan persepsi yang tidak adekuat dari kualitas dan kuantitas
tidur dan merupakan keluhan paling umum dari gangguan tidur (Susanti, 2015).
Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang kesulitan
untuk tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur, sering
terbangun di malam hari, dan bangun terlalu pagi. (Hidaayah & Alif, 2016).
Insomnia suatu keadaan ketidakmampuan mendapat tidur yang baik, baik
kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah
tidur Menurut Alimul (2006).

77
Nevid (2003) menyatakan insomnia sendiri berasal dari kata In artinya tidak,
dan Somnus yang berarti tidur. Selanjutnya Nevid menjelaskan insomnia
mempunyai karakteristik kesulitan berulang untuk tidur atau untuk tetap tidur,
gangguan tidur tersebut mengakibatkan rasa lelah di siang hari dan menyebabkan
timbulnya tingkat stress pribadi yang signifikan atau kesulitan untuk tertidur,
tetap tidur, atau mengalami tidur yang membuat orang merasa segar dan
berenergi.

B. Manifestasi klinis
Tanda gejala insomnia kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk
mempertahankan tidur sehingga sering terbangun dari tidur, bangun terlalu dini
hari dan sulit untuk tidur kembali, tidur dengan kualitas yang buruk. Kesulitan
tidur di atas terjadi meskipun terdapat peluang dan keadaan yang cukup untuk
tidur, serta setidaknya terdapat satu gangguan yang dialami pada siang hari :
kelelahan, gangguan atensi, konsentrasi, dan memori, gangguan dalam hubungan
sosial dan pekerjaan atau performa yang jelek di sekolah, gangguan mood atau
iritabel, mengantuk di siang hari, kekurangan energi inisiasi dan motivasi, sering
mengalami kesalahan, kecelakaan saat bekerja atau menyetir, nyeri kepala,
gangguan pencernaan akibat kurang tidur (Susanti, 2015).

Menurut penelitian (Iwan, 2009) ada beberapa tanda dan gejala insomnia,
diantaranya :
1. Kesulitan untuk memulai tidur
2. Tiba-tiba terbangun pada malam hari
3. Bisa terbangun lebih awal/dini hari
4. Merasa mengantuk di siang hari
5. Sakit kepala pada siang hari
6. Merasa kurang puas dengan tidur nya
7. Merasa kurang nyaman/gelisah saat tidur

78
8. Mendapat mimpi buruk
9. Badan terasa lemah, letih, kurang tenaga setelah tidur
10. Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan
11. Tidur selama 6 jam dalam semalam

C. Etiologi
Penyebab insomnia dapat berbagai macam seperti stress, stress akibat
pekerjaan, sekolah, atau keluarga dapat membuat pikiran menjadi aktif dimalam
hari. Kecemasan dan depresi, hal ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan
kimia dalam otak atau kekhawatiran yang menyertai depresi. Obat-obatan,
beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa
antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan, dan
kortikosteroid. Kafein, nikotin, dan alcohol serta kondisi medis Gejala nyeri
kronis, kesulitan bernapas dan kondisi medis lainnya dapat menyebabkan
insomnia karena menimbulkan rasa tidak nyaman (Susanti, 2015).
Orang-orang yang memiliki gangguan tidur dapat mengalami irama tidur yang
terbalik yakni mereka tertidur bukan pada saatnya tidur dan justru bangun pada
waktu seharusnya mereka tidur. Kadang-kadang mereka tidur dalam keadaan
gelisah dan merasa belum puas tidur. Berikut beberapa hal yang dapat menjadi
penyebab insomnia menurut widya (2016):
a) Stres situasional
b) Jet lag (kantuk pada siang hari,sulit tidur pada malam hari)
c) Penyakit tertentu, seperti penyakit alzheimer
d) Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
e) Kebiasaan tidur yang buruk insomnia dapat berkembang menjadi siklus
yang ganas saat seseorang mengalami banyak kesulitan untuk tertidur dan
tetap tertidur karena antisipasinya terhadap masalah tidur.
Menurut Mark Durand (2007) penyebab insomnia adalah penggunaan obat,
perubahan cahaya (karena sekresi melatonin yang sangat berperan dalam tidur,

79
terutama pada malam hari, apabila terpajan dengan cahaya terang, sekresi
melatonin akan berkurang), suara, suhu, dan stres psikologis. Penyebab insomnia
dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
Menurut Hidayat (2006) faktor penyebab insomnia sebagai berikut:

1. Penyakit medis Hampir semua penyakit medis yang menimbulkann nyeri


dan rasa tidak nyaman dapat menimbulkan insomnia (Kaplan 1997).
2. Stress Psikologis Stres dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa.
3. Obat Obat-obatan (sedative, transquilizer, anticemas, dan antidepressant)
dapat menyebabkan kesulitan tidur sebagai efek samping. Banyak obat-
obatan yang dijual bebas mengandung kafein dan stimulan lainnya.
4. Nutrisi Pada sesorang yang kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi dapat
juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sering sulit tidur.

D. Patofisiologi
Patofisiologi Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang
bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur dan
terbangun diatur 13 oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan beberapa
neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang
diproduksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak yaitu serotonin. Serotonin
ini merupakan neurotransmitter yang berperan sangat penting dalam menginduksi
rasa kantuk, juga sebagai medula kerja otak. Dalam tubuh serotonin diubah
menjadi melatonin yang merupakan hormon katekolamin yang diproduksi secara
alami oleh tubuh. Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di hypothalamus juga
dapat mengakibatkan keadaan siaga tidur. Katekolamin yang dilepaskan akan
menghasilkan hormone norepineprin yang akan merangsang otak untuk
melakukan peningkatan aktivitas. Stress juga merupakan salah satu factor pemicu,
dimana dalam keadaan stress atau cemas, kadar hormone katekolamin akan

80
meningkat dalam darah yang akan merangsang sistem saraf simpatetik sehingga
seseorang akan terus terjaga (Levenson, Kay & Buysee, 2014).
Stress juga merupakan salah satu factor pemicu, dimana dalam keadaan stress
atau cemas, kadar hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang akan
merangsang ystem saraf simpatetik sehingga seseorang akan terus terjaga (Perry,
dalamIswari & Wahyuni, 2013)

E. Klasifikasi Insomnia
Klasifikasi insomnia ada 3 yaitu:
1. Insomnia Akut
Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar individu sering
mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini ditandai dengan
keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah hidup atau gagal
ujian, tetapi tidak disertai komplikasi yang dapat mengganggu
aktivitas sehari – hari.
2. Insomnia Kronik
Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat mengganggu kualitas
hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana penderita insomnia
kronik ini rawan mengalami kecelakaan akibat dari insomnia yang
mengganggu aktivitas sehari–hari.
3. Salah Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State) Penderita
insomnia banyak yang mempunyai persepsi yang buruk terhadap
lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang muncul pada diri
mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4 jam semalam (Imadudin,
2012).

F. Pencegahan
Pencegahan Insomnia

81
1. Berusaha untuk tidur di waktu yang sama setiap malam dan saat
bangun di pagi hari. Pastikan juga tidak tidur siang karena dapat
mengurangi rasa kantuk di malam hari.
2. Hindari menggunakan smartphone saat sudah memasuki jam tidur
agar rasa kantuk tidak hilang.
3. Hindari konsumsi kafein, nikotin, serta alkohol di siang hari yang
dapat mempengaruhi pola tidur.
4. Usahakan untuk berolahraga secara teratur setiap hari dan lakukan
jauh sebelum waktunya tidur.
5. Buat kamar menjadi tempat yang nyaman dan gunakan alat-alat yang
mempermudah untuk tidur.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan
yang dapat dilakukan pada orang yang mengalami insomnia adalah
melakukan behavioral treatment untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur.
Contoh behavioral treatment sebagai berikut:
1. Kontrol stimulus Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan
yang nyaman agar merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk
tertidur.
2. Terapi kognitif Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk
menciptakan pikiran yang positif dan yakin untuk bisa tertidur.
3. Pembatasan tidur Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari,
sehingga dapat memulai tidur dengan mudah dimalam hari. Latihan
relaksasi jangka pendek sebelum tidur seperti meditasi dan nafas dalam
dapat membantu untuk meningkatkan kualitas tidur. Selain itu relaksasi
mental yang dilakukan dengan cara yoga juga dapat membantu, hal
tersebut dikarenakan relaksasi dapat menenangkan pikiran sehingga tubuh
akan lebih tenang dan mudah untuk tidur

82
2. PARASOMNIA
A. Pengertian
Menurut PPDJ-III, gangguan tidur secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
dissomnia dan parasomnia. Parasomnia merupakan peristiwa episodik abnormal yang
terjadi selama masa tidur. Termasuk dalam golongan ini adalah somnabulisme, terror
tidur, dan mimpi buruk (Maslim, 2002).
Gangguan tidur yang berkepanjangan mampu mengubah siklus tidur biologis,
menurunkan daya tahan tubuh serta prestasi kerja, mudah tersinggung, gangguan
depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang akan mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain dan menurunkan kualitas hidup penderita (Asnis et.al, 2016)
parasomnia adalah sekumpulan gejala tidak menyenangkan yang terjadi saat
hendak tidur, sudah terlelap, atau terbangun dari tidur. Gangguan ini bisa berupa
gerakan, perilaku, emosi, persepsi, hingga mimpi yang tidak wajar. Meski begitu,
pengidap parasomnia tetap dalam keadaan tertidur sepanjang kejadian berlangsung

B. Manefestasi klinis
Penderita parasomnia pada umumnya sering mengeluh tidur tidak nyenyak
karena adanya episode abnormal yang mengganggu saat tidur. Sedangkan gejala khas
tiap penyakit yang termasuk dalam parasomnia bisa saja sangat berbeda-beda.
Gejala parasomnia seringkali muncul pada fase terlelap, atau di antara fase
tertidur dan terbangun. Pada transisi ini, diperlukan stimulus yang cukup kuat agar
seseorang terbangun dari tidur, sehingga pengidap parasomnia akan sulit menyadari
perilakunya. Setelah terbangun, pengidap parasomnia jarang mengingat mimpi atau
kejadian yang dialaminya. Terkadang, pengidap parasomnia sulit untuk kembali
tertidur pada malam hari. Parasomnia bisa terjadi dalam berbagai bentuk Di
antaranya meliputi

83
 Gangguan tidur berjalan (sleepwalking atau somnambulisme) ditandai
dengan berjalan saat tidur. Penderitanya dapat berjalan keluar rumah,
memindahkan barang-barang, dan bahkan berlari-lari. Biasanya mata
penderitanya terbuka saat melakukan aktivitas tersebut, tetapi otaknya tidak
menyadarinya. Mencegah penderita untuk tidak berjalan umumnya bukanlah
langkah yang baik karena penderitanya dapat menunjukkan perilaku agresif
seperti memukul atau menggigit bila dicegah berjalan.

 Nightmare merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan mimpi buruk


yang terasa amat nyata. Penderita nightmare sering terbangun di malam hari
dengan ketakutan karena mimpi buruk yang dialaminya. Biasanya setelah
terbangun, penderita akan sulit untuk tidur lagi.

 Night terror memiliki gejala adanya perilaku agresif saat tidur. Perilaku
agresif tersebut bisa berupa berteriak-teriak, menendang, menangis, dan
sebagainya. Umumnya penderita night terror tidak dapat mengingat mimpi
yang dialami saat tidur yang menyebabkan dirinya melakukan perilaku
agresif tersebut.

 Sleep paralysis sering disebut dengan istilah ketindihan. Pada gangguan ini,
penderitanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali padahal dalam
keadaan sadar. Episode paralisis ini berlangsung selama beberapa detik
hingga beberapa menit. Kadang gangguan ini juga disertai oleh halusinasi,
yang biasanya dianggap menyeramkan oleh penderitanya.

 Sleep talking sering disebut mengigau. Penderita gangguan ini berbicara di


bawah kesadarannya saat tidur. Bicara bisa tidak jelas, bisa juga berteriak
dengan lantang. Isi pembicaraan umumnya tidak jelas atau tidak esensial.

84
 Enuresis merupakan istilah medis dari mengompol. Mengompol saat tidur
merupakan hal yang normal pada anak, terutama balita. Enuresis dianggap
tidak normal lagi bila terjadi pada anak di atas usia 5 tahun dan orang
dewasa. Biasanya pemicunya adalah karena adanya masalah psikologis
tertentu yang sangat membebani pikiran.

 Sleep related eating disorder merupakan episode ketagihan makan dan


minum yang terjadi saat terbangun di malam hari. Penderita biasanya tidak
sadar penuh saat bangun. Secara tidak sadar ia akan mengonsumsi makanan
dalam jumlah sangat banyak. Karena dilakukan tanpa sadar, sangat mungkin
makanan yang dikonsumsinya adalah zat berbahaya.

C. Etologi
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid
eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan berulang setiap
90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

1. Kurang tidur
2. Demam
3. Stres, cemas, atau depresi
4. PTSD (post-traumatic stress disorder)
5. Konsumsi obat penenang
6. Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor otak
7. Penyalahgunaan alkohol

85
8. Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui dengan jelas. Meski
demikian, faktor genetik diduga berperan karena banyak kasus parasomnia terjadi
menurun dalam riwayat kesehatan keluarga.

D. Penatalaksaan

Penatalaksanaan parasomnia meliputi pendekatan psikoterapi seperti “imagery


rehearsal” serta farmakologi seperti benzodiazepine bila diperlukan. Langkah awal
penatalaksanaan parasomnia adalah menangani komorbid dari parasomnia atau
kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia, misalnya penghentian obat
hipnotik sedatif, antipsikotik, atau antidepresan.
Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik. Tata laksana
umum meliputi edukasi dan profilaksis. Secara spesifik, tata laksana parasomnia
meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan farmakotrapi.
[4,11]

1. Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:

 Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) umumnya ringan dan akan


hilang sendiri
 Terdapat peran genetik

 Kondisi parasomnia pada dewasa sering berhubungan dengan kondisi


psikiatri, misalnya skizofrenia dan depresi
 Penanganan pada komorbid psikiatri tidak akan mempengaruhi ekspresi
parasomnia

86
 Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada pasien ataupun
pasangan tidur

Parasomnia pada anak umumnya akan hilang sendiri, pada kasus ini yang perlu
dilakukan adalah mengedukasi dan meyakinkan orang tua pasien Pada pasien dewasa
dengan parasomnia yang berpotensi melukai diri sendiri dan pasangan tidur, perlu
diedukasi mengenai ruangan yang aman tanpa benda tajam atau furnitur dan benda
lain yang membahayakan di dekat ranjang. Ranjang didesain dengan menambahkan
penghalang pada kedua sisi untuk mencegah jatuh. Jendela dikunci setiap saat. Untuk
pasien dengan somnabulisme, menggunakan alarm pada pintu kamar dapat
membantu.

Edukasi dilakukan tidak hanya kepada pasien tapi juga pasangan tidur. Apabila
pasien berisiko melakukan tindak kekerasan, maka disarankan untuk tidur di ranjang
yang berbeda.

Panduan untuk orang lain:

 Observasi dalam diam

 Biarkan episode parasomnia berlangsung

 Cegah pasien apabila melakukan hal yang berpotensi melukai diri sendiri dan
orang lain

 Tidak melakukan restrain karena akan menimbulkan perilaku agresif dan


membahayakan

2.Profilaksis
Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:

 Hindari kurang tidur, konsumsi alkohol berlebih, dan stress

87
 Meminimalkan pengobatan, termasuk psikotropika

 Melakukan sleep hygiene
 Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara, sentuhan)

E. Mengobati komorbiditas medis lain

E. Pencegahan
Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya.
Dokter
mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan menyarankan terapi perilaku
kognitif (CBT). CBT adalah salah satu penanganan parasomnia yang umum
dilakukan. Hal ini disebabkan keterkaitan parasomnia dengan masalah kesehatan
mental, seperti stres dan kecemasan. Metode lain yang dapat dilakukan bersama
CBT, yaitu:

 Psikoterapi
 Terapi
 Relaksasi
 Hipnosis

F. Patofisiologi
Patofisiologi parasomnia berhubungan dengan gangguan transisi
antara siklus tidur baik fase terjaga, non-rapid eye
movement (NREM), maupun rapid eye movement (REM). Tidur

88
merupakan proses yang dibutuhkan untuk menjaga fungsi otak.
Gangguan tidur akan menyebabkan gangguan proses pikir, gangguan
mood, dan gangguan fisiologis lain.
a. Fisiologi Tidur
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga
(wakefulness), non–rapid eye movement (NREM), dan rapid
eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya dibagi
menjadi fase 1, fase 2, dan fase 3, yang kemudian masuk ke
fase REM.

3. HIPERSOMNIA

A. Pengertian
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat 19
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,
gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme
(misalnya: hipertiroidisme). Hipersomnia pada kondisi tertentu dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung
jawab pada siang hari
Hipersomnia merupakan salah satu gejala gangguan tidur yang
dapat diartikan sebagai kantuk berlebih. Hipersomnia sering ditemui
namun sering diabaikan. Kata hipersomnia berasal dari bahasa Yunani
“hyper” yang artinya berlebih atau lebih dari normal, dan bahasa Latin
“sommus” yang berarti tidur. Hipersomnia merupakan kebalikan dari
insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari atau
keterlambatan waktu bangun. Hipersomnia primer merupakan suatu

89
keadaan dimana seorang individu memiliki rasa kantuk yang
berlebihan sepanjang hari dan berlangsung beberapa bulan lamanya.
Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai
mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari.
Penderita hipersomnia mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.
Berbeda dengan narkolepsi, hipersomnia masih bisa dikontrol atau
ditahan, jarang terjadi di tempat asing, dan saat tidur di jam malam
akan berlangsung lebih lama dan dalam. Penderita hipersomnia
umumnya mengalami kantuk terlebih dahulu tanpa disertai katapleksi
dan halusinasi. Hipersomnia dapat dideteksi dengan wawancara
melalui kuisioner khusus (Epworth Sleepliness Scale) dan
polisomnografi (PSG). PSG dapat menunjukkan berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk tidur dan mendeteksi gangguan tidur seperti
OSA, PLMD, RLS, dan membedakan antara narkolepsi dengan
hipersomnia.
B. Manifestasi klinis
Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga
di siang hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau
agresif setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.

90
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

Penderita Hipersomnia memiliki beberapa gejala, namun gejala ini


tidak dapat dijadikan sebagai diagnosa karena dapat juga gejala
tersebut terjadi diakibatkan faktor lain. Hipersomnia dapat berupa:
merasa lelah yang hebat sepanjang hari, selalu ingin tidur di siang
hari, tetap merasa mengantuk walaupun telah tidur malam dan tidur
siang yang cukup, kesulitan berpikir dan membuat keputusan, pikiran
tidak jernih, apati (kurang emosi, motivasi, atau antusiasme), sulit
konsentrasi dan mengingat, libido menurun.
Hipersomnia dapat ditandai dengan tidur malam yang panjang,
sangat sulit dibangunkan jika sudah tidur siang dan merasa kurang
segar saat bangun, sakit kepala, sering pingsan, serta hipotensi
ortostatik (penurunan tekanan darah yang abnormal saat berdiri).
Gejalanya yang lebih mudah dikenali jika seseorang yang tertidur 8-12
jam dan orang tersebut memiliki kesulitan untuk terbangun di pagi
hari. Jika setelah makan siang kita merasa mengantuk, itu adalah hal
yang wajar. Karena pada saat itu, jam biologis kita sedang
menurunkan kewaspadaannya. Namun, bila setelah makan siang
merasa mengantuk hinggal sulit berpikir dan berkonsentrasi, itu juga
dapat menjadi tanda seseorang mengidap hipersomnia. Adapun tiga
tahap bahaya yang ditimbulkan dari hipersomnia menurut
tingkatannya, yaitu:

91
• Tahap Ringan, penderita akan mengalami kesulitan
berkonsentrasi, mudah lupa, mudah stres, dll.
• Tahap sedang, penderita akan mengalami gangguan metabolisme
dan hormonal, biasanya di tahap ini penderita dapat terserang
penyakit diabetes. Bahkan dalam beberapa kasus pada tahap ini
penderita dapat mengalami stres oksidatif atau kekurangan oksigen
namun jantung bekerja lebih keras dari biasanya
. • Tahap berat, penderita akan mengalami gangguan pada organ
dalam seperti hati dan jantung sehingga apabila dibiarkan dapat
mengalami penyumbatan darah hingga kematian.

C. Etiologi
Hipersomnia dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti
kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau ginjal, ataupun
gangguan metabolisme (contoh: hipertiroidisme).
Hipersomnia dapat membahayakan dan bila tidak ditangani akan
menyebabkan kecelakaan saat kantuk melanda. Hipersomnia dapat
diatasi bila penderita mulai menerapkan manajemen diri sedini
mungkin. Untuk mengatasi hipersomnia ada banyak cara yang bisa
dilakukan diantaranya:
 Kembalikan pola tidur Memaksakan pola tidur kembali ke
pola yang benar merupakan solusi yang paling utama. Tidur
yang baik adalah 6-7 jam dan beranjak tidur tidak lebih dari
jam 10 malam. Bangunlah sebelum Fajar terbit atau sekitar
jam 4-5 pagi.
 Olahraga yang teratur Apabila tubuh terbiasa dengan
olahraga, maka akan memiliki metabolisme yang seimbang,

92
sehingga sistem Hormonal dalam tubuh akan normal dan
otak akan bekerja dengan optimal.
 Konsumsi asupan gizi yang baik Asupan gizi yang baik akan
membuat susunan kimia dalam otak akan seimbang,
sehingga rasa kantuk hanya akan muncul pada waktu yang
semestinya saja.
 Konsultasi dengan dokter Apabila ketiga solusi di atas sudah
dijalankan namun rasa kantuk yang berlebih masih terasa,
segera kunjungi dokter agar keluhan gangguan tidur dapat
diobati dengan baik

Berdasarkan penyebabnya, hipersomnia dapat dibagi menjadi dua jenis.


Berikut ini adalah jenis hipersomnia dan penyebabnya:
a) Hipersomnia primer
Penyebab hipersomnia primer belum diketahui secara pasti. Akan
tetapi, kondisi ini diduga terjadi akibat mutasi (perubahan) genetik
yang membuat produksi histamin di dalam otak berkurang. Meski
disebabkan oleh mutasi genetik, hipersomnia primer tidak menurun
dari orang tua ke anaknya.
b) Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder terjadi akibat penyakit atau kondisi tertentu
yang membuat seseorang kurang tidur atau kelelahan. Beberapa
penyakit atau kondisi tersebut adalah:
 Kondisi medis, seperti hipotiroidisme, asma, nyeri kronis,
kanker, multiple sclerosis, dan epilepsi
 Gangguan tidur, misalnya sleep apnea dan restless leg
syndrome

93
 Kondisi psikis, antara lain depresi, gangguan cemas,
dan gangguan bipolar
 Kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA
 Efek samping obat sedatif, seperti antihistamin,
antidepresan, diazepam, dan obat jantung jenis penghambat
beta

D. Patofisiologi
Patofisiologi pasti gangguan tidur masih belum diketahui, namun diperkirakan
melibatkan faktor neurobiologis dan psikologis, yang mencakup faktor perilaku,
kognitif, emosional, dan genetik.

 Model Neurokognitif
Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi
gangguan tidur adalah model neurokognitif. Model ini menerangkan
bahwa faktor predisposisi, presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif
adalah faktor-faktor yang mendasari berkembangnya insomnia dan
menjadikannya gangguan kronik.

 Model Psychobiologic Inhibition


Model lain yang bisa digunakan untuk adalah model psychobiologic
inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur yang baik membutuhkan
otomatisasi dan plastisitas. Otomatisasi artinya bahwa inisiasi tidur dan
maintenance tidur bersifat involunter, yang dikendalikan oleh homeostasis
dan regulasi sirkadian. Plastisitas adalah kemampuan sistem tubuh untuk
mengakomodasi berbagai kondisi lingkungan.

94
Pada kondisi normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau
usaha). Situasi hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai
respon arousal fisiologis dan psikologis, yang menimbulkan inhibisi
terhadap de-arousal yang berhubungan dengan tidur dan menimbulkan
gejala gangguan tidur.

 Gangguan Otak atau Neurotransmitter


Gangguan tidur juga bisa terjadi akibat disrupsi pada regio otak yang
mengatur tidur atau pada neurotransmitter otak. Pengaturan tidur bangun
dikendalikan oleh basal forebrain melalui proyeksi kolinergik dan
GABAergik. Regio ini juga mendapatkan input dari berbagai area
hipotalamus dan brainstem. Regio ini juga menjadi relay serabut aferen
dari reticular activating system ke area kortikal.
Sirkuit yang mempertahankan kondisi terjaga adalah reticular activating
system yang terbentuk dari sekelompok neuron di medulla yang
memberikan proyeksi difus ke hipotalamus posterior. Formasi retikular ini
menerima input dari berbagai sistem sensoris dan memberikan proyeksi
eksitatorik ke basal forebrain, thalamus, dan hypothalamus. Gangguan
pada jaras ini menyebabkan gangguan untuk mempertahankan kesadaran,
misalnya pada hipersomnia dan narkolepsi.
Neurotransmitter yang terlibat dalam patofisiologi gangguan tidur adalah
serotonin, norepinefrin, histamine, hipokretin/orexin, asetilkolin,
dopamine, glutamate dan GABA

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan tidur dimulai dari pendekatan nonfarmakologi,
yang mencakup sleep hygiene dan sleep restriction. Terapi farmakologi yang

95
dapat digunakan untuk membantu mengurangi gejala gangguan tidur antara lain
benzodiazepine, agonis reseptor melatonin, dan Z-drugs.

Terapi Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi untuk gangguan tidur dapat berupa sleep hygiene,


cognitive behavioral therapy, dan stimulus control therapy.

F. Pencegahan
Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan
kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam sleep hygiene adalah:

 Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap
harinya agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
 Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan
malam hari
 Membatasi waktu tidur siang
 Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar
tidur yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih
bantal dan selimut yang nyaman
 Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar
dapat tidur lebih nyenyak
 Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat
menyebabkan sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
 Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang
hari
 Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam

96
 Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang
dapat menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau
epilepsy

4. NARKOLEPSI

A. Definisi
Narkolepsi adalah gangguan neurologis kronis yang mengganggu
regulasi tidur dan menyebabkan rasa kantuk yang berlebihan dan pada banyak
kasus, ditemui cataplexy / katapleksi (kehilangan tonus otot secara mendadak
dan dicetuskan oleh emosi yang kuat, seperti marah, sedih, maupun tertawa
tanpa kehilangan kesadaran) (Zeman et al. 2004).
Narkolepsi merupakan kondisi kronik neurologis dengan 5 gejala
utama yaitu excessive daytime sleepiness (EDS), katapleksi, halusinasi saat
akan tidur atau saat terbangun (halusinasi hipnagogik/ hipnopompik / HH),
sleep paralysis (SP), dan disrupted nighttime sleep (DNS) (Black et al. 2016).

B. Manifestasi klinis
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang
secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi
yang umum terjadi:

 Kantuk yang berlebihan pada siang hari


Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
 Serangan tidur

97
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
 Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara
cadel. Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan
biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau
tertawa.
 Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
 Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

C. Manifestasi klinis
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
 Tumor otak
 Cedera kepala
 Radang otak (ensefalitis)
 Multiple sclerosis

98
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
narkolepsi atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga
menyebabkan narkolepsi, yaitu:
 Usia 10–30 tahun
 Kelainan genetik
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Stres

D. Patofisiologi
Patofisiologi narkolepsi melibatkan adanya defisiensi orexin atau hipokretin di
hipotalamus lateral yang dibuktikan oleh adanya penurunan kadar orexin dalam
cairan serebrospinal pasien dengan narkolepsi.

Neurokimia
Neuron penghasil orexin berfungsi untuk meregulasi perilaku tidur-bangun
dan mempengaruhi fungsi otak lainnya, termasuk sirkuit reward dan metabolik.
Orexin berefek pada banyak target, termasuk neuron yang menghasilkan histamin
dan neurotransmitter monoamine lainnya. Neuron penghasil orexin paling aktif
pada kondisi terjaga, khususnya pada waktu tonus otot sedang tinggi dan pada
perilaku termotivasi dan eksploratif. Orexin membantu mempertahankan periode
terjaga dan regulasi tidur REM

E. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan narkolepsi adalah untuk mencapai kewaspadaan yang
cukup selama jam bangun dan untuk memaksimalkan kewaspadaan selama tugas-
tugas penting hari itu, seperti selama bekerja, sekolah atau saat mengemudi.

99
Penatalaksanaan narkolepsi menggunakan kombinasi konseling, terapi
psikososial, dan farmakoterapi.[1] Penatalaksanaan narkolepsi hanya bersifat
simtomatik karena belum ada terapi kuratif untuk narkolepsi.
Obat-obat yang bisa digunakan sebagai antinarkolepsi lini pertama umunya
belum tersedia di Indonesia. Obat lini pertama antara lain modafinil, armodafinil,
pitolisant, natrium oksibat, dan solriamfetol. Sedangkan obat-obat yang bisa
digunakan sebagai lini kedua adalah metilfenidat dan amfetamin

F. Pencegahan
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat
membantu mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu,
timbulnya gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola
tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
• Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
• Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
• Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
• Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak sebelum
tidur.
• Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
• Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
• Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

5. APNOE

100
A. Definisi
Gangguan tidur apnea adalah gangguan yang menyebabkan pernapasan berhenti
sementara saat kondisi tidur. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang kali.
Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera ditangani,
nantinya dapat menimbulkan komplikasi serius

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk
setelah tidur lama. Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau
berhenti bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10
detik sebanyak ratusan kali selama tidur

B. Manifestasi klinis
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.
Beberapa gejala umum  yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur
adalah:
 Mengorok dengan keras
 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam
hari
 Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa
merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:
 Terbangun dengan mulut yang terasa kering

101
 Sakit kepala ketika baru bangun tidur
 Merasa sangat mengantuk di siang hari
 Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
 Mengalami perubahan mood dan mudah marah
 Mengalami penurunan libido

C. Etiologi
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis
sleep apne menurut penyebabnya:
 Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu
rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup
saat menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
 Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinya;
dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan
penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
 Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea
dan central sleep apnea.

D. Patofisiologi
Komplikasi apnea tidur dapat terjadi jika tidak segera ditangani. Apa saja
komplikasi apnea, antara lain:

 Meningkatkan risiko terkena hipertensi


 Mengalami masalah jantung

102
 Risiko terkena diabetes tipe 2
 Sindrom metabolik
 Mengalami gangguan fungsi hati
 Penyakit ginjal kronis
 Mengidap demensia
 Penurunan fungsi kognitif
 komplikasi kehamilan

E. Penatalaksanaan
 CPAP (Continuous positive airway pressure)
CPAP dilakukan dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti
masker. Alat ini akan membantu menghantarkan udara ke saluran
pernapasan. Selain itu, terapi CPAP juga membantu untuk meredakan
gejala-gejala apnea tidur yang muncul.

 BPAP (Bilevel positive airway pressure)


BPAP menggunakan alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan
udara saat menarik napas. Selain itu, alat ini juga membantu
menurunkan tekanan udara saat menghembuskan napas. Kondisi
tersebut akan memudahkan penderita apnea tidur untuk lebih mudah
bernapas.

 MAD (Mandibular advancement device)


MAD adalah alat yang digunakan untuk menjaga agar tenggorokan
tetap terbuka. Alat ini lebih mudah digunakan, namun tidak cocok
untuk mereka yang menderita apnea tidur parah.

 ASV (Adaptive servo-ventilation)

103
ASV adalah alat ventilasi non-invasif yang digunakan untuk penderita
apnea sentral. Alat ini membantu agar saluran pernapasan tetap
terbuka.

 Operasi
Operasi menjadi pilihan terakhir jika upaya pengobatan lainnya tidak
manjur. Operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi apnea tidur
beragam. Misalnya, operasi pengangkatan jaringan
(uvulopalatopharyngoplasty), operasi hidung, trakeostomi, operasi
reposisi rahang atau operasi ablasi radiofrekuensi. Perlu diingat,
operasi disesuaikan dengan kondisi apnea tidur yang dialami dan
kondisi kesehatanny

F. Pencegahan
Cara mengatasi apnea tidur ringan dapat dilakukan dengan mengubah gaya
hidup. Bagaimana cara mengatasi apnea tidur ringan, berikut:

 Menurunkan Berat Badan


Sebagian besar penderita apnea tidur adalah mereka yang memiliki
berat badan berlebih atau obesitas. Dengan menurunkan berat badan
beberapa kilogram akan membantu memperbaiki gejala apnea tidur.

 Hindari Mengonsumsi Alkohol atau Obat Tidur


Alkohol dan obat tidur akan menurunkan tegangan otot di bagian
belakang tenggorokan. Hal tersebut akan mengganggu aliran udara
yang masuk ke otak.

 Mengubah Posisi Tidur

104
Posisikan tidur Anda dengan posisi yang membuat Anda lebih mudah
untuk bernapas.

 Berhenti Merokok
Konsumsi rokok akan meningkatkan pembengkakan di saluran napas
bagian atas. Berhenti merokok membantu menghentikan
pembengkakan dan membuat saluran pernapasan menjadi lebih lega.

6. MENGIGAU
A. Definisi
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.
Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,
gumaman, hingga mengoceh. Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini
merupakan bagian dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada
seseorang yang berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung
selama 30 detik per episode.

B. Etiologi
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengigau saat
tidur. Dilansir dari hellosehat.com, para ahli mengungkapkan bahwa mengigau
dapat dihubungkan dengan berbagai penyakit sistem saraf seperti Parkinson, yaitu
penyakit saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan
dan keseimbangan. Sebuah studi dari Frontiers in Neurology juga menyebutkan,
bahwa sering mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya
demensia.
Meski demikian, ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, di antaranya yaitu:
 Stres secara emosional

105
Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres,
khususnya saat sedang mengalami stres secara berkepanjangan yang
dapat menimbulkan rasa cemas dan mengalami gangguan tidur
(insomnia). Seseorang yang mengidap depresi juga kerap kali
mengigau ketika tidur.
 Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder (RBD) adalah
gangguan tidur dengan angka trauma yang tinggi. Ini adalah bentuk
gangguan tidur yang sering dialami oleh banyak orang. Penderita RBD
dapat menimbulkan gejala seperti menggeram, memekik, berteriak,
hingga bergerak dalam mimpinya (sering kali secara kasar dan agresif).

Kondisi ini kadang ditemui pada anak-anak. Adapun tanda-tanda orang memiliki
gangguan ini, yaitu:
 Mengigau, berbicara, atau mengoceh ketika tidur
 Tidur sambil berjalan (sleepwalking)
 Loncat dari tidur
 Melakukan berbagai gerakan seperti menendang, meninju, bahkan
berlari ketika tidur
 Dapat melanjutkan mimpi yang terputus ketika tertidur kembali 

f. Sedang demam atau sakit


Ketika sedang sakit, respon imun tubuh manusia akan meningkat,
terutama pada malam hari. Khususnya ketika sedang demam, suhu
yang tinggi dapat memicu seseorang menjadi mengigau ketika tidur.
Meski demikian, pemicu ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
g. Konsumsi obat-obatan tertentu

106
Mengonsumsi obat-obatan yang memiliki kandungan seperti beta-
blocker, kafein, antidepresan, prednisone, sertraline, escitalopram, dan
obat lainnya yang tergolong Selective Reuptake Inhibitors (SSRI) juga
dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan tidur, termasuk
mengigau.
h. Genetik
Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga mengungkapkan
bahwa kebiasaan mengigau saat tidur juga bisa sesuatu yang
diturunkan dari keluarga. Sebuah studi yang dilakukan pada orang
kembar menunjukkan bahwa jika satu anak memiliki kebiasaan
mengigau, biasanya saudara kembarnya juga mengalami hal yang
sama. Bahkan, keduanya sama-sama mengalami berjalan dan
menggertakkan gigi saat tidur.
C. Manifestasi klinis
 gejala utama mengigau ekspresi yang bisa didengar terjadi selama tidur tanpa
orang itu menyadarinya. Itu bisa berupa omong kosong atau menyerupai ucapan
normal.
Riset linguistik tentang mengigau menemukan hampir setengah dari rekaman
pembicaraan saat tidur tak dapat dipahami. Dalam kasus ini, mengigau saat tidur
biasanya bergumam, berbicara tanpa suara menggerakkan bibir dengan bunyi
terbatas, diredam bantal dan selimut.
Bagian lain dari percakapan saat tidur yang bisa dipahami memiliki sejumlah
kesamaan dengan percakapan biasa. Misalnya, biasanya mengikuti standar tata
bahasa yang khas dan menyertakan jeda seolah-olah berbicara dengan orang lain.
Banyak dari ucapan yang direkam, yaitu negatif, seru, atau tak sopan. Ini
menunjukkan, mengigau mungkin mencerminkan dialog yang didorong oleh
konflik yang terjadi di selama tidur.

107
D. Penatalaksaan
 Menghindari stres
Memiliki masalah dan beban pikiran yang berat sudah pasti membuat
stres. Namun jika stres tersebut tidak dapat kita kendalikan, bisa-bisa
menyebabkan masalah tidur sehingga siklus tidur terganggu. Hal tersebut
dapat meningkatkan risiko mengigau.
Maka dari itu, cobalah untuk kelola stres dengan melakukan hal-hal
positif, seperti:
 Meditasi atau yoga
 Makan makanan yang bergizi
 Curhat tentang masalah hidup ke orang terdekat
 Berpikir positif dan menerima kejadian buruk yang tidak bisa
dikendalikan

E. Pencegahan
Dengan melakukan beberapa hal tersebut, otak akan menjadi lebih relax dan
tidur pun menjadi lebih nyenyak.

 Memperbaiki jam tidur


Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi mengigau yaitu
dengan memperbaiki jam tidur. Selain memastikan untuk tidur cukup
selama 8 jam, kamu juga harus membuat kebiasaan untuk tidur dan
bangun di jam yang sama secara teratur.
Sebelum tidur jauhkan gadget seperti handphone, tablet, atau laptop, dan
pastikan suasana tidur kondusif tanpa interupsi. Kamu bisa mencoba untuk
membaca buku atau susu hangat agar tidur lebih tenang.
 Dengarkan white noise

108
White noise adalah suara dalam frekuensi tertentu yang bisa membuat
pendengarnya menjadi lebih relax. Sumber white noise bisa berasal dari
kipas angin, AC, atau purifier ruangan. Kamu juga bisa
mendengarkan white noise melalui aplikasi musik atau video.
Sleep Foundation mengungkapkan bahwa white noise dapat membantu
kamu mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik, sebab dapat
memberikan efek tenang dan membuat pendengarnya mudah tertidur.
 Konsultasi kepada dokter
Jika kamu sering mengigau secara intens, ada baiknya segera periksakan
ke dokter. Apalagi sampai menjerit saat tidur, melakukan tindakan
berbahaya, dan memiliki riwayat mengigau yang sering sejak kecil.
Belum ada tes spesifik yang dapat mendiagnosis kebiasaan mengigau,
namun jika hal ini dialami secara berkala dan intens, bisa jadi ada
penyebab gangguan tidur lainnya.
Analisis dokter akan sangat terbantu bila membuat jurnal tidur yang berisi
tentang masalah tidur yang dialami. Mulai dari rekam jejak tidur, jadwal
tidur dan bangun, obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, hingga
aktivitas yang dilakukan.

F. Patofisiologi
Patofisiologi mengigau berhubungan dengan gangguan transisi antara siklus
tidur baik fase terjaga, non-rapid eye movement (NREM), maupun rapid eye
movement (REM). Tidur merupakan proses yang dibutuhkan untuk menjaga
fungsi otak. Gangguan tidur akan menyebabkan gangguan proses pikir, gangguan
mood, dan gangguan fisiologis lain

109
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2017).(Saryono dan Widianti, 2014)(Asmadi, 2008)(Sumiarsih,


2012).(Anggara & Annisa, 2019).(Susanti, 2015)(Hidaayah & Alif,
2016).Alimul (2006).
Nevid (2003)(Susanti, 2015).(Iwan, 2009)(Susanti, 2015)widya (2016)Mark
Durand (2007) Hidayat (2006) (Kaplan 1997).(Levenson, Kay & Buysee,
2014).(Perry, dalamIswari & Wahyuni, 2013)(Imadudin, 2012).Levenson, Kay
& Buysee, (2014).(Maslim, 2002). (Asnis et.al, 2016) (Zeman et al. 2004).
(Black et al. 2016).
Putri, Elsya Vira. 2018. Hubungan antara Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Pekerja dengan Kualitas Tidur Pekerja Shift di PT. X Sidoarjo [Skripsi].
Surabaya (ID): Universitas Airlangga

110
MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR

111
Dosen Pembimbing : Elfida, SKM, MPH

Disusun oleh : Cut Thesa Damara

Tingkat 1B

POLTEKKES KEMENKES ACEH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTA LANGSA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

INSOMNIA

112
Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi ketika seseorang mengalami
kesulitan untuk tidur. Kondisi ini membuat pengidapnya tidak memiliki waktu tidur
yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut menyebabkan kondisi fisik pengidap insomnia
menjadi tidak cukup fit untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.

Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang (kronis).
Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami untuk
memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui siklus yang
bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata cepat.

Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam. Satu
siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali empat tahap
tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu, dilanjutkan dengan
tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.

Penyebab Insomnia

Biasanya, jenis insomnia yang dialami seseorang banyak berkaitan dengan penyebab
insomnia yang mendasarinya. Ada dua jenis insomnia, yakni insomnia akut dan
kronis. Nah, beberapa kemungkinan penyebab insomnia akut, antara lain: 

 Mengalami stress.

 Mengingat peristiwa yang traumatis.

 Terjadinya perubahan kebiasaan tidur, seperti tinggal di rumah baru.

 Mengalami jet lag atau mabuk setelah naik pesawat.

 Mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat dari:

 Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung. 

113
 Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan penggunaan
zat.

 Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya.

 Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, kanker, penyakit refluks


gastroesofagus (GERD), atau penyakit kardiovaskular. 

Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer tidak
diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat terjadi,
seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat tertentu, serta
mengidap diabetes.

Faktor Risiko Insomnia

Faktanya, insomnia dapat terjadi pada semua rentang usia dan lebih rentan terjadi
pada wanita dibandingkan pria, serta seseorang yang sudah lanjut usia. Beberapa
faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami masalah
tidur ini, antara lain:

 Masalah mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan stres


pasca trauma (PTSD).

 Bekerja shift, pekerjaan seperti ini bisa mengubah jam biologis tubuh.

 Jenis kelamin,ketika menstruasi tubuh akan mengalami perubahan hormon,


kondisi ini menimbulkan gejala hot flashes atau keringat di malam hari,
sehingga menyebabkan gangguan tidur.

 Usia, insomnia meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

 Perjalanan jauh, melakukan perjalanan jauh atau jet lag karena melintasi
beberapa zona waktu juga bisa memicu insomnia.

114
Selain itu, mengidap kondisi medis tertentu, seperti obesitas dan penyakit
kardiovaskuler juga dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia. Masa
menopause disebut juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan yang membuat
sulit tidur ini. 

Gejala Insomnia

Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga
menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap
orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan.
Gejala-gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di antaranya:

 Sulit untuk merasakan ngantuk dan tidak bisa tertidur.

 Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur kembali.

 Merasa lelah, emosional, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa melakukan


aktivitas secara baik pada siang hari.

 Tidak bisa tidur siang, meskipun tubuh terasa lelah. 

Diagnosis Insomnia

Untuk mendiagnosis insomnia, dokter akan mengawali dengan wawancara medis


seputar::

 Rutinitas tidur.

 Gaya hidup yang buruk, misalnya kebiasaan mengonsumsi kopi atau


minuman keras secara berlebihan.

115
 Porsi olahraga.

 Riwayat kesehatan (penyakit yang mungkin diidap).

 Obat-obatan yang mungkin dikonsumsi.

Selain itu, dokter juga akan meminta membuat buku harian tidur minimal selama dua
minggu. Langkah ini dapat membantu dokter memahami pola tidur dan mengukur
tingkat keparahan insomnia yang dialami.

Beberapa informasi yang harus dicantumkan di dalam buku harian tidur biasanya,
meliputi waktu yang dibutuhkan untuk bisa terlelap, pukul berapa kira-kira mulai
tidur, berapa kali terbangun di malam hari, dan pukul berapa terbangun. Informasi
yang lengkap akan membantu dokter menangani insomnia secara tepat.

Pengobatan Insomnia

Dalam mengobati insomnia, hal pertama yang dilakukan oleh dokter adalah mencari
tahu apa yang menjadi penyebabnya. Jika gangguan tidur ini didasari oleh kebiasaan
atau pola hidup tertentu yang tidak sehat, maka dokter akan menyarankan untuk
memperbaikinya. Jika insomnia disebabkan oleh gangguan kesehatan (misalnya,
gangguan kecemasan), maka dokter akan terlebih dahulu mengatasi kondisi yang
mendasari rasa cemas tersebut.

Dalam beberapa kasus insomnia, dokter akan menyarankan agar menjalani terapi
perilaku kognitif. Terapi ini bisa membantu untuk mengubah perilaku dan pola pikir
yang memengaruhi tidur mereka.

Andaikan dianggap perlu, tak menutup kemungkinan dokter akan meresepkan obat
tidur untuk beberapa waktu. Namun, obat tidur merupakan solusi yang bersifat
sementara saja. Hal yang perlu digaris bawahi, penanganan insomnia jarang berhasil
bila tak mencari solusi dari akar penyebabnya.

116
Komplikasi Insomnia

Ketika seseorang tidak mendapatkan tidur yang dibutuhkan akibat insomnia, maka
fungsi otak akan mengalami hambatan. Itulah alasan mengapa pengidap insomnia
akan merasakan kesulitan fokus. 

Kendati demikian, insomnia yang tidak tertangani dengan baik juga dapat
menimbulkan efek kesehatan yang lebih serius, seiring berjalannya waktu. Hanya
tidur beberapa jam setiap malam dapat meningkatkan peluang seseorang untuk
mengembangkan sejumlah kondisi, termasuk:

 Merasakan kecemasan. 

 Mengalami depresi. 

 Meningkatkan risiko terjadinya stroke. 

 Memicu terjadinya serangan asma. 

 Mengalami kejang. 

 Fungsi sistem kekebalan yang melemah. 

 Meningkatnya risiko obesitas. 

 Tekanan darah tinggi.

 Memicu perkembangan penyakit jantung. 

Tak hanya itu, insomnia juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada
rutinitas pengidapnya, yaitu:

 Meningkatkan risiko kesalahan pada pekerjaan atau kecelakaan saat


mengemudi dan mengoperasikan alat atau mesin. 

 Memengaruhi kinerja dan prestasi di sekolah atau tempat kerja. 

117
 Menurunkan gairah seks pengidapnya. 

 Memengaruhi ingatan pengidap insomnia. 

 Membuat lebih sulit untuk mengatur emosi. 

Pencegahan Insomnia

Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan tidur:

 Cobalah untuk mempertahankan jadwal tidur dan bangun yang kira-kira sama,
bahkan di akhir pekan.  Pastikan juga untuk menghindari tidur siang karena
dapat mengurangi rasa kantuk di malam hari.

 Buat rutinitas sebelum tidur yang membantu kamu rileks dan mendapatkan
suasana yang baik untuk tidur.

 Membatasi asupan kafein di sore hari.

 Redupkan lampu dan letakkan perangkat elektronik sekitar satu jam sebelum
waktu tidur.

 Dapatkan sinar matahari dan aktivitas fisik hampir setiap hari atau setiap hari,
jika memungkinkan.

 Hindari tidur siang, terutama jika kamu tahu tidur di siang hari membuat
kamu tetap terjaga di malam hari.

 Memeriksakan diri ke psikolog jika merasakan gejala gangguan kesehatan


mental seperti kecemasan dan depresi. 

Kapan Harus ke Dokter?

Bila kamu merasakan gejala insomnia yang tak kunjung membaik atau sampai
mengganggu aktivitasmu, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Tujuannya agar

118
penanganan dapat dilakukan sedari dini, sehingga peluang kesembuhan juga akan
semakin meningkat. Selain itu, kamu juga dapat meminta saran dari dokter tentang
waktu yang tepat untuk terlelap agar fisik kembali bugar di pagi hari.

PARASOMNIA

Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya episode abnormal saat


tidur. Beberapa episode abnormal yang dimaksud antara lain berjalan saat tidur,
mimpi buruk, atau paralisis (yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan).
Terdapat berbagai macam gangguan tidur yang termasuk parasomnia. Beberapa
gangguan yang paling sering ditemui adalah:

• Gangguan tidur berjalan (sleep-walking), atau disebut juga somnambulisme


• Nightmare
• Night terror
Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis (mengompol), halusinasi
tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih banyak dialami oleh anak-anak
dibandingkan dengan orang dewasa.

Penyebab

Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui dengan jelas. Meski


demikian, faktor genetik diduga berperan karena banyak kasus parasomnia terjadi
menurun dalam riwayat kesehatan keluarga.
Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan mengalami parasomnia
adalah:

- Sedang tertekan atau stress


- penderita meiliki gangguan post-traumatic
- efek samping obat tertentu

119
-penggunaan narkoba
-Kebiasaan mengonsumsi alcohol

Diagnosis

Penentuan ada tidaknya gangguan tidur dilakukan oleh psikiater. Untuk mengetahui
adanya kemungkinan parasomnia, dokter akan meminta penderita untuk membuat
buku harian tidur untuk mencatat hal-hal yang dialami saat tidur selama dua minggu
terakhir.

Bila diperlukan, perilaku saat tidur dapat diobservasi di ruang rawat dengan
pemeriksaan polisomnogram. Pemeriksaan ini menggunakan teknik mendeteksi
gelombang otak, denyut jantung, dan pernapasan saat tidur. Selain itu juga dilakukan
perekaman video untuk mendeteksi adanya perilaku abnormal saat tidur.

Gejala

Penderita parasomnia pada umumnya sering mengeluh tidur tidak nyenyak karena
adanya episode abnormal yang mengganggu saat tidur. Sedangkan gejala khas tiap
penyakit yang termasuk dalam parasomnia bisa saja sangat berbeda-beda.

Gangguan tidur berjalan (sleepwalking atau somnambulisme) ditandai dengan


berjalan saat tidur. Penderitanya dapat berjalan keluar rumah, memindahkan barang-
barang, dan bahkan berlari-lari. Biasanya mata penderitanya terbuka saat melakukan
aktivitas tersebut, tetapi otaknya tidak menyadarinya. Mencegah penderita untuk
tidak berjalan umumnya bukanlah langkah yang baik karena penderitanya dapat
menunjukkan perilaku agresif seperti memukul atau menggigit bila dicegah berjalan.
Nightmare merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan mimpi buruk yang terasa
amat nyata. Penderita nightmare sering terbangun di malam hari dengan ketakutan
karena mimpi buruk yang dialaminya. Biasanya setelah terbangun, penderita akan
sulit untuk tidur lagi

120
Night terror memiliki gejala adanya perilaku agresif saat tidur. Perilaku agresif
tersebut bisa berupa berteriak-teriak, menendang, menangis, dan sebagainya.
Umumnya penderita night terror tidak dapat mengingat mimpi yang dialami saat
tidur yang menyebabkan dirinya melakukan perilaku agresif tersebut.
Sleep paralysis sering disebut dengan istilah ketindihan. Pada gangguan ini,
penderitanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali padahal dalam keadaan
sadar. Episode paralisis ini berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa
menit. Kadang gangguan ini juga disertai oleh halusinasi, yang biasanya dianggap
menyeramkan oleh penderitanya.
Sleep talking sering disebut mengigau. Penderita gangguan ini berbicara di bawah
kesadarannya saat tidur. Bicara bisa tidak jelas, bisa juga berteriak dengan lantang. Isi
pembicaraan umumnya tidak jelas atau tidak esensial.
Enuresis merupakan istilah medis dari mengompol. Mengompol saat tidur merupakan
hal yang normal pada anak, terutama balita. Enuresis dianggap tidak normal lagi bila
terjadi pada anak di atas usia 5 tahun dan orang dewasa. Biasanya pemicunya adalah
karena adanya masalah psikologis tertentu yang sangat membebani pikiran.

Sleep related eating disorder merupakan episode ketagihan makan dan minum yang
terjadi saat terbangun di malam hari. Penderita biasanya tidak sadar penuh saat
bangun. Secara tidak sadar ia akan mengonsumsi makanan dalam jumlah sangat
banyak. Karena dilakukan tanpa sadar, sangat mungkin makanan yang dikonsumsinya
adalah zat berbahaya.

Pengobatan

Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Bila
parasomnia yang dialami adalah gangguan tidur berjalan, maka hal yang paling
penting adalah memastikan bahwa lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain
itu, keluarga dapat memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk
mencegah penderita gangguan tidur berjalan membahayakan dirinya.

121
Selain itu, secara umum, dokter dapat memberikan obat-obatan untuk membantu
penderita agar tidur lebih nyenyak. Sebagian besar parasomnia akan hilang dengan
sendirinya seiring bertambah usia.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan parasomnia meliputi pendekatan psikoterapi seperti “imagery


rehearsal” serta farmakologi seperti benzodiazepine bila diperlukan. Langkah awal
penatalaksanaan parasomnia adalah menangani komorbid dari parasomnia atau
kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia, misalnya penghentian obat
hipnotik sedatif, antipsikotik, atau antidepresan.
Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik. Tata laksana
umum meliputi edukasi dan profilaksis. Secara spesifik, tata laksana parasomnia
meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan farmakoterapi.
[4,11

Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:

 Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) umumnya ringan dan akan hilang


sendiri
 Terdapat peran genetik

 Kondisi parasomnia pada dewasa sering berhubungan dengan kondisi psikiatri,


misalnya skizofrenia dan depresi
 Penanganan pada komorbid psikiatri tidak akan mempengaruhi ekspresi parasomnia

 Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada pasien ataupun
pasangan tidur[3,4]

Parasomnia pada anak umumnya akan hilang sendiri, pada kasus ini yang perlu
dilakukan adalah mengedukasi dan meyakinkan orang tua pasien.[1]

122
Pada pasien dewasa dengan parasomnia yang berpotensi melukai diri sendiri dan
pasangan tidur, perlu diedukasi mengenai ruangan yang aman tanpa benda tajam atau
furnitur dan benda lain yang membahayakan di dekat ranjang.

Ranjang didesain dengan menambahkan penghalang pada kedua sisi untuk mencegah
jatuh. Jendela dikunci setiap saat. Untuk pasien dengan somnabulisme, menggunakan
alarm pada pintu kamar dapat membantu.[1]

Edukasi dilakukan tidak hanya kepada pasien tapi juga pasangan tidur. Apabila
pasien berisiko melakukan tindak kekerasan, maka disarankan untuk tidur di ranjang
yang berbeda.[1]

Panduan untuk orang lain:

 Observasi dalam diam

 Biarkan episode parasomnia berlangsung

 Cegah pasien apabila melakukan hal yang berpotensi melukai diri sendiri dan orang
lain

 Tidak melakukan restrain karena akan menimbulkan perilaku agresif dan


membahayakan[3,4]

Profilaksis
Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:

 Hindari kurang tidur, konsumsi alkohol berlebih, dan stress


 Meminimalkan pengobatan, termasuk psikotropika

 Melakukan sleep hygiene
 Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara, sentuhan)

123
 Mengobati komorbiditas medis lain[3,4]

Membangunkan Pasien

Membangunkan pasien untuk mengantisipasi episode parasomnia dilakukan 10–15


menit sebelum episode parasomnia atau terjadi aktivitas otonom pada pasien dengan
episode parasomnia tak terprediksi. Apabila terjadi rekurensi, maka dilakukan hal
yang sama untuk setiap episode. Metode ini efektif pada terror tidur, somnabulisme,
dan eneuresis.[3,4]

Psikoterapi
Psikoterapi yang dilakukan kepada pasien dengan parasomnia diduga mampu
membantu pasien untuk menyatakan emosinya secara terbuka dan memperkuat
kemampuan menghadapi stress. Psikoterapi sendiri memerlukan motivasi dari pasien
dan komitmen jangka panjang.

Beberapa penelitian tentang hipnoterapi pada somnabulisme dan teror tidur


menyatakan bahwa pada 42–74% kasus mengalami resolusi penuh atau membaik
secara signifikan saat dilakukan kontrol 18 bulan kemudian, dan bertahan selama 5
tahun.[4]

Farmakoterapi
Farmakoterapi pada parasomnia NREM dipertimbangkan apabila terjadi tindakan
yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Agen yang paling banyak diteliti dan
sering dipakai adalah benzodiazepine, terutama clonazepam.
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine, dapat menurunkan
episode pada pasien dengan seksomnia. Pemberian topiramate dan dopamine agonis
dilaporkan efektif pada pasien dengan gangguan makan terkait tidur.[4]

124
Terapi farmakologi untuk parasomnia REM diberikan berdasarkan pengamatan dan
pengalaman klinis, karena belum banyak bukti ilmiah mengenai terapi tersebut.
Clonazepam dengan dosis 0,25-2 mg sebelum tidur dapat menurunkan gejala
perilaku REM behavior disorder (RBD) dengan menurunkan aktivitas otot, tetapi
tidak mengembalikan atonia pada fase REM.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi parasomnia berhubungan dengan gangguan transisi antara siklus tidur
baik fase terjaga, non-rapid eye movement (NREM), maupun rapid eye
movement (REM). Tidur merupakan proses yang dibutuhkan untuk menjaga fungsi
otak. Gangguan tidur akan menyebabkan gangguan proses pikir, gangguan mood, dan
gangguan fisiologis lain.

HIPERSOMNIA
Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah tidur cukup
pada malam sebelumnya. Hipersomnia bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang
disebabkan oleh kondisi tertentu.

Waktu tidur yang ideal bagi orang dewasa adalah sekitar 7–9 jam setiap malamnya.
Bila waktu tidurnya cukup dan kualitas tidurnya baik, seseorang akan merasa segar
ketika bangun pagi dan bisa beraktivitas dengan baik di siang hari.

Pada penderita hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS),


rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari masih muncul meski sudah tidur cukup
pada malam harinya. Kantuk tersebut juga tidak membaik dengan tidur siang. Jika
tidak ditangani, gangguan tidur ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti
berkendara.

Walaupun menyebabkan rasa kantuk yang parah di siang hari, hipersomnia berbeda
dengan narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan
penderitanya tidur secara tiba-tiba tanpa bisa dicegah. Sementara itu, penderita
hipersomnia masih bisa menahan rasa kantuk meski merasa sangat lelah.

125
Penyebab Hipersomnia

Berdasarkan penyebabnya, hipersomnia dapat dibagi menjadi dua jenis. Berikut ini
adalah jenis hipersomnia dan penyebabnya:

Hipersomnia primer

Penyebab hipersomnia primer belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, kondisi ini
diduga terjadi akibat mutasi (perubahan) genetik yang membuat produksi histamin di
dalam otak berkurang.

Meski disebabkan oleh mutasi genetik, hipersomnia primer tidak menurun dari orang
tua ke anaknya.

Hipersomnia sekunder

Hipersomnia sekunder terjadi akibat penyakit atau kondisi tertentu yang membuat
seseorang kurang tidur atau kelelahan. Beberapa penyakit atau kondisi tersebut
adalah:

 Kondisi medis, seperti hipotiroidisme, asma, nyeri kronis, kanker, multiple


sclerosis, dan epilepsi
 Gangguan tidur, misalnya sleep apnea dan restless leg syndrome
 Kondisi psikis, antara lain depresi, gangguan cemas, dan gangguan bipolar
 Kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA
 Efek samping obat sedatif, seperti antihistamin, antidepresan, diazepam, dan
obat jantung jenis penghambat beta

126
Gejala Hipersomnia

Gejala utama hipersomnia adalah rasa kantuk dan lelah sepanjang hari meski telah
tidur cukup pada malam hari sebelumnya. Keluhan lain yang dapat muncul akibat
hipersomnia adalah:

 Mudah marah, gelisah, dan tersinggung


 Tidak nafsu makan
 Sakit kepala
 Sulit berkonsentrasi dan mengingat
 Sulit berpikir dan berbicara cepat
 Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
 Kantuk yang tidak mereda walaupun telah tidur siang

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala yang telah disebutkan di


atas. Anda juga dianjurkan untuk segera mencari pertolongan medis bila melihat
keluhan tersebut pada keluarga. Pemeriksaan diperlukan karena gejala hipersomnia
sering disalahartikan sebagai rasa malas.

Pemeriksaan lebih awal dapat membantu dokter menentukan penyebab gejala yang
dialami. Dengan begitu, dokter dapat memberikan pengobatan yang sesuai.

Diagnosis Hipersomnia

Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan
jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Pasien juga akan diminta menulis buku
harian tidur (sleep diary) selama beberapa minggu agar dokter dapat mengetahui pola
tidur pasien.

127
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan tes fisik dan pemeriksaan
lanjutan, meliputi:

 Epworth sleepiness scale, untuk mendiagnosis dan mengukur keparahan


kondisi pasien dengan menggunakan kuesioner
 Multiple sleep latency test, untuk mengukur lama waktu yang diperlukan
pasien untuk mulai tertidur dan menilai fase tidurnya
 Polisomnografi, untuk mendeteksi aktivitas listrik otak, gerakan mata, denyut
jantung, kadar oksigen, dan fungsi pernapasan saat pasien tidur

Bila diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui


kondisi lain yang menyebabkan hipersomnia. Jenis pemeriksaan tersebut antara lain:

 Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon tiroid


 Pemindaian dengan CT scan atau MRI, untuk memeriksa kelainan di otak
 Elektroensefalografi (EEG), untuk mendeteksi epilesi dengan menempelkan
elektroda di kulit kepala

Pengobatan Hipersomnia

Pengobatan hipersomnia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa


pilihan pengobatan yang dapat diberikan oleh dokter untuk mengatasi hipersomnia
adalah:

 Terapi perilaku kognitif, untuk mengurangi kecemasan karena tidak bisa tidur
dengan cara mengontrol napas
 Obat-obatan, seperti modafinil, armodafinil, flumazenil, atau sodium oxybate

Selain pengobatan di atas, dokter juga akan menyarankan pasien untuk mengubah dan
mengatur pola tidur. Sebagai contoh, pasien akan diminta untuk tidur malam dan

128
bangun tidur pada waktu yang sama setiap hari. Pasien juga akan diminta untuk tidak
mengonsumsi minuman berkafein dekat dengan waktu sebelum tidur.

Komplikasi Hipersomnia

Hipersomnia yang tidak tertangani dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Jika


terjadi terus-menerus, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup
penderitanya.

Akibatnya, penderita bisa tertidur saat bersekolah, bekerja, atau bahkan ketika
berkendara. Jika hipersomnia sudah cukup parah, penderitanya dapat berisiko
mengalami kecelakaan lalu lintas.

Pencegahan Hipersomnia

Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan
kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam sleep hygiene adalah:

 Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap harinya
agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
 Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan malam
hari
 Membatasi waktu tidur siang
 Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar tidur
yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih bantal dan
selimut yang nyaman
 Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar dapat
tidur lebih nyenyak

129
 Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat
menyebabkan sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
 Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang hari
 Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam
 Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang dapat
menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau epilepsy.

NARCOLEPSY

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih di siang
hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba tanpa mengenal
waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh atau mengalami
kecelakaan.

Narkolepsi dapat disertai dengan gejala lain, seperti sleep paralysis, halusinasi, dan
katapleksi. Katapleksi sendiri adalah kelemahan atau kehilangan kendali otot wajah,
leher, dan lutut.

Narkolepsi yang disertai dengan katapleksi disebut dengan narkolepsi tipe 1.


Sedangkan narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi disebut dengan
narkolepsi tipe 2.

Narkolepsi termasuk dalam kondisi yang berkepanjangan (kronis) dan tidak dapat
disembuhkan. Meski demikian, gejala yang timbul akibat narkolepsi tetap bisa
dikelola dengan baik melalui pengobatan dan penerapan pola hidup yang tepat.

Penyebab Narkolepsi

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu tidur.
Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.

130
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:

 Tumor otak
 Cedera kepala
 Radang otak (ensefalitis)
 Multiple sclerosis

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi atau
memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi, yaitu:

 Usia 10–30 tahun


 Kelainan genetik
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Stres

Gejala Narkolepsi

Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang umum
terjadi:

1. Kantuk yang berlebihan pada siang hari

Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk tetap terjaga,
dan sulit berkonsentrasi.

131
2. Serangan tidur

Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan
kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur dapat
berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.

3. Katapleksi

Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah tungkai,
penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel. Kondisi ini dapat
terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu,
seperti terkejut, marah, atau tertawa.

4. Ketindihan (sleep paralysis)

Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara saat hendak
terbangun atau mulai tertidur.

5. Halusinasi

Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata,
terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti:

 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Binge eating disorder
 Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus

132
Gejala narkolepsi berbeda dengan hipersomnia. Pada hipersomnia, penderita masih
dapat terjaga walaupun merasakan kantuk berat. Selain itu, penderita hipersomnia
tidak mengalami sleep paralysis, halusinasi, dan katapleksi.

Proses tidur penderita narkolepsi berbeda dengan orang normal. Proses tidur yang
normal terbagi menjadi dua fase, yaitu fase REM (rapid eye movement) dan fase non-
REM, seperti dijelaskan di bawah ini:

Fase non-REM

Fase non-REM terdiri dari tiga tahap yang masing-masing tahapnya bisa berlangsung
selama 5–15 menit. Berikut adalah tahapannya:

 Tahap 1, yakni ketika mata telah tertutup. Meski begitu, orang yang masih
tertidur pada tahap ini masih mudah dibangunkan.
 Tahap 2, yakni ketika detak jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Hal
tersebut menjadi tanda bahwa tubuh telah siap untuk tahap tidur yang lebih
nyenyak.
 Tahap 3, yakni ketika orang yang tertidur akan lebih sulit untuk dibangunkan.
Jika dibangunkan, orang tersebut akan merasa linglung selama beberapa
menit.

Fase REM

Fase REM terjadi setelah seseorang tertidur selama 90 menit. Pada fase ini, detak
jatung dan napas akan bertambah cepat. Fase REM akan terjadi secara bergantian
dengan fase non-REM.

Fase REM tahap pertama biasanya akan terjadi selama 10 menit. Durasinya akan
terus bertambah pada tahap berikutnya hingga tahap terakhir yang bisa berlangsung
selama 1 jam.

133
Normalnya, orang yang tertidur akan memasuki fase non-REM terlebih dahulu.
Namun, pada penderita narkolepsi, proses tidur akan langsung memasuki fase REM,
baik saat bersiap untuk tidur maupun saat terbangun dan beraktivitas. Kondisi inilah
yang kemudian menimbulkan gejala narkolepsi.

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami rasa kantuk berlebihan pada


siang hari yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan ke dokter juga
disarankan jika narkolepsi tidak kunjung membaik setelah menjalani pengobatan atau
jika timbul gejala baru.

Diagnosis Narkolepsi

Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien
dan keluarga pasien. Setelah itu, dokter akan bertanya tentang kebiasaan tidur dan
gejala yang dialami pasien.

Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan lain, seperti tes tekanan darah dan tes darah. Pemeriksaan lanjutan
dengan menggunakan beberapa metode di bawah ini juga akan dilakukan untuk
mendeteksi tingkat keparahan kondisi pasien:

1. Epworth Sleepiness Scale(ESS)

Dokter akan menggunakan kuesioner untuk menilai besarnya kemungkinan pasien


tertidur ketika melakukan aktivitas yang berbeda, misalnya ketika duduk, membaca,
atau menonton televisi. Skor kuesioner bisa menjadi salah satu acuan dokter untuk
mendiagnosis dan mengukur keparahan kondisi.

134
2. Polisomnografi

Dalam metode ini, dokter akan memantau aktivitas listrik otak (elektroensefalografi),
jantung (elektrokardiografi), otot (elektromiografi), dan mata (elektrookulografi) saat
pasien tidur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasang elektroda di permukaan
tubuh pasien.

3. Multiple Sleep Latency Test(MSLT)

MSLT bertujuan untuk mengetahui lama waktu yang dibutuhkan oleh pasien untuk
tertidur pada siang hari. Pasien akan diminta untuk tidur pada siang hari sebanyak 4–
5 kali, kemudian dokter akan mengukur lama waktu yang pasien butuhkan untuk
mulai tertidur dan apakah pasien bisa memasuki fase REM dalam tidurnya.

Jika pasien dapat tidur dengan mudah dan memasuki fase tidur  REM dengan cepat,
maka besar kemungkinan pasien menderita narkolepsi.

4. Pengukuran tingkat hipokretin

Pemeriksaan ini dilakukan dengan meneliti sampel cairan otak dan tulang belakang
(cairan serebrospinal) yang diambil melalui prosedur pungsi lumbal, yaitu dengan
menyedot cairan dari tulang punggung bagian bawah menggunakan jarum.

Pengobatan Narkolepsi

Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya. Namun,


dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap terjaga dan
mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan begitu,
aktivitas pasien tidak terganggu.

Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-obatan.
Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia,

135
riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping
yang mungkin ditimbulkan.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:

 Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat


sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
 Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
 Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam tidur,
meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
 Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
 Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna meredakan
rasa kantuk pada siang hari

Komplikasi Narkolepsi

Narkolepsi dapat menimbulkan komplikasi yang berdampak pada fisik dan mental
penderitanya. Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

 Obesitas
Obesitas dapat disebabkan oleh pola makan yang berlebih dan kurang gerak
akibat sering tertidur.
 Penilaian negatif dari lingkungan sosial
Narkolepsi dapat membuat penderitanya mendapat penilaian negatif dari
lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, penderita mungkin akan dianggap
pemalas karena sering tertidur.

136
 Cedera
Risiko cedera dapat terjadi jika serangan tidur muncul di saat yang tidak tepat,
misalnya ketika mengemudi atau memasak.
 Gangguan konsentrasi dan daya ingat
Narkolepsi yang tidak ditangani dengan baik dapat menurunkan konsentrasi
dan daya ingat. Kondisi ini bisa membuat penderita sulit mengerjakan tugas
atau pekerjaan di sekolah atau kantor.

Komplikasi akibat narkolepsi bisa dihindari dengan berolahraga secara rutin untuk
mencegah obesitas, tidak mengemudi atau mengoperasikan alat berbahaya agar
terhindar dari cedera, dan memberikan penjelasan kepada orang-orang di sekitar
tentang kondisi yang dialami untuk menghindari penilaian negatif.

Pencegahan Narkolepsi

Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu
mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya gejala
narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa  dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk
pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:

 Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
 Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
 Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak sebelum
tidur.
 Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.

137
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi narkolepsi melibatkan adanya defisiensi orexin atau hipokretin di


hipotalamus lateral yang dibuktikan oleh adanya penurunan kadar orexin dalam
cairan serebrospinal pasien dengan narkolepsi.

APNEA SAAT TIDUR

Pengertian Sleep Apnea

Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang


terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup.

Faktor Risiko Sleep Apnea

Sleep apnea dapat menyerang siapa saja, bahkan anak-anak. Tetapi faktor-faktor


tertentu meningkatkan risiko.

1. Obstructive Sleep Apnea

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko bentuk sleep apnea obstruktif termasuk:

 Kelebihan berat badan. Obesitas sangat meningkatkan risiko sleep apnea.


Deposit lemak di sekitar saluran napas bagian atas dapat menghalangi
pernapasan.

138
 Lingkar leher. Orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran
udara yang lebih sempit.

 Sebuah saluran udara yang sempit. Beberapa pengidap mungkin mewarisi


tenggorokan yang sempit. Amandel atau kelenjar gondok juga dapat
memperbesar dan menghalangi jalan napas, terutama pada anak-anak.

 Jenis kelamin. Pria dua sampai tiga kali lebih berisiko mengalami sleep
apnea daripada wanita. Namun, wanita mengalami peningkatan risiko jika
mereka kelebihan berat badan dan risiko mereka juga tampaknya meningkat
setelah menopause.

 Sleep apnea terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.

 Riwayat keluarga. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan sleep apnea
berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama.

 Penggunaan alkohol atau obat penenang. Zat-zat ini mengendurkan otot-otot


di tenggorokan yang dapat memperburuk Sleep Apnea Obstruktif.

 Perokok tiga kali lebih berisiko mengalami sleep apnea obstruktif daripada


orang yang tidak pernah merokok. Hal ini karena merokok dapat
meningkatkan jumlah peradangan dan retensi cairan di saluran napas bagian
atas.

 Hidung tersumbat. Jika mengalami kesulitan bernapas melalui hidung - baik


dari masalah anatomi atau alergi - mungkin mengalami Sleep
Apnea Obstruktif.

2. Central Sleep Apnea

Faktor risiko untuk bentuk sleep apnea jenis ini termasuk:

139
 Orang paruh baya dan yang lebih tua memiliki risiko sleep apnea sentral yang
lebih tinggi.

 Jenis kelamin. Sleep apnea sentral lebih sering terjadi pada pria daripada pada
wanita.

 Gangguan jantung. Memiliki gagal jantung kongestif meningkatkan risiko.

 Menggunakan obat nyeri narkotik. Mengonsumsi obat opioid, terutama yang


tahan lama bisa meningkatkan risiko sleep apnea sentral.

 Stroke meningkatkan risiko munculnya Sleep Apnea Sentral.

Penyebab Sleep Apnea

Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:

 Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling


sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya karena
jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.

 Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini,
tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat kontrol
pernapasan yang ada di otak.

 Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent


central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan CSA.

Gejala Sleep Apnea

Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:

 Dengkuran keras.

140
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.

 Terengah-engah dalam tidur.

 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.

 Nyeri kepala saat bangun tidur.

 Sulit mempertahankan tidur.

 Mengantuk saat siang hari.

 Sulit konsentrasi.

 Iritabilitas.

Diagnosis Sleep Apnea

Jika kamu mengalami gejala sleep apnea, dokter mungkin akan meminta kamu untuk
menjalani tes sleep apnea, yang disebut Polysomnogram. Tindakan tersebut dapat
dilakukan di pusat gangguan tidur atau bahkan di rumah.

Polysomnogram atau studi tidur adalah tes multi-komponen yang mentransmisikan


secara elektronik dan mencatat aktivitas fisik tertentu saat tidur. Rekaman tersebut
kemudian akan dianalisis oleh spesialis tidur untuk menentukan apakah pengidap
mengalami sleep apnea atau jenis gangguan tidur lainnya.

Tes tidur juga dapat dilakukan sendiri di rumah. Dokter akan memberi tes yang sudah
disederhanakan untuk mendiagnosis sleep apnea di rumah. Tes-tes ini biasanya
mengukur detak jantung, tingkat oksigen darah, aliran udara dan pola pernapasan.

Jika hasilnya tidak normal, dokter mungkin dapat meresepkan terapi tanpa pengujian
lebih lanjut. Sayangnya, perangkat pemantauan portabel tidak bisa mendeteksi semua

141
kasus sleep apnea. Namun, dokter mungkin masih merekomendasikan
polysomnography bahkan jika hasil awalnya normal.

Jika penyebab sleep apnea sudah diketahui, pengidap mungkin diminta untuk


melakukan pemeriksaan tidur lebih lanjut untuk menentukan pilihan perawatan
terbaik.

Komplikasi Sleep Apnea

Jangan sepelekan sleep apnea, karena gangguan tidur ini bisa menyebabkan beberapa
komplikasi, sebagai berikut:

 Kelelahan di siang hari.

 Tekanan darah tinggi atau masalah jantung.

 Diabetes tipe 2.

 Masalah hati.

Pengobatan Sleep Apnea

Beberapa kasus sleep apnea yang lebih ringan, dokter mungkin hanya menyarankan


perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan atau berhenti merokok. Jika
memiliki alergi hidung, dokter akan merekomendasikan perawatan untuk alergi.

Jika tindakan ini tidak memperbaiki tanda dan gejala atau jika kondisi ada pada fase
sedang hingga berat, sejumlah perawatan lain mungkin tersedia.

Perangkat tertentu dapat membantu membuka saluran udara yang tersumbat. Dalam
kasus lain, operasi mungkin diperlukan.

Terapi lain termasuk:

142
 Tekanan saluran udara positif berkelanjutan (CPAP). Jika mengalami sleep
apnea sedang hingga parah, pengidap mungkin mendapat manfaat dari
menggunakan mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker saat
tidur. Dengan CPAP (SEE-pap), tekanan udara agak lebih besar daripada
udara di sekitarnya dan hanya cukup untuk menjaga saluran udara bagian atas
terbuka, mencegah apnea dan mendengkur.

 Perangkat mulut, biasanya adalah perangkat yang disesuaikan dengan


kebutuhan khusus yang dipakai saat tidur. Ada dua jenis perangkat mulut
yang bekerja berbeda untuk membuka saluran udara bagian atas. Beberapa
perangkat mulut hibrida memiliki fitur dari kedua jenis.

o Mandibular repositioning mouthpieces adalah perangkat yang


menutupi gigi atas dan bawah dan menahan rahang pada posisi yang
mencegahnya menghalangi saluran udara bagian atas.

o Perangkat penahan lidah adalah perangkat mulut yang menahan lidah


dalam posisi depan untuk mencegahnya menghalangi saluran udara
bagian atas.

 Pada kasus sleep apnea ringan atau sleep apnea yang hanya terjadi ketika


berbaring telengtang, dokter mungkin akan memberikan perangkat mulut.
Untuk mendapatkan perangkat tersebut, dokter dapat merujuk kamu ke dokter
gigi. Para spesialis ini akan memastikan bahwa alat oral sesuai dengan mulut
dan rahang.

 Pemasangan implan dapat membantu mengatasi sleep apnea bagi beberapa


orang. Beberapa perangkat dapat mengobati apnea tidur obstruktif dan sentral.
Pengidap harus menjalani operasi untuk menempatkan implan di tubuh.
Perangkat akan mendeteksi pola pernapasan dan memberikan rangsangan
ringan untuk otot-otot tertentu yang membuka saluran udara selama tidur.

143
 Stimulator saraf juga dapat mengobati apnea tidur. Perawatan ini juga
melibatkan operasi. Seorang ahli bedah akan memasukkan stimulator untuk
saraf hypoglossal yang mengontrol gerakan lidah. Meningkatkan rangsangan
saraf ini membantu posisi lidah untuk menjaga saluran udara bagian atas
terbuka.

 Terapi untuk otot mulut dan wajah dapat membantu memperbaiki posisi otot
dan menguatkan otot yang mengendalikan bibir, lidah, langit-langit lunak,
dinding faring lateral, dan wajah.

 Terapi surgikal meliputi pengangkatan tonsil (tonsilektomi), maxillary or jaw


advancement. Operasi dilakukan untuk memindahkan posisi rahang atas
(maksila) dan rahang bawah (mandibula) ke arah depan dengan tujuan
memperluas saluran napas atas. Trakeostomi juga dapat dilakukan dengan
cara membuat lubang dari leher menembus ke trakea yang setelahnya akan
dipasangkan tracheal tube untuk membantu melancarkan pernapasan.

Pencegahan Sleep Apnea

Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara memiliki
pola makan sehat, berhenti merokok, dan membatasi asupan alkohol

Kapan Harus ke Dokter?

Ketika kamu mengalami gangguan dalam tidur, sebaiknya segera memeriksakan diri
ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

MENGIGAU

Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.


Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,
gumaman, hingga mengoceh.

144
Penyebab

1. Stres secara emosional

Orang umumnya mengigau saat sedang stres, terutama saat sedang mengalami stres
berkepanjangan yang bisa membuatnya merasa cemas dan mengalami gangguan
tidur, seperti insomnia. Seseorang yang menderita depresi juga kerap kali mengigau
saat tidur.

2. Kurang tidur

Umumnya, kebutuhan tidur orang dewasa adalah sekitar 7 jam setiap hari. Bila


kebutuhan tidur tersebut tidak terpenuhi, fungsi otak akan terganggu. Akibatnya, bisa
terjadi gangguan tidur, termasuk mengigau.

3. Sedang sakit atau demam

Saat kita sedang sakit atau demam, respons imun tubuh kita akan meningkat,
terutama di malam hari. Menjadi sering terbangun ketika tidur adalah satu akibat dari
kondisi ini. Nah, hal ini juga bisa memicu seseorang menjadi mengigau.

4. Konsumsi obat-obatan tertentu

Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, beta-blocker, prednisone,


kafein, obat hormonal, atau obat penenang, juga dapat meningkatkan risikomu
mengalami gangguan tidur, termasuk mengigau.

Selain keempat hal di atas, orang dewasa dengan gangguan mental, orang yang
mengonsumsi alkohol berlebihan, dan faktor genetik juga dapat meningkatkan
kemungkinan seseorang untuk mengigau.

145
Jika kamu sangat sering mengigau, teman tidurmu atau pasanganmu mungkin akan
menjadi kurang nyaman. Tak hanya itu saja, kamu juga bisa malu karena ucapan saat
mengigau yang tidak kamu sadari. Oleh karena itu, untuk membantu mengatasinya,
kamu bisa mencoba beberapa cara berikut:

 Kelola stres dengan cara baik.


 Cukupi kebutuhan tidur.
 Konsumsi makanan bergizi seimbang.
 Batasi konsumsi alkohol.
 Lakukan meditasi atau yoga.

Jika setelah melakukan beberapa cara di atas tapi mengigau yang dialami tak kunjung
mereda atau malah semakin sering, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter agar
bisa diberikan penanangan yang sesuai dengan kondisimu.

PENCEGAHAN MENGIGAU

1. Hindari stres. Menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur bisa dilakukan dengan


menghindari stres
2. Perbaiki jam tidur Anda. Kurang tidur bisa meningkatkan kemungkinan Anda
untuk mengigau
3. Memasang White Noise
4. 4. Berkonsultasi ke dokter.

146
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/insomnia

https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/parasomnia

https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/parasomnia/penatalaksanaan

https://www.alodokter.com/hipersomnia

https://www.alodokter.com/narkolepsi

https://www.halodoc.com/kesehatan/sleep-apnea

https://www.alodokter.com/sering-mengigau-saat-tidur-ini-kemungkinan-
penyebabnya

147
MAKALAH

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Keperawatan Dasar”
Dosen : Elfida. SKM, MPH
NIP : 196810211988032001

148
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Azqal Azqiya
Nim : P003202222061

POLTEKKES KEMENKES ACEH

PRODI KEPERAWATAN KOTA LANGSA

TAHUN AJARAN

2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah
Keperawatan Dasar Dengan judul “Gangguan istirahat tidur”. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Dasar yang
telah memberikan tugas ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan agar
menjadi lebih baik lagi dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

149
Disusun Oleh :

Muhammad Azqal Azqiya

BAB I

PENDAHULUAN

150
A. Latar Belakang
Tidur dan istirahat merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Hanya dengan istirahat dan tidur cukup, tubuh dapat melaksanakan
fungsinya secara optimal. Ada perbedaan pengertian antara tidur dan
istirahat, meskipun keduanya sama yaitu membuat tubuh rileks. Tidur adalah
suatu keadaan tak sadarkan diri namun dapat dibangunkan dengan
stimulus yang sesuai. Pendapat lain menjelaskan bahwa tidur adalah
perubahan proses fisiologis tubuh dan menurunnya tanggapan terhadap
rangsangan dari luar.

Karakteristik tidur ditandai dengan aktivitas tubuh minimal,


tingkat kesadaran bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh dan
penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Orang yang sakit sering kali
tidak bisa tidur karena sering merasakan nyeri. Jika seseorang tidak tidur
maka waktu tidur berikutnya akan lebih lama. Pengertian istirahat adalah
bersantai menyegarkan diri atau diamdan tak ada kegiatan. Pengertian lainnya
adalah melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan, atau
menjengkelkan serta mengurangi kegiatan sehingga badan terasa segar
kembali. Keadaan istirahat tersebut tidak sampai tertidur.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian gangguan istirahat tidur ?
2. Apa saja gangguan istirahat tidur ?
3. Apa saja penyebab gangguan istirahat tidur ?
4. Apa saja tanda dan gejala gangguan istirahat tidur ?
5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan istirahat tidur ?
6. Bagaimana cara mencegah gangguan istirahat tidur ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gangguan istirahat tidur.
2. Mengetahui apa saja gangguan istirahat tidur.

151
3. Mengetahui penyebab gangguan istirahat tidur.
4. Mengetahui tanda dan gejala gangguan istirahat tidur.
5. Mengetahui penatalaksanaan gangguan istirahat tidur.
6. Mengetahui cara mencegah gangguan istirahat tidur.
BAB II
PEMBAHASAN

Istirahat tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang


mendasari pemenuhan kebutuhan selanjutnya. Istirahat tidur sangat
dibutuhkan manusia dalam keadaan sehat terlebih pada keadaan sakit. Begitu
juga pada pasien diabetes melitus bahwa kebutuhan istirahat tidur dapat
membantu mengontrol kadar gula darah. Menurut Cunha., et al, (2008) bahwa
pasien diabetes melitus dapat mengalami gangguan istirahat tidur atau
insomnia yang disebabkan karena gangguan metabolisme sehingga
menyebabkan diuresis osmosis dan dehidrasi dengan manifestasi nokturia
serta gangguan stres dan kecemasan sehingga menurunkan waktu istirahat
tidur. Pada pasien diabetes melitus yang mengalami insomnia dapat
menyebabkan kurang optimalnya manajemen pengobatan diabetes mellitus.
A. Insomnia
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun
terlalu awal tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur
(Puspitosari, 2008). Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur
(insomnia) akan berkurang kuantitas dan kualitas tidurnya.
Berikut beberapa hal yang dapat menjadi penyebab insomnia
menurut Widya (2016) :
1. Stres situasional
2. Jet lag (kantuk pada siang hari,sulit tidur pada malam
hari)

152
3. Penyakit tertentu, seperti penyakit alzheimer
4. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
5. Kebiasaan tidur yang buruk
Gejala insomnia disebabkan oleh adanya gangguan
emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan
oleh banyak faktor, misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress
psikologis, obat, nutrisi, motivasi, merokok dan alkohol. Kurang
tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat
mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan
mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga
menjadi mudah terserang penyakit (Lanywati, 2001).
Menurut Widya (2016), terdapat 15 tanda-tanda umum
insomnia yaitu sebagai berikut:
1. Adanya gangguan tidur yang bervariasi dari ringan
sampai parah
2. Sulit jatuh dalam fase tidur
3. Sering terbangun di malam hari
4. Saat terbangun sulit untuk tidur kembali
5. Terbangun terlalu pagi
6. Terbangun terlalu cepat
7. Tidur yang tidak memulihkan
8. Pikiran seolah dipenuhi berbagai hal
9. Selalu kelelahan di siang hari
10. Penat
11. Mengantuk
12. Sulit berkonsentrasi
13. Lekas marah atau emosi
14. Merasa tak pernah mendapat tidur yang cukup
15. Sering sakit atau nyeri kepala

153
Pencegahan yang dilakukan oleh orang-orang dengan me
punyai insomnia agar tidak terjadi insomnia adalah membuat jadwal
tidur, membiasakan tidur tepat waktu, minum susu, mengurangi
kafein seperti kopi dan teh, yang membuat kita menjadi tenang.
Adapun penanganan insomnia yaitu dengan mengoptimalkan
pola tidur yang sehat. Fokus utama dari pengobatan insomnia harus
diarahkan pada identifikasi faktor penyebab. Setelah faktor
penyebab teridentifikasi maka penting untuk mengontrol dan
mengelola masalah yang mendasarinya. Identifikasi faktor
penyebab yaitu dengan mengoptimalkan penanganan gangguan
medis, psikiatri serta penanganan nyeri, menangani gangguan tidur
primer, dan penyalahgunaan obat-obatan, jika mungkin dilakukan,
mengurangi atau menghentikan obat-obatan yang diketahui
memiliki efek yang mempengaruhi fungsi tidur, insomnia kronis
dapat disembuhkan jika penyebab medis atau psikiatri di evaluasi
dan diobati dengan benar (Guyton & Hall, 2016)

B. Parasomnia
Parasomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang
ditandai dengan peristiwa motorik, verbal atau perilaku yang
tidak menyenangkan dan tidak menyenangkan yang terjadi
selama transisi tidur atau bangun ke tidur. Klasifikasi dari
parasomnia menurut U.S Department of Health and Human
Services antara lain:
1. Sleep Walking (berjalan saat tidur)
Sleep walking atau berjalan saat tidur adalah hal biasa pada
anak-anak. Ratarata usia anak dengan gangguan ini adalah

154
sekitar 5-7 tahun. Anak tidak mengingat kejadian yang
dialaminya saat tidur, biasanya disertai dengan night terror
2. Night terrors
Night terrors adalah keadaan dimana seseorang tiba-tiba
merasa takut. Hal ini ditandai dengan teriakan keras dan
disertai dengan peningkatan kerja system saraf otonom,
seperti berkeringat, peningkatan tekanan darah, dan
takikardia. Fobia tidur biasanya terjadi pada remaja. Dalam
beberapa penelitian, kecemasan dikaitkan dengan kondisi ini
3. Sleep talking
Bicara saat tidur adalah jenis parasomnia yang paling umum.
Anak usia 3-13 tahun paling sering mengalami gangguan ini.

Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui


dengan jelas. Meski demikian, faktor genetik diduga berperan
karena banyak kasus parasomnia terjadi menurun dalam riwayat
kesehatan keluarga. Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan
seseorang rentan mengalami parasomnia adalah :
1. Sedang tertekan atau stres
2. Penderita memiliki gangguan post-traumatic stress disorder
3. Efek samping obat tertentu
4. Pengguna narkoba
5. Kebiasaan mengonsumsi alcohol

Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur


yang dialami. Bila parasomnia yang dialami adalah gangguan tidur
berjalan, maka hal yang paling penting adalah memastikan bahwa
lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain itu, keluarga dapat

155
memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk mencegah
penderita gangguan tidur berjalan membahayakan dirinya.
Selain itu, secara umum, dokter dapat memberikan obat-
obatan untuk membantu penderita agar tidur lebih nyenyak.
Sebagian besar parasomnia akan hilang dengan sendirinya seiring
bertambah usia.
Pencegahan hingga saat ini belum ada hal yang dapat
mencegah parasomnia.

C. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan salah satu gejala gangguan tidur yang
dapat diartikan sebagai kantuk berlebih. Hipersomnia sering
ditemui namun sering diabaikan. Hipersomnia merupakan kebalikan
dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari
atau keterlambatan waktu bangun. Hipersomnia primer merupakan
suatu keadaan dimana seorang individu memiliki rasa kantuk yang
berlebihan sepanjang hari dan berlangsung beberapa bulan lamanya.
Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai
mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab di siang
hari. Penderita hipersomnia mengalami durasi serangan sekitar 1-2
jam. Berbeda dengan narkolepsi, hipersomnia masih bisa dikontrol
atau ditahan, jarang terjadi di tempat asing, dan saat tidur di jam
malam akan berlangsung lebih lama dan dalam. Hipersomnia dapat
disebabkan oleh banyak faktor.
Hipersomnia dapat disebabkan oleh buruknya kualitas tidur
akibat gangguan tidur yang diderita, seperti insomnia, sindroma
tungkai gelisah, dan sleep apnea (berhenti bernapas saat tidur).
Dapat juga disebabkan oleh banyak penyakit (seperti sclerosis,
epilepsi, depresi), penggunaan obat tertentu, gangguan tidur, kadar

156
ureum kreatinin yang tinggi (gagal ginjal) dan kadar besi dalam
darah yang kurang, gangguan pada bagian otak (talamus), kelainan
langka (Sindrom Kleine-Levin Sleep), dan obesitas. Selain itu dapat
disebabkan karena stres dan depresi, kelelahan, kebiasaan
begadang, ketergantungan obat yang dapat menjadi penyebab
terganggunya pola tidur, hingga idiopatik atau belum diketahui
penyebabnya.
Penderita Hipersomnia memiliki beberapa gejala, namun gejala
ini tidak dapat dijadikan sebagai diagnosa karena dapat juga gejala
tersebut terjadi diakibatkan factor lain. Hipersomnia dapat berupa:
merasa lelah yang hebat sepanjang hari, selalu ingin tidur di siang
hari, tetap merasa mengantuk walaupun telah tidur malam dan tidur
siang yang cukup, kesulitan berpikir dan membuat keputusan,
pikiran tidak jernih, apati (kurang emosi, motivasi, atau
antusiasme), sulit konsentrasi dan mengingat, libido menurun.
Hipersomnia dapat ditandai dengan tidur malam yang panjang,
sangat sulit dibangunkan jika sudah tidur siang dan merasa kurang
segar saat bangun, sakit kepala, sering pingsan, serta hipotensi
ortostatik (penurunan tekanan darah yang abnormal saat berdiri ).
Gejalanya yang lebih mudah dikenali jika seseorang yang tertidur 8-
12 jam dan orang tersebut memiliki kesulitan untuk terbangun di
pagi hari. Jika setelah makan siang kita merasa mengantuk, itu
adalah hal yang wajar. Karena pada saat itu, jam biologis kita
sedang menurunkan kewaspadaannya. Namun, bila setelah makan
siang merasa mengantuk hinggal sulit berpikir dan berkonsentrasi,
itu juga dapat menjadi tanda seseorang mengidap hipersomnia.

157
Hipersomnia dapat diatasi bila penderita mulai menerapkan
manajemen diri sedini mungkin. Untuk mengatasi hipersomnia ada
banyak cara yang bisa dilakukan, diantaranya:
1. Kembalikan pola tidur
Memaksakan pola tidur kembali ke pola yang benar merupakan
solusi yang paling utama. Tidur yang baik adalah 6-7 jam dan
beranjak tidur tidak lebih dari jam 10 malam. Bangunlah
sebelum Fajar terbit atau sekitar jam 4-5 pagi.
2. Olahraga yang teratur
Apabila tubuh terbiasa dengan olahraga, maka akan memiliki
metabolisme yang seimbang, sehingga sistem Hormonal dalam
tubuh akan normal dan otak akan bekerja dengan optimal.
3. Konsumsi asupan gizi yang baik
Asupan gizi yang baik akan membuat susunan kimia dalam otak
akan seimbang, sehingga rasa kantuk hanya akan muncul pada
waktu yang semestinya saja.
4. Konsultasi dengan dokter
Apabila ketiga solusi di atas sudah dijalankan namun rasa kantuk
yang berlebih masih terasa, segera kunjungi dokter agar keluhan
gangguan tidur dapat diobati dengan baik. (Saputa, 2013).

D. Narkolepsi
Narkolepsi dalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai
serangan tidur, dimana penderitanya amat sulit mempertahankan
keadaan sadar. Hampir sepanjang waktu ia mengantuk. Rasa kantuk
biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu
singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam
hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.

158
Penderita bisa mengalami kelumpuhan sementara tanpa disertai
penurunan kesadaran (keadaan seperti ini disebut katapleksi)
sebagai respon terhadap suatu reaksi emosional mendadak, seperti
kemarahan, ketakutan, kegembiraan, tertawa atau kejutan. Berjalan
menjadi tumpang, menatuhkan barang yang sedang dipegang atau
akan terjatuh ke tanah.
Penderita juga bisa mengalami episode kelumpuhan tidur,
dimana ketika baru saja tertidur atau segera sesudah terbangun,
penderita merasakan tidak dapat bergerak. Dan juga dapat
mengalami halusinasi (melihat atau mendengar benda yang
sesungguhnya tidak ada).
penyebab dari narkolepsi sampai saat ini belum dapat
diketahui. Namun meskipun penyebabnya belum dapat diketahui
secara pasti, bukti menunjukkan bahwa narkolepsi bisa berasal dari
genetik. Karena kelainan ini cenderung ditemui dalam satu
keluarga.
Gejala pada gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja
atau dewasa muda dan menetap seumur hidup. Rasa ingin tidur bisa
terjadi beberapa kali dalam seari. Tetapi sekali tidur, penderita
biasanya dapat dengan mudah dibangunkan. Serangan bisa terjadi
beberapa kali dalam sehari, juga sering terjadi pada keadaan
monoton. Seperti saat rapat yang membosankan atau mengemudi
mobil dalam jarak jauh.
Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala
narkolepsi. Anda bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah
ini:
1. Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang
sama setiap hari, termasuk akhir pekan.

159
2. Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara
teratur sepanjang hari. Tidur siang 20 menit pada waktu
strategis sepanjang hari mungkin akan menyegarkan dan
mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.
3. Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan
ini, terutama pada malam hari, dapat memperburuk tanda-
tanda dan gejala Anda.
4. Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur
setidaknya empat sampai lima jam sebelum tidur dapat
membantu Anda merasa lebih terjaga di siang hari dan
tidur lebih baik di malam hari. (Nugroho, 2012).

Untuk sementara, ada dua cara yang dapat digunakan untuk


pengobatan narkolepsi, yaitu:
1. Yoga
2. Menggunakan obat-obatan.

E. Apnea
Gangguan napas saat tidur (Obstruktive Sleep Apnea, OSA)
adalah sekelompok gangguan yang ditandai dengan kesulitan
bernapas saat tidur. diakibatkan karena penyempitan sebagian
ataupun seluruhnya dari tenggorokan yang dapat menyebabkan
henti napas 10 sampai 20 detik atau beberapa kali dalam satu
malam (Lam et al., 2010) . Gangguan napas saat tidur
berhubungan dengan
penurunan kualitas hidup dan dapat memicu timbulnya sejumlah
penyakit berbahaya seperti meningkatkan risiko dua kali terkena

160
hipertensi, jantung koroner, stroke pada usia muda, disfungsi
seksual, bahkan kematian mendadak.
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah
beberapa jenis sleep apnea menurut penyebabnya:
1. Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang
tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran
pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas,
misalnya karena lidah tertelan.
2. Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat
mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol
pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa
bernapas selama beberapa waktu.
3. Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive
sleep apnea dan central sleep apnea.

Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea


sedang tidur adalah:
1. Mengorok dengan keras
2. Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang
tidur
3. Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak
napas saat sedang tidur
4. Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-
batuk di malam hari
5. Sulit tidur (insomnia)

161
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea
juga bisa merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:

1. Terbangun dengan mulut yang terasa kering


2. Sakit kepala ketika baru bangun tidur
3. Merasa sangat mengantuk di siang hari
4. Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat
sesuatu
5. Mengalami perubahan mood dan mudah marah
6. Mengalami penurunan libido

Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol


faktor risikonya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah
dengan berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
Apabila Anda sulit berhenti merokok atau menderita kecanduan
alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan
tingkat keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea
ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya dengan
menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti
mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengubah posisi tidur
menjadi menyamping atau tengkurap.

F. Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang
mengalami kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau
mengucapkan sesuatu yang tidak jelas.
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu
stres, depresi, kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman

162
beralkohol, dan bahkan demam di siang hari. Selain itu, mengigau
dapat terjadi karena adanya faktor-faktor psikologis lainnya.
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang
mengigau, antara lain:
1. Sedang menggunakan obat tertentu
2. Tekanan emosional
3. Demam
4. Gangguan kesehatan mental
5. Penyalahgunaan zat terlarang
Ngigo atau mengigau adalah salah satu kebiasaan tidur
yang dianggap wajar oleh kebanyakan orang. Meskipun
demikian, kebiasaan yang satu ini bisa dikatakan cukup
mengganggu dan bisa menjadi hal yang memalukan bagi
‘penderitanya’. Ini cara mengatasi mengigau atau ngigo yang
mudah dan ampuh:
1. Pastikan istirahat selalu cukup
2. Usahan tidur yang cukup
3. Hindari konsumsi kafein dan alcohol
4. Berolahraga
5. Hindari stress
6. Konsumsi makanan bergizi
7. Ciptakan pola tidur yang nyaman. (Purwanto, 2008).

163
DAFTAR PUSTAKA

Cunha et al (2008). Jurnal keperawatan. Jakarta

Guyton & Hall (2016). Penanganan Insomnia. EGC

Lanywati (2009). Insomnia jurnal. Buku Ajar Keperawatan

Lam et al (2010). Jurnal Apnea. PT erlangga

Nugroho (2012). Makalah Narkolepsi.

Purwanto (2008). Buku Ajar Keperawatan. EGC

Puspitosari (2008). Jurnal Insomnia. Buku Biru

Saputra (2013). Jurnal Hipersomnia. EGC

U.S Departement Of Healt and Human Services

Widya (2016). Penyebab dan tanda gejala Insomnia. Buku Saku Keperawatan.

164
MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR

Dosen Pembimbing : ELFIDA,SKM,MPH

DISUSUN OLEH:

SEPTY KHALISTA (P00320222073)

TINGKAT I B

POLTEKES KEMENKES ACEH PRODI KEPARAWATAN KOTA LANGSA


TAHUN AJARAN 2022/2023

165
INSOMANIA

Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi ketika seseorang mengalami


kesulitan untuk tidur. Kondisi ini membuat pengidapnya tidak memiliki waktu tidur
yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut menyebabkan kondisi fisik pengidap insomnia
menjadi tidak cukup fit untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.

Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang (kronis).
Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami untuk
memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui siklus yang
bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata cepat.

Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam. Satu
siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali empat tahap
tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu, dilanjutkan dengan
tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.

Penyebab Insomnia

Biasanya, jenis insomnia yang dialami seseorang banyak berkaitan dengan penyebab
insomnia yang mendasarinya. Ada dua jenis insomnia, yakni insomnia akut dan
kronis. Nah, beberapa kemungkinan penyebab insomnia akut, antara lain:

- Mengalami stress.
- Mengingat peristiwa yang traumatis.
- Terjadinya perubahan kebiasaan tidur, seperti tinggal di rumah baru.
- Mengalami jet lag atau mabuk setelah naik pesawat.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat dari:

- Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung.

166
- Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan penggunaan
zat.
- Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya.
- Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, kanker, penyakit refluks
gastroesofagus (GERD), atau penyakit kardiovaskular.
Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer tidak
diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat terjadi,
seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat tertentu, serta
mengidap diabetes.

Gejala Insomnia

Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga
menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap
orang.

Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan. Gejala-
gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di antaranya:

- Sulit untuk merasakan ngantuk dan tidak bisa tertidur.


- Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur kembali.
- Merasa lelah, emosional, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa melakukan
aktivitas secara baik pada siang hari.
- Tidak bisa tidur siang, meskipun tubuh terasa lelah.
Patofiologi insomnia

167
Patofisiologi pasti gangguan tidur masih belum diketahui, namun diperkirakan
melibatkan faktor neurobiologis dan psikologis, yang mencakup faktor perilaku,
kognitif, emosional, dan genetik.

Model Neurokognitif

Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi gangguan tidur
adalah model neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor predisposisi,
presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor yang mendasari
berkembangnya insomnia dan menjadikannya gangguan kronik.

Penatalaksanaan insomnia

Penatalaksanaan gangguan tidur dimulai dari pendekatan nonfarmakologi, yang


mencakup sleep hygiene dan sleep restriction. Terapi farmakologi yang dapat
digunakan untuk membantu mengurangi gejala gangguan tidur antara lain
benzodiazepine, agonis reseptor melatonin, dan Z-drugs.

Terapi Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi untuk gangguan tidur dapat berupa sleep hygiene, cognitive
behavioral therapy, dan stimulus control therapy.

Pencegahan insomnia

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah insomnia, antara lain:

- Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari, termasuk
saat akhir pecan
- Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi makanan
sehat, termasuk sayuran dan buah-buahan
- Berolahraga secara rutin, tetapi tidak dekat waktu tidur
- Membatasi waktu tidur siang

168
- Menjaga kenyamanan dan suhu kamar tidur, serta usahakan hanya masuk ke
kamar bila ingin tidur
- Membuat tubuh terasa rileks sebelum tidur, misalnya dengan mandi air hangat
atau membaca buku
- Memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter, terutama jika memiliki
penyakit kronis yang memerlukan kontrol rutin
PARASOMNIA

Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya episode abnormal saat
tidur. Beberapa episode abnormal yang dimaksud antara lain berjalan saat tidur,
mimpi buruk, atau paralisis (yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan).

Terdapat berbagai macam gangguan tidur yang termasuk parasomnia. Beberapa


gangguan yang paling sering ditemui adalah:

• Gangguan tidur berjalan (sleep-walking), atau disebut juga somnambulisme

• Nightmare

• Night terror

Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis (mengompol), halusinasi
tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih banyak dialami oleh anak-anak
dibandingkan dengan orang dewasa.

Gejala

Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan gejala lain,
seperti:

- bangun dengan bingung atau disorientasi


- melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
- menemukan luka asing di tubuh

169
- sulit tidur sepanjang malam
- mengantuk atau kelalahan di siang hari.
Penyebab

Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui dengan jelas. Meski
demikian, faktor genetik diduga berperan karena banyak kasus parasomnia terjadi
menurun dalam riwayat kesehatan keluarga.

Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan mengalami parasomnia
adalah:

• Sedang tertekan atau stres

• Penderita memiliki gangguan post-traumatic stress disorder

• Efek samping obat tertentu

• Pengguna narkoba

• Kebiasaan mengonsumsi alcohol.

Patofisiologi parasomnia

Patofisiologi parasomnia berhubungan dengan gangguan transisi antara siklus tidur


baik fase terjaga, non-rapid eye movement (NREM), maupun rapid eye movement
(REM). Tidur merupakan proses yang dibutuhkan untuk menjaga fungsi otak.
Gangguan tidur akan menyebabkan gangguan proses pikir, gangguan mood, dan
gangguan fisiologis lain.

Fisiologi Tidur

170
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non–rapid eye
movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi fase 1, fase 2, dan fase 3, yang kemudian masuk ke fase REM.

Penatalaksanaan parasomnia

Penatalaksanaan parasomnia meliputi pendekatan psikoterapi seperti “imagery


rehearsal” serta farmakologi seperti benzodiazepine bila diperlukan. Langkah awal
penatalaksanaan parasomnia adalah menangani komorbid dari parasomnia atau
kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia, misalnya penghentian obat
hipnotik sedatif, antipsikotik, atau antidepresan.

Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik. Tata laksana
umum meliputi edukasi dan profilaksis. Secara spesifik, tata laksana parasomnia
meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan farmakoterapi.

HIPERSOMNIA

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari.

Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang hari. Gangguan
tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup pengidapnya.
Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan kecelakaan.

Gejala Hipersomnia

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

- Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.

171
- Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang
hari.
- Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
- Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
- Kerap merasa cemas dan lekas marah.
- Energi berkurang.
- Merasa gelisah.
- Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
- Mengalami masalah memori.
- Sakit kepala.
- Kehilangan selera makan.
- Mengalami halusinasi.
Penyebab hipersomnia

Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi dua


jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.

a. Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat
kondisi berikut:
1. Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang
dipicu oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat
kimia otak, dan cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga
disebut orexin).
Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan

172
menyegarkan, dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan
hipersomnolen. Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25
tahun.

2. Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki
gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal.
Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa remaja.

3. Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya
terjadi dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap
episode dapat berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa
episode berlangsung beberapa minggu hingga bulan dan berulang
beberapa kali dalam setahun.
Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan
episode mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.

4. Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik
berarti pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak
diketahui, bahkan setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9
hingga 10 jam).
b. Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
1. Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk
epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson,
obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem

173
ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik lainnya.
Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi
musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga
bisa memicu terjadinya hipersomnia.

2. Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol


Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat
bantu tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson,
relaksan otot rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat
menyebabkan hipersomnia.
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan
untuk mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat
menjadi penyebab hipersomnia.

3. Hipersomnia karena kurang tidur


Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling
sering dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak
mendapatkan cukup tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam
untuk orang dewasa).

Patofisiologi
Hipersomnia dapat terjadi akibat kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,
gangguan pada hati dan ginjal atau ganggguan metabolism (misalnya hipertiroidisme )
Pencegahan Hipersomnia
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia adalah
penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan beberapa cara
berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:
- Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi baik,
suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
- Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat

174
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
- Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan sering
dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme di tubuh.
- Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
-
Penatalaksanaan
- Kurangi stress
- Istirahat yang cukup
- Benzodiazepine

NARKOLEPSI
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk di siang hari
dan serangan tidur yang tiba-tiba. Orang dengan narkolepsi merasa sulit untuk tetap
terjaga dalam jangka waktu yang lama, terlepas dari keadaannya. Alhasil, kondisi ini dapat
menyebabkan gangguan serius dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
Terkadang, kondisi ini dapat disertai dengan hilangnya tonus otot secara tiba-tiba
(cataplexy), yang dapat dipicu oleh emosi yang kuat. Narkolepsi yang terjadi dengan
cataplexy disebut narkolepsi tipe 1. Narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi dikenal
sebagai narkolepsi tipe 2.
Gejala Narkolepsi
Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan kemudian
berlanjut seumur hidup. Hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari yang
berlebihan. Pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan di mana saja.
Pengidap dapat mengalami penurunan kewaspadaan dan fokus sepanjang hari.
Rasa kantuk di siang hari yang berlebihan biasanya merupakan gejala pertama yang
muncul dan sering kali merupakan hal yang paling menyulitkan, sehingga sulit
untuk berkonsentrasi dan berfungsi penuh.
Gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan tonus otot. Kondisi katapleksi dapat

175
menyebabkan sejumlah perubahan fisik dari bicara yang tidak jelas hingga
kelemahan lengkap sebagian besar otot yang dapat berlangsung hingga beberapa
menit.
Katapleksi tidak dapat dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya yang
positif, seperti tawa atau kegembiraan, tetapi terkadang takut, terkejut, atau
marah. Beberapa orang dengan narkolepsi hanya mengalami satu atau dua episode
katapleksi setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari.
Walau begitu, Tidak semua orang dengan narkolepsi mengalami katapleksi.
Kelumpuhan tidur, yaitu sering mengalami ketidakmampuan sementara itu untuk
bergerak atau berbicara ketika tertidur atau saat bangun tidur. Episode ini biasanya
singkat, berlangsung beberapa detik atau menit, tetapi bisa menjadi menakutkan.
Kelumpuhan tidur ini meniru jenis kelumpuhan sementara yang biasanya terjadi
selama periode tidur yang disebut rapid eye movement (REM) selama tidur.
Ketidakmampuan sementara ini selama tidur REM dapat mencegah tubuh dari
melakukan aktivitas mimpi.
Namun, tidak semua orang dengan kelumpuhan tidur memiliki narkolepsi.
Umumnya, pengidap narkolepsi mengalami beberapa episode kelumpuhan tidur.
Gejala lainnya yang cukup sering adalah perubahan dalam gerakan mata cepat
(REM) tidur. Tidur REM biasanya ketika kebanyakan mimpi terjadi. Pada orang
dengan narkolepsi tidur REM dapat terjadi kapan saja pada siang hari. Pengidap
narkolepsi membutuhkan hanya 15 menit untuk mengalami transisi cepat ke tidur
REM. Selain itu, saat bangun tidur, pengidap juga dapat mengalami halusinasi
hipnagogik.
Gejala Narkolepsi
Penyebab Narkolepsi
Sejauh ini, penyebab pastinya belum diketahui. Orang dengan tipe 1 narkolepsi
memiliki hypocretin yang rendah, yaitu neurokimia di otak yang membantu
mengatur bangun dan tidur REM. Tingkat hypocretin rendah pada mereka yang
mengalami katapleksi.

176
Penyebab hilangnya sel-sel penghasil hypocretin di otak tidak diketahui. Namun,
dugaan sementara, terjadi karena reaksi autoimun. Genetik dapat berperan dalam
perkembangan kondisi ini. Namun, risiko orangtua yang mewariskan gangguan ini
pada seorang anak rendah, yaitu sekitar 1 persen. Di Eropa, penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang mungkin antara paparan virus flu babi (H1N1)
dengan bentuk tertentu dari vaksin H1N1 yang saat ini dikelola.
Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM). Selama fase ini, gelombang otak melambat, dan setelah satu
jam tidur, aktivitas otak akan berubah, dan tidur REM dimulai. Kebanyakan mimpi
terjadi saat tidur REM. Namun, pada narkolepsi, pengidap tiba-tiba masuk ke dalam
tidur REM tanpa mengalami tidur NREM, baik pada malam hari atau siang hari.

Patofisiologi
Patofisiologi narkolepsi pada manusia telah ditemukan setelah para peneliti menemukan
gen-gen narkolepsi pada hewan. Para peneliti sekarang percaya bahwa dalam hampir 90
dari orang yang menderita narkolepsi disebabkan oleh kekurangan hypocretin/orexin.
Pencegahan Narkolepsi
Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi telah ditetapkan
(usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum ditentukan, sehingga tidak
mungkin untuk mencegahnya, terutama pada orang yang memiliki kecenderungan
genetik. Namun, ada juga narkolepsi sekunder yang disebabkan oleh trauma fisik, yang
membuatnya lebih mudah untuk dihindari.
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari aktivitas ekstrem, guna
mengurangi risiko cedera kepala berat.
Penatalaksanaan
penatalaksanaan narkolepsi adalah untuk mencapai kewaspadaan yang cukup selama jam
bangun dan untuk memaksimalkan kewaspadaan selama tugas-tugas penting hari itu,
seperti selama bekerja, sekolah atau saat mengemudi. Penatalaksanaan narkolepsi
menggunakan kombinasi konseling, terapi psikososial, dan farmakoterapi.

177
Penatalaksanaan narkolepsi hanya bersifat simtomatik karena belum ada terapi kuratif
untuk narkolepsi.
Terapi Farmakologis
Obat-obat yang bisa digunakan sebagai antinarkolepsi lini pertama umunya belum
tersedia di Indonesia. Obat lini pertama antara lain modafinil, armodafinil, pitolisant,
natrium oksibat, dan solriamfetol. Sedangkan obat-obat yang bisa digunakan sebagai lini
kedua adalah metilfenidat dan amfetamin.

APNEA
Gangguan tidur apnea adalah gangguan yang menyebabkan pernapasan berhenti
sementara saat kondisi tidur. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang kali.
Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera ditangani, nantinya
dapat menimbulkan komplikasi serius.

Gejala
Seseorang dengan sleep apnea tidak akan menyadari bahwa dirinya memiliki gangguan
tersebut karena gejala utama ditandai dengan mengorok yang dilanjutkan dengan henti
nafas saat sedang tidur. Meski demikian, terdapat gejala lain yang dapat diamati, yaitu:
- Hampir selalu merasa kelelahan saat bangun tidur
- Seringkali merasa kantuk di siang hari
- Mulut selalu kering saat baru bangun tidur
- Sakit tenggorokan saat bangun tidur
- Mengalami gangguan depresi atau kecemasan akibat rasa Lelah yang
berkepanjangan
- Keringat malam
- Susah tidur atau mengalami insomnia
- Kesulitan berkonsentrasi
- Bangun beberapa kali saat tidur malam sekalipun tidak ingin buang air kecil
- Mengalami sakit kepala

178
- Penurunan libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki
Penyebab
Penyebab apnea tidur setiap orang berbeda-beda. Salah satunya adalah kelahiran
prematur. Selain itu, penyebab apnea tidur antara lain:
1. Apnea Tidur Obstruktif
Jika otot-otot di bagian belakang tenggorokan mengendur, apnea tidur obstruktif
dapat terjadi. Saat otot mengendur, saluran pernapasan akan menyempit dan
menutup saat menarik napas. Hal ini akan menghalangi udara yang masuk dan
menurunkan kadar oksigen dalam otak. Kondisi tersebut membuat otak tidak
mampu bekerja secara optimal. Akibatnya, Anda akan terbangun beberapa kali
untuk membuka kembali saluran pernapasan yang terhambat. Jika terjadi berulang
kali, hal itu akan mengganggu Anda untuk bisa tidur nyenyak.

2. Apnea Tidur Sentral


Apnea tidur sentral terjadi karena otak pusat gagal mengirimkan sinyal ke otot yang
mengontrol pernapasan. Orang dengan kondisi ini akan mengalami kesusahan
bernapas dalam waktu singkat. Selain itu, kondisi ini akan membangunkan
penderitanya dan menjadi sulit tidur.

Patofisiologi
Patofisiologi obstructive sleep apnea (OSA) melibatkan dua faktor yakni anatomi dan
neuromuskular. OSA disebabkan oleh obstruksi saluran napas atas yang mengakibatkan
timbulnya kondisi apnea atau hipopnea. Obstruksi sering terjadi pada faring, terutama
area velofaring.

Pencegahan

179
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara memiliki pola
makan sehat, berhenti merokok, dan membatasi asupan alkohol.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua yakni terapi
nonbedah dan bedah. Penatalaksanaan OSA disesuaikan berdasarkan Indeks Apnea-
Hipopnea (AHI) pasien. CPAP adalah sebuah alat penyokong pneumatik yang dapat
mempertahankan patensi dengan meningkatkan tekanan saluran napas atas.

MENGINGAU
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur. Ucapan
yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog, gumaman, hingga
mengoceh.

Gejala
gejala utama mengigau ekspresi yang bisa didengar terjadi selama tidur tanpa orang itu
menyadarinya. Itu bisa berupa omong kosong atau menyerupai ucapan normal.

Penyebab
penyebab orang mengigau yang paling sering adalah stres, depresi, kurang tidur,
mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan demam pada siang hari.
Selain itu, mengigau bisa terjadi karena adanya faktor-faktor fisik dan psikologis lainnya.

Pencegahan
mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres, khususnya saat sedang mengalami stres
secara berkepanjangan yang dapat menimbulkan rasa cemas dan mengalami gangguan
tidur (insomnia). Seseorang yang mengidap depresi juga kerap kali mengigau ketika tidur.
Penatalaksanaan
penatalaksanaan
1. Hindari stres

180
Menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur bisa dilakukan dengan menghindari stres.
Meskipun ada beragam masalah yang Anda hadapi setiap hari, cobalah untuk mengelola
stres.
Menghindari dan mengelola stres dapat dilakukan secara mudah dengan cara di bawah
ini.
- tetap berpikir positif
- menerima hal yang terjadi di luar kontrol
- meditasi atau yoga
- berolahraga
- makan dengan gizi seimbang
- melakukan hobi
- hindari alkohol dan narkoba
- curhat

2. Perbaiki jam tidur Anda


Kurang tidur bisa meningkatkan kemungkinan Anda untuk mengigau. Oleh karenanya,
menghilangkan mengigau dapat dilakukan dengan memperbaiki jam tidur.

3. Memasang White Noise


juga bisa mencoba gunakan white noise saat tidur untuk menghilangkan kebiasaan
mengigau. White noise merupakan suara dalam frekuensi tertentu yang membuat
pendengarnya merasa rileks.

4. Berkonsultasi ke dokter
Cara menghilangkan mengigau saat tidur adalah dengan berkonsultasi segera ke dokter.
Terutama jika Anda sering mengigau secara intens, misalnya menjerit saat tidur,
melakukan tindakan yang membahayakan, dan memiliki riwayat mengigau dari kecil.

DAFTAR PUSAKA

181
https://www.halodoc.com/kesehatan/insomnia
https://www.halodoc.com/artikel/sama-sama-gangguan-tidur-ini-beda-insomnia-dan-
parasomnia
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/parasomnia
https://hellosehat.com/pola-tidur/gangguan-tidur/pengertian-parasomnia/
https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia
https://www.alodokter.com/hipersomnia
https://www.halodoc.com/kesehatan/narkolepsi
https://www.alodokter.com/narkolepsi
https://ciputrahospital.com/gangguan-tidur-apnea/#:~:text=Gangguan%20tidur
%20apnea%20adalah%20gangguan,oksigen%20ke%20otak%20menjadi%20berkurang.
https://www.halodoc.com/kesehatan/sleep-apnea
https://www.alodokter.com/sleep-apnea
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mengigau

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

GANGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DI

182
U

OLEH :

RENDU ALMUTAJA

P00320222054

DOSEN PEMBIMBING : ELFIDA.SKM.MPH

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN ACEH

PROGAM STUDI KEPERAWATAN LANGSA

TAHUN 2023

183
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Insomnia.............................................................................................3
1. Pengertian Insomnia......................................................................... 3
2. Penyebab Masalah Insomnia..............................................................4
3. Tanda Gejala......................................................................................4
4. Upaya untuk mengatasi masalah........................................................4
B. Hipersomnia.......................................................................................5
1. Pengertian Hipersomnia.....................................................................5
2. Tanda Gejala......................................................................................7
3. Upaya untuk mengatasi masalah........................................................8
4. Pengobatan.........................................................................................8
C. Narcolepsy..........................................................................................9
1. Pengertian Narcolepsy........................................................................9
2. Penyebab Narkolepsi..........................................................................9
3. Gejala Narcolepsy..............................................................................9

184
4. Upaya Mencegah Narkolepsi............................................................10
5. Pengobatan narkolepsi.......................................................................11
D. Apnea tidur........................................................................................12
1. Pengertian Apnea Tidur...................................................................12
2. Penyebab Apnea..............................................................................12
3. Tanda gejala apnea..........................................................................13
4. Upaya mengatasi masalah apnea.....................................................13
5. Pengobatan sleep apnea...................................................................14
E. Mengigau.........................................................................................16
1. Pengertian mengigau.......................................................................16
2. penyebab mengigau.........................................................................16
3. Upaya Mengatasi Mengigau............................................................18
F. Parasomnia.......................................................................................19
1. Pengertian Parasomnia.....................................................................19
2. penyebab parasomnia .................................................................... 20
3. Pengobatan Parasomnia....................................................................20
4. Pemberian obat.................................................................................21

BAB III PENUTUP......................................................................................22


A. Kesimpulan.......................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................24

185
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hantarkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas etika keperawatan
tentang “GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR”.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan gangguan istirahat tidur. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian gangguan istirahat tidur ini. Oleh
karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat tugas etika keperawatan ini.

Saya berharap tugas etika keperawatan saya susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

186
Langsa, 26 Februari 2023

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan tidur dianggap paling merusak efek non-auditori karena implikasinya
terhadap kualitas hidup dan performa sehari-hari. Kualitas tidur yang baik merupakan
hal yang fundamental bagi fisiologi tubuh dan kesehatan mental. Terdapat
peningkatan bukti secara kuantitatif dan kualitatif bahwa gangguan tidur memainkan
peran dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Sejumlah faktor risiko
kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan tidur, yakni klasifikasi arteri
koroner, atherogenik profil lipid, aterosklerosis, obesitas, diabetes tipe 2, dan
hipertensi. Peningkatan mortalitas dari semua kasus telah diobservasi. Efek
kebisingan saat tidur juga dapat mengarah ke stimulasi sistem saraf yang
mensekresikan adrenalin, noreadrenalin, dan kortisol.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini akan
dijabarkan beberapa rumusan masalah.

187
Apa saja gangguan tidur?

Berbahayakah gangguan-gangguan tidur tersebut baik bagi diri sendiri maupun


lingkungan sekitar?

C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya tujuan penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini
akan dipaparkan sebagai berikut.

Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur.

2. Untuk mengetahui apakah berbahaya gangguan-gangguan tidur tersebut baik bagi


diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

188
BAB II

PEMBAHASAN

A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur secara
temporer atau kronis (Goldenson). Insomnia adalah suatu kondisi ketidakpuasan
seseorang dalam hal kuantitas atau kualitas tidurnya dan berlangsung selama
beberapa waktu (WHO, 2002). Kurangnya waktu tidur dari kriteria normal, sebaiknya
tidak digunakan dalam mendiagnosis insomnia karena beberapa individu mempunyai
jam tidur yang sedikit tetapi tidak mempunyai keluhan insomnia dan sering disebut
short sleeper. Sebaliknya ada orang yang merasa kurang tidur padahal jumlah jam
tidurnya masih dalam batas normal sehingga memerlukan tidur lebih lama. Orang
yang membutuhkan waktu tidur lebih dari 8 jam disebut long sleeper (Kaplan et.al,
2005).

Insomnia adalah ketidakmampuan penderita untuk memperoleh jumlah tidur yang


diperlukan agar dapat menjalankan fungsi pada siang hari secara efisien(Berrios).
Penderita insomnia pada dasarnya hanya punya dua keluhan utama, dimana seseorang
sulit masuk tidur dan sulit mempertahankan tidur(Hartmann). Insomnia dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang sulit masuk tidur atau
kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu sehingga menimbulkan
penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial, pekerjaan ataupun fungsi-
fungsi kehidupan lainnya (Erry, 2008).

Kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang Kurangnya kualitas tidur yang
disebabkan oleh satu dari; sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian

189
kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak.
Insomnia tidak disebabkan oleh sedikitnya seseorang tidur, karena setiap orang
memiliki jumlah jam tidur sendiri-sendiri. Tapi yang menjadi penekanan adalah
akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya tidur pada malam hari seperti kelelahan,
kurang gairah, dan kesulitan berkonsentrasi ketika beraktivitas.

2. Penyebab Masalah Insomnia


Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni
psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan yang
mengganggu, serta kebiasaan buruk. Hampir setiap orang memiliki insomnia pada
beberapa waktu karena peristiwa kehidupan yang penuh stres. Secara khusus, faktor
psikologis juga memegang peran utama terhadap kecenderungan insomnia ini. Hal ini
disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian
mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga.
Misalnya, ketika seseorang sedang memiliki problematik pelik di lingkungan kantor,
maka jika ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak
kompromi untuk tidur.

3. Tanda Gejala
Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga
menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap
orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan.
Gejala-gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di antaranya:

 Sulit untuk merasakan ngantuk dan tidak bisa tertidur.


 Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur kembali.
 Merasa lelah, emosional, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa melakukan
aktivitas secara baik pada siang hari.
 Tidak bisa tidur siang, meskipun tubuh terasa lelah.

190
 Upaya untuk mengatasi masalah
Dalam mengatasi insomnia, terdapat beberapa kebiasaan yang dapat di ubah sebelum
menggunakan obat insomnia, diantara-Nya adalah:

 Tidur dan bangun dalam periode waktu yang teratur


 Makan makanan yang mengandung rendah karbohidrat sebelum tidur
 Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang bersifat stimulan yang
dapat membuat kita terjaga, seperti teh, kopi, alkohol dan rokok.
 Mandi dengan air hangat 30 menit atau 1 jam sebelum tidur
 Berolahraga secara teratur

B. Hipersomnia
1.Pengertian Hipersomnia

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari. Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang hari.
Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup
pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan
kecelakaan.

a. Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi dua
jenis, yaitu hipersomnia primer dan hipersomnia sekunder.

1) Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat kondisi
berikut:

 Narkolepsi tipe 1

191
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak, dan
cairan serebrospinal (neurotransmiter) hipokretin (juga disebut orexin). Tidur siang
pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan, dibandingkan
tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe 1 biasanya
dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.

 Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki gejala
yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya
dimulai pada masa remaja.

 Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung beberapa
minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi ini terutama
lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai berkurang antara
delapan sampai 12 tahun.

 Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

2) Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:

 Hipersomnia karena kondisi medis

192
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya. Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan
bipolar, depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat
juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.

 Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol


Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu tidur),
obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot rangka,
antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia. Selain itu,
penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk mengobati
gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab hipersomnia.

 Hipersomnia karena kurang tidur


Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering dari
hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup tidur
pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

2. Tanda Gejala

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang
hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.

193
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan.
 Mengalami halusinasi.

3.Upaya untuk mengatasi masalah

Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:

 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan
sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme
di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan

Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya. Selain


itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.

194
 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate, atau
dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter mungkin
akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari aktivitas
tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan minuman
beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat kepada
pengidap.

C. Narcolepsy
1.Pengertian Narcolepsy

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih di
siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba tanpa
mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh atau
mengalami kecelakaan.

2. Penyebab Narkolepsi

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu tidur.
Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.

Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:

 Tumor otak
 Cedera kepala
 Radang otak (ensefalitis)

195
 Multiple sclerosis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi atau
memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi, yaitu:

 Usia 10–30 tahun


 Kelainan genetik
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
 Stres

3. Gejala Narcolepsy

Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang umum
terjadi:

a. Kantuk yang berlebihan pada siang hari


Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk tetap terjaga,
dan sulit berkonsentrasi.

b. Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan
kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur dapat
berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.

c. Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah tungkai,
penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel. Kondisi ini dapat

196
terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu,
seperti terkejut, marah, atau tertawa.

d. Ketindihan (sleep paralysis)


Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara saat hendak
terbangun atau mulai tertidur.

e. Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata,
terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti:

 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Binge eating disorder
 Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
4. Upaya Mencegah Narkolepsi

Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu
mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya gejala
narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk
pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:

 Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
 Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.

197
 Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak sebelum
tidur.
 Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. Pengobatan narkolepsi

Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya. Namun,


dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap terjaga dan
mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan begitu,
aktivitas pasien tidak terganggu.

Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-obatan.
Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia,
riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping
yang mungkin ditimbulkan.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:

 Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat


sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
 Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
 Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam tidur,
meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
 Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
 Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna meredakan
rasa kantuk pada siang hari

198
D. Apnea tidur
1. Pengertian Apnea Tidur

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini
dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur
lama. Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti
bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik
sebanyak ratusan kali selama tidur.

2. Penyebab Apnea

Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep
apnea menurut penyebabnya:

a. Obstructive sleep apnea


Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks.
Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik
napas, misalnya karena lidah tertelan.

b. Central sleep apnea


Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik
ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa
bernapas selama beberapa waktu.

c. Complex sleep apnea


Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan central
sleep apnea.

3. Tanda gejala apnea

199
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep apnea.
Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan penderita.

Beberapa gejala umum  yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur adalah:

 Mengorok dengan keras
 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari
 Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan
keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:

 Terbangun dengan mulut yang terasa kering


 Sakit kepala ketika baru bangun tidur
 Merasa sangat mengantuk di siang hari
 Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
 Mengalami perubahan mood dan mudah marah
 Mengalami penurunan libido
4. Upaya mengatasi masalah apnea

Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya. Salah
satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan mengonsumsi
minuman beralkohol. Apabila sulit berhenti merokok atau menderita kecanduan
alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.

Jika menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan dokter
gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena sleep apnea
lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan kondisi dan
menetapkan target penurunan berat badan yang aman.

200
5. Pengobatan sleep apnea

Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya
dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau tengkurap.

Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan
medis, antara lain dengan:

a. Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala
yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
alat-alat berikut:

 CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan melalui masker
yang menutupi hidung dan mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi
CPAP adalah untuk mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala
yang muncul, seperti mengorok.

 BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien menarik napas dan
menurunkan tekanan udara saat pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien
akan lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.

 MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah penyempitan pada
saluran pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak
dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.

b. Operasi

201
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil
memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat
dipertimbangkan adalah operasi.

Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab utama


apnea tidur pada pasien, meliputi:

 Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan
kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur.

 Ablasi radio frekuensi


Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan menggunakan gelombang energi
khusus.

 Operasi reposisi rahang


Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih maju daripada
tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas ruang di belakang lidah dan
langit-langit.

 Implan alat stimulasi saraf


Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk menstimulasi saraf yang
mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat ini akan bekerja seirama dengan napas
penderita sehingga lidah akan bergerak maju dan membuka jalan napas ketika
penderita menarik napas.

 Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru pada kondisi
apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat sayatan di leher pasien,
kemudian memasukkan tabung metal atau plastik ke dalamnya.

202
E. Mengigau
1. Pengertian mengigau

Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.


Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,
gumaman, hingga mengoceh. Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini
merupakan bagian dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada
seseorang yang berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung selama
30 detik per episode.

2. penyebab mengigau

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengigau saat tidur.
Dilansir dari hellosehat.com, para ahli mengungkapkan bahwa mengigau dapat
dihubungkan dengan berbagai penyakit sistem saraf seperti Parkinson, yaitu penyakit
saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan
keseimbangan. Sebuah studi dari Frontiers in Neurology juga menyebutkan, bahwa
sering mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya demensia.

Meski demikian, ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, di antaranya yaitu:

a. Stres secara emosional

Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres, khususnya saat sedang
mengalami stres secara berkepanjangan yang dapat menimbulkan rasa cemas dan
mengalami gangguan tidur (insomnia). Seseorang yang mengidap depresi juga kerap
kali mengigau ketika tidur.

b. Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)

203
Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder (RBD) adalah gangguan tidur
dengan angka trauma yang tinggi. Ini adalah bentuk gangguan tidur yang sering
dialami oleh banyak orang. Penderita RBD dapat menimbulkan gejala seperti
menggeram, memekik, berteriak, hingga bergerak dalam mimpinya (sering kali
secara kasar dan agresif).

Kondisi ini kadang ditemui pada anak-anak. Adapun tanda-tanda orang memiliki
gangguan ini, yaitu:

 Mengigau, berbicara, atau mengoceh ketika tidur


 Tidur sambil berjalan (sleepwalking)
 Loncat dari tidur
 Melakukan berbagai gerakan seperti menendang, meninju, bahkan berlari
ketika tidur
 Dapat melanjutkan mimpi yang terputus ketika tertidur kembali 

c. Sedang demam atau sakit


Ketika sedang sakit, respon imun tubuh manusia akan meningkat, terutama pada
malam hari. Khususnya ketika sedang demam, suhu yang tinggi dapat memicu
seseorang menjadi mengigau ketika tidur. Meski demikian, pemicu ini masih perlu
diteliti lebih lanjut.

d. Konsumsi obat-obatan tertentu


Mengonsumsi obat-obatan yang memiliki kandungan seperti beta-blocker, kafein,
antidepresan, prednisone, sertraline, escitalopram, dan obat lainnya yang
tergolong Selective Reuptake Inhibitors (SSRI) juga dapat meningkatkan risiko
mengalami gangguan tidur, termasuk mengigau.

e. Genetik
Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga mengungkapkan bahwa kebiasaan
mengigau saat tidur juga bisa sesuatu yang diturunkan dari keluarga. Sebuah studi

204
yang dilakukan pada orang kembar menunjukkan bahwa jika satu anak memiliki
kebiasaan mengigau, biasanya saudara kembarnya juga mengalami hal yang sama.
Bahkan, keduanya sama-sama mengalami berjalan dan menggertakkan gigi saat tidur.

3. Upaya Mengatasi Mengigau

a. Menghindari stres

Memiliki masalah dan beban pikiran yang berat sudah pasti membuat stres. Namun
jika stres tersebut tidak dapat kita kendalikan, bisa-bisa menyebabkan masalah tidur
sehingga siklus tidur terganggu. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko mengigau.

Maka dari itu, cobalah untuk kelola stres dengan melakukan hal-hal positif, seperti:

 Meditasi atau yoga


 Makan makanan yang bergizi
 Curhat tentang masalah hidup ke orang terdekat
 Berpikir positif dan menerima kejadian buruk yang tidak bisa dikendalikan
Dengan melakukan beberapa hal tersebut, otak akan menjadi lebih relax dan tidur pun
menjadi lebih nyenyak.

b. Memperbaiki jam tidur

Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi mengigau yaitu dengan
memperbaiki jam tidur. Selain memastikan untuk tidur cukup selama 8 jam, kamu
juga harus membuat kebiasaan untuk tidur dan bangun di jam yang sama secara
teratur.

Sebelum tidur, jauhkan gadget seperti handphone, tablet, atau laptop, dan


pastikan suasana tidur kondusif tanpa interupsi. Kamu bisa mencoba untuk membaca
buku atau susu hangat agar tidur lebih tenang.

c. Dengarkan white noise

205
White noise adalah suara dalam frekuensi tertentu yang bisa membuat pendengarnya
menjadi lebih relax. Sumber white noise bisa berasal dari kipas angin, AC,
atau purifier ruangan. Kamu juga bisa mendengarkan white noise melalui aplikasi
musik atau video.

Sleep Foundation mengungkapkan bahwa white noise dapat membantu kamu


mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik, sebab dapat memberikan efek tenang dan
membuat pendengarnya mudah tertidur.

d. Konsultasi kepada dokter

Jika kamu sering mengigau secara intens, ada baiknya segera periksakan ke dokter.
Apalagi sampai menjerit saat tidur, melakukan tindakan berbahaya, dan memiliki
riwayat mengigau yang sering sejak kecil.

Belum ada tes spesifik yang dapat mendiagnosis kebiasaan mengigau, namun jika hal
ini dialami secara berkala dan intens, bisa jadi ada penyebab gangguan tidur lainnya.

Analisis dokter akan sangat terbantu bila membuat jurnal tidur yang berisi tentang
masalah tidur yang dialami. Mulai dari rekam jejak tidur, jadwal tidur dan bangun,
obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, hingga aktivitas yang dilakukan.

F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia

Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat sulit
tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat.

Jika pasien menderita parasomnia, dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku agresif
saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar mungkin mengira sedang

206
terjaga. pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah lakukan atau katakan
ketika terbangun nanti.

2. penyebab parasomnia

Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid eye
movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan berulang setiap
90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3. Pengobatan Parasomnia

Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta


mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan yang
dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam keluarga.

Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan karena pasien
mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.

207
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep
study atau polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.

Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan penanganan yang


disesuaikan dengan penyebab parasomnia, yaitu:

4. Pemberian obat

Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat yang
mungkin diberikan oleh dokter adalah:

 Topiramate
 Antidepresan
 Aginis dopamin
 Melatonin
 Clonazepam
a.Terapi

Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu, dokter juga
biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT),
seperti psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.

Di samping menjalani pengobatan yang dianjurkan dokter, pasien juga disarankan


untuk menerapkan sleep hygiene, membiasakan tidur dan bangun di waktu yang sama
setiap harinya, serta memindahkan atau mengamankan benda-benda yang sekiranya
berbahaya dari kamar.

208
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur secara


temporer atau kronis (Goldenson). Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat
faktor penyebab insomnia yakni psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan
alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan buruk. Seseorang yang
mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga menentukan
ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap orang. Hal
tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan.

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari. Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur.

209
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih di
siang hari. Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.
Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya.

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Pengobatan
apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep apnea yang
dialaminya.

Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.


Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,
gumaman, hingga mengoceh.

Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat sulit
tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat. Untuk
menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta mempelajari
riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan yang dikonsumsi, gaya
hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam keluarga.

210
DAFTAR PUSTAKA

Makarim. F. R., 2022. Insomnia. Dikutip


https://www.halodoc.com/kesehatan/insomnia, dipetik tanggal 26 Februari
2023.

Nareza. M., 2022. Sleep Apnea. https://www.alodokter.com/sleep-apnea, dipetik


tanggal 26 Februari 2023.

Pittara. 2022. Narkolepsi. https://www.alodokter.com/narkolepsi, dipetik tanggal 26


Februari 2023.

Thahir. A., 2015. Pengaruh PMR (Progressive Muscel Relaxation) Terhadap


Insomnia Pada lansia Di Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar
Provinsi Lampung Tahun 2012. Dipetik dari
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli/article/view/1300/1027,
dipetik tanggal 26 Februari, Hlm. 3

Agustin. S., 2022. Parasomnia, Gangguan perilaku Saat Tidur, dikutip dari
https://www.alodokter.com/parasomnia-gangguan-perilaku-saat-tidur,
dipetik tanggal 26 Februari 2023.

Astasari. 2022. 5 Tips Mengatasi Insomnia. Dikutip dari


https://promkes.kemkes.go.id/5-tips-mengatasi-insomnia, dipetik tanggal 26
Februari 2023.

Dewantari. T. S., 2022. https://www.brainacademy.id/blog/penyebab-mengigau-


saattidur#:~:text=Definisi%20Mengigau%20dan%20Penyebabnya,dialog
%2C%20gumaman%2C%20hingga%20mengoceh, dipetik tanggal 26
Februari 2023.

211
Fadli, R. 2022. Hipersomnia. https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia,
dipetik tanggal 26 Februari 2023.

212
GANGGUAN POLA TIDUR

DI

OLEH:

SYIFA NAJLA LABIBA (P00320222 077)

PRODI D3 KEPERAWATAN LANGSA

213
POLTEKKES KEMENKES ACEH TAHUN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukuratas kehadirat ALLAH SWT yang Maha Kuasa atas segala
limpahan dan rahmat, inayah,Taufik dan Hidayahnya sehingga sya dapat
menyelesaikan penyusunan makalahini dalam bentuk maupun isi nya
yang sangat sederhana.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang saya mliki sangat kurang.Oleh karena itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

214
Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang
menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem
aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu,
menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur.

Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa
tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari
suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio
midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur.

Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil
pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat
bagian-bagian otak lainnya.

Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur
dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami.

A.Penyakit gangguan tidur Insomnia


1.Devinisi Insomnia

Insomnia sendiri didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa


tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut
sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan
perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.

Sebenarnya insomnia bukan merupakan suatu penyakit. Terkadang insomnia hanya


merupakan manifestasi dari suatu kondisi fisik seperti kelelahan yang menumpuk
karena kurangnya tidur dalam jangka lama atau gejala dari 3 ketidakseimbangan
emosional yang sedang dialami seseorang.

215
2.Pembagian Insomnia

a. Berdasarkan Waktu

Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek
(short sleepers), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek,
mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang
hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam 3 hari. Berdasarkan
waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

Transient insomnia: insomnia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu


yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali
dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat
setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada
pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang
memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian
sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan
kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi
khusus dan jarang membawa pasien ke dokter.

Short-term insomnia: Berlangsung kurang dari 3 minggu dan biasanya disebabkan


oleh kejadian-kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian salah satu anggota
keluarga.

Cyclical insomnia (recurrent insomnia): Kondisi ini lebih jarang daripada transient
insomnia. Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun.
Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup. Kejadian
berulang ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologis seperti siklus premenstrual
ataupun perubahan psikologik seperti manik depresif, anorexia nervosa, Chronic
insomnia (persistent insomnia) : Berlangsung lebih dari 3 malam setiap minggunya
yang terus berlangsung selama lebih dari satu bulan.atau kambuhnya perubahan
perilaku tertentu seperti kecanduan obat, dan lain sebagainya.

b.Berdasarkan Etimologi

Dari sisi etiologi, ada 2 macam insomnia, yaitu:

Insomnia primer: Pada insomia primer, terjadi hyperarousal state dimana terjadi
aktivitas ascending reticular activating system yang berlebihan. Pasien bisa tidur tapi
tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM

216
cukup, periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak
berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya,
ataupun penggunaan obat-obat tertentu. Istilah ini ditujukan bagi gangguan tidur yang
muncul begitu saja tanpa ada latar belakang suatu kondisi yang spesifik, yang
biasanya akibat dari ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan pola tidur
yang baik.

Insomnia sekunder: Insomnia sekunder merupakan gangguan tidur yang


disebabkan karena gangguan irama sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi atau
masalah medis lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi pada orang
tua. Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan penyakit organik. Pada orang
dengan insomnia karena psikoneurosis, sering didapatkan keluhan-keluhan non
organik seperti sakit kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu tidur.

3.Sebab insomnia

Penyebab primordial insomnia biasanya adalah stres, kecemasan, atau perubahan


gaya hidup. Penyebab secundum insomnia, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
adalah gangguan kesehatan atau penyakit tertentu, misalnya gangguan tiroid,
gangguan saraf, atau penyakit jantung.

Tidak semua orang yang mengalami gangguan tidur akan mengalami insomnia.
Gangguan tidur yang dialami seseorang harus menyebabkan ia sulit untuk tidur
selama minimal satu minggu dan gangguan tersebut harus menimbulkan gejala
seperti mudah lelah, mudah iriham (iritabilitas), susah konsentrasi, dan gangguan
daya ingat untuk dapat dikatakan sebagai insomnia.

Insomnia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya faktor fisik karena menderita
penyakit tertentu, faktor lingkungan, faktor psikologis dan faktor prikiatris. Untuk
mengatasi gangguan ini kita dapat menggunakan teknik-teknik relaksasi,
pemrograman bawah sadar dan terapi obat-obatan.

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat
berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan tidur yang cukup. Tidur
merupakan suatu keadaan bawah sadar yang di alami seseorang, yang dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.

Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur
diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan.
Selain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga

217
menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk
fungsi-fungsi seluler yang penting.

Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf
yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
berbagai susunan saraf.

Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ
dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut
selama tidur. Selama tidur seseorang akan mengulang kembali kejadian-kejadian
sehari-hari, memproses dan menggunakan untuk masa depan.

4.Dampak Dan Efek Yang Ditimbukan Akibat Insomnia

Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :

 Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat


peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga
penurunan produksi melatonin.
 Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,
irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
 Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
 Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
 Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang
terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita
insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

218
5.Tips untuk mengatasi insomnia:

Untuk mengatasi insomnia, Anda perlu mencari tahu sebab-sebabnya dan mencoba
berbagai tips dan trik untuk meningkatkan kualitas tidur Anda.

Berikut adalah beberapa tips untuk mengatasi insomnia:

 Buat rutinitas tidur yang konsisten


 Tempatkanlah tidur Anda di tempat yang dingin, gelap, dan tenang
 Matikan televisi, ponsel, dan perangkat lain sebelum tidur
 Hindari konsumsi kafein, alkohol, dan obat-obatan sebelum tidur
 Olahraga secara teratur, namun hindari olahraga sebelum tidur
 Buat daftar kekhawatiran Anda sebelum tidur untuk membantu Anda
merelakannya
 Tidur selama 7-8 jam setiap malam
 Periksa apakah Anda menderita penyakit yang dapat menyebabkan insomnia,
seperti gangguan tiroid, gangguan penyakit Alzheimer, atau gangguan
Parkinson

Obat-obatan yang tersedia untuk mengatasi insomnia

Gangguan tidur seperti Insomnia seringkali menyebabkan penderita merasa lesu dan
tidak bergairah sepanjang hari. Untuk mengatasi insomnia, banyak obat-obatan yang
tersedia di apotek. Berikut adalah beberapa obat-obatan yang bisa digunakan untuk
mengatasi insomnia:

1. Obat Antidepresan

Obat antidepresan adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi gangguan
tidur seperti insomnia. Obat ini bekerja dengan meningkatkan neurotransmiter
serotonin dan mengurangi neurotransmiter norepinefrin sehingga dapat membantu
penderita untuk tertidur dengan nyenyak. Beberapa obat antidepresan yang sering
dijual di apotek adalah fluoxetine, sertraline, dan paroxetine.

2.Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah kelas obat psikoaktif yang bertindak sebagai depresan sistem
saraf pusat (SSP).

219
Benzodiazepin bekerja dengan mengikat subtipe tertentu dari reseptor
GABA,benzodiazepin umumnya aman dan efektif jika digunakan sesuai petunjuk,
tetapi dapat membuat ketagihan dan dapat menyebabkan efek samping yang serius
jika dikonsumsi dalam dosis besar atau dalam jangka waktu lama. Penting untuk
mendiskusikan risiko dan manfaat benzodiazepin dengan dokter Anda sebelum
memulai pengobatan.

3.Doxepine

Doxepine adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur seperti
insomnisia. Doxepine bekerja dengan cara mengatur neurotransmiter di otak yang
bertanggung jawab untuk mengatur mood dan perilaku. Doxepine juga dapat
digunakan untuk mengobati gejala depresi, anxiety, dan pruritus.

4.Lemborexant (Dayvigo)

Lemborexant (Dayvigo) adalah obat yang baru dikembangkan untuk mengobati


gangguan tidur. Ini bekerja dengan menghambat zat kimia di otak yang menyebabkan
gangguan tidur. Lemborexant dapat membantu Anda untuk tidur lebih lama dan lebih
nyenyak.

Lemborexant masih dalam tahap penelitian. Obat ini belum tersedia secara resmi di
Indonesia. Namun, beberapa apotek di Indonesia mungkin menjual obat ini secara
online.

5.Ramelteon

Ramelteon adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur. Obat ini
bekerja dengan menenangkan sistem saraf pusat sehingga Anda dapat tertidur dengan
lebih mudah. Ramelteon juga dapat digunakan untuk mengobati gangguan tidur
seperti insomnia.

Berikut ini beberapa Cara mengatasi insomnia dengan terapi:

Untuk mengatasi insomnia, beberapa orang mencoba terapi. Terapi ini dapat
membantu mengurangi gangguan tidur dan meningkatkan kualitas tidur. Terapi ini
biasanya dilakukan oleh dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam mengatasi
gangguan tidur.

1. Melakukan terapi relaksasi

220
Terapi relaksasi adalah salah satu Cara mengatasi insomnia yang cukup efektif.
Melalui terapi ini, seseorang dapat merelaksasikan seluruh tubuh dan pikirannya
sehingga dapat menenangkan saraf-saraf yang tegang.

2. Melakukan terapi hypnotherapy

Hypnotherapy merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan dengan


menggunakan teknik hipnoterapi. Melalui terapi ini, seseorang dapat membantu
mengatasi gangguan tidur seperti insomnia.

3. Melakukan terapi aromatherapy

Terapi aromatherapy adalah terapi penyembuhan dengan menggunakan essential oil


(minyak atsiri). Aromatherapy dapat membantu meningkatkan kualitas tidur
seseorang dan mengurangi gangguan tidur seperti insomnia.

4. Melakukan terapi meditasi

Meditasi merupakan salah satu Cara mengatasi insomnia yang cukup efektif.
Melalui meditasi, seseorang dapat menenangkan pikirannya sehingga dapat
membantu mengurangi gangguan tidur seperti insomnia.

5. Melakukan terapi yoga

Yoga merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi yang dapat membantu
mengatasi gangguan tidur seperti insomnia. Melalui yoga, seseorang dapat
merelaksasikan seluruh tubuh dan pikirannya sehingga dapat mengurangi gangguan
tidur seperti insomnia.

B.HIPERSOMNIA

1.Pengertian Hipersomnia

Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari.

Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang hari.
Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup

221
pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan
kecelakaan.

2.Penyebab Hipersomnia

Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi dua


jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.

 Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat kondisi
berikut:

Narkolepsi tipe 1

Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak, dan
cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin).

Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe 1
biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.

Narkolepsi tipe 2

Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki gejala
yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya
dimulai pada masa remaja.

Sindrom Kleine-Levin

Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung beberapa
minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun.

Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.

Hipersomnia idiopatik

222
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).

 Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:

4. Hipersomnia karena kondisi medis


Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.

5. Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol


Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu tidur),
obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot rangka,
antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.

6. Hipersomnia karena kurang tidur


Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering dari
hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup tidur
pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).

3.Gejala Hipersomnia

Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:

 Episode kantuk ekstrem yang konstan dan berulang di siang hari.


 Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang
hari.
 Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
 Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
 Kerap merasa cemas dan lekas marah.
 Energi berkurang.
 Merasa gelisah.

223
 Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
 Mengalami masalah memori.
 Sakit kepala.
 Kehilangan selera makan dan mengalami halusinasi
4.Pencegahan Hipersomnia

Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:

 Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
 Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
 Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan
sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme
di tubuh.
 Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
5.Pengobatan Hipersomnia

 Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.


Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.
 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
ataudextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan clarithromycin.
 Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein
dan minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola
makan sehat kepada pengidap.

C. NARKOLEPSI

224
1.Pengertian Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk di siang
hari dan serangan tidur yang tiba-tiba. Orang dengan narkolepsi merasa sulit untuk
tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama, terlepas dari keadaannya. Alhasil,
kondisi ini dapat menyebabkan gangguan serius dalam menjalani rutinitas sehari-hari.

Terkadang, kondisi ini dapat disertai dengan hilangnya tonus otot secara tiba-tiba
(cataplexy), yang dapat dipicu oleh emosi yang kuat. Narkolepsi yang terjadi dengan
cataplexy disebut narkolepsi tipe 1. Narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi dikenal
sebagai narkolepsi tipe 2.

2.Penyebab Narkolepsi

Sejauh ini, penyebab pastinya belum diketahui. Orang dengan tipe 1 narkolepsi
memiliki hypocretin yang rendah, yaitu neurokimia di otak yang membantu mengatur
bangun dan tidur REM. Tingkat hypocretin rendah pada mereka yang mengalami
katapleksi.

Penyebab hilangnya sel-sel penghasil hypocretin di otak tidak diketahui. Namun,


dugaan sementara, terjadi karena reaksi autoimun. Genetik dapat berperan dalam
perkembangan kondisi ini. Namun, risiko orangtua yang mewariskan gangguan ini
pada seorang anak rendah, yaitu sekitar 1 persen. Di Eropa, penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang mungkin antara paparan virus flu babi (H1N1) dengan bentuk
tertentu dari vaksin H1N1 yang saat ini dikelola.

Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM). Selama fase ini, gelombang otak melambat, dan setelah satu jam
tidur, aktivitas otak akan berubah, dan tidur REM dimulai. Kebanyakan mimpi terjadi
saat tidur REM. Namun, pada narkolepsi, pengidap tiba-tiba masuk ke dalam tidur
REM tanpa mengalami tidur NREM, baik pada malam hari atau siang hari.

3.Gejala Narkolepsi

Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan kemudian
berlanjut seumur hidup. Hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari yang
berlebihan. Pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan di mana saja.

Pengidap dapat mengalami penurunan kewaspadaan dan fokus sepanjang hari. Rasa
kantuk di siang hari yang berlebihan biasanya merupakan gejala pertama yang

225
muncul dan sering kali merupakan hal yang paling menyulitkan, sehingga sulit untuk
berkonsentrasi dan berfungsi penuh.

Gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan tonus otot. Kondisi katapleksi dapat
menyebabkan sejumlah perubahan fisik dari bicara yang tidak jelas hingga kelemahan
lengkap sebagian besar otot yang dapat berlangsung hingga beberapa menit.

Katapleksi tidak dapat dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya
yang positif, seperti tawa atau kegembiraan, tetapi terkadang takut, terkejut, atau
marah. Beberapa orang dengan narkolepsi hanya mengalami satu atau dua episode
katapleksi setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Walau
begitu, Tidak semua orang dengan narkolepsi mengalami katapleksi.

Kelumpuhan tidur, yaitu sering mengalami ketidakmampuan sementara itu untuk


bergerak atau berbicara ketika tertidur atau saat bangun tidur. Episode ini biasanya
singkat, berlangsung beberapa detik atau menit, tetapi bisa menjadi menakutkan.
Kelumpuhan tidur ini meniru jenis kelumpuhan sementara yang biasanya terjadi
selama periode tidur yang disebut rapid eye movement (REM) selama tidur.
Ketidakmampuan sementara ini selama tidur REM dapat mencegah tubuh dari
melakukan aktivitas mimpi.

Namun, tidak semua orang dengan kelumpuhan tidur memiliki narkolepsi.


Umumnya, pengidap narkolepsi mengalami beberapa episode kelumpuhan tidur.
Gejala lainnya yang cukup sering adalah perubahan dalam gerakan mata cepat (REM)
tidur. Tidur REM biasanya ketika kebanyakan mimpi terjadi. Pada orang dengan
narkolepsi tidur REM dapat terjadi kapan saja pada siang hari. Pengidap narkolepsi
membutuhkan hanya 15 menit untuk mengalami transisi cepat ke tidur REM. Selain
itu, saat bangun tidur, pengidap juga dapat mengalami halusinasi hipnagogik.

4. Pencegahan Narkolepsi

Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi telah


ditetapkan (usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum ditentukan,
sehingga tidak mungkin untuk mencegahnya, terutama pada orang yang memiliki
kecenderungan genetik. Namun, ada juga narkolepsi sekunder yang disebabkan oleh
trauma fisik, yang membuatnya lebih mudah untuk dihindari.

Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari aktivitas ekstrem,
guna mengurangi risiko cedera kepala berat.

226
5.Pengobatan Narkolepsi

Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan yang
merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu orang
dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya adalah antidepresan
trisiklik.

Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah dengan
menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang cukup di
malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu, karena salah
satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan untuk
menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang lainnya.

D.PENYAKIT APNEA

1.Pengertian Apnea

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini
dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur
lama.

Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti bernapas.
Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik sebanyak
ratusan kali selama tidur.

Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen
dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita, kondisi ini
terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.

2. Penyebab Sleep Apnea

Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep
apnea menurut penyebabnya:

 Obstructive sleep apnea

227
 Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu
rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat
menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
 Central sleep apnea
 Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan
baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita
tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
 Complex sleep apnea
 Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan
central sleep apnea.
3.Gejala Sleep Apnea

Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.

Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur
adalah:

 Mengorok dengan keras


 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari
 Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan
keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:

 Terbangun dengan mulut yang terasa kering


 Sakit kepala ketika baru bangun tidur
 Merasa sangat mengantuk di siang hari
 Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
 Mengalami perubahan mood dan mudah marah
 Mengalami penurunan libido
4.Pencegahan Sleep Apnea

Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan

228
mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila Anda sulit berhenti merokok atau
menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.

Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan
dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena sleep
apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan
kondisi Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.

5.Pengobatan Sleep Apnea

Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya
dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau tengkurap.

Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan
medis, antara lain dengan:

 Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala
yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
alat-alat berikut:

CPAP (continuous positive airway pressure):Alat ini digunakan untuk meniupkan


udara ke saluran pernapasan melalui masker yang menutupi hidung dan mulut
penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi CPAP adalah untuk mencegah
tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mengorok.

BPAP (bilevel positive airway pressure):Alat ini bekerja dengan cara menaikkan
tekanan udara saat pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat pasien
mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk bernapas. Alat
ini juga bisa menjaga agar jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.

MAD (mandibular advancement device):Alat ini didesain untuk menahan rahang


dan lidah untuk mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan
seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak dianjurkan bagi penderita apnea tidur
yang parah.

229
 Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil
memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat
dipertimbangkan adalah operasi.

Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab utama
apnea tidur pada pasien, meliputi:

 Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan kelenjar
adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur.

 Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan menggunakan gelombang energi
khusus.

 Operasi reposisi rahang


Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih maju daripada
tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas ruang di belakang lidah dan
langit-langit.

 Implan alat stimulasi saraf


Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk menstimulasi saraf yang
mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat ini akan bekerja seirama dengan napas
penderita sehingga lidah akan bergerak maju dan membuka jalan napas ketika
penderita menarik napas.

E.MENGIGAU TIDUR

1.Pengertian Gangguan Tidur Berjalan

Gangguan tidur berjalan atau somnabulisme (sleepwalking) adalah salah satu


kondisi gangguan tidur di mana seseorang bangun dan berjalan saat sedang tidur.

230
Gangguan ini tidak selalu terjadi dengan gestur berjalan saja, mereka yang sedang
tidur, lalu terbangun dan duduk di tempat tidur dan melihat sekeliling kamarnya
dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar juga, termasuk dalam gejala gangguan
tidur berjalan ini. Umumnya, gangguan tidur berjalan terjadi pada anak-anak berusia
antara 5–12 tahun. Namun, gangguan tidur berjalan bisa menyerang siapa saja,
termasuk orang dewasa dan lansia.

2.Penyebab Gangguan Tidur Berjalan

Berikut ini beberapa penyebab gangguan tidur berjalan bisa muncul, yaitu:

 Cemas atau stres.


 Kurang tidur.
 Efek samping mengonsumsi obat tidur atau obat-obatan sedatif.
 Efek samping mengonsumsi narkoba atau minuman beralkohol.
 Saat sedang tidur lelap, terbangun mendadak. Hal tersebut bisa saja
dikarenakan dorongan yang kuat muncul seperti untuk pergi ke toilet atau
badan disentuh dan juga karena mendengar suara keras tiba-tiba yang
membuat kaget. Adapun, ada kondisi lain yang bisa diakibatkan karena suatu
penyakit dengan gejala sering bangun mendadak, misalnya sindrom kaki
gelisah dan apnea tidur obstruktif.
 Gangguan tidur berjalan biasa terjadi saat mengidap infeksi yang disertai
demam pada anak-anak.
3.Gejala Gangguan Tidur Berjalan

Orang yang mengalami gangguan tidur berjalan ini biasanya hanya memandang
lurus dan tampak seperti tidak mengenali keadaan di sekitarnya. Matanya yang
terbuka terkesan seperti terjaga padahal ia sebenarnya masih tertidur. Jika disapa,
biasanya pengidapnya tidak merespons, meski ada sebagian yang mampu merespons
dengan baik dan sebagian lagi akan merespons dengan jawaban meracau. Saat
pengidap gangguan tidur berjalan dibangunkan secara paksa, umumnya pengidap
akan merasa kebingungan dan tidak ingat dengan aktivitas yang dilakukannya ketika
berjalan sambil tidur.

4.Diagnosis Gangguan Tidur Berjalan

Untuk melakukan diagnosis gejala gangguan tidur berjalan dokter akan melakukan
evaluasi terhadap riwayat kesehatan. Berikut ini beberapa pemeriksaan yang
umumnya dilakukan:

231
 Pemeriksaan fisik. Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kejang di
malam hari, gangguan tidur lainnya, ataupun pengidap merasakan panik di
malam hari.
 Nocturnal sleep study (polysomnography). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara memberikan sensor di tubuh untuk memeriksa gelombang pada otak,
tingkat oksigen yang terkandung dalam darah, detak jantung, dan juga
mengukur napas.
5. Pengobatan Gangguan Tidur Berjalan

Terdapat beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala


gangguan tidur berjalan. Umumnya, sang pengidap gangguan tidur berjalan akan
diberikan resep oleh dokter sebagai penanganan untuk mengurangi gejala dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Selain itu, terdapat beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mengobati gangguan tidur berjalan, yaitu:

 Mengurangi stres.
 Melakukan aktivitas yang bisa merelaksasi pikiran sebelum tidur (misalnya,
mandi air hangat atau membaca buku).
 Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein sebelum
tidur.
 Membuang air kecil terlebih dahulu.
 Membuat kamar tidur senyaman mungkin.
 Mengatur pola dan waktu tidur dengan disiplin karena gangguan tidur berjalan
juga bisa dipicu oleh kurang tidur.
6.Pencegahan Gangguan Tidur Berjalan

Jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan tidur berjalan di waktu yang
sama tiap malam, dapat diatasi dengan cara mengganggu siklus tidur mereka.
Bangunkan tiap 15–30 menit sebelum waktu kemunculan periode tidur berjalan yang
mereka biasa alami, sehingga mungkin bisa menghentikan gangguan tidur
berjalannya dengan cara mengubah siklus tidur mereka.

F.PARASOMNIA

1.Pengertian Parasomnia

232
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat Anda
sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat
Anda.

Jika Anda menderita parasomnia, Anda dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku
agresif saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar Anda mungkin mengira
Anda sedang terjaga. Anda pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah
Anda lakukan atau katakan ketika terbangun nanti.

Parasomnia dapat membahayakan diri sendiri karena Anda sedang dalam keadaan
tidak sadar dengan kondisi sekitar. Gangguan ini juga dapat mengurangi kualitas tidur
sehingga menimbulkan efek negatif pada kesehatan.

2.Penyebab Parasomnia

Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid eye
movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan berulang setiap
90 menit sepanjang malam.

Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3.Cara Mengatasi Parasomnia

Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta


mempelajari riwayat kesehatan Anda, seperti pola tidur, obat-obatan yang
dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam keluarga.

Keterangan dari orang yang tidur bersama Anda juga diperlukan karena Anda
mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama Anda tidur.

233
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep study atau
polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak jantung saat
Anda tidur.

Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan penanganan yang


disesuaikan dengan penyebab parasomnia, yaitu:

Pemberian obat

Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat yang
mungkin diberikan oleh dokter adalah:

 Topiramate
 Antidepresan
 Aginis dopamin
 Melatonin
 Clonazepam
Terapi

Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu, dokter juga
biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT), seperti
psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.

Di samping menjalani pengobatan yang dianjurkan dokter, Anda juga disarankan


untuk menerapkan sleep hygiene, membiasakan tidur dan bangun di waktu yang sama
setiap harinya, serta memindahkan atau mengamankan benda-benda yang sekiranya
berbahaya dari kamar Anda.

Tidur yang berkualitas sangat penting unutk kesehatan fisik dan mental. Apabila
Anda merasa mengalami parasomnia, jangan ragu untuk pergi ke dokter guna
mendapatkan penanganan yang sesuai, terutama jika parasomnia sampai
membahayakan Anda dan orang di sekitar Anda.

DAFTAR ISI
Referensi:

[1] Guyton Arthur C, MD & Hall John E, Ph.D . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996. P. 945-950.

234
[2] Kaplan Harold I, MD et al. Sinopsis Psikiatri jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher, 2010. P. 210-217.

[3] Buysse Daniel J., M.D et al. Insomnia: the Journal of Lifelong Learning in
Psychiatry. Fall 2005 Vol. III No.4 : 568-584.

[4] Summers Michael, MD et al. Recent Developments in the Classification,


Evaluation, and Treatment of Insomnia: Contemporary Review in Sleep Medicine.
2011: 276-286.

[5] NIH State of the Science. Conference Statement on Manifestations and


Management of Chronic Insomnia in Adults: the Journal of Lifelong Learning in
Psychiatry. Fall 2009 Vol. VII No.4 : 538-546.

[6] Doghramji Karl, M.D et al. Evaluation and Management of Insomnia in the
Psychiatric Setting: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall 2009 Vol.
VII No.4 : 441-451.

[7] Mai Evelyn, M.D et al. Insomnia: Prevalence, Impact, Pathogenesis, Differential
Diagnosis, and Evaluation: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall 2009
Vol. VII No.4 : 491-498.

[8] Drake Christopher L,Ph.D et al. Insomnia Causes, Consequences, and


Therapeutics: An Overview. Depression and Anxiety. 2003; 18 : 163-176.

Last Updated on 21 November 2022

Referensi:

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Sleep Foundation. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments

https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia

Referensi:

235
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Healthline. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

Sleep Foundation. Diakses pada 2022. Hypersomnia.

The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments.

https://www.halodoc.com/kesehatan/narkolepsi

Referensi:

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

National Health Services. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

WebMD. Diakses pada 2022. Narcolepsy.

Diperbarui pada 9 Juni 2022

https://www.alodokter.com/sleep-apnea

Referensi:

Yeghiazarians, Y., et al. (2021). Obstructive Sleep Apnea and Cardiovascular


Disease: A Scientific Statement from the American Heart Association. Circulation,
144(3), pp. e56–67.

Goodchild, T., & Lefer, D. (2020). Obstructive Sleep Apnea – The Not-so-Silent
Killer. Circulation Research, 126(2), pp. 229–31.

National Sleep Foundation (2022). Sleep Disorders. Sleep Apnea.

National Health Service UK (2019). Health A to Z. Sleep Apnoea.

Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Sleep Apnea.

Benisek, A. WebMD (2021). Sleep Apnea.

https://www.alodokter.com/sleep-apnea

236
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DI SUSUN OLEH
IDA WAHIDATUN NIKMAH
P00320222054
DOSEN PEMBIMBING;ELFIDA,SKM.MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LANGSA
TAHUN 2depres

237
238
A INSOMNIA
Sebagian besar kasus insomnia terkait dengan kebiasaan
kurang tidur, depresi, kecemasan, kurang olahraga,
penyakit kronis, atau obat-obatan tertentu.
PENGERTIAN INSOMNIA
Insomnia yaitu adalah kondisi ketika seseorang
mengalami sulit tidur atau butuh waktu yang lama untuk
bisa tidur. Kondisi lain yang bisa dialami adalah Anda
terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur kembali.
PENYEBAB MASALAH INSOMNIA
Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur
apnea, diabetes, sakit ginjal, artristis, atau penyakit
mendadak seringkai menyebabkan kesulitan tidur. Efek
samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit
juga dapat menjadi penyebab insomnia.
TANDA GEJALA
Orang mungkin mengalami:
Tidur: kesulitan tidur atau mengantuk di siang hari
Kognitif: kehilangan konsentrasi atau kelambatan dalam
aktivitas
Juga umum: depresi, iritabilitas atau sakit kepala
Tips Mengatasi Insomnia

239
 Tidur dan bangun dalam periode waktu yang teratur.
 Makan makanan yang mengandung rendah
karbohidrat sebelum tidur.
 Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang
bersifat stimulan yang dapat membuat kita terjaga,
seperti teh, kopi, alkohol dan rokok.
B HIPERSOMNIA
PENGERTIAN HIPERSOMNIA
Kantuk berlebih dapat disebabkan oleh hal-hal di luar
penyakit. Contohnya meliputi kurang tidur, jetlah, aktivitas
berat, mengonsumsi makanan dalam jumlah besar,
kehamilan, alkohol, atau penggunaan jetlah
PENYEBAB MASALAH HIPERSOMNIA
Penyebab hipersomnia primer belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi, kondisi ini diduga terjadi akibat mutasi
(perubahan) genetik yang membuat produksi histamina di
dalam otak berkurang. Meski disebabkan oleh mutasi genetik,
hipersomnia primer tidak menurun dari orang tua ke anaknya
TANDA DAN GEJALA
Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung
atau agresif setelah tidur siang. Tidur siang yang tidak
menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak menyegarkan
dan tidak membuat energi kembali pulih. Kerap merasa cemas
dan lekas marah. Energi berkurang

240
TIPS MENGATASI HIPERSOMNIA
Mengikuti jadwal tidur yang teratur dapat membantu
mengurangi rasa kantuk. Menghindari mengemudi saat
mengantuk, menghindari alkohol dan obat-obatan yang
memengaruhi pola tidur, dan menurunkan berat badan jika
berat badan berlebih juga dapat membantu.
MENCARI PERAWATAN MEDIS
Periksalah ke dokter jika Anda
Mengantuk secara berlebihan di siang hari
Mendengkur dengan keras saat tidur
Berhenti bernapas sejenak ketika tidur
Merasa sangat mengantuk saat mengemudi
C NARCOLEPSY
Gangguan tidur kronis yang menyebabkan kantuk luar
biasa di siang hari.
Penyebab narkolepsi tidak dipahami dengan baik, tetapi
mungkin melibatkan faktor genetik dan sinyal abnormal
dalam otak.
PENGERTIAN NERCOLEPSY
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang
menyebabkan rasa kantuk berlebih pada siang hari serta
tertidur secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan
tempat

241
PENYEBAB MASALAH NERCOLEPSY
Para ahli belum mengetahui secara pasti apa yang
menyebabkan narkolepsi. Namun diperkirakan, penyebab
kondisi ini terkait dengan beberapa faktor seperti masalah
di otak dan gen tertentu. Faktor risiko lain juga ikut
menentukan, termasuk usia.
TIPS MENGATASI NARCOLEPSTY
Pencegahan Narkolepsi
1. Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit
setiap hari, tetapi jangan terlalu dekat dengan
waktu tidur.
2. Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat
merasa sangat mengantuk.
3. Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam
yang sama setiap hari

D PARASOMNIA
Parasomnia adalah sekumpulan gejala tidak
menyenangkan yang terjadi saat hendak tidur, sudah
terlelap, atau terbangun dari tidur. Gangguan ini bisa
berupa gerakan, perilaku, emosi, persepsi, hingga mimpi
yang tidak wajar. Meski begitu, pengidap parasomnia

242
tetap dalam keadaan tertidur sepanjang kejadian
berlangsung.
PENGERTIAN PARASOMNIA
Parasomnia adalah sekumpulan gejala tidak
menyenangkan yang terjadi saat hendak tidur, sudah
terlelap, atau terbangun dari tidur. Gangguan ini bisa
berupa gerakan, perilaku, emosi, persepsi, hingga mimpi
yang tidak wajar. Meski begitu, pengidap parasomnia
tetap dalam keadaan tertidur sepanjang kejadian
berlangsung
PENYEBAB MASALAH PARASOMNIA
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak
sempurna antara NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga
diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut: Kurang tidur.
Demam.

TIPS MENGATASI PARASOMNIA


Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada
kasus parasomnia adalah:
1. Hindari kurang tidur, konsumsi alkohol berlebih,
dan stres.
2. Meminimalkan pengobatan, termasuk
psikotropika.

243
3. Melakukan selip higiene.
4. Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara,
sentuhan)
5. Mengobati komorbiditas medis lain[3,4]
E APNOE SAAT TIDUR
Selip apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat
pernapasan seseorang terganggu dengan adanya periode
henti napas secara berulang pada saat tidur. Kondisi ini
menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asuhan oksigen yang cukup.
PENGERTIAN APNOR SAAT TIDUR
Gangguan tidur apnea adalah gangguan yang
menyebabkan pernapasan berhenti sementara saat
kondisi tidur. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi
berulang kali. Akibatnya, oksigen ke otak menjadi
berkurang. Jika hal ini tidak segera ditangani, nantinya
dapat menimbulkan komplikasi serius
TIPS MENGATASI APNOE SAAT TIDUR
Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Sleep Apnea
1. Menjalankan pola makan yang sehat.
2. Mengontrol berat badan.
3. Buatlah rutinitas tidur yang baik.

244
4. Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol.
5. Ganti posisi tidur yang lebih baik. Gunakan posisi
menyamping. ...
6. Rutin olahraga.
7. Gunakan pelembap udara dalam kamar.
F MENGIGAU
Mengigau, atau "somniloquy" adalah saat seseorang
membuat vokal isasi ketika tidur, baik gumaman, teriakan,
kata, atau bahkan tertawa. Studi pada 2009 menjelaskan
beberapa orang mengucapkan kata yang selaras dengan
yang apa mereka ucapkan dalam mimpi saat mengigau.
Pengertian mengigau
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan
berbicara selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama
mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog, gumaman,
hingga mengoceh. Nama lain dari mengigau yaitu
somniloquy.
PENYEBAB MASALAH MENGIGAU
Saat kita sedang sakit atau demam, respons imun tubuh
kita akan meningkat, terutama di malam hari. Menjadi
sering terbangun ketika tidur adalah satu akibat dari
kondisi ini. Nah, hal ini juga bisa memicu seseorang
menjadi mengigau.

245
TIPS MENGATASI MENGIGAU
Cara menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur
1. Hindari
stres. Menghilangkan kebiasaan mengigau saat
tidur bisa dilakukan dengan menghindari stres. ...
2. Perbaiki jam tidur Anda. Kurang tidur bisa
meningkatkan kemungkinan Anda
untuk mengigau. ...
3. Memasang Whita Nosi. ...
4. Berkonsultasi ke dokter.

246
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DISUSUN OLEH:

FADILLAH AGUSTINA(P00320222052)

1B

DOSEN PEMBIMBING:

ELFIDA, SKM. MPH

247
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA

POLTEKKES KEMENKES ACEH

TAHUN 2023

A. INSOMNIA
1. DEFINISI
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi seseorang merasa tidak
cukup tidur kualitas tidurnya buruk walaupun orang tersebut sebenarnya
memiliki kesempatan tidur yang cukup sehingga mengakibatkan perasaan
yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.
Siklus tidur-bangun diatur oleh hubungan timbal balik antara tiga
sistem saraf yang berbeda dibatang otak:
a. Arousal system, bagian dari reticular activating system,
b. Pusat tidur gelombang lambat,
c. Pusat tidur parodoksikal.

Aktivitas otak selama tidur dapat direkam menggunakan EEG.


Terdapat 2 jenis tidur, yaitu 1. Tidur gelombang lambat (tidur NREM)
dan 2. Tidur paradoksikal (tidur REM).

Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium, yaitu:


1) Stadium I: seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata
dan kedua bola mata bergerak pelan, pola EEG menunjukkan
penurunan volatase dengan gelombang alfa yang frekuensinya semakin
menurun.
2) Stadium II: kedua bola mata berhenti bergerak tetapi tonus otot tetap
terpelihara. Pola EEG menunjukkan adanya sleep spindle.

248
3) Stadium III: pola EEG menunjukkan gelombang dasar yang lambat
dengan amplitudo yang meningkat.
4) Stadium IV: tampak gelombang lambat saja tanpa sleep spindle. Pada
tidur stadium III dan IV, tonus otot menjadi sangat rendah.
Tidur REM ditandai oleh gerakan mata cepat (rapid eye movement),
kecepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan menjadi tidak teratur/
ireguler dan tekanan darah berfluktuasi. Tidur REM merupakan tahap
tidur tahap yang paling dalam. Kebanyakan orang dewasa tidur sekitar 7-
8 jam dalam semalam. Pada bayi dan orang tua terdapat frekuensi tidur-
bangun yang lebih sering.
Terdapat 2 macam gangguan tidur, yaitu:
a. Gangguan tidur fungsional dan,
b. Patologis gangguan tidur fungsional terdiri dari somnabulisme, sleep
automatism, kejang nokturnal, dan paralis nokturnal.
Sedangkan hipersomnia (terlalu banyak tidur) dan insomnia (kurang
tidur) merupakan bagian dari gangguan tidur patologis.
Insomnia terbagi menjadi 3:
1) Insomnia primer, pendarita bisa tidur bahkan tidurnya sambil
mendengkur tapi ia tidak bisa menikmati tidur. Masa REM sangat kurang,
sedangkan NREM cukup.
2) Insomnia sekunder psikoneurotik, organ-organ psikoneurotik
pada umumnya banyak problem dan keluhan. Banyak pikiran dan
perasaan yang menggangu individu sampai saat tidur. Misalnya, pusing,
sakit kepala, perut kembung, badan terasa pegal-pegal.
3) Insomnia sekunder penyakit organik, karena terganggu oleh
suatu penyakit organik, misalnya nyeri dan sesak nafas.
2. ETIOLOGI
Insomnia dapat disebabkan karena gangguan fisik tetapi sering juga
karena gangguan mental akibat kegelisahan.

249
3. MANIFESTASI
 Kesulitan untuk tertidur pada waktu yang normal (initial insomnia,
Didefenisikan sebagai kesulitan tertidur lebih dari 30 menit)
 Kesulitan mempertahankan tidur/sering terbangun dari tidur lalu
sulit tidur kembali
 Terbangun lebih cepat dipagi hari (terminal insomnia)
 Merasa tetap lelah dan mengantuk meskipun durasi tidur sudah
cukup
 Merasa cemas jika sudah mendekati waktu tidur
4. PENCEGAHAN
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah insomnia,
antara lain:
1. Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,
termasuk akhir pekan
2. Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi
makanan sehat, termasuk sayuran dan buah-buahan
3. Berolahraga secara rutin, tetapi tidak dekat waktu tidur
4. Membatasi waktu tidur siang
5. Menjaga kenyamanan dan suhu kamar tidur, serta usahakan hanya
masuk kekamar bila ingin tidur
6. Membuat tubuh terasa rileks sebelum tidur, misalnya dengan mandi air
hangat atau membaca buku
7. Memeriksakan kesehatan secara rutin kedokter, terutama jika memiliki
penyakit kronis yang memerlukan kontrol rutin
5. PENATALAKSANAAN
 Farmakoterapi: obat-obatan hipnotik sedatif seperti: zolpidem
dosis 5-10 mg po malam hari sebelum tidur, trazodon 25-100 mg
malam hari, klonazepam 0,25-0,5 mg malam hari sebelum tidur
atau antidepresan amitriptilin 12,5 mg malam hari

250
 Herbal: valerian, melatonin, chamomile, dan kava kava
 Psikoterapi
 Kronoterapi
 Terapi cahaya, kontraindikasi terapi ini adalah hipersensitivitas
pada mata atau kulit, atau sedang memakai obat yang
meningkatkan risiko fotosensitivitas dan gangguan bipolar.

B. PARASOMNIA
1. DEFENISI
Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi
tidur anak-anak, seperti seperti somnambulisme (tidur berjalan), ketakutan,
dan enuresis (ngompol).
2. ETIOLOGI
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara
NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga picu oleh beberapa kondisi
tersebut:
 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau
tumor otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3. MANIFESTASI

251
Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan
gejala lain, seperti :
o Bangun dengan bingung atau disorientasi
o Melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
o Menemukan luka asing ditubuh
o Sulit tidur sepanjang malam
o Mengantuk atau kelelahan disiang hari
4. PENCEGAHAN
Rutin berolahraga, berolahraga minimal 30 menit setiap 1 hingga 2
hari sekali, dengan intensitas yang dinaikkan secara bertahap.
Imbangi juga pengobatan dokter dan olahraga tersebut dengan:
 Bijak mengelola stres, rileks, pikiran positif, fokus pada apa yang
perlu dan penting dikerjakan, jangan memikirkan hal yang terlalu
rumit.
 Buat jadwal aktivitas keseharian teratur tidak hanya untuk tidur
dan bangun
 Melakukan hal-hal yang membuat diri bahagia, termasuk
berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi, ibadah yang
rajin.
 Jangan minum sembarang obat atau herbal selain dari dokter.
5. PENATALAKSAAN
Penatalaksaan parasomnia adalah menangani komorbid dari para
somnia atau kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia,
misalnya penghentian obat hipnotiksedatif, antipsikotik, atau antidepresan.
Tatalaksana umum meliputi edukasi dan profilaksis yaitu:
Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:

252
 Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) umumnya ringan
dan akan hilang sendiri.
 Terdapat peran genetik.
 Kondisi parasomnia pada dewasa sering berhubungan dengan
kondisi psikiatri, misalnya skizofrenia dan depresi.
 Penanganan pada komorbid psikiatri tidak akan mempengaruhi
ekspresi parasomnia.
 Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada
pasien ataupun pasangan tidur.
Profilaksis
Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:

 Hindari kurang tidur, konsumsi alkohol berlebih, dan stress


 Meminimalkan pengobatan, termasuk psikotropika
 Melakukan sleep hygiene
 Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara, sentuhan)
 Mengobati komorbiditas medis lain.

C. HIPERSOMNIA
1. DEFENISI
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia
merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam dimalam hari. hipersomnia
biasanya berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau
kegelisahan, kerusakan sistem saraf sentral dan gangguan ginjal, hati atau
gangguan metebolisme.

2. ETIOLOGI
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab hipersomnia, antara lain:
 Gangguan tidur narkolepsi (ngantuk pada siang hari) dan sleep
apnea (gangguan pernapasan saat tidur)

253
 Tidak cukup tidur dimalam hari (kurang tidur)
 Kelebihan berat badan
 Penyalahgunaan narkoba atau alkohol
 Cedera kepala atau penyakit saraf, seperti skerosis ganda atau
penyakit parkinson.
 Obat resep, seperti penenang atau antihistamin
 Genetika (memiliki kerabat dengan hipersomnia)

3. MANIFESTASI
Seorang hipersomnia dapat mengalami:
 Tidur siang secara teratur dan tidak merasa segar
 Tertidur saat siang hari, saat makan atau melakukan aktivitas
lainnya
 Tidur selama berjam-jam dimalam hari
 Merasa lelah sepanjang waktu
 Sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu
 Pikiran terasa berkabut, sulit membuat keputusan

4. PENCEGAHAN
Hingga saat ini, belum ada cara mencegah hipersomnia yang bisa
dilakukan. Meski begitu, Anda dapat mengurangi risikonya dengan:
 Menciptakan lingkungan tidur yang tenang
 Menjauhi konsumsi alkohol
 Menghindari konsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk
 Jangan bekerja hingga larut malam

5. PENATALAKSANAAN
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi
penyebabnya. Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi
perubahan pola hidup.

 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin,


methylphenidate, atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah
stimulan yang membantu pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.

254
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan.
Dokter mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain
itu, hindari aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk
mengonsumsi kafein dan minuman beralkohol. Dokter juga mungkin
merekomendasikan pola makan sehat kepada pengidap.

D. NARCOLEPSY
1. DEFENISI
Narkolepsy adalah serangan mengantuk yang mendadak disiang hari.
sering disebut dengan serangan tidur).

2. ETIOLOGI
Penyebab belum diketahui tetapi diperkirakan akibat kerusakan genetik
sistem saraf pusat yang mana periode tidur REM tidak dapat dikendalikan.

3. MANIFESTASI
Gejala umum narkolepsi antara lain:
 Kantuk di pagi dan siang hari yang berlebihan. Kantuk yang
berlebihan menyebabkan penderita sulit untuk beraktivitas secara
normal.
 Sleep paralysis atau ketidakmampuan untuk bergerak, berbicara,
atau terbangun saat tertidur. Durasi dari sleep paralysis biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit.
 Halusinasi saat tidur. Saat penderita bermimpi ketika sedang
setengah terjaga, penderita dapat mengira mimpi yang dialami
sebagai kenyataan.
 Katapleksi atau kehilangan tonus (kekuatan) otot secara tiba-tiba
karena dipicu oleh emosi yang intens, seperti rasa gembira, tawa,
kemarahan, atau ketakutan.

4. PENCEGAHAN
Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi
telah ditetapkan (usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum
ditentukan, sehingga tidak mungkin untuk mencegahnya, terutama pada
orang yang memiliki kecenderungan genetik. Namun, ada juga narkolepsi
sekunder yang disebabkan oleh trauma fisik, yang membuatnya lebih
mudah untuk dihindari.

255
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah
berkembangnya narkolepsi sekunder adalah menghindari vaksin influenza
dan menghindari aktivitas ekstrem, guna mengurangi risiko cedera kepala
berat.

5. PENATALAKSANAAN
Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi narkolepsi antara lain:
 Stimulansia seperti: ampetaminatau metilpenidase hidroklorida.
 Anti depresan seperti: imipramin hidroklorida (tofranil).

E. APNEA SAAT TIDUR


1. DEFENISI
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan
seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang
pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asupan oksigen yang cukup.

2. ETIOLOGI
. Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:

 Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang


paling sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,
biasanya karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan
yang kolaps semasa tidur.

 Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas
pada tipe ini, tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak
untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk bernapas,
terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di
otak.

 Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-


emergent central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang
memiliki OSA dan CSA.

3. MANIFESTASI

256
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
 Dengkuran keras.
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
 Terengah-engah dalam tidur.
 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
 Nyeri kepala saat bangun tidur.
 Sulit mempertahankan tidur.
 Mengantuk saat siang hari.
 Sulit konsentrasi.
 Iritabilitas

4. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan
cara:
 memiliki pola makan sehat
 berhenti merokok
 membatasi asupan alkohol.

5. PENATALAKSANAAN
Beberapa kasus sleep apnea yang lebih ringan, dokter mungkin hanya
menyarankan perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan atau
berhenti merokok. Jika memiliki alergi hidung, dokter akan
merekomendasikan perawatan untuk alergi.
Jika tindakan ini tidak memperbaiki tanda dan gejala atau jika kondisi
ada pada fase sedang hingga berat, sejumlah perawatan lain mungkin
tersedia.
Perangkat tertentu dapat membantu membuka saluran udara yang
tersumbat. Dalam kasus lain, operasi mungkin diperlukan.
Terapi lain termasuk:
 Tekanan saluran udara positif berkelanjutan (CPAP)
 Perangkat mulut
 Stimulator saraf
 Terapi surgikal (pengangkatan tonsil)

257
6. MENGIGAU
1. DEFENISI
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara
selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa
monolog jelas, dialog, gumaman, hingga mengoceh.
Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini merupakan
bagian dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada
seseorang yang berbicara saat tidur.

2. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, diantaranya yaitu:
1. Stres secara emosional
2. Mengalami REM sleep behavior disorder (RBD)
3. Sedang demam atau sakit
4. Konsumsi obat-obatan tertentu
5. Genetik

3. MANIFESTASI
gejala utama mengigau ekspresi yang bisa didengar terjadi selama
tidur tanpa orang itu menyadarinya. Itu bisa berupa:
 omong kosong atau menyerupai ucapan normal
 bergumam
 seolah-olah berbicara dengan orang lain
 percakapan cenderung pendek

4. PENCEGAHAN
Beberapa pencegahannya antara lain:
 Usahakan cukup tidur
 Kelola stres
 Hindari alkohol
 Hentikan cemilan malam
 Konsultasi pada ahli

5. PENATALAKSANAAN

258
Berikut cara mudah yang bisa kamu lakukan untuk menghilangkan
kebiasaan mengigau ketika tidur antara lain:
 Menghindari stres
 Meditasi atau yoga
 Makan makanan yang bergizi
 berpikir positif
 dengarkan white noise

DAFTAR PUSTAKA

Sering Mengigau Saat Tidur Bisa Jadi Tanda Penyakit Demensia. [Daring]. Tautan:
https://hellosehat.com/pola-tidur/gangguan-tidur/sering-mengigau-saat-tidur/. Diakses
10 Juli 2022

259
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Sleep apnea - Symptoms and causes.

TIM MEDIS, 06 april 2022

Dr. Georgeo Dewanto, Buku kedokteran EGC © 2007. Panduan Praktis Diagnosis &
Tata Laksana Penyakit Saraf.

Healthline. https://www.healthline.com/health/narcolepsy

Diakses pada 10 Desember 2018

MAKALAH KEPERWATAN DASAR

DOSEN PEMBIMBING:

ELFIDA, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH:

260
SORAYA SAFIRA

NIM (P00320222 076)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTA LANGSA

POLTEKES KEMENKES ACEH

TAHUN 2022-2023

A. INSOMNIA
1. DEFINISI INSOMNIA
Insomnia adalah gangguan tidur yang membuat Anda bangun tidur
terlalu awal, kesulitan untuk tidur, atau tidur tidak menjadi nyenyak.
Kondisinya bisa berlangsung sebentar dalam jangka pendek (akut) atau lama
dalam jangka panjang (kronis). Insomnia dapat muncul dan kembali
sewaktu-waktu. Pada insomnia akut, biasanya berlangsung selama 1 malam
hingga beberapa minggu. Sedangkan, insomnia yang bersifat kronis biasanya
terjadi dalam jangka waktu 3 malam sampai 3 bulan lamanya.
2. ETIOLOGI INSOMNIA
Penyebab insomnia dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a.insomnia primer merupakan gangguan tidur yang tidak disebabkan oleh
masalah kesehatan
b.insomnia sekunder adalah kesulitan tidur yang dusesbabkan oleh penyebab
lain atau kondisi khusus tertentu misalnya:
 Stress (kehilangan pekerjaan,perceraian,kematian,dan sebagainya).
 Penyakit tertentu.

261
 Faktor lingkungan seperti,suara bising,cahaya,dan suhu yang
ekstrim(dingin atau panas).
 Obat-obatan misalnya obat depresi,anti hipertensi,dan asma.
 Jadwal tidur terganggu misalnya karena bekerja dengan sistem shift.
 Nyeri.
 Depresi atau gangguan kecemasan.
 Kafein,nikotin,alkohol.
3. MANIFESTASI KLINIS INSOMNIA
Terdapat beberapa gejala sulit tidur yang umum dirasakan
penderita seperti:
 Penderitanya sering kali membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk
bias tidur
 Penderita hanya bias tidur selama 6 jam atau kurang,setidaknya 3 hari
berturut-turut dalam 1 bulan atau lebih.
 Tidak merasa bugar setelah tidur atau merasa lelah disiang hari
meskipun memiliki waktu tidur yang cukup.
 Sulit berkontaminasi.
 Kurangnya energi atau motivasi.
 Mamiliki kekhawatiran tentang tidur.
4. PENCEGAHAN INSOMNIA
Penyakit insomnia dapat dicegah dengan beberapa cara,diantaranya:
 Olahraga teratur yang sebaiknya dilakukan minimal 4 jam sebelum
tidur.Hindaro berolahraga mendekati waktu tidur karena dapat
mengganggu kualitas tidur.
 Hindari kafein,nikotin,dan alkohol terutama pada sore dan malam hari.
 Latihan teknik melepas stress seperti yoga,meditasi atau relaksasi.

PENATALAKSAAN INSOMNIA

262
Terapi Nonfarmakologi
 Sleep hygiene mencakup perubahan gaya hidup.seperti control
diet,olahraga teratur danmengurangi penggunaan stimulant dan
alcohol.faktor lingkungan yang mungkin mengganggu tidur, misalnya
suara,cahaya,dan temperature juga dikendalikan.selain itu juga disarankan
untuk menghindari tidur siang dan makan malam yang berat.
 Stimulus control therapy pasien yang mengalami gangguan tidur kronis
cenderung mengalami conditioning antara lingkungan tempat tidur dan
jam tidur dengan perilaku-pe rilaku yang bias mengganggu tidur seperti
khawatir,membaca menggunakan smartphone,atau menonton televisi
ditempat tidur.
Intruksi untuk terapa ini mencakup:
o Berbaring ditempat tidur hanya ketika sudah mengantuk.
o Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga ditempat tidur.
o Tidur hanya ditempat tidur dikamar tidur dan bukan ditempat
lain seperti sofa.
o Segara meninggalkan tempat tidur setelah bangun.
o Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk.
o Selalu bangun pada waktu yang sama,meskipun jumlah jam tidur
malam berbeda-beda (dengan tanpa memperdulikan jumlah jam
tidur malam).
o Hindari tidur disiang hari.
 Sleep restriction terapi ini dilakukan dengan membatasi waktu terjaga
ditempat tidur (sebelum tidur).sebelum terapi dimulai,pasien diminta
membuat sleep log selama 2 minggu untuk mengetahui perbandingan
waktu benar-benar tidur ditempat tidur dibandingkan dengan seluruh
waktu yang dihabiskan ditempat tidur (sleep efficiency).Pasien hanya
diijinkan tidur sejumlah waktu yang dihabiskan benar-benar tidur

263
ditempat tidur (tapi tidak boleh kurang dari 5 jam),sehingga pasien
akan mengalami deprivasi tidur dan peningkatan dorongan untuk
tidur.Bila sleep efficiency sudah mencapai 90% maks jam tidur
ditambahkan 15 menit.
 Terapi relaksasi pikiran bisa memperarah gangguan tidur,mereka
yang mengalami gangguan tidur sering kali mencemaskan kesulitan
tidurnya ketika memulai tidur sehingga memperarah gangguan
tidurnya.Terapi relaksasi ditujukan untuk meredakan pikiran-pikiran
ini.Teknik relaksasi yang bias digunakan adalah progressive
muscular relaxation,autogenik,training (menginduksi sensasi hangat
dan tekanan untuk menimbulkan relaksasi somatik) dan imagery..
 Maintenance Patensi Jalan Napas Untuk mereka yang mengalami
gangguan tidur yang terkait dengan gangguan jalan napas, maka bisa
dipertimbangkan untuk pemberian dental-oral appliance, pengaturan
posisi tidur, penurunan berat badan, atau tindakan operatif.
Terapi Farmakologi

Banyak klinisi yang memberikan obat golongan antihistamin yang


mempunyai efek sedasi kuat untuk mengatasi gangguan tidur. Namun hal ini
tidak direkomendasikan karena antihistamin mempunyai efek antikolinergik.
Obat lain yang berefek sedasi dan bisa digunakan adalah obat antidepresan,
misalnya mirtazapine, trazodone, dan amitriptyline.

Prinsip Terapi Gangguan Tidur

Penggunaan obat sebaiknya diberikan dalam durasi singkat atau sebagai


tambahan untuk terapi nonfarmakologis. Obat dipilih dengan
mempertimbangkan:

264
o Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya
kesulitan memulai tidur atau mempertahankan tidur).
o Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau
intermiten).
o Durasi pemberian obat yang direncanakan.
o Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien.

Untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur (insomnia


inisiasi), bisa diberikan obat-obat short-acting seperti alprazolam dan zolpidem.
Terdapat studi yang menyebutkan bahwa suplementasi magnesium bermanfaat
pada insomnia pasien dewasa, tetapi mekanisme dan efikasinya masih
membutuhkan studi lebih lanjut.Untuk pasien yang mengalami gangguan untuk
mempertahankan tidur bisa diberikan obat dengan aksi yang lebih panjang,
seperti eszopiclone dan suvorexant. Pasien-pasien yang mempunyai komorbiditas
kecemasan atau depresi, bisa diberikan antidepresan yang mempunyai properti
sedatif, seperti trazodone dan mirtazapine.Untuk mereka yang mengalami
gangguan irama sirkadian, bisa diberikan obat golongan melatonin agonis atau
orexin antagonis.

Obat Untuk Mengatasi Kualitas dan Kuantitas Tidur

Farmakoterapi yang bisa digunakan pada gangguan tidur dimana pasien


mengalami penurunan kualitas dan kuantitas tidur adalah:

o Golongan benzodiazepine seperti flurazepam, temazepam, estazolam, dan


triazolam).
o Obat Hipersomnia dan Narkolepsi

Selain obat untuk mengatasi insomnia, ada juga obat yang digunakan untuk
mengatasi hipersomnia dan narkolepsi. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai anti-
narkolepsi lini pertama adalah modafinil, armodafinil, pitolisant, sodium oxybate, dan

265
solriamfetol. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai lini kedua adalah metilfenidat dan
amfetamin

B. PARASOMNIA

1.DEFINISI PARASOMNIA

Gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang paling umum dialami


oleh masyarakat dan sekitar sepertiga populasi dunia pernah mengalami
gangguan tidur (setiabudhi,2011).Menurut ppdj-III gangguan tidur secara garis
besar dibagi menjadi dua,yaitu disomnia dan parasomnia.Parasomnia
merupakan peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur.Termasuk
dalam golongan ini adalah somnabulisme,terror tidur,dan mimpi buruk
(maslim,2002).Gangguan tidur yang berkepanjangan mampu mengubah siklus
tidur biologis,merunkan daya tahan tubuh serta prestasi kerja,mudah
tersinggung,gangguan depresi,kurang konsentrasi,kelelahan yang
mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain dan menurunkan
kualitas hidup penderita (Asnis et.al,2016).

2.ETIOLOGI PARASOMNIA

Gangguan tidur disebabkan oleh berbagai macam hal.Beberapa penyebab dari


gangguan tidur antara lain:

 Gangguan fisik seperti nyeri perut.


 Kondisi medis,seperti sesak napas.
 Obat-obatan seperti kafein,antidepresan,atau stimulan.
 Gangguan kejiwaan seperti depresi atau cemas.
 Kondisi lingkungan seperti pekerja shift malam hari.
 Usia lanjut.
 Penyalahgunaan alkohol

266
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia.

3.MANIFESTASI KLINIS PARASOMNIA

Gangguan tidur dapat menyebabkan beberapa gejala,bahkan gejala yang tidak


terlalu terlihat.Berikut ini adalah gejala umum dari gangguan tidur:

 Sangat mengantuk.
 Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari.
 Tiba-tiba tertidur saaat duduk dan melakukan aktivitas lain,seperti
membaca atau menonton tv
 Sulit berkonsentarsi dalam melakukan kegiatan tertentu
dirumah,tempat kerja,atau sekolah.
 Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyatir.
 Sering terlihat mengantuk.
 Sulit mengingat atau menyimpan informasi.
 Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan.
 Emosi yang tidak stabil.
 Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap
terbangun.

4.KLASIFIKASI PARASOMNIA

 Nightmare disorder.mimpi buruk adalah mimpi menganggu yang


terkait dengan perasaan negative seperti kecemasan atau
ketakutan,yang bias membangunkan seseorang tidur.
 Sleep terror disorder.Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang
terkait dengan perasaan negative,seperti kecemasan atau ketakutan
yang bisa membangunkan seseorang dari tidur.

267
 Sleepwalking disorder (somnambulisme).Tindakan bangun dan
berjalan ke sekeliling saat tidur berjalan paling sering terjadi pada
anak-anak yang biasanya menghilang pada usia remaja.

5.PENCEGAHAN PARASOMNIA

 Bijak mengelola stress cobalah untuk rileks bangun pikiran


positif.Fokus pada yang perlu dan penting.anda kerjakan jangan
memikirkan hal yang terlalu rumit.
 Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia termasuk
dengan berkumpul bersama orang tersayang lampiaskan hobi
anda,berlibur,ibadah,yang rajin.
 Saat akan tidur,kondisikan kamar anda agar nyaman.kenakan pakaian
tidur yang nyaman dan bersih,tidak makan berlebihan menjelang
tidur,dan lakukan hal yang membuat anda mengantuk,seperti dengan
membaca,message.
 Batasi penggunaan gadjet yang tidak perlu.
 Jangan minum sembarangan obat atau herbal lain dari dokter.

6.PENATALAKSAAN PARASOMNIA

Penatalaksanaan parasomnia dibagi menjadi dua tata laksana umum dan


spesifik.

Penatalaksanaan umum meliputi:

 Edukasi dan profilaksi

Penalaksanaan secara spesifik meliputi:

 Pembangunan pasien antiseptik.


 Psikoterapi.
 Farmakoterapi.

268
C.NARKOLEPSI

1.DEFINISI NARKOLEPSI
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa
ngantuk di siang hari dan serangan tidur tiba-tiba.Orang dengan narkolepsi
merasa sulit untuk tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama,terlepas dari
keadaan.Alhasil kondisi ini dapat menybabkan gangguan serius dalam
menjalani rutinitas sehari-hari.Tekadang kondisi ini dapat diserati dengan
hilangnya tonus otot secara tibatiba yang dapat dipicu oleh emosi yang
kuat.narkolepsi yang terjadi dengan cataplexy disebut narkolepsi tipe
1.narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi dikenal sebagai narkolepsi tipe 2.

2.ETIOLOGI NARKOLEPSI

Penyebab narkolepsi tipe 1 adalah:

 Narkolepsi memiliki hypocretin yang rendah,yaitu neurokimia di otak yang


membantu mengatur bangun dan tidur REM.Tingkat hypocretin rendah pada
mereka yang mengalami katapleksi.
 Penyebab hilangnya sel-sel penghasil hypocretin diotak tidak
diketahui.Namun degaan sementara terjadi karena reaksi autoimun.Genetik
dapat perperan dalam perkembangan kondisi ini.Namun risiko peang tua yan
mewariskan gangguan ini pada seorang anak rendah,yaitu sekitar 1 persen.Di
eropa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang mungkin antara paparan
virus flu babi (H1N1) dengan bentuk tertentu dari vaksin H1N1 yang saat ini
dikelola.
 Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM).Selama fase ini,gelombang otak memperlambat,setelah
satu jam tidur,aktivitas otak akan berubah dan tidur REM

269
dimulai.Kebanyakan mimpi terjadi saat tidur REM.Namun pada
narkolepsi,pengidap tiba-tiba masuk kedalam tidur REM tanpa mengalami
tidur REM,baik pada malam hari atau siang hari.

3.MANIFESTASI KLINIS NARKOLEPSI

Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan kemudian
berlanjut seumur hidup.hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari yang
berlebihan.pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan dimana saja.

 Pengidap dapat mengalami penurunan kewaspadaan dan focus sepanjang


hari.rasa ngantuk disiang hari yang berlebihan biasanya merupakan gejala
pertama yang muncul dan sering kali merupakan hal yang paling menyulitkan
sehingga sulit untuk berkonsentrasi dan berfungsi penuh.
 Gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan tonus otot.Kondisi katalepsi dapat
menyebabkan sejumlah perubahan fisik dari bicara yang tidak jelas sehingga
besar otot yang dapat berlangsung sehingga beberapa menit.
 Katalepsi tidak dapat dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang kuat,biasanya
yang positif seperti tawa atau kegembiraan,tetapi terkadang takut,terkejut,atau
marah.Beberapa orang dengan narkolepsi hanya mengalami satu atau dua
episode setiap hari.Walau begitu,Tidak semua orang denan narkolepsi
mengalami katapleksi.
 Kelumpuhan tidur yaitu, sering mengalami ketidakmampuan sementara itu
untuk bergerak atau berbicara ketika tertidur atau saat bangun tidur.Episode
ini biasanya singkat,berlangsung beberapa detik atau menit,tetapi bisa menjadi
menakutkan.Kelumpuhan tidur ini meniru jenis kelumpuhan sementara yang
biasanya terjadi selama periode tidur yang disebut rapid eye movement
(REM) selama tidur.
 Namun tidak semua orang dengan kelunpuhan tidur memiliki
narkolepsi.umumnya,pengidap narkolepsi mengalami bebrapa episode

270
kelumpuhan tidur.Gejala lainnya yang cukup sering adalah perubahan dalam
gerakan mata cepat (REM) tidur.Tidur (REM) biasanya ketika kebanyakan
mimpi terjadi.pada orang dengan narkolepsi tidur REM dapat terjadi kapan
saja pada siang hari.pengidap narkolepsi membutuhkan hanya 15 menit untuk
mengalami transisi cepat ke tidur REM.selain itu saat bangun tidur,pengidap
juga dapat mengalami halusinasi hipnagogik.

4.PENCEGAHAN NARKOLEPSI

Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari:

 Vaksin influenza
 Menghindari aktivitas ekstrem
 Guna mengurangi risiko cedera kepala berat.

5.PENATALAKSANAAN NARKOLEPSI

Penatalaksaan narkolepsi di bagi menjadi dua yaitu:

Terapi farmokologis
 Obat-obatan.

Terapi nonfarmologis

 Kebiasaan tidur.
 Diet dan olahraga.
 Pekerjaan dan berkendara.

D.SLEEP APNEA
1.DEFINISI SLEEP APNEA
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat

271
tidur.Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan
asupan oksigen yang cukup.

2.ETIOLOGI SLEEP APNEA

Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:

 Sleep apnea obstruktif (OSA) merupakan jenis sleep apnea yang paling sering
disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,biasanya karena jaringan lunak
dibagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.
 Sleep apnea sentral (CSA) tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini
tetapi sleep apnea terjadi Karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk
bernapas,terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di otak.
 Sindrom sleep apnea kompleks dikenal sebagai treatment-emergent central
sleep apnea yang terjadi ketika seseorang memiliki 0SA dan CSA.

3.MANIFESTASI KLINIS SLEEP APNEA

Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:

 Dengkuran keras.
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
 Terengah-engah saat tidur.
 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
 Nyeri kepala saat bangun tidur.
 Sulit mempertahankan tidur.
 Mengantuk saat siang hari.
 Sulit konsentrasi.
 Iribilitas.

4.PENCEGAHAN SLEEP APNEA

272
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara
memiliki pola makan sehat,berhenti merokok,dan membatasi asupan alkohol.

5.PENATALAKSANAAN SLEEP APNEA

 Perubahan gaya hidup seperti


 Penurunan berat badan.
 Mengurangi konsumsi alkohol khususnya sebelum tidur.
 Tidur dengan posisi miring (bandingkan supine).
 Good sleep hygiene.
 Pemakaian PAP yang sesuai dengan waktu tidur dan kamar tidur.
 Konsumsi alkohol
 Obesitas
 Posisi tubuh
Penatalaksanaan OSA ringan,sedang,dan berat
 Oral applians (perbaikan gaya hidu)
 Tindakan bedah
E.MENGIGAU
1.DEFINISI MENGIGAu
Somniloquy atau sleeptaking.mengigau merupakan vokalisasi saat tidur,bisa
berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar gumaman.kondisi ini bisa dipicu
oleh keadaan emosional-psikologis ,demam atau tidur yang terganggu.mengigau
biasanya berlangsung pada tahadap tidur jangkal,atau kadang pada tahap mimpi
(tidur REM).Jika terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan seperti
melihat pencuri atau melihat sebuah kecelakaan.

Kata-kata yang keluar bisa berkaitan dengan mimpi bahkan berlainan sama
sekali,misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling” tetapi kata yang keluar adalah
“mama” walau demikian,biasanya si pengigau tidak ingat apa-apa yang telah

273
dikatakan atau bahkan tentang mimpinya sendiri.mengigau merupakan bentuk
parasomnia yang biasa terjadi pada 50% anak-anak dan 50% orang dewasa.igauan
yang terucap bisa sangat dramatis,emosional,dan kasar.mengigau merupakan
vokalisasi saat tidur,bisa berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar
gumaman.kondisi ini bisa dipacu oleh keadaan emosional-psikologis,demam atau
tidur yang terganggu.Mengigau biasanya berlangsung pada tahap tidur dangkal atau
kadang kala pada tahap mimpi (tidut REM) jika terjadi dalam tahap tidur
mimpi,biasanya terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan seperti melihat
pencuri atau melihatt kecelakaan.kata-kata yang keluar bisa berkaitan dengan mimpi
bahkan berlainan sama sekali,misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling” tetapi
kata yang keluar adalah “mama” walau demikian,biasanya sipengigau tidak ingat
apa yang dikatakan atau bahkan mimpinya sendiri.

Gangguan ini sering terjadi pada usia muda bahkan pernh dilaporkan kejadian
sleeptaking pada balita yang baru bisa jalan.meskipun lebih sering terjadi pada anak
usia 4 tahun hinggan 7 tahun.Kebanyakan kebiasaan ini hilang sendiri ketika
meranjak dewasa.Tetapi saat dalam kondisi kurang tidur yang ekstrem gangguan
sewaktu-waktu bisa menyerang,

2.ETIOLOGI MENGIGAU

 Mengalami gangguan REM (Rapid ete movement)


 Mengalami sleep terror
 Sedang stress berat
 Efek penggunaan obat-obat tertentu
 Akibat kondisi demam

3.MANIFESTASI KLINIS MENGIGAU

274
Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada
fungsi otak,kondisi ini disebut dengan rapid eye movement (REM) sleep behavior
disorder.

4.PENCEGAHAN MENGIGAU

 Hindari stress
 Tetap berpikir positif
 Menerima hal yang terjadi diluar kontrol
 Berolahraga
 Hindari alkohol dan narkoba
 Perbaiki jam tidur
 Memasang white noise

DAFTAR PUSTAKA

 Dokter tidur. Diakses pada 2022. Hipersomnia:


Gejala,Penyebab,Pengertian dan Penangananya.

275
 Rodriguez CL,foldvary-schaefer N,neurofisiologis klinis
parasomnia NREM.Buku pegangan neurologi
klinis.2019.volume 161,halaman 397-410.
 Pelayanan kesehatan nasional.diakses pada
2022.Narkolepsi.WebMD.Diakses pada 2022 narkolepsi
diperbarui pada 9 juni 2022.
 Klinik mayo.Diakses pada 2019.sleep apnea-gejala dan
penyebab.
 WebMD.Diakses pada 2019.sleep
apnea;jenis,penyebab,definisi.Diperbarui pada 23 september
2019.

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

276
DI SUSUN OLEH :

KENANGA PUSPITA SARI

P00320222058

TINGKAT 1B

DOSEN PEMBIMBING :

ELFIDA, SKM. MPH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LANGSA

POLTEKKES KEMENKES ACEH

TAHUN AJARAN 2023

277
A. INSOMNIA
1. DEFINISI
Insomnia didefinisikan sebagai suatu presepsi seseorang merasa tidak
cukup tidur atau kualitas tidurnya buruk walaupun orang tersebut sebenarnya
memiliki kesempatan tidur yang cukup sehingga mengakibatkan perasaan
yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.
Siklus tidur-bangun diatur oleh hubungan timbal balik antara 3 sistem
saraf yang berbeda di batang otak :
 Arousal system, bagian dari reticular activating system
 Pusat tidur gelombang lambat,
 Pusat tidur paradoksikal.
Aktivitas otak selama tidur dapat di rekam menggunakan EEG. Terdapat
2 jenis tidur, yaitu 1. Tidur gelombang lambat (tidur NREM), dan 2. Tidur
paradoksikal (tidur REM). Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium, yaitu :
1. Stadium I: seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata
dan kedua bola mata bergerak pelan, pola EEG menunjukkan
penurunan volatase dengan gelombang alfa yang frekuensinya semakin
menurun.
2. Stadium II: kedua bola mata berhenti bergerak tetapi tonus otot tetap
terpelihara. Pola EEG menunjukkan adanya sleep spindle.
3. Stadium III: pola EEG menunjukkan gelombang dasar yang lambat
dengan amplitudo yang meningkat.
4. Stadium IV: tampak gelombang lambat saja tanpa sleep spindle. Pada
tidur stadium III dan IV, tonus otot menjadi sangat rendah.
Tidur NREM ditandai oleh gerakan mata cepat (rapid eye movement),
kecepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan menjadi tidak
teratur/iregular dan tekanan darah berfluktuasi. Tidur NREM merupakan
tahap tidur yang paling dalam. Kebanyakan orang dewasa tidur sekitar 7-8

278
jam dalam semalam, pada bayi dan orang tua terdapat frekuensi tidur-bangun
yang lebih sering. Terdapat dua macam gangguan tidur, yaitu:
1.) Gangguan tidur fungsional
2.) Patologis
Gangguan tidur fungsional terdiri dari somnabulisme, sleep automatism,
kejang nokturnal, dan paralisis nokturnal. Sedangkan hipersomnia (terlalu
banyak tidur) dan insomnia (kurang tidur) merupakan bagian dari gangguan
tidur patologis.
Insomnia dibagi lagi menjadi:
a. Insomnia primer: penderita bisa tidur bahkan tidurnya sambil
mendengkur tapi ia tidak bisa menikmati tidur. Masa REM sangat
kurang sedangkan NREM cukup.
b. Insomnia sekunder psikoneurotik: organ-organ psikoneurotik pada
umumnya banyak problem dan keluhan. Banyak pikiran dan perasaan
yang mengganggu individu sampai saat tidur, misalnya pusing, sakit
kepala, perut kembung, badan terasa pegal-pegal.
c. Insomnia sekunder penyakit organik: karena terganggu oleh suatu
penyakit organik, misalnya nyeri dan sesak nafas.

2. ETIOLOGI
Biasanya, jenis insomnia yang dialami seseorang banyak berkaitan
dengan penyebab insomnia yang mendasarinya. Ada dua jenis insomnia,
yakni insomnia akut dan kronis, antara lain:
 Mengalami stress.
 Mengingat peristiwa yang traumatis.
 Terjadinya perubahan kebiasaan tidur, seperti tinggal di rumah baru.
 Mengalami jet lag atau mabuk setelah naik pesawat.
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu.

279
Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai
akibat dari:
 Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung.
 Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan
penggunaan zat.
 Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya.
 Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, kanker, penyakit
refluks gastroesofagus (GERD), atau penyakit kardiovaskular.
Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan
dapat bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis
primer tidak diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain
yang dapat terjadi, seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis,
penggunaan zat tertentu, serta mengidap diabetes.

3. MANIFESTASI KLINIS
 Kesulitan untuk tertidur pada waktu yang normal (initial insomnia, di
definisikan sebagai kesulitan tertidur lebih dari 30 menit)
 Kesulitan mempertahankan tidur, sering terbangun dari tidur lalu sulit
tidur kembali
 Terbangun lebih cepat di pagi hari (terminal insomnia)
 Merasa tetap lelah dan mengantuk meskipun durasi tidur sudah cukup
 Merasa cemas jika sudah mendekati waktu tidur

4. PENCEGAHAN

280
Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah terjadinya
gangguan tidur:

 Cobalah untuk mempertahankan jadwal tidur dan bangun yang kira-kira


sama, bahkan di akhir pekan. Pastikan juga untuk menghindari tidur
siang karena dapat mengurangi rasa kantuk di malam hari.
 Buat rutinitas sebelum tidur yang membantu kamu rileks dan
mendapatkan suasana yang baik untuk tidur.
 Membatasi asupan kafein di sore hari.
 Redupkan lampu dan letakkan perangkat elektronik sekitar satu jam
sebelum waktu tidur.
 Dapatkan sinar matahari dan aktivitas fisik hampir setiap hari atau setiap
hari, jika memungkinkan.
 Hindari tidur siang, terutama jika kamu tahu tidur di siang hari membuat
kamu tetap terjaga di malam hari.
 Memeriksakan diri ke psikolog jika merasakan gejala gangguan
kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

5. PENATALAKSAAN
 Farmakoterapi: obat-obatan hipnotik sedative seperti zolpidem dosis 5-
10mg pada malam hari sebelum tidur, trazodon 25-100mg malam hari,
klonazepam 0,25-0,5 mg malam hari sebelum tidur atau antidepresan
amitriptilin 12,5 mg malam hari
 Herbal: valerian, melatonin, chamomile, dan kava-kava
 Psikoterapi
 Kronoterapi
 Terapi cahaya, kotraindikasi terapi ini adalah hipersensitivitas pada mata
atau kulit, atau sedang memakai obat yang meningkatkan risiko
fotosensitivitas dan gangguan bipolar.

281
B. PARASOMNIA
1. DEFINISI
Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi
tidur anak-anak, seperti somnambulisme (tidur berjalan), ketakutan dan
enuresis (ngompol). Gangguan-gangguan ini sering di alami anak secara
bersamaan, diturunkan dalam keluarga, dan cenderung terjadi pada tahap
III dan IV tidur NREM.

2. ETIOLOGI
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara
NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga picu oleh beberapa
kondisi tersebut:
 Kurang tidur
 Demam
 Stres, cemas, atau depresi
 PTSD (post-traumatic stress disorder)
 Konsumsi obat penenang
 Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau
tumor otak
 Penyalahgunaan alkohol
 Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia

3. MANIFESTASI KLINIS
Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan
gejala lain, seperti :
 Bangun dengan bingung atau disorientasi
 Melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
 Menemukan luka asing ditubuh

282
 Sulit tidur sepanjang malam
 Mengantuk atau kelelahan disiang hari

4. PENCEGAHAN
Penceghan parasomnia yaitu dengan rutin berolahraga, berolahraga
minimal 30 menit setiap 1 hingga 2 hari sekali, dengan intensitas yang
dinaikkan secara bertahap.
Imbangi juga pengobatan dokter dan olahraga tersebut dengan:
 Bijak mengelola stres, rileks, pikiran positif, fokus pada apa yang perlu
dan penting dikerjakan, jangan memikirkan hal yang terlalu rumit.
 Buat jadwal aktivitas keseharian teratur tidak hanya untuk tidur dan
bangun
 Melakukan hal-hal yang membuat diri bahagia, termasuk berkumpul
bersama orang tersayang, lampiaskan hobi, ibadah yang rajin.
 Jangan minum sembarang obat atau herbal selain dari dokter.

5. PENATALAKSAAN
Penatalaksaan parasomnia adalah menangani komorbid dari para somnia
atau kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia, misalnya
penghentian obat hipnotiksedatif, antipsikotik, atau antidepresan.
Tatalaksana umum meliputi edukasi dan profilaksis yaitu:
Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:
 Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) umumnya ringan dan
akan hilang sendiri.
 Terdapat peran genetik.
 Kondisi parasomnia pada dewasa sering berhubungan dengan kondisi
psikiatri, misalnya skizofrenia dan depresi.

283
 Penanganan pada komorbid psikiatri tidak akan mempengaruhi
ekspresi parasomnia.
 Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada pasien
ataupun pasangan tidur.
Profilaksis
Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:
 Hindari kurang tidur, konsumsi alkohol berlebih, dan stress
 Meminimalkan pengobatan, termasuk psikotropika
 Melakukan sleep hygiene
 Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara, sentuhan)
 Mengobati komorbiditas medis lain

C. HIPERSOMNIA
1. DEFINISI
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia
merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari, hypersomnia
biasanya berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau
kegelisahan, kerusakan sistem saraf sentral dan gangguan ginjal, hati atau
gangguan metabolisme.

2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, hipersomnia dapat dibagi menjadi dua jenis.
Berikut ini adalah jenis hipersomnia dan penyebabnya:

Hipersomnia primer
Penyebab hipersomnia primer belum diketahui secara pasti. Akan tetapi,
kondisi ini diduga terjadi akibat mutasi (perubahan) genetik yang membuat

284
produksi histamin di dalam otak berkurang. Meski disebabkan oleh mutasi
genetik, hipersomnia primer tidak menurun dari orang tua ke anaknya.

Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder terjadi akibat penyakit atau kondisi tertentu yang
membuat seseorang kurang tidur atau kelelahan. Beberapa penyakit atau
kondisi tersebut adalah:
 Kondisi medis, seperti hipotiroidisme, asma, nyeri kronis, kanker,
multiple sclerosis, dan epilepsi
 Gangguan tidur, misalnya sleep apnea dan restless leg syndrome
 Kondisi psikis, antara lain depresi, gangguan cemas, dan gangguan
bipolar
 Kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA
 Efek samping obat sedatif, seperti antihistamin, antidepresan,
diazepam, dan obat jantung jenis penghambat beta.

3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama hipersomnia adalah rasa kantuk dan lelah sepanjang hari
meski telah tidur cukup pada malam hari sebelumnya. Keluhan lain yang
dapat muncul akibat hipersomnia adalah:
 Mudah marah, gelisah, dan tersinggung
 Tidak nafsu makan
 Sakit kepala
 Sulit berkonsentrasi dan mengingat
 Sulit berpikir dan berbicara cepat
 Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
 Kantuk yang tidak mereda walaupun telah tidur siang

285
4. PENCEGAHAN
Hingga saat ini, belum ada cara mencegah hipersomnia yang bisa
dilakukan. Meski begitu, Anda dapat mengurangi risikonya dengan:
 Menciptakan lingkungan tidur yang tenang
 Menjauhi konsumsi alkohol
 Menghindari konsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk
 Jangan bekerja hingga larut mala

5. PENATALAKSANAAN
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi
penyebabnya. Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi
perubahan pola hidup.
 Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang
membantu pengidap merasa lebih terjaga.
 Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan.
Dokter mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain
itu, hindari aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk
mengonsumsi kafein dan minuman beralkohol. Dokter juga mungkin
merekomendasikan pola makan sehat kepada pengidap.

D. NARCOLEPSY
1. DEFINISI
Narcolepsy adalah serangan mengantuk yang mendadak di siang hari,
Sering di sebut sebagai serangan tidur.

2. ETIOLOGI

286
Penyebabnya tidak diketahui tetapi diperkirakan akibat kerusakan genetic
sistem saraf pusat yang mana periode tidur REM tidak dapat dikendalikan.

3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang
secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi
yang umum terjadi:
1. Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
2. Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
3. Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan
lemah tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan
bicara cadel. Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga
menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah,
atau tertawa.
4. Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau
berbicara saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
5. Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu
yang tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala


lainnya, seperti:

287
 Gangguan ingatan
 Sakit kepala
 Depresi
 Binge eating disorder
 Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
Gejala narkolepsi berbeda dengan hipersomnia. Pada hipersomnia,
penderita masih dapat terjaga walaupun merasakan kantuk berat. Selain itu,
penderita hipersomnia tidak mengalami sleep paralysis,
halusinasi, dan katapleksi.

4. PENCEGAHAN
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat
membantu mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain
itu, timbulnya gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan
mengubah pola tidur. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan
untuk mengurangi rasa kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan
kualitas tidur pada malam hari:
 Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi
jangan terlalu dekat dengan waktu tidur.
 Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat
mengantuk.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap
hari.
 Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
 Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
 Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur,
seperti membaca atau mandi air hangat.

288
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

5. PENATALAKSANAAN
Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi narkolepsi antara lain
stimulansi seperti ampetamin atau metilpenidase hidroklorida, serta anti
depresan seperti imipramin hidroklorida (tofranil).

E. APNEA SAAT TIDUR


1. DEFINISI
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan
seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang
pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asupan oksigen yang cukup.

2. ETIOLOGI
Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:
1) Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang
paling sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,
biasanya karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang
kolaps semasa tidur.
2) Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada
tipe ini, tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk
memberi pesan kepada otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan
instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di otak.
3) Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent
central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang
memiliki OSA dan CSA.

3. MANIFESTASI KLINIS

289
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
 Dengkuran keras.
 Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
 Terengah-engah dalam tidur.
 Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
 Nyeri kepala saat bangun tidur.
 Sulit mempertahankan tidur.
 Mengantuk saat siang hari.
 Sulit konsentrasi.
 Iritabilitas.

4. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan
cara:
 memiliki pola makan sehat,
 berhenti merokok, dan
 membatasi asupan alkohol.

5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua
yakni terapi nonbedah dan bedah. Penatalaksanaan OSA disesuaikan
berdasarkan Indeks Apnea-Hipopnea (AHI) pasien.
Terapi nonbedah dapat berupa penggunaan continuous positive pressure
(CPAP), oral appliance therapy, dan obat-obatan. Sedangkan terapi bedah
bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas pada struktur anatomi saluran
napas atas dan volume. Hingga saat ini CPAP adalah terapi pilihan utama
yang digunakan untuk OSA.

290
F. MENGIGAU
1. DEFINISI
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang
mengalami kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau
mengucapkan sesuatu yang tidak jelas.
Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan
sebutan somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur.
kata-kata yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa
gumam, monolog kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas.
Meski begitu, mengigau bisa jadi indikasi gangguan tidur yang lebih
serius, seperti sleep apnea (napas berhenti), night terrors (menjerit) dan
gangguan perilaku REM (Rapid Eye Movement).
Setiap orang bisa mengigau, tetapi pada umumnya terjadi pada pria dan
anak-anak. sama halnya dengan kebiasaan berjalan saat tidur.
Memang sedikit orang mengigau berat yang memiliki gangguan
psikologis namun yang pasti ketika mengigau berarti sebenarnya ada hal
yang sedang dipikirkan sebelum beranjak tidur.

2. ETIOLOGI
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres,
depresi, kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol,
dan bahkan demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena
adanya faktor-faktor psikologis lainnya.
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau,
antara lain:
 Sedang menggunakan obat tertentu
 Tekanan emosional

291
 Demam
 Gangguan kesehatan mental
 Penyalahgunaan zat terlarang
Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang
mengigau saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota
keluarga lainnya yang mengigau, Anda mungkin juga berisiko.

3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama mengigau yaitu ekspresi yang bisa didengar terjadi selama
tidur tanpa orang itu menyadarinya. Itu bisa berupa omong kosong atau
menyerupai ucapan normal.

4. PENCEGAHAN
Beberapa pencegahannya antara lain:
 Usahakan cukup tidur
 Kelola stress
 Hindari alkohol
 Hentikan cemilan malam
 Konsultasi pada ahli

5. PENATALAKSANAAN
Ikuti cara berikut untuk menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur:
1. Hindari stress
Menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur bisa dilakukan dengan
meghindari stress.
2. Perbaiki jam tidur
Kurang tidur bisa meningkatkan kemungkinan anda untuk mengigau
3. Memasang White Noise

292
Anda juga bisa mencoba menggunakan white noise saat tidur untuk
menghilangkan kebiasaan mengigau. White noise merupakan suara
dalam frekuensi tertetu yang membuat pendengarnya merasa rileks.
4. Berkonsultasi ke dokter
Cara menghilangkan mengigau saat tidur adalah dengan berkonsultasi
segera ke dokter. Terutama jika Anda sering mengigau secara intens,
misalnya menjerit saat tidur, melakukan tindakan yang
membahayakan, dan memiliki riwayat mengigau dari kecil.

293
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Georgeo Dewanto, Buku kedokteran EGC © 2007. Panduan Praktis Diagnosis &
Tata Laksana Penyakit Saraf.

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Diseases and Conditions. Insomnia.

Dubessy, A., et al. (2021). Association of Central Hypersomnia and Fatigue in


Patients With Multiple.

Healthline. https://www.healthline.com/health/hypersomnia

Diakses pada 31 Mei 2019.

The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes,


Definition and Treatments.

Thorpy, M. (2020). Recently Approved and Upcoming Treatments for Narcolepsy.


CNS Drugs, 34(1), pp. 9–27.

WebMD. Diakses pada 2019. Sleep Apnea: Types, Common Causes, Risk Factors,
Effects on Health.

Obstructive Sleep Apnea. 2022 Jun 28. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 1029083619.

Kenapa orang mengigau ketika sedang tidur? Apa saja yang dikatakan. hellosehat-
com.cdn.ampproject.org. Diakses tanggal 2020-03-05.

Fleetham, J., & Fleming, J. (2014). Parasomnias. Canadian Medical


Association Journal

294
MAKALAH

Insomnia, Parasomnia, Narkolepsi, Sleep Apnea, Mengigau (Somniloquy)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar

Dosen Pengajar Elfida, SKM, MPH

Disusun Oleh

Shally Liyal Khairah (P00320222 074)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES ACEH

295
KOTA LANGSA

2023

BAB II

PEMBAHASAN

A. Insomnia
1. Pengertian
Keadaan sulit tidur atau insomnia adalah gangguan tidur yang
ditandai dengan kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur.
Jumlah durasi waktu tidur yang dibutuhkan setiap orang
memang berlainan. Akan tetapi, kebutuhan tidur orang dewasa rata-
rata adalah 7- 8 jam per hari.
2. Penyebab
Penyebab sulit tidur/insomnia dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu:
a. Insomnia primer merupakan gangguan tidur yang tidak
disebabkan oleh masalah kesehatan.
b. Insomnia sekunder adalah kesulitan tidur yang disebabkan oleh
penyebab lain atau kondisi khusus tertentu, misalnya:
1) Stres (kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian, dan
sebagainya)
2) Penyakit tertentu
3) Faktor lingkungan, seperti suara bising, cahaya, dan
suhu yang ekstrem (dingin atau panas)
4) Obat-obatan (misalnya obat depresi, anti-hipertensi,
dan asma)
5) Jadwal tidur terganggu, misalnya karena jetlag dan
bekerja dengan sistem shift

296
6) Nyeri
7) Depresi atau gangguan cemas
8) Kafein, nikotin, dan alkohol

3. Gejala
Terdapat beberapa gejala sulit tidur yang umum dirasakan
penderitanya, seperti:
a. penderitanya sering kali membutuhkan waktu lebih dari 30
menit untuk bisa tidur
b. penderita hanya bisa tidur selama 6 jam atau kurang,
setidaknya 3 hari berturut-turut dalam 1 bulan atau lebih
c. tidak merasa bugar setelah tidur dan/atau merasa lelah di siang
hari meskipun memiliki waktu tidur yang cukup
d. sulit berkonsentrasi
e. kurangnya energi atau motivasi
f. memiliki kekhawatiran tentang tidur
4. Faktor Risiko
Berikut adalah beberapa faktor risiko yang membuat seseorang
sangat mungkin mengidap penyakit insomnia:
a. Usia Lanjut
Orang yang berusia di atas 60-65 tahun lebih mungkin
mengalami insomnia daripada orang yang lebih muda.
b. Penyakit kronis
Penyakit kronis tertentu, khususnya yang melibatkan nyeri
kronis derajat sedang hingga berat, dapat meningkatkan risiko
terjadinya insomnia.
c. Obat-obatan

297
Obat-obatan seperti dekongestan, obat pelangsing, steroid, obat
tekanan darah, teofilin, fenitoin dan levodopa dapat
menimbulkan efek samping berupa gangguan tidur.
d. Jenis Kelamin
Insomnia lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Kehamilan dan perubahan hormonal seperti sindrom
pramenstruasi (PMS) atau menopause juga dapat mengganggu
tidur.
e. Faktor Psikologis
Gangguan cemas, depresi, dan bipolar sangat berpotensi
menimbulkan insomnia.
f. Perilaku Gaya Hidup
Perubahan waktu tidur yang tak teratur, merokok, dan
peminum alkohol berat akan sangat mungkin mengalami
insomnia.
g. Sistem Kerja Shift
Pekerja shift malam akan memaksa ritme biologis seseorang
menjadi sedikit berantakan. Hal ini akan mengganggu siklus
bangun dan tidur seseorang.
h. Perjalanan Jarak Jauh (Jetlag)
Jetlag adalah ketidakmampuan untuk tidur akibat melintasi
banyak zona waktu dalam waktu singkat. Kondisi ini dapat
mengganggu ritme biologis.
5. Diagnosis
Penentuan diagnosis pada sulit tidur/ insomnia dapat dilakukan
melalui serangkaian wawancara medis. Melalui wawancara ini dapat
diketahui riwayat penyakit, riwayat pengobatan, dan pola tidur.
Dokter mungkin akan meminta Anda mencatat jadwal tidur selama
dua minggu atau lebih untuk melihat pola tidur.

298
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
laboratorium juga mungkin akan dilakukan jika anda dicurigai
menderita hipertiroid.
6. Pengobatan
Untuk mengatasi sulit tidur, harus diketahui dulu penyebab
agar pengobatan tepat sasaran. Secara umum penanganan terhadap
insomnia dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:

a. Perubahan Perilaku (Behaviour Therapy)


Behaviour therapy merupakan terapi lini pertama untuk
mengatasi insomnia. Terapi ini terdiri bisa dilakukan dengan
membuat kebiasaan tidur yang baik. Misalnya, dengan
membuat jadwal tidur yang teratur, menghindari aktivitas yang
dapat membuat Anda tetap terbangun, dan membuat
lingkungan yang nyaman untuk tidur.
b. Cognitive Behavioural Therapy
Terapi ini membantu Anda mengontrol atau mengeliminasi
pikiran negatif dan rasa khawatir yang membuat Anda tetap
terjaga.
c. Teknik Relaksasi
Relaksasi otot dan latihan pernapasan dapat mengurangi
gangguan cemas.
d. Stimulus Control Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membatasi aktivitas di tempat tidur
yang membuat anda tetap terbangun. Selain itu, Anda juga
akan diminta untuk menjadikan tempat tidur hanya untuk tidur
dan melakukan aktivitas seksual. Bukan untuk membaca,
bekerja, menonton TV, atau makan.

299
e. Pemberian Obat-obatan
Obat-obatan diberikan jika insomnia tidak berhasil diatasi
dengan terapi. Obat tidur hanya boleh diberikan oleh dokter
spesialis kejiwaan (psikiater) dan tetap berada dalam
pengawasan dokter. Dokter biasanya tidak merekomendasikan
penggunaan obat tidur dalam jangka waktu lama. Berikut
adalah beberapa obat dari gangguan tidur yang mungkin
diresepkan dokter:
1) Doxepin (Silenor)
2) Estazolam
3) Eszopiclone (Lunesta)
4) Ramelteon (Rozerem)
5) Temazepam (Restoril)
6) Triazolam (Halcion)
7) Zaleplon (Sonata)
8) Zolpidem (Ambien, Edluar, Intermezzo, Zolpimist)
9) Zolpidem extended release (Ambien CR)
10) Suvorexant (Belsomra)
7. Pencegahan
Penyakit insomnia dapat dicegah dengan beberapa cara, di
antaranya:
a. Olahraga teratur, yang sebaiknya dilakukan minimal 4 jam
sebelum tidur. Hindari berolahraga mendekati waktu tidur
karena dapat mengganggu kualitas tidur
b. Hindari kafein, nikotin, dan alkohol, terutama pada sore dan
malam hari
c. Buatlah diri Anda terpapar sinar matahari pada sore hari. Hal
ini dapat membantu tubuh melepaskan melatonin untuk

300
regulasi ritme sirkadian tubuh. Ini merupakan penentu jam
biologis tubuh Anda
d. Latihan teknik melepas stres, seperti yoga, meditasi, atau
relaksasi
8. Komplikasi
Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit
susah tidur:
a. Prestasi kerja atau sekolah menurun
b. Meningkatkan risiko kecelakaan jika mengendarai kendaraan
bermotor
c. Gangguan psikiatri, seperti gangguan cemas dan depresi
d. Kelebihan berat badan atau obesitas
e. Mudah tersinggung dan emosi
f. Meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti
hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes mellitus
B. Parasomnia
1. Pengertian
Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya
episode abnormal saat tidur. Beberapa episode abnormal yang
dimaksud antara lain berjalan saat tidur, mimpi buruk, atau paralisis
(yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan). Terdapat
berbagai macam gangguan tidur yang termasuk parasomnia. Beberapa
gangguan yang paling sering ditemui adalah:
a. Gangguan tidur berjalan (sleep-walking), atau disebut juga
somnambulisme
b. Nightmare
c. Night terror

301
Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis
(mengompol), halusinasi tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih
banyak dialami oleh anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.
2. Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui
dengan jelas. Meski demikian, faktor genetik diduga berperan karena
banyak kasus parasomnia terjadi menurun dalam riwayat kesehatan
keluarga. Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan
mengalami parasomnia adalah:
a. Sedang tertekan atau stres
b. Penderita memiliki gangguan post-traumatic stress disorder
c. Efek samping obat tertentu
d. Pengguna narkoba
e. Kebiasaan mengonsumsi alkohol
3. Diagnosis
Penentuan ada tidaknya gangguan tidur dilakukan oleh
psikiater.
Untuk mengetahui adanya kemungkinan parasomnia, dokter akan
meminta penderita untuk membuat buku harian tidur untuk mencatat
hal-hal yang dialami saat tidur selama dua minggu terakhir.
Bila diperlukan, perilaku saat tidur dapat diobservasi di ruang
rawat dengan pemeriksaan polisomnogram. Pemeriksaan ini
menggunakan teknik mendeteksi gelombang otak, denyut jantung, dan
pernapasan saat tidur. Selain itu juga dilakukan perekaman video
untuk mendeteksi adanya perilaku abnormal saat tidur.
4. Gejala
Penderita parasomnia pada umumnya sering mengeluh tidur
tidak nyenyak karena adanya episode abnormal yang mengganggu saat

302
tidur. Sedangkan gejala khas tiap penyakit yang termasuk dalam
parasomnia bisa saja sangat berbeda-beda.
Gangguan tidur berjalan (sleepwalking atau somnambulisme)
ditandai dengan berjalan saat tidur. Penderitanya dapat berjalan keluar
rumah, memindahkan barang-barang, dan bahkan berlari-lari.
Biasanya mata penderitanya terbuka saat melakukan aktivitas tersebut,
tetapi otaknya tidak menyadarinya. Mencegah penderita untuk tidak
berjalan umumnya bukanlah langkah yang baik karena penderitanya
dapat menunjukkan perilaku agresif seperti memukul atau menggigit
bila dicegah berjalan.
Nightmare merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan
mimpi buruk yang terasa amat nyata. Penderita nightmare sering
terbangun di malam hari dengan ketakutan karena mimpi buruk yang
dialaminya. Biasanya setelah terbangun, penderita akan sulit untuk
tidur lagi.
Night terror memiliki gejala adanya perilaku agresif saat tidur.
Perilaku agresif tersebut bisa berupa berteriak-teriak, menendang,
menangis, dan sebagainya. Umumnya penderita night terror tidak
dapat mengingat mimpi yang dialami saat tidur yang menyebabkan
dirinya melakukan perilaku agresif tersebut.
Sleep paralysis sering disebut dengan istilah ketindihan. Pada
gangguan ini, penderitanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama
sekali padahal dalam keadaan sadar. Episode paralisis ini berlangsung
selama beberapa detik hingga beberapa menit. Kadang gangguan ini
juga disertai oleh halusinasi, yang biasanya dianggap menyeramkan
oleh penderitanya.
Sleep talking sering disebut mengigau. Penderita gangguan ini
berbicara di bawah kesadarannya saat tidur. Bicara bisa tidak jelas,

303
bisa juga berteriak dengan lantang. Isi pembicaraan umumnya tidak
jelas atau tidak esensial.
Enuresis merupakan istilah medis dari mengompol.
Mengompol saat tidur merupakan hal yang normal pada anak,
terutama balita. Enuresis dianggap tidak normal lagi bila terjadi pada
anak di atas usia 5 tahun dan orang dewasa. Biasanya pemicunya
adalah karena adanya masalah psikologis tertentu yang sangat
membebani pikiran.
Sleep related eating disorder merupakan episode ketagihan
makan dan minum yang terjadi saat terbangun di malam hari.
Penderita biasanya tidak sadar penuh saat bangun. Secara tidak sadar
ia akan mengonsumsi makanan dalam jumlah sangat banyak. Karena
dilakukan tanpa sadar, sangat mungkin makanan yang dikonsumsinya
adalah zat berbahaya.
5. Pengobatan
Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur
yang dialami. Bila parasomnia yang dialami adalah gangguan tidur
berjalan, maka hal yang paling penting adalah memastikan bahwa
lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain itu, keluarga dapat
memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk mencegah
penderita gangguan tidur berjalan membahayakan dirinya.
Selain itu, secara umum, dokter dapat memberikan obat-obatan
untuk membantu penderita agar tidur lebih nyenyak. Sebagian besar
parasomnia akan hilang dengan sendirinya seiring bertambah usia.
6. Pencegahan
Hingga saat ini belum ada hal yang dapat mencegah
parasomnia.
C. Hipersomnia
1. Pengertian

304
Hipersomnia merupakan gangguan tidur yang cukup jarang,
yang dapat menyebabkan rasa kantuk berlebih pada siang hari. Bahkan
meski sudah mendapatkan tidur yang cukup pada malam hari. Kondisi
ini juga sering kali menyebabkan kesulitan untuk bangun pada pagi
hari setelah tidur pada malam hari atau tidur siang.
Pada kondisi ini, kebutuhan untuk tidur dapat terjadi kapan saja,
termasuk pada saat mengemudikan kendaraan atau bekerja, yang dapat
membuat kondisi ini menjadi berbahaya. Umumnya, hipersomnia
berkembang selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Diagnosis dari kondisi ini dilakukan setelah menyingkirkan
gangguan tidur yang lebih sering terjadi. Sementara itu penanganannya
ditujukan pada mengendalikan tanda dan gejala dengan pengobatan.
2. Penyebab
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab dari hipersomnia,
seperti:
a. Gangguan tidur seperti narkolepsi (rasa kantuk pada siang hari)
dan sleep apnea (interupsi dari pernapasan selama tidur)
b. Tidak mendapatkan tidur yang cukup pada malam hari
(deprivasi tidur)
c. Memiliki berat badan berlebih
d. Penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol
e. Cedera kepala atau terdapatnya penyakit neurologis, seperti
sklerosis multipel
f. Faktor genetik
3. Gejala
Pada seseorang yang mengalami hipersomnia, tanda dan gejala
lain yang dapat timbul termasuk:
a. Sering tertidur pada siang hari dan tidak merasa segar
setelahnya

305
b. Tertidur secara tiba-tiba, sering kali pada saat makan atau
berbicara
c. Tetap tidur selama waktu yang lama pada malam hari
4. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis hipersomnia, dokter akan
mengevaluasi tanda dan gejala yang dialami, melihat riwayat medis
dan riwayat keluarga. Hal ini termasuk pengobatan yang sedang
dikonsumsi, serta dengan melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan untuk
menentukan diagnosis kondisi yang dialami dan menentukan
penyebabnya, termasuk:
a. Epworth Sleepiness Scale atau Skala Kantuk Epworth
Dokter dapat meminta pasien untuk menilai rasa kantuk yang
dialami, guna menentukan bagaimana keseharian dipengaruhi
oleh pola tidur.
b. Sleep diary atau agenda tidur
Dokter dapat meminta pasien untuk mencatat agenda tidur, di
mana pasien mendokumentasikan jam tidur dan jam bangun
untuk menunjukkan durasi dan pola tidur sehari-hari.

c. Polisomnogram
Pada pemeriksaan ini, pasien dapat tinggal di pusat penelitian
tidur selama satu malam. Polisomnogram memantau aktivitas
otak, gerakan bola mata, gerakan kaki, denyut jantung, pola
pernapasan, dan kadar oksigen pada saat tidur.
d. Multiple sleep latency test atau pemeriksaan latensi tidur
multipel

306
Pemeriksaan ini mengukur rasa kantuk dan tipe serta derajat
tidur yang dialami selama tidur siang. Pemeriksaan ini
umumnya dilakukan sehari setelah polisomnogram.
5. Penanganan
Penanganan terhadap hipersomnia ditujukan untuk meredakan
tanda dan gejala yang timbul. Pengobatan stimulan tertentu dapat
diresepkan oleh dokter untuk membantu tubuh tetap terjaga pada siang
hari bila dinilai dibutuhkan.
Selain itu, dokter juga dapat merekomendasikan untuk membuat pola
tidur malam yang rutin dan menghindari alkohol, kafein, serta obat-
obatan tertentu yang dapat memengaruhi pola tidur.
6. Pencegahan
Karena penyebab dari hipersomnia masih belum diketahui
secara pasti, maka belum ada metode pencegahan yang terbukti efektif
secara sepenuhnya untuk mencegah timbulnya kondisi ini. Namun,
beberapa cara tertentu yang diyakini dapat membantu menurunkan
rasa kantuk di siang hari. Misalnya dengan membuat agenda tidur,
memastikan tidur dan bangun pada jam yang sama setiap harinya, dan
memastikan lingkungan tidur adalah tempat yang gelap, sunyi, dan
sejuk.

D. Narkolepsi
1. Pengertian
Narkolepsi atau serangan tidur adalah penyakit tidur kronis
yang yang ditandai dengan rasa mengantuk yang berlebihan di siang
hari dan menimbulkan serangan tidur. Orang yang mengalami
narkolepsi mengalami kesulitan untuk tetap terjaga pada kondisi

307
apapun. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan dalam menjalani
aktivitas sehari- hari.
Narkolepsi terkadang diikuti oleh hilangnya kekuatan (tonus) otot atau
katapleksi. Akibatnya penderita narkolepsi akan merasa lemas
seketika.
2. Komplikasi
Komplikasi serangan tidur atau narkolepsi bisa berupa:
a. Penurunan performa di pekerjaan atau sekolah
b. Gangguan dalam hubungan interpersonal dengan orang lain
c. Obesitas
d. Trauma fisik (semisal risiko luka bakar jika orang tersebut
tertidur saat memasak)
3. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis narkolepsi atau serangan tidur,
dokter akan melakukan serangkaian wawancara mengenai rasa kantuk
berlebih yang Anda alami. Selain itu dokter juga akan melakukan
pemeriksaan fisik, khususnya untuk mengetahui hilangnya kekuatan
otot (katapleksi).
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menunjang proses
penentuan diagnosis antara lain:
a. Riwayat tidur
b. Rekaman saat tidur
c. Polisomnografi
d. Multiple sleep latency test

4. Gejala
Gejala narkolepsi atau serangan tidur paling sering terlihat
pada usia 10-25 tahun. Gejalanya antara lain:

308
a. Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari. Penderita
narkolepsi akan tertidur kapan saja dan dimana saja. Sebagai
contoh, orang tersebut akan tertidur seketika saat bekerja atau
sedang berbicara dengan orang lain. Penderita gangguan ini
dapat tertidur selama beberapa menit hingga 1 jam sebelum
akhirnya terbangun dan kemudian tertidur kembali.
b. Hilangnya kekuatan (tonus) otot secara tiba- tiba. Katapleksi
atau hilangnya kekuatan otot seketika dapat menyebabkan
tubuh menjadi lemas hingga bicara meracau. Katapleksi tidak
dapat dikontrol dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu,
misalnya: kemarahan, kesenangan, ketakutan atau kaget.
c. Paralisis saat tidur. Penderita narkolepsi dapat mengalami
kesulitan berbicara atau bergerak sesaat ketika tertidur atau
terbangun.
d. Halusinasi. Halusinasi dapat terjadi ketika tidur maupun
terbangun. Anda akan merasakan seolah- olah mimpi Anda
adalah kenyataan.
5. Pengobatan
Tidak ada penyembuhan untuk serangan tidur atau narkolepsi.
Namun dengan pemberian obat- obatan dan perubahan gaya hidup,
gejala narkolepsi dapat lebih terkontrol. Obat- obatan yang biasanya
diberikan pada penderita narkolepsi antara lain adalah obat anti
depresan dan stimulan.
6. Penyebab
Narkolepsi atau serangan tidur diduga disebabkan oleh faktor
genetik dan gangguan fungsi serta sensitivitas neurotransmitter
(hypocretin).
E. Sleep Apnea
1. Pengertian

309
Sleep apnea adalah gangguan tidur serius berupa kondisi
pernapasan yang terganggu saat seseorang tidur. Jika tidak ditangani
dengan baik, penderita akan berulang kali mengalami kondisi berhenti
napas ketika tidur. Hal tersebut dapat berbahaya, karena artinya tubuh
terutama otak tidak mendapatkan oksigen secara memadai
sebagaimana mestinya.
Gangguan tidur sleep apnea juga dapat menyebabkan
komplikasi gangguan metabolik. Beberapa gangguan yang umum
dialami orang dengan kondisi ini adalah tekanan darah tinggi, diabetes,
gangguan pembuluh darah seperti gagal jantung, irama jantung yang
tidak teratur, serangan jantung, stroke, dan gangguan kejiwaan seperti
depresi, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), dan nyeri
kepala. Selain itu sleep apnea dapat menyebabkan masalah pada
aktivitas rutin seperti bersekolah dan bekerja, serta kecelakaan saat
berkendara.
Gangguan tidur ini dapat menyerang siapa saja. Namun
demikian ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko sleep
apnea, yaitu:
a. Laki-laki
b. Memiliki berat badan berlebih
c. Usia lebih dari 40 tahun
d. Memiliki lingkar leher besar (lebih dari 42 cm pada laki-laki
dan 40 cm pada wanita)
e. Memiliki tonsil yang besar, lidah yang besar, atau tulang
rahang bawah yang kecil
f. Memiliki riwayat keluarga dengan sleep apnea
g. Memiliki gastroesophageal reflux atau GERD
h. Kerap mengalami hidung tersumbat karena septum deviasi,
alergi, atau masalah sinus

310
2. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya terdapat dua macam sleep apnea,
yaitu:
a. Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Tipe ini merupakan jenis gangguan yang paling sering terjadi.
OSA terjadi karena adanya sumbatan pada jalan napas.
Biasanya disebabkan oleh jaringan lunak pada tenggorokan
belakang yang terjatuh saat seseorang tidur.
b. Central sleep apnea
Pada tipe ini tidak terjadi sumbatan pada jalan napas. Akan
tetapi otak gagal memberikan sinyal ke otot untuk bernapas.
Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan pusat pengendali
pernapasan.
3. Diagnosis
Dokter dapat menduga adanya gangguan tidur sleep apnea dari
riwayat kondisi penderita dan gejala yang terjadi. Pemeriksaan
terhadap sleep apnea, yaitu polisomnogram akan dilakukan untuk
memastikan masalah gangguan tidur. Tes polisomnogram atau studi
tidur adalah menguji beberapa komponen yang secara elektronik
mentransmisikan dan merekam aktivitas fisik tertentu saat tidur.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan meliputi:
a. EEG (electroencephalogram) untuk merekam gelombang
aktivitas otak
b. EMG (electromyogram) untuk merekam aktivitas otot seperti
gerakan kaki, kedutan wajah dan menentukan adanya tahap
tidur REM saat terjadinya mimpi intens sering muncul
c. EOG (electro-oculogram) untuk merekam gerakan mata
d. EKG (elektrokardiogram) untuk merekam detak dan irama
jantung

311
e. Sensor aliran udara hidung
f. Mikrofon dengkuran untuk merekam aktivitas mendengkur
4. Gejala
Gejala sleep apnea yang umumnya dialami penderita meliputi:
a. Bangun tidur dengan tenggorokan terasa kering atau nyeri
b. Mendengkur kencang
c. Sesekali terbangun dengan rasa tercekik atau terengah engah
d. Mengantuk atau kurang berenergi pada siang hari
e. Mengantuk ketika berkendara
f. Nyeri kepala pada pagi hari
g. Tidur yang gelisah
h. Pelupa, mood mudah berubah, dan kurangnya hasrat seksual
i. Insomnia atau terbangun berkali-kali
5. Pengobatan
Penanganan terhadap gangguan tidur sleep apnea sangat
bervariasi meliputi:
a. Perubahan gaya hidup seperti penurunan berat badan,
perubahan posisi tidur, menghindari alkohol dan pil tidur,
berhenti merokok, dan menghindari tidur dengan posisi
terlentang.
b. Terapi CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), yaitu
pemberian aliran udara ke hidung secara terus-menerus
sehingga saluran napas tetap terbuka agar napas berlangsung
lancar.
c. Pemasangan perangkat sleep apnea dan gigi, dilakukan untuk
membuat saluran napas tetap terbuka saat tidur.
d. Pembedahan, dilakukan untuk deviasi septum, tonsil yang
membesar, atau rahang bawah yang kecil
6. Pencegahan

312
Upaya pencegahan terhadap gangguan sleep apnea dapat
dilakukan dengan menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan
risiko. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan seperti:
a. Menjaga berat badan ideal
b. Menghindari konsumsi alkohol, obat tidur, dan tidak merokok
c. Menghindari makanan pencetus asam lambung naik

F. Mengigau

1. Pengertian
Mengigau atau yang disebut juga somniloquy ialah suatu
gangguan tidur. Somniloquy ditandai dengan berbicara selama tidur.
Bentuk pembicaraan yang terjadi bisa berupa monolog jelas, dialog,
bergumam, hingga mengoceh. Sekitar 66 persen orang pernah
mengalaminya. Saat seseorang sedang mengigau, ia tidak akan sadar
dengan semua ucapannya. Orang yang mengigau pun ketika bangun
tidak akan mengingat apa yang mereka ucapkan.
2. Penyebab
Meskipun mengigau merupakan suatu gangguan tidur, namun
hal itu tidak perlu dicemaskan. Berikut beberapa faktor penyebab
orang mengigau:
a. Genetik
Beberapa studi menemukan bahwa mengigau saat tidur
mungkin merupakan bentuk sifat yang diturunkan dari
keluarga. Dalam studi yang dilakukan pada orang kembar,
mengigau saat tidur mudah ditemukan pada keduanya. Bahkan,
keduanya juga bisa sama-sama mengalami berjalan maupun
menggertakkan gigi saat tidur. Penelitian lebih lanjut
diperlukan agar dapat memahami koneksi ini.

313
b. Mengidap REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
REM Sleep Behavior Disorder ialah bentuk gangguan tidur
yang banyak terjadi. Seseorang yang mengalami RBD akan
memiliki gejala seperti menggeram, berteriak, memekik, dan
bergerak dalam mimpinya. Pergerakan itu cenderung agresif
dan kasar.
c. Pengaruh Obat-Obatan
Beberapa jenis obat dapat membuat seseorang mengigau saat
tidur. Jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan mengigau
tergolong dalam selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI).
Contohnya, sertraline, citalopram, escitalopram, dan lain-lain.
Namun, tidak semua orang yang mengonsumsi obat-obatan
tersebut mengalami mengigau saat tidur.
d. Kurang Tidur
Kurang tidur mungkin menjadi penyebab mengigau yang
paling umum. Kurangnya waktu istirahat dikaitkan dengan
peningkatan insiden mengigau saat tidur. Tentu saja, penyebab
mengigau yang satu ini tergolong tidak berbahaya.
e. Demam
Demam juga dikaitkan sebagai penyebab mengigau saat tidur.
Umumnya, demam yang memiliki suhu tinggi lebih berkaitan
dengan munculnya mengigau. Diduga, hal tersebut berkaitan
dengan dampak terhadap sistem saraf yang akibat suhu yang
tinggi. Namun begitu, hal tersebut masih perlu diteliti lebih
lanjut.
f. Gangguan Mental
Beberapa bentuk gangguan mental erat kaitannya dengan
mengigau saat tidur. Menurut studi, jenis gangguan mental
yang paling sering menjadi penyebab mengigau adalah post-

314
traumatic stress disorder (PTSD). Meskipun begitu, gangguan
mental lain, seperti depresi dan kecemasan, juga berpotensi
menyebabkan mengigau saat tidur. Bila Anda termasuk orang-
orang yang ingin memperbaiki kondisi mengigau saat tidur,
ada baiknya untuk mendatangi dokter.

Selanjutnya, dokter akan melakukan wawancara mendalam


untuk menggali riwayat medis dan non-medis yang mungkin
terkait. Bila perlu, dokter juga akan menyarankan serangkaian
pemeriksaan penunjang yang perlu Anda lakukan.
3. Pengobatan
Mengigau saat tidur sering dialami oleh sebagian orang. Meski
tidak berbahaya, mengigau dapat memberikan rasa kurang nyaman
bagi teman atau pun pasangan yang tidur di sebelahnya. Terdapat
beberapa cara agar kebiasaan mengigau saat tidur dapat menghilang,
di antaranya:
a. Hindari Stres
Saat seseorang mengalami stres terkadang akan mengakibatkan
mengigau ketika tidur. Maka dari itu, cobalah untuk mengelola
stres dengan tepat. Menghindari dan mengelola stres dapat
dilakukan secara mudah dengan cara di bawah ini.
1) Tetap berpikir positif
2) Menerima hal yang terjadi di luar kontrol
3) Meditasi atau yoga
4) Berolahraga
5) Makan dengan gizi seimbang
6) Melakukan hobi
7) Hindari alkohol dan narkoba

315
8) Curhat
b. Perbaiki Waktu Tidur
Pastikan anda tidur cukup selama 8 jam. Jika, waktu tidur anda
kurang dari 8 jam sangat memungkinkan akan mengalami
mengigau saat tidur.

c. Konsultasi dengan Dokter


Cara menghilangkan mengigau saat tidur adalah dengan
berkonsultasi segera ke dokter. Terutama jika Anda sering
mengigau secara intens, misalnya menjerit saat tidur,
melakukan tindakan yang membahayakan, dan memiliki
riwayat mengigau dari kecil. Sebenarnya belum ada tes spesifik
untuk mendiagnosis kebiasaan mengigau. Namun, bila Anda
mengalami hal ini secara berkala dan intens, mungkin saja ada
penyebab gangguan tidur lainnya. Maka itu, Anda perlu
melaporkan keluhan yang dirasakan kepada dokter. Sebelum
berkonsultasi ke dokter, akan sangat membantu bila Anda
membuat sebuah jurnal tidur. Jurnal ini berisi tentang masalah
tidur Anda. Mulai dari rekam jejak tidur, jam Anda tidur dan
terbangun, obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, dan
aktivitas fisik.

316
DAFTAR PUSTAKA

dr. Muhammad Iqbal Ramadhan. (2023). Insomnia. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/insomnia
Tim Medis Klikdokter. (2019). Parasomnia. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/parasomnia
Tim Medis Klikdokter. (2022). Hipersomnia. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/hipersomnia
Tim Medis Klikdokter. (2021). Narkolepsi. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/narkolepsi
Tim Medis Klikdokter. (2021). Sleep Apnea. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/sleep-apnea
Archieva Prisyta. (2021). Mengigau (Somniloquy). Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.tribunnewswiki.com/2021/05/26/mengigau-somniloquy

317
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
MACAM – MACAM GANGGUAN TIDUR
Dosen Pengampu : Elfida,SKM ,M.PH

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nur Azizah (P00320222 065)

318
POLTEKKES KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN LANGSA
T.A 2023

BAB II

PEMBAHASAN

A. gangguan tidur
Gangguan tidur (sleep disorder) adalah kondisi yang mengubah cara
tidur seseorang. Kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan, keselamatan, dan
kualitas hidup. Salah satu efek buruknya adalah kurang tidur dapat
mempengaruhi kemampuan mengemudi dengan aman dan meningkatkan
masalah kesehatan lainnya. Gangguan tersebut juga dapat diartikan sebagai
kondisi yang membuat kualitas tidur seseorang terus menerus menurun.
Ada banyak jenis sleep disorder yang berdasarkan penyebab atau
bagaimana pengaruhnya terhadap seseorang. Kelainan ini juga termasuk
dikategorikan atas perilaku, masalah dengan siklus tidur-bangun, masalah
pernapasan, kesulitan tidur atau seberapa mengantuk dalam sehari.
Berikut merupakan beberapa jenis gangguan tidur yang umum
menyerang.
1. Insomnia
a. Pengertian insomnia

319
Insomnia yaitu adalah kondisi ketika seseorang mengalami
sulit tidur atau butuh waktu yang lama untuk bisa tidur. Kondisi lain
yang bisa dialami adalah anda terbangun di malam hari dan tidak bisa
tidur kembali. Kondisi ini tentu akan berdampak pada aktifitas anda
keesokan harinya seperti menurunnya produktivitas kerja.
b. Tanda dan gejala
Berikut tanda dan gejala dari insomnia yaitu :
1) Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
2) Sering terbangun pada tengah malam atau bangun terlalu pagi
3) Bangun tidur dengan tubuh yang lelah
4) Sering mengantuk dan kelelahan di siang hari
5) Cepat marah depresi atau cemas
6) Kesulitan dalam berkonsentrasi, sulit fokus dan sulit mengingat
7) Sakit kepala dan kepala terasa tegang
8) Rasa tertekan pada perut dan usus
9) Kekhawatiran akan tidur
c. Penyebab insomnia
penyebab dari insomnia itu sendiri, diantaranya adalah :
1) Stres
2) Depresi
3) Kelainan kronis seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal, hingga
arthritis.
4) Pola makan yang buruk
5) Konsumsi kafein
d. Penatalaksanaa insomnia
Penyembuhan insomnia bisa berbeda-beda caranya. Hal ini
tergantung pada seberapa serius gejala yang dialami. Insomnia ringan
atau sebentar-sebentar, kiranya tidak memerlukan pengobatan berarti
karena peristiwanya akan berlalu kurang dari sehari. Seseorang dengan

320
masalah tersebut mungkin hanya perlu mengubah jadwal tidur atau
bangun sehingga kembali ke keadaan normal
Usaha yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia ringan, di
antaranya:
1) Menjalani ritual tidur yang sehat, yakni melakukan aktivitas yang
bisa membawa kondisi rileks pada tubuh
2) Melakukan hubungan seks sebelum tidur
3) Teknik relaksasai
4) Berjemur di pagi hari untuk menyetel ulang jam biologis tubuh
Sedangkan imsomnia kronis bisa diatasi dengan konsumsi obat-
obatan. Untuk memperoleh obat yang tepat, termasuk cara penanganan
lainnya, sebaiknya berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.

e. Pencegahan insomnia
Pencegahan Insomnia bisa dilakukan dengan cara menerapkan
perilaku hidup sehat seperti memperbaiki pola makan dan rutin
berolahraga/aktivitas fisik minimal 30 menit sehari. selain itu hindari
menggunakan smartphone dan konsumsi kafein saat sudah memasuki
jam tidur.
Tidak sampai disitu, masyarakat juga diharapkan untuk
bersegera dalam melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan apabila
mengalami gejala insomnia seperti terbangun pada malam hari dan
tidak bisa tidur kembali, tidak bisa tidur siang, hingga sulit untuk
merasakan kantuk atau kondisi insomnia lebih memburuk, agar bisa
segera mendapatkan penanganan sedini mungkin.
2. Parasomnia
a. Defenisi parasomnia
Parasomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang
ditandai denganperistiwa motorik, verbal atau perilaku yang

321
tidak menyenangkan dan tidakmenyenangkan yang terjadi
selama transisi tidur atau bangun ke tidur. Istilah'parasomnia'
pertama kali diciptakan oleh seorang peneliti Perancis Henri Roger
padatahun 1932. Nomenklatur ini awalnya berasal dari kata Yunani
'para' yang berarti disamping atau di samping dan istilah Latin
'somnus' yang berarti tidur.
Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya
episode abnormal saat tidur. Beberapa episode abnormal yang
dimaksud antara lain berjalan saat tidur, mimpi buruk, atau paralisis
(yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan).
Terdapat berbagai macam gangguan tidur yang termasuk
parasomnia. Beberapa gangguan yang paling sering ditemui adalah:
1) Gangguan tidur berjalan (sleep-walking), atau disebut juga
somnambulisme
2) Nightmare
3) Night terror
Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis
(mengompol), halusinasi tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih
banyak dialami oleh anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.

b. Tanda dan gejala parasomnia


Penderita parasomnia pada umumnya sering mengeluh tidur tidak
nyenyak karena adanya episode abnormal yang mengganggu saat
tidur. Sedangkan gejala khas tiap penyakit yang termasuk dalam
parasomnia bisa saja sangat berbeda-beda, diantaranya yaitu :
1) Gangguan tidur berjalan (sleepwalking atau somnambulisme)
ditandai dengan berjalan saat tidur. Penderitanya dapat berjalan
keluar rumah, memindahkan barang-barang, dan bahkan berlari-
lari. Biasanya mata penderitanya terbuka saat melakukan aktivitas

322
tersebut, tetapi otaknya tidak menyadarinya. Mencegah penderita
untuk tidak berjalan umumnya bukanlah langkah yang baik karena
penderitanya dapat menunjukkan perilaku agresif seperti memukul
atau menggigit bila dicegah berjalan.
2) Nightmare merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan mimpi
buruk yang terasa amat nyata. Penderita nightmare sering
terbangun di malam hari dengan ketakutan karena mimpi buruk
yang dialaminya. Biasanya setelah terbangun, penderita akan sulit
untuk tidur lagi.
3) Night terror memiliki gejala adanya perilaku agresif saat tidur.
Perilaku agresif tersebut bisa berupa berteriak-teriak, menendang,
menangis, dan sebagainya. Umumnya penderita night terror tidak
dapat mengingat mimpi yang dialami saat tidur yang menyebabkan
dirinya melakukan perilaku agresif tersebut.
4) Sleep paralysis sering disebut dengan istilah ketindihan. Pada
gangguan ini, penderitanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya
sama sekali padahal dalam keadaan sadar. Episode paralisis ini
berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.
Kadang gangguan ini juga disertai oleh halusinasi, yang biasanya
dianggap menyeramkan oleh penderitanya.
5) Sleep talking sering disebut mengigau. Penderita gangguan ini
berbicara di bawah kesadarannya saat tidur. Bicara bisa tidak jelas,
bisa juga berteriak dengan lantang. Isi pembicaraan umumnya
tidak jelas atau tidak esensial.
6) Enuresis merupakan istilah medis dari mengompol. Mengompol
saat tidur merupakan hal yang normal pada anak, terutama balita.
Enuresis dianggap tidak normal lagi bila terjadi pada anak di atas
usia 5 tahun dan orang dewasa. Biasanya pemicunya adalah karena

323
adanya masalah psikologis tertentu yang sangat membebani
pikiran.
7) Sleep related eating disorder merupakan episode ketagihan makan
dan minum yang terjadi saat terbangun di malam hari. Penderita
biasanya tidak sadar penuh saat bangun. Secara tidak sadar ia akan
mengonsumsi makanan dalam jumlah sangat banyak. Karena
dilakukan tanpa sadar, sangat mungkin makanan yang
dikonsumsinya adalah zat berbahaya.
c. Penyebab parasomnia
Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui dengan
jelas. Meski demikian, faktor genetik diduga berperan karena banyak
kasus parasomnia terjadi menurun dalam riwayat kesehatan keluarga.
Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan
mengalami parasomnia adalah:
1) Sedang tertekan atau stres
2) Penderita memiliki gangguan post-traumatic stress disorder
3) Efek samping obat tertentu
4) Pengguna narkoba
5) Kebiasaan mengonsumsi alkohol
d. Penatalaksanaa parasomnia
Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur
yang dialami. Bila parasomnia yang dialami adalah gangguan tidur
berjalan, maka hal yang paling penting adalah memastikan bahwa
lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain itu, keluarga dapat
memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk mencegah
penderita gangguan tidur berjalan membahayakan dirinya.
Selain itu, secara umum, dokter dapat memberikan obat-obatan
untuk membantu penderita agar tidur lebih nyenyak. Sebagian besar
parasomnia akan hilang dengan sendirinya seiring bertambah usia.

324
e. Pencegahan parasomnia
Hingga saat ini belum ada hal yang dapat mencegah parasomnia.
3. Hipersomnia
a. Defenisi hipersomnia
Hipersomnia merupakan salah satu gejala gangguan tidur yang dapat
diartikan sebagai kantuk berlebih. Hipersomnia sering ditemui namun
sering diabaikan. Kata hipersomnia berasal dari bahasa Yunani
“hyper” yang artinya berlebih atau lebih dari normal, dan bahasa Latin
“sommus” yang berarti tidur. Hipersomnia merupakan kebalikan dari
insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari atau
keterlambatan waktu bangun. Hipersomnia primer merupakan suatu
keadaan dimana seorang individu memiliki rasa kantuk yang
berlebihan sepanjang hari dan berlangsung beberapa bulan lamanya.
Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai
mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari.
Penderita hipersomnia mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.
Berbeda dengan narkolepsi, hipersomnia masih bisa dikontrol atau
ditahan, jarang terjadi di tempat asing, dan saat tidur di jam malam
akan berlangsung lebih lama dan dalam. Penderita hipersomnia
umumnya mengalami kantuk terlebih dahulu tanpa disertai katapleksi
dan halusinasi. Hipersomnia dapat dideteksi dengan wawancara
melalui kuisioner khusus (Epworth Sleepliness Scale) dan
polisomnografi (PSG). PSG dapat menunjukkan berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk tidur dan mendeteksi gangguan tidur seperti
OSA, PLMD, RLS, dan membedakan antara narkolepsi dengan
hipersomnia.
b. Tanda dan gejala hipersomnia
Penderita Hipersomnia memiliki beberapa gejala, namun gejala
ini tidak dapat dijadikan sebagai diagnosa karena dapat juga gejala

325
tersebut terjadi diakibatkan faktor lain. Hipersomnia dapat berupa:
merasa lelah yang hebat sepanjang hari, selalu ingin tidur di siang hari,
tetap merasa mengantuk walaupun telah tidur malam dan tidur siang
yang cukup, kesulitan berpikir dan membuat keputusan, pikiran tidak
jernih, apati (kurang emosi, motivasi, atau antusiasme), sulit
konsentrasi dan mengingat, libido menurun.
Hipersomnia dapat ditandai dengan tidur malam yang panjang,
sangat sulit dibangunkan jika sudah tidur siang dan merasa kurang
segar saat bangun, sakit kepala, sering pingsan, serta hipotensi
ortostatik (penurunan tekanan darah yang abnormal saat berdiri).
Gejalanya yang lebih mudah dikenali jika seseorang yang tertidur 8-12
jam dan orang tersebut memiliki kesulitan untuk terbangun di pagi
hari. Jika setelah makan siang kita merasa mengantuk, itu adalah hal
yang wajar karena pada saat itu, jam biologis kita sedang menurunkan
kewaspadaannya. Namun, bila setelah makan siang merasa mengantuk
hinggal sulit berpikir dan berkonsentrasi, itu juga dapat menjadi tanda
seseorang mengidap hipersomnia.
c. Penyebab hipersomnia
Hipersomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Hipersomnia dapat disebabkan oleh buruknya kualitas tidur akibat
gangguan tidur yang diderita, seperti insomnia, sindroma tungkai
gelisah, dan sleep apnea (berhenti bernapas saat tidur). Dapat juga
disebabkan oleh banyak penyakit (seperti sclerosis, epilepsi, depresi),
penggunaan obat tertentu, gangguan tidur (seperti Periodic Limb
Movement Disorder - PLMD atau Restles Leg Syndrome-RLS), kadar
ureum kreatinin yang tinggi (gagal ginjal) dan kadar besi dalam darah
yang kurang, gangguan pada bagian otak (talamus), kelainan langka
(Sindrom Kleine-Levin Sleep), dan obesitas. Selain itu dapat
disebabkan karena stres dan depresi, kelelahan, kebiasaan begadang,

326
ketergantungan obat yang dapat menjadi penyebab terganggunya pola
tidur, hingga idiopatik atau belum diketahui penyebabnya.
d. Penatalaksanaan hipersomnia
Hipersomnia dapat diatasi bila penderita mulai menerapkan
manajemen diri sedini mungkin. Untuk mengatasi hipersomnia ada
banyak cara yang bisa dilakukan, diantaranya:
1) Kembalikan pola tidur
Memaksakan pola tidur kembali ke pola yang benar merupakan
solusi yang paling utama. Tidur yang baik adalah 6-7 jam dan
beranjak tidur tidak lebih dari jam 10 malam. Bangunlah sebelum
Fajar terbit atau sekitar jam 4-5 pagi.
2) Olahraga yang teratur
Apabila tubuh terbiasa dengan olahraga, maka akan memiliki
metabolisme yang seimbang, sehingga sistem Hormonal dalam
tubuh akan normal dan otak akan bekerja dengan optimal.
3) Konsumsi asupan gizi yang baik
Asupan gizi yang baik akan membuat susunan kimia dalam
otak akan seimbang, sehingga rasa kantuk hanya akan muncul
pada waktu yang semestinya saja.
4) Konsultasi dengan dokter
Apabila ketiga solusi di atas sudah dijalankan namun rasa
kantuk yang berlebih masih terasa, segera kunjungi dokter agar
keluhan gangguan tidur dapat diobati dengan baik.
e. Pencegahan hipersomnia
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia.
Hipersomnia adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun,
bisa dilakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi
tingkat keparahan gejalanya:

327
1) Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
2) Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan
berbagai obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
3) Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali
menyebabkan terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi
buruk dan berkeringat karena dimetabolisme di tubuh.
4. Narkolepsi
a. Defenisi narkolepsi
Narkolepsi dalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai
serangan tidur, dimana penderitanya amat sulit mempertahankan
keadaan sadar. Narkolepsi adalah gangguan tidur yang gejala awalnya
ditandai dengan rasa kantuk yang tidak tertahankan di siang hari, lalu
pada umumnya berlanjut dengan serangan tidur atau tidur secara tiba-
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat.
Hampir sepanjang waktu terasa mengantuk. Rasa kantuk
biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalamwaktu
singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari,
banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.
Narkolepsi sebenarnya termasuk kelompok gangguan otak jangka
panjang. Kondisi ini terbilang langka. Narkolepsi biasanya dimulai
pada usia remaja dan awal usia dua puluhan. Perkembangan gejala
narkolepsi pada penderita bisa berlangsungcukup singkat selama
beberapa minggu atau bisa berlangsung lambat selama beberapa tahun.
b. Tanda dan gejala narkolepsi
Gejala pada gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja atau
dewasamuda dan menetap seumur hidup. Rasa ingin tidur bisa terjadi
beberapa kali dalamseari. Tetapi sekali tidur, penderita biasanya dapat

328
dengan mudah dibangunkan.Serangan bisa terjadi beberapa kali dalam
sehari, juga sering terjadi pada keadaanmonoton. Seperti saat rapat
yang membosankan atau mengemudi mobil dalam jarak jauh. Untuk
mengenali penderita narkolepsi, terdapat empat gejala klasik
(calssictetrad) :
1) Rasa kantuk berlebihan / Excessive Daytime Sleepiness (EDS).
Karakteristik utama narkolepsi adalah mengantuk luar biasa
dan tak terkendalidi siang hari. Orang dengan narkolepsi tertidur
secara tiba-tiba, di mana saja dankapan saja. Sebagai contoh,
penderita mungkin tiba-tiba tertidur untuk beberapamenit di tempat
kerja atau ketika sedang berbicara dengan teman. Penderita
tidurhanya beberapa menit atau sampai setengah jam sebelum
bangun dan merasa segar,tapi kemudian tertidur lagi. Selain tidur
di waktu dan tempat yang tidak tepat, penderita juga mengalami
penurunan kewaspadaan sepanjang hari.
2) Katapleksi.
Kondisi tiba-tiba lemas (seperti tak berotot) disebut cataplexy,
dapatmenyebabkan berbagai perubahan fisik, dari cadel ketika
berbicara untukmelengkapi kelemahan dari sebagian besar otot,
dan dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa
menit. Cataplexy yang tidak terkontrol dan seringdipicu oleh emosi
yang kuat, biasanya yang positif seperti tertawa ataukegembiraan,
tapi kadang-kadang ketakutan, kejutan atau kemarahan.
Misalnya,kepala penderita dapat terkulai tak terkendali atau lutut
tiba-tiba lemas ketikatertawa.
3) Sleep Paralysis.
Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami
ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur
atau saat terjaga dalam beberapa menit.kejadian ini biasanya

329
singkat- yang berlangsung satu atau dua menit. Penderitamerasa
hilang kendali atas tubuhnya.
4) Hypanogic / Hypnipompic Hallucination.
Halusinasi ini disebut hypnagogic halusinasi, mungkin terjadi
ketika seseorangdengan narkolepsi dengan cepat jatuh ke tidur
sementara, seperti yang dia lakukan pada permulaan tidur di
malam hari dan secara berkala sepanjang hari, atau setelah bangun.
Karena penderita setengah sadar ketika mulai bermimpi.
5) Sakit kepala.
6) Gangguan ingatan.
7) Berhalusinasi.
8) Ketindihan atau sleep paralysis yang ditandai dengan badan sulit
digerakkanseperti mengalami lumpuh. Fenomena ini biasanya
terjadi ketika kita akanmulai tertidur atau ketika hendak bangun
tidur.
9) Depresi
c. Penyebab narkolepsi
Penyebab dari narkolepsi sampai saat ini belum dapat diketahui.
Namunmeskipun penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti,
bukti menunjukkan bahwanarkolepsi bisa berasal dari genetik. Karena
kelainan ini cenderung ditemui dalamsatu keluarga. Ada yang
menyebutkn penyebab narkolepsi disebabkan oleh rendahnya produksi
hormon yang bertugas meregulasi tidur, yaitu hipokretin atau oreksin,
akibatgangguan autoimun atau akibat penyakit dan cedera yang
merusak bagian otaksebagai organ yang memproduksi hormon
tersebut.Berikut ini kondisi yang dapat memicu seseorang terkena
gangguan autoimun yang pada akhirnya bisa mengarah pada
narkolepsi.
1) Perubahan hormon, terutama saat pubertas atau menopause

330
2) Cacat genetic
3) Infeksi streptokokus
4) Infeksi flu
Berikut ini beberapa faktor yang dapat merusak bagian otak
penghasilhipokretin.

1) Tumor otak
2) Cedera di kepala
3) Penyakit ensefalitis
Penyakit sklerosis multipel selain semua hal yang telah disebutkan
di atas, perubahan pola tidur secaratiba-tiba dan stres psikologis berat
juga diyakini bisa meningkatkan risiko seseorang terkena Narkolepsi

d. Penatalaksanaan narkolepsi
Cara penggobatan narkolepsi seperti banyak kelainan
neurologis lainnya, memerlukan penyesuaian gaya hidup untuk pasien.
Mereka harus mengatur kondisi mereka dan meggunakan resep untuk
membantu gejala.
Untuk sementara, ada dua cara yang dapat digunakan untuk
pengobatan narkolepsi, yaitu:
1) Yoga
Yoga telah dikenal memiliki efek positif pada orang-orang
dengan berbagai jenis gangguan. Yoga mengatur siklus dalam
tubuh dan suplai oksigen ke berbagai bagian otak. Dengan
memasok oksigen, mereka juga mengatur aliran darah keotak. Jika
terdapat cukup oksigen dan aliran darah ke otak sepanjang waktu,
makaotak akan berfungsi secara normal dan gangguan dapat
dengan mudah diobati.
2) Menggunakan obat-obatan

331
Selain dengan yoga narkolepsi juga dapat dibantu (dikurangi)
denganmengkonsumsi obat-obatan perangsang (stimulan). Antara
lain: efedrin,amfetamin, dekstroamfetamin metilfenidat.
e. Pencegahan narkolepsi
Pencegahan Narkolepsi dapat dilakukan dari langkah-langkah ini :
1) Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama
setiap hari,termasuk akhir pekan.
2) Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur
sepanjang hari.Tidur siang 20 menit pada waktu strategis
sepanjang hari mungkin akanmenyegarkan dan mengurangi kantuk
selama satu sampai tiga jam.
3) Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini,
terutama padamalam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan
gejala Anda.
4) Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur
setidaknya empatsampai lima jam sebelum tidur dapat membantu
Anda merasa lebih terjaga disiang hari dan tidur lebih baik di
malam hari
5. Apnea saat tidur
a. Defenisi apnea
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat
pernafasan seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas
secara berulang pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan
bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
b. Penyebab Apnea tidur obstruktif
Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya :
1) Sleep apnea obstruktif (OSA) merupakan jenis sleep apnea yang
paling sering disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,

332
biasanya karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan
yang kolap semasa tidur.
2) Slep apnea sentral (CSA) tidak ada sumbatan pada jalan napas
pada tipe ini, tetapi sleep apnea terjadi karena kegagalan otak
untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk bernafas,
terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada
diotak.
3) Sindrom sleep apnea kompleks dikenal sebagai treatment -
emergent central sleep apnea, yang terjadi ketika seseorang
memiliki OSA dan CSA.
c. Tanda dan gejala
Gejala yang bisa dialami pengidap slep apnea yaitu :
1) Dengkuran keras
2) Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
3) Terengah –engah dalam tidur
4) Terbangun dari tidur dengan mulut kering
5) Nyeri kepala saat bangun
6) Mengantuk saat siang hari
7) Sulit konsentrasi
8) Iritabilitas
d. Penatalaksanaan apnea
Beberapa kasus sleep apnea yang lebih ringa, dokter mungkin
hanya menyarankan perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat
badan atau berhenti merokok. Jika memiliki alergi hidung, dokter akan
merekomendasikan perawatan untuk alergi.
Jika tindakan ini tidak memperbaiki tanda dan gejala atau jika
kondisi ada pada fas sedang hingga berat, sejumlah perawatan lain
mungkin tersedia.

333
Perangkat tertentu dapat membantu saluran udara yang
tersumbat. Dalam kasus lain, operasi mungkin diperlukan.
Terapi lain termasuk :
1) Tekanan saluran udara positf berkelanjuta (CPAP)
2) Perangkat mulut
3) Stimulator saraf
4) Terapi surgikal (pengangkatan tonsil)
e. Pencegahan apnea
Pencegahan dilakukan dengan cara meminilisir faktor risiko
dengan cara :
1) Memiliki pola makan sehat
2) Berhenti merokok
3) Membatasi asupan alkohol
6. Mengigau
a. Defenisi mengigau
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan
berbicara selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama mengigau
dapat berupa monlog jelas, dialog, gumaman, hingga ngoceh.
Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini merupakan bagian
dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada seseorang
yang berbicara saat tidur.
b. Penyebab mengigau
Ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, yaitu:
1) Stres secara emosional
2) Mengalami REM sleep behavior (RBD)
3) Sedang demam atau sakit
4) Konsumsi obat –obatan tertentu
5) Genetik

334
c. Tanda dan gejala mengigau
Gejala utama mengigau ekspresi yang bisa didengar terjadi selama
tidur tanpa orang itu menyadari, itu bisa berupa :
1) Omong kosong atau menyerupai ucapan normal
2) Bergumam
3) Seolah – olah berbicara dengan orang lain
4) Percakapan cenderung pendek
d. Penatalaksanaan mengigau
Berikut cara mudah yang bisa dilakukan untuk menghilangkan
kebiasaan mengigau yaitu :
1) Menghindari stres
2) Meditasi atau yoga
3) Akan makanan yang bergizi
4) Berfikir positif
5) Dengarkan white noise
e. Pencegahan mengigau
Beberapa pencegahannya antara lain :
1) Usahakan cukup tidur
2) Kelola stres
3) Hindari alkohol
4) Hentikan cemilan malam
5) Konsultasi pada ahli

335
DAFTAR PUSTAKA

Yankes.kemkes.go.id 26 juli 2022 https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/502/yuls-


mengenal-gangguan-tidur diakses pada senin 13 maret 2023

336
Sardjito.co.id 31 agustus 2022 https://sardjito.co.id/2022/08/31/apa-itu-insomnia/
diakses pada senin 13 maret 2023

Merdeka.com 22 juni 2022 https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-parasomnia-


dan-gejalanya-gangguan-perilaku-abnormal-saat-tidur-kln.html diakses pada senin 13
maret 2023

Orami.co.id 19 agustus 2022 https://www.orami.com.id/magazin/narkolepsi diakses


pada selasa 14 maret 2023

Sehat.com 1 juni 2021 https://www.sehatq.com/penyakit/hipersomnia diakses pada


selasa 14 maret 2023

337

Anda mungkin juga menyukai