DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
JULIANA SIREGAR
(P00320222 057)
TAHUN 2022-2023
A. INSOMNIA
1. DEFINISI INSOMNIA
Insomnia adalah gangguan tidur yang membuat Anda bangun tidur terlalu
awal, kesulitan untuk tidur, atau tidur tidak menjadi nyenyak. Kondisinya bisa
berlangsung sebentar dalam jangka pendek (akut) atau lama dalam jangka panjang
(kronis). Insomnia dapat muncul dan kembali sewaktu-waktu. Pada insomnia
akut, biasanya berlangsung selama 1 malam hingga beberapa minggu. Sedangkan,
insomnia yang bersifat kronis biasanya terjadi dalam jangka waktu 3 malam
sampai 3 bulan lamanya.
2. ETIOLOGI INSOMNIA
Penyebab insomnia dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. insomnia primer merupakan gangguan tidur yang tidak disebabkan oleh
masalah kesehatan
b. insomnia sekunder adalah kesulitan tidur yang dusesbabkan oleh penyebab lain
atau kondisi khusus tertentu misalnya:
Stress (kehilangan pekerjaan,perceraian,kematian,dan sebagainya).
Penyakit tertentu.
Faktor lingkungan seperti,suara bising,cahaya,dan suhu yang ekstrim(dingin
atau panas).
Obat-obatan misalnya obat depresi,anti hipertensi,dan asma.
Jadwal tidur terganggu misalnya karena bekerja dengan sistem shift.
Nyeri.
Depresi atau gangguan kecemasan.
Kafein,nikotin,alkohol.
ii
Penderita hanya bias tidur selama 6 jam atau kurang,setidaknya 3 hari
berturut-turut dalam 1 bulan atau lebih.
Tidak merasa bugar setelah tidur atau merasa lelah disiang hari meskipun
memiliki waktu tidur yang cukup.
Sulit berkontaminasi.
Kurangnya energi atau motivasi.
Mamiliki kekhawatiran tentang tidur.
4. PENCEGAHAN INSOMNIA
Penyakit insomnia dapat dicegah dengan beberapa cara,diantaranya:
Olahraga teratur yang sebaiknya dilakukan minimal 4 jam sebelum
tidur.Hindaro berolahraga mendekati waktu tidur karena dapat mengganggu
kualitas tidur.
Hindari kafein,nikotin,dan alkohol terutama pada sore dan malam hari.
Latihan teknik melepas stress seperti yoga,meditasi atau relaksasi.
5. PENATALAKSAAN INSOMNIA
Terapi Nonfarmakologi
iii
Intruksi untuk terapa ini mencakup:
iv
Terapi Farmakologi
Banyak klinisi yang memberikan obat golongan antihistamin yang mempunyai
efek sedasi kuat untuk mengatasi gangguan tidur. Namun hal ini tidak
direkomendasikan karena antihistamin mempunyai efek antikolinergik. Obat lain
yang berefek sedasi dan bisa digunakan adalah obat antidepresan, misalnya
mirtazapine, trazodone, dan amitriptyline.
v
o Golongan benzodiazepine seperti flurazepam, temazepam, estazolam, dan
triazolam).
o Obat Hipersomnia dan Narkolepsi
Selain obat untuk mengatasi insomnia, ada juga obat yang digunakan untuk
mengatasi hipersomnia dan narkolepsi. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai anti-
narkolepsi lini pertama adalah modafinil, armodafinil, pitolisant, sodium oxybate,
dan solriamfetol. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai lini kedua adalah
metilfenidat dan amfetamin
B. PARASOMNIA
1. DEFINISI PARASOMNIA
Gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang paling umum dialami oleh
masyarakat dan sekitar sepertiga populasi dunia pernah mengalami gangguan tidur
(setiabudhi,2011).Menurut ppdj-III gangguan tidur secara garis besar dibagi
menjadi dua,yaitu disomnia dan parasomnia.Parasomnia merupakan peristiwa
episodik abnormal yang terjadi selama tidur.Termasuk dalam golongan ini adalah
somnabulisme,terror tidur,dan mimpi buruk (maslim,2002).Gangguan tidur yang
berkepanjangan mampu mengubah siklus tidur biologis,merunkan daya tahan
tubuh serta prestasi kerja,mudah tersinggung,gangguan depresi,kurang
konsentrasi,kelelahan yang mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain
dan menurunkan kualitas hidup penderita (Asnis et.al,2016).
2. ETIOLOGI PARASOMNIA
vi
Usia lanjut.
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia.
Sangat mengantuk.
Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari.
Tiba-tiba tertidur saaat duduk dan melakukan aktivitas lain,seperti membaca
atau menonton tv
Sulit berkonsentarsi dalam melakukan kegiatan tertentu dirumah,tempat
kerja,atau sekolah.
Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyatir.
Sering terlihat mengantuk.
Sulit mengingat atau menyimpan informasi.
Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan.
Emosi yang tidak stabil.
Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap
terbangun.
4. KLASIFIKASI PARASOMNIA
Nightmare disorder.mimpi buruk adalah mimpi menganggu yang terkait
dengan perasaan negative seperti kecemasan atau ketakutan,yang bias
membangunkan seseorang tidur.
Sleep terror disorder.Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait
dengan perasaan negative,seperti kecemasan atau ketakutan yang bisa
membangunkan seseorang dari tidur.
vii
Sleepwalking disorder (somnambulisme).Tindakan bangun dan berjalan ke
sekeliling saat tidur berjalan paling sering terjadi pada anak-anak yang
biasanya menghilang pada usia remaja.
5. PENCEGAHAN PARASOMNIA
Bijak mengelola stress cobalah untuk rileks bangun pikiran positif.Fokus
pada yang perlu dan penting.anda kerjakan jangan memikirkan hal yang
terlalu rumit.
Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia termasuk dengan
berkumpul bersama orang tersayang lampiaskan hobi
anda,berlibur,ibadah,yang rajin.
Saat akan tidur,kondisikan kamar anda agar nyaman.kenakan pakaian tidur
yang nyaman dan bersih,tidak makan berlebihan menjelang tidur,dan
lakukan hal yang membuat anda mengantuk,seperti dengan
membaca,message.
Batasi penggunaan gadjet yang tidak perlu.
Jangan minum sembarangan obat atau herbal lain dari dokter.
6. PENATALAKSAAN PARASOMNIA
Penatalaksanaan parasomnia dibagi menjadi dua tata laksana umum dan spesifik.
C. NARKOLEPSI
viii
1. DEFINISI NARKOLEPSI
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa ngantuk di
siang hari dan serangan tidur tiba-tiba.Orang dengan narkolepsi merasa sulit untuk
tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama,terlepas dari keadaan.Alhasil kondisi
ini dapat menybabkan gangguan serius dalam menjalani rutinitas sehari-
hari.Tekadang kondisi ini dapat diserati dengan hilangnya tonus otot secara
tibatiba yang dapat dipicu oleh emosi yang kuat.narkolepsi yang terjadi dengan
cataplexy disebut narkolepsi tipe 1.narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi
dikenal sebagai narkolepsi tipe 2.
2. ETIOLOGI NARKOLEPSI
ix
Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan
kemudian berlanjut seumur hidup.hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari
yang berlebihan.pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan dimana saja.
x
4. PENCEGAHAN NARKOLEPSI
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari:
Vaksin influenza
Menghindari aktivitas ekstrem
Guna mengurangi risiko cedera kepala berat.
5. PENATALAKSANAAN NARKOLEPSI
Terapi farmokologis
Obat-obatan.
Terapi nonfarmologis
Kebiasaan tidur.
Diet dan olahraga.
Pekerjaan dan berkendara.
D. SLEEP APNEA
1. DEFINISI SLEEP APNEA
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat
tidur.Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan
asupan oksigen yang cukup.
2. ETIOLOGI SLEEP APNEA
Sleep apnea obstruktif (OSA) merupakan jenis sleep apnea yang paling sering
disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,biasanya karena jaringan lunak
dibagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.
xi
Sleep apnea sentral (CSA) tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini
tetapi sleep apnea terjadi Karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk
bernapas,terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di
otak.
Sindrom sleep apnea kompleks dikenal sebagai treatment-emergent central
sleep apnea yang terjadi ketika seseorang memiliki 0SA dan CSA.
3. MANIFESTASI KLINIS SLEEP APNEA
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
Dengkuran keras.
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Terengah-engah saat tidur.
Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
Nyeri kepala saat bangun tidur.
Sulit mempertahankan tidur.
Mengantuk saat siang hari.
Sulit konsentrasi.
Iribilitas.
xii
Good sleep hygiene.
Pemakaian PAP yang sesuai dengan waktu tidur dan kamar tidur.
Konsumsi alkohol
Obesitas
Posisi tubuh
E. MENGIGAU
1. DEFINISI MENGIGAu
Somniloquy atau sleeptaking.mengigau merupakan vokalisasi saat tidur,bisa
berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar gumaman.kondisi ini bisa dipicu
oleh keadaan emosional-psikologis ,demam atau tidur yang terganggu.mengigau
biasanya berlangsung pada tahadap tidur jangkal,atau kadang pada tahap mimpi
(tidur REM).Jika terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan seperti
melihat pencuri atau melihat sebuah kecelakaan.
Kata-kata yang keluar bisa berkaitan dengan mimpi bahkan berlainan sama
sekali,misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling” tetapi kata yang keluar
adalah “mama” walau demikian,biasanya si pengigau tidak ingat apa-apa yang
telah dikatakan atau bahkan tentang mimpinya sendiri.mengigau merupakan
bentuk parasomnia yang biasa terjadi pada 50% anak-anak dan 50% orang
dewasa.igauan yang terucap bisa sangat dramatis,emosional,dan kasar.mengigau
merupakan vokalisasi saat tidur,bisa berupa kata-kata yang jelas atau hanya
sekedar gumaman.kondisi ini bisa dipacu oleh keadaan emosional-
psikologis,demam atau tidur yang terganggu.Mengigau biasanya berlangsung
pada tahap tidur dangkal atau kadang kala pada tahap mimpi (tidut REM) jika
terjadi dalam tahap tidur mimpi,biasanya terjadi bersesuaian dengan mimpi yang
mengejutkan seperti melihat pencuri atau melihatt kecelakaan.kata-kata yang
xiii
keluar bisa berkaitan dengan mimpi bahkan berlainan sama sekali,misalkan dalam
mimpi meneriakkan “maling” tetapi kata yang keluar adalah “mama” walau
demikian,biasanya sipengigau tidak ingat apa yang dikatakan atau bahkan
mimpinya sendiri.
Gangguan ini sering terjadi pada usia muda bahkan pernh dilaporkan kejadian
sleeptaking pada balita yang baru bisa jalan.meskipun lebih sering terjadi pada
anak usia 4 tahun hinggan 7 tahun.Kebanyakan kebiasaan ini hilang sendiri ketika
meranjak dewasa.Tetapi saat dalam kondisi kurang tidur yang ekstrem gangguan
sewaktu-waktu bisa menyerang,
2. ETIOLOGI MENGIGAU
Mengalami gangguan REM (Rapid ete movement)
Mengalami sleep terror
Sedang stress berat
Efek penggunaan obat-obat tertentu
Akibat kondisi demam
Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada
fungsi otak,kondisi ini disebut dengan rapid eye movement (REM) sleep behavior
disorder.
4. PENCEGAHAN MENGIGAU
Hindari stress
Tetap berpikir positif
Menerima hal yang terjadi diluar kontrol
Berolahraga
Hindari alkohol dan narkoba
xiv
Perbaiki jam tidur
Memasang white noise
DAFTAR PUSTAKA
xv
MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING:
xvi
DISUSUN OLEH:
PRODI D3 KEPERAWATAN
2022-2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa'atnya di
akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Gangguan Istirahat Tidur”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
xvii
Langsa, 25 Februari
2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
Insomnia...................................................................................................................3
Pengertian Insomnia.................................................................................................3
3. Tanda Gejala.................................................................................................4
B. Hipersomnia......................................................................................................5
1. Pengertian Hsipersomnia.............................................................................5
2. Tanda Gejala................................................................................................7
4. Pengobatan...................................................................................................8
C. Narcolepsy........................................................................................................9
xviii
1. Pengertian Narcolepsy.................................................................................9
2. Penyebab Narcolepsy...................................................................................9
3. Gejala Narcolepsy......................................................................................9
5. Pengobatan Narcolepsy............................................................................11
D. Apnea Tidur.....................................................................................................12
2. Penyebab Apnea.......................................................................................12
E. Mengigau.........................................................................................................16
1. Pengertian Mengigau................................................................................16
2. Penyebab Mengigau..................................................................................16
F. Parasomnia......................................................................................................19
1. Pengertian Parasomnia..............................................................................19
2. Penyebab Parasomnia..................................................................................20
3. Tanda Gejala.............................................................................................20
4. Pengobatan Parasomnia............................................................................21
A. Kesimpulan..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini
akan dijabarkan beberapa rumusan masalah.
C. Tujuan Penulisan
xx
2. Untuk mengetahui tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
xxi
hari menjadi terganggu, penurunan iq (Intelligence Quotient), penurunan prestasi
kerja dan belajar, mengalami kelelahan di siang hari, hubungan interpersonal
dengan orang lain menjadi buruk, meningkatkan risiko kematian, menyebabkan
kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan, dan memunculkan
berbagai penyakit fisik.
xxii
Kebiasaan menonton televisi atau bekerja di tempat tidur.
Menggunakan ponsel sebelum tidur.
Tanda dan gejala utama dari insomnia adalah kesulitan untuk tidur di
malam hari. Selain itu, tanda dan gejala umum dari insomnia adalah sebagai
berikut:
xxiii
Sedangkan, insomnia kronis akan ditangani dokter melalui beberapa tindakan
medis, seperti:
Meresepkan obat tidur. Namun, penggunaan obat tidur ini hanya bersifat
sementara dan bukan untuk mengatasi insomnia sepenuhnya.
Konseling dan psikoterapi
B. Hipersomnia
1. Pengertian Hipersomnia
a) Penyebab Masalah
Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain.
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
xxiv
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi
ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
xxv
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).
xxvi
melakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan
C. Narcolepsy
xxvii
1. Pengertian Narcolepsy
2. Penyebab Narkolepsy
xxviii
3. Gejala Narkolepsy
Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala narkolepsi. Anda
bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah ini:
Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap
hari, termasuk akhir pekan.
xxix
Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur sepanjang
hari. Tidur siang 20 menit pada waktu strategis sepanjang hari mungkin
akan menyegarkan dan mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.
Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama
pada malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.
Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya
empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih
terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. Pengobatan Narkolepsy
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
xxx
Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari.
D. Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang
kali. Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, nantinya dapat menimbulkan komplikasi serius.
2. Penyebab Apnea
xxxi
2. Apnea Tidur Sentral
Apnea tidur sentral terjadi karena otak pusat gagal mengirimkan sinyal ke otot
yang mengontrol pernapasan. Orang dengan kondisi ini akan mengalami
kesusahan bernapas dalam waktu singkat. Selain itu, kondisi ini akan
membangunkan penderitanya dan menjadi sulit tidur.
xxxii
Cara mengatasi apnea tidur ringan dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup.
Bagaimana cara mengatasi apnea tidur ringan, berikut:
Sebagian besar penderita apnea tidur adalah mereka yang memiliki berat badan
berlebih atau obesitas. Dengan menurunkan berat badan beberapa kilogram akan
membantu memperbaiki gejala apnea tidur.
Alkohol dan obat tidur akan menurunkan tegangan otot di bagian belakang
tenggorokan. Hal tersebut akan mengganggu aliran udara yang masuk ke otak.
Posisikan tidur Anda dengan posisi yang membuat Anda lebih mudah untuk
bernapas.
4. Berhenti Merokok
xxxiii
CPAP dilakukan dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti masker. Alat
ini akan membantu menghantarkan udara ke saluran pernapasan. Selain itu, terapi
CPAP juga membantu untuk meredakan gejala-gejala apnea tidur yang muncul.
BPAP menggunakan alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan udara saat
menarik napas. Selain itu, alat ini juga membantu menurunkan tekanan udara saat
menghembuskan napas. Kondisi tersebut akan memudahkan penderita apnea tidur
untuk lebih mudah bernapas.
MAD adalah alat yang digunakan untuk menjaga agar tenggorokan tetap terbuka.
Alat ini lebih mudah digunakan, namun tidak cocok untuk mereka yang menderita
apnea tidur parah.
ASV adalah alat ventilasi non-invasif yang digunakan untuk penderita apnea
sentral. Alat ini membantu agar saluran pernapasan tetap terbuka.
5. Operasi
Operasi menjadi pilihan terakhir jika upaya pengobatan lainnya tidak manjur.
Operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi apnea tidur beragam. Misalnya,
operasi pengangkatan jaringan (uvulopalatopharyngoplasty), operasi hidung,
trakeostomi, operasi reposisi rahang atau operasi ablasi radiofrekuensi.
E. Mengigau
1. Pengertian Mengigau
xxxiv
sebutan somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur. kata-kata
yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa gumam, monolog
kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Meski begitu, mengigau bisa
jadi indikasi gangguan tidur yang lebih serius, seperti sleep apnea (napas
berhenti), night terrors (menjerit) dan gangguan perilaku REM (Rapid Eye
Movement).
2. Penyebab Mengigau
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:
Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka
xxxv
mengigau pun tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.
4. Rutin Berolahraga
Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.
xxxvi
5. Hindari Stres
Tanpa disadari, ternyata apa yang kita konsumsi juga bisa berpengaruh terhadap
kebiasaan tidur. Kalau kamu sudah mencoba berbagai cara di atas, tetapi belum
ada yang berhasil, maka cobalah untuk memperbaiki pola makan.Sangat
disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jangan lupa untuk
memenuhi asupan cairan tubuh dengan minum 8-10 gelas per hari. Tubuh yang
sehat akan membuat metabolisme lancar, sehingga organ tubuh akan bekerja
sebagaimana mestinya.
Langkah terakhir yang perlu kamu lakukan sebagai cara mengatasi tidur mengigau
adalah dengan menciptakan suasana tidur yang nyaman. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti penggunaan kasur, tata letak perabotan, hingga warna
dan tema kamar tidur.
F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia
xxxvii
adanya luka trauma. "Parasomnia dicirikan oleh perilaku fisik atau lisan yang
tidak diinginkan, seperti berjalan atau berbicara saat tidur, terjadi dalam hubungan
dengan tidur, tahapan tertentu dari tidur atau transisi tidur-bangun," ujarnya.
Parasomnia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yakni parasomnia primer
dan parasomnia sekunder. Parasomnia primer merupakan gangguan tidur yang
ditandai terjadinya simultan unsure-unsur dari transisi tidur-bangun. Sedangkan
parasomnia sekunder adalah gangguan sistem organ lainnya yang timbul selama
tidur.
2. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-
rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
xxxviii
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
4. Pengobatan Parasomnia
psikoterapi
terapi relaksasi
hipnosis.
xxxix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xl
dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata
sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah
terserang penyakit (Lanywati, 2001).
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur,
pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang kali. Akibatnya, oksigen ke otak
menjadi berkurang. Perawatan apnea tidur yang dapat dilakukan, antara lain:
xli
5. Operasi
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
xlii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Apa itu insomnia? Ini penyebab, Gejala, & Cara mengatasinya. Dikutip
dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-insomnia,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1924090018/11Hipersomnia.pdf,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.
xliii
http://mukmin93.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-narkolepsi_16.html?
m=1. Dipetik tanggal 9 Maret 2023.
DOSEN:
Elfida,SKM.MPH
DISUSUN OLEH:
xliv
Putri Devita
(P00320222 068)
TAHUN 2022-2023
xlv
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
1. INSOMNIA
A. PENGERTIAN
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang artinya tidur,
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia ada tiga macam, yaitu
pertama, Intial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua,
Middle Insomnia yaitu terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur lagi.
Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi.
(Purwanto, 2012).
Insomia adalah salah satu gangguan tidur pada malam hari dimana individu akan
merasakan kesulitan tidur pada malam hari dan membuat individu tidak cukup
tidur saat terbangun. Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya stres. Gejala fisik dapat dilihat dari raut muka yang pucat, mata sembab
dan badan yang merasa lemas (Wahyuningsih, 2007).
Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang
(kronis). Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami
untuk memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui
siklus yang bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata
cepat.
Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam.
Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali
empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu,
dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.
xlvi
Insomnia terbagi menjadi dua jenis, yaitu insomnia primer dan insomnia
sekunder. Insomnia primer adalah gangguan tidur yang tidak terkait dengan
penyakit atau kondisi medis lain. Sementara itu, insomnia sekunder adalah
gangguan tidur yang terjadi akibat gangguan kesehatan, seperti:
Insomnia dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau jangka panjang
(kronis). Insomnia akut terjadi secara mendadak dan dapat berlangsung dari hanya
1 malam sampai beberapa minggu. Sementara itu, insomnia kronis terjadi
setidaknya 3 malam dalam 1 minggu dan berlangsung selama 3 bulan atau lebih.
B. PENYEBAB
Insomnia Primer
Insomnia primer dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu penyebab insomnia
primer adalah hal-hal yang memicu stres, misalnya masalah dalam pekerjaan atau
keuangan. Stres juga bisa disebabkan oleh peristiwa duka, seperti kehilangan
orang yang dicintai.
xlvii
Jadwal tidur yang tidak teratur, misalnya karena pergantian jam kerja
Insomnia Sekunder
Gangguan kecemasan
Gangguan stres pasca trauma (PTSD)
Gangguan bipolar
Depresi
xlviii
Gangguan tidur, seperti restless leg syndrome dan sleep apnea, yang
menyebabkan penderita terbangun berkali-kali pada malam hari
Merokok
Menyalahgunakan NAPZA
Mengonsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan
Menurut penelitian (Iwan, 2009) ada beberapa tanda dan gejala insomnia,
diantaranya :
D. PENCEGAHAN
xlix
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah insomnia, antara
lain:
Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,
termasuk saat akhir pekan
Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi
makanan sehat, termasuk sayuran dan buah-buahan
Berolahraga secara rutin, tetapi tidak dekat waktu tidur
Membatasi waktu tidur siang
Menjaga kenyamanan dan suhu kamar tidur, serta usahakan hanya masuk
ke kamar bila ingin tidur
Membuat tubuh terasa rileks sebelum tidur, misalnya dengan mandi air
hangat atau membaca buku
Memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter, terutama jika memiliki
penyakit kronis yang memerlukan kontrol rutin
E. PENATALAKSANAAN
Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada orang yang mengalami insomnia adalah melakukan behavioral treatment
untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur. Contoh behavioral treatment sebagai
berikut:
1. Kontrol Stimulus
Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan yang nyaman agar
merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk tertidur.
2. Terapi Kognitif
Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk menciptakan pikiran yang positif
dan yakin untuk bisa tertidur.
3. Pembatasan Tidur
l
Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari, sehingga dapat memulai
tidur dengan mudah dimalam hari.
2. PARASOMNIA
A. PENGERTIAN
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat Anda
sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat
Anda.
Jika Anda menderita parasomnia, Anda dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku
agresif saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar Anda mungkin
mengira Anda sedang terjaga. Anda pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal
yang telah Anda lakukan atau katakan ketika terbangun nanti.
Parasomnia dapat membahayakan diri sendiri karena Anda sedang dalam keadaan
tidak sadar dengan kondisi sekitar. Gangguan ini juga dapat mengurangi kualitas
tidur sehingga menimbulkan efek negatif pada kesehatan.
Jenis-Jenis Parasomnia
Parasomnia dikelompokkan berdasarkan fase tidur saat gangguan ini terjadi, yaitu
parasomnia NREM dan REM. Akan tetapi, ada juga jenis parasomnia yang tidak
masuk dalam kedua kelompok tersebut. Berikut adalah jenis-jenis parasomnia:
NREM merupakan tahap ketika seseorang mulai terlelap hingga kemudian tidur
nyenyak. Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) terdiri dari beberapa
jenis, yaitu:
li
Night terror (sleep terror), terjadi ketika Anda menjerit atau menangis dan
diiringi dengan jantung berdetak cepat, napas terengah-engah, dan
berkeringat. Kondisi ini bisa membuat Anda tiba-tiba terbangun dalam
keadaan ketakutan tanpa alasan yang jelas
Gangguan tidur yang melibatkan perilaku abnormal atau sleep sex, terjadi
ketika Anda tidur sambil melakukan masturbasi, penetrasi, mengeluarkan
suara seakan-akan sedang berhubungan seksual, atau menyantap jenis
makanan yang tidak akan dikonsumsi saat terjaga
Setelah fase NREM terlalui, Anda akan memasuki fase REM. Pada fase ini, mata
Anda bergerak cepat di belakang kelopak mata dan gelombang otak Anda terlihat
mirip dengan saat terjaga. Fase REM juga ditandai dengan peningkatan detak
jantung dan tekanan darah.
Mimpi alias bunga tidur terjadi pada fase ini. Selama fase REM, lengan dan kaki
Anda menjadi lumpuh sementara untuk mencegah Anda bereaksi secara fisik
terhadap mimpi Anda.
Parasomnia yang terjadi pada fase NREM meliputi beberapa kondisi berikut:
lii
mungkin terjadi jika Anda sedang stres, sakit, lelah, mengalami peristiwa
traumatis, atau berada dalam pengaruh alkohol
Selain itu, beberapa jenis parasomnia lainnya adalah sindrom kepala meledak
(exploding head syndrome), menggeretakkan gigi, halusinasi, dan mengompol.
B. PENYEBAB
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid
eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
liii
Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari
Tiba-tiba tertidur saat duduk dan melakukan aktivitas lain, seperti
membaca atau menonton tv
Sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tertentu dirumah , tempat
kerja, atau sekolah
Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyetir
Sering terlihat mengantuk
Sulit mengingat atau menyimpan informasi
Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
Emosi yang tidak stabil
Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap
terbangun
D. PENCEGAHAN
Bijak mengelola stres, cobalah untuk rileks, bangun pikiran positif, fokus
pada apa yang perlu dan penting Anda kerjakan, jangan memikirkan hal
yang terlalu rumit
Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, termasuk
dengan berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi Anda,
berlibur, ibadah yang rajin
liv
Buat jadwal aktifitas keseharian Anda yang teratur, tidak hanya untuk
tidur dan bangun, namun juga beraktifitas lainnya agar tubuh Anda pun
terbiasa
Saat akan tidur, kondisikan kamar Anda agar nyaman, kenakan pakaian
tidur yang nyaman dan bersih, tidak makan berlebihan menjelang tidur,
dan lakukan hal yang membuat Anda mengantuk, seperti dengan
membaca, massage
Batasi penggunaan gadget yang tidak perlu
Jangan minum sembarang obat atau herbal selain dari dokter
E. PENATALAKSANAAN
Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik. Tata
laksana umum meliputi edukasi dan profilaksis. Secara spesifik, tata laksana
parasomnia meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan
farmakoterapi.
3. HIPERSOMNIA
A. PENGERTIAN
Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah
tidur cukup pada malam sebelumnya. Hipersomnia bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala yang disebabkan oleh kondisi tertentu. Waktu tidur yang ideal
bagi orang dewasa adalah sekitar 7–9 jam setiap malamnya. Bila waktu tidurnya
cukup dan kualitas tidurnya baik, seseorang akan merasa segar ketika bangun pagi
dan bisa beraktivitas dengan baik di siang hari.
lv
Pada penderita hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS), rasa kantuk
yang berlebihan pada siang hari masih muncul meski sudah tidur cukup pada
malam harinya. Kantuk tersebut juga tidak membaik dengan tidur siang. Jika tidak
ditangani, gangguan tidur ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti
berkendara.
B. PENYEBAB
Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat
kondisi berikut:
Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak,
dan cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin).
Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe
1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.
Narkolepsi tipe 2
lvi
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki
gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe
2 biasanya dimulai pada masa remaja.
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun.
Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode
mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
Hipersomnia sekunder
lvii
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu
tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).
lviii
D. PENCEGAHAN
Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan
kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam sleep hygiene adalah:
Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap
harinya agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan
malam hari
Membatasi waktu tidur siang
Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar tidur
yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih bantal dan
selimut yang nyaman
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar dapat
tidur lebih nyenyak
Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat menyebabkan
sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang
hari
Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam
Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang
dapat menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau
epilepsi
E. PENATALAKSANAAN
lix
Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
4. NARCOLEPSY
A. PENGERTIAN
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh
atau mengalami kecelakaan.
Narkolepsi dapat disertai dengan gejala lain, seperti sleep paralysis, halusinasi,
dan katapleksi. Katapleksi sendiri adalah kelemahan atau kehilangan kendali otot
wajah, leher, dan lutut.
Narkolepsi termasuk dalam kondisi yang berkepanjangan (kronis) dan tidak dapat
disembuhkan. Meski demikian, gejala yang timbul akibat narkolepsi tetap bisa
dikelola dengan baik melalui pengobatan dan penerapan pola hidup yang tepat.
B. PENYEBAB
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
Tumor otak
lx
Cedera kepala
Radang otak (ensefalitis)
Multiple sclerosis
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umumnya terjadi :
D. PENCEGAHAN
lxi
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu
mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya
gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
E. PENATALAKSANAAN
Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan
yang merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu
orang dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya adalah
antidepresan trisiklik.
Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah dengan
menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang cukup di
malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu, karena
salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan
lxii
untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang
lainnya.
5. SLEEP APNEA
A. PENGERTIAN
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup. Atau gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya
berhenti bernapas sejenak saat tertidur. Durasi henti napas ini dapat terjadi selama
10-30 detik dan dapat terulang berkali-kali sepanjang malam.
B. PENYEBAB
Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling
sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya
karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa
tidur.
Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe
ini, tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan
kepada otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat
kontrol pernapasan yang ada di otak.
Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent
central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan
CSA. Penderita MSA, dapat memiliki sumbatan pada saluran napas yang
membuatnya berhenti bernapas, sekaligus juga mengalami CSA dimana
napas berhenti meskipun saluran udara tetap terbuka
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
lxiii
Dengkuran keras.
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Terengah-engah dalam tidur.
Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
Nyeri kepala saat bangun tidur.
Sulit mempertahankan tidur.
Mengantuk saat siang hari.
Sulit konsentrasi.
Iritabilitas.
D. PENCEGAHAN
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua yakni terapi
nonbedah dan bedah. Penatalaksanaan OSA disesuaikan berdasarkan Indeks
Apnea-Hipopnea (AHI) pasien.
6. MENGIGAU
lxiv
A. PENGERTIAN
setiap orang bisa mengigau, tetapi pada umumnya terjadi pada pria dan anak-anak.
sama halnya dengan kebiasaan berjalan saat tidur.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah hampir 59 persen ucapan yang keluar
saat mengingau tidak dapat dipahami, termasuk bergumam, berbisik, atau tertawa.
Namun, di antara ucapan yang bisa dimengerti, mengandung kata-kata yang
menyinggung, berunsur negatif, makian, dan tidak pantas diucapkan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ucapan yang keluar saat mengigau jauh lebih
rumit daripada yang diharapkan dan mendukung teori bahwa ada fungsi otak yang
lebih tinggi selama semua tahap tidur.
lxv
Mengigau juga memiliki tahap keparahan, tahap 1 dan 2 merupakan tahap
mengigau dalam keadaan tidur nyenyak dan masih bisa dipahami. Sedangkan
untuk tahap 3 dan 4 merupakan pembicaraan yang sulit dipahami.
B. PENYEBAB
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:
Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang mengigau
saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota keluarga lainnya yang
mengigau, Anda mungkin juga berisiko.
Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada fungsi
otak, kondisi ini disebut dengan Rapid Eye Movement (REM) sleep behaviour
disorder
D. PENCEGAHAN
lxvi
Ngigo atau mengigau adalah salah satu kebiasaan tidur yang dianggap wajar oleh
kebanyakan orang. Meskipun demikian, kebiasaan yang satu ini bisa dikatakan
cukup mengganggu dan bisa menjadi hal yang memalukan bagi ‘penderitanya’.
Ini cara mengatasi mengigau atau ngigo yang mudah dan ampuh:
Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka
mengigau pun tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.
Rutin Berolahraga
Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.
lxvii
Hindari Stres
Tanpa disadari, ternyata apa yang kita konsumsi juga bisa berpengaruh terhadap
kebiasaan tidur. Kalau kamu sudah mencoba berbagai cara di atas, namun belum
ada yang berhasil, maka cobalah untuk memperbaiki pola makan.
Sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jangan lupa untuk
memenuhi asupan cairan tubuh dengan minum 8-10 gelas per hari. Tubuh yang
sehat akan membuat metabolisme lancar, sehingga organ tubuh akan bekerja
sebagaimana mestinya.
Langkah terakhir yang perlu kamu lakukan sebagai cara mengatasi tidur mengigau
adalah dengan menciptakan suasana tidur yang nyaman. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti penggunaan kasur, tata letak perabotan, hingga warna
dan tema kamar tidur.
E. PENATALAKSANAAN
lxviii
Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur malam
berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur malam)
Hindari tidur di siang hari
DAFTAR PUSAKA
Levenson, Jesisica C., kay, daniel B., Buysse, Daniel J. (2014). The
pathophysiology of insomnia. Chest, 147(4), 1179- 1192.
lxix
National Health Services. Diakses pada 2022. Narcolepsy.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Sleep apnea - Symptoms and causes.
WebMD. Diakses pada 2019. Sleep Apnea: Types, Common Causes, Risk
Factors, Effects on Health.
lxx
MAKALAH GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
DOSEN:
ELFIDA,SKM.MPH
DISUSUN OLEH:
SALWA AURIA
(P00320222 072)
TAHUN 2022-2023
1.INSOMNIA
lxxi
A.DEFINISI INSOMNIA
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang artinya tidur,
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia ada tiga macam, yaitu
pertama, Intial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua,
Middle Insomnia yaitu terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur lagi.
Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi.
(Purwanto, 2012).
Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu
malam. Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini
diawali empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam.
Lalu, dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.
B.PENYEBAB INSOMNIA
a. Stres situasional
b. Jet lag (ngantuk pada siang hari,sulit tidur pada malam hari)
c. Penyakit
d. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
e. Kebiasaan tidur yang buruk
lxxii
Disisi lain insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat
dari :
a. Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung
b. Masalah fisiologis, seperti kecemasan,depresi atau gangguan penggunaan zat
c. Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya
d. Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes,kanker,penyakit refluks
gastrosofagus ( GERD), atau penyakit kardiovasekuler
Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer
tidak diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat
terjadi, seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat
tertentu, serta mengidap diabetes.
lxxiii
D.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSOMNIA
lxxiv
Sering kali orang awam yang kurang sekali dengan pendidikannya mereka
tidak mengetahui akan akibat dari seringnya bergadang (Lydia, 2013).
E.KLAFIKASI
Levenson, Kay & Buysee, (2014) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis
insomnia, (1) Insomnia Akut yaitu insomnia yang terjadi dua sampai tiga minggu
dan disebabkan karena stres dan perasaan khawatir. (2) Insomnia Kronis yaitu
insomnia yang sudah terjadi lebih dari satu bulan. Menurut Perlis & Gehram
(2013) klasifikasi berdasarkan bentuk insomnia yaitu:
a. Difficulty in Initiating Sleep (DIS)
Jenis ini sering disebabkan karena tidur yang terjaga yang disertai kecemasan
dan faktor
b. Difficulty in Maintaining Sleep (DMS)
Biasanya bangun ecara tiba-tiba,atau padasaat tertentu seperti merasa pusing
tiba-tiba kemudian terbangun
c. Early Morning aking (Sleep Offset Insomnia)
Sering terjadi pada orang tua dan biasanya disebabkan karena demensia,
penyakit parkinson, gejala menopause, depresi, dan obat-obatan.
F.PENCEGAHAN INSOMNIA
Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,termasuk
saat akhir pekan
Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi makan yang
sehat,termasuk sayuran dan buah-buahan
Beroalhraga secara rutin,tetapi tidak dekat waktu tidur
Membatasi waktu tidur siang
Menjaga kenyamanan dan suhu kamar bila ingin tidur
Membuat tubuh menjad rileks sebelum tidur, misalnya denagn mandi air hangat
atau membaca buku
lxxv
Memeriksa kesehatan secara rutin ke dokter,terutama jika memiliki penyakit
kronis yang memerlukan kontrol rutin
G.PENATALAKSANAAN INSOMNIA
Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada orang yang mengalami insomnia adalah melakukan behavioral
treatment untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur. Contoh behavioral treatment
sebagai berikut:
1. Kontrol Stimulus
Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan yang nyaman agar
merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk tertidur.
2. Terapi Kognitif
Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk menciptakan pikiran yang
positif
dan yakin untuk bisa tertidur.
3. Pembatasan Tidur
Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari, sehingga dapat memulai
tidur dengan mudah dimalam hari.
Latihan relaksasi jangka pendek sebelum tidur seperti meditasi dan nafas dalam
dapat membantu untuk meningkatkan kualitas tidur. Selain itu relaksasi mental
yang dilakukan dengan cara yoga juga dapat membantu, hal tersebut
dikarenakan relaksasi dapat menenangkan pikiran sehingga tubuh akan lebih
tenang dan mudah untuk tidur
2.PARASOMNIA
A.DEFINISI PARASOMNIA
Gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang paling umum dialami oleh
masyarakat dan sekitar sepertiga populasi dunia pernah mengalami gangguan tidur
(Setiabudhi, 2011). Menurut PPDJ-III, gangguan tidur secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu dissomnia dan parasomnia. Parasomnia merupakan peristiwa
episodik abnormal yang terjadi selama masa tidur. Termasuk dalam golongan ini
lxxvi
adalah somnabulisme, terror tidur, dan mimpi buruk (Maslim, 2002). Gangguan
tidur yang berkepanjangan mampu mengubah siklus tidur biologis, menurunkan
daya tahan tubuh serta prestasi kerja, mudah tersinggung, gangguan depresi,
kurang konsentrasi, kelelahan, yang akan mempengaruhi keselamatan diri sendiri
atau orang lain dan menurunkan kualitas hidup penderita (Asnis et.al, 2016).
B.PENYEBAB PARASOMNIA
Gangguan tidur disebabkan olrh berbagai macam hal.Beberapa penyebab dari
gangguan tidur antara lain:
Gangguan fisik,seperti nyeri perut.
Kondisi medis,seperti sesak napas.
Obat-obatan seperti kafein,antidepresan,atau stimulan.
Gangguan kejiwaan,seperti depresi atau cemas.
Kondisi lingkungan,seperti pekerja shift malam hari.
Usia lanjut
Penyalahgunaan alkhol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
lxxvii
Sering terlihat mengantuk
Sulit mengingat atau menyimpan informasi
Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
Emosi yang tidak stabil
Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap terbangun
D.KLAFIKASI PARASOMNIA
Nightmare disorder: Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan
perasaan negatif,seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan
seseorang dari tidur.
Sleep terror disorder:Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan
perasaan negatif, seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan
seseorang dari tidur.
Sleepwalking disorder (somnambulisme):Tindakan bangun dan berjalan ke
sekeliling saat tidur.Tidur berjalan paling sering terjadi pada anak-anak, yang
biasanya menghilang pada usia remaja.
E.PENCEGAHAN PARASOMNIA
Bijak mengelola stres, cobalah untuk rileks, bangun pikiran positif, fokus pada
apa yang perlu dan penting Anda kerjakan, jangan memikirkan hal yang terlalu
rumit.
Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, termasuk dengan
berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi Anda, berlibur, ibadah
yang rajin.
Buat jadwal aktifitas keseharian Anda yang teratur, tidak hanya untuk tidur dan
bangun, namun juga beraktifitas lainnya agar tubuh Anda pun terbiasa
lxxviii
Saat akan tidur, kondisikan kamar Anda agar nyaman, kenakan pakaian tidur
yang nyaman dan bersih, tidak makan berlebihan menjelang tidur, dan lakukan
hal yang membuat Anda mengantuk, seperti dengan membaca, massage.
Batasi penggunaan gadget yang tidak perlu.
Jangan minum sembarang obat atau herba selain dari dokter.
F.PENATALAKSANAAN PARASOMNIA
Penatalaksana parasomnia dibagi menjadi dua tata laksana umun dan spesifik.
Penatalaksanaan umum meliputi:
3.HIPERSOMNIA
A.DEFINISI HIPERSOMNIA
B.PENYEBAB HIPERSOMNIA
lxxix
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi
dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.
Hipersomnia Primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena
kondisi atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi
empat kondisi berikut:
Narkolepsi tipe 1 : Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot
mendadak yang dipicu oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh
rendahnya kadar zat kimia otak, dan cairan serebrospinal (neurotransmitter)
hipokretin (juga disebut orexin). Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia
10 dan 25 tahun.
Narkolepsi tipe 2 :Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis
narkolepsi ini memiliki gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin
yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa remaja.
Sindrom Kleine-Levin : Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia
ekstrim. Biasanya terjadi dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang
kejiwaan. Setiap episode dapat berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan
beberapa episode berlangsung beberapa minggu hingga bulan dan berulang
beberapa kali dalam setahun.Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada
anak laki-laki dengan episode mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idioptik :Diopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi,
hipersomnia idiopatik berarti pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan
yang tidak diketahui, bahkan setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang
cukup (9 hingga 10 jam).
Hipersomnia Sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
Hipersomnia karena kondisi medis :Penyakit dan kondisi yang dapat
menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis,
lxxx
multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom
fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik
lainnya.Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar,
depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat
juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.
Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohor : Obat penenang (termasuk
benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu tidur),obat antihipertensi,
obat anti-epilepsi,agen anti-parkinson, relaksan otot rangka, antipsikotik,
opium,ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.Selain itu, penarikan
dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab hipersomnia.
Hipersoma karena kurang tidur :Kurang tidur atau insufficient sleep
syndrome menjadi penyebab paling sering dari hipersomnia. Sebagian besar
penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup tidur pada malam hari (dalam
hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).
lxxxi
Mengalami masalah memori.
Sakit kepala.
Kehilangan selera makan.
Mengalami halusinasi.
Orang dengan kondisi yang membuat mereka lelah di siang hari paling berisiko
mengalami hipersomnia. Kondisi ini termasuk:
E.PENCEGAHAN HIPERSOMNIA
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan sering
dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme di tubuh.
lxxxii
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
F.PENATALAKSANAAN HIPERSOMNIA
4.NARCOLEPSY
A.DEFINISI NARKOLEPSI
B.PENYEBAB NARCOLEPSY
Tumor otak
Cedera kepala
lxxxiii
Ensefalitis
Multiple sclerosis
D.PENCEGAHAN NARCOLEPSY
lxxxiv
Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi telah
ditetapkan (usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum ditentukan,
sehingga tidak mungkin untuk mencegahnya, terutama pada orang yang memiliki
kecenderungan genetik. Namun, ada juga narkolepsi sekunder yang disebabkan
oleh trauma fisik, yang membuatnya lebih mudah untuk dihindari.
E.PENATALAKSANAAN NARCOLEPSY
Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah
dengan menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang
cukup di malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu,
karena salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap
disarankan untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit
autoimun yang lainnya.
5.SLEEP APNEA
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
lxxxv
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup.
Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling sering
yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya karena jaringan
lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.
Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini,
tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat kontrol
pernapasan yang ada di otak.
Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent central
Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan CSA.
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
Dengkuran keras.
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Terengah-engah dalam tidur.
Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
Nyeri kepala saat bangun tidur.
Sulit mempertahankan tidur.
Mengantuk saat siang hari.
Sulit konsentrasi.
Iritabilitas.
lxxxvi
D.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SLEEP APNEA
Sleep apnea dapat menyerang siapa saja, bahkan anak-anak, tetapi faktor-faktor
tertentu meningkatkan resiko.
lxxxvii
Jenis kelamin. Sleep apnea sentral lebih sering terjadi pada pria daripada pada
wanita.
Gangguan jantung. Memiliki gagal jantung kongestif meningkatkan risiko.
Menggunakan obat nyeri narkotik. Mengonsumsi obat opioid, terutama yang
tahan lama bisa meningkatkan risiko sleep apnea sentral.
Stroke meningkatkan risiko munculnya Sleep Apnea Sentral.
lxxxviii
gigi. Para spesialis ini akan memastikan bahwa alat oral sesuai dengan mulut
dan rahang.
Pemasangan implan dapat membantu mengatasi sleep apnea bagi beberapa
orang. Beberapa perangkat dapat mengobati apnea tidur obstruktif dan sentral.
Pengidap harus menjalani operasi untuk menempatkan implan di tubuh.
Perangkat akan mendeteksi pola pernapasan dan memberikan rangsangan
ringan untuk otot-otot tertentu yang membuka saluran udara selama tidur.
Stimulator saraf juga dapat mengobati apnea tidur. Perawatan ini juga
melibatkan operasi. Seorang ahli bedah akan memasukkan stimulator untuk
saraf hypoglossal yang mengontrol gerakan lidah. Meningkatkan rangsangan
saraf ini membantu posisi lidah untuk menjaga saluran udara bagian atas
terbuka.
Terapi untuk otot mulut dan wajah dapat membantu memperbaiki posisi otot
dan menguatkan otot yang mengendalikan bibir, lidah, langit-langit lunak,
dinding faring lateral, dan wajah.
Terapi surgikal meliputi pengangkatan tonsil (tonsilektomi), maxillary or jaw
advancement. Operasi dilakukan untuk memindahkan posisi rahang atas
(maksila) dan rahang bawah (mandibula) ke arah depan dengan tujuan
memperluas saluran napas atas. Trakeostomi juga dapat dilakukan dengan
cara membuat lubang dari leher menembus ke trakea yang setelahnya akan
dipasangkan tracheal tube untuk membantu melancarkan pernapasan.
lxxxix
bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan, seperti melihat pencuri atau
melihat sebuah kecelakaan.
Kata-kata yang keluar bisa berkaitan erat dengan mimpi atau bahkan berlainan
sama sekali, misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling!” tetapi kata yang
keluar adalah “mama!“ Walau demikian, biasanya si pengigau tidak ingat apa-apa
yang telah dikatakan atau bahkan tentang mimpinya sendiri. Mengigau merupakan
bentuk parasomnia yang biasa terjadi pada 50% anak-anak dan 5% orang dewasa.
Igauan yang terucap bisa sangat dramatis, emosional, dan kasar. Mengigau
merupakan vokalisasi saat tidur, bisa berupa kata-kata yang jelas atau hanya
sekedar gumaman. Kondisi ini bisa dipicu oleh keadaan emosional-psikologis,
demam atau tidur yang terganggu.Mengigaui biasanya berlangsung pada tahap
tidur dangkal, atau kadang kala pada tahap mimpi (tidur REM.) Jika terjadi dalam
tahap tidur mimpi, biasanya terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan,
seperti melihat pencuri atau melihat sebuah kecelakaan. Kata-kata yang keluar
bisa berkaitan erat dengan mimpi atau bahkan berlainan sama sekali, misalkan
dalam mimpi meneriakkan “maling!” tetapi kata yang keluar adalah “mama!“
Walau demikian, biasanya si pengigau tidak ingat apa yang dikatakan atau bahkan
mimpinya sendiri.
Gangguan ini sering terjadi pada usia muda, bahkan pernah dilaporkan
kejadian sleepwalking pada balita yang baru bisa berjalan, meskipun lebih sering
tejadi pada anak usia 4 hingga 7 tahun. Kebanyakan kebiasaan ini hilang sendiri
setelah menginjak dewasa. Tetapi saat dalam kondisi kurang tidur yang ekstrem,
gangguan sewaktu-waktu bisa menyerang.
xc
C.TANDA DAN GEJALA MENGIGAU (Sleep – talking)
Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada
fungsi otak, kondisi ini disebut dengan Rapid Eye Movement (REM) sleep
behaviour disorder
Hindari stress
Tetap berpikir positif
Menerima hal yang terjadi diluar kontrol
Berolahraga
Hindari alkohol dan narkoba
Perbaiki jam tidur
Memasang white noise
Berkonsultasi ke dokter
xci
DAFTAR PUSTAKA
Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to Know About Insomnia.
Levenson, Jesisica C., kay, daniel B., Buysse, Daniel J. (2014). The
pathophysiology of insomnia. Chest, 147(4), 1179- 1192.
xcii
MAKALAH GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
DOSEN:
ELFIDA,SKM.MPH
DISUSUN OLEH:
TAHUN 2022-2023
1.INSOMNIA
xciii
A.DEFINISI INSOMNIA
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang artinya tidur,
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia ada tiga macam, yaitu
pertama, Intial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua,
Middle Insomnia yaitu terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur lagi. Ketiga,
Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi. (Purwanto,
2012).
Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam.
Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali
empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu,
dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.
B.PENYEBAB INSOMNIA
Ada 2 jenis insomnia, yakni insomnia akut dan kronis kemungkinan insomnia
akut yaitu:
f. Stres situasional
g. Jet lag (ngantuk pada siang hari,sulit tidur pada malam hari)
h. Penyakit
i. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
j. Kebiasaan tidur yang buruk
Disisi lain insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat dari :
xciv
e. Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung
f. Masalah fisiologis, seperti kecemasan,depresi atau gangguan penggunaan zat
g. Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya
h. Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes,kanker,penyakit refluks
gastrosofagus ( GERD), atau penyakit kardiovasekuler
Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer tidak
diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat terjadi,
seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat tertentu, serta
mengidap diabetes.
xcv
7) Usia Dan Tahap Perkembangan
Bayi baru lahir menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur (kurang lebih
16 jam dalam periode waktu 24 jam). Sebagian besar waktu dihabiskan dalam
tahaan REM. Secara umum, saat anak memasuki masa kanak – kanak, jumlah
jam tidur berkurang dan jumlah waktu yang dihabiskan dalam tahap REM juga
berkurang; pengecualian saat anak – anak dan pra remaja, yang membutuhkan
lebih banyak tidur selama memacu pertumbuhan. Kualitas tidur selama masa
anak – anak mungkin dipengaruhi karena takut, mimpi buruk, dan meningkatnya
aktivitas anak yang dilakukan sebelum waktu tidur. Jumlah tidur dan interval
tidur berubah saat usia dewasa. Orang dewasa tua cenderung lebih sering terjaga
dimalam hari dan mungkin lebih banyak tidur siang, khususnya setelah
kecapekan.
8) Pengaruh Psikososial
Sering kali mahasiswa mengalami gangguan pada jiwanya karena mendapat
tekanan-tekanan akademik maupun non-akademik yang sering kali menyebabkan
stress yang membuat psikis maupun sosialnya terganggu.
9) Gaya Hidup
Gaya hidup sehari hari yang kurang dalam melakukan kegiatan ataupun
kurangnya olah raga dan lain sebagainya.
10) Jenis Kelamin Perempuan
Banyak penelitian beranggapan bahwa perempuan sering kali mengalami
insomnia dibandingkan laki – laki.
11) Pendapatan
Biasanya orang dewasa yang bekerja dan memiliki pendapatan yang kurang dan
serig kali bergadang karna memikikan bagaimana untuk kelangungan hidupnya.
12) Tingkat Pendidikan
Sering kali orang awam yang kurang sekali dengan pendidikannya mereka tidak
mengetahui akan akibat dari seringnya bergadang (Lydia, 2013).
xcvi
E.KLAFIKASI
Levenson, Kay & Buysee, (2014) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis
insomnia, (1) Insomnia Akut yaitu insomnia yang terjadi dua sampai tiga minggu
dan disebabkan karena stres dan perasaan khawatir. (2) Insomnia Kronis yaitu
insomnia yang sudah terjadi lebih dari satu bulan. Menurut Perlis & Gehram (2013)
klasifikasi berdasarkan bentuk insomnia yaitu:
d. Difficulty in Initiating Sleep (DIS)
Jenis ini sering disebabkan karena tidur yang terjaga yang disertai kecemasan
dan faktor
e. Difficulty in Maintaining Sleep (DMS)
Biasanya bangun ecara tiba-tiba,atau padasaat tertentu seperti merasa pusing
tiba-tiba kemudian terbangun
f. Early Morning aking (Sleep Offset Insomnia)
Sering terjadi pada orang tua dan biasanya disebabkan karena demensia, penyakit
parkinson, gejala menopause, depresi, dan obat-obatan.
F.PENCEGAHAN INSOMNIA
Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,termasuk
saat akhir pekan
Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi makan yang
sehat,termasuk sayuran dan buah-buahan
Beroalhraga secara rutin,tetapi tidak dekat waktu tidur
Membatasi waktu tidur siang
Menjaga kenyamanan dan suhu kamar bila ingin tidur
Membuat tubuh menjad rileks sebelum tidur, misalnya denagn mandi air hangat
atau membaca buku
Memeriksa kesehatan secara rutin ke dokter,terutama jika memiliki penyakit
kronis yang memerlukan kontrol rutin
G.PENATALAKSANAAN INSOMNIA
xcvii
Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada orang yang mengalami insomnia adalah melakukan behavioral
treatment untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur. Contoh behavioral treatment
sebagai berikut:
4. Kontrol Stimulus
Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan yang nyaman agar
merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk tertidur.
5. Terapi Kognitif
Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk menciptakan pikiran yang positif
dan yakin untuk bisa tertidur.
6. Pembatasan Tidur
Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari, sehingga dapat memulai
tidur dengan mudah dimalam hari.
Latihan relaksasi jangka pendek sebelum tidur seperti meditasi dan nafas dalam
dapat membantu untuk meningkatkan kualitas tidur. Selain itu relaksasi mental
yang dilakukan dengan cara yoga juga dapat membantu, hal tersebut dikarenakan
relaksasi dapat menenangkan pikiran sehingga tubuh akan lebih tenang dan
mudah untuk tidur
2.PARASOMNIA
A.DEFINISI PARASOMNIA
Gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang paling umum dialami oleh
masyarakat dan sekitar sepertiga populasi dunia pernah mengalami gangguan tidur
(Setiabudhi, 2011). Menurut PPDJ-III, gangguan tidur secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu dissomnia dan parasomnia. Parasomnia merupakan peristiwa
episodik abnormal yang terjadi selama masa tidur. Termasuk dalam golongan ini
adalah somnabulisme, terror tidur, dan mimpi buruk (Maslim, 2002). Gangguan
tidur yang berkepanjangan mampu mengubah siklus tidur biologis, menurunkan
daya tahan tubuh serta prestasi kerja, mudah tersinggung, gangguan depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang akan mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau
orang lain dan menurunkan kualitas hidup penderita (Asnis et.al, 2016).
xcviii
B.PENYEBAB PARASOMNIA
Gangguan tidur disebabkan olrh berbagai macam hal.Beberapa penyebab dari
gangguan tidur antara lain:
Gangguan fisik,seperti nyeri perut.
Kondisi medis,seperti sesak napas.
Obat-obatan seperti kafein,antidepresan,atau stimulan.
Gangguan kejiwaan,seperti depresi atau cemas.
Kondisi lingkungan,seperti pekerja shift malam hari.
Usia lanjut
Penyalahgunaan alkhol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
xcix
D.KLAFIKASI PARASOMNIA
Nightmare disorder: Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan
perasaan negatif,seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan
seseorang dari tidur.
Sleep terror disorder:Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan
perasaan negatif, seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan
seseorang dari tidur.
Sleepwalking disorder (somnambulisme):Tindakan bangun dan berjalan ke
sekeliling saat tidur.Tidur berjalan paling sering terjadi pada anak-anak, yang
biasanya menghilang pada usia remaja.
E.PENCEGAHAN PARASOMNIA
Bijak mengelola stres, cobalah untuk rileks, bangun pikiran positif, fokus pada
apa yang perlu dan penting Anda kerjakan, jangan memikirkan hal yang terlalu
rumit.
Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, termasuk dengan
berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi Anda, berlibur, ibadah
yang rajin.
Buat jadwal aktifitas keseharian Anda yang teratur, tidak hanya untuk tidur dan
bangun, namun juga beraktifitas lainnya agar tubuh Anda pun terbiasa
Saat akan tidur, kondisikan kamar Anda agar nyaman, kenakan pakaian tidur
yang nyaman dan bersih, tidak makan berlebihan menjelang tidur, dan lakukan
hal yang membuat Anda mengantuk, seperti dengan membaca, massage.
Batasi penggunaan gadget yang tidak perlu.
Jangan minum sembarang obat atau herba selain dari dokter.
F.PENATALAKSANAAN PARASOMNIA
c
Penatalaksana parasomnia dibagi menjadi dua tata laksana umun dan spesifik.
Penatalaksanaan umum meliputi:
3.HIPERSOMNIA
A.DEFINISI HIPERSOMNIA
B.PENYEBAB HIPERSOMNIA
Hipersomnia Primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena
kondisi atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi
empat kondisi berikut:
Narkolepsi tipe 1 : Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot
mendadak yang dipicu oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh
ci
rendahnya kadar zat kimia otak, dan cairan serebrospinal (neurotransmitter)
hipokretin (juga disebut orexin). Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia
10 dan 25 tahun.
Narkolepsi tipe 2 :Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis
narkolepsi ini memiliki gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin
yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa remaja.
Sindrom Kleine-Levin : Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia
ekstrim. Biasanya terjadi dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang
kejiwaan. Setiap episode dapat berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan
beberapa episode berlangsung beberapa minggu hingga bulan dan berulang
beberapa kali dalam setahun.Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada
anak laki-laki dengan episode mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idioptik :Diopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi,
hipersomnia idiopatik berarti pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan
yang tidak diketahui, bahkan setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang
cukup (9 hingga 10 jam).
Hipersomnia Sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
Hipersomnia karena kondisi medis :Penyakit dan kondisi yang dapat
menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis,
multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom
fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik
lainnya.Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar,
depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat
juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.
Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohor : Obat penenang (termasuk
benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu tidur),obat antihipertensi,
obat anti-epilepsi,agen anti-parkinson, relaksan otot rangka, antipsikotik,
opium,ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.Selain itu, penarikan
cii
dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab hipersomnia.
Hipersoma karena kurang tidur :Kurang tidur atau insufficient sleep
syndrome menjadi penyebab paling sering dari hipersomnia. Sebagian besar
penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup tidur pada malam hari (dalam
hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).
Orang dengan kondisi yang membuat mereka lelah di siang hari paling berisiko
mengalami hipersomnia. Kondisi ini termasuk:
ciii
Mengalami sleep apnea.
Mengalami gangguan pada ginjal, jantung, otak, depresi atipikal, dan fungsi
tiroid yang rendah.
Berjenis kelamin pria.
Memiliki kebiasaan buruk merokok
Mengonsumsi minuman beralkohol.
Konsumsi obat yang bisa menyebabkan kantuk.
E.PENCEGAHAN HIPERSOMNIA
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan sering
dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
F.PENATALAKSANAAN HIPERSOMNIA
civ
Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate, atau
dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu pengidap
merasa lebih terjaga.
Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan clarithromycin.
4.NARCOLEPSY
A.DEFINISI NARKOLEPSI
B.PENYEBAB NARCOLEPSY
Tumor otak
Cedera kepala
Ensefalitis
Multiple sclerosis
Faktor yang mempengaruhi terjdinya narkolepsi:
cv
Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
Kelainan genetik keturunan
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umumnya terjadi :
D.PENCEGAHAN NARCOLEPSY
cvi
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari aktivitas ekstrem,
guna mengurangi risiko cedera kepala berat.
E.PENATALAKSANAAN NARCOLEPSY
Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan
yang merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu
orang dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya adalah
antidepresan trisiklik.
Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah
dengan menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang
cukup di malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu,
karena salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan
untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang
lainnya.
5.SLEEP APNEA
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup.
cvii
Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling sering
yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya karena jaringan
lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.
Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini,
tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat kontrol
pernapasan yang ada di otak.
Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent central
Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan CSA.
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
Dengkuran keras.
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Terengah-engah dalam tidur.
Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
Nyeri kepala saat bangun tidur.
Sulit mempertahankan tidur.
Mengantuk saat siang hari.
Sulit konsentrasi.
Iritabilitas.
Sleep apnea dapat menyerang siapa saja, bahkan anak-anak, tetapi faktor-faktor
tertentu meningkatkan resiko.
cviii
Kelebihan berat badan. Obesitas sangat meningkatkan risiko sleep apnea.
Deposit lemak di sekitar saluran napas bagian atas dapat menghalangi
pernapasan.
Lingkar leher. Orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran
udara yang lebih sempit.
Sebuah saluran udara yang sempit. Beberapa pengidap mungkin mewarisi
tenggorokan yang sempit. Amandel atau kelenjar gondok juga dapat
memperbesar dan menghalangi jalan napas, terutama pada anak-anak.
Jenis kelamin. Pria dua sampai tiga kali lebih berisiko mengalami sleep apnea
daripada wanita. Namun, wanita mengalami peningkatan risiko jika mereka
kelebihan berat badan dan risiko mereka juga tampaknya meningkat setelah
menopause.
Sleep apnea terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
Riwayat keluarga. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan sleep apnea
berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama.
Penggunaan alkohol atau obat penenang. Zat-zat ini mengendurkan otot-otot di
tenggorokan yang dapat memperburuk Sleep Apnea Obstruktif.
Perokok tiga kali lebih berisiko mengalami sleep apnea obstruktif daripada
orang yang tidak pernah merokok. Hal ini karena merokok dapat meningkatkan
jumlah peradangan dan retensi cairan di saluran napas bagian atas.
Hidung tersumbat. Jika mengalami kesulitan bernapas melalui hidung - baik
dari masalah anatomi atau alergi - mungkin mengalami Sleep Apnea Obstruktif.
cix
Menggunakan obat nyeri narkotik. Mengonsumsi obat opioid, terutama yang
tahan lama bisa meningkatkan risiko sleep apnea sentral.
Stroke meningkatkan risiko munculnya Sleep Apnea Sentral.
cx
Pemasangan implan dapat membantu mengatasi sleep apnea bagi beberapa
orang. Beberapa perangkat dapat mengobati apnea tidur obstruktif dan sentral.
Pengidap harus menjalani operasi untuk menempatkan implan di tubuh.
Perangkat akan mendeteksi pola pernapasan dan memberikan rangsangan
ringan untuk otot-otot tertentu yang membuka saluran udara selama tidur.
Stimulator saraf juga dapat mengobati apnea tidur. Perawatan ini juga
melibatkan operasi. Seorang ahli bedah akan memasukkan stimulator untuk
saraf hypoglossal yang mengontrol gerakan lidah. Meningkatkan rangsangan
saraf ini membantu posisi lidah untuk menjaga saluran udara bagian atas
terbuka.
Terapi untuk otot mulut dan wajah dapat membantu memperbaiki posisi otot
dan menguatkan otot yang mengendalikan bibir, lidah, langit-langit lunak,
dinding faring lateral, dan wajah.
Terapi surgikal meliputi pengangkatan tonsil (tonsilektomi), maxillary or jaw
advancement. Operasi dilakukan untuk memindahkan posisi rahang atas
(maksila) dan rahang bawah (mandibula) ke arah depan dengan tujuan
memperluas saluran napas atas. Trakeostomi juga dapat dilakukan dengan
cara membuat lubang dari leher menembus ke trakea yang setelahnya akan
dipasangkan tracheal tube untuk membantu melancarkan pernapasan.
cxi
Kata-kata yang keluar bisa berkaitan erat dengan mimpi atau bahkan berlainan
sama sekali, misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling!” tetapi kata yang keluar
adalah “mama!“ Walau demikian, biasanya si pengigau tidak ingat apa-apa yang
telah dikatakan atau bahkan tentang mimpinya sendiri. Mengigau merupakan bentuk
parasomnia yang biasa terjadi pada 50% anak-anak dan 5% orang dewasa. Igauan
yang terucap bisa sangat dramatis, emosional, dan kasar. Mengigau merupakan
vokalisasi saat tidur, bisa berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar gumaman.
Kondisi ini bisa dipicu oleh keadaan emosional-psikologis, demam atau tidur yang
terganggu.Mengigaui biasanya berlangsung pada tahap tidur dangkal, atau kadang
kala pada tahap mimpi (tidur REM.) Jika terjadi dalam tahap tidur mimpi, biasanya
terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan, seperti melihat pencuri atau
melihat sebuah kecelakaan. Kata-kata yang keluar bisa berkaitan erat dengan mimpi
atau bahkan berlainan sama sekali, misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling!”
tetapi kata yang keluar adalah “mama!“ Walau demikian, biasanya si pengigau tidak
ingat apa yang dikatakan atau bahkan mimpinya sendiri.
Gangguan ini sering terjadi pada usia muda, bahkan pernah dilaporkan kejadian
sleepwalking pada balita yang baru bisa berjalan, meskipun lebih sering tejadi pada
anak usia 4 hingga 7 tahun. Kebanyakan kebiasaan ini hilang sendiri setelah
menginjak dewasa. Tetapi saat dalam kondisi kurang tidur yang ekstrem, gangguan
sewaktu-waktu bisa menyerang.
cxii
C.TANDA DAN GEJALA MENGIGAU (Sleep – talking)
Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada
fungsi otak, kondisi ini disebut dengan Rapid Eye Movement (REM) sleep
behaviour disorder
Hindari stress
Tetap berpikir positif
Menerima hal yang terjadi diluar kontrol
Berolahraga
Hindari alkohol dan narkoba
Perbaiki jam tidur
Memasang white noise
Berkonsultasi ke dokter
cxiii
Hindari tidur di siang hari
DAFTAR PUSTAKA
Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to Know About Insomnia.
Levenson, Jesisica C., kay, daniel B., Buysse, Daniel J. (2014). The
pathophysiology of insomnia. Chest, 147(4), 1179- 1192.
The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments.
cxiv
National Institute of Health. 2020. U.S. National Library of Medicine. MedlinePlus.
Narcolepsy.
MAKALAH
cxv
DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
cxvi
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa'atnya di
akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Gangguan Istirahat Tidur”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Langsa, 25 Februari
2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
cxvii
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
Insomnia...................................................................................................................3
Pengertian Insomnia.................................................................................................3
3. Tanda Gejala.................................................................................................4
B. Hipersomnia......................................................................................................5
1. Pengertian Hsipersomnia.............................................................................5
2. Tanda Gejala................................................................................................7
4. Pengobatan...................................................................................................8
C. Narcolepsy........................................................................................................9
1. Pengertian Narcolepsy.................................................................................9
2. Penyebab Narcolepsy...................................................................................9
3. Gejala Narcolepsy......................................................................................9
5. Pengobatan Narcolepsy............................................................................11
D. Apnea Tidur.....................................................................................................12
2. Penyebab Apnea.......................................................................................12
cxviii
3. Tanda Geajala Apnea...............................................................................13
E. Mengigau.........................................................................................................16
1. Pengertian Mengigau................................................................................16
2. Penyebab Mengigau..................................................................................16
F. Parasomnia......................................................................................................19
1. Pengertian Parasomnia..............................................................................19
2. Penyebab Parasomnia..................................................................................20
3. Tanda Gejala.............................................................................................20
4. Pengobatan Parasomnia............................................................................21
B. Kesimpulan..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dijumpai seseorang terutama pada lansia. Proses penuaan tersebut menyebabkan
penurunan fungsi neurotransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi
norepinefrin. Gangguan tidur yang sering dialami yaitu Parasomnia, Hipersomnia,
Narolepsy, Apnea saat tidur, mengigau. Adanya kualitas tidur yang buruk
disebabkan seseorang mengalami gangguan tidur yaitu insomnia.(Wahyudi &
cxix
Wahid, 2016).Kurangnya tidur di malam hari memberikan konsekuensi di siang
hari seperti kehilangan kesegaran, kelelahan, penurunan perhatian serta
konsentrasi, gangguan memori, penurunan produktivitas, disfungsi sosial,
gangguan mood, kecelakaan dan kerugian secara finansial.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini
akan dijabarkan beberapa rumusan masalah.
1. Apa saja gangguan tidur?
2. Apa saja tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah
ini akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur
2. Untuk mengetahui tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Pengertian ini juga dapat menjelaskan dimensi insomnia yang
dikemukakan oleh Iskandar dan Setyonegoro (1985) adalah kesulitan untuk
cxx
masuk tidur, gangguan dari kontunuitas tidur, bangun lebih dini, tidur delta
(terdalam) yang kurang, atau kualitas tidur yang terganggu.
Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang
kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya
gangguan emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh
banyak faktor, misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress psikologis, obat,
nutrisi, motivasi, merokok dan alkohol.
Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat
mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab,
badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang
penyakit (Lanywati, 2001). Insomnia juga dapat mengakibatkan berbagai dampak
yang merugikan, yaitu: depresi,kesulitan untuk berkonsentrasi, aktivitas sehari-
hari menjadi terganggu, penurunan iq (Intelligence Quotient), penurunan prestasi
kerja dan belajar, mengalami kelelahan di siang hari, hubungan interpersonal
dengan orang lain menjadi buruk, meningkatkan risiko kematian, menyebabkan
kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan, dan memunculkan
berbagai penyakit fisik.
cxxi
Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan tubuh
terasa tidak nyaman saat berbaring.
cxxii
Berhenti merokok.
Rutin berolahraga.
Menghindari penggunaan ponsel atau alat elektronik lainnya sebelum
tidur.
Menghindari konsumsi makanan secara berlebihan sesaat sebelum tidur.
Meredupkan atau mematikan lampu di kamar sebelum tidur.
B. Hipersomnia
1. Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia merupakankebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari atauketerlambatan waktu bangun.
Hipersomnia primer merupakan suatu keadaan dimanaseorang individu memiliki
rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari dan berlangsungbeberapa bulan
lamanya. Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagaimekanisme
koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderitahipersomnia
mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.
a) Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi
dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.
Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain.
cxxiii
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi
ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.
Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi
musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga bisa
memicu terjadinya hipersomnia.
Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu
tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.
cxxiv
Hipersomnia karena kurang tidur
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).
cxxv
melakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.
Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.
Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan
minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat
kepada pengidap.
C. Narcolepsy
1. Pengertian Narcolepsy
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk
berlebih di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-
cxxvi
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. di mana penderitanya mengalami kesulitan
mempertahankan keadaan sadar dan hampir sepanjang waktu merasa kantuk. Rasa
kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat
kantuk akan menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita
narkolepsi mengeluh tidak dapat tidur.
2. Penyebab Narkolepsy
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian
besar penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah.
Hipokretin, atau dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang
mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi
akibat penyakit autoimun.
cxxvii
3. Gejala Narkolepsy
Berikut beberapa gejala narcolepsy:
Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel.
Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya
dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
cxxviii
Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama
pada malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.
Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya
empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih
terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. Pengobatan Narkolepsy
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.
Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan
begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.Jika gejala yang dialami pasien cukup
parah, dokter akan memberikan obat-obatan. Jenis obat yang diberikan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi
kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat
sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam
tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari.
cxxix
D. Apnea Tidur
1. Pengertian Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang
kali. Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, nantinya dapat menimbulkan komplikasi serius.
2. Penyebab Apnea
Penyebab apnea tidur setiap orang berbeda-beda. Salah satunya adalah
kelahiran prematur. Selain itu, penyebab apnea tidur antara lain:
cxxx
Seseorang dengan sleep apnea tidak akan menyadari bahwa dirinya
memiliki gangguan tersebut karena gejala utama ditandai dengan mengorok yang
dilanjutkan dengan henti nafas saat sedang tidur. Meski demikian, terdapat gejala
lain yang dapat diamati, yaitu:
Hampir selalu merasa kelelahan saat bangun tidur
Seringkali merasa kantuk di siang hari
Mulut selalu kering saat baru bangun tidur
Sakit tenggorokan saat bangun tidur
Mengalami gangguan depresi atau kecemasan akibat rasa Lelah yang
berkepanjangan
Keringat malam
Susah tidur atau mengalami insomnia
Kesulitan berkonsentrasi
Bangun beberapa kali saat tidur malam sekalipun tidak ingin buang air
kecil
Mengalami sakit kepala
Penurunan libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki.
cxxxi
Posisikan tidur Anda dengan posisi yang membuat Anda lebih mudah untuk
bernapas.
4. Berhenti Merokok
Konsumsi rokok akan meningkatkan pembengkakan di saluran napas bagian atas.
Berhenti merokok membantu menghentikan pembengkakan dan membuat saluran
pernapasan menjadi lebih lega.
cxxxii
operasi pengangkatan jaringan (uvulopalatopharyngoplasty), operasi hidung,
trakeostomi, operasi reposisi rahang atau operasi ablasi radiofrekuensi.
E. Mengigau
1. Pengertian Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami
kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas. Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan
sebutan somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur. kata-kata
yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa gumam, monolog
kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Meski begitu, mengigau bisa
jadi indikasi gangguan tidur yang lebih serius, seperti sleep apnea (napas
berhenti), night terrors (menjerit) dan gangguan perilaku REM (Rapid Eye
Movement).
2. Penyebab Mengigau
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:
Sedang menggunakan obat tertentu
Tekanan emosional
Demam
Gangguan kesehatan mental
Penyalahgunaan zat terlarang
Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang
mengigau saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota
keluarga lainnya yang mengigau, Anda mungkin juga berisiko.
cxxxiii
1. Pastikan Istirahat Selalu Cukup
Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka
mengigau pun tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.
4. Rutin Berolahraga
Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.
5. Hindari Stres
Cara mengatasi mengigau yang berikutnya adalah mengendalikan pikiran menjadi
lebih positif. Kamu harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlalu stres karena
ini bisa jadi penyebab mengigau. Jadi, salah satu cara menghilangkan mengigau
cxxxiv
yang paling ampuh adalah dengan mengontrol pikiran dan emosi. Ketika pikiran
menjadi tenang, maka istirahat pun menjadi lebih maksimal dan rileks.
cxxxv
"Parasomnia primer diklasifikasikan menurut tahap tidur, di mana mereka terjadi
yakni rapid eye movement (REM) atau non-cepat gerakan mata (NREM),"
ulasnya.
Sedangkan parasomnia sekunder mungkin sangat umum, tetapi bisa dikenali,
misdiagnosed, atau diabaikan dalam praktek klinis.
2. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-
rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
cxxxvi
sulit tidur sepanjang malam
mengantuk atau kelalahan di siang hari
4. Pengobatan Parasomnia
Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat
keparahannya. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan
menyarankan terapi perilaku kognitif (CBT).CBT adalah salah satu penanganan
parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan keterkaitan parasomnia
dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan kecemasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan
dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata
sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah
terserang penyakit (Lanywati, 2001).
cxxxvii
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari atau keterlambatan waktu bangun. Pada
kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderita hipersomnia mengalami
durasi serangan sekitar 1-2 jam. Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan
hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis,
penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda,
atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik lainnya.
cxxxviii
bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan istirahat cukup setiap
harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Apa itu insomnia? Ini penyebab, Gejala, & Cara mengatasinya. Dikutip
dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-insomnia,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.
cxxxix
Anonim. Narkolepsi. Dikutip dari https://www.alodokter.com/narkolepsi. Dipetik
tanggal 9 Maret 2023.
MAKALAH
cxl
U
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah kan
rahmat dan hidayah nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami yang
berjudul gangguan pola tidur.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kuntribusi dalam penyusunan makalah ini.Tentu nya tidak
akan maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat memberikan pengajaran dan
juga manfaat bagi kami penulis dan juga pembaca.
cxli
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang baik
dan Latihan yang adekuat. Setiap orang memerlukan jumlah istirahat dan tidur
yang berbeda-beda, dengan tidak tepatnya jumlah tidur dan istirahat seseorang
maka akan mempengaruhi pada kemampuan berkosentrasi, membuat
keputusan, kelabilan emosi, serta partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang
menurun. (Potter dan Perry,2013)
Mencapai kualitas tidur yang baik menjadi sangat penting bagi Kesehatan
dan sebagagai bentuk penyembuhan dari penyakit. Pasien yang sedang sakit
sering kali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat dari pada pasien
yang sehat. Namun demikian biasanya penyakit mencegah beberapa pasien
untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat. Lingkungan rumah sakit
atau perawatan jangka Panjang dan aktivitas pemberian layanan sering kali
membuat pasien sulit tidur sebelumnya, sedangkan pasien yang lain
bertambah masalah tidur nya akibat dari penyakit dan lingkungan rawat inap.
(Potter dan Parry,2011)
cxlii
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan insomnia?
b. Apa yang di maksud dengan parasomnia?
c. Apa yang di maksud dengan Hipersomnia?
d. Apa yang di maksud dengan Narcolapsy?
e. Apa yang di maksud dengan Apnoe saat tidur?
f. Apa itu Mengigau?
C. Tujuan Penulis
Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada Gangguan istirahat tidur.
BAB II PEMBAHASAN
A. INSOMNIA
1. Pengertian Insomnia
Insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas dan maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun
dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut mengalami
insomnia (Japardi,2002).
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
a. Insomnia Inisial
Yaitu ketidak mampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
b. Insomnia Intermitten
Yaitu ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga tidur
c. Insomnia Terminal
Bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
cxliii
Penyebab insomnia sangat beragam, mulai dari masalah mental
hingga kondisi medis tertentu. Penyebab tersebut juga berbeda-beda
berdasarkan jenis insomnia yang diderita. Terdapat 2 macam penyebab
insomnia yaitu insomnia Akut dan Kronis.
a. Insomnia Akut
Beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti pindah ke rumah baru.
Stres karena pekerjaan.
Jet lag, yaitu gangguan tidur yang dikarenakan bepergian ke daerah
dengan zona waktu berbeda.
Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, obat asma,
atau obat tekanan darah.
Konsumsi kafein, nikotin, dan alkohol berlebih.
Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan
tubuh terasa tidak nyaman saat berbaring.
b. Insomnia Kronis
Gangguan mental, seperti posttraumatic stress disorder (PTSD),
gangguan kecemasan, depresi, dan lain sebagainya.
Kondisi medis tertentu, seperti asma, penyakit parkinson, GERD,
kanker, penyakit jantung, hipertensi atau tekanan darah tinggi dan
lain sebagainya.
Menderita gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.
Kebiasaan menonton televisi atau bekerja di tempat tidur.
Menggunakan ponsel sebelum tidur.
cxliv
Perubahan emosional.
Mengantuk di siang hari namun tidak bisa tidur.
Daya ingat menurun.
Gairah seks menurun.
B. HIPERSOMNIA
1. Pengertian Hipersomnia
cxlv
Hipersomnia adalah kondisi yang membuat seseorang merasa lelah
dan mengantuk berlebih di siang hari. Penderita akan tetap kelelahan
meski telah tidur dengan durasi yang cukup. Kondisi yang juga disebut
excessive daytime sleepiness (EDS) ini memiliki dua jenis, yakni
primer dan sekunder. Seseorang dikatakan mengalami hipersomnia
primer ketika EDS berlangsung selama minimal tiga bulan, dan tidak
disertai gejala lain.
Sedangkan hipersomnia sekunder biasanya disebabkan oleh
buruknya kualitas tidur di malam hari. Akibatnya, muncul rasa lelah
dan terganggunya konsentrasi. Pada jenis sekunder, hipersomnia
merupakan manifestasi dari penyakit lain. Contohnya, penyakit
Parkinson, gagal ginjal, dan sindrom kelelahan kronis.
2. Penyebab Hipersomnia
Penyebab hipersomnia tergantung tergantung pada jenisnya di bawah
ini:
Penyebab hipersomnia primer
Beberapa literatu medis menyebutkan bahwa hipersomnia primer
disebabkan oleh gangguan otak yang mengatur pola tidur dan bangun
Penyebab hipersomnia sekunder
Penyebab hipersomnia sekunder adalah kualitas tidur yang buruk.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktor risiko hipersomnia sekunder tersebut meliputi:
Gangguan tidur lain, seperti insomnia, narkolepsi dan apnea
tidur
Tidak memiliki waktu yang cukup untuk tidur di malam hari
Kelebihan berat badan
Kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebihan
Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
cxlvi
Cedera kepala atau gangguan saraf (seperti multiple sclerosis
atau penyakit Parkinson)
Penyakit tertentu, seperti gangguan ginjal, penyakit jantung,
dan fungsi kelenjar tiroid yang rendah
Konsumsi obat-obatan yang diresepkan untuk penyakit lain
Adanya anggota keluarga kandung dengan riwayat penyakit
yang sama
Depresi
cxlvii
Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat mengatasi narkolepsi, juga bisa
digunakan untuk mengatasi hipersomnia. Contohnya, amphetamine,
methylphenidate, dan modafinil. Obat-obatan ini termasuk golongan
stimulan yang dapat membantu pasien agar merasa lebih segar dan
tidak mengantuk.
Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup juga penting sebagai bagian dari pengobatan
hipersomnia. Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk:
Mengikuti jadwal tidur yang teratur
Menghindari kegiatan yang dapat memperparah gejala yang
dirasakan, terutama menjelang tidur
Tidak mengonsumsi alkohol maupun obat-obatan terlarang
Menerapkan pola makan kaya nutrisi yang diberikan oleh dokter
supaya energi tubuh tetap tercukupi
C. NARCOLEPSY
1. Pengertian Narcolapsy
Narkolepsi adalah kondisi medis yang membuat seseorang tertidur
secara mendadak di siang hari. Ini terjadi saat kadar neurotransmitter
(hipokretin), yang membantu mengatur keadaan sadar, sangat rendah.
Ini menyebabkan seseorang kehilangan kendali atas siklus tidur dan
terjaga. Oleh sebab itu, bahkan jika di malam sebelumnya tidur mereka
menyegarkan, mereka tetap merasakan kantuk yang luar biasa selama
siang hari. Mereka juga merasa kesulitan untuk tetap terjaga selama
beberapa jam, terlepas dari tempat mereka berada dan aktivitas yang
sedang dilakukan.
Di luar keinginan mereka, mereka dapat tertidur secara tiba-tiba
saat makan malam dengan keluarga atau memasak makan siang.
Mereka bahkan dapat tertidur saat berkendara atau di tengah rapat
kerja. Narkolepsi dapat bersifat sedang atau berat. Kasus yang paling
berat adalah narkolepsi yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan
cxlviii
penderita. Banyak dari mereka yang tidak dapat pergi bekerja atau
melakukan hal-hal yang mereka anggap menyenangkan. Namun
mereka dapat menjalani hidup yang normal dan aktif jika mereka
mengonsumsi obat-obatan untuk menangani gangguan tersebut.
2. Penyebab Narcolepsy
Para peneliti tidak yakin atas penyebab yang membuat beberapa
orang memiliki kadar hipokretin yang rendah. Namun sejumlah
penelitian menyatakan, ada beberapa yang mungkin berperan dalam
hal ini.
cxlix
Tidak dapat bergerak atau berbicara saat tertidur atau terbangun
Gangguan ini tidak menyebabkan masalah kesehatan atau fisik
jangka panjang atau serius. Namun ini dapat menghambat penderita
dalam melakukan aktivitas biasa. Ini termasuk mengemudi atau
bahkan memasak, karena mereka terancam menyakiti diri mereka
atau orang lain. Hal ini membuat mereka kehilangan motivasi dan
menderita depresi berat.
D. APNEA TIDUR
1. Pengertian Apnea tidur
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan
seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang
pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
cl
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa
jenis sleep apnea menurut penyebabnya:
Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan
terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit
atau menutup saat menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan
sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini
menyebabkan penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep
apnea dan central sleep apnea.
cli
Apabila Anda sulit berhenti merokok atau menderita kecanduan
alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.
Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid,
berkonsultasilah dengan dokter gizi untuk menjalani program
penurunan berat badan agar risiko terkena sleep apnea lebih
rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan
kondisi Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang
aman.
clii
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat
pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat
pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan
lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.
E. PARASOMNIA
1. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak
biasa saat akan tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun.
Selain membuat Anda sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat
mengganggu orang yang tidur di dekat Anda.
2. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness),
non-rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase
NREM selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM.
Siklus ini akan berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara
NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa
kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
cliii
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau
tumor otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
4. Pengobatan Parasomnia
Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik
serta mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan
yang dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia
dalam keluarga.
Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan
karena pasien mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep study atau
polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.
Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan penanganan
yang disesuaikan dengan penyebab parasomnia.
cliv
penanganan parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan
keterkaitan parasomnia dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan
kecemasan.
Metode lain yang dapat dilakukan bersama CBT, yaitu:
psikoterapi
terapi relaksasi
hipnosis
F. MENGIGAU
1. Pengertian Mengigau
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara
selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa
monolog jelas, dialog, gumaman, hingga mengoceh.
Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini merupakan bagian
dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada seseorang yang
berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung selama 30
detik per episode.
2. Penyebab Mengigau
Stres secara emosional
Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa
stres, khususnya saat sedang mengalami stres secara
berkepanjangan yang dapat menimbulkan rasa cemas dan
mengalami gangguan tidur (insomnia). Seseorang yang
mengidap depresi juga kerap kali mengigau ketika tidur.
Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder
(RBD) adalah gangguan tidur dengan angka trauma yang
tinggi. Ini adalah bentuk gangguan tidur yang sering dialami
oleh banyak orang. Penderita RBD dapat menimbulkan gejala
clv
seperti menggeram, memekik, berteriak, hingga bergerak
dalam mimpinya (sering kali secara kasar dan agresif).
Sedang demam atau sakit
Ketika sedang sakit, respon imun tubuh manusia akan
meningkat, terutama pada malam hari. Khususnya ketika
sedang demam, suhu yang tinggi dapat memicu seseorang
menjadi mengigau ketika tidur. Meski demikian, pemicu ini
masih perlu diteliti lebih lanjut.
clvi
ini, mengigau saat tidur biasanya bergumam, berbicara tanpa suara
menggerakkan bibir dengan bunyi terbatas, diredam bantal dan
selimut.
A. Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
manusiadimana istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan
dankecemasan (ansietas) sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar
sebagaifungsi protektif tubuh untuk melakukan perbaikan dan pemulihan
jaringansetelah beraktivitas yang dapat dibangunkan Kembali.
Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan
tidur yangdalam dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam
kondisi aktifatau tidur paradoksial yang bersifat nyenyak sekali. Kebutuhan
istirahat tidur dan pola tidur setiap individu berbeda-beda yang sangat
dipengaruhi oleh umur ndividua tau orang tersebut.
clvii
Fungsi tidur adalah untuk memperbaiki, memulihkan dan
menyeimbangkankondisi tubuh baik secara fisiologis, biologis ataupun
psikologis sehinggakembali optimal.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-insomnia
https://www.sehatq.com/penyakit/hipersomnia
https://www.docdoc.com/id/info/condition/narcolepsy
https://www.alodokter.com/sleep-apnea
https://www.alodokter.com/parasomnia-gangguan-perilaku-saat-tidur
https://www.brainacademy.id/blog/penyebab-mengigau-saat-
tidur#:~:text=Mengigau%20adalah%20gangguan%20tidur%20yang,dialog%2C
%20gumaman%2C%20hingga%20mengoceh
clviii
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
DI
OLEH :
MAINORA
(P00320222 060)
clix
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2023
clx
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Insomnia.............................................................................................3
1. Pengertian Insomnia......................................................................... 3
2. Penyebab Masalah Insomnia..............................................................4
3. Tanda Gejala......................................................................................4
4. Upaya untuk mengatasi masalah........................................................4
B. Hipersomnia.......................................................................................5
1. Pengertian Hipersomnia.....................................................................5
2. Tanda Gejala......................................................................................7
3. Upaya untuk mengatasi masalah........................................................8
4. Pengobatan.........................................................................................8
C. Narcolepsy..........................................................................................9
1. Pengertian Narcolepsy........................................................................9
2. Penyebab Narkolepsi..........................................................................9
3. Gejala Narcolepsy..............................................................................9
4. Upaya Mencegah Narkolepsi............................................................10
5. Pengobatan narkolepsi.......................................................................11
clxi
D. Apnea tidur........................................................................................12
1. Pengertian Apnea Tidur...................................................................12
2. Penyebab Apnea..............................................................................12
3. Tanda gejala apnea..........................................................................13
4. Upaya mengatasi masalah apnea.....................................................13
5. Pengobatan sleep apnea...................................................................14
E. Mengigau.........................................................................................16
1. Pengertian mengigau.......................................................................16
2. penyebab mengigau.........................................................................16
3. Upaya Mengatasi Mengigau............................................................18
F. Parasomnia.......................................................................................19
1. Pengertian Parasomnia.....................................................................19
2. penyebab parasomnia .................................................................... 20
3. Pengobatan Parasomnia....................................................................20
4. Pemberian obat.................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................24
clxii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hantarkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas etika
keperawatan tentang “GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR”.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan gangguan istirahat tidur.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian gangguan istirahat tidur ini. Oleh
karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat tugas etika keperawatan ini.
Saya berharap tugas etika keperawatan saya susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
clxiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan tidur dianggap paling merusak efek non-auditori karena implikasinya
terhadap kualitas hidup dan performa sehari-hari. Kualitas tidur yang baik
merupakan hal yang fundamental bagi fisiologi tubuh dan kesehatan mental.
Terdapat peningkatan bukti secara kuantitatif dan kualitatif bahwa gangguan tidur
memainkan peran dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Sejumlah faktor
risiko kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan tidur, yakni klasifikasi
arteri koroner, atherogenik profil lipid, aterosklerosis, obesitas, diabetes tipe 2,
dan hipertensi. Peningkatan mortalitas dari semua kasus telah diobservasi. Efek
kebisingan saat tidur juga dapat mengarah ke stimulasi sistem saraf yang
mensekresikan adrenalin, noreadrenalin, dan kortisol.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini akan
dijabarkan beberapa rumusan masalah.
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya tujuan penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah
ini akan dipaparkan sebagai berikut.
clxiv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur secara
temporer atau kronis (Goldenson). Insomnia adalah suatu kondisi ketidakpuasan
seseorang dalam hal kuantitas atau kualitas tidurnya dan berlangsung selama
beberapa waktu (WHO, 2002). Kurangnya waktu tidur dari kriteria normal,
sebaiknya tidak digunakan dalam mendiagnosis insomnia karena beberapa
individu mempunyai jam tidur yang sedikit tetapi tidak mempunyai keluhan
insomnia dan sering disebut short sleeper. Sebaliknya ada orang yang merasa
kurang tidur padahal jumlah jam tidurnya masih dalam batas normal sehingga
memerlukan tidur lebih lama. Orang yang membutuhkan waktu tidur lebih dari 8
jam disebut long sleeper (Kaplan et.al, 2005).
Kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang Kurangnya kualitas tidur
yang disebabkan oleh satu dari; sulit memasuki tidur, sering terbangun malam
kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak
nyenyak. Insomnia tidak disebabkan oleh sedikitnya seseorang tidur, karena setiap
orang memiliki jumlah jam tidur sendiri-sendiri. Tapi yang menjadi penekanan
adalah akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya tidur pada malam hari seperti
kelelahan, kurang gairah, dan kesulitan berkonsentrasi ketika beraktivitas.
clxv
2. Penyebab Masalah Insomnia
Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni
psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan yang
mengganggu, serta kebiasaan buruk. Hampir setiap orang memiliki insomnia pada
beberapa waktu karena peristiwa kehidupan yang penuh stres. Secara khusus,
faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap kecenderungan insomnia
ini. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang
kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik
senantiasa siaga. Misalnya, ketika seseorang sedang memiliki problematik pelik di
lingkungan kantor, maka jika ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan
fisik susah diajak kompromi untuk tidur.
3. Tanda Gejala
Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk,
sehingga menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda
bagi setiap orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan
pola makan. Gejala-gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di
antaranya:
clxvi
Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang bersifat stimulan
yang dapat membuat kita terjaga, seperti teh, kopi, alkohol dan rokok.
Mandi dengan air hangat 30 menit atau 1 jam sebelum tidur
Berolahraga secara teratur
B. Hipersomnia
1.Pengertian Hipersomnia
a. Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi
dua jenis, yaitu hipersomnia primer dan hipersomnia sekunder.
1) Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat
kondisi berikut:
Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak,
dan cairan serebrospinal (neurotransmiter) hipokretin (juga disebut orexin). Tidur
siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe
1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.
Narkolepsi tipe 2
clxvii
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki
gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe
2 biasanya dimulai pada masa remaja.
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi
ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).
2) Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
clxviii
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.
2. Tanda Gejala
clxix
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan
C. Narcolepsy
1.Pengertian Narcolepsy
clxx
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh
atau mengalami kecelakaan.
2. Penyebab Narkolepsi
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
Tumor otak
Cedera kepala
Radang otak (ensefalitis)
Multiple sclerosis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi
atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi,
yaitu:
clxxi
b. Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan
kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur dapat
berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
c. Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah tungkai,
penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel. Kondisi ini
dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya dipicu oleh emosi
tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
e. Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti:
Gangguan ingatan
Sakit kepala
Depresi
Binge eating disorder
Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
4. Upaya Mencegah Narkolepsi
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu
mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya
gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
clxxii
Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. Pengobatan narkolepsi
Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-
obatan. Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan
gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan
efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
clxxiii
Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari
D. Apnea tidur
1. Pengertian Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan
terhenti atau berhenti bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas
selama sekitar 10 detik sebanyak ratusan kali selama tidur.
2. Penyebab Apnea
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep
apnea menurut penyebabnya:
clxxiv
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.
Mengorok dengan keras
Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam
hari
Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan
keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:
Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan
mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila sulit berhenti merokok atau
menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan
terapi.
clxxv
sleep apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai
dengan kondisi dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan
medis, antara lain dengan:
a. Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika
gejala yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani
terapi dengan alat-alat berikut:
CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan melalui masker
yang menutupi hidung dan mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi
CPAP adalah untuk mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala
yang muncul, seperti mengorok.
BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien menarik napas
dan menurunkan tekanan udara saat pasien mengembuskan napas. Dengan begitu,
pasien akan lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.
MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah penyempitan
pada saluran pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur. Namun,
MAD tidak dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.
clxxvi
b. Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil
memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat
dipertimbangkan adalah operasi.
Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan
kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur.
Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru pada kondisi
apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat sayatan di leher pasien,
kemudian memasukkan tabung metal atau plastik ke dalamnya.
clxxvii
E. Mengigau
1. Pengertian mengigau
2. penyebab mengigau
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengigau saat
tidur. Dilansir dari hellosehat.com, para ahli mengungkapkan bahwa mengigau
dapat dihubungkan dengan berbagai penyakit sistem saraf seperti Parkinson, yaitu
penyakit saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan
dan keseimbangan. Sebuah studi dari Frontiers in Neurology juga menyebutkan,
bahwa sering mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya
demensia.
Meski demikian, ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, di antaranya yaitu:
Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres, khususnya saat
sedang mengalami stres secara berkepanjangan yang dapat menimbulkan rasa
cemas dan mengalami gangguan tidur (insomnia). Seseorang yang mengidap
depresi juga kerap kali mengigau ketika tidur.
clxxviii
seperti menggeram, memekik, berteriak, hingga bergerak dalam mimpinya (sering
kali secara kasar dan agresif).
Kondisi ini kadang ditemui pada anak-anak. Adapun tanda-tanda orang memiliki
gangguan ini, yaitu:
e. Genetik
Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga mengungkapkan bahwa kebiasaan
mengigau saat tidur juga bisa sesuatu yang diturunkan dari keluarga. Sebuah studi
yang dilakukan pada orang kembar menunjukkan bahwa jika satu anak memiliki
kebiasaan mengigau, biasanya saudara kembarnya juga mengalami hal yang sama.
Bahkan, keduanya sama-sama mengalami berjalan dan menggertakkan gigi saat
tidur.
clxxix
a. Menghindari stres
Memiliki masalah dan beban pikiran yang berat sudah pasti membuat stres.
Namun jika stres tersebut tidak dapat kita kendalikan, bisa-bisa menyebabkan
masalah tidur sehingga siklus tidur terganggu. Hal tersebut dapat meningkatkan
risiko mengigau.
Maka dari itu, cobalah untuk kelola stres dengan melakukan hal-hal positif,
seperti:
Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi mengigau yaitu dengan
memperbaiki jam tidur. Selain memastikan untuk tidur cukup selama 8 jam, kamu
juga harus membuat kebiasaan untuk tidur dan bangun di jam yang sama secara
teratur.
c. Dengarkan white noise
clxxx
Sleep Foundation mengungkapkan bahwa white noise dapat membantu kamu
mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik, sebab dapat memberikan efek tenang
dan membuat pendengarnya mudah tertidur.
Jika kamu sering mengigau secara intens, ada baiknya segera periksakan ke
dokter. Apalagi sampai menjerit saat tidur, melakukan tindakan berbahaya, dan
memiliki riwayat mengigau yang sering sejak kecil.
Belum ada tes spesifik yang dapat mendiagnosis kebiasaan mengigau, namun jika
hal ini dialami secara berkala dan intens, bisa jadi ada penyebab gangguan tidur
lainnya.
Analisis dokter akan sangat terbantu bila membuat jurnal tidur yang berisi tentang
masalah tidur yang dialami. Mulai dari rekam jejak tidur, jadwal tidur dan
bangun, obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, hingga aktivitas yang
dilakukan.
F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat sulit
tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat.
2. penyebab parasomnia
clxxxi
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid
eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3. Pengobatan Parasomnia
Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan karena pasien
mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.
4. Pemberian obat
clxxxii
Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat yang
mungkin diberikan oleh dokter adalah:
Topiramate
Antidepresan
Aginis dopamin
Melatonin
Clonazepam
a.Terapi
Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu, dokter
juga biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT),
seperti psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
clxxxiii
yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga
menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap
orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola
makan.
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi
sepenuhnya. Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar
pasien tetap terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus
mengendalikannya.
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan
sleep apnea yang dialaminya.
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat sulit
tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat.
Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta
mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan yang
clxxxiv
dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam
keluarga.
clxxxv
DAFTAR PUSTAKA
Agustin. S., 2022. Parasomnia, Gangguan perilaku Saat Tidur, dikutip dari
https://www.alodokter.com/parasomnia-gangguan-perilaku-saat-tidur,
dipetik tanggal 26 Februari 2023.
MAKALAH
clxxxvi
DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
clxxxvii
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa'atnya di
akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Gangguan Istirahat Tidur”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Langsa, 25 Februari
2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
clxxxviii
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
Insomnia...................................................................................................................3
Pengertian Insomnia.................................................................................................3
3. Tanda Gejala.................................................................................................4
B. Hipersomnia......................................................................................................5
1. Pengertian Hsipersomnia.............................................................................5
2. Tanda Gejala................................................................................................7
4. Pengobatan...................................................................................................8
C. Narcolepsy........................................................................................................9
1. Pengertian Narcolepsy.................................................................................9
2. Penyebab Narcolepsy...................................................................................9
3. Gejala Narcolepsy......................................................................................9
5. Pengobatan Narcolepsy............................................................................11
D. Apnea Tidur.....................................................................................................12
2. Penyebab Apnea.......................................................................................12
clxxxix
3. Tanda Geajala Apnea...............................................................................13
E. Mengigau.........................................................................................................16
1. Pengertian Mengigau................................................................................16
2. Penyebab Mengigau..................................................................................16
F. Parasomnia......................................................................................................19
1. Pengertian Parasomnia..............................................................................19
2. Penyebab Parasomnia..................................................................................20
3. Tanda Gejala.............................................................................................20
4. Pengobatan Parasomnia............................................................................21
C. Kesimpulan..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dijumpai seseorang terutama pada lansia. Proses penuaan tersebut menyebabkan
penurunan fungsi neurotransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi
norepinefrin. Gangguan tidur yang sering dialami yaitu Parasomnia, Hipersomnia,
Narolepsy, Apnea saat tidur, mengigau. Adanya kualitas tidur yang buruk
disebabkan seseorang mengalami gangguan tidur yaitu insomnia.(Wahyudi &
cxc
Wahid, 2016).Kurangnya tidur di malam hari memberikan konsekuensi di siang
hari seperti kehilangan kesegaran, kelelahan, penurunan perhatian serta
konsentrasi, gangguan memori, penurunan produktivitas, disfungsi sosial,
gangguan mood, kecelakaan dan kerugian secara finansial.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini
akan dijabarkan beberapa rumusan masalah.
1. Apa saja gangguan tidur?
2. Apa saja tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah
ini akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur
2. Untuk mengetahui tanda gejala, penyebab, dan pengobatan gangguan tidur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Pengertian ini juga dapat menjelaskan dimensi insomnia yang
dikemukakan oleh Iskandar dan Setyonegoro (1985) adalah kesulitan untuk
cxci
masuk tidur, gangguan dari kontunuitas tidur, bangun lebih dini, tidur delta
(terdalam) yang kurang, atau kualitas tidur yang terganggu.
Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang
kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya
gangguan emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh
banyak faktor, misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress psikologis, obat,
nutrisi, motivasi, merokok dan alkohol.
Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat
mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab,
badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang
penyakit (Lanywati, 2001). Insomnia juga dapat mengakibatkan berbagai dampak
yang merugikan, yaitu: depresi,kesulitan untuk berkonsentrasi, aktivitas sehari-
hari menjadi terganggu, penurunan iq (Intelligence Quotient), penurunan prestasi
kerja dan belajar, mengalami kelelahan di siang hari, hubungan interpersonal
dengan orang lain menjadi buruk, meningkatkan risiko kematian, menyebabkan
kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan, dan memunculkan
berbagai penyakit fisik.
cxcii
Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan tubuh
terasa tidak nyaman saat berbaring.
cxciii
Berhenti merokok.
Rutin berolahraga.
Menghindari penggunaan ponsel atau alat elektronik lainnya sebelum
tidur.
Menghindari konsumsi makanan secara berlebihan sesaat sebelum tidur.
Meredupkan atau mematikan lampu di kamar sebelum tidur.
B. Hipersomnia
1. Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia merupakankebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari atauketerlambatan waktu bangun.
Hipersomnia primer merupakan suatu keadaan dimanaseorang individu memiliki
rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari dan berlangsungbeberapa bulan
lamanya. Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagaimekanisme
koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderitahipersomnia
mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.
a) Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi
dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.
Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain.
cxciv
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung
beberapa minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi
ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya.
Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi
musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga bisa
memicu terjadinya hipersomnia.
Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin dan alat bantu
tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-parkinson, relaksan otot
rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan alkohol dapat menyebabkan hipersomnia.
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.
cxcv
Hipersomnia karena kurang tidur
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).
cxcvi
melakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.
Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.
Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan
minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat
kepada pengidap.
C. Narcolepsy
1. Pengertian Narcolepsy
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk
berlebih di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-
cxcvii
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. di mana penderitanya mengalami kesulitan
mempertahankan keadaan sadar dan hampir sepanjang waktu merasa kantuk. Rasa
kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat
kantuk akan menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita
narkolepsi mengeluh tidak dapat tidur.
2. Penyebab Narkolepsy
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian
besar penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah.
Hipokretin, atau dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang
mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi
akibat penyakit autoimun.
cxcviii
3. Gejala Narkolepsy
Berikut beberapa gejala narcolepsy:
Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel.
Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya
dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
cxcix
Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama
pada malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.
Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya
empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih
terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. Pengobatan Narkolepsy
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.
Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan
begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.Jika gejala yang dialami pasien cukup
parah, dokter akan memberikan obat-obatan. Jenis obat yang diberikan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi
kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat
sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam
tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari.
cc
D. Apnea Tidur
1. Pengertian Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang
kali. Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, nantinya dapat menimbulkan komplikasi serius.
2. Penyebab Apnea
Penyebab apnea tidur setiap orang berbeda-beda. Salah satunya adalah
kelahiran prematur. Selain itu, penyebab apnea tidur antara lain:
cci
Seseorang dengan sleep apnea tidak akan menyadari bahwa dirinya
memiliki gangguan tersebut karena gejala utama ditandai dengan mengorok yang
dilanjutkan dengan henti nafas saat sedang tidur. Meski demikian, terdapat gejala
lain yang dapat diamati, yaitu:
Hampir selalu merasa kelelahan saat bangun tidur
Seringkali merasa kantuk di siang hari
Mulut selalu kering saat baru bangun tidur
Sakit tenggorokan saat bangun tidur
Mengalami gangguan depresi atau kecemasan akibat rasa Lelah yang
berkepanjangan
Keringat malam
Susah tidur atau mengalami insomnia
Kesulitan berkonsentrasi
Bangun beberapa kali saat tidur malam sekalipun tidak ingin buang air
kecil
Mengalami sakit kepala
Penurunan libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki.
ccii
Posisikan tidur Anda dengan posisi yang membuat Anda lebih mudah untuk
bernapas.
4. Berhenti Merokok
Konsumsi rokok akan meningkatkan pembengkakan di saluran napas bagian atas.
Berhenti merokok membantu menghentikan pembengkakan dan membuat saluran
pernapasan menjadi lebih lega.
cciii
operasi pengangkatan jaringan (uvulopalatopharyngoplasty), operasi hidung,
trakeostomi, operasi reposisi rahang atau operasi ablasi radiofrekuensi.
E. Mengigau
1. Pengertian Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang mengalami
kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau mengucapkan sesuatu yang
tidak jelas. Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan
sebutan somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur. kata-kata
yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa gumam, monolog
kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas. Meski begitu, mengigau bisa
jadi indikasi gangguan tidur yang lebih serius, seperti sleep apnea (napas
berhenti), night terrors (menjerit) dan gangguan perilaku REM (Rapid Eye
Movement).
2. Penyebab Mengigau
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:
Sedang menggunakan obat tertentu
Tekanan emosional
Demam
Gangguan kesehatan mental
Penyalahgunaan zat terlarang
Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang
mengigau saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota
keluarga lainnya yang mengigau, Anda mungkin juga berisiko.
cciv
1. Pastikan Istirahat Selalu Cukup
Salah satu penyebab mengigau adalah tubuh yang kurang beristirahat. Ketika
tubuh kurang tidur, maka akan merasa kelelahan. Jika sudah begini, maka
mengigau pun tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan
istirahat cukup setiap harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.
4. Rutin Berolahraga
Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.
5. Hindari Stres
Cara mengatasi mengigau yang berikutnya adalah mengendalikan pikiran menjadi
lebih positif. Kamu harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlalu stres karena
ini bisa jadi penyebab mengigau. Jadi, salah satu cara menghilangkan mengigau
ccv
yang paling ampuh adalah dengan mengontrol pikiran dan emosi. Ketika pikiran
menjadi tenang, maka istirahat pun menjadi lebih maksimal dan rileks.
ccvi
"Parasomnia primer diklasifikasikan menurut tahap tidur, di mana mereka terjadi
yakni rapid eye movement (REM) atau non-cepat gerakan mata (NREM),"
ulasnya.
Sedangkan parasomnia sekunder mungkin sangat umum, tetapi bisa dikenali,
misdiagnosed, atau diabaikan dalam praktek klinis.
2. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-
rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
ccvii
sulit tidur sepanjang malam
mengantuk atau kelalahan di siang hari
4. Pengobatan Parasomnia
Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat
keparahannya. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan
menyarankan terapi perilaku kognitif (CBT).CBT adalah salah satu penanganan
parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan keterkaitan parasomnia
dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan kecemasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit
mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta
tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan
tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos,Healey dalam Lichstein dan
Morin, 2000). Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan
dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata
sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah
terserang penyakit (Lanywati, 2001).
ccviii
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari atau keterlambatan waktu bangun. Pada
kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawab di siang hari. Penderita hipersomnia mengalami
durasi serangan sekitar 1-2 jam. Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan
hipersomnia termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis,
penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda,
atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik lainnya.
ccix
bisa dihindari. Oleh karena itu, selalu pastikan tidur dan istirahat cukup setiap
harinya. Waktu tidur yang ideal adalah 6-8 jam sehari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Apa itu insomnia? Ini penyebab, Gejala, & Cara mengatasinya. Dikutip
dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-insomnia,
dipetik tanggal 9 Maret 2023.
ccx
Anonim. Narkolepsi. Dikutip dari https://www.alodokter.com/narkolepsi. Dipetik
tanggal 9 Maret 2023.
DOSEN:
ELFIDA,SKM,MPH
DISUSUN OLEH:
M.HAFIZ
(P00320222059)
ccxi
PROGRAM STUDI PRODI D-III KEPERAWATAN KOTA LANGSA
2022 -2023
ccxii
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
1. INSOMNIA
A. PENGERTIAN
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang artinya tidur,
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur.Insomnia ada tiga macam, yaitu
pertama, Intial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur.Kedua,
Middle Insomnia yaitu terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur
lagi.Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun
pagi.(Purwanto, 2012).
Insomia adalah salah satu gangguan tidur pada malam hari dimana individu akan
merasakan kesulitan tidur pada malam hari dan membuat individu tidak cukup
tidur saat terbangun. Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya stres.Gejala fisik dapat dilihat dari raut muka yang pucat, mata sembab
dan badan yang merasa lemas (Wahyuningsih, 2007).
Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang
(kronis).Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami
untuk memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui
siklus yang bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata
cepat.
Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam.
Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit.Siklus ini diawali
empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu,
dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.
ccxiii
Jenis – jenis insomnia
Insomnia terbagi menjadi dua jenis, yaitu insomnia primer dan insomnia
sekunder. Insomnia primer adalah gangguan tidur yang tidak terkait dengan
penyakit atau kondisi medis lain. Sementara itu, insomnia sekunder adalah
gangguan tidur yang terjadi akibat gangguan kesehatan, seperti:
B. PENYEBAB
Insomnia Primer
Insomnia primer dapat disebabkan oleh banyak hal.Salah satu penyebab insomnia
primer adalah hal-hal yang memicu stres, misalnya masalah dalam pekerjaan atau
keuangan.Stres juga bisa disebabkan oleh peristiwa duka, seperti kehilangan orang
yang dicintai.
ccxiv
Faktor lingkungan, seperti suara bising, lampu yang terlalu terang, suhu
yang terlalu dingin atau terlalu panas
Jadwal tidur yang tidak teratur, misalnya karena pergantian jam kerja
Insomnia Sekunder
Sejumlah penyakit atau kondisi medis yang dapat menyebabkan insomnia
sekunder meliputi:
Gangguan kecemasan
Gangguan stres pasca trauma (PTSD)
Gangguan bipolar
Depresi
2. Kondisi yang menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan saat malam hari,
antara lain:
ccxv
Gangguan saraf, seperti penyakit Parkinson atau penyakit Alzheimer, yang
menimbulkan gangguan pada zat kimia otak yang mengendalikan rasa
kantuk dan tidur
Gangguan tidur, seperti restless leg syndrome dan sleep apnea, yang
menyebabkan penderita terbangun berkali-kali pada malam hari
4. Pola hidup pasien yang tidak sehat, seperti:
Merokok
Menyalahgunakan NAPZA
Mengonsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan
5. Konsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan tidur, misalnya:
Menurut penelitian (Iwan, 2009) ada beberapa tanda dan gejala insomnia,
diantaranya :
ccxvi
Tidur selama 6 jam dalam semalam
D. PENCEGAHAN
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah insomnia, antara
lain:
Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,
termasuk saat akhir pekan
Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi
makanan sehat, termasuk sayuran dan buah-buahan
Berolahraga secara rutin, tetapi tidak dekat waktu tidur
Membatasi waktu tidur siang
Menjaga kenyamanan dan suhu kamar tidur, serta usahakan hanya masuk
ke kamar bila ingin tidur
Membuat tubuh terasa rileks sebelum tidur, misalnya dengan mandi air
hangat atau membaca buku
Memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter, terutama jika memiliki
penyakit kronis yang memerlukan kontrol rutin
E. PENATALAKSANAAN
Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada orang yang mengalami insomnia adalah melakukan behavioral treatment
untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur. Contoh behavioral treatment sebagai
berikut:
1. Kontrol Stimulus
Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan yang nyaman agar
merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk tertidur.
2. Terapi Kognitif
Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk menciptakan pikiran yang positif
dan yakin untuk bisa tertidur.
ccxvii
3. Pembatasan Tidur
Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari, sehingga dapat memulai
tidur dengan mudah dimalam hari.
2. PARASOMNIA
A. PENGERTIAN
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat Anda
sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat
Anda.
Jika Anda menderita parasomnia, Anda dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku
agresif saat tidur.Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar Anda mungkin
mengira Anda sedang terjaga. Anda pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal
yang telah Anda lakukan atau katakan ketika terbangun nanti.
Parasomnia dapat membahayakan diri sendiri karena Anda sedang dalam keadaan
tidak sadar dengan kondisi sekitar.Gangguan ini juga dapat mengurangi kualitas
tidur sehingga menimbulkan efek negatif pada kesehatan.
Jenis-Jenis Parasomnia
Parasomnia dikelompokkan berdasarkan fase tidur saat gangguan ini terjadi, yaitu
parasomnia NREM dan REM. Akan tetapi, ada juga jenis parasomnia yang tidak
masuk dalam kedua kelompok tersebut. Berikut adalah jenis-jenis parasomnia:
ccxviii
Sleepwalking, yaitu kondisi berjalan sambil tidur dengan mata terbuka
tetapi Anda tidak sadar akan kondisi sekitar
Night terror (sleep terror), terjadi ketika Anda menjerit atau menangis dan
diiringi dengan jantung berdetak cepat, napas terengah-engah, dan
berkeringat. Kondisi ini bisa membuat Anda tiba-tiba terbangun dalam
keadaan ketakutan tanpa alasan yang jelas
Gangguan tidur yang melibatkan perilaku abnormal atau sleep sex, terjadi
ketika Anda tidur sambil melakukan masturbasi, penetrasi, mengeluarkan
suara seakan-akan sedang berhubungan seksual, atau menyantap jenis
makanan yang tidak akan dikonsumsi saat terjaga
Mimpi alias bunga tidur terjadi pada fase ini.Selama fase REM, lengan dan kaki
Anda menjadi lumpuh sementara untuk mencegah Anda bereaksi secara fisik
terhadap mimpi Anda.
Parasomnia yang terjadi pada fase NREM meliputi beberapa kondisi berikut:
ccxix
Nightmare disorder, terjadi ketika mimpi terasa begitu nyata sehingga
Anda dapat menggambarkan mimpi tersebut secara rinci. Kondisi ini lebih
mungkin terjadi jika Anda sedang stres, sakit, lelah, mengalami peristiwa
traumatis, atau berada dalam pengaruh alkohol
Selain itu, beberapa jenis parasomnia lainnya adalah sindrom kepala meledak
(exploding head syndrome), menggeretakkan gigi, halusinasi, dan mengompol.
B. PENYEBAB
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid
eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
C. TANDA DAN GEJALA
ccxx
Sangat mengantuk pada siang hari
Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari
Tiba-tiba tertidur saat duduk dan melakukan aktivitas lain, seperti
membaca atau menonton tv
Sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tertentu dirumah , tempat
kerja, atau sekolah
Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyetir
Sering terlihat mengantuk
Sulit mengingat atau menyimpan informasi
Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
Emosi yang tidak stabil
Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap
terbangun
D. PENCEGAHAN
Bijak mengelola stres, cobalah untuk rileks, bangun pikiran positif, fokus
pada apa yang perlu dan penting Anda kerjakan, jangan memikirkan hal
yang terlalu rumit
Sempatkan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, termasuk
dengan berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi Anda,
berlibur, ibadah yang rajin
Buat jadwal aktifitas keseharian Anda yang teratur, tidak hanya untuk
tidur dan bangun, namun juga beraktifitas lainnya agar tubuh Anda pun
terbiasa
Saat akan tidur, kondisikan kamar Anda agar nyaman, kenakan pakaian
tidur yang nyaman dan bersih, tidak makan berlebihan menjelang tidur,
dan lakukan hal yang membuat Anda mengantuk, seperti dengan
membaca, massage
Batasi penggunaan gadget yang tidak perlu
ccxxi
Jangan minum sembarang obat atau herbal selain dari dokter
E. PENATALAKSANAAN
Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik.Tata
laksana umum meliputi edukasi dan profilaksis.Secara spesifik, tata laksana
parasomnia meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan
farmakoterapi.
3. HIPERSOMNIA
A. PENGERTIAN
Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah
tidur cukup pada malam sebelumnya.Hipersomnia bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala yang disebabkan oleh kondisi tertentu.Waktu tidur yang ideal
bagi orang dewasa adalah sekitar 7–9 jam setiap malamnya. Bila waktu tidurnya
cukup dan kualitas tidurnya baik, seseorang akan merasa segar ketika bangun pagi
dan bisa beraktivitas dengan baik di siang hari.
Pada penderita hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS), rasa kantuk
yang berlebihan pada siang hari masih muncul meski sudah tidur cukup pada
malam harinya.Kantuk tersebut juga tidak membaik dengan tidur siang.Jika tidak
ditangani, gangguan tidur ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti
berkendara.
ccxxii
B. PENYEBAB
Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat
kondisi berikut:
Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak,
dan cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin).
Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe
1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.
Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki
gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe
2 biasanya dimulai pada masa remaja.
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode
mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
ccxxiii
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya.Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
Selain itu, penarikan dari obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab paling sering
dari hipersomnia.Sebagian besar penyebabnya adalah tidak mendapatkan cukup
tidur pada malam hari (dalam hal ini antara 7-9 jam untuk orang dewasa).
ccxxiv
Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:
Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan
kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam sleep hygiene adalah:
Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap
harinya agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan
malam hari
Membatasi waktu tidur siang
ccxxv
Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar tidur
yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih bantal dan
selimut yang nyaman
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar dapat
tidur lebih nyenyak
Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat menyebabkan
sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang
hari
Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam
Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang
dapat menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau
epilepsi
E. PENATALAKSANAAN
4. NARCOLEPSY
A. PENGERTIAN
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh
atau mengalami kecelakaan.
ccxxvi
Narkolepsi dapat disertai dengan gejala lain, seperti sleep paralysis, halusinasi,
dan katapleksi. Katapleksi sendiri adalah kelemahan atau kehilangan kendali otot
wajah, leher, dan lutut.
Narkolepsi termasuk dalam kondisi yang berkepanjangan (kronis) dan tidak dapat
disembuhkan. Meski demikian, gejala yang timbul akibat narkolepsi tetap bisa
dikelola dengan baik melalui pengobatan dan penerapan pola hidup yang tepat.
B. PENYEBAB
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
Tumor otak
Cedera kepala
Radang otak (ensefalitis)
Multiple sclerosis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi
atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi,
yaitu:
ccxxvii
Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
Stres
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umumnya terjadi :
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
ccxxviii
Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
E. PENATALAKSANAAN
Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan
yang merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu
orang dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari.Obat lainnya adalah
antidepresan trisiklik.
Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah dengan
menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang cukup di
malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang.Selain itu, karena
salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan
untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang
lainnya.
5. SLEEP APNEA
A. PENGERTIAN
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup.Atau gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya
berhenti bernapas sejenak saat tertidur.Durasi henti napas ini dapat terjadi selama
10-30 detik dan dapat terulang berkali-kali sepanjang malam.
B. PENYEBAB
ccxxix
Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:
Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang paling
sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya
karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa
tidur.
Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe
ini, tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan
kepada otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat
kontrol pernapasan yang ada di otak.
Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent
central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan
CSA.Penderita MSA, dapat memiliki sumbatan pada saluran napas yang
membuatnya berhenti bernapas, sekaligus juga mengalami CSA dimana
napas berhenti meskipun saluran udara tetap terbuka
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
Dengkuran keras.
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Terengah-engah dalam tidur.
Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
Nyeri kepala saat bangun tidur.
Sulit mempertahankan tidur.
Mengantuk saat siang hari.
Sulit konsentrasi.
Iritabilitas.
D. PENCEGAHAN
ccxxx
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua yakni terapi
nonbedah dan bedah.Penatalaksanaan OSA disesuaikan berdasarkan Indeks
Apnea-Hipopnea (AHI) pasien.
6. MENGIGAU
A. PENGERTIAN
setiap orang bisa mengigau, tetapi pada umumnya terjadi pada pria dan anak-anak.
sama halnya dengan kebiasaan berjalan saat tidur.
ccxxxi
terbangun. Biasanya keluar kata-kata makian atau “tidak”.Penelitian tersebut
dilakukan oleh 230 orang dewasa selama satu atau dua malam berturut-turut.Para
peneliti mencatat hampir 900 ucapan orang mengigau setiap malam.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah hampir 59 persen ucapan yang keluar
saat mengingau tidak dapat dipahami, termasuk bergumam, berbisik, atau
tertawa.Namun, di antara ucapan yang bisa dimengerti, mengandung kata-kata
yang menyinggung, berunsur negatif, makian, dan tidak pantas diucapkan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ucapan yang keluar saat mengigau jauh lebih
rumit daripada yang diharapkan dan mendukung teori bahwa ada fungsi otak yang
lebih tinggi selama semua tahap tidur.
B. PENYEBAB
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres, depresi,[4]
kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan
demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor psikologis lainnya,
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau, antara lain:
ccxxxii
C. TANDA DAN GEJALA
Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada fungsi
otak, kondisi ini disebut dengan Rapid Eye Movement (REM) sleep behaviour
disorder
D. PENCEGAHAN
Ngigo atau mengigau adalah salah satu kebiasaan tidur yang dianggap wajar oleh
kebanyakan orang.Meskipun demikian, kebiasaan yang satu ini bisa dikatakan
cukup mengganggu dan bisa menjadi hal yang memalukan bagi ‘penderitanya’.
Ini cara mengatasi mengigau atau ngigo yang mudah dan ampuh:
ccxxxiii
mengigau karena tubuh jadi tidak beristirahat dengan baik sebagaimana
mestinya.Jika kamu tidak bisa menahan diri untuk mengonsumsinya, usahakan
jangan pernah mengonsumsi kafein atau alkohol pada sore dan malam hari.
Rutin Berolahraga
Seperti yang kita tahu, olahraga secara rutin tentu akan membuat tubuh menjadi
sehat dan bugar. Faktanya, kegiatan yang satu ini juga bisa menjadi salah satu cara
menghilangkan mengigau. Tubuh yang sehat tentunya akan terhindari dari
berbagai risiko penyakit dan juga akan memperbaiki metabolisme tubuh.
Hindari Stres
Cara mengatasi mengigau yang berikutnya adalah mengendalikan pikiran menjadi
lebih positif.Kamu harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlalu stres karena
ini bisa jadi penyebab mengigau. Jadi, salah satu cara menghilangkan mengigau
yang paling ampuh adalah dengan mengontrol pikiran dan emosi. Ketika pikiran
menjadi tenang, maka istirahat pun menjadi lebih maksimal dan rileks.
Sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jangan lupa untuk
memenuhi asupan cairan tubuh dengan minum 8-10 gelas per hari. Tubuh yang
sehat akan membuat metabolisme lancar, sehingga organ tubuh akan bekerja
sebagaimana mestinya.
E. PENATALAKSANAAN
ccxxxiv
Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk
Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur
Tidur hanya di tempat tidur di kamar tidur dan bukan di tempat lain,
seperti sofa
Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun
Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk
Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur malam
berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur malam)
Hindari tidur di siang hari
DAFTAR PUSAKA
ccxxxv
Purwanto, S. 2008. Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi. Jurnal
Kesehatan, VOL. I, NO. 2, Hal 141-148.
Levenson, Jesisica C., kay, daniel B., Buysse, Daniel J. (2014). The
pathophysiology of insomnia.Chest, 147(4), 1179- 1192.
MAKALAH
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
ccxxxvi
DISUSUN OLEH :
PUTRI (P00320222067)
PRODI D3 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES ACEH
LANGSA
2023
ccxxxvii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
“GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Insomnia.........................................................................................................3
1. Pengertian Insomnia....................................................................................3
3. Tanda Gejala................................................................................................4
B. Hipersomnia....................................................................................................5
1. Pengertian Hipersomnia...............................................................................5
2. Tanda Gejala................................................................................................7
4. Pengobatan.................................................................................................8
C. Narcolepsy......................................................................................................9
1. Pengertian Narcolepsy..................................................................................9
2. Penyebab Narkolepsi....................................................................................9
3. Gejala Narcolepsy........................................................................................9
ii
5. Pengobatan narkolepsi...............................................................................11
D. Apnea tidur...................................................................................................12
2. Penyebab Apnea........................................................................................12
E. Mengigau......................................................................................................16
1. Pengertian mengigau.................................................................................16
2. penyebab mengigau...................................................................................16
F. Parasomnia...................................................................................................19
1. Pengertian Parasomnia...............................................................................19
2. penyebab parasomnia................................................................................20
3. Pengobatan Parasomnia.............................................................................20
4. Pemberian obat.........................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan tidur dianggap paling merusak efek non-auditori karena implikasinya
terhadap kualitas hidup dan performa sehari-hari. Kualitas tidur yang baik merupakan
hal yang fundamental bagi fisiologi tubuh dan kesehatan mental. Terdapat
peningkatan bukti secara kuantitatif dan kualitatif bahwa gangguan tidur memainkan
peran dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Sejumlah faktor risiko
kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan tidur, yakni klasifikasi arteri
koroner, atherogenik profil lipid, aterosklerosis, obesitas, diabetes tipe 2, dan
hipertensi. Peningkatan mortalitas dari semua kasus telah diobservasi. Efek
kebisingan saat tidur juga dapat mengarah ke stimulasi sistem saraf yang
mensekresikan adrenalin, noreadrenalin, dan kortisol.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini akan
dijabarkan beberapa rumusan masalah.
1. Apa saja gangguan tidur?
2. Berbahayakah gangguan-gangguan tidur tersebut baik bagi diri sendiri
maupun lingkungan sekitar?
4
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya tujuan penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini
akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur.
2. Untuk mengetahui apakah berbahaya gangguan-gangguan tidur tersebut baik
bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
D.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur
secara temporer atau kronis (Goldenson). Insomnia adalah suatu kondisi
ketidakpuasan seseorang dalam hal kuantitas atau kualitas tidurnya dan
berlangsung selama beberapa waktu (WHO, 2002). Kurangnya waktu tidur dari
kriteria normal, sebaiknya tidak digunakan dalam mendiagnosa insomnia karena
beberapa individu mempunyai jam tidur yang sedikit tetapi tidak mempunyai
keluhan insomnia dan sering disebut short sleeper. Sebaliknya ada orang yang
merasa kurang tidur padahal jumlah jam tidurnya masih dalam batas normal
sehingga memerlukan tidur lebih lama. Orang yang membutuhkan waktu tidur
lebih dari 8 jam disebut long sleeper (Kaplan et.al, 2005).
Insomnia adalah ketidakmampuan penderita untuk memperoleh jumlah
tidur yang diperlukan agar dapat menjalankan fungsi pada siang hari secara
efisien(Berrios). Penderita insomnia pada dasarnya hanya punya dua keluhan
utama, dimana seseorang sulit masuk tidur dan sulit mempertahankan
tidur(Hartmann). Insomnia dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang sulit masuk tidur atau kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun
waktu tertentu sehingga menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai
fungsi sosial, pekerjaan ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya (Erry, 2008).
Kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang kurangnya kualitas tidur
yang disebabkan oleh satu dari; sulit memasuki tidur, sering terbangun malam
kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak
nyenyak. Insomnia tidak disebabkan oleh sedikitnya seseorang tidur, karena
6
setiap orang memiliki jumlah jam tidur sendiri-sendiri. Tapi yang menjadi
penekanan adalah akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya tidur pada malam hari
seperti kelelahan, kurang gairah, dan kesulitan berkonsentrasi ketika beraktivitas.
7
2) Makan makanan yang mengandung rendah karbohidrat sebelum tidur
3) Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang bersifat stimulan yang
dapat membuat kita terjaga, seperti teh, kopi, alkohol dan rokok.
4) Mandi dengan air hangat 30 menit atau 1 jam sebelum tidur
5) Berolahraga secara teratur
B. Hipersomnia
1. Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang
ekstrem di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup)
pada malam hari. Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat
siang hari. Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas
hidup pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan
kemungkinan kecelakaan.
a) Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi
menjadi dua jenis, yaitu hipersomnia prime dan hipersomnia sekunder.
1) Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi
karena kondisi atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer
dibagi menjadi empat kondisi berikut:
- Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot
mendadak yang dipicu oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh
rendahnya kadar zat kimia otak, dan cairan serebrospinal
(neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin). Tidur siang pada
seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen.
Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.
8
- Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis
narkolepsi ini memiliki gejala yang tidak terlalu parah dan kadar
hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa
remaja.
- Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim.
Biasanya terjadi dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang
kejiwaan. Setiap episode dapat berlangsung selama sekitar 10 hari,
dengan beberapa episode berlangsung beberapa minggu hingga bulan
dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi ini terutama lebih
berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai berkurang
antara delapan sampai 12 tahun.
- Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia
idiopatik berarti pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan
yang tidak diketahui, bahkan setelah tidur yang lebih lama dari jumlah
yang cukup (9 hingga 10 jam).
2) Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena
beberapa penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia
termasuk epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis,
penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur
tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik
lainnya. Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan
9
bipolar, depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit
sistem saraf pusat juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.
Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin
dan alat bantu tidur), obat antihipertensi, obat anti-epilepsi, agen anti-
parkinson, relaksan otot rangka, antipsikotik, opium, ganja, dan
alkohol dapat menyebabkan hipersomnia. Selain itu, penarikan dari
obat stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk mengobati
gangguan hiperaktif defisit perhatian), juga dapat menjadi penyebab
hipersomnia.
Hipersomnia karena kurang tidur
Kurang tidur atau insufficient sleep syndrome menjadi penyebab
paling sering dari hipersomnia. Sebagian besar penyebabnya adalah
tidak mendapatkan cukup tidur pada malam hari (dalam hal ini antara
7-9 jam untuk orang dewasa).
2. Tanda Gejala
Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:
10
Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
Mengalami masalah memori.
Sakit kepala.
Kehilangan selera makan.
Mengalami halusinasi.
3. Upaya untuk mengatasi masalah
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia.
Hipersomnia adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa
melakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai
obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan
terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat
karena dimetabolisme di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi penyebabnya.
Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi perubahan pola hidup.
Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
11
Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari
aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan
minuman beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat
kepada pengidap.
C. Narcolepsy
1. Pengertian Narcolepsy
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk
berlebih di siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa
terjatuh atau mengalami kecelakaan.
2. Penyebab Narkolepsi
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin,
atau dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan
waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit
autoimun.
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh
penyakit yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
Tumor otak
Cedera kepala
Radang otak (ensefalitis)
Multiple sclerosis
12
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
narkolepsi atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan
narkolepsi, yaitu:
Usia 10–30 tahun
Kelainan genetik
Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
Stres
3. Gejala Narcolepsy
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang
secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang
umum terjadi:
a) Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
b) Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan
tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
c) Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel.
Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya
dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau tertawa.
d) Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
13
e) Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya,
seperti:
Gangguan ingatan
Sakit kepala
Depresi
Binge eating disorder
Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
4. Upaya Mencegah Narkolepsi
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat
membantu mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu,
timbulnya gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola
tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
14
5. Pengobatan narkolepsi
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.
Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya. Dengan
begitu, aktivitas pasien tidak terganggu.
Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-
obatan. Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan
gejala, usia, riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan
efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi
meliputi:
Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat
sehingga membantu pasien tetap terjaga pada siang hari
Antidepresan trisiklik, seperti protriptyline, untuk membantu meredakan
gejala katapleksi
Antidepresan jenis SSRI atau SNRI, untuk menekan fase REM dalam
tidur, meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
Natrium oksibat, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk
berlebih pada siang hari
Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna
meredakan rasa kantuk pada siang hari
D. Apnea tidur
1. Pengertian Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama. Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan
15
terhenti atau berhenti bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas
selama sekitar 10 detik sebanyak ratusan kali selama tidur.
2. Penyebab Apnea
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis
sleep apnea menurut penyebabnya:
Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang
tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan
menyempit atau menutup saat menarik napas, misalnya karena lidah
tertelan.
Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal
dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan
penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea
dan central sleep apnea.
3. Tanda gejala apnea
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur
adalah:
Mengorok dengan keras
Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari
Sulit tidur (insomnia)
16
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa
merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:
a) Terapi khusus
17
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea
tidur atau jika gejala yang muncul sudah cukup parah, penderita
dianjurkan untuk menjalani terapi dengan alat-alat berikut:
b) Operasi
18
Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di
bagian belakang mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus
mengangkat amandel dan kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien
ngorok saat tidur.
Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di
bagian belakang mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan
menggunakan gelombang energi khusus.
Operasi reposisi rahang
Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih
maju daripada tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas
ruang di belakang lidah dan langit-langit.
Implan alat stimulasi saraf
Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk
menstimulasi saraf yang mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat
ini akan bekerja seirama dengan napas penderita sehingga lidah
akan bergerak maju dan membuka jalan napas ketika penderita
menarik napas.
Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru
pada kondisi apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat
sayatan di leher pasien, kemudian memasukkan tabung metal atau
plastik ke dalamnya.
E. Mengigau
1. Pengertian mengigau
19
gumaman, hingga mengoceh. Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini
merupakan bagian dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada
seseorang yang berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung
selama 30 detik per episode.
2. penyebab mengigau
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengigau saat
tidur. Dilansir dari hellosehat.com, para ahli mengungkapkan bahwa mengigau
dapat dihubungkan dengan berbagai penyakit sistem saraf seperti Parkinson, yaitu
penyakit saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan
dan keseimbangan. Sebuah studi dari Frontiers in Neurology juga menyebutkan,
bahwa sering mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya
demensia.
20
Kondisi ini kadang ditemui pada anak-anak. Adapun tanda-tanda
orang memiliki gangguan ini, yaitu:
21
3. Upaya Mengatasi Mengigau
a) Menghindari stres
Memiliki masalah dan beban pikiran yang berat sudah pasti membuat
stres. Namun jika stres tersebut tidak dapat kita kendalikan, bisa-bisa
menyebabkan masalah tidur sehingga siklus tidur terganggu. Hal tersebut
dapat meningkatkan risiko mengigau.
Maka dari itu, cobalah untuk kelola stres dengan melakukan hal-hal
positif, seperti:
c) Dengarkan white noise
22
White noise adalah suara dalam frekuensi tertentu yang bisa membuat
pendengarnya menjadi lebih relax. Sumber white noise bisa berasal dari kipas
angin, AC, atau purifier ruangan. Kamu juga bisa mendengarkan white
noise melalui aplikasi musik atau video.
Jika kamu sering mengigau secara intens, ada baiknya segera periksakan
ke dokter. Apalagi sampai menjerit saat tidur, melakukan tindakan berbahaya,
dan memiliki riwayat mengigau yang sering sejak kecil.
Analisis dokter akan sangat terbantu bila membuat jurnal tidur yang berisi
tentang masalah tidur yang dialami. Mulai dari rekam jejak tidur, jadwal tidur
dan bangun, obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, hingga aktivitas
yang dilakukan.
F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak
biasa saat akan tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan
bangun. Selain membuat sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat
mengganggu orang yang tidur di dekat.
23
sedang terjaga. pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah lakukan
atau katakan ketika terbangun nanti.
2. penyebab parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-
rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM
selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan
berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM
dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor
otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3. Pengobatan Parasomnia
Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta
mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan yang
dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam
keluarga.
Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan karena
pasien mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.
24
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep
study atau polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.
4. Pemberian obat
Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat
yang mungkin diberikan oleh dokter adalah:
Topiramate
Antidepresan
Aginis dopamin
Melatonin
Clonazepam
a) Terapi
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur secara
temporer atau kronis (Goldenson). Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat
faktor penyebab insomnia yakni psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan
alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan buruk. Seseorang yang
mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga menentukan
ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap orang. Hal
tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan.
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih
di siang hari. Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi
sepenuhnya. Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar
pasien tetap terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya.
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialaminya.
26
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.
Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,
gumaman, hingga mengoceh.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agustin. S., 2022. Parasomnia, Gangguan perilaku Saat Tidur, dikutip dari
https://www.alodokter.com/parasomnia-gangguan-perilaku-saat-tidur,
dipetik tanggal 26 Februari 2023.
28
Pittara. 2022. Narkolepsi. https://www.alodokter.com/narkolepsi, dipetik tanggal 26
Februari 2023.
29
GANGGUAN POLA TIDUR
DI
OLEH:
AFRIDA(P00320222 041)
30
POLTEKKES KEMENKES ACEH TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukuratas kehadirat ALLAH SWT yang Maha Kuasa atas segala
limpahan dan rahmat, inayah,Taufik dan Hidayahnya sehingga sya dapat
menyelesaikan penyusunan makalahini dalam bentuk maupun isi nya
yang sangat sederhana.
31
Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang
menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem
aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu,
menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur.
Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa
tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari
suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio
midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur.
Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil
pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat
bagian-bagian otak lainnya.
Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur
dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami.
32
2.Pembagian Insomnia
a. Berdasarkan Waktu
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek
(short sleepers), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek,
mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang
hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam 3 hari. Berdasarkan
waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
Cyclical insomnia (recurrent insomnia): Kondisi ini lebih jarang daripada transient
insomnia. Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun.
Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup. Kejadian
berulang ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologis seperti siklus premenstrual
ataupun perubahan psikologik seperti manik depresif, anorexia nervosa, Chronic
insomnia (persistent insomnia) : Berlangsung lebih dari 3 malam setiap minggunya
yang terus berlangsung selama lebih dari satu bulan.atau kambuhnya perubahan
perilaku tertentu seperti kecanduan obat, dan lain sebagainya.
b.Berdasarkan Etimologi
Insomnia primer: Pada insomia primer, terjadi hyperarousal state dimana terjadi
aktivitas ascending reticular activating system yang berlebihan. Pasien bisa tidur tapi
tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM
33
cukup, periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak
berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya,
ataupun penggunaan obat-obat tertentu. Istilah ini ditujukan bagi gangguan tidur yang
muncul begitu saja tanpa ada latar belakang suatu kondisi yang spesifik, yang
biasanya akibat dari ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan pola tidur
yang baik.
3.Sebab insomnia
Tidak semua orang yang mengalami gangguan tidur akan mengalami insomnia.
Gangguan tidur yang dialami seseorang harus menyebabkan ia sulit untuk tidur
selama minimal satu minggu dan gangguan tersebut harus menimbulkan gejala
seperti mudah lelah, mudah iriham (iritabilitas), susah konsentrasi, dan gangguan
daya ingat untuk dapat dikatakan sebagai insomnia.
Insomnia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya faktor fisik karena menderita
penyakit tertentu, faktor lingkungan, faktor psikologis dan faktor prikiatris. Untuk
mengatasi gangguan ini kita dapat menggunakan teknik-teknik relaksasi,
pemrograman bawah sadar dan terapi obat-obatan.
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat
berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan tidur yang cukup. Tidur
merupakan suatu keadaan bawah sadar yang di alami seseorang, yang dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.
Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur
diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan.
Selain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga
34
menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk
fungsi-fungsi seluler yang penting.
Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf
yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
berbagai susunan saraf.
Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ
dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut
selama tidur. Selama tidur seseorang akan mengulang kembali kejadian-kejadian
sehari-hari, memproses dan menggunakan untuk masa depan.
35
5.Tips untuk mengatasi insomnia:
Untuk mengatasi insomnia, Anda perlu mencari tahu sebab-sebabnya dan mencoba
berbagai tips dan trik untuk meningkatkan kualitas tidur Anda.
Gangguan tidur seperti Insomnia seringkali menyebabkan penderita merasa lesu dan
tidak bergairah sepanjang hari. Untuk mengatasi insomnia, banyak obat-obatan yang
tersedia di apotek. Berikut adalah beberapa obat-obatan yang bisa digunakan untuk
mengatasi insomnia:
1. Obat Antidepresan
Obat antidepresan adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi gangguan
tidur seperti insomnia. Obat ini bekerja dengan meningkatkan neurotransmiter
serotonin dan mengurangi neurotransmiter norepinefrin sehingga dapat membantu
penderita untuk tertidur dengan nyenyak. Beberapa obat antidepresan yang sering
dijual di apotek adalah fluoxetine, sertraline, dan paroxetine.
2.Benzodiazepin
Benzodiazepin adalah kelas obat psikoaktif yang bertindak sebagai depresan sistem
saraf pusat (SSP).
36
Benzodiazepin bekerja dengan mengikat subtipe tertentu dari reseptor
GABA,benzodiazepin umumnya aman dan efektif jika digunakan sesuai petunjuk,
tetapi dapat membuat ketagihan dan dapat menyebabkan efek samping yang serius
jika dikonsumsi dalam dosis besar atau dalam jangka waktu lama. Penting untuk
mendiskusikan risiko dan manfaat benzodiazepin dengan dokter Anda sebelum
memulai pengobatan.
3.Doxepine
Doxepine adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur seperti
insomnisia. Doxepine bekerja dengan cara mengatur neurotransmiter di otak yang
bertanggung jawab untuk mengatur mood dan perilaku. Doxepine juga dapat
digunakan untuk mengobati gejala depresi, anxiety, dan pruritus.
4.Lemborexant (Dayvigo)
Lemborexant masih dalam tahap penelitian. Obat ini belum tersedia secara resmi di
Indonesia. Namun, beberapa apotek di Indonesia mungkin menjual obat ini secara
online.
5.Ramelteon
Ramelteon adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur. Obat ini
bekerja dengan menenangkan sistem saraf pusat sehingga Anda dapat tertidur dengan
lebih mudah. Ramelteon juga dapat digunakan untuk mengobati gangguan tidur
seperti insomnia.
Untuk mengatasi insomnia, beberapa orang mencoba terapi. Terapi ini dapat
membantu mengurangi gangguan tidur dan meningkatkan kualitas tidur. Terapi ini
biasanya dilakukan oleh dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam mengatasi
gangguan tidur.
37
Terapi relaksasi adalah salah satu Cara mengatasi insomnia yang cukup efektif.
Melalui terapi ini, seseorang dapat merelaksasikan seluruh tubuh dan pikirannya
sehingga dapat menenangkan saraf-saraf yang tegang.
Meditasi merupakan salah satu Cara mengatasi insomnia yang cukup efektif.
Melalui meditasi, seseorang dapat menenangkan pikirannya sehingga dapat
membantu mengurangi gangguan tidur seperti insomnia.
Yoga merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi yang dapat membantu
mengatasi gangguan tidur seperti insomnia. Melalui yoga, seseorang dapat
merelaksasikan seluruh tubuh dan pikirannya sehingga dapat mengurangi gangguan
tidur seperti insomnia.
B.HIPERSOMNIA
1.Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari.
Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang hari.
Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup
38
pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan
kecelakaan.
2.Penyebab Hipersomnia
Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat kondisi
berikut:
Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak, dan
cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin).
Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe 1
biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.
Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki gejala
yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya
dimulai pada masa remaja.
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung beberapa
minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun.
Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
39
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
3.Gejala Hipersomnia
40
Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
Mengalami masalah memori.
Sakit kepala.
Kehilangan selera makan dan mengalami halusinasi
4.Pencegahan Hipersomnia
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan
sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme
di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
5.Pengobatan Hipersomnia
C. NARKOLEPSI
41
1.Pengertian Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk di siang
hari dan serangan tidur yang tiba-tiba. Orang dengan narkolepsi merasa sulit untuk
tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama, terlepas dari keadaannya. Alhasil,
kondisi ini dapat menyebabkan gangguan serius dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
Terkadang, kondisi ini dapat disertai dengan hilangnya tonus otot secara tiba-tiba
(cataplexy), yang dapat dipicu oleh emosi yang kuat. Narkolepsi yang terjadi dengan
cataplexy disebut narkolepsi tipe 1. Narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi dikenal
sebagai narkolepsi tipe 2.
2.Penyebab Narkolepsi
Sejauh ini, penyebab pastinya belum diketahui. Orang dengan tipe 1 narkolepsi
memiliki hypocretin yang rendah, yaitu neurokimia di otak yang membantu mengatur
bangun dan tidur REM. Tingkat hypocretin rendah pada mereka yang mengalami
katapleksi.
Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM). Selama fase ini, gelombang otak melambat, dan setelah satu jam
tidur, aktivitas otak akan berubah, dan tidur REM dimulai. Kebanyakan mimpi terjadi
saat tidur REM. Namun, pada narkolepsi, pengidap tiba-tiba masuk ke dalam tidur
REM tanpa mengalami tidur NREM, baik pada malam hari atau siang hari.
3.Gejala Narkolepsi
Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan kemudian
berlanjut seumur hidup. Hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari yang
berlebihan. Pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan di mana saja.
Pengidap dapat mengalami penurunan kewaspadaan dan fokus sepanjang hari. Rasa
kantuk di siang hari yang berlebihan biasanya merupakan gejala pertama yang
42
muncul dan sering kali merupakan hal yang paling menyulitkan, sehingga sulit untuk
berkonsentrasi dan berfungsi penuh.
Gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan tonus otot. Kondisi katapleksi dapat
menyebabkan sejumlah perubahan fisik dari bicara yang tidak jelas hingga kelemahan
lengkap sebagian besar otot yang dapat berlangsung hingga beberapa menit.
Katapleksi tidak dapat dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya
yang positif, seperti tawa atau kegembiraan, tetapi terkadang takut, terkejut, atau
marah. Beberapa orang dengan narkolepsi hanya mengalami satu atau dua episode
katapleksi setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Walau
begitu, Tidak semua orang dengan narkolepsi mengalami katapleksi.
4. Pencegahan Narkolepsi
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari aktivitas ekstrem,
guna mengurangi risiko cedera kepala berat.
43
5.Pengobatan Narkolepsi
Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan yang
merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu orang
dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya adalah antidepresan
trisiklik.
Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah dengan
menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang cukup di
malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu, karena salah
satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan untuk
menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang lainnya.
D.PENYAKIT APNEA
1.Pengertian Apnea
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini
dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur
lama.
Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti bernapas.
Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik sebanyak
ratusan kali selama tidur.
Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen
dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita, kondisi ini
terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep
apnea menurut penyebabnya:
44
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu
rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat
menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan
baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita
tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan
central sleep apnea.
3.Gejala Sleep Apnea
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur
adalah:
Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan
45
mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila Anda sulit berhenti merokok atau
menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.
Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan
dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena sleep
apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan
kondisi Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya
dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan
medis, antara lain dengan:
Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala
yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
alat-alat berikut:
BPAP (bilevel positive airway pressure):Alat ini bekerja dengan cara menaikkan
tekanan udara saat pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat pasien
mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk bernapas. Alat
ini juga bisa menjaga agar jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.
46
Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil
memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat
dipertimbangkan adalah operasi.
Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab utama
apnea tidur pada pasien, meliputi:
Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan kelenjar
adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur.
Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan menggunakan gelombang energi
khusus.
E.MENGIGAU TIDUR
47
Gangguan ini tidak selalu terjadi dengan gestur berjalan saja, mereka yang sedang
tidur, lalu terbangun dan duduk di tempat tidur dan melihat sekeliling kamarnya
dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar juga, termasuk dalam gejala gangguan
tidur berjalan ini. Umumnya, gangguan tidur berjalan terjadi pada anak-anak berusia
antara 5–12 tahun. Namun, gangguan tidur berjalan bisa menyerang siapa saja,
termasuk orang dewasa dan lansia.
Berikut ini beberapa penyebab gangguan tidur berjalan bisa muncul, yaitu:
Orang yang mengalami gangguan tidur berjalan ini biasanya hanya memandang
lurus dan tampak seperti tidak mengenali keadaan di sekitarnya. Matanya yang
terbuka terkesan seperti terjaga padahal ia sebenarnya masih tertidur. Jika disapa,
biasanya pengidapnya tidak merespons, meski ada sebagian yang mampu merespons
dengan baik dan sebagian lagi akan merespons dengan jawaban meracau. Saat
pengidap gangguan tidur berjalan dibangunkan secara paksa, umumnya pengidap
akan merasa kebingungan dan tidak ingat dengan aktivitas yang dilakukannya ketika
berjalan sambil tidur.
Untuk melakukan diagnosis gejala gangguan tidur berjalan dokter akan melakukan
evaluasi terhadap riwayat kesehatan. Berikut ini beberapa pemeriksaan yang
umumnya dilakukan:
48
Pemeriksaan fisik. Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kejang di
malam hari, gangguan tidur lainnya, ataupun pengidap merasakan panik di
malam hari.
Nocturnal sleep study (polysomnography). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara memberikan sensor di tubuh untuk memeriksa gelombang pada otak,
tingkat oksigen yang terkandung dalam darah, detak jantung, dan juga
mengukur napas.
5. Pengobatan Gangguan Tidur Berjalan
Mengurangi stres.
Melakukan aktivitas yang bisa merelaksasi pikiran sebelum tidur (misalnya,
mandi air hangat atau membaca buku).
Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein sebelum
tidur.
Membuang air kecil terlebih dahulu.
Membuat kamar tidur senyaman mungkin.
Mengatur pola dan waktu tidur dengan disiplin karena gangguan tidur berjalan
juga bisa dipicu oleh kurang tidur.
6.Pencegahan Gangguan Tidur Berjalan
Jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan tidur berjalan di waktu yang
sama tiap malam, dapat diatasi dengan cara mengganggu siklus tidur mereka.
Bangunkan tiap 15–30 menit sebelum waktu kemunculan periode tidur berjalan yang
mereka biasa alami, sehingga mungkin bisa menghentikan gangguan tidur
berjalannya dengan cara mengubah siklus tidur mereka.
F.PARASOMNIA
1.Pengertian Parasomnia
49
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat Anda
sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat
Anda.
Jika Anda menderita parasomnia, Anda dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku
agresif saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar Anda mungkin mengira
Anda sedang terjaga. Anda pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah
Anda lakukan atau katakan ketika terbangun nanti.
Parasomnia dapat membahayakan diri sendiri karena Anda sedang dalam keadaan
tidak sadar dengan kondisi sekitar. Gangguan ini juga dapat mengurangi kualitas tidur
sehingga menimbulkan efek negatif pada kesehatan.
2.Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid eye
movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan berulang setiap
90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3.Cara Mengatasi Parasomnia
Keterangan dari orang yang tidur bersama Anda juga diperlukan karena Anda
mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama Anda tidur.
50
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep study atau
polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak jantung saat
Anda tidur.
Pemberian obat
Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat yang
mungkin diberikan oleh dokter adalah:
Topiramate
Antidepresan
Aginis dopamin
Melatonin
Clonazepam
Terapi
Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu, dokter juga
biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT), seperti
psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.
Tidur yang berkualitas sangat penting unutk kesehatan fisik dan mental. Apabila
Anda merasa mengalami parasomnia, jangan ragu untuk pergi ke dokter guna
mendapatkan penanganan yang sesuai, terutama jika parasomnia sampai
membahayakan Anda dan orang di sekitar Anda.
51
DAFTAR ISI
Referensi:
[1] Guyton Arthur C, MD & Hall John E, Ph.D . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996. P. 945-950.
[2] Kaplan Harold I, MD et al. Sinopsis Psikiatri jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher, 2010. P. 210-217.
[3] Buysse Daniel J., M.D et al. Insomnia: the Journal of Lifelong Learning in
Psychiatry. Fall 2005 Vol. III No.4 : 568-584.
[6] Doghramji Karl, M.D et al. Evaluation and Management of Insomnia in the
Psychiatric Setting: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall 2009 Vol.
VII No.4 : 441-451.
[7] Mai Evelyn, M.D et al. Insomnia: Prevalence, Impact, Pathogenesis, Differential
Diagnosis, and Evaluation: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall 2009
Vol. VII No.4 : 491-498.
Referensi:
52
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.
The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments
https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia
Referensi:
The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments.
https://www.halodoc.com/kesehatan/narkolepsi
Referensi:
https://www.alodokter.com/sleep-apnea
Referensi:
Goodchild, T., & Lefer, D. (2020). Obstructive Sleep Apnea – The Not-so-Silent
Killer. Circulation Research, 126(2), pp. 229–31.
53
National Sleep Foundation (2022). Sleep Disorders. Sleep Apnea.
https://www.alodokter.com/sleep-apnea
54
MAKALAH
55
U
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah kan
rahmat dan hidayah nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami yang
berjudul gangguan pola tidur.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kuntribusi dalam penyusunan makalah ini.Tentu nya tidak
akan maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat memberikan pengajaran
dan juga manfaat bagi kami penulis dan juga pembaca.
56
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
D. Latar Belakang
Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang baik dan
Latihan yang adekuat. Setiap orang memerlukan jumlah istirahat dan tidur yang
berbeda-beda, dengan tidak tepatnya jumlah tidur dan istirahat seseorang maka
akan mempengaruhi pada kemampuan berkosentrasi, membuat keputusan,
kelabilan emosi, serta partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang menurun.
(Potter dan Perry,2013)
Mencapai kualitas tidur yang baik menjadi sangat penting bagi Kesehatan dan
sebagagai bentuk penyembuhan dari penyakit. Pasien yang sedang sakit sering
kali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat dari pada pasien yang sehat.
Namun demikian biasanya penyakit mencegah beberapa pasien untuk
mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat. Lingkungan rumah sakit atau
perawatan jangka Panjang dan aktivitas pemberian layanan sering kali membuat
57
pasien sulit tidur sebelumnya, sedangkan pasien yang lain bertambah masalah
tidur nya akibat dari penyakit dan lingkungan rawat inap. (Potter dan Parry,2011)
E. Rumusan Masalah
g. Apa yang di maksud dengan insomnia?
h. Apa yang di maksud dengan parasomnia?
i. Apa yang di maksud dengan Hipersomnia?
j. Apa yang di maksud dengan Narcolapsy?
k. Apa yang di maksud dengan Apnoe saat tidur?
l. Apa itu Mengigau?
F. Tujuan Penulis
Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada Gangguan istirahat tidur.
BAB II PEMBAHASAN
G. INSOMNIA
5. Pengertian Insomnia
Insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas dan maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun
dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut mengalami
insomnia (Japardi,2002).
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
d. Insomnia Inisial
Yaitu ketidak mampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
e. Insomnia Intermitten
Yaitu ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga tidur
58
f. Insomnia Terminal
Bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
59
7. Tanda dan Gejala Insomnia
Gejala utama dari insomnia adalah kesulitan untuk tidur di malam hari.
Selain itu, gejala umum dari insomnia adalah sebagai berikut:
Mudah merasa lelah dan sulit berkonsentrasi saat melakukan aktivitas
di siang hari.
Mudah terbangun di malam hari dan tidak dapat tidur kembali.
Perubahan emosional.
Mengantuk di siang hari namun tidak bisa tidur.
Daya ingat menurun.
Gairah seks menurun.
60
Konseling dan psikoterapi.
H. HIPERSOMNIA
5. Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia adalah kondisi yang membuat seseorang merasa lelah
dan mengantuk berlebih di siang hari. Penderita akan tetap kelelahan
meski telah tidur dengan durasi yang cukup. Kondisi yang juga disebut
excessive daytime sleepiness (EDS) ini memiliki dua jenis, yakni primer
dan sekunder. Seseorang dikatakan mengalami hipersomnia primer ketika
EDS berlangsung selama minimal tiga bulan, dan tidak disertai gejala lain.
Sedangkan hipersomnia sekunder biasanya disebabkan oleh buruknya
kualitas tidur di malam hari. Akibatnya, muncul rasa lelah dan
terganggunya konsentrasi. Pada jenis sekunder, hipersomnia merupakan
manifestasi dari penyakit lain. Contohnya, penyakit Parkinson, gagal
ginjal, dan sindrom kelelahan kronis.
6. Penyebab Hipersomnia
Penyebab hipersomnia tergantung tergantung pada jenisnya di bawah ini:
Penyebab hipersomnia primer
Beberapa literatu medis menyebutkan bahwa hipersomnia primer
disebabkan oleh gangguan otak yang mengatur pola tidur dan bangun
Penyebab hipersomnia sekunder
Penyebab hipersomnia sekunder adalah kualitas tidur yang buruk. Kondisi
ini bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktor risiko hipersomnia sekunder tersebut meliputi:
Gangguan tidur lain, seperti insomnia, narkolepsi dan apnea tidur
Tidak memiliki waktu yang cukup untuk tidur di malam hari
61
Kelebihan berat badan
Kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebihan
Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
Cedera kepala atau gangguan saraf (seperti multiple sclerosis atau
penyakit Parkinson)
Penyakit tertentu, seperti gangguan ginjal, penyakit jantung, dan
fungsi kelenjar tiroid yang rendah
Konsumsi obat-obatan yang diresepkan untuk penyakit lain
Adanya anggota keluarga kandung dengan riwayat penyakit yang
sama
Depresi
62
Kehilangan nafsu makan
63
menyegarkan, mereka tetap merasakan kantuk yang luar biasa selama
siang hari. Mereka juga merasa kesulitan untuk tetap terjaga selama
beberapa jam, terlepas dari tempat mereka berada dan aktivitas yang
sedang dilakukan.
Di luar keinginan mereka, mereka dapat tertidur secara tiba-tiba saat
makan malam dengan keluarga atau memasak makan siang. Mereka
bahkan dapat tertidur saat berkendara atau di tengah rapat kerja.
Narkolepsi dapat bersifat sedang atau berat. Kasus yang paling berat
adalah narkolepsi yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan penderita.
Banyak dari mereka yang tidak dapat pergi bekerja atau melakukan hal-
hal yang mereka anggap menyenangkan. Namun mereka dapat menjalani
hidup yang normal dan aktif jika mereka mengonsumsi obat-obatan untuk
menangani gangguan tersebut.
6. Penyebab Narcolepsy
Para peneliti tidak yakin atas penyebab yang membuat beberapa orang
memiliki kadar hipokretin yang rendah. Namun sejumlah penelitian
menyatakan, ada beberapa yang mungkin berperan dalam hal ini.
64
7. Tanda dan Gejala
Orang yang menderita narkolepsi biasanya:
Hampir sepanjang hari merasa mengantuk
Kurang waspada dan tidak dapat fokus pada aktivitas mereka
Kehilangan tonus otot dalam waktu yang singkat - Ini biasanya
terjadi saat seseorang merasa terlalu senang atau gembira. Wajar
bila mereka terjatuh saat tertawa secara spontan. Dalam satu hari,
gejala ini dapat sering terjadi. Namun ini biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit.
Tidak dapat bergerak atau berbicara saat tertidur atau terbangun
Gangguan ini tidak menyebabkan masalah kesehatan atau fisik
jangka panjang atau serius. Namun ini dapat menghambat
penderita dalam melakukan aktivitas biasa. Ini termasuk
mengemudi atau bahkan memasak, karena mereka terancam
menyakiti diri mereka atau orang lain. Hal ini membuat mereka
kehilangan motivasi dan menderita depresi berat.
65
Narkolepsi tidak dapat disembuhkan. Sebagian besar gejalanya
dapat diobati dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup, namun
narkolepsi tidak akan sepenuhnya pulih. Pada beberapa kasus, gejala
dapat memburuk sebelum sempat membaik.
J. APNEA TIDUR
6. Pengertian Apnea tidur
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan
seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang
pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
66
8. Tanda dan Gejala Apnea tidur
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea
sedang tidur adalah:
Mengorok dengan keras
Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas
saat sedang tidur
Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di
malam hari
Sulit tidur (insomnia)
67
badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau
tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu
mendapatkan penanganan medis, antara lain dengan:
Terapi Khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi
gejala apnea tidur atau jika gejala yang muncul sudah cukup
parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
alat-alat berikut:
CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran
pernapasan melalui masker yang menutupi hidung dan
mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi
CPAP adalah untuk mencegah tenggorokan menutup dan
meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mengorok.
BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara
saat pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat
pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan
lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.
68
K. PARASOMNIA
6. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak
biasa saat akan tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan
bangun. Selain membuat Anda sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat
mengganggu orang yang tidur di dekat Anda.
7. Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness),
non-rapid eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase
NREM selanjutnya dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM.
Siklus ini akan berulang setiap 90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara
NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa
kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis,
atau tumor otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
69
8. Tanda dan gejala
Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat
menimbulkan gejala lain, seperti:
bangun dengan bingung atau disorientasi melupakan aktivitas
tertentu yang telah dilakukan menemukan luka asing di tubuh sulit
tidur sepanjang malam mengantuk atau kelalahan di siang hari.
9. Pengobatan Parasomnia
Untuk menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan
fisik serta mempelajari riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-
obatan yang dikonsumsi, gaya hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat
parasomnia dalam keluarga.
Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan
karena pasien mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep study atau
polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.
Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter akan memberikan
penanganan yang disesuaikan dengan penyebab parasomnia.
70
Metode lain yang dapat dilakukan bersama CBT, yaitu:
psikoterapi
terapi relaksasi
hipnosis
L. MENGIGAU
5. Pengertian Mengigau
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara
selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa
monolog jelas, dialog, gumaman, hingga mengoceh.
Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini merupakan bagian
dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada seseorang yang
berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung selama 30
detik per episode.
6. Penyebab Mengigau
Stres secara emosional
Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres,
khususnya saat sedang mengalami stres secara berkepanjangan
yang dapat menimbulkan rasa cemas dan mengalami gangguan
tidur (insomnia). Seseorang yang mengidap depresi juga kerap kali
mengigau ketika tidur.
Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder (RBD)
adalah gangguan tidur dengan angka trauma yang tinggi. Ini adalah
71
bentuk gangguan tidur yang sering dialami oleh banyak orang.
Penderita RBD dapat menimbulkan gejala seperti menggeram,
memekik, berteriak, hingga bergerak dalam mimpinya (sering kali
secara kasar dan agresif).
Sedang demam atau sakit
Ketika sedang sakit, respon imun tubuh manusia akan
meningkat, terutama pada malam hari. Khususnya ketika sedang
demam, suhu yang tinggi dapat memicu seseorang menjadi
mengigau ketika tidur. Meski demikian, pemicu ini masih perlu
diteliti lebih lanjut.
72
Mengutip Sleep Foundation, gejala utama mengigau ekspresi yang
bisa didengar terjadi selama tidur tanpa orang itu menyadarinya. Itu bisa
berupa omong kosong atau menyerupai ucapan normal.
Riset linguistik tentang mengigau menemukan hampir setengah dari
rekaman pembicaraan saat tidur tak dapat dipahami. Dalam kasus ini,
mengigau saat tidur biasanya bergumam, berbicara tanpa suara
menggerakkan bibir dengan bunyi terbatas, diredam bantal dan selimut.
73
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
manusiadimana istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan
dankecemasan (ansietas) sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar
sebagaifungsi protektif tubuh untuk melakukan perbaikan dan pemulihan
jaringansetelah beraktivitas yang dapat dibangunkan Kembali.
Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan
tidur yangdalam dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam
kondisi aktifatau tidur paradoksial yang bersifat nyenyak sekali. Kebutuhan
istirahat tidur dan pola tidur setiap individu berbeda-beda yang sangat
dipengaruhi oleh umur individu atau orang tersebut.
Fungsi tidur adalah untuk memperbaiki, memulihkan dan
menyeimbangkankondisi tubuh baik secara fisiologis, biologis ataupun
psikologis sehinggakembali optimal.
74
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
“ GANGGUAN TIDUR”
Di
Oleh :
TK : 1B
75
POLTEKES KEMENKES ACEH
TAHUN 2022/2023
Pengertian
Kebutuhan dasar manusia merupakan aspek yang penting bagi kesehatan.
Salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting dan juga bermanfaat yaitu
kebutuhan istirahat dan tidur. Manfaat dari istirahat dan tidur sama dengan
kebutuhan makan, minum, beraktivitas serta kebutuhan dasar lainnya. Istirahat
dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang, dengan istirahat dan tidur yang cukup maka tubuh baru dapat berfungsi
secara optimal (Ambarwati, 2017).
Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan
tenang secara fisik. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur. Tidur
merupakan perubahan status kesadaran berulang-ulang pada periode tertentu
(Saryono dan Widianti, 2014)
76
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya.
(Asmadi, 2008)
Tidur sebagai salah satu kebutuhan fisiologis manusia yang terjadi secara
alami, dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu
proses perbaikan tubuh. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan
tidur (Sumiarsih, 2012).
1. INSOMNIA
A. Pengertian
Insomnia adalah suatu kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur,
atau tidur yang tidak menyegarkan selama 1 bulan atau lebih dan keadaan sulit
tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang signifikan (Anggara & Annisa,
2019).
Insomnia merupakan persepsi yang tidak adekuat dari kualitas dan kuantitas
tidur dan merupakan keluhan paling umum dari gangguan tidur (Susanti, 2015).
Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang kesulitan
untuk tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur, sering
terbangun di malam hari, dan bangun terlalu pagi. (Hidaayah & Alif, 2016).
Insomnia suatu keadaan ketidakmampuan mendapat tidur yang baik, baik
kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah
tidur Menurut Alimul (2006).
77
Nevid (2003) menyatakan insomnia sendiri berasal dari kata In artinya tidak,
dan Somnus yang berarti tidur. Selanjutnya Nevid menjelaskan insomnia
mempunyai karakteristik kesulitan berulang untuk tidur atau untuk tetap tidur,
gangguan tidur tersebut mengakibatkan rasa lelah di siang hari dan menyebabkan
timbulnya tingkat stress pribadi yang signifikan atau kesulitan untuk tertidur,
tetap tidur, atau mengalami tidur yang membuat orang merasa segar dan
berenergi.
B. Manifestasi klinis
Tanda gejala insomnia kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk
mempertahankan tidur sehingga sering terbangun dari tidur, bangun terlalu dini
hari dan sulit untuk tidur kembali, tidur dengan kualitas yang buruk. Kesulitan
tidur di atas terjadi meskipun terdapat peluang dan keadaan yang cukup untuk
tidur, serta setidaknya terdapat satu gangguan yang dialami pada siang hari :
kelelahan, gangguan atensi, konsentrasi, dan memori, gangguan dalam hubungan
sosial dan pekerjaan atau performa yang jelek di sekolah, gangguan mood atau
iritabel, mengantuk di siang hari, kekurangan energi inisiasi dan motivasi, sering
mengalami kesalahan, kecelakaan saat bekerja atau menyetir, nyeri kepala,
gangguan pencernaan akibat kurang tidur (Susanti, 2015).
Menurut penelitian (Iwan, 2009) ada beberapa tanda dan gejala insomnia,
diantaranya :
1. Kesulitan untuk memulai tidur
2. Tiba-tiba terbangun pada malam hari
3. Bisa terbangun lebih awal/dini hari
4. Merasa mengantuk di siang hari
5. Sakit kepala pada siang hari
6. Merasa kurang puas dengan tidur nya
7. Merasa kurang nyaman/gelisah saat tidur
78
8. Mendapat mimpi buruk
9. Badan terasa lemah, letih, kurang tenaga setelah tidur
10. Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan
11. Tidur selama 6 jam dalam semalam
C. Etiologi
Penyebab insomnia dapat berbagai macam seperti stress, stress akibat
pekerjaan, sekolah, atau keluarga dapat membuat pikiran menjadi aktif dimalam
hari. Kecemasan dan depresi, hal ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan
kimia dalam otak atau kekhawatiran yang menyertai depresi. Obat-obatan,
beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa
antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan, dan
kortikosteroid. Kafein, nikotin, dan alcohol serta kondisi medis Gejala nyeri
kronis, kesulitan bernapas dan kondisi medis lainnya dapat menyebabkan
insomnia karena menimbulkan rasa tidak nyaman (Susanti, 2015).
Orang-orang yang memiliki gangguan tidur dapat mengalami irama tidur yang
terbalik yakni mereka tertidur bukan pada saatnya tidur dan justru bangun pada
waktu seharusnya mereka tidur. Kadang-kadang mereka tidur dalam keadaan
gelisah dan merasa belum puas tidur. Berikut beberapa hal yang dapat menjadi
penyebab insomnia menurut widya (2016):
a) Stres situasional
b) Jet lag (kantuk pada siang hari,sulit tidur pada malam hari)
c) Penyakit tertentu, seperti penyakit alzheimer
d) Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
e) Kebiasaan tidur yang buruk insomnia dapat berkembang menjadi siklus
yang ganas saat seseorang mengalami banyak kesulitan untuk tertidur dan
tetap tertidur karena antisipasinya terhadap masalah tidur.
Menurut Mark Durand (2007) penyebab insomnia adalah penggunaan obat,
perubahan cahaya (karena sekresi melatonin yang sangat berperan dalam tidur,
79
terutama pada malam hari, apabila terpajan dengan cahaya terang, sekresi
melatonin akan berkurang), suara, suhu, dan stres psikologis. Penyebab insomnia
dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
Menurut Hidayat (2006) faktor penyebab insomnia sebagai berikut:
D. Patofisiologi
Patofisiologi Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang
bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur dan
terbangun diatur 13 oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan beberapa
neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang
diproduksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak yaitu serotonin. Serotonin
ini merupakan neurotransmitter yang berperan sangat penting dalam menginduksi
rasa kantuk, juga sebagai medula kerja otak. Dalam tubuh serotonin diubah
menjadi melatonin yang merupakan hormon katekolamin yang diproduksi secara
alami oleh tubuh. Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di hypothalamus juga
dapat mengakibatkan keadaan siaga tidur. Katekolamin yang dilepaskan akan
menghasilkan hormone norepineprin yang akan merangsang otak untuk
melakukan peningkatan aktivitas. Stress juga merupakan salah satu factor pemicu,
dimana dalam keadaan stress atau cemas, kadar hormone katekolamin akan
80
meningkat dalam darah yang akan merangsang sistem saraf simpatetik sehingga
seseorang akan terus terjaga (Levenson, Kay & Buysee, 2014).
Stress juga merupakan salah satu factor pemicu, dimana dalam keadaan stress
atau cemas, kadar hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang akan
merangsang ystem saraf simpatetik sehingga seseorang akan terus terjaga (Perry,
dalamIswari & Wahyuni, 2013)
E. Klasifikasi Insomnia
Klasifikasi insomnia ada 3 yaitu:
1. Insomnia Akut
Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar individu sering
mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini ditandai dengan
keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah hidup atau gagal
ujian, tetapi tidak disertai komplikasi yang dapat mengganggu
aktivitas sehari – hari.
2. Insomnia Kronik
Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat mengganggu kualitas
hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana penderita insomnia
kronik ini rawan mengalami kecelakaan akibat dari insomnia yang
mengganggu aktivitas sehari–hari.
3. Salah Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State) Penderita
insomnia banyak yang mempunyai persepsi yang buruk terhadap
lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang muncul pada diri
mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4 jam semalam (Imadudin,
2012).
F. Pencegahan
Pencegahan Insomnia
81
1. Berusaha untuk tidur di waktu yang sama setiap malam dan saat
bangun di pagi hari. Pastikan juga tidak tidur siang karena dapat
mengurangi rasa kantuk di malam hari.
2. Hindari menggunakan smartphone saat sudah memasuki jam tidur
agar rasa kantuk tidak hilang.
3. Hindari konsumsi kafein, nikotin, serta alkohol di siang hari yang
dapat mempengaruhi pola tidur.
4. Usahakan untuk berolahraga secara teratur setiap hari dan lakukan
jauh sebelum waktunya tidur.
5. Buat kamar menjadi tempat yang nyaman dan gunakan alat-alat yang
mempermudah untuk tidur.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut Levenson, Kay & Buysee, (2014) penatalaksanaan
yang dapat dilakukan pada orang yang mengalami insomnia adalah
melakukan behavioral treatment untuk memperbaiki kebiasaan pola tidur.
Contoh behavioral treatment sebagai berikut:
1. Kontrol stimulus Kontrol stimulus yaitu dengan cara membuat lingkungan
yang nyaman agar merasa tenang sehingga dapat memudahkan kita untuk
tertidur.
2. Terapi kognitif Terapi ini dilakukan dengan cara berlatih untuk
menciptakan pikiran yang positif dan yakin untuk bisa tertidur.
3. Pembatasan tidur Menghindari waktu tidur yang berlebihan disiang hari,
sehingga dapat memulai tidur dengan mudah dimalam hari. Latihan
relaksasi jangka pendek sebelum tidur seperti meditasi dan nafas dalam
dapat membantu untuk meningkatkan kualitas tidur. Selain itu relaksasi
mental yang dilakukan dengan cara yoga juga dapat membantu, hal
tersebut dikarenakan relaksasi dapat menenangkan pikiran sehingga tubuh
akan lebih tenang dan mudah untuk tidur
82
2. PARASOMNIA
A. Pengertian
Menurut PPDJ-III, gangguan tidur secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
dissomnia dan parasomnia. Parasomnia merupakan peristiwa episodik abnormal yang
terjadi selama masa tidur. Termasuk dalam golongan ini adalah somnabulisme, terror
tidur, dan mimpi buruk (Maslim, 2002).
Gangguan tidur yang berkepanjangan mampu mengubah siklus tidur biologis,
menurunkan daya tahan tubuh serta prestasi kerja, mudah tersinggung, gangguan
depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang akan mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain dan menurunkan kualitas hidup penderita (Asnis et.al, 2016)
parasomnia adalah sekumpulan gejala tidak menyenangkan yang terjadi saat
hendak tidur, sudah terlelap, atau terbangun dari tidur. Gangguan ini bisa berupa
gerakan, perilaku, emosi, persepsi, hingga mimpi yang tidak wajar. Meski begitu,
pengidap parasomnia tetap dalam keadaan tertidur sepanjang kejadian berlangsung
B. Manefestasi klinis
Penderita parasomnia pada umumnya sering mengeluh tidur tidak nyenyak
karena adanya episode abnormal yang mengganggu saat tidur. Sedangkan gejala khas
tiap penyakit yang termasuk dalam parasomnia bisa saja sangat berbeda-beda.
Gejala parasomnia seringkali muncul pada fase terlelap, atau di antara fase
tertidur dan terbangun. Pada transisi ini, diperlukan stimulus yang cukup kuat agar
seseorang terbangun dari tidur, sehingga pengidap parasomnia akan sulit menyadari
perilakunya. Setelah terbangun, pengidap parasomnia jarang mengingat mimpi atau
kejadian yang dialaminya. Terkadang, pengidap parasomnia sulit untuk kembali
tertidur pada malam hari. Parasomnia bisa terjadi dalam berbagai bentuk Di
antaranya meliputi
83
Gangguan tidur berjalan (sleepwalking atau somnambulisme) ditandai
dengan berjalan saat tidur. Penderitanya dapat berjalan keluar rumah,
memindahkan barang-barang, dan bahkan berlari-lari. Biasanya mata
penderitanya terbuka saat melakukan aktivitas tersebut, tetapi otaknya tidak
menyadarinya. Mencegah penderita untuk tidak berjalan umumnya bukanlah
langkah yang baik karena penderitanya dapat menunjukkan perilaku agresif
seperti memukul atau menggigit bila dicegah berjalan.
Night terror memiliki gejala adanya perilaku agresif saat tidur. Perilaku
agresif tersebut bisa berupa berteriak-teriak, menendang, menangis, dan
sebagainya. Umumnya penderita night terror tidak dapat mengingat mimpi
yang dialami saat tidur yang menyebabkan dirinya melakukan perilaku
agresif tersebut.
Sleep paralysis sering disebut dengan istilah ketindihan. Pada gangguan ini,
penderitanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali padahal dalam
keadaan sadar. Episode paralisis ini berlangsung selama beberapa detik
hingga beberapa menit. Kadang gangguan ini juga disertai oleh halusinasi,
yang biasanya dianggap menyeramkan oleh penderitanya.
84
Enuresis merupakan istilah medis dari mengompol. Mengompol saat tidur
merupakan hal yang normal pada anak, terutama balita. Enuresis dianggap
tidak normal lagi bila terjadi pada anak di atas usia 5 tahun dan orang
dewasa. Biasanya pemicunya adalah karena adanya masalah psikologis
tertentu yang sangat membebani pikiran.
C. Etologi
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid
eye movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan berulang setiap
90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
1. Kurang tidur
2. Demam
3. Stres, cemas, atau depresi
4. PTSD (post-traumatic stress disorder)
5. Konsumsi obat penenang
6. Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor otak
7. Penyalahgunaan alkohol
85
8. Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui dengan jelas. Meski
demikian, faktor genetik diduga berperan karena banyak kasus parasomnia terjadi
menurun dalam riwayat kesehatan keluarga.
D. Penatalaksaan
1. Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:
86
Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada pasien ataupun
pasangan tidur
Parasomnia pada anak umumnya akan hilang sendiri, pada kasus ini yang perlu
dilakukan adalah mengedukasi dan meyakinkan orang tua pasien Pada pasien dewasa
dengan parasomnia yang berpotensi melukai diri sendiri dan pasangan tidur, perlu
diedukasi mengenai ruangan yang aman tanpa benda tajam atau furnitur dan benda
lain yang membahayakan di dekat ranjang. Ranjang didesain dengan menambahkan
penghalang pada kedua sisi untuk mencegah jatuh. Jendela dikunci setiap saat. Untuk
pasien dengan somnabulisme, menggunakan alarm pada pintu kamar dapat
membantu.
Edukasi dilakukan tidak hanya kepada pasien tapi juga pasangan tidur. Apabila
pasien berisiko melakukan tindak kekerasan, maka disarankan untuk tidur di ranjang
yang berbeda.
Cegah pasien apabila melakukan hal yang berpotensi melukai diri sendiri dan
orang lain
2.Profilaksis
Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:
87
Meminimalkan pengobatan, termasuk psikotropika
Melakukan sleep hygiene
Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara, sentuhan)
E. Pencegahan
Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya.
Dokter
mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan menyarankan terapi perilaku
kognitif (CBT). CBT adalah salah satu penanganan parasomnia yang umum
dilakukan. Hal ini disebabkan keterkaitan parasomnia dengan masalah kesehatan
mental, seperti stres dan kecemasan. Metode lain yang dapat dilakukan bersama
CBT, yaitu:
Psikoterapi
Terapi
Relaksasi
Hipnosis
F. Patofisiologi
Patofisiologi parasomnia berhubungan dengan gangguan transisi
antara siklus tidur baik fase terjaga, non-rapid eye
movement (NREM), maupun rapid eye movement (REM). Tidur
88
merupakan proses yang dibutuhkan untuk menjaga fungsi otak.
Gangguan tidur akan menyebabkan gangguan proses pikir, gangguan
mood, dan gangguan fisiologis lain.
a. Fisiologi Tidur
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga
(wakefulness), non–rapid eye movement (NREM), dan rapid
eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya dibagi
menjadi fase 1, fase 2, dan fase 3, yang kemudian masuk ke
fase REM.
3. HIPERSOMNIA
A. Pengertian
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat 19
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,
gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme
(misalnya: hipertiroidisme). Hipersomnia pada kondisi tertentu dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung
jawab pada siang hari
Hipersomnia merupakan salah satu gejala gangguan tidur yang
dapat diartikan sebagai kantuk berlebih. Hipersomnia sering ditemui
namun sering diabaikan. Kata hipersomnia berasal dari bahasa Yunani
“hyper” yang artinya berlebih atau lebih dari normal, dan bahasa Latin
“sommus” yang berarti tidur. Hipersomnia merupakan kebalikan dari
insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari atau
keterlambatan waktu bangun. Hipersomnia primer merupakan suatu
89
keadaan dimana seorang individu memiliki rasa kantuk yang
berlebihan sepanjang hari dan berlangsung beberapa bulan lamanya.
Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai
mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari.
Penderita hipersomnia mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.
Berbeda dengan narkolepsi, hipersomnia masih bisa dikontrol atau
ditahan, jarang terjadi di tempat asing, dan saat tidur di jam malam
akan berlangsung lebih lama dan dalam. Penderita hipersomnia
umumnya mengalami kantuk terlebih dahulu tanpa disertai katapleksi
dan halusinasi. Hipersomnia dapat dideteksi dengan wawancara
melalui kuisioner khusus (Epworth Sleepliness Scale) dan
polisomnografi (PSG). PSG dapat menunjukkan berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk tidur dan mendeteksi gangguan tidur seperti
OSA, PLMD, RLS, dan membedakan antara narkolepsi dengan
hipersomnia.
B. Manifestasi klinis
Seseorang dengan hipersomnia akan menunjukkan gejala seperti berikut:
90
Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau
berkonsentrasi.
Mengalami masalah memori.
Sakit kepala.
Kehilangan selera makan.
Mengalami halusinasi.
91
• Tahap Ringan, penderita akan mengalami kesulitan
berkonsentrasi, mudah lupa, mudah stres, dll.
• Tahap sedang, penderita akan mengalami gangguan metabolisme
dan hormonal, biasanya di tahap ini penderita dapat terserang
penyakit diabetes. Bahkan dalam beberapa kasus pada tahap ini
penderita dapat mengalami stres oksidatif atau kekurangan oksigen
namun jantung bekerja lebih keras dari biasanya
. • Tahap berat, penderita akan mengalami gangguan pada organ
dalam seperti hati dan jantung sehingga apabila dibiarkan dapat
mengalami penyumbatan darah hingga kematian.
C. Etiologi
Hipersomnia dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti
kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau ginjal, ataupun
gangguan metabolisme (contoh: hipertiroidisme).
Hipersomnia dapat membahayakan dan bila tidak ditangani akan
menyebabkan kecelakaan saat kantuk melanda. Hipersomnia dapat
diatasi bila penderita mulai menerapkan manajemen diri sedini
mungkin. Untuk mengatasi hipersomnia ada banyak cara yang bisa
dilakukan diantaranya:
Kembalikan pola tidur Memaksakan pola tidur kembali ke
pola yang benar merupakan solusi yang paling utama. Tidur
yang baik adalah 6-7 jam dan beranjak tidur tidak lebih dari
jam 10 malam. Bangunlah sebelum Fajar terbit atau sekitar
jam 4-5 pagi.
Olahraga yang teratur Apabila tubuh terbiasa dengan
olahraga, maka akan memiliki metabolisme yang seimbang,
92
sehingga sistem Hormonal dalam tubuh akan normal dan
otak akan bekerja dengan optimal.
Konsumsi asupan gizi yang baik Asupan gizi yang baik akan
membuat susunan kimia dalam otak akan seimbang,
sehingga rasa kantuk hanya akan muncul pada waktu yang
semestinya saja.
Konsultasi dengan dokter Apabila ketiga solusi di atas sudah
dijalankan namun rasa kantuk yang berlebih masih terasa,
segera kunjungi dokter agar keluhan gangguan tidur dapat
diobati dengan baik
93
Kondisi psikis, antara lain depresi, gangguan cemas,
dan gangguan bipolar
Kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA
Efek samping obat sedatif, seperti antihistamin,
antidepresan, diazepam, dan obat jantung jenis penghambat
beta
D. Patofisiologi
Patofisiologi pasti gangguan tidur masih belum diketahui, namun diperkirakan
melibatkan faktor neurobiologis dan psikologis, yang mencakup faktor perilaku,
kognitif, emosional, dan genetik.
Model Neurokognitif
Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi
gangguan tidur adalah model neurokognitif. Model ini menerangkan
bahwa faktor predisposisi, presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif
adalah faktor-faktor yang mendasari berkembangnya insomnia dan
menjadikannya gangguan kronik.
94
Pada kondisi normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau
usaha). Situasi hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai
respon arousal fisiologis dan psikologis, yang menimbulkan inhibisi
terhadap de-arousal yang berhubungan dengan tidur dan menimbulkan
gejala gangguan tidur.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan tidur dimulai dari pendekatan nonfarmakologi,
yang mencakup sleep hygiene dan sleep restriction. Terapi farmakologi yang
95
dapat digunakan untuk membantu mengurangi gejala gangguan tidur antara lain
benzodiazepine, agonis reseptor melatonin, dan Z-drugs.
Terapi Nonfarmakologi
F. Pencegahan
Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan
kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam sleep hygiene adalah:
Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap
harinya agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan
malam hari
Membatasi waktu tidur siang
Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar
tidur yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih
bantal dan selimut yang nyaman
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar
dapat tidur lebih nyenyak
Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat
menyebabkan sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang
hari
Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam
96
Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang
dapat menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau
epilepsy
4. NARKOLEPSI
A. Definisi
Narkolepsi adalah gangguan neurologis kronis yang mengganggu
regulasi tidur dan menyebabkan rasa kantuk yang berlebihan dan pada banyak
kasus, ditemui cataplexy / katapleksi (kehilangan tonus otot secara mendadak
dan dicetuskan oleh emosi yang kuat, seperti marah, sedih, maupun tertawa
tanpa kehilangan kesadaran) (Zeman et al. 2004).
Narkolepsi merupakan kondisi kronik neurologis dengan 5 gejala
utama yaitu excessive daytime sleepiness (EDS), katapleksi, halusinasi saat
akan tidur atau saat terbangun (halusinasi hipnagogik/ hipnopompik / HH),
sleep paralysis (SP), dan disrupted nighttime sleep (DNS) (Black et al. 2016).
B. Manifestasi klinis
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang
secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi
yang umum terjadi:
97
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah
tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara
cadel. Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga menit dan
biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, atau
tertawa.
Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara
saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
C. Manifestasi klinis
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
Tumor otak
Cedera kepala
Radang otak (ensefalitis)
Multiple sclerosis
98
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
narkolepsi atau memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga
menyebabkan narkolepsi, yaitu:
Usia 10–30 tahun
Kelainan genetik
Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
Stres
D. Patofisiologi
Patofisiologi narkolepsi melibatkan adanya defisiensi orexin atau hipokretin di
hipotalamus lateral yang dibuktikan oleh adanya penurunan kadar orexin dalam
cairan serebrospinal pasien dengan narkolepsi.
Neurokimia
Neuron penghasil orexin berfungsi untuk meregulasi perilaku tidur-bangun
dan mempengaruhi fungsi otak lainnya, termasuk sirkuit reward dan metabolik.
Orexin berefek pada banyak target, termasuk neuron yang menghasilkan histamin
dan neurotransmitter monoamine lainnya. Neuron penghasil orexin paling aktif
pada kondisi terjaga, khususnya pada waktu tonus otot sedang tinggi dan pada
perilaku termotivasi dan eksploratif. Orexin membantu mempertahankan periode
terjaga dan regulasi tidur REM
E. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan narkolepsi adalah untuk mencapai kewaspadaan yang
cukup selama jam bangun dan untuk memaksimalkan kewaspadaan selama tugas-
tugas penting hari itu, seperti selama bekerja, sekolah atau saat mengemudi.
99
Penatalaksanaan narkolepsi menggunakan kombinasi konseling, terapi
psikososial, dan farmakoterapi.[1] Penatalaksanaan narkolepsi hanya bersifat
simtomatik karena belum ada terapi kuratif untuk narkolepsi.
Obat-obat yang bisa digunakan sebagai antinarkolepsi lini pertama umunya
belum tersedia di Indonesia. Obat lini pertama antara lain modafinil, armodafinil,
pitolisant, natrium oksibat, dan solriamfetol. Sedangkan obat-obat yang bisa
digunakan sebagai lini kedua adalah metilfenidat dan amfetamin
F. Pencegahan
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat
membantu mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu,
timbulnya gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola
tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa
kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
• Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
• Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
• Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
• Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak sebelum
tidur.
• Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
• Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
• Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. APNOE
100
A. Definisi
Gangguan tidur apnea adalah gangguan yang menyebabkan pernapasan berhenti
sementara saat kondisi tidur. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang kali.
Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera ditangani,
nantinya dapat menimbulkan komplikasi serius
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk
setelah tidur lama. Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau
berhenti bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10
detik sebanyak ratusan kali selama tidur
B. Manifestasi klinis
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur
adalah:
Mengorok dengan keras
Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam
hari
Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa
merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:
Terbangun dengan mulut yang terasa kering
101
Sakit kepala ketika baru bangun tidur
Merasa sangat mengantuk di siang hari
Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
Mengalami perubahan mood dan mudah marah
Mengalami penurunan libido
C. Etiologi
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis
sleep apne menurut penyebabnya:
Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu
rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup
saat menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinya;
dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan
penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea
dan central sleep apnea.
D. Patofisiologi
Komplikasi apnea tidur dapat terjadi jika tidak segera ditangani. Apa saja
komplikasi apnea, antara lain:
102
Risiko terkena diabetes tipe 2
Sindrom metabolik
Mengalami gangguan fungsi hati
Penyakit ginjal kronis
Mengidap demensia
Penurunan fungsi kognitif
komplikasi kehamilan
E. Penatalaksanaan
CPAP (Continuous positive airway pressure)
CPAP dilakukan dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti
masker. Alat ini akan membantu menghantarkan udara ke saluran
pernapasan. Selain itu, terapi CPAP juga membantu untuk meredakan
gejala-gejala apnea tidur yang muncul.
103
ASV adalah alat ventilasi non-invasif yang digunakan untuk penderita
apnea sentral. Alat ini membantu agar saluran pernapasan tetap
terbuka.
Operasi
Operasi menjadi pilihan terakhir jika upaya pengobatan lainnya tidak
manjur. Operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi apnea tidur
beragam. Misalnya, operasi pengangkatan jaringan
(uvulopalatopharyngoplasty), operasi hidung, trakeostomi, operasi
reposisi rahang atau operasi ablasi radiofrekuensi. Perlu diingat,
operasi disesuaikan dengan kondisi apnea tidur yang dialami dan
kondisi kesehatanny
F. Pencegahan
Cara mengatasi apnea tidur ringan dapat dilakukan dengan mengubah gaya
hidup. Bagaimana cara mengatasi apnea tidur ringan, berikut:
104
Posisikan tidur Anda dengan posisi yang membuat Anda lebih mudah
untuk bernapas.
Berhenti Merokok
Konsumsi rokok akan meningkatkan pembengkakan di saluran napas
bagian atas. Berhenti merokok membantu menghentikan
pembengkakan dan membuat saluran pernapasan menjadi lebih lega.
6. MENGIGAU
A. Definisi
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur.
Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog,
gumaman, hingga mengoceh. Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini
merupakan bagian dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada
seseorang yang berbicara saat tidur. Umumnya, mengigau tidak berlangsung
selama 30 detik per episode.
B. Etiologi
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengigau saat
tidur. Dilansir dari hellosehat.com, para ahli mengungkapkan bahwa mengigau
dapat dihubungkan dengan berbagai penyakit sistem saraf seperti Parkinson, yaitu
penyakit saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan
dan keseimbangan. Sebuah studi dari Frontiers in Neurology juga menyebutkan,
bahwa sering mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya
demensia.
Meski demikian, ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, di antaranya yaitu:
Stres secara emosional
105
Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres,
khususnya saat sedang mengalami stres secara berkepanjangan yang
dapat menimbulkan rasa cemas dan mengalami gangguan tidur
(insomnia). Seseorang yang mengidap depresi juga kerap kali
mengigau ketika tidur.
Mengalami REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder (RBD) adalah
gangguan tidur dengan angka trauma yang tinggi. Ini adalah bentuk
gangguan tidur yang sering dialami oleh banyak orang. Penderita RBD
dapat menimbulkan gejala seperti menggeram, memekik, berteriak,
hingga bergerak dalam mimpinya (sering kali secara kasar dan agresif).
Kondisi ini kadang ditemui pada anak-anak. Adapun tanda-tanda orang memiliki
gangguan ini, yaitu:
Mengigau, berbicara, atau mengoceh ketika tidur
Tidur sambil berjalan (sleepwalking)
Loncat dari tidur
Melakukan berbagai gerakan seperti menendang, meninju, bahkan
berlari ketika tidur
Dapat melanjutkan mimpi yang terputus ketika tertidur kembali
106
Mengonsumsi obat-obatan yang memiliki kandungan seperti beta-
blocker, kafein, antidepresan, prednisone, sertraline, escitalopram, dan
obat lainnya yang tergolong Selective Reuptake Inhibitors (SSRI) juga
dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan tidur, termasuk
mengigau.
h. Genetik
Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga mengungkapkan
bahwa kebiasaan mengigau saat tidur juga bisa sesuatu yang
diturunkan dari keluarga. Sebuah studi yang dilakukan pada orang
kembar menunjukkan bahwa jika satu anak memiliki kebiasaan
mengigau, biasanya saudara kembarnya juga mengalami hal yang
sama. Bahkan, keduanya sama-sama mengalami berjalan dan
menggertakkan gigi saat tidur.
C. Manifestasi klinis
gejala utama mengigau ekspresi yang bisa didengar terjadi selama tidur tanpa
orang itu menyadarinya. Itu bisa berupa omong kosong atau menyerupai ucapan
normal.
Riset linguistik tentang mengigau menemukan hampir setengah dari rekaman
pembicaraan saat tidur tak dapat dipahami. Dalam kasus ini, mengigau saat tidur
biasanya bergumam, berbicara tanpa suara menggerakkan bibir dengan bunyi
terbatas, diredam bantal dan selimut.
Bagian lain dari percakapan saat tidur yang bisa dipahami memiliki sejumlah
kesamaan dengan percakapan biasa. Misalnya, biasanya mengikuti standar tata
bahasa yang khas dan menyertakan jeda seolah-olah berbicara dengan orang lain.
Banyak dari ucapan yang direkam, yaitu negatif, seru, atau tak sopan. Ini
menunjukkan, mengigau mungkin mencerminkan dialog yang didorong oleh
konflik yang terjadi di selama tidur.
107
D. Penatalaksaan
Menghindari stres
Memiliki masalah dan beban pikiran yang berat sudah pasti membuat
stres. Namun jika stres tersebut tidak dapat kita kendalikan, bisa-bisa
menyebabkan masalah tidur sehingga siklus tidur terganggu. Hal tersebut
dapat meningkatkan risiko mengigau.
Maka dari itu, cobalah untuk kelola stres dengan melakukan hal-hal
positif, seperti:
Meditasi atau yoga
Makan makanan yang bergizi
Curhat tentang masalah hidup ke orang terdekat
Berpikir positif dan menerima kejadian buruk yang tidak bisa
dikendalikan
E. Pencegahan
Dengan melakukan beberapa hal tersebut, otak akan menjadi lebih relax dan
tidur pun menjadi lebih nyenyak.
108
White noise adalah suara dalam frekuensi tertentu yang bisa membuat
pendengarnya menjadi lebih relax. Sumber white noise bisa berasal dari
kipas angin, AC, atau purifier ruangan. Kamu juga bisa
mendengarkan white noise melalui aplikasi musik atau video.
Sleep Foundation mengungkapkan bahwa white noise dapat membantu
kamu mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik, sebab dapat
memberikan efek tenang dan membuat pendengarnya mudah tertidur.
Konsultasi kepada dokter
Jika kamu sering mengigau secara intens, ada baiknya segera periksakan
ke dokter. Apalagi sampai menjerit saat tidur, melakukan tindakan
berbahaya, dan memiliki riwayat mengigau yang sering sejak kecil.
Belum ada tes spesifik yang dapat mendiagnosis kebiasaan mengigau,
namun jika hal ini dialami secara berkala dan intens, bisa jadi ada
penyebab gangguan tidur lainnya.
Analisis dokter akan sangat terbantu bila membuat jurnal tidur yang berisi
tentang masalah tidur yang dialami. Mulai dari rekam jejak tidur, jadwal
tidur dan bangun, obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, hingga
aktivitas yang dilakukan.
F. Patofisiologi
Patofisiologi mengigau berhubungan dengan gangguan transisi antara siklus
tidur baik fase terjaga, non-rapid eye movement (NREM), maupun rapid eye
movement (REM). Tidur merupakan proses yang dibutuhkan untuk menjaga
fungsi otak. Gangguan tidur akan menyebabkan gangguan proses pikir, gangguan
mood, dan gangguan fisiologis lain
109
DAFTAR PUSTAKA
110
MAKALAH
KEPERAWATAN DASAR
111
Dosen Pembimbing : Elfida, SKM, MPH
Tingkat 1B
INSOMNIA
112
Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi ketika seseorang mengalami
kesulitan untuk tidur. Kondisi ini membuat pengidapnya tidak memiliki waktu tidur
yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut menyebabkan kondisi fisik pengidap insomnia
menjadi tidak cukup fit untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.
Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang (kronis).
Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami untuk
memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui siklus yang
bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata cepat.
Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam. Satu
siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali empat tahap
tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu, dilanjutkan dengan
tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.
Penyebab Insomnia
Biasanya, jenis insomnia yang dialami seseorang banyak berkaitan dengan penyebab
insomnia yang mendasarinya. Ada dua jenis insomnia, yakni insomnia akut dan
kronis. Nah, beberapa kemungkinan penyebab insomnia akut, antara lain:
Mengalami stress.
Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat dari:
113
Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan penggunaan
zat.
Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer tidak
diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat terjadi,
seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat tertentu, serta
mengidap diabetes.
Faktanya, insomnia dapat terjadi pada semua rentang usia dan lebih rentan terjadi
pada wanita dibandingkan pria, serta seseorang yang sudah lanjut usia. Beberapa
faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami masalah
tidur ini, antara lain:
Bekerja shift, pekerjaan seperti ini bisa mengubah jam biologis tubuh.
Perjalanan jauh, melakukan perjalanan jauh atau jet lag karena melintasi
beberapa zona waktu juga bisa memicu insomnia.
114
Selain itu, mengidap kondisi medis tertentu, seperti obesitas dan penyakit
kardiovaskuler juga dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia. Masa
menopause disebut juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan yang membuat
sulit tidur ini.
Gejala Insomnia
Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga
menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap
orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan.
Gejala-gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di antaranya:
Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur kembali.
Diagnosis Insomnia
Rutinitas tidur.
115
Porsi olahraga.
Selain itu, dokter juga akan meminta membuat buku harian tidur minimal selama dua
minggu. Langkah ini dapat membantu dokter memahami pola tidur dan mengukur
tingkat keparahan insomnia yang dialami.
Beberapa informasi yang harus dicantumkan di dalam buku harian tidur biasanya,
meliputi waktu yang dibutuhkan untuk bisa terlelap, pukul berapa kira-kira mulai
tidur, berapa kali terbangun di malam hari, dan pukul berapa terbangun. Informasi
yang lengkap akan membantu dokter menangani insomnia secara tepat.
Pengobatan Insomnia
Dalam mengobati insomnia, hal pertama yang dilakukan oleh dokter adalah mencari
tahu apa yang menjadi penyebabnya. Jika gangguan tidur ini didasari oleh kebiasaan
atau pola hidup tertentu yang tidak sehat, maka dokter akan menyarankan untuk
memperbaikinya. Jika insomnia disebabkan oleh gangguan kesehatan (misalnya,
gangguan kecemasan), maka dokter akan terlebih dahulu mengatasi kondisi yang
mendasari rasa cemas tersebut.
Dalam beberapa kasus insomnia, dokter akan menyarankan agar menjalani terapi
perilaku kognitif. Terapi ini bisa membantu untuk mengubah perilaku dan pola pikir
yang memengaruhi tidur mereka.
Andaikan dianggap perlu, tak menutup kemungkinan dokter akan meresepkan obat
tidur untuk beberapa waktu. Namun, obat tidur merupakan solusi yang bersifat
sementara saja. Hal yang perlu digaris bawahi, penanganan insomnia jarang berhasil
bila tak mencari solusi dari akar penyebabnya.
116
Komplikasi Insomnia
Ketika seseorang tidak mendapatkan tidur yang dibutuhkan akibat insomnia, maka
fungsi otak akan mengalami hambatan. Itulah alasan mengapa pengidap insomnia
akan merasakan kesulitan fokus.
Kendati demikian, insomnia yang tidak tertangani dengan baik juga dapat
menimbulkan efek kesehatan yang lebih serius, seiring berjalannya waktu. Hanya
tidur beberapa jam setiap malam dapat meningkatkan peluang seseorang untuk
mengembangkan sejumlah kondisi, termasuk:
Merasakan kecemasan.
Mengalami depresi.
Mengalami kejang.
Tak hanya itu, insomnia juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada
rutinitas pengidapnya, yaitu:
117
Menurunkan gairah seks pengidapnya.
Pencegahan Insomnia
Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan tidur:
Cobalah untuk mempertahankan jadwal tidur dan bangun yang kira-kira sama,
bahkan di akhir pekan. Pastikan juga untuk menghindari tidur siang karena
dapat mengurangi rasa kantuk di malam hari.
Buat rutinitas sebelum tidur yang membantu kamu rileks dan mendapatkan
suasana yang baik untuk tidur.
Redupkan lampu dan letakkan perangkat elektronik sekitar satu jam sebelum
waktu tidur.
Dapatkan sinar matahari dan aktivitas fisik hampir setiap hari atau setiap hari,
jika memungkinkan.
Hindari tidur siang, terutama jika kamu tahu tidur di siang hari membuat
kamu tetap terjaga di malam hari.
Bila kamu merasakan gejala insomnia yang tak kunjung membaik atau sampai
mengganggu aktivitasmu, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Tujuannya agar
118
penanganan dapat dilakukan sedari dini, sehingga peluang kesembuhan juga akan
semakin meningkat. Selain itu, kamu juga dapat meminta saran dari dokter tentang
waktu yang tepat untuk terlelap agar fisik kembali bugar di pagi hari.
PARASOMNIA
Penyebab
119
-penggunaan narkoba
-Kebiasaan mengonsumsi alcohol
Diagnosis
Penentuan ada tidaknya gangguan tidur dilakukan oleh psikiater. Untuk mengetahui
adanya kemungkinan parasomnia, dokter akan meminta penderita untuk membuat
buku harian tidur untuk mencatat hal-hal yang dialami saat tidur selama dua minggu
terakhir.
Bila diperlukan, perilaku saat tidur dapat diobservasi di ruang rawat dengan
pemeriksaan polisomnogram. Pemeriksaan ini menggunakan teknik mendeteksi
gelombang otak, denyut jantung, dan pernapasan saat tidur. Selain itu juga dilakukan
perekaman video untuk mendeteksi adanya perilaku abnormal saat tidur.
Gejala
Penderita parasomnia pada umumnya sering mengeluh tidur tidak nyenyak karena
adanya episode abnormal yang mengganggu saat tidur. Sedangkan gejala khas tiap
penyakit yang termasuk dalam parasomnia bisa saja sangat berbeda-beda.
120
Night terror memiliki gejala adanya perilaku agresif saat tidur. Perilaku agresif
tersebut bisa berupa berteriak-teriak, menendang, menangis, dan sebagainya.
Umumnya penderita night terror tidak dapat mengingat mimpi yang dialami saat
tidur yang menyebabkan dirinya melakukan perilaku agresif tersebut.
Sleep paralysis sering disebut dengan istilah ketindihan. Pada gangguan ini,
penderitanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali padahal dalam keadaan
sadar. Episode paralisis ini berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa
menit. Kadang gangguan ini juga disertai oleh halusinasi, yang biasanya dianggap
menyeramkan oleh penderitanya.
Sleep talking sering disebut mengigau. Penderita gangguan ini berbicara di bawah
kesadarannya saat tidur. Bicara bisa tidak jelas, bisa juga berteriak dengan lantang. Isi
pembicaraan umumnya tidak jelas atau tidak esensial.
Enuresis merupakan istilah medis dari mengompol. Mengompol saat tidur merupakan
hal yang normal pada anak, terutama balita. Enuresis dianggap tidak normal lagi bila
terjadi pada anak di atas usia 5 tahun dan orang dewasa. Biasanya pemicunya adalah
karena adanya masalah psikologis tertentu yang sangat membebani pikiran.
Sleep related eating disorder merupakan episode ketagihan makan dan minum yang
terjadi saat terbangun di malam hari. Penderita biasanya tidak sadar penuh saat
bangun. Secara tidak sadar ia akan mengonsumsi makanan dalam jumlah sangat
banyak. Karena dilakukan tanpa sadar, sangat mungkin makanan yang dikonsumsinya
adalah zat berbahaya.
Pengobatan
Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Bila
parasomnia yang dialami adalah gangguan tidur berjalan, maka hal yang paling
penting adalah memastikan bahwa lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain
itu, keluarga dapat memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk
mencegah penderita gangguan tidur berjalan membahayakan dirinya.
121
Selain itu, secara umum, dokter dapat memberikan obat-obatan untuk membantu
penderita agar tidur lebih nyenyak. Sebagian besar parasomnia akan hilang dengan
sendirinya seiring bertambah usia.
Penatalaksanaan
Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:
Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada pasien ataupun
pasangan tidur[3,4]
Parasomnia pada anak umumnya akan hilang sendiri, pada kasus ini yang perlu
dilakukan adalah mengedukasi dan meyakinkan orang tua pasien.[1]
122
Pada pasien dewasa dengan parasomnia yang berpotensi melukai diri sendiri dan
pasangan tidur, perlu diedukasi mengenai ruangan yang aman tanpa benda tajam atau
furnitur dan benda lain yang membahayakan di dekat ranjang.
Ranjang didesain dengan menambahkan penghalang pada kedua sisi untuk mencegah
jatuh. Jendela dikunci setiap saat. Untuk pasien dengan somnabulisme, menggunakan
alarm pada pintu kamar dapat membantu.[1]
Edukasi dilakukan tidak hanya kepada pasien tapi juga pasangan tidur. Apabila
pasien berisiko melakukan tindak kekerasan, maka disarankan untuk tidur di ranjang
yang berbeda.[1]
Cegah pasien apabila melakukan hal yang berpotensi melukai diri sendiri dan orang
lain
Profilaksis
Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:
Melakukan sleep hygiene
Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara, sentuhan)
123
Mengobati komorbiditas medis lain[3,4]
Membangunkan Pasien
Psikoterapi
Psikoterapi yang dilakukan kepada pasien dengan parasomnia diduga mampu
membantu pasien untuk menyatakan emosinya secara terbuka dan memperkuat
kemampuan menghadapi stress. Psikoterapi sendiri memerlukan motivasi dari pasien
dan komitmen jangka panjang.
Farmakoterapi
Farmakoterapi pada parasomnia NREM dipertimbangkan apabila terjadi tindakan
yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Agen yang paling banyak diteliti dan
sering dipakai adalah benzodiazepine, terutama clonazepam.
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine, dapat menurunkan
episode pada pasien dengan seksomnia. Pemberian topiramate dan dopamine agonis
dilaporkan efektif pada pasien dengan gangguan makan terkait tidur.[4]
124
Terapi farmakologi untuk parasomnia REM diberikan berdasarkan pengamatan dan
pengalaman klinis, karena belum banyak bukti ilmiah mengenai terapi tersebut.
Clonazepam dengan dosis 0,25-2 mg sebelum tidur dapat menurunkan gejala
perilaku REM behavior disorder (RBD) dengan menurunkan aktivitas otot, tetapi
tidak mengembalikan atonia pada fase REM.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi parasomnia berhubungan dengan gangguan transisi antara siklus tidur
baik fase terjaga, non-rapid eye movement (NREM), maupun rapid eye
movement (REM). Tidur merupakan proses yang dibutuhkan untuk menjaga fungsi
otak. Gangguan tidur akan menyebabkan gangguan proses pikir, gangguan mood, dan
gangguan fisiologis lain.
HIPERSOMNIA
Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah tidur cukup
pada malam sebelumnya. Hipersomnia bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang
disebabkan oleh kondisi tertentu.
Waktu tidur yang ideal bagi orang dewasa adalah sekitar 7–9 jam setiap malamnya.
Bila waktu tidurnya cukup dan kualitas tidurnya baik, seseorang akan merasa segar
ketika bangun pagi dan bisa beraktivitas dengan baik di siang hari.
Walaupun menyebabkan rasa kantuk yang parah di siang hari, hipersomnia berbeda
dengan narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan
penderitanya tidur secara tiba-tiba tanpa bisa dicegah. Sementara itu, penderita
hipersomnia masih bisa menahan rasa kantuk meski merasa sangat lelah.
125
Penyebab Hipersomnia
Berdasarkan penyebabnya, hipersomnia dapat dibagi menjadi dua jenis. Berikut ini
adalah jenis hipersomnia dan penyebabnya:
Hipersomnia primer
Penyebab hipersomnia primer belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, kondisi ini
diduga terjadi akibat mutasi (perubahan) genetik yang membuat produksi histamin di
dalam otak berkurang.
Meski disebabkan oleh mutasi genetik, hipersomnia primer tidak menurun dari orang
tua ke anaknya.
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder terjadi akibat penyakit atau kondisi tertentu yang membuat
seseorang kurang tidur atau kelelahan. Beberapa penyakit atau kondisi tersebut
adalah:
126
Gejala Hipersomnia
Gejala utama hipersomnia adalah rasa kantuk dan lelah sepanjang hari meski telah
tidur cukup pada malam hari sebelumnya. Keluhan lain yang dapat muncul akibat
hipersomnia adalah:
Pemeriksaan lebih awal dapat membantu dokter menentukan penyebab gejala yang
dialami. Dengan begitu, dokter dapat memberikan pengobatan yang sesuai.
Diagnosis Hipersomnia
Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan
jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Pasien juga akan diminta menulis buku
harian tidur (sleep diary) selama beberapa minggu agar dokter dapat mengetahui pola
tidur pasien.
127
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan tes fisik dan pemeriksaan
lanjutan, meliputi:
Pengobatan Hipersomnia
Terapi perilaku kognitif, untuk mengurangi kecemasan karena tidak bisa tidur
dengan cara mengontrol napas
Obat-obatan, seperti modafinil, armodafinil, flumazenil, atau sodium oxybate
Selain pengobatan di atas, dokter juga akan menyarankan pasien untuk mengubah dan
mengatur pola tidur. Sebagai contoh, pasien akan diminta untuk tidur malam dan
128
bangun tidur pada waktu yang sama setiap hari. Pasien juga akan diminta untuk tidak
mengonsumsi minuman berkafein dekat dengan waktu sebelum tidur.
Komplikasi Hipersomnia
Akibatnya, penderita bisa tertidur saat bersekolah, bekerja, atau bahkan ketika
berkendara. Jika hipersomnia sudah cukup parah, penderitanya dapat berisiko
mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pencegahan Hipersomnia
Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan
kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam sleep hygiene adalah:
Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap harinya
agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan malam
hari
Membatasi waktu tidur siang
Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar tidur
yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih bantal dan
selimut yang nyaman
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar dapat
tidur lebih nyenyak
129
Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat
menyebabkan sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang hari
Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam
Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang dapat
menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau epilepsy.
NARCOLEPSY
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih di siang
hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba tanpa mengenal
waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh atau mengalami
kecelakaan.
Narkolepsi dapat disertai dengan gejala lain, seperti sleep paralysis, halusinasi, dan
katapleksi. Katapleksi sendiri adalah kelemahan atau kehilangan kendali otot wajah,
leher, dan lutut.
Narkolepsi termasuk dalam kondisi yang berkepanjangan (kronis) dan tidak dapat
disembuhkan. Meski demikian, gejala yang timbul akibat narkolepsi tetap bisa
dikelola dengan baik melalui pengobatan dan penerapan pola hidup yang tepat.
Penyebab Narkolepsi
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu tidur.
Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.
130
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
Tumor otak
Cedera kepala
Radang otak (ensefalitis)
Multiple sclerosis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi atau
memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi, yaitu:
Gejala Narkolepsi
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang umum
terjadi:
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk tetap terjaga,
dan sulit berkonsentrasi.
131
2. Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan
kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur dapat
berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
3. Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah tungkai,
penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel. Kondisi ini dapat
terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu,
seperti terkejut, marah, atau tertawa.
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara saat hendak
terbangun atau mulai tertidur.
5. Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata,
terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti:
Gangguan ingatan
Sakit kepala
Depresi
Binge eating disorder
Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
132
Gejala narkolepsi berbeda dengan hipersomnia. Pada hipersomnia, penderita masih
dapat terjaga walaupun merasakan kantuk berat. Selain itu, penderita hipersomnia
tidak mengalami sleep paralysis, halusinasi, dan katapleksi.
Proses tidur penderita narkolepsi berbeda dengan orang normal. Proses tidur yang
normal terbagi menjadi dua fase, yaitu fase REM (rapid eye movement) dan fase non-
REM, seperti dijelaskan di bawah ini:
Fase non-REM
Fase non-REM terdiri dari tiga tahap yang masing-masing tahapnya bisa berlangsung
selama 5–15 menit. Berikut adalah tahapannya:
Tahap 1, yakni ketika mata telah tertutup. Meski begitu, orang yang masih
tertidur pada tahap ini masih mudah dibangunkan.
Tahap 2, yakni ketika detak jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Hal
tersebut menjadi tanda bahwa tubuh telah siap untuk tahap tidur yang lebih
nyenyak.
Tahap 3, yakni ketika orang yang tertidur akan lebih sulit untuk dibangunkan.
Jika dibangunkan, orang tersebut akan merasa linglung selama beberapa
menit.
Fase REM
Fase REM terjadi setelah seseorang tertidur selama 90 menit. Pada fase ini, detak
jatung dan napas akan bertambah cepat. Fase REM akan terjadi secara bergantian
dengan fase non-REM.
Fase REM tahap pertama biasanya akan terjadi selama 10 menit. Durasinya akan
terus bertambah pada tahap berikutnya hingga tahap terakhir yang bisa berlangsung
selama 1 jam.
133
Normalnya, orang yang tertidur akan memasuki fase non-REM terlebih dahulu.
Namun, pada penderita narkolepsi, proses tidur akan langsung memasuki fase REM,
baik saat bersiap untuk tidur maupun saat terbangun dan beraktivitas. Kondisi inilah
yang kemudian menimbulkan gejala narkolepsi.
Diagnosis Narkolepsi
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien
dan keluarga pasien. Setelah itu, dokter akan bertanya tentang kebiasaan tidur dan
gejala yang dialami pasien.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan lain, seperti tes tekanan darah dan tes darah. Pemeriksaan lanjutan
dengan menggunakan beberapa metode di bawah ini juga akan dilakukan untuk
mendeteksi tingkat keparahan kondisi pasien:
134
2. Polisomnografi
Dalam metode ini, dokter akan memantau aktivitas listrik otak (elektroensefalografi),
jantung (elektrokardiografi), otot (elektromiografi), dan mata (elektrookulografi) saat
pasien tidur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasang elektroda di permukaan
tubuh pasien.
MSLT bertujuan untuk mengetahui lama waktu yang dibutuhkan oleh pasien untuk
tertidur pada siang hari. Pasien akan diminta untuk tidur pada siang hari sebanyak 4–
5 kali, kemudian dokter akan mengukur lama waktu yang pasien butuhkan untuk
mulai tertidur dan apakah pasien bisa memasuki fase REM dalam tidurnya.
Jika pasien dapat tidur dengan mudah dan memasuki fase tidur REM dengan cepat,
maka besar kemungkinan pasien menderita narkolepsi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meneliti sampel cairan otak dan tulang belakang
(cairan serebrospinal) yang diambil melalui prosedur pungsi lumbal, yaitu dengan
menyedot cairan dari tulang punggung bagian bawah menggunakan jarum.
Pengobatan Narkolepsi
Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-obatan.
Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia,
135
riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping
yang mungkin ditimbulkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
Komplikasi Narkolepsi
Narkolepsi dapat menimbulkan komplikasi yang berdampak pada fisik dan mental
penderitanya. Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
Obesitas
Obesitas dapat disebabkan oleh pola makan yang berlebih dan kurang gerak
akibat sering tertidur.
Penilaian negatif dari lingkungan sosial
Narkolepsi dapat membuat penderitanya mendapat penilaian negatif dari
lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, penderita mungkin akan dianggap
pemalas karena sering tertidur.
136
Cedera
Risiko cedera dapat terjadi jika serangan tidur muncul di saat yang tidak tepat,
misalnya ketika mengemudi atau memasak.
Gangguan konsentrasi dan daya ingat
Narkolepsi yang tidak ditangani dengan baik dapat menurunkan konsentrasi
dan daya ingat. Kondisi ini bisa membuat penderita sulit mengerjakan tugas
atau pekerjaan di sekolah atau kantor.
Komplikasi akibat narkolepsi bisa dihindari dengan berolahraga secara rutin untuk
mencegah obesitas, tidak mengemudi atau mengoperasikan alat berbahaya agar
terhindar dari cedera, dan memberikan penjelasan kepada orang-orang di sekitar
tentang kondisi yang dialami untuk menghindari penilaian negatif.
Pencegahan Narkolepsi
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu
mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya gejala
narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk
pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak sebelum
tidur.
Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
137
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
PATOFISIOLOGI
138
Lingkar leher. Orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran
udara yang lebih sempit.
Jenis kelamin. Pria dua sampai tiga kali lebih berisiko mengalami sleep
apnea daripada wanita. Namun, wanita mengalami peningkatan risiko jika
mereka kelebihan berat badan dan risiko mereka juga tampaknya meningkat
setelah menopause.
Sleep apnea terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
Riwayat keluarga. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan sleep apnea
berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama.
139
Orang paruh baya dan yang lebih tua memiliki risiko sleep apnea sentral yang
lebih tinggi.
Jenis kelamin. Sleep apnea sentral lebih sering terjadi pada pria daripada pada
wanita.
Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini,
tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat kontrol
pernapasan yang ada di otak.
Dengkuran keras.
140
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Sulit konsentrasi.
Iritabilitas.
Jika kamu mengalami gejala sleep apnea, dokter mungkin akan meminta kamu untuk
menjalani tes sleep apnea, yang disebut Polysomnogram. Tindakan tersebut dapat
dilakukan di pusat gangguan tidur atau bahkan di rumah.
Tes tidur juga dapat dilakukan sendiri di rumah. Dokter akan memberi tes yang sudah
disederhanakan untuk mendiagnosis sleep apnea di rumah. Tes-tes ini biasanya
mengukur detak jantung, tingkat oksigen darah, aliran udara dan pola pernapasan.
Jika hasilnya tidak normal, dokter mungkin dapat meresepkan terapi tanpa pengujian
lebih lanjut. Sayangnya, perangkat pemantauan portabel tidak bisa mendeteksi semua
141
kasus sleep apnea. Namun, dokter mungkin masih merekomendasikan
polysomnography bahkan jika hasil awalnya normal.
Jangan sepelekan sleep apnea, karena gangguan tidur ini bisa menyebabkan beberapa
komplikasi, sebagai berikut:
Diabetes tipe 2.
Masalah hati.
Jika tindakan ini tidak memperbaiki tanda dan gejala atau jika kondisi ada pada fase
sedang hingga berat, sejumlah perawatan lain mungkin tersedia.
Perangkat tertentu dapat membantu membuka saluran udara yang tersumbat. Dalam
kasus lain, operasi mungkin diperlukan.
142
Tekanan saluran udara positif berkelanjutan (CPAP). Jika mengalami sleep
apnea sedang hingga parah, pengidap mungkin mendapat manfaat dari
menggunakan mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker saat
tidur. Dengan CPAP (SEE-pap), tekanan udara agak lebih besar daripada
udara di sekitarnya dan hanya cukup untuk menjaga saluran udara bagian atas
terbuka, mencegah apnea dan mendengkur.
143
Stimulator saraf juga dapat mengobati apnea tidur. Perawatan ini juga
melibatkan operasi. Seorang ahli bedah akan memasukkan stimulator untuk
saraf hypoglossal yang mengontrol gerakan lidah. Meningkatkan rangsangan
saraf ini membantu posisi lidah untuk menjaga saluran udara bagian atas
terbuka.
Terapi untuk otot mulut dan wajah dapat membantu memperbaiki posisi otot
dan menguatkan otot yang mengendalikan bibir, lidah, langit-langit lunak,
dinding faring lateral, dan wajah.
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara memiliki
pola makan sehat, berhenti merokok, dan membatasi asupan alkohol
Ketika kamu mengalami gangguan dalam tidur, sebaiknya segera memeriksakan diri
ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
MENGIGAU
144
Penyebab
Orang umumnya mengigau saat sedang stres, terutama saat sedang mengalami stres
berkepanjangan yang bisa membuatnya merasa cemas dan mengalami gangguan
tidur, seperti insomnia. Seseorang yang menderita depresi juga kerap kali mengigau
saat tidur.
2. Kurang tidur
Saat kita sedang sakit atau demam, respons imun tubuh kita akan meningkat,
terutama di malam hari. Menjadi sering terbangun ketika tidur adalah satu akibat dari
kondisi ini. Nah, hal ini juga bisa memicu seseorang menjadi mengigau.
Selain keempat hal di atas, orang dewasa dengan gangguan mental, orang yang
mengonsumsi alkohol berlebihan, dan faktor genetik juga dapat meningkatkan
kemungkinan seseorang untuk mengigau.
145
Jika kamu sangat sering mengigau, teman tidurmu atau pasanganmu mungkin akan
menjadi kurang nyaman. Tak hanya itu saja, kamu juga bisa malu karena ucapan saat
mengigau yang tidak kamu sadari. Oleh karena itu, untuk membantu mengatasinya,
kamu bisa mencoba beberapa cara berikut:
Jika setelah melakukan beberapa cara di atas tapi mengigau yang dialami tak kunjung
mereda atau malah semakin sering, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter agar
bisa diberikan penanangan yang sesuai dengan kondisimu.
PENCEGAHAN MENGIGAU
146
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/insomnia
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/parasomnia
https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/parasomnia/penatalaksanaan
https://www.alodokter.com/hipersomnia
https://www.alodokter.com/narkolepsi
https://www.halodoc.com/kesehatan/sleep-apnea
https://www.alodokter.com/sering-mengigau-saat-tidur-ini-kemungkinan-
penyebabnya
147
MAKALAH
148
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Azqal Azqiya
Nim : P003202222061
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah
Keperawatan Dasar Dengan judul “Gangguan istirahat tidur”. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Dasar yang
telah memberikan tugas ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan agar
menjadi lebih baik lagi dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
149
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
150
A. Latar Belakang
Tidur dan istirahat merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Hanya dengan istirahat dan tidur cukup, tubuh dapat melaksanakan
fungsinya secara optimal. Ada perbedaan pengertian antara tidur dan
istirahat, meskipun keduanya sama yaitu membuat tubuh rileks. Tidur adalah
suatu keadaan tak sadarkan diri namun dapat dibangunkan dengan
stimulus yang sesuai. Pendapat lain menjelaskan bahwa tidur adalah
perubahan proses fisiologis tubuh dan menurunnya tanggapan terhadap
rangsangan dari luar.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian gangguan istirahat tidur ?
2. Apa saja gangguan istirahat tidur ?
3. Apa saja penyebab gangguan istirahat tidur ?
4. Apa saja tanda dan gejala gangguan istirahat tidur ?
5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan istirahat tidur ?
6. Bagaimana cara mencegah gangguan istirahat tidur ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gangguan istirahat tidur.
2. Mengetahui apa saja gangguan istirahat tidur.
151
3. Mengetahui penyebab gangguan istirahat tidur.
4. Mengetahui tanda dan gejala gangguan istirahat tidur.
5. Mengetahui penatalaksanaan gangguan istirahat tidur.
6. Mengetahui cara mencegah gangguan istirahat tidur.
BAB II
PEMBAHASAN
152
3. Penyakit tertentu, seperti penyakit alzheimer
4. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
5. Kebiasaan tidur yang buruk
Gejala insomnia disebabkan oleh adanya gangguan
emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan
oleh banyak faktor, misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress
psikologis, obat, nutrisi, motivasi, merokok dan alkohol. Kurang
tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat
mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan
mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga
menjadi mudah terserang penyakit (Lanywati, 2001).
Menurut Widya (2016), terdapat 15 tanda-tanda umum
insomnia yaitu sebagai berikut:
1. Adanya gangguan tidur yang bervariasi dari ringan
sampai parah
2. Sulit jatuh dalam fase tidur
3. Sering terbangun di malam hari
4. Saat terbangun sulit untuk tidur kembali
5. Terbangun terlalu pagi
6. Terbangun terlalu cepat
7. Tidur yang tidak memulihkan
8. Pikiran seolah dipenuhi berbagai hal
9. Selalu kelelahan di siang hari
10. Penat
11. Mengantuk
12. Sulit berkonsentrasi
13. Lekas marah atau emosi
14. Merasa tak pernah mendapat tidur yang cukup
15. Sering sakit atau nyeri kepala
153
Pencegahan yang dilakukan oleh orang-orang dengan me
punyai insomnia agar tidak terjadi insomnia adalah membuat jadwal
tidur, membiasakan tidur tepat waktu, minum susu, mengurangi
kafein seperti kopi dan teh, yang membuat kita menjadi tenang.
Adapun penanganan insomnia yaitu dengan mengoptimalkan
pola tidur yang sehat. Fokus utama dari pengobatan insomnia harus
diarahkan pada identifikasi faktor penyebab. Setelah faktor
penyebab teridentifikasi maka penting untuk mengontrol dan
mengelola masalah yang mendasarinya. Identifikasi faktor
penyebab yaitu dengan mengoptimalkan penanganan gangguan
medis, psikiatri serta penanganan nyeri, menangani gangguan tidur
primer, dan penyalahgunaan obat-obatan, jika mungkin dilakukan,
mengurangi atau menghentikan obat-obatan yang diketahui
memiliki efek yang mempengaruhi fungsi tidur, insomnia kronis
dapat disembuhkan jika penyebab medis atau psikiatri di evaluasi
dan diobati dengan benar (Guyton & Hall, 2016)
B. Parasomnia
Parasomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang
ditandai dengan peristiwa motorik, verbal atau perilaku yang
tidak menyenangkan dan tidak menyenangkan yang terjadi
selama transisi tidur atau bangun ke tidur. Klasifikasi dari
parasomnia menurut U.S Department of Health and Human
Services antara lain:
1. Sleep Walking (berjalan saat tidur)
Sleep walking atau berjalan saat tidur adalah hal biasa pada
anak-anak. Ratarata usia anak dengan gangguan ini adalah
154
sekitar 5-7 tahun. Anak tidak mengingat kejadian yang
dialaminya saat tidur, biasanya disertai dengan night terror
2. Night terrors
Night terrors adalah keadaan dimana seseorang tiba-tiba
merasa takut. Hal ini ditandai dengan teriakan keras dan
disertai dengan peningkatan kerja system saraf otonom,
seperti berkeringat, peningkatan tekanan darah, dan
takikardia. Fobia tidur biasanya terjadi pada remaja. Dalam
beberapa penelitian, kecemasan dikaitkan dengan kondisi ini
3. Sleep talking
Bicara saat tidur adalah jenis parasomnia yang paling umum.
Anak usia 3-13 tahun paling sering mengalami gangguan ini.
155
memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk mencegah
penderita gangguan tidur berjalan membahayakan dirinya.
Selain itu, secara umum, dokter dapat memberikan obat-
obatan untuk membantu penderita agar tidur lebih nyenyak.
Sebagian besar parasomnia akan hilang dengan sendirinya seiring
bertambah usia.
Pencegahan hingga saat ini belum ada hal yang dapat
mencegah parasomnia.
C. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan salah satu gejala gangguan tidur yang
dapat diartikan sebagai kantuk berlebih. Hipersomnia sering
ditemui namun sering diabaikan. Hipersomnia merupakan kebalikan
dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari
atau keterlambatan waktu bangun. Hipersomnia primer merupakan
suatu keadaan dimana seorang individu memiliki rasa kantuk yang
berlebihan sepanjang hari dan berlangsung beberapa bulan lamanya.
Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai
mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab di siang
hari. Penderita hipersomnia mengalami durasi serangan sekitar 1-2
jam. Berbeda dengan narkolepsi, hipersomnia masih bisa dikontrol
atau ditahan, jarang terjadi di tempat asing, dan saat tidur di jam
malam akan berlangsung lebih lama dan dalam. Hipersomnia dapat
disebabkan oleh banyak faktor.
Hipersomnia dapat disebabkan oleh buruknya kualitas tidur
akibat gangguan tidur yang diderita, seperti insomnia, sindroma
tungkai gelisah, dan sleep apnea (berhenti bernapas saat tidur).
Dapat juga disebabkan oleh banyak penyakit (seperti sclerosis,
epilepsi, depresi), penggunaan obat tertentu, gangguan tidur, kadar
156
ureum kreatinin yang tinggi (gagal ginjal) dan kadar besi dalam
darah yang kurang, gangguan pada bagian otak (talamus), kelainan
langka (Sindrom Kleine-Levin Sleep), dan obesitas. Selain itu dapat
disebabkan karena stres dan depresi, kelelahan, kebiasaan
begadang, ketergantungan obat yang dapat menjadi penyebab
terganggunya pola tidur, hingga idiopatik atau belum diketahui
penyebabnya.
Penderita Hipersomnia memiliki beberapa gejala, namun gejala
ini tidak dapat dijadikan sebagai diagnosa karena dapat juga gejala
tersebut terjadi diakibatkan factor lain. Hipersomnia dapat berupa:
merasa lelah yang hebat sepanjang hari, selalu ingin tidur di siang
hari, tetap merasa mengantuk walaupun telah tidur malam dan tidur
siang yang cukup, kesulitan berpikir dan membuat keputusan,
pikiran tidak jernih, apati (kurang emosi, motivasi, atau
antusiasme), sulit konsentrasi dan mengingat, libido menurun.
Hipersomnia dapat ditandai dengan tidur malam yang panjang,
sangat sulit dibangunkan jika sudah tidur siang dan merasa kurang
segar saat bangun, sakit kepala, sering pingsan, serta hipotensi
ortostatik (penurunan tekanan darah yang abnormal saat berdiri ).
Gejalanya yang lebih mudah dikenali jika seseorang yang tertidur 8-
12 jam dan orang tersebut memiliki kesulitan untuk terbangun di
pagi hari. Jika setelah makan siang kita merasa mengantuk, itu
adalah hal yang wajar. Karena pada saat itu, jam biologis kita
sedang menurunkan kewaspadaannya. Namun, bila setelah makan
siang merasa mengantuk hinggal sulit berpikir dan berkonsentrasi,
itu juga dapat menjadi tanda seseorang mengidap hipersomnia.
157
Hipersomnia dapat diatasi bila penderita mulai menerapkan
manajemen diri sedini mungkin. Untuk mengatasi hipersomnia ada
banyak cara yang bisa dilakukan, diantaranya:
1. Kembalikan pola tidur
Memaksakan pola tidur kembali ke pola yang benar merupakan
solusi yang paling utama. Tidur yang baik adalah 6-7 jam dan
beranjak tidur tidak lebih dari jam 10 malam. Bangunlah
sebelum Fajar terbit atau sekitar jam 4-5 pagi.
2. Olahraga yang teratur
Apabila tubuh terbiasa dengan olahraga, maka akan memiliki
metabolisme yang seimbang, sehingga sistem Hormonal dalam
tubuh akan normal dan otak akan bekerja dengan optimal.
3. Konsumsi asupan gizi yang baik
Asupan gizi yang baik akan membuat susunan kimia dalam otak
akan seimbang, sehingga rasa kantuk hanya akan muncul pada
waktu yang semestinya saja.
4. Konsultasi dengan dokter
Apabila ketiga solusi di atas sudah dijalankan namun rasa kantuk
yang berlebih masih terasa, segera kunjungi dokter agar keluhan
gangguan tidur dapat diobati dengan baik. (Saputa, 2013).
D. Narkolepsi
Narkolepsi dalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai
serangan tidur, dimana penderitanya amat sulit mempertahankan
keadaan sadar. Hampir sepanjang waktu ia mengantuk. Rasa kantuk
biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu
singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam
hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.
158
Penderita bisa mengalami kelumpuhan sementara tanpa disertai
penurunan kesadaran (keadaan seperti ini disebut katapleksi)
sebagai respon terhadap suatu reaksi emosional mendadak, seperti
kemarahan, ketakutan, kegembiraan, tertawa atau kejutan. Berjalan
menjadi tumpang, menatuhkan barang yang sedang dipegang atau
akan terjatuh ke tanah.
Penderita juga bisa mengalami episode kelumpuhan tidur,
dimana ketika baru saja tertidur atau segera sesudah terbangun,
penderita merasakan tidak dapat bergerak. Dan juga dapat
mengalami halusinasi (melihat atau mendengar benda yang
sesungguhnya tidak ada).
penyebab dari narkolepsi sampai saat ini belum dapat
diketahui. Namun meskipun penyebabnya belum dapat diketahui
secara pasti, bukti menunjukkan bahwa narkolepsi bisa berasal dari
genetik. Karena kelainan ini cenderung ditemui dalam satu
keluarga.
Gejala pada gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja
atau dewasa muda dan menetap seumur hidup. Rasa ingin tidur bisa
terjadi beberapa kali dalam seari. Tetapi sekali tidur, penderita
biasanya dapat dengan mudah dibangunkan. Serangan bisa terjadi
beberapa kali dalam sehari, juga sering terjadi pada keadaan
monoton. Seperti saat rapat yang membosankan atau mengemudi
mobil dalam jarak jauh.
Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala
narkolepsi. Anda bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah
ini:
1. Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang
sama setiap hari, termasuk akhir pekan.
159
2. Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara
teratur sepanjang hari. Tidur siang 20 menit pada waktu
strategis sepanjang hari mungkin akan menyegarkan dan
mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.
3. Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan
ini, terutama pada malam hari, dapat memperburuk tanda-
tanda dan gejala Anda.
4. Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur
setidaknya empat sampai lima jam sebelum tidur dapat
membantu Anda merasa lebih terjaga di siang hari dan
tidur lebih baik di malam hari. (Nugroho, 2012).
E. Apnea
Gangguan napas saat tidur (Obstruktive Sleep Apnea, OSA)
adalah sekelompok gangguan yang ditandai dengan kesulitan
bernapas saat tidur. diakibatkan karena penyempitan sebagian
ataupun seluruhnya dari tenggorokan yang dapat menyebabkan
henti napas 10 sampai 20 detik atau beberapa kali dalam satu
malam (Lam et al., 2010) . Gangguan napas saat tidur
berhubungan dengan
penurunan kualitas hidup dan dapat memicu timbulnya sejumlah
penyakit berbahaya seperti meningkatkan risiko dua kali terkena
160
hipertensi, jantung koroner, stroke pada usia muda, disfungsi
seksual, bahkan kematian mendadak.
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah
beberapa jenis sleep apnea menurut penyebabnya:
1. Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang
tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran
pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas,
misalnya karena lidah tertelan.
2. Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat
mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol
pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa
bernapas selama beberapa waktu.
3. Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive
sleep apnea dan central sleep apnea.
161
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea
juga bisa merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:
F. Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang
mengalami kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau
mengucapkan sesuatu yang tidak jelas.
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu
stres, depresi, kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman
162
beralkohol, dan bahkan demam di siang hari. Selain itu, mengigau
dapat terjadi karena adanya faktor-faktor psikologis lainnya.
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang
mengigau, antara lain:
1. Sedang menggunakan obat tertentu
2. Tekanan emosional
3. Demam
4. Gangguan kesehatan mental
5. Penyalahgunaan zat terlarang
Ngigo atau mengigau adalah salah satu kebiasaan tidur
yang dianggap wajar oleh kebanyakan orang. Meskipun
demikian, kebiasaan yang satu ini bisa dikatakan cukup
mengganggu dan bisa menjadi hal yang memalukan bagi
‘penderitanya’. Ini cara mengatasi mengigau atau ngigo yang
mudah dan ampuh:
1. Pastikan istirahat selalu cukup
2. Usahan tidur yang cukup
3. Hindari konsumsi kafein dan alcohol
4. Berolahraga
5. Hindari stress
6. Konsumsi makanan bergizi
7. Ciptakan pola tidur yang nyaman. (Purwanto, 2008).
163
DAFTAR PUSTAKA
Widya (2016). Penyebab dan tanda gejala Insomnia. Buku Saku Keperawatan.
164
MAKALAH
KEPERAWATAN DASAR
DISUSUN OLEH:
TINGKAT I B
165
INSOMANIA
Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang (kronis).
Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami untuk
memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui siklus yang
bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata cepat.
Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam. Satu
siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali empat tahap
tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu, dilanjutkan dengan
tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.
Penyebab Insomnia
Biasanya, jenis insomnia yang dialami seseorang banyak berkaitan dengan penyebab
insomnia yang mendasarinya. Ada dua jenis insomnia, yakni insomnia akut dan
kronis. Nah, beberapa kemungkinan penyebab insomnia akut, antara lain:
- Mengalami stress.
- Mengingat peristiwa yang traumatis.
- Terjadinya perubahan kebiasaan tidur, seperti tinggal di rumah baru.
- Mengalami jet lag atau mabuk setelah naik pesawat.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat dari:
166
- Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan penggunaan
zat.
- Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya.
- Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, kanker, penyakit refluks
gastroesofagus (GERD), atau penyakit kardiovaskular.
Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer tidak
diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat terjadi,
seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat tertentu, serta
mengidap diabetes.
Gejala Insomnia
Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga
menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap
orang.
Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan. Gejala-
gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di antaranya:
167
Patofisiologi pasti gangguan tidur masih belum diketahui, namun diperkirakan
melibatkan faktor neurobiologis dan psikologis, yang mencakup faktor perilaku,
kognitif, emosional, dan genetik.
Model Neurokognitif
Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi gangguan tidur
adalah model neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor predisposisi,
presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor yang mendasari
berkembangnya insomnia dan menjadikannya gangguan kronik.
Penatalaksanaan insomnia
Terapi Nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologi untuk gangguan tidur dapat berupa sleep hygiene, cognitive
behavioral therapy, dan stimulus control therapy.
Pencegahan insomnia
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah insomnia, antara lain:
- Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari, termasuk
saat akhir pecan
- Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi makanan
sehat, termasuk sayuran dan buah-buahan
- Berolahraga secara rutin, tetapi tidak dekat waktu tidur
- Membatasi waktu tidur siang
168
- Menjaga kenyamanan dan suhu kamar tidur, serta usahakan hanya masuk ke
kamar bila ingin tidur
- Membuat tubuh terasa rileks sebelum tidur, misalnya dengan mandi air hangat
atau membaca buku
- Memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter, terutama jika memiliki
penyakit kronis yang memerlukan kontrol rutin
PARASOMNIA
Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya episode abnormal saat
tidur. Beberapa episode abnormal yang dimaksud antara lain berjalan saat tidur,
mimpi buruk, atau paralisis (yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan).
• Nightmare
• Night terror
Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis (mengompol), halusinasi
tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih banyak dialami oleh anak-anak
dibandingkan dengan orang dewasa.
Gejala
Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan gejala lain,
seperti:
169
- sulit tidur sepanjang malam
- mengantuk atau kelalahan di siang hari.
Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui dengan jelas. Meski
demikian, faktor genetik diduga berperan karena banyak kasus parasomnia terjadi
menurun dalam riwayat kesehatan keluarga.
Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan mengalami parasomnia
adalah:
• Pengguna narkoba
Patofisiologi parasomnia
Fisiologi Tidur
170
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non–rapid eye
movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi fase 1, fase 2, dan fase 3, yang kemudian masuk ke fase REM.
Penatalaksanaan parasomnia
Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik. Tata laksana
umum meliputi edukasi dan profilaksis. Secara spesifik, tata laksana parasomnia
meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan farmakoterapi.
HIPERSOMNIA
Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari.
Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang hari. Gangguan
tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup pengidapnya.
Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan kecelakaan.
Gejala Hipersomnia
171
- Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat
mengantuk di siang hari, dan mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang
hari.
- Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif
setelah tidur siang.
- Tidur siang yang tidak menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak
menyegarkan dan tidak membuat energi kembali pulih.
- Kerap merasa cemas dan lekas marah.
- Energi berkurang.
- Merasa gelisah.
- Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
- Mengalami masalah memori.
- Sakit kepala.
- Kehilangan selera makan.
- Mengalami halusinasi.
Penyebab hipersomnia
a. Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat
kondisi berikut:
1. Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang
dipicu oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat
kimia otak, dan cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga
disebut orexin).
Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan
172
menyegarkan, dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan
hipersomnolen. Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25
tahun.
2. Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki
gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal.
Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa remaja.
3. Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya
terjadi dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap
episode dapat berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa
episode berlangsung beberapa minggu hingga bulan dan berulang
beberapa kali dalam setahun.
Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan
episode mulai berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
4. Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik
berarti pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak
diketahui, bahkan setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9
hingga 10 jam).
b. Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
1. Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk
epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson,
obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem
173
ganda, distrofi miotonik, dan kelainan genetik lainnya.
Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi
musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat juga
bisa memicu terjadinya hipersomnia.
Patofisiologi
Hipersomnia dapat terjadi akibat kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,
gangguan pada hati dan ginjal atau ganggguan metabolism (misalnya hipertiroidisme )
Pencegahan Hipersomnia
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia adalah
penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan beberapa cara
berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:
- Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi baik,
suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
- Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
174
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
- Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan sering
dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme di tubuh.
- Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
-
Penatalaksanaan
- Kurangi stress
- Istirahat yang cukup
- Benzodiazepine
NARKOLEPSI
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk di siang hari
dan serangan tidur yang tiba-tiba. Orang dengan narkolepsi merasa sulit untuk tetap
terjaga dalam jangka waktu yang lama, terlepas dari keadaannya. Alhasil, kondisi ini dapat
menyebabkan gangguan serius dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
Terkadang, kondisi ini dapat disertai dengan hilangnya tonus otot secara tiba-tiba
(cataplexy), yang dapat dipicu oleh emosi yang kuat. Narkolepsi yang terjadi dengan
cataplexy disebut narkolepsi tipe 1. Narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi dikenal
sebagai narkolepsi tipe 2.
Gejala Narkolepsi
Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan kemudian
berlanjut seumur hidup. Hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari yang
berlebihan. Pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan di mana saja.
Pengidap dapat mengalami penurunan kewaspadaan dan fokus sepanjang hari.
Rasa kantuk di siang hari yang berlebihan biasanya merupakan gejala pertama yang
muncul dan sering kali merupakan hal yang paling menyulitkan, sehingga sulit
untuk berkonsentrasi dan berfungsi penuh.
Gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan tonus otot. Kondisi katapleksi dapat
175
menyebabkan sejumlah perubahan fisik dari bicara yang tidak jelas hingga
kelemahan lengkap sebagian besar otot yang dapat berlangsung hingga beberapa
menit.
Katapleksi tidak dapat dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya yang
positif, seperti tawa atau kegembiraan, tetapi terkadang takut, terkejut, atau
marah. Beberapa orang dengan narkolepsi hanya mengalami satu atau dua episode
katapleksi setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari.
Walau begitu, Tidak semua orang dengan narkolepsi mengalami katapleksi.
Kelumpuhan tidur, yaitu sering mengalami ketidakmampuan sementara itu untuk
bergerak atau berbicara ketika tertidur atau saat bangun tidur. Episode ini biasanya
singkat, berlangsung beberapa detik atau menit, tetapi bisa menjadi menakutkan.
Kelumpuhan tidur ini meniru jenis kelumpuhan sementara yang biasanya terjadi
selama periode tidur yang disebut rapid eye movement (REM) selama tidur.
Ketidakmampuan sementara ini selama tidur REM dapat mencegah tubuh dari
melakukan aktivitas mimpi.
Namun, tidak semua orang dengan kelumpuhan tidur memiliki narkolepsi.
Umumnya, pengidap narkolepsi mengalami beberapa episode kelumpuhan tidur.
Gejala lainnya yang cukup sering adalah perubahan dalam gerakan mata cepat
(REM) tidur. Tidur REM biasanya ketika kebanyakan mimpi terjadi. Pada orang
dengan narkolepsi tidur REM dapat terjadi kapan saja pada siang hari. Pengidap
narkolepsi membutuhkan hanya 15 menit untuk mengalami transisi cepat ke tidur
REM. Selain itu, saat bangun tidur, pengidap juga dapat mengalami halusinasi
hipnagogik.
Gejala Narkolepsi
Penyebab Narkolepsi
Sejauh ini, penyebab pastinya belum diketahui. Orang dengan tipe 1 narkolepsi
memiliki hypocretin yang rendah, yaitu neurokimia di otak yang membantu
mengatur bangun dan tidur REM. Tingkat hypocretin rendah pada mereka yang
mengalami katapleksi.
176
Penyebab hilangnya sel-sel penghasil hypocretin di otak tidak diketahui. Namun,
dugaan sementara, terjadi karena reaksi autoimun. Genetik dapat berperan dalam
perkembangan kondisi ini. Namun, risiko orangtua yang mewariskan gangguan ini
pada seorang anak rendah, yaitu sekitar 1 persen. Di Eropa, penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang mungkin antara paparan virus flu babi (H1N1)
dengan bentuk tertentu dari vaksin H1N1 yang saat ini dikelola.
Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM). Selama fase ini, gelombang otak melambat, dan setelah satu
jam tidur, aktivitas otak akan berubah, dan tidur REM dimulai. Kebanyakan mimpi
terjadi saat tidur REM. Namun, pada narkolepsi, pengidap tiba-tiba masuk ke dalam
tidur REM tanpa mengalami tidur NREM, baik pada malam hari atau siang hari.
Patofisiologi
Patofisiologi narkolepsi pada manusia telah ditemukan setelah para peneliti menemukan
gen-gen narkolepsi pada hewan. Para peneliti sekarang percaya bahwa dalam hampir 90
dari orang yang menderita narkolepsi disebabkan oleh kekurangan hypocretin/orexin.
Pencegahan Narkolepsi
Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi telah ditetapkan
(usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum ditentukan, sehingga tidak
mungkin untuk mencegahnya, terutama pada orang yang memiliki kecenderungan
genetik. Namun, ada juga narkolepsi sekunder yang disebabkan oleh trauma fisik, yang
membuatnya lebih mudah untuk dihindari.
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari aktivitas ekstrem, guna
mengurangi risiko cedera kepala berat.
Penatalaksanaan
penatalaksanaan narkolepsi adalah untuk mencapai kewaspadaan yang cukup selama jam
bangun dan untuk memaksimalkan kewaspadaan selama tugas-tugas penting hari itu,
seperti selama bekerja, sekolah atau saat mengemudi. Penatalaksanaan narkolepsi
menggunakan kombinasi konseling, terapi psikososial, dan farmakoterapi.
177
Penatalaksanaan narkolepsi hanya bersifat simtomatik karena belum ada terapi kuratif
untuk narkolepsi.
Terapi Farmakologis
Obat-obat yang bisa digunakan sebagai antinarkolepsi lini pertama umunya belum
tersedia di Indonesia. Obat lini pertama antara lain modafinil, armodafinil, pitolisant,
natrium oksibat, dan solriamfetol. Sedangkan obat-obat yang bisa digunakan sebagai lini
kedua adalah metilfenidat dan amfetamin.
APNEA
Gangguan tidur apnea adalah gangguan yang menyebabkan pernapasan berhenti
sementara saat kondisi tidur. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi berulang kali.
Akibatnya, oksigen ke otak menjadi berkurang. Jika hal ini tidak segera ditangani, nantinya
dapat menimbulkan komplikasi serius.
Gejala
Seseorang dengan sleep apnea tidak akan menyadari bahwa dirinya memiliki gangguan
tersebut karena gejala utama ditandai dengan mengorok yang dilanjutkan dengan henti
nafas saat sedang tidur. Meski demikian, terdapat gejala lain yang dapat diamati, yaitu:
- Hampir selalu merasa kelelahan saat bangun tidur
- Seringkali merasa kantuk di siang hari
- Mulut selalu kering saat baru bangun tidur
- Sakit tenggorokan saat bangun tidur
- Mengalami gangguan depresi atau kecemasan akibat rasa Lelah yang
berkepanjangan
- Keringat malam
- Susah tidur atau mengalami insomnia
- Kesulitan berkonsentrasi
- Bangun beberapa kali saat tidur malam sekalipun tidak ingin buang air kecil
- Mengalami sakit kepala
178
- Penurunan libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki
Penyebab
Penyebab apnea tidur setiap orang berbeda-beda. Salah satunya adalah kelahiran
prematur. Selain itu, penyebab apnea tidur antara lain:
1. Apnea Tidur Obstruktif
Jika otot-otot di bagian belakang tenggorokan mengendur, apnea tidur obstruktif
dapat terjadi. Saat otot mengendur, saluran pernapasan akan menyempit dan
menutup saat menarik napas. Hal ini akan menghalangi udara yang masuk dan
menurunkan kadar oksigen dalam otak. Kondisi tersebut membuat otak tidak
mampu bekerja secara optimal. Akibatnya, Anda akan terbangun beberapa kali
untuk membuka kembali saluran pernapasan yang terhambat. Jika terjadi berulang
kali, hal itu akan mengganggu Anda untuk bisa tidur nyenyak.
Patofisiologi
Patofisiologi obstructive sleep apnea (OSA) melibatkan dua faktor yakni anatomi dan
neuromuskular. OSA disebabkan oleh obstruksi saluran napas atas yang mengakibatkan
timbulnya kondisi apnea atau hipopnea. Obstruksi sering terjadi pada faring, terutama
area velofaring.
Pencegahan
179
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara memiliki pola
makan sehat, berhenti merokok, dan membatasi asupan alkohol.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua yakni terapi
nonbedah dan bedah. Penatalaksanaan OSA disesuaikan berdasarkan Indeks Apnea-
Hipopnea (AHI) pasien. CPAP adalah sebuah alat penyokong pneumatik yang dapat
mempertahankan patensi dengan meningkatkan tekanan saluran napas atas.
MENGINGAU
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara selama tidur. Ucapan
yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog, gumaman, hingga
mengoceh.
Gejala
gejala utama mengigau ekspresi yang bisa didengar terjadi selama tidur tanpa orang itu
menyadarinya. Itu bisa berupa omong kosong atau menyerupai ucapan normal.
Penyebab
penyebab orang mengigau yang paling sering adalah stres, depresi, kurang tidur,
mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol, dan bahkan demam pada siang hari.
Selain itu, mengigau bisa terjadi karena adanya faktor-faktor fisik dan psikologis lainnya.
Pencegahan
mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres, khususnya saat sedang mengalami stres
secara berkepanjangan yang dapat menimbulkan rasa cemas dan mengalami gangguan
tidur (insomnia). Seseorang yang mengidap depresi juga kerap kali mengigau ketika tidur.
Penatalaksanaan
penatalaksanaan
1. Hindari stres
180
Menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur bisa dilakukan dengan menghindari stres.
Meskipun ada beragam masalah yang Anda hadapi setiap hari, cobalah untuk mengelola
stres.
Menghindari dan mengelola stres dapat dilakukan secara mudah dengan cara di bawah
ini.
- tetap berpikir positif
- menerima hal yang terjadi di luar kontrol
- meditasi atau yoga
- berolahraga
- makan dengan gizi seimbang
- melakukan hobi
- hindari alkohol dan narkoba
- curhat
4. Berkonsultasi ke dokter
Cara menghilangkan mengigau saat tidur adalah dengan berkonsultasi segera ke dokter.
Terutama jika Anda sering mengigau secara intens, misalnya menjerit saat tidur,
melakukan tindakan yang membahayakan, dan memiliki riwayat mengigau dari kecil.
DAFTAR PUSAKA
181
https://www.halodoc.com/kesehatan/insomnia
https://www.halodoc.com/artikel/sama-sama-gangguan-tidur-ini-beda-insomnia-dan-
parasomnia
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/parasomnia
https://hellosehat.com/pola-tidur/gangguan-tidur/pengertian-parasomnia/
https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia
https://www.alodokter.com/hipersomnia
https://www.halodoc.com/kesehatan/narkolepsi
https://www.alodokter.com/narkolepsi
https://ciputrahospital.com/gangguan-tidur-apnea/#:~:text=Gangguan%20tidur
%20apnea%20adalah%20gangguan,oksigen%20ke%20otak%20menjadi%20berkurang.
https://www.halodoc.com/kesehatan/sleep-apnea
https://www.alodokter.com/sleep-apnea
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mengigau
DI
182
U
OLEH :
RENDU ALMUTAJA
P00320222054
TAHUN 2023
183
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Insomnia.............................................................................................3
1. Pengertian Insomnia......................................................................... 3
2. Penyebab Masalah Insomnia..............................................................4
3. Tanda Gejala......................................................................................4
4. Upaya untuk mengatasi masalah........................................................4
B. Hipersomnia.......................................................................................5
1. Pengertian Hipersomnia.....................................................................5
2. Tanda Gejala......................................................................................7
3. Upaya untuk mengatasi masalah........................................................8
4. Pengobatan.........................................................................................8
C. Narcolepsy..........................................................................................9
1. Pengertian Narcolepsy........................................................................9
2. Penyebab Narkolepsi..........................................................................9
3. Gejala Narcolepsy..............................................................................9
184
4. Upaya Mencegah Narkolepsi............................................................10
5. Pengobatan narkolepsi.......................................................................11
D. Apnea tidur........................................................................................12
1. Pengertian Apnea Tidur...................................................................12
2. Penyebab Apnea..............................................................................12
3. Tanda gejala apnea..........................................................................13
4. Upaya mengatasi masalah apnea.....................................................13
5. Pengobatan sleep apnea...................................................................14
E. Mengigau.........................................................................................16
1. Pengertian mengigau.......................................................................16
2. penyebab mengigau.........................................................................16
3. Upaya Mengatasi Mengigau............................................................18
F. Parasomnia.......................................................................................19
1. Pengertian Parasomnia.....................................................................19
2. penyebab parasomnia .................................................................... 20
3. Pengobatan Parasomnia....................................................................20
4. Pemberian obat.................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................24
185
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hantarkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas etika keperawatan
tentang “GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR”.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan gangguan istirahat tidur. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian gangguan istirahat tidur ini. Oleh
karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat tugas etika keperawatan ini.
Saya berharap tugas etika keperawatan saya susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
186
Langsa, 26 Februari 2023
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan tidur dianggap paling merusak efek non-auditori karena implikasinya
terhadap kualitas hidup dan performa sehari-hari. Kualitas tidur yang baik merupakan
hal yang fundamental bagi fisiologi tubuh dan kesehatan mental. Terdapat
peningkatan bukti secara kuantitatif dan kualitatif bahwa gangguan tidur memainkan
peran dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Sejumlah faktor risiko
kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan tidur, yakni klasifikasi arteri
koroner, atherogenik profil lipid, aterosklerosis, obesitas, diabetes tipe 2, dan
hipertensi. Peningkatan mortalitas dari semua kasus telah diobservasi. Efek
kebisingan saat tidur juga dapat mengarah ke stimulasi sistem saraf yang
mensekresikan adrenalin, noreadrenalin, dan kortisol.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka berikut ini akan
dijabarkan beberapa rumusan masalah.
187
Apa saja gangguan tidur?
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya tujuan penulisan ini bermaksud untuk memperlengkap tujuan
penulisan makalah ini. Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini
akan dipaparkan sebagai berikut.
188
BAB II
PEMBAHASAN
A. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Gangguan tidur/Insomnia didefinisikan sebagai suatu kehilangan tidur secara
temporer atau kronis (Goldenson). Insomnia adalah suatu kondisi ketidakpuasan
seseorang dalam hal kuantitas atau kualitas tidurnya dan berlangsung selama
beberapa waktu (WHO, 2002). Kurangnya waktu tidur dari kriteria normal, sebaiknya
tidak digunakan dalam mendiagnosis insomnia karena beberapa individu mempunyai
jam tidur yang sedikit tetapi tidak mempunyai keluhan insomnia dan sering disebut
short sleeper. Sebaliknya ada orang yang merasa kurang tidur padahal jumlah jam
tidurnya masih dalam batas normal sehingga memerlukan tidur lebih lama. Orang
yang membutuhkan waktu tidur lebih dari 8 jam disebut long sleeper (Kaplan et.al,
2005).
Kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang Kurangnya kualitas tidur yang
disebabkan oleh satu dari; sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian
189
kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak.
Insomnia tidak disebabkan oleh sedikitnya seseorang tidur, karena setiap orang
memiliki jumlah jam tidur sendiri-sendiri. Tapi yang menjadi penekanan adalah
akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya tidur pada malam hari seperti kelelahan,
kurang gairah, dan kesulitan berkonsentrasi ketika beraktivitas.
3. Tanda Gejala
Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk, sehingga
menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda bagi setiap
orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan.
Gejala-gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di antaranya:
190
Upaya untuk mengatasi masalah
Dalam mengatasi insomnia, terdapat beberapa kebiasaan yang dapat di ubah sebelum
menggunakan obat insomnia, diantara-Nya adalah:
B. Hipersomnia
1.Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari. Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang hari.
Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup
pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan
kecelakaan.
a. Penyebab Masalah
Berdasarkan berbagai kondisi yang mendasarinya, hipersomnia terbagi menjadi dua
jenis, yaitu hipersomnia primer dan hipersomnia sekunder.
1) Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat kondisi
berikut:
Narkolepsi tipe 1
191
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak, dan
cairan serebrospinal (neurotransmiter) hipokretin (juga disebut orexin). Tidur siang
pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan, dibandingkan
tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe 1 biasanya
dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.
Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki gejala
yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya
dimulai pada masa remaja.
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung beberapa
minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi ini terutama
lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai berkurang antara
delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).
2) Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa penyebab
atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
192
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan hipersomnia termasuk epilepsi,
hipotiroidisme, ensefalitis, multipel sklerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea
tidur obstruktif, sindrom fase tidur tertunda, atrofi sistem ganda, distrofi miotonik,
dan kelainan genetik lainnya. Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan
bipolar, depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, serta penyakit sistem saraf pusat
juga bisa memicu terjadinya hipersomnia.
2. Tanda Gejala
193
Kerap merasa cemas dan lekas marah.
Energi berkurang.
Merasa gelisah.
Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
Mengalami masalah memori.
Sakit kepala.
Kehilangan selera makan.
Mengalami halusinasi.
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan
sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme
di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Pengobatan
194
Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate, atau
dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu
pengidap merasa lebih terjaga.
Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter mungkin
akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari aktivitas
tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk mengonsumsi kafein dan minuman
beralkohol. Dokter juga mungkin merekomendasikan pola makan sehat kepada
pengidap.
C. Narcolepsy
1.Pengertian Narcolepsy
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih di
siang hari. Kondisi ini bisa membuat penderitanya tertidur secara tiba-tiba tanpa
mengenal waktu dan tempat. Akibatnya, penderita narkolepsi bisa terjatuh atau
mengalami kecelakaan.
2. Penyebab Narkolepsi
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebagian besar
penderita narkolepsi umumnya memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin, atau
dikenal juga dengan oreksin, adalah zat dalam otak yang mengendalikan waktu tidur.
Penyebab rendahnya hipokretin ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun.
Selain penyakit autoimun, narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit
yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:
Tumor otak
Cedera kepala
Radang otak (ensefalitis)
195
Multiple sclerosis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi atau
memicu timbulnya penyakit autoimun sehingga menyebabkan narkolepsi, yaitu:
3. Gejala Narcolepsy
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang umum
terjadi:
b. Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan
kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur dapat
berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
c. Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan lemah tungkai,
penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan bicara cadel. Kondisi ini dapat
196
terjadi selama beberapa detik hingga menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu,
seperti terkejut, marah, atau tertawa.
e. Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata,
terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti:
Gangguan ingatan
Sakit kepala
Depresi
Binge eating disorder
Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
4. Upaya Mencegah Narkolepsi
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat membantu
mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain itu, timbulnya gejala
narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan mengubah pola tidur.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk
pada siang hari, sekaligus meningkatkan kualitas tidur pada malam hari:
Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi jangan
terlalu dekat dengan waktu tidur.
Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat mengantuk.
Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
197
Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak sebelum
tidur.
Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur, seperti
membaca atau mandi air hangat.
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. Pengobatan narkolepsi
Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat-obatan.
Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia,
riwayat penyakit, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan efek samping
yang mungkin ditimbulkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:
198
D. Apnea tidur
1. Pengertian Apnea Tidur
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini
dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur
lama. Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti
bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik
sebanyak ratusan kali selama tidur.
2. Penyebab Apnea
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep
apnea menurut penyebabnya:
199
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep apnea.
Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan penderita.
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur adalah:
Mengorok dengan keras
Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang
tidur
Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari
Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan
keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:
Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya. Salah
satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan mengonsumsi
minuman beralkohol. Apabila sulit berhenti merokok atau menderita kecanduan
alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.
Jika menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan dokter
gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena sleep apnea
lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan kondisi dan
menetapkan target penurunan berat badan yang aman.
200
5. Pengobatan sleep apnea
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya
dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan
medis, antara lain dengan:
a. Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala
yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
alat-alat berikut:
CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan melalui masker
yang menutupi hidung dan mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi
CPAP adalah untuk mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala
yang muncul, seperti mengorok.
BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien menarik napas dan
menurunkan tekanan udara saat pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien
akan lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar
jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.
MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah penyempitan pada
saluran pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak
dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.
b. Operasi
201
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil
memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat
dipertimbangkan adalah operasi.
Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan
kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur.
Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru pada kondisi
apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat sayatan di leher pasien,
kemudian memasukkan tabung metal atau plastik ke dalamnya.
202
E. Mengigau
1. Pengertian mengigau
2. penyebab mengigau
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengigau saat tidur.
Dilansir dari hellosehat.com, para ahli mengungkapkan bahwa mengigau dapat
dihubungkan dengan berbagai penyakit sistem saraf seperti Parkinson, yaitu penyakit
saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan
keseimbangan. Sebuah studi dari Frontiers in Neurology juga menyebutkan, bahwa
sering mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya demensia.
Meski demikian, ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, di antaranya yaitu:
Umumnya, mengigau terjadi ketika kita sedang merasa stres, khususnya saat sedang
mengalami stres secara berkepanjangan yang dapat menimbulkan rasa cemas dan
mengalami gangguan tidur (insomnia). Seseorang yang mengidap depresi juga kerap
kali mengigau ketika tidur.
203
Rapid Eye Movement (REM) Sleep Behavior Disorder (RBD) adalah gangguan tidur
dengan angka trauma yang tinggi. Ini adalah bentuk gangguan tidur yang sering
dialami oleh banyak orang. Penderita RBD dapat menimbulkan gejala seperti
menggeram, memekik, berteriak, hingga bergerak dalam mimpinya (sering kali
secara kasar dan agresif).
Kondisi ini kadang ditemui pada anak-anak. Adapun tanda-tanda orang memiliki
gangguan ini, yaitu:
e. Genetik
Selain faktor-faktor di atas, beberapa studi juga mengungkapkan bahwa kebiasaan
mengigau saat tidur juga bisa sesuatu yang diturunkan dari keluarga. Sebuah studi
204
yang dilakukan pada orang kembar menunjukkan bahwa jika satu anak memiliki
kebiasaan mengigau, biasanya saudara kembarnya juga mengalami hal yang sama.
Bahkan, keduanya sama-sama mengalami berjalan dan menggertakkan gigi saat tidur.
a. Menghindari stres
Memiliki masalah dan beban pikiran yang berat sudah pasti membuat stres. Namun
jika stres tersebut tidak dapat kita kendalikan, bisa-bisa menyebabkan masalah tidur
sehingga siklus tidur terganggu. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko mengigau.
Maka dari itu, cobalah untuk kelola stres dengan melakukan hal-hal positif, seperti:
Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi mengigau yaitu dengan
memperbaiki jam tidur. Selain memastikan untuk tidur cukup selama 8 jam, kamu
juga harus membuat kebiasaan untuk tidur dan bangun di jam yang sama secara
teratur.
c. Dengarkan white noise
205
White noise adalah suara dalam frekuensi tertentu yang bisa membuat pendengarnya
menjadi lebih relax. Sumber white noise bisa berasal dari kipas angin, AC,
atau purifier ruangan. Kamu juga bisa mendengarkan white noise melalui aplikasi
musik atau video.
Jika kamu sering mengigau secara intens, ada baiknya segera periksakan ke dokter.
Apalagi sampai menjerit saat tidur, melakukan tindakan berbahaya, dan memiliki
riwayat mengigau yang sering sejak kecil.
Belum ada tes spesifik yang dapat mendiagnosis kebiasaan mengigau, namun jika hal
ini dialami secara berkala dan intens, bisa jadi ada penyebab gangguan tidur lainnya.
Analisis dokter akan sangat terbantu bila membuat jurnal tidur yang berisi tentang
masalah tidur yang dialami. Mulai dari rekam jejak tidur, jadwal tidur dan bangun,
obat-obatan yang dikonsumsi, konsumsi kafein, hingga aktivitas yang dilakukan.
F. Parasomnia
1. Pengertian Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat sulit
tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat.
Jika pasien menderita parasomnia, dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku agresif
saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar mungkin mengira sedang
206
terjaga. pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah lakukan atau katakan
ketika terbangun nanti.
2. penyebab parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid eye
movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan berulang setiap
90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3. Pengobatan Parasomnia
Keterangan dari orang yang tidur bersama pasien juga diperlukan karena pasien
mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama tidur.
207
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep
study atau polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak
jantung saat pasien tidur.
4. Pemberian obat
Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat yang
mungkin diberikan oleh dokter adalah:
Topiramate
Antidepresan
Aginis dopamin
Melatonin
Clonazepam
a.Terapi
Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu, dokter juga
biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT),
seperti psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.
208
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari. Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan. Dokter
mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur.
209
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih di
siang hari. Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya.
Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk menjaga agar pasien tetap
terjaga dan mengurangi kemunculan gejala sekaligus mengendalikannya.
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Pengobatan
apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep apnea yang
dialaminya.
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat sulit
tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat. Untuk
menangani parasomnia, dokter akan melakukan pemerikaan fisik serta mempelajari
riwayat kesehatan pasien, seperti pola tidur, obat-obatan yang dikonsumsi, gaya
hidup, kondisi kejiwaan, serta riwayat parasomnia dalam keluarga.
210
DAFTAR PUSTAKA
Agustin. S., 2022. Parasomnia, Gangguan perilaku Saat Tidur, dikutip dari
https://www.alodokter.com/parasomnia-gangguan-perilaku-saat-tidur,
dipetik tanggal 26 Februari 2023.
211
Fadli, R. 2022. Hipersomnia. https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia,
dipetik tanggal 26 Februari 2023.
212
GANGGUAN POLA TIDUR
DI
OLEH:
213
POLTEKKES KEMENKES ACEH TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukuratas kehadirat ALLAH SWT yang Maha Kuasa atas segala
limpahan dan rahmat, inayah,Taufik dan Hidayahnya sehingga sya dapat
menyelesaikan penyusunan makalahini dalam bentuk maupun isi nya
yang sangat sederhana.
214
Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang
menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem
aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu,
menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur.
Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa
tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari
suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio
midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur.
Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil
pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat
bagian-bagian otak lainnya.
Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur
dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami.
215
2.Pembagian Insomnia
a. Berdasarkan Waktu
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek
(short sleepers), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek,
mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang
hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam 3 hari. Berdasarkan
waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
Cyclical insomnia (recurrent insomnia): Kondisi ini lebih jarang daripada transient
insomnia. Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun.
Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup. Kejadian
berulang ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologis seperti siklus premenstrual
ataupun perubahan psikologik seperti manik depresif, anorexia nervosa, Chronic
insomnia (persistent insomnia) : Berlangsung lebih dari 3 malam setiap minggunya
yang terus berlangsung selama lebih dari satu bulan.atau kambuhnya perubahan
perilaku tertentu seperti kecanduan obat, dan lain sebagainya.
b.Berdasarkan Etimologi
Insomnia primer: Pada insomia primer, terjadi hyperarousal state dimana terjadi
aktivitas ascending reticular activating system yang berlebihan. Pasien bisa tidur tapi
tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM
216
cukup, periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak
berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya,
ataupun penggunaan obat-obat tertentu. Istilah ini ditujukan bagi gangguan tidur yang
muncul begitu saja tanpa ada latar belakang suatu kondisi yang spesifik, yang
biasanya akibat dari ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan pola tidur
yang baik.
3.Sebab insomnia
Tidak semua orang yang mengalami gangguan tidur akan mengalami insomnia.
Gangguan tidur yang dialami seseorang harus menyebabkan ia sulit untuk tidur
selama minimal satu minggu dan gangguan tersebut harus menimbulkan gejala
seperti mudah lelah, mudah iriham (iritabilitas), susah konsentrasi, dan gangguan
daya ingat untuk dapat dikatakan sebagai insomnia.
Insomnia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya faktor fisik karena menderita
penyakit tertentu, faktor lingkungan, faktor psikologis dan faktor prikiatris. Untuk
mengatasi gangguan ini kita dapat menggunakan teknik-teknik relaksasi,
pemrograman bawah sadar dan terapi obat-obatan.
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat
berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan tidur yang cukup. Tidur
merupakan suatu keadaan bawah sadar yang di alami seseorang, yang dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.
Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur
diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan.
Selain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga
217
menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk
fungsi-fungsi seluler yang penting.
Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf
yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
berbagai susunan saraf.
Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ
dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut
selama tidur. Selama tidur seseorang akan mengulang kembali kejadian-kejadian
sehari-hari, memproses dan menggunakan untuk masa depan.
218
5.Tips untuk mengatasi insomnia:
Untuk mengatasi insomnia, Anda perlu mencari tahu sebab-sebabnya dan mencoba
berbagai tips dan trik untuk meningkatkan kualitas tidur Anda.
Gangguan tidur seperti Insomnia seringkali menyebabkan penderita merasa lesu dan
tidak bergairah sepanjang hari. Untuk mengatasi insomnia, banyak obat-obatan yang
tersedia di apotek. Berikut adalah beberapa obat-obatan yang bisa digunakan untuk
mengatasi insomnia:
1. Obat Antidepresan
Obat antidepresan adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi gangguan
tidur seperti insomnia. Obat ini bekerja dengan meningkatkan neurotransmiter
serotonin dan mengurangi neurotransmiter norepinefrin sehingga dapat membantu
penderita untuk tertidur dengan nyenyak. Beberapa obat antidepresan yang sering
dijual di apotek adalah fluoxetine, sertraline, dan paroxetine.
2.Benzodiazepin
Benzodiazepin adalah kelas obat psikoaktif yang bertindak sebagai depresan sistem
saraf pusat (SSP).
219
Benzodiazepin bekerja dengan mengikat subtipe tertentu dari reseptor
GABA,benzodiazepin umumnya aman dan efektif jika digunakan sesuai petunjuk,
tetapi dapat membuat ketagihan dan dapat menyebabkan efek samping yang serius
jika dikonsumsi dalam dosis besar atau dalam jangka waktu lama. Penting untuk
mendiskusikan risiko dan manfaat benzodiazepin dengan dokter Anda sebelum
memulai pengobatan.
3.Doxepine
Doxepine adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur seperti
insomnisia. Doxepine bekerja dengan cara mengatur neurotransmiter di otak yang
bertanggung jawab untuk mengatur mood dan perilaku. Doxepine juga dapat
digunakan untuk mengobati gejala depresi, anxiety, dan pruritus.
4.Lemborexant (Dayvigo)
Lemborexant masih dalam tahap penelitian. Obat ini belum tersedia secara resmi di
Indonesia. Namun, beberapa apotek di Indonesia mungkin menjual obat ini secara
online.
5.Ramelteon
Ramelteon adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur. Obat ini
bekerja dengan menenangkan sistem saraf pusat sehingga Anda dapat tertidur dengan
lebih mudah. Ramelteon juga dapat digunakan untuk mengobati gangguan tidur
seperti insomnia.
Untuk mengatasi insomnia, beberapa orang mencoba terapi. Terapi ini dapat
membantu mengurangi gangguan tidur dan meningkatkan kualitas tidur. Terapi ini
biasanya dilakukan oleh dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam mengatasi
gangguan tidur.
220
Terapi relaksasi adalah salah satu Cara mengatasi insomnia yang cukup efektif.
Melalui terapi ini, seseorang dapat merelaksasikan seluruh tubuh dan pikirannya
sehingga dapat menenangkan saraf-saraf yang tegang.
Meditasi merupakan salah satu Cara mengatasi insomnia yang cukup efektif.
Melalui meditasi, seseorang dapat menenangkan pikirannya sehingga dapat
membantu mengurangi gangguan tidur seperti insomnia.
Yoga merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi yang dapat membantu
mengatasi gangguan tidur seperti insomnia. Melalui yoga, seseorang dapat
merelaksasikan seluruh tubuh dan pikirannya sehingga dapat mengurangi gangguan
tidur seperti insomnia.
B.HIPERSOMNIA
1.Pengertian Hipersomnia
Hipersomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang merasakan kantuk yang ekstrem
di siang hari meski mendapat tidur yang cukup (atau lebih dari cukup) pada malam
hari.
Seseorang dengan hipersomnia akan tertidur beberapa kali saat siang hari.
Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi dan kualitas hidup
221
pengidapnya. Bukan tidak mungkin hipersomnia juga meningkatkan kemungkinan
kecelakaan.
2.Penyebab Hipersomnia
Hipersomnia primer
Hipersomnia primer adalah kondisi hipersomnia yang tidak terjadi karena kondisi
atau gejala dari kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat kondisi
berikut:
Narkolepsi tipe 1
Disebut juga narkolepsi dengan katapleksi (kelemahan otot mendadak yang dipicu
oleh emosi), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak, dan
cairan serebrospinal (neurotransmitter) hipokretin (juga disebut orexin).
Tidur siang pada seseorang yang sehat biasanya lebih pendek dan menyegarkan,
dibandingkan tidur siang pada pengidap gangguan hipersomnolen. Narkolepsi tipe 1
biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.
Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 ini tidak termasuk katapleksi. Jenis narkolepsi ini memiliki gejala
yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin yang normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya
dimulai pada masa remaja.
Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini terdiri dari episode berulang hipersomnia ekstrim. Biasanya terjadi
dengan gangguan mental, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat
berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan beberapa episode berlangsung beberapa
minggu hingga bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun.
Kondisi ini terutama lebih berisiko terjadi pada anak laki-laki dengan episode mulai
berkurang antara delapan sampai 12 tahun.
Hipersomnia idiopatik
222
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti
pengidap merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan
setelah tidur yang lebih lama dari jumlah yang cukup (9 hingga 10 jam).
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan terjadi karena beberapa
penyebab atau kondisi medis tertentu. Ini termasuk:
3.Gejala Hipersomnia
223
Berpikir dan bicara lebih lambat serta tidak dapat fokus atau berkonsentrasi.
Mengalami masalah memori.
Sakit kepala.
Kehilangan selera makan dan mengalami halusinasi
4.Pencegahan Hipersomnia
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia. Hipersomnia
adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun, kamu bisa melakukan
beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya:
Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur berventilasi
baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan berbagai obat
bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan sepertinya
dapat membantu tertidur, alkohol sering kali menyebabkan terbangun, dan
sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme
di tubuh.
Berhati-hati dalam mengemudi atau mengoperasikan peralatan yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
5.Pengobatan Hipersomnia
C. NARKOLEPSI
224
1.Pengertian Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk di siang
hari dan serangan tidur yang tiba-tiba. Orang dengan narkolepsi merasa sulit untuk
tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama, terlepas dari keadaannya. Alhasil,
kondisi ini dapat menyebabkan gangguan serius dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
Terkadang, kondisi ini dapat disertai dengan hilangnya tonus otot secara tiba-tiba
(cataplexy), yang dapat dipicu oleh emosi yang kuat. Narkolepsi yang terjadi dengan
cataplexy disebut narkolepsi tipe 1. Narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi dikenal
sebagai narkolepsi tipe 2.
2.Penyebab Narkolepsi
Sejauh ini, penyebab pastinya belum diketahui. Orang dengan tipe 1 narkolepsi
memiliki hypocretin yang rendah, yaitu neurokimia di otak yang membantu mengatur
bangun dan tidur REM. Tingkat hypocretin rendah pada mereka yang mengalami
katapleksi.
Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM). Selama fase ini, gelombang otak melambat, dan setelah satu jam
tidur, aktivitas otak akan berubah, dan tidur REM dimulai. Kebanyakan mimpi terjadi
saat tidur REM. Namun, pada narkolepsi, pengidap tiba-tiba masuk ke dalam tidur
REM tanpa mengalami tidur NREM, baik pada malam hari atau siang hari.
3.Gejala Narkolepsi
Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan kemudian
berlanjut seumur hidup. Hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari yang
berlebihan. Pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan di mana saja.
Pengidap dapat mengalami penurunan kewaspadaan dan fokus sepanjang hari. Rasa
kantuk di siang hari yang berlebihan biasanya merupakan gejala pertama yang
225
muncul dan sering kali merupakan hal yang paling menyulitkan, sehingga sulit untuk
berkonsentrasi dan berfungsi penuh.
Gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan tonus otot. Kondisi katapleksi dapat
menyebabkan sejumlah perubahan fisik dari bicara yang tidak jelas hingga kelemahan
lengkap sebagian besar otot yang dapat berlangsung hingga beberapa menit.
Katapleksi tidak dapat dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya
yang positif, seperti tawa atau kegembiraan, tetapi terkadang takut, terkejut, atau
marah. Beberapa orang dengan narkolepsi hanya mengalami satu atau dua episode
katapleksi setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Walau
begitu, Tidak semua orang dengan narkolepsi mengalami katapleksi.
4. Pencegahan Narkolepsi
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari vaksin influenza dan menghindari aktivitas ekstrem,
guna mengurangi risiko cedera kepala berat.
226
5.Pengobatan Narkolepsi
Tidak ada obat untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan dan modifikasi
gaya hidup yang tepat dapat membantu mengelola gejala. Obat seperti stimulan yang
merangsang sistem saraf pusat adalah pengobatan utama untuk membantu orang
dengan narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Obat lainnya adalah antidepresan
trisiklik.
Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah dengan
menghindari atau meminimalisir paparan pemicu emosional, tidur yang cukup di
malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu, karena salah
satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap disarankan untuk
menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun yang lainnya.
D.PENYAKIT APNEA
1.Pengertian Apnea
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini
dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur
lama.
Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti bernapas.
Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik sebanyak
ratusan kali selama tidur.
Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen
dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita, kondisi ini
terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep
apnea menurut penyebabnya:
227
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu
rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat
menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan
baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita
tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan
central sleep apnea.
3.Gejala Sleep Apnea
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur
adalah:
Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan
228
mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila Anda sulit berhenti merokok atau
menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.
Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan
dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena sleep
apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan
kondisi Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya
dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan
medis, antara lain dengan:
Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala
yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
alat-alat berikut:
BPAP (bilevel positive airway pressure):Alat ini bekerja dengan cara menaikkan
tekanan udara saat pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat pasien
mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk bernapas. Alat
ini juga bisa menjaga agar jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.
229
Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil
memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat
dipertimbangkan adalah operasi.
Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab utama
apnea tidur pada pasien, meliputi:
Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan kelenjar
adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur.
Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang
mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan menggunakan gelombang energi
khusus.
E.MENGIGAU TIDUR
230
Gangguan ini tidak selalu terjadi dengan gestur berjalan saja, mereka yang sedang
tidur, lalu terbangun dan duduk di tempat tidur dan melihat sekeliling kamarnya
dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar juga, termasuk dalam gejala gangguan
tidur berjalan ini. Umumnya, gangguan tidur berjalan terjadi pada anak-anak berusia
antara 5–12 tahun. Namun, gangguan tidur berjalan bisa menyerang siapa saja,
termasuk orang dewasa dan lansia.
Berikut ini beberapa penyebab gangguan tidur berjalan bisa muncul, yaitu:
Orang yang mengalami gangguan tidur berjalan ini biasanya hanya memandang
lurus dan tampak seperti tidak mengenali keadaan di sekitarnya. Matanya yang
terbuka terkesan seperti terjaga padahal ia sebenarnya masih tertidur. Jika disapa,
biasanya pengidapnya tidak merespons, meski ada sebagian yang mampu merespons
dengan baik dan sebagian lagi akan merespons dengan jawaban meracau. Saat
pengidap gangguan tidur berjalan dibangunkan secara paksa, umumnya pengidap
akan merasa kebingungan dan tidak ingat dengan aktivitas yang dilakukannya ketika
berjalan sambil tidur.
Untuk melakukan diagnosis gejala gangguan tidur berjalan dokter akan melakukan
evaluasi terhadap riwayat kesehatan. Berikut ini beberapa pemeriksaan yang
umumnya dilakukan:
231
Pemeriksaan fisik. Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kejang di
malam hari, gangguan tidur lainnya, ataupun pengidap merasakan panik di
malam hari.
Nocturnal sleep study (polysomnography). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara memberikan sensor di tubuh untuk memeriksa gelombang pada otak,
tingkat oksigen yang terkandung dalam darah, detak jantung, dan juga
mengukur napas.
5. Pengobatan Gangguan Tidur Berjalan
Mengurangi stres.
Melakukan aktivitas yang bisa merelaksasi pikiran sebelum tidur (misalnya,
mandi air hangat atau membaca buku).
Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein sebelum
tidur.
Membuang air kecil terlebih dahulu.
Membuat kamar tidur senyaman mungkin.
Mengatur pola dan waktu tidur dengan disiplin karena gangguan tidur berjalan
juga bisa dipicu oleh kurang tidur.
6.Pencegahan Gangguan Tidur Berjalan
Jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan tidur berjalan di waktu yang
sama tiap malam, dapat diatasi dengan cara mengganggu siklus tidur mereka.
Bangunkan tiap 15–30 menit sebelum waktu kemunculan periode tidur berjalan yang
mereka biasa alami, sehingga mungkin bisa menghentikan gangguan tidur
berjalannya dengan cara mengubah siklus tidur mereka.
F.PARASOMNIA
1.Pengertian Parasomnia
232
Parasomnia adalah kumpulan gangguan tidur berupa perilaku tidak biasa saat akan
tertidur, sedang tidur, atau periode antara tidur dan bangun. Selain membuat Anda
sulit tidur nyenyak, parasomnia juga dapat mengganggu orang yang tidur di dekat
Anda.
Jika Anda menderita parasomnia, Anda dapat berbicara, berjalan, atau berperilaku
agresif saat tidur. Ketika hal tersebut terjadi, orang di sekitar Anda mungkin mengira
Anda sedang terjaga. Anda pun biasanya tidak akan mengingat hal-hal yang telah
Anda lakukan atau katakan ketika terbangun nanti.
Parasomnia dapat membahayakan diri sendiri karena Anda sedang dalam keadaan
tidak sadar dengan kondisi sekitar. Gangguan ini juga dapat mengurangi kualitas tidur
sehingga menimbulkan efek negatif pada kesehatan.
2.Penyebab Parasomnia
Siklus tidur yang normal terbagi menjadi fase terjaga (wakefulness), non-rapid eye
movement (NREM), dan rapid eye movement (REM). Fase NREM selanjutnya
dibagi menjadi 3 fase sebelum masuk ke fase REM. Siklus ini akan berulang setiap
90 menit sepanjang malam.
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara NREM dan
REM. Gangguan tidur ini juga diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau tumor otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3.Cara Mengatasi Parasomnia
Keterangan dari orang yang tidur bersama Anda juga diperlukan karena Anda
mungkin tidak mengingat apa yang terjadi selama Anda tidur.
233
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti sleep study atau
polisomnografi guna merekam aktivitas otak, pernapasan, serta detak jantung saat
Anda tidur.
Pemberian obat
Dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi parasomnia. Jenis-jenis obat yang
mungkin diberikan oleh dokter adalah:
Topiramate
Antidepresan
Aginis dopamin
Melatonin
Clonazepam
Terapi
Parasomnia sering dikaitkan dengan gangguan mental. Oleh karena itu, dokter juga
biasanya menyarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT), seperti
psikoterapi, terapi relaksasi, atau hipnosis.
Tidur yang berkualitas sangat penting unutk kesehatan fisik dan mental. Apabila
Anda merasa mengalami parasomnia, jangan ragu untuk pergi ke dokter guna
mendapatkan penanganan yang sesuai, terutama jika parasomnia sampai
membahayakan Anda dan orang di sekitar Anda.
DAFTAR ISI
Referensi:
[1] Guyton Arthur C, MD & Hall John E, Ph.D . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996. P. 945-950.
234
[2] Kaplan Harold I, MD et al. Sinopsis Psikiatri jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher, 2010. P. 210-217.
[3] Buysse Daniel J., M.D et al. Insomnia: the Journal of Lifelong Learning in
Psychiatry. Fall 2005 Vol. III No.4 : 568-584.
[6] Doghramji Karl, M.D et al. Evaluation and Management of Insomnia in the
Psychiatric Setting: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall 2009 Vol.
VII No.4 : 441-451.
[7] Mai Evelyn, M.D et al. Insomnia: Prevalence, Impact, Pathogenesis, Differential
Diagnosis, and Evaluation: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall 2009
Vol. VII No.4 : 491-498.
Referensi:
The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments
https://www.halodoc.com/kesehatan/hipersomnia
Referensi:
235
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hypersomnia.
The Sleep Doctor. Diakses pada 2022. Hypersomnia: Symptoms, Causes, Definition
and Treatments.
https://www.halodoc.com/kesehatan/narkolepsi
Referensi:
https://www.alodokter.com/sleep-apnea
Referensi:
Goodchild, T., & Lefer, D. (2020). Obstructive Sleep Apnea – The Not-so-Silent
Killer. Circulation Research, 126(2), pp. 229–31.
https://www.alodokter.com/sleep-apnea
236
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
DI SUSUN OLEH
IDA WAHIDATUN NIKMAH
P00320222054
DOSEN PEMBIMBING;ELFIDA,SKM.MPH
237
238
A INSOMNIA
Sebagian besar kasus insomnia terkait dengan kebiasaan
kurang tidur, depresi, kecemasan, kurang olahraga,
penyakit kronis, atau obat-obatan tertentu.
PENGERTIAN INSOMNIA
Insomnia yaitu adalah kondisi ketika seseorang
mengalami sulit tidur atau butuh waktu yang lama untuk
bisa tidur. Kondisi lain yang bisa dialami adalah Anda
terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur kembali.
PENYEBAB MASALAH INSOMNIA
Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur
apnea, diabetes, sakit ginjal, artristis, atau penyakit
mendadak seringkai menyebabkan kesulitan tidur. Efek
samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit
juga dapat menjadi penyebab insomnia.
TANDA GEJALA
Orang mungkin mengalami:
Tidur: kesulitan tidur atau mengantuk di siang hari
Kognitif: kehilangan konsentrasi atau kelambatan dalam
aktivitas
Juga umum: depresi, iritabilitas atau sakit kepala
Tips Mengatasi Insomnia
239
Tidur dan bangun dalam periode waktu yang teratur.
Makan makanan yang mengandung rendah
karbohidrat sebelum tidur.
Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang
bersifat stimulan yang dapat membuat kita terjaga,
seperti teh, kopi, alkohol dan rokok.
B HIPERSOMNIA
PENGERTIAN HIPERSOMNIA
Kantuk berlebih dapat disebabkan oleh hal-hal di luar
penyakit. Contohnya meliputi kurang tidur, jetlah, aktivitas
berat, mengonsumsi makanan dalam jumlah besar,
kehamilan, alkohol, atau penggunaan jetlah
PENYEBAB MASALAH HIPERSOMNIA
Penyebab hipersomnia primer belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi, kondisi ini diduga terjadi akibat mutasi
(perubahan) genetik yang membuat produksi histamina di
dalam otak berkurang. Meski disebabkan oleh mutasi genetik,
hipersomnia primer tidak menurun dari orang tua ke anaknya
TANDA DAN GEJALA
Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung
atau agresif setelah tidur siang. Tidur siang yang tidak
menyebabkan peningkatan kewaspadaan, tidak menyegarkan
dan tidak membuat energi kembali pulih. Kerap merasa cemas
dan lekas marah. Energi berkurang
240
TIPS MENGATASI HIPERSOMNIA
Mengikuti jadwal tidur yang teratur dapat membantu
mengurangi rasa kantuk. Menghindari mengemudi saat
mengantuk, menghindari alkohol dan obat-obatan yang
memengaruhi pola tidur, dan menurunkan berat badan jika
berat badan berlebih juga dapat membantu.
MENCARI PERAWATAN MEDIS
Periksalah ke dokter jika Anda
Mengantuk secara berlebihan di siang hari
Mendengkur dengan keras saat tidur
Berhenti bernapas sejenak ketika tidur
Merasa sangat mengantuk saat mengemudi
C NARCOLEPSY
Gangguan tidur kronis yang menyebabkan kantuk luar
biasa di siang hari.
Penyebab narkolepsi tidak dipahami dengan baik, tetapi
mungkin melibatkan faktor genetik dan sinyal abnormal
dalam otak.
PENGERTIAN NERCOLEPSY
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang
menyebabkan rasa kantuk berlebih pada siang hari serta
tertidur secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan
tempat
241
PENYEBAB MASALAH NERCOLEPSY
Para ahli belum mengetahui secara pasti apa yang
menyebabkan narkolepsi. Namun diperkirakan, penyebab
kondisi ini terkait dengan beberapa faktor seperti masalah
di otak dan gen tertentu. Faktor risiko lain juga ikut
menentukan, termasuk usia.
TIPS MENGATASI NARCOLEPSTY
Pencegahan Narkolepsi
1. Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit
setiap hari, tetapi jangan terlalu dekat dengan
waktu tidur.
2. Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat
merasa sangat mengantuk.
3. Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam
yang sama setiap hari
D PARASOMNIA
Parasomnia adalah sekumpulan gejala tidak
menyenangkan yang terjadi saat hendak tidur, sudah
terlelap, atau terbangun dari tidur. Gangguan ini bisa
berupa gerakan, perilaku, emosi, persepsi, hingga mimpi
yang tidak wajar. Meski begitu, pengidap parasomnia
242
tetap dalam keadaan tertidur sepanjang kejadian
berlangsung.
PENGERTIAN PARASOMNIA
Parasomnia adalah sekumpulan gejala tidak
menyenangkan yang terjadi saat hendak tidur, sudah
terlelap, atau terbangun dari tidur. Gangguan ini bisa
berupa gerakan, perilaku, emosi, persepsi, hingga mimpi
yang tidak wajar. Meski begitu, pengidap parasomnia
tetap dalam keadaan tertidur sepanjang kejadian
berlangsung
PENYEBAB MASALAH PARASOMNIA
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak
sempurna antara NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga
diduga dipicu oleh beberapa kondisi berikut: Kurang tidur.
Demam.
243
3. Melakukan selip higiene.
4. Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara,
sentuhan)
5. Mengobati komorbiditas medis lain[3,4]
E APNOE SAAT TIDUR
Selip apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat
pernapasan seseorang terganggu dengan adanya periode
henti napas secara berulang pada saat tidur. Kondisi ini
menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asuhan oksigen yang cukup.
PENGERTIAN APNOR SAAT TIDUR
Gangguan tidur apnea adalah gangguan yang
menyebabkan pernapasan berhenti sementara saat
kondisi tidur. Pernapasan yang berhenti dapat terjadi
berulang kali. Akibatnya, oksigen ke otak menjadi
berkurang. Jika hal ini tidak segera ditangani, nantinya
dapat menimbulkan komplikasi serius
TIPS MENGATASI APNOE SAAT TIDUR
Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Sleep Apnea
1. Menjalankan pola makan yang sehat.
2. Mengontrol berat badan.
3. Buatlah rutinitas tidur yang baik.
244
4. Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol.
5. Ganti posisi tidur yang lebih baik. Gunakan posisi
menyamping. ...
6. Rutin olahraga.
7. Gunakan pelembap udara dalam kamar.
F MENGIGAU
Mengigau, atau "somniloquy" adalah saat seseorang
membuat vokal isasi ketika tidur, baik gumaman, teriakan,
kata, atau bahkan tertawa. Studi pada 2009 menjelaskan
beberapa orang mengucapkan kata yang selaras dengan
yang apa mereka ucapkan dalam mimpi saat mengigau.
Pengertian mengigau
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan
berbicara selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama
mengigau dapat berupa monolog jelas, dialog, gumaman,
hingga mengoceh. Nama lain dari mengigau yaitu
somniloquy.
PENYEBAB MASALAH MENGIGAU
Saat kita sedang sakit atau demam, respons imun tubuh
kita akan meningkat, terutama di malam hari. Menjadi
sering terbangun ketika tidur adalah satu akibat dari
kondisi ini. Nah, hal ini juga bisa memicu seseorang
menjadi mengigau.
245
TIPS MENGATASI MENGIGAU
Cara menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur
1. Hindari
stres. Menghilangkan kebiasaan mengigau saat
tidur bisa dilakukan dengan menghindari stres. ...
2. Perbaiki jam tidur Anda. Kurang tidur bisa
meningkatkan kemungkinan Anda
untuk mengigau. ...
3. Memasang Whita Nosi. ...
4. Berkonsultasi ke dokter.
246
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
DISUSUN OLEH:
FADILLAH AGUSTINA(P00320222052)
1B
DOSEN PEMBIMBING:
247
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA
TAHUN 2023
A. INSOMNIA
1. DEFINISI
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi seseorang merasa tidak
cukup tidur kualitas tidurnya buruk walaupun orang tersebut sebenarnya
memiliki kesempatan tidur yang cukup sehingga mengakibatkan perasaan
yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.
Siklus tidur-bangun diatur oleh hubungan timbal balik antara tiga
sistem saraf yang berbeda dibatang otak:
a. Arousal system, bagian dari reticular activating system,
b. Pusat tidur gelombang lambat,
c. Pusat tidur parodoksikal.
248
3) Stadium III: pola EEG menunjukkan gelombang dasar yang lambat
dengan amplitudo yang meningkat.
4) Stadium IV: tampak gelombang lambat saja tanpa sleep spindle. Pada
tidur stadium III dan IV, tonus otot menjadi sangat rendah.
Tidur REM ditandai oleh gerakan mata cepat (rapid eye movement),
kecepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan menjadi tidak teratur/
ireguler dan tekanan darah berfluktuasi. Tidur REM merupakan tahap
tidur tahap yang paling dalam. Kebanyakan orang dewasa tidur sekitar 7-
8 jam dalam semalam. Pada bayi dan orang tua terdapat frekuensi tidur-
bangun yang lebih sering.
Terdapat 2 macam gangguan tidur, yaitu:
a. Gangguan tidur fungsional dan,
b. Patologis gangguan tidur fungsional terdiri dari somnabulisme, sleep
automatism, kejang nokturnal, dan paralis nokturnal.
Sedangkan hipersomnia (terlalu banyak tidur) dan insomnia (kurang
tidur) merupakan bagian dari gangguan tidur patologis.
Insomnia terbagi menjadi 3:
1) Insomnia primer, pendarita bisa tidur bahkan tidurnya sambil
mendengkur tapi ia tidak bisa menikmati tidur. Masa REM sangat kurang,
sedangkan NREM cukup.
2) Insomnia sekunder psikoneurotik, organ-organ psikoneurotik
pada umumnya banyak problem dan keluhan. Banyak pikiran dan
perasaan yang menggangu individu sampai saat tidur. Misalnya, pusing,
sakit kepala, perut kembung, badan terasa pegal-pegal.
3) Insomnia sekunder penyakit organik, karena terganggu oleh
suatu penyakit organik, misalnya nyeri dan sesak nafas.
2. ETIOLOGI
Insomnia dapat disebabkan karena gangguan fisik tetapi sering juga
karena gangguan mental akibat kegelisahan.
249
3. MANIFESTASI
Kesulitan untuk tertidur pada waktu yang normal (initial insomnia,
Didefenisikan sebagai kesulitan tertidur lebih dari 30 menit)
Kesulitan mempertahankan tidur/sering terbangun dari tidur lalu
sulit tidur kembali
Terbangun lebih cepat dipagi hari (terminal insomnia)
Merasa tetap lelah dan mengantuk meskipun durasi tidur sudah
cukup
Merasa cemas jika sudah mendekati waktu tidur
4. PENCEGAHAN
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah insomnia,
antara lain:
1. Menerapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap hari,
termasuk akhir pekan
2. Menjaga jadwal makan yang teratur dan memperbanyak konsumsi
makanan sehat, termasuk sayuran dan buah-buahan
3. Berolahraga secara rutin, tetapi tidak dekat waktu tidur
4. Membatasi waktu tidur siang
5. Menjaga kenyamanan dan suhu kamar tidur, serta usahakan hanya
masuk kekamar bila ingin tidur
6. Membuat tubuh terasa rileks sebelum tidur, misalnya dengan mandi air
hangat atau membaca buku
7. Memeriksakan kesehatan secara rutin kedokter, terutama jika memiliki
penyakit kronis yang memerlukan kontrol rutin
5. PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi: obat-obatan hipnotik sedatif seperti: zolpidem
dosis 5-10 mg po malam hari sebelum tidur, trazodon 25-100 mg
malam hari, klonazepam 0,25-0,5 mg malam hari sebelum tidur
atau antidepresan amitriptilin 12,5 mg malam hari
250
Herbal: valerian, melatonin, chamomile, dan kava kava
Psikoterapi
Kronoterapi
Terapi cahaya, kontraindikasi terapi ini adalah hipersensitivitas
pada mata atau kulit, atau sedang memakai obat yang
meningkatkan risiko fotosensitivitas dan gangguan bipolar.
B. PARASOMNIA
1. DEFENISI
Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi
tidur anak-anak, seperti seperti somnambulisme (tidur berjalan), ketakutan,
dan enuresis (ngompol).
2. ETIOLOGI
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara
NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga picu oleh beberapa kondisi
tersebut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau
tumor otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3. MANIFESTASI
251
Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan
gejala lain, seperti :
o Bangun dengan bingung atau disorientasi
o Melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
o Menemukan luka asing ditubuh
o Sulit tidur sepanjang malam
o Mengantuk atau kelelahan disiang hari
4. PENCEGAHAN
Rutin berolahraga, berolahraga minimal 30 menit setiap 1 hingga 2
hari sekali, dengan intensitas yang dinaikkan secara bertahap.
Imbangi juga pengobatan dokter dan olahraga tersebut dengan:
Bijak mengelola stres, rileks, pikiran positif, fokus pada apa yang
perlu dan penting dikerjakan, jangan memikirkan hal yang terlalu
rumit.
Buat jadwal aktivitas keseharian teratur tidak hanya untuk tidur
dan bangun
Melakukan hal-hal yang membuat diri bahagia, termasuk
berkumpul bersama orang tersayang, lampiaskan hobi, ibadah yang
rajin.
Jangan minum sembarang obat atau herbal selain dari dokter.
5. PENATALAKSAAN
Penatalaksaan parasomnia adalah menangani komorbid dari para
somnia atau kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia,
misalnya penghentian obat hipnotiksedatif, antipsikotik, atau antidepresan.
Tatalaksana umum meliputi edukasi dan profilaksis yaitu:
Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:
252
Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) umumnya ringan
dan akan hilang sendiri.
Terdapat peran genetik.
Kondisi parasomnia pada dewasa sering berhubungan dengan
kondisi psikiatri, misalnya skizofrenia dan depresi.
Penanganan pada komorbid psikiatri tidak akan mempengaruhi
ekspresi parasomnia.
Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada
pasien ataupun pasangan tidur.
Profilaksis
Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:
C. HIPERSOMNIA
1. DEFENISI
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia
merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam dimalam hari. hipersomnia
biasanya berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau
kegelisahan, kerusakan sistem saraf sentral dan gangguan ginjal, hati atau
gangguan metebolisme.
2. ETIOLOGI
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab hipersomnia, antara lain:
Gangguan tidur narkolepsi (ngantuk pada siang hari) dan sleep
apnea (gangguan pernapasan saat tidur)
253
Tidak cukup tidur dimalam hari (kurang tidur)
Kelebihan berat badan
Penyalahgunaan narkoba atau alkohol
Cedera kepala atau penyakit saraf, seperti skerosis ganda atau
penyakit parkinson.
Obat resep, seperti penenang atau antihistamin
Genetika (memiliki kerabat dengan hipersomnia)
3. MANIFESTASI
Seorang hipersomnia dapat mengalami:
Tidur siang secara teratur dan tidak merasa segar
Tertidur saat siang hari, saat makan atau melakukan aktivitas
lainnya
Tidur selama berjam-jam dimalam hari
Merasa lelah sepanjang waktu
Sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu
Pikiran terasa berkabut, sulit membuat keputusan
4. PENCEGAHAN
Hingga saat ini, belum ada cara mencegah hipersomnia yang bisa
dilakukan. Meski begitu, Anda dapat mengurangi risikonya dengan:
Menciptakan lingkungan tidur yang tenang
Menjauhi konsumsi alkohol
Menghindari konsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk
Jangan bekerja hingga larut malam
5. PENATALAKSANAAN
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi
penyebabnya. Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi
perubahan pola hidup.
254
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan.
Dokter mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain
itu, hindari aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk
mengonsumsi kafein dan minuman beralkohol. Dokter juga mungkin
merekomendasikan pola makan sehat kepada pengidap.
D. NARCOLEPSY
1. DEFENISI
Narkolepsy adalah serangan mengantuk yang mendadak disiang hari.
sering disebut dengan serangan tidur).
2. ETIOLOGI
Penyebab belum diketahui tetapi diperkirakan akibat kerusakan genetik
sistem saraf pusat yang mana periode tidur REM tidak dapat dikendalikan.
3. MANIFESTASI
Gejala umum narkolepsi antara lain:
Kantuk di pagi dan siang hari yang berlebihan. Kantuk yang
berlebihan menyebabkan penderita sulit untuk beraktivitas secara
normal.
Sleep paralysis atau ketidakmampuan untuk bergerak, berbicara,
atau terbangun saat tertidur. Durasi dari sleep paralysis biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit.
Halusinasi saat tidur. Saat penderita bermimpi ketika sedang
setengah terjaga, penderita dapat mengira mimpi yang dialami
sebagai kenyataan.
Katapleksi atau kehilangan tonus (kekuatan) otot secara tiba-tiba
karena dipicu oleh emosi yang intens, seperti rasa gembira, tawa,
kemarahan, atau ketakutan.
4. PENCEGAHAN
Sementara faktor-faktor yang berpotensi mengembangkan narkolepsi
telah ditetapkan (usia, infeksi, dan genetika), patologi utamanya belum
ditentukan, sehingga tidak mungkin untuk mencegahnya, terutama pada
orang yang memiliki kecenderungan genetik. Namun, ada juga narkolepsi
sekunder yang disebabkan oleh trauma fisik, yang membuatnya lebih
mudah untuk dihindari.
255
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah
berkembangnya narkolepsi sekunder adalah menghindari vaksin influenza
dan menghindari aktivitas ekstrem, guna mengurangi risiko cedera kepala
berat.
5. PENATALAKSANAAN
Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi narkolepsi antara lain:
Stimulansia seperti: ampetaminatau metilpenidase hidroklorida.
Anti depresan seperti: imipramin hidroklorida (tofranil).
2. ETIOLOGI
. Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:
Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas
pada tipe ini, tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak
untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk bernapas,
terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di
otak.
3. MANIFESTASI
256
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
Dengkuran keras.
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Terengah-engah dalam tidur.
Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
Nyeri kepala saat bangun tidur.
Sulit mempertahankan tidur.
Mengantuk saat siang hari.
Sulit konsentrasi.
Iritabilitas
4. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan
cara:
memiliki pola makan sehat
berhenti merokok
membatasi asupan alkohol.
5. PENATALAKSANAAN
Beberapa kasus sleep apnea yang lebih ringan, dokter mungkin hanya
menyarankan perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan atau
berhenti merokok. Jika memiliki alergi hidung, dokter akan
merekomendasikan perawatan untuk alergi.
Jika tindakan ini tidak memperbaiki tanda dan gejala atau jika kondisi
ada pada fase sedang hingga berat, sejumlah perawatan lain mungkin
tersedia.
Perangkat tertentu dapat membantu membuka saluran udara yang
tersumbat. Dalam kasus lain, operasi mungkin diperlukan.
Terapi lain termasuk:
Tekanan saluran udara positif berkelanjutan (CPAP)
Perangkat mulut
Stimulator saraf
Terapi surgikal (pengangkatan tonsil)
257
6. MENGIGAU
1. DEFENISI
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berbicara
selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama mengigau dapat berupa
monolog jelas, dialog, gumaman, hingga mengoceh.
Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini merupakan
bagian dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada
seseorang yang berbicara saat tidur.
2. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, diantaranya yaitu:
1. Stres secara emosional
2. Mengalami REM sleep behavior disorder (RBD)
3. Sedang demam atau sakit
4. Konsumsi obat-obatan tertentu
5. Genetik
3. MANIFESTASI
gejala utama mengigau ekspresi yang bisa didengar terjadi selama
tidur tanpa orang itu menyadarinya. Itu bisa berupa:
omong kosong atau menyerupai ucapan normal
bergumam
seolah-olah berbicara dengan orang lain
percakapan cenderung pendek
4. PENCEGAHAN
Beberapa pencegahannya antara lain:
Usahakan cukup tidur
Kelola stres
Hindari alkohol
Hentikan cemilan malam
Konsultasi pada ahli
5. PENATALAKSANAAN
258
Berikut cara mudah yang bisa kamu lakukan untuk menghilangkan
kebiasaan mengigau ketika tidur antara lain:
Menghindari stres
Meditasi atau yoga
Makan makanan yang bergizi
berpikir positif
dengarkan white noise
DAFTAR PUSTAKA
Sering Mengigau Saat Tidur Bisa Jadi Tanda Penyakit Demensia. [Daring]. Tautan:
https://hellosehat.com/pola-tidur/gangguan-tidur/sering-mengigau-saat-tidur/. Diakses
10 Juli 2022
259
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Sleep apnea - Symptoms and causes.
Dr. Georgeo Dewanto, Buku kedokteran EGC © 2007. Panduan Praktis Diagnosis &
Tata Laksana Penyakit Saraf.
Healthline. https://www.healthline.com/health/narcolepsy
DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
260
SORAYA SAFIRA
TAHUN 2022-2023
A. INSOMNIA
1. DEFINISI INSOMNIA
Insomnia adalah gangguan tidur yang membuat Anda bangun tidur
terlalu awal, kesulitan untuk tidur, atau tidur tidak menjadi nyenyak.
Kondisinya bisa berlangsung sebentar dalam jangka pendek (akut) atau lama
dalam jangka panjang (kronis). Insomnia dapat muncul dan kembali
sewaktu-waktu. Pada insomnia akut, biasanya berlangsung selama 1 malam
hingga beberapa minggu. Sedangkan, insomnia yang bersifat kronis biasanya
terjadi dalam jangka waktu 3 malam sampai 3 bulan lamanya.
2. ETIOLOGI INSOMNIA
Penyebab insomnia dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a.insomnia primer merupakan gangguan tidur yang tidak disebabkan oleh
masalah kesehatan
b.insomnia sekunder adalah kesulitan tidur yang dusesbabkan oleh penyebab
lain atau kondisi khusus tertentu misalnya:
Stress (kehilangan pekerjaan,perceraian,kematian,dan sebagainya).
Penyakit tertentu.
261
Faktor lingkungan seperti,suara bising,cahaya,dan suhu yang
ekstrim(dingin atau panas).
Obat-obatan misalnya obat depresi,anti hipertensi,dan asma.
Jadwal tidur terganggu misalnya karena bekerja dengan sistem shift.
Nyeri.
Depresi atau gangguan kecemasan.
Kafein,nikotin,alkohol.
3. MANIFESTASI KLINIS INSOMNIA
Terdapat beberapa gejala sulit tidur yang umum dirasakan
penderita seperti:
Penderitanya sering kali membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk
bias tidur
Penderita hanya bias tidur selama 6 jam atau kurang,setidaknya 3 hari
berturut-turut dalam 1 bulan atau lebih.
Tidak merasa bugar setelah tidur atau merasa lelah disiang hari
meskipun memiliki waktu tidur yang cukup.
Sulit berkontaminasi.
Kurangnya energi atau motivasi.
Mamiliki kekhawatiran tentang tidur.
4. PENCEGAHAN INSOMNIA
Penyakit insomnia dapat dicegah dengan beberapa cara,diantaranya:
Olahraga teratur yang sebaiknya dilakukan minimal 4 jam sebelum
tidur.Hindaro berolahraga mendekati waktu tidur karena dapat
mengganggu kualitas tidur.
Hindari kafein,nikotin,dan alkohol terutama pada sore dan malam hari.
Latihan teknik melepas stress seperti yoga,meditasi atau relaksasi.
PENATALAKSAAN INSOMNIA
262
Terapi Nonfarmakologi
Sleep hygiene mencakup perubahan gaya hidup.seperti control
diet,olahraga teratur danmengurangi penggunaan stimulant dan
alcohol.faktor lingkungan yang mungkin mengganggu tidur, misalnya
suara,cahaya,dan temperature juga dikendalikan.selain itu juga disarankan
untuk menghindari tidur siang dan makan malam yang berat.
Stimulus control therapy pasien yang mengalami gangguan tidur kronis
cenderung mengalami conditioning antara lingkungan tempat tidur dan
jam tidur dengan perilaku-pe rilaku yang bias mengganggu tidur seperti
khawatir,membaca menggunakan smartphone,atau menonton televisi
ditempat tidur.
Intruksi untuk terapa ini mencakup:
o Berbaring ditempat tidur hanya ketika sudah mengantuk.
o Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga ditempat tidur.
o Tidur hanya ditempat tidur dikamar tidur dan bukan ditempat
lain seperti sofa.
o Segara meninggalkan tempat tidur setelah bangun.
o Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk.
o Selalu bangun pada waktu yang sama,meskipun jumlah jam tidur
malam berbeda-beda (dengan tanpa memperdulikan jumlah jam
tidur malam).
o Hindari tidur disiang hari.
Sleep restriction terapi ini dilakukan dengan membatasi waktu terjaga
ditempat tidur (sebelum tidur).sebelum terapi dimulai,pasien diminta
membuat sleep log selama 2 minggu untuk mengetahui perbandingan
waktu benar-benar tidur ditempat tidur dibandingkan dengan seluruh
waktu yang dihabiskan ditempat tidur (sleep efficiency).Pasien hanya
diijinkan tidur sejumlah waktu yang dihabiskan benar-benar tidur
263
ditempat tidur (tapi tidak boleh kurang dari 5 jam),sehingga pasien
akan mengalami deprivasi tidur dan peningkatan dorongan untuk
tidur.Bila sleep efficiency sudah mencapai 90% maks jam tidur
ditambahkan 15 menit.
Terapi relaksasi pikiran bisa memperarah gangguan tidur,mereka
yang mengalami gangguan tidur sering kali mencemaskan kesulitan
tidurnya ketika memulai tidur sehingga memperarah gangguan
tidurnya.Terapi relaksasi ditujukan untuk meredakan pikiran-pikiran
ini.Teknik relaksasi yang bias digunakan adalah progressive
muscular relaxation,autogenik,training (menginduksi sensasi hangat
dan tekanan untuk menimbulkan relaksasi somatik) dan imagery..
Maintenance Patensi Jalan Napas Untuk mereka yang mengalami
gangguan tidur yang terkait dengan gangguan jalan napas, maka bisa
dipertimbangkan untuk pemberian dental-oral appliance, pengaturan
posisi tidur, penurunan berat badan, atau tindakan operatif.
Terapi Farmakologi
264
o Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya
kesulitan memulai tidur atau mempertahankan tidur).
o Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau
intermiten).
o Durasi pemberian obat yang direncanakan.
o Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien.
Selain obat untuk mengatasi insomnia, ada juga obat yang digunakan untuk
mengatasi hipersomnia dan narkolepsi. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai anti-
narkolepsi lini pertama adalah modafinil, armodafinil, pitolisant, sodium oxybate, dan
265
solriamfetol. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai lini kedua adalah metilfenidat dan
amfetamin
B. PARASOMNIA
1.DEFINISI PARASOMNIA
2.ETIOLOGI PARASOMNIA
266
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia.
Sangat mengantuk.
Sering marah tanpa lasan yang jelas pada siang hari.
Tiba-tiba tertidur saaat duduk dan melakukan aktivitas lain,seperti
membaca atau menonton tv
Sulit berkonsentarsi dalam melakukan kegiatan tertentu
dirumah,tempat kerja,atau sekolah.
Sangat mengantuk dan tertidur ketika menyatir.
Sering terlihat mengantuk.
Sulit mengingat atau menyimpan informasi.
Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan.
Emosi yang tidak stabil.
Membutuhkan rangsangan kimia (dalam bentuk kafein) untuk tetap
terbangun.
4.KLASIFIKASI PARASOMNIA
267
Sleepwalking disorder (somnambulisme).Tindakan bangun dan
berjalan ke sekeliling saat tidur berjalan paling sering terjadi pada
anak-anak yang biasanya menghilang pada usia remaja.
5.PENCEGAHAN PARASOMNIA
6.PENATALAKSAAN PARASOMNIA
268
C.NARKOLEPSI
1.DEFINISI NARKOLEPSI
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa
ngantuk di siang hari dan serangan tidur tiba-tiba.Orang dengan narkolepsi
merasa sulit untuk tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama,terlepas dari
keadaan.Alhasil kondisi ini dapat menybabkan gangguan serius dalam
menjalani rutinitas sehari-hari.Tekadang kondisi ini dapat diserati dengan
hilangnya tonus otot secara tibatiba yang dapat dipicu oleh emosi yang
kuat.narkolepsi yang terjadi dengan cataplexy disebut narkolepsi tipe
1.narkolepsi yang terjadi tanpa katapleksi dikenal sebagai narkolepsi tipe 2.
2.ETIOLOGI NARKOLEPSI
269
dimulai.Kebanyakan mimpi terjadi saat tidur REM.Namun pada
narkolepsi,pengidap tiba-tiba masuk kedalam tidur REM tanpa mengalami
tidur REM,baik pada malam hari atau siang hari.
Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan kemudian
berlanjut seumur hidup.hal ini termasuk rasa mengantuk di siang hari yang
berlebihan.pengidap narkolepsi dapat tertidur kapan dan dimana saja.
270
kelumpuhan tidur.Gejala lainnya yang cukup sering adalah perubahan dalam
gerakan mata cepat (REM) tidur.Tidur (REM) biasanya ketika kebanyakan
mimpi terjadi.pada orang dengan narkolepsi tidur REM dapat terjadi kapan
saja pada siang hari.pengidap narkolepsi membutuhkan hanya 15 menit untuk
mengalami transisi cepat ke tidur REM.selain itu saat bangun tidur,pengidap
juga dapat mengalami halusinasi hipnagogik.
4.PENCEGAHAN NARKOLEPSI
Beberapa hal yang harus kamu ingat untuk mencegah berkembangnya narkolepsi
sekunder adalah menghindari:
Vaksin influenza
Menghindari aktivitas ekstrem
Guna mengurangi risiko cedera kepala berat.
5.PENATALAKSANAAN NARKOLEPSI
Terapi farmokologis
Obat-obatan.
Terapi nonfarmologis
Kebiasaan tidur.
Diet dan olahraga.
Pekerjaan dan berkendara.
D.SLEEP APNEA
1.DEFINISI SLEEP APNEA
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat
271
tidur.Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan
asupan oksigen yang cukup.
Sleep apnea obstruktif (OSA) merupakan jenis sleep apnea yang paling sering
disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,biasanya karena jaringan lunak
dibagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.
Sleep apnea sentral (CSA) tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini
tetapi sleep apnea terjadi Karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada
otot pernapasan untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk
bernapas,terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di otak.
Sindrom sleep apnea kompleks dikenal sebagai treatment-emergent central
sleep apnea yang terjadi ketika seseorang memiliki 0SA dan CSA.
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
Dengkuran keras.
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Terengah-engah saat tidur.
Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
Nyeri kepala saat bangun tidur.
Sulit mempertahankan tidur.
Mengantuk saat siang hari.
Sulit konsentrasi.
Iribilitas.
272
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan cara
memiliki pola makan sehat,berhenti merokok,dan membatasi asupan alkohol.
Kata-kata yang keluar bisa berkaitan dengan mimpi bahkan berlainan sama
sekali,misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling” tetapi kata yang keluar adalah
“mama” walau demikian,biasanya si pengigau tidak ingat apa-apa yang telah
273
dikatakan atau bahkan tentang mimpinya sendiri.mengigau merupakan bentuk
parasomnia yang biasa terjadi pada 50% anak-anak dan 50% orang dewasa.igauan
yang terucap bisa sangat dramatis,emosional,dan kasar.mengigau merupakan
vokalisasi saat tidur,bisa berupa kata-kata yang jelas atau hanya sekedar
gumaman.kondisi ini bisa dipacu oleh keadaan emosional-psikologis,demam atau
tidur yang terganggu.Mengigau biasanya berlangsung pada tahap tidur dangkal atau
kadang kala pada tahap mimpi (tidut REM) jika terjadi dalam tahap tidur
mimpi,biasanya terjadi bersesuaian dengan mimpi yang mengejutkan seperti melihat
pencuri atau melihatt kecelakaan.kata-kata yang keluar bisa berkaitan dengan mimpi
bahkan berlainan sama sekali,misalkan dalam mimpi meneriakkan “maling” tetapi
kata yang keluar adalah “mama” walau demikian,biasanya sipengigau tidak ingat
apa yang dikatakan atau bahkan mimpinya sendiri.
Gangguan ini sering terjadi pada usia muda bahkan pernh dilaporkan kejadian
sleeptaking pada balita yang baru bisa jalan.meskipun lebih sering terjadi pada anak
usia 4 tahun hinggan 7 tahun.Kebanyakan kebiasaan ini hilang sendiri ketika
meranjak dewasa.Tetapi saat dalam kondisi kurang tidur yang ekstrem gangguan
sewaktu-waktu bisa menyerang,
2.ETIOLOGI MENGIGAU
274
Gangguan mimpi saat tidur yang disebabkan karena adanya masalah pada
fungsi otak,kondisi ini disebut dengan rapid eye movement (REM) sleep behavior
disorder.
4.PENCEGAHAN MENGIGAU
Hindari stress
Tetap berpikir positif
Menerima hal yang terjadi diluar kontrol
Berolahraga
Hindari alkohol dan narkoba
Perbaiki jam tidur
Memasang white noise
DAFTAR PUSTAKA
275
Rodriguez CL,foldvary-schaefer N,neurofisiologis klinis
parasomnia NREM.Buku pegangan neurologi
klinis.2019.volume 161,halaman 397-410.
Pelayanan kesehatan nasional.diakses pada
2022.Narkolepsi.WebMD.Diakses pada 2022 narkolepsi
diperbarui pada 9 juni 2022.
Klinik mayo.Diakses pada 2019.sleep apnea-gejala dan
penyebab.
WebMD.Diakses pada 2019.sleep
apnea;jenis,penyebab,definisi.Diperbarui pada 23 september
2019.
276
DI SUSUN OLEH :
P00320222058
TINGKAT 1B
DOSEN PEMBIMBING :
277
A. INSOMNIA
1. DEFINISI
Insomnia didefinisikan sebagai suatu presepsi seseorang merasa tidak
cukup tidur atau kualitas tidurnya buruk walaupun orang tersebut sebenarnya
memiliki kesempatan tidur yang cukup sehingga mengakibatkan perasaan
yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.
Siklus tidur-bangun diatur oleh hubungan timbal balik antara 3 sistem
saraf yang berbeda di batang otak :
Arousal system, bagian dari reticular activating system
Pusat tidur gelombang lambat,
Pusat tidur paradoksikal.
Aktivitas otak selama tidur dapat di rekam menggunakan EEG. Terdapat
2 jenis tidur, yaitu 1. Tidur gelombang lambat (tidur NREM), dan 2. Tidur
paradoksikal (tidur REM). Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium, yaitu :
1. Stadium I: seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata
dan kedua bola mata bergerak pelan, pola EEG menunjukkan
penurunan volatase dengan gelombang alfa yang frekuensinya semakin
menurun.
2. Stadium II: kedua bola mata berhenti bergerak tetapi tonus otot tetap
terpelihara. Pola EEG menunjukkan adanya sleep spindle.
3. Stadium III: pola EEG menunjukkan gelombang dasar yang lambat
dengan amplitudo yang meningkat.
4. Stadium IV: tampak gelombang lambat saja tanpa sleep spindle. Pada
tidur stadium III dan IV, tonus otot menjadi sangat rendah.
Tidur NREM ditandai oleh gerakan mata cepat (rapid eye movement),
kecepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan menjadi tidak
teratur/iregular dan tekanan darah berfluktuasi. Tidur NREM merupakan
tahap tidur yang paling dalam. Kebanyakan orang dewasa tidur sekitar 7-8
278
jam dalam semalam, pada bayi dan orang tua terdapat frekuensi tidur-bangun
yang lebih sering. Terdapat dua macam gangguan tidur, yaitu:
1.) Gangguan tidur fungsional
2.) Patologis
Gangguan tidur fungsional terdiri dari somnabulisme, sleep automatism,
kejang nokturnal, dan paralisis nokturnal. Sedangkan hipersomnia (terlalu
banyak tidur) dan insomnia (kurang tidur) merupakan bagian dari gangguan
tidur patologis.
Insomnia dibagi lagi menjadi:
a. Insomnia primer: penderita bisa tidur bahkan tidurnya sambil
mendengkur tapi ia tidak bisa menikmati tidur. Masa REM sangat
kurang sedangkan NREM cukup.
b. Insomnia sekunder psikoneurotik: organ-organ psikoneurotik pada
umumnya banyak problem dan keluhan. Banyak pikiran dan perasaan
yang mengganggu individu sampai saat tidur, misalnya pusing, sakit
kepala, perut kembung, badan terasa pegal-pegal.
c. Insomnia sekunder penyakit organik: karena terganggu oleh suatu
penyakit organik, misalnya nyeri dan sesak nafas.
2. ETIOLOGI
Biasanya, jenis insomnia yang dialami seseorang banyak berkaitan
dengan penyebab insomnia yang mendasarinya. Ada dua jenis insomnia,
yakni insomnia akut dan kronis, antara lain:
Mengalami stress.
Mengingat peristiwa yang traumatis.
Terjadinya perubahan kebiasaan tidur, seperti tinggal di rumah baru.
Mengalami jet lag atau mabuk setelah naik pesawat.
Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
279
Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai
akibat dari:
Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung.
Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan
penggunaan zat.
Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya.
Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, kanker, penyakit
refluks gastroesofagus (GERD), atau penyakit kardiovaskular.
Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan
dapat bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis
primer tidak diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain
yang dapat terjadi, seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis,
penggunaan zat tertentu, serta mengidap diabetes.
3. MANIFESTASI KLINIS
Kesulitan untuk tertidur pada waktu yang normal (initial insomnia, di
definisikan sebagai kesulitan tertidur lebih dari 30 menit)
Kesulitan mempertahankan tidur, sering terbangun dari tidur lalu sulit
tidur kembali
Terbangun lebih cepat di pagi hari (terminal insomnia)
Merasa tetap lelah dan mengantuk meskipun durasi tidur sudah cukup
Merasa cemas jika sudah mendekati waktu tidur
4. PENCEGAHAN
280
Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah terjadinya
gangguan tidur:
5. PENATALAKSAAN
Farmakoterapi: obat-obatan hipnotik sedative seperti zolpidem dosis 5-
10mg pada malam hari sebelum tidur, trazodon 25-100mg malam hari,
klonazepam 0,25-0,5 mg malam hari sebelum tidur atau antidepresan
amitriptilin 12,5 mg malam hari
Herbal: valerian, melatonin, chamomile, dan kava-kava
Psikoterapi
Kronoterapi
Terapi cahaya, kotraindikasi terapi ini adalah hipersensitivitas pada mata
atau kulit, atau sedang memakai obat yang meningkatkan risiko
fotosensitivitas dan gangguan bipolar.
281
B. PARASOMNIA
1. DEFINISI
Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi
tidur anak-anak, seperti somnambulisme (tidur berjalan), ketakutan dan
enuresis (ngompol). Gangguan-gangguan ini sering di alami anak secara
bersamaan, diturunkan dalam keluarga, dan cenderung terjadi pada tahap
III dan IV tidur NREM.
2. ETIOLOGI
Parasomnia diduga terjadi karena transisi yang tidak sempurna antara
NREM dan REM. Gangguan tidur ini juga diduga picu oleh beberapa
kondisi tersebut:
Kurang tidur
Demam
Stres, cemas, atau depresi
PTSD (post-traumatic stress disorder)
Konsumsi obat penenang
Kondisi medis tertentu, seperti narkolepsi, multiple sclerosis, atau
tumor otak
Penyalahgunaan alkohol
Memiliki riwayat keluarga dengan parasomnia
3. MANIFESTASI KLINIS
Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan
gejala lain, seperti :
Bangun dengan bingung atau disorientasi
Melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
Menemukan luka asing ditubuh
282
Sulit tidur sepanjang malam
Mengantuk atau kelelahan disiang hari
4. PENCEGAHAN
Penceghan parasomnia yaitu dengan rutin berolahraga, berolahraga
minimal 30 menit setiap 1 hingga 2 hari sekali, dengan intensitas yang
dinaikkan secara bertahap.
Imbangi juga pengobatan dokter dan olahraga tersebut dengan:
Bijak mengelola stres, rileks, pikiran positif, fokus pada apa yang perlu
dan penting dikerjakan, jangan memikirkan hal yang terlalu rumit.
Buat jadwal aktivitas keseharian teratur tidak hanya untuk tidur dan
bangun
Melakukan hal-hal yang membuat diri bahagia, termasuk berkumpul
bersama orang tersayang, lampiaskan hobi, ibadah yang rajin.
Jangan minum sembarang obat atau herbal selain dari dokter.
5. PENATALAKSAAN
Penatalaksaan parasomnia adalah menangani komorbid dari para somnia
atau kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia, misalnya
penghentian obat hipnotiksedatif, antipsikotik, atau antidepresan.
Tatalaksana umum meliputi edukasi dan profilaksis yaitu:
Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:
Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) umumnya ringan dan
akan hilang sendiri.
Terdapat peran genetik.
Kondisi parasomnia pada dewasa sering berhubungan dengan kondisi
psikiatri, misalnya skizofrenia dan depresi.
283
Penanganan pada komorbid psikiatri tidak akan mempengaruhi
ekspresi parasomnia.
Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada pasien
ataupun pasangan tidur.
Profilaksis
Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:
Hindari kurang tidur, konsumsi alkohol berlebih, dan stress
Meminimalkan pengobatan, termasuk psikotropika
Melakukan sleep hygiene
Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara, sentuhan)
Mengobati komorbiditas medis lain
C. HIPERSOMNIA
1. DEFINISI
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia
merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari, hypersomnia
biasanya berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau
kegelisahan, kerusakan sistem saraf sentral dan gangguan ginjal, hati atau
gangguan metabolisme.
2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, hipersomnia dapat dibagi menjadi dua jenis.
Berikut ini adalah jenis hipersomnia dan penyebabnya:
Hipersomnia primer
Penyebab hipersomnia primer belum diketahui secara pasti. Akan tetapi,
kondisi ini diduga terjadi akibat mutasi (perubahan) genetik yang membuat
284
produksi histamin di dalam otak berkurang. Meski disebabkan oleh mutasi
genetik, hipersomnia primer tidak menurun dari orang tua ke anaknya.
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder terjadi akibat penyakit atau kondisi tertentu yang
membuat seseorang kurang tidur atau kelelahan. Beberapa penyakit atau
kondisi tersebut adalah:
Kondisi medis, seperti hipotiroidisme, asma, nyeri kronis, kanker,
multiple sclerosis, dan epilepsi
Gangguan tidur, misalnya sleep apnea dan restless leg syndrome
Kondisi psikis, antara lain depresi, gangguan cemas, dan gangguan
bipolar
Kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA
Efek samping obat sedatif, seperti antihistamin, antidepresan,
diazepam, dan obat jantung jenis penghambat beta.
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama hipersomnia adalah rasa kantuk dan lelah sepanjang hari
meski telah tidur cukup pada malam hari sebelumnya. Keluhan lain yang
dapat muncul akibat hipersomnia adalah:
Mudah marah, gelisah, dan tersinggung
Tidak nafsu makan
Sakit kepala
Sulit berkonsentrasi dan mengingat
Sulit berpikir dan berbicara cepat
Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
Kantuk yang tidak mereda walaupun telah tidur siang
285
4. PENCEGAHAN
Hingga saat ini, belum ada cara mencegah hipersomnia yang bisa
dilakukan. Meski begitu, Anda dapat mengurangi risikonya dengan:
Menciptakan lingkungan tidur yang tenang
Menjauhi konsumsi alkohol
Menghindari konsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk
Jangan bekerja hingga larut mala
5. PENATALAKSANAAN
Pengobatan hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menjadi
penyebabnya. Selain itu, pengobatan dilakukan dengan kombinasi
perubahan pola hidup.
Pemberian obat psikostimulan, termasuk amfetamin, methylphenidate,
atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang
membantu pengidap merasa lebih terjaga.
Pilihan obat lainnya, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan
clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari proses pengobatan.
Dokter mungkin akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain
itu, hindari aktivitas tertentu menjelang waktu tidur. Ini termasuk
mengonsumsi kafein dan minuman beralkohol. Dokter juga mungkin
merekomendasikan pola makan sehat kepada pengidap.
D. NARCOLEPSY
1. DEFINISI
Narcolepsy adalah serangan mengantuk yang mendadak di siang hari,
Sering di sebut sebagai serangan tidur.
2. ETIOLOGI
286
Penyebabnya tidak diketahui tetapi diperkirakan akibat kerusakan genetic
sistem saraf pusat yang mana periode tidur REM tidak dapat dikendalikan.
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang
secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi
yang umum terjadi:
1. Kantuk yang berlebihan pada siang hari
Penderita narkolepsi akan selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk
tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
2. Serangan tidur
Serangan tidur bisa menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana
saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali,
serangan tidur dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
3. Katapleksi
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan
lemah tungkai, penglihatan ganda, kepala lunglai, rahang turun, dan
bicara cadel. Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga
menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah,
atau tertawa.
4. Ketindihan (sleep paralysis)
Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau
berbicara saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
5. Halusinasi
Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu
yang tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
287
Gangguan ingatan
Sakit kepala
Depresi
Binge eating disorder
Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
Gejala narkolepsi berbeda dengan hipersomnia. Pada hipersomnia,
penderita masih dapat terjaga walaupun merasakan kantuk berat. Selain itu,
penderita hipersomnia tidak mengalami sleep paralysis,
halusinasi, dan katapleksi.
4. PENCEGAHAN
Narkolepsi tidak dapat dicegah. Namun, pengobatan secara rutin dapat
membantu mengurangi jumlah serangan tidur yang mungkin terjadi. Selain
itu, timbulnya gejala narkolepsi ringan juga dapat dicegah dengan
mengubah pola tidur. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan
untuk mengurangi rasa kantuk pada siang hari, sekaligus meningkatkan
kualitas tidur pada malam hari:
Lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, tetapi
jangan terlalu dekat dengan waktu tidur.
Biasakan tidur siang selama 20–30 menit saat merasa sangat
mengantuk.
Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap
hari.
Hindari makan dengan porsi banyak dan mengandung tinggi lemak
sebelum tidur.
Jangan mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol, dan hindari
merokok sebelum tidur.
Lakukan hal-hal yang dapat membuat pikiran rileks sebelum tidur,
seperti membaca atau mandi air hangat.
288
Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
5. PENATALAKSANAAN
Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi narkolepsi antara lain
stimulansi seperti ampetamin atau metilpenidase hidroklorida, serta anti
depresan seperti imipramin hidroklorida (tofranil).
2. ETIOLOGI
Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:
1) Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis sleep apnea yang
paling sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,
biasanya karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang
kolaps semasa tidur.
2) Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada
tipe ini, tetapi Sleep Apnea terjadi karena kegagalan otak untuk
memberi pesan kepada otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan
instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di otak.
3) Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent
central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang
memiliki OSA dan CSA.
3. MANIFESTASI KLINIS
289
Gejala yang bisa dialami pengidap sleep apnea adalah sebagai berikut:
Dengkuran keras.
Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
Terengah-engah dalam tidur.
Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
Nyeri kepala saat bangun tidur.
Sulit mempertahankan tidur.
Mengantuk saat siang hari.
Sulit konsentrasi.
Iritabilitas.
4. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir faktor risiko dengan
cara:
memiliki pola makan sehat,
berhenti merokok, dan
membatasi asupan alkohol.
5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua
yakni terapi nonbedah dan bedah. Penatalaksanaan OSA disesuaikan
berdasarkan Indeks Apnea-Hipopnea (AHI) pasien.
Terapi nonbedah dapat berupa penggunaan continuous positive pressure
(CPAP), oral appliance therapy, dan obat-obatan. Sedangkan terapi bedah
bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas pada struktur anatomi saluran
napas atas dan volume. Hingga saat ini CPAP adalah terapi pilihan utama
yang digunakan untuk OSA.
290
F. MENGIGAU
1. DEFINISI
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur dimana orang yang
mengalami kejadian tersebut menyebutkan nama seseorang atau
mengucapkan sesuatu yang tidak jelas.
Menurut National Sleep Foundation, tidur berbicara dikenal dengan
sebutan somniloquy, gangguan yang mengacu pada berbicara saat tidur.
kata-kata yang diucapkan sebenarnya tidak memiliki arti, bisa berupa
gumam, monolog kompleks, atau rangkaian kalimat yang tidak jelas.
Meski begitu, mengigau bisa jadi indikasi gangguan tidur yang lebih
serius, seperti sleep apnea (napas berhenti), night terrors (menjerit) dan
gangguan perilaku REM (Rapid Eye Movement).
Setiap orang bisa mengigau, tetapi pada umumnya terjadi pada pria dan
anak-anak. sama halnya dengan kebiasaan berjalan saat tidur.
Memang sedikit orang mengigau berat yang memiliki gangguan
psikologis namun yang pasti ketika mengigau berarti sebenarnya ada hal
yang sedang dipikirkan sebelum beranjak tidur.
2. ETIOLOGI
Faktor utama yang menjadi penyebab orang mengigau yaitu stres,
depresi, kurang tidur, mengantuk berlebih, minum-minuman beralkohol,
dan bahkan demam di siang hari. Selain itu, mengigau dapat terjadi karena
adanya faktor-faktor psikologis lainnya.
Ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang mengigau,
antara lain:
Sedang menggunakan obat tertentu
Tekanan emosional
291
Demam
Gangguan kesehatan mental
Penyalahgunaan zat terlarang
Selain itu, mungkin ada faktor genetik juga yang menyebabkan orang
mengigau saat tidur. Jadi jika Anda memiliki orang tua atau anggota
keluarga lainnya yang mengigau, Anda mungkin juga berisiko.
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama mengigau yaitu ekspresi yang bisa didengar terjadi selama
tidur tanpa orang itu menyadarinya. Itu bisa berupa omong kosong atau
menyerupai ucapan normal.
4. PENCEGAHAN
Beberapa pencegahannya antara lain:
Usahakan cukup tidur
Kelola stress
Hindari alkohol
Hentikan cemilan malam
Konsultasi pada ahli
5. PENATALAKSANAAN
Ikuti cara berikut untuk menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur:
1. Hindari stress
Menghilangkan kebiasaan mengigau saat tidur bisa dilakukan dengan
meghindari stress.
2. Perbaiki jam tidur
Kurang tidur bisa meningkatkan kemungkinan anda untuk mengigau
3. Memasang White Noise
292
Anda juga bisa mencoba menggunakan white noise saat tidur untuk
menghilangkan kebiasaan mengigau. White noise merupakan suara
dalam frekuensi tertetu yang membuat pendengarnya merasa rileks.
4. Berkonsultasi ke dokter
Cara menghilangkan mengigau saat tidur adalah dengan berkonsultasi
segera ke dokter. Terutama jika Anda sering mengigau secara intens,
misalnya menjerit saat tidur, melakukan tindakan yang
membahayakan, dan memiliki riwayat mengigau dari kecil.
293
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Georgeo Dewanto, Buku kedokteran EGC © 2007. Panduan Praktis Diagnosis &
Tata Laksana Penyakit Saraf.
Healthline. https://www.healthline.com/health/hypersomnia
Diakses pada 31 Mei 2019.
WebMD. Diakses pada 2019. Sleep Apnea: Types, Common Causes, Risk Factors,
Effects on Health.
Obstructive Sleep Apnea. 2022 Jun 28. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 1029083619.
Kenapa orang mengigau ketika sedang tidur? Apa saja yang dikatakan. hellosehat-
com.cdn.ampproject.org. Diakses tanggal 2020-03-05.
294
MAKALAH
Disusun Oleh
295
KOTA LANGSA
2023
BAB II
PEMBAHASAN
A. Insomnia
1. Pengertian
Keadaan sulit tidur atau insomnia adalah gangguan tidur yang
ditandai dengan kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur.
Jumlah durasi waktu tidur yang dibutuhkan setiap orang
memang berlainan. Akan tetapi, kebutuhan tidur orang dewasa rata-
rata adalah 7- 8 jam per hari.
2. Penyebab
Penyebab sulit tidur/insomnia dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu:
a. Insomnia primer merupakan gangguan tidur yang tidak
disebabkan oleh masalah kesehatan.
b. Insomnia sekunder adalah kesulitan tidur yang disebabkan oleh
penyebab lain atau kondisi khusus tertentu, misalnya:
1) Stres (kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian, dan
sebagainya)
2) Penyakit tertentu
3) Faktor lingkungan, seperti suara bising, cahaya, dan
suhu yang ekstrem (dingin atau panas)
4) Obat-obatan (misalnya obat depresi, anti-hipertensi,
dan asma)
5) Jadwal tidur terganggu, misalnya karena jetlag dan
bekerja dengan sistem shift
296
6) Nyeri
7) Depresi atau gangguan cemas
8) Kafein, nikotin, dan alkohol
3. Gejala
Terdapat beberapa gejala sulit tidur yang umum dirasakan
penderitanya, seperti:
a. penderitanya sering kali membutuhkan waktu lebih dari 30
menit untuk bisa tidur
b. penderita hanya bisa tidur selama 6 jam atau kurang,
setidaknya 3 hari berturut-turut dalam 1 bulan atau lebih
c. tidak merasa bugar setelah tidur dan/atau merasa lelah di siang
hari meskipun memiliki waktu tidur yang cukup
d. sulit berkonsentrasi
e. kurangnya energi atau motivasi
f. memiliki kekhawatiran tentang tidur
4. Faktor Risiko
Berikut adalah beberapa faktor risiko yang membuat seseorang
sangat mungkin mengidap penyakit insomnia:
a. Usia Lanjut
Orang yang berusia di atas 60-65 tahun lebih mungkin
mengalami insomnia daripada orang yang lebih muda.
b. Penyakit kronis
Penyakit kronis tertentu, khususnya yang melibatkan nyeri
kronis derajat sedang hingga berat, dapat meningkatkan risiko
terjadinya insomnia.
c. Obat-obatan
297
Obat-obatan seperti dekongestan, obat pelangsing, steroid, obat
tekanan darah, teofilin, fenitoin dan levodopa dapat
menimbulkan efek samping berupa gangguan tidur.
d. Jenis Kelamin
Insomnia lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Kehamilan dan perubahan hormonal seperti sindrom
pramenstruasi (PMS) atau menopause juga dapat mengganggu
tidur.
e. Faktor Psikologis
Gangguan cemas, depresi, dan bipolar sangat berpotensi
menimbulkan insomnia.
f. Perilaku Gaya Hidup
Perubahan waktu tidur yang tak teratur, merokok, dan
peminum alkohol berat akan sangat mungkin mengalami
insomnia.
g. Sistem Kerja Shift
Pekerja shift malam akan memaksa ritme biologis seseorang
menjadi sedikit berantakan. Hal ini akan mengganggu siklus
bangun dan tidur seseorang.
h. Perjalanan Jarak Jauh (Jetlag)
Jetlag adalah ketidakmampuan untuk tidur akibat melintasi
banyak zona waktu dalam waktu singkat. Kondisi ini dapat
mengganggu ritme biologis.
5. Diagnosis
Penentuan diagnosis pada sulit tidur/ insomnia dapat dilakukan
melalui serangkaian wawancara medis. Melalui wawancara ini dapat
diketahui riwayat penyakit, riwayat pengobatan, dan pola tidur.
Dokter mungkin akan meminta Anda mencatat jadwal tidur selama
dua minggu atau lebih untuk melihat pola tidur.
298
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
laboratorium juga mungkin akan dilakukan jika anda dicurigai
menderita hipertiroid.
6. Pengobatan
Untuk mengatasi sulit tidur, harus diketahui dulu penyebab
agar pengobatan tepat sasaran. Secara umum penanganan terhadap
insomnia dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
299
e. Pemberian Obat-obatan
Obat-obatan diberikan jika insomnia tidak berhasil diatasi
dengan terapi. Obat tidur hanya boleh diberikan oleh dokter
spesialis kejiwaan (psikiater) dan tetap berada dalam
pengawasan dokter. Dokter biasanya tidak merekomendasikan
penggunaan obat tidur dalam jangka waktu lama. Berikut
adalah beberapa obat dari gangguan tidur yang mungkin
diresepkan dokter:
1) Doxepin (Silenor)
2) Estazolam
3) Eszopiclone (Lunesta)
4) Ramelteon (Rozerem)
5) Temazepam (Restoril)
6) Triazolam (Halcion)
7) Zaleplon (Sonata)
8) Zolpidem (Ambien, Edluar, Intermezzo, Zolpimist)
9) Zolpidem extended release (Ambien CR)
10) Suvorexant (Belsomra)
7. Pencegahan
Penyakit insomnia dapat dicegah dengan beberapa cara, di
antaranya:
a. Olahraga teratur, yang sebaiknya dilakukan minimal 4 jam
sebelum tidur. Hindari berolahraga mendekati waktu tidur
karena dapat mengganggu kualitas tidur
b. Hindari kafein, nikotin, dan alkohol, terutama pada sore dan
malam hari
c. Buatlah diri Anda terpapar sinar matahari pada sore hari. Hal
ini dapat membantu tubuh melepaskan melatonin untuk
300
regulasi ritme sirkadian tubuh. Ini merupakan penentu jam
biologis tubuh Anda
d. Latihan teknik melepas stres, seperti yoga, meditasi, atau
relaksasi
8. Komplikasi
Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit
susah tidur:
a. Prestasi kerja atau sekolah menurun
b. Meningkatkan risiko kecelakaan jika mengendarai kendaraan
bermotor
c. Gangguan psikiatri, seperti gangguan cemas dan depresi
d. Kelebihan berat badan atau obesitas
e. Mudah tersinggung dan emosi
f. Meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti
hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes mellitus
B. Parasomnia
1. Pengertian
Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya
episode abnormal saat tidur. Beberapa episode abnormal yang
dimaksud antara lain berjalan saat tidur, mimpi buruk, atau paralisis
(yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan). Terdapat
berbagai macam gangguan tidur yang termasuk parasomnia. Beberapa
gangguan yang paling sering ditemui adalah:
a. Gangguan tidur berjalan (sleep-walking), atau disebut juga
somnambulisme
b. Nightmare
c. Night terror
301
Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis
(mengompol), halusinasi tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih
banyak dialami oleh anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.
2. Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui
dengan jelas. Meski demikian, faktor genetik diduga berperan karena
banyak kasus parasomnia terjadi menurun dalam riwayat kesehatan
keluarga. Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan
mengalami parasomnia adalah:
a. Sedang tertekan atau stres
b. Penderita memiliki gangguan post-traumatic stress disorder
c. Efek samping obat tertentu
d. Pengguna narkoba
e. Kebiasaan mengonsumsi alkohol
3. Diagnosis
Penentuan ada tidaknya gangguan tidur dilakukan oleh
psikiater.
Untuk mengetahui adanya kemungkinan parasomnia, dokter akan
meminta penderita untuk membuat buku harian tidur untuk mencatat
hal-hal yang dialami saat tidur selama dua minggu terakhir.
Bila diperlukan, perilaku saat tidur dapat diobservasi di ruang
rawat dengan pemeriksaan polisomnogram. Pemeriksaan ini
menggunakan teknik mendeteksi gelombang otak, denyut jantung, dan
pernapasan saat tidur. Selain itu juga dilakukan perekaman video
untuk mendeteksi adanya perilaku abnormal saat tidur.
4. Gejala
Penderita parasomnia pada umumnya sering mengeluh tidur
tidak nyenyak karena adanya episode abnormal yang mengganggu saat
302
tidur. Sedangkan gejala khas tiap penyakit yang termasuk dalam
parasomnia bisa saja sangat berbeda-beda.
Gangguan tidur berjalan (sleepwalking atau somnambulisme)
ditandai dengan berjalan saat tidur. Penderitanya dapat berjalan keluar
rumah, memindahkan barang-barang, dan bahkan berlari-lari.
Biasanya mata penderitanya terbuka saat melakukan aktivitas tersebut,
tetapi otaknya tidak menyadarinya. Mencegah penderita untuk tidak
berjalan umumnya bukanlah langkah yang baik karena penderitanya
dapat menunjukkan perilaku agresif seperti memukul atau menggigit
bila dicegah berjalan.
Nightmare merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan
mimpi buruk yang terasa amat nyata. Penderita nightmare sering
terbangun di malam hari dengan ketakutan karena mimpi buruk yang
dialaminya. Biasanya setelah terbangun, penderita akan sulit untuk
tidur lagi.
Night terror memiliki gejala adanya perilaku agresif saat tidur.
Perilaku agresif tersebut bisa berupa berteriak-teriak, menendang,
menangis, dan sebagainya. Umumnya penderita night terror tidak
dapat mengingat mimpi yang dialami saat tidur yang menyebabkan
dirinya melakukan perilaku agresif tersebut.
Sleep paralysis sering disebut dengan istilah ketindihan. Pada
gangguan ini, penderitanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama
sekali padahal dalam keadaan sadar. Episode paralisis ini berlangsung
selama beberapa detik hingga beberapa menit. Kadang gangguan ini
juga disertai oleh halusinasi, yang biasanya dianggap menyeramkan
oleh penderitanya.
Sleep talking sering disebut mengigau. Penderita gangguan ini
berbicara di bawah kesadarannya saat tidur. Bicara bisa tidak jelas,
303
bisa juga berteriak dengan lantang. Isi pembicaraan umumnya tidak
jelas atau tidak esensial.
Enuresis merupakan istilah medis dari mengompol.
Mengompol saat tidur merupakan hal yang normal pada anak,
terutama balita. Enuresis dianggap tidak normal lagi bila terjadi pada
anak di atas usia 5 tahun dan orang dewasa. Biasanya pemicunya
adalah karena adanya masalah psikologis tertentu yang sangat
membebani pikiran.
Sleep related eating disorder merupakan episode ketagihan
makan dan minum yang terjadi saat terbangun di malam hari.
Penderita biasanya tidak sadar penuh saat bangun. Secara tidak sadar
ia akan mengonsumsi makanan dalam jumlah sangat banyak. Karena
dilakukan tanpa sadar, sangat mungkin makanan yang dikonsumsinya
adalah zat berbahaya.
5. Pengobatan
Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur
yang dialami. Bila parasomnia yang dialami adalah gangguan tidur
berjalan, maka hal yang paling penting adalah memastikan bahwa
lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain itu, keluarga dapat
memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk mencegah
penderita gangguan tidur berjalan membahayakan dirinya.
Selain itu, secara umum, dokter dapat memberikan obat-obatan
untuk membantu penderita agar tidur lebih nyenyak. Sebagian besar
parasomnia akan hilang dengan sendirinya seiring bertambah usia.
6. Pencegahan
Hingga saat ini belum ada hal yang dapat mencegah
parasomnia.
C. Hipersomnia
1. Pengertian
304
Hipersomnia merupakan gangguan tidur yang cukup jarang,
yang dapat menyebabkan rasa kantuk berlebih pada siang hari. Bahkan
meski sudah mendapatkan tidur yang cukup pada malam hari. Kondisi
ini juga sering kali menyebabkan kesulitan untuk bangun pada pagi
hari setelah tidur pada malam hari atau tidur siang.
Pada kondisi ini, kebutuhan untuk tidur dapat terjadi kapan saja,
termasuk pada saat mengemudikan kendaraan atau bekerja, yang dapat
membuat kondisi ini menjadi berbahaya. Umumnya, hipersomnia
berkembang selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Diagnosis dari kondisi ini dilakukan setelah menyingkirkan
gangguan tidur yang lebih sering terjadi. Sementara itu penanganannya
ditujukan pada mengendalikan tanda dan gejala dengan pengobatan.
2. Penyebab
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab dari hipersomnia,
seperti:
a. Gangguan tidur seperti narkolepsi (rasa kantuk pada siang hari)
dan sleep apnea (interupsi dari pernapasan selama tidur)
b. Tidak mendapatkan tidur yang cukup pada malam hari
(deprivasi tidur)
c. Memiliki berat badan berlebih
d. Penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol
e. Cedera kepala atau terdapatnya penyakit neurologis, seperti
sklerosis multipel
f. Faktor genetik
3. Gejala
Pada seseorang yang mengalami hipersomnia, tanda dan gejala
lain yang dapat timbul termasuk:
a. Sering tertidur pada siang hari dan tidak merasa segar
setelahnya
305
b. Tertidur secara tiba-tiba, sering kali pada saat makan atau
berbicara
c. Tetap tidur selama waktu yang lama pada malam hari
4. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis hipersomnia, dokter akan
mengevaluasi tanda dan gejala yang dialami, melihat riwayat medis
dan riwayat keluarga. Hal ini termasuk pengobatan yang sedang
dikonsumsi, serta dengan melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan untuk
menentukan diagnosis kondisi yang dialami dan menentukan
penyebabnya, termasuk:
a. Epworth Sleepiness Scale atau Skala Kantuk Epworth
Dokter dapat meminta pasien untuk menilai rasa kantuk yang
dialami, guna menentukan bagaimana keseharian dipengaruhi
oleh pola tidur.
b. Sleep diary atau agenda tidur
Dokter dapat meminta pasien untuk mencatat agenda tidur, di
mana pasien mendokumentasikan jam tidur dan jam bangun
untuk menunjukkan durasi dan pola tidur sehari-hari.
c. Polisomnogram
Pada pemeriksaan ini, pasien dapat tinggal di pusat penelitian
tidur selama satu malam. Polisomnogram memantau aktivitas
otak, gerakan bola mata, gerakan kaki, denyut jantung, pola
pernapasan, dan kadar oksigen pada saat tidur.
d. Multiple sleep latency test atau pemeriksaan latensi tidur
multipel
306
Pemeriksaan ini mengukur rasa kantuk dan tipe serta derajat
tidur yang dialami selama tidur siang. Pemeriksaan ini
umumnya dilakukan sehari setelah polisomnogram.
5. Penanganan
Penanganan terhadap hipersomnia ditujukan untuk meredakan
tanda dan gejala yang timbul. Pengobatan stimulan tertentu dapat
diresepkan oleh dokter untuk membantu tubuh tetap terjaga pada siang
hari bila dinilai dibutuhkan.
Selain itu, dokter juga dapat merekomendasikan untuk membuat pola
tidur malam yang rutin dan menghindari alkohol, kafein, serta obat-
obatan tertentu yang dapat memengaruhi pola tidur.
6. Pencegahan
Karena penyebab dari hipersomnia masih belum diketahui
secara pasti, maka belum ada metode pencegahan yang terbukti efektif
secara sepenuhnya untuk mencegah timbulnya kondisi ini. Namun,
beberapa cara tertentu yang diyakini dapat membantu menurunkan
rasa kantuk di siang hari. Misalnya dengan membuat agenda tidur,
memastikan tidur dan bangun pada jam yang sama setiap harinya, dan
memastikan lingkungan tidur adalah tempat yang gelap, sunyi, dan
sejuk.
D. Narkolepsi
1. Pengertian
Narkolepsi atau serangan tidur adalah penyakit tidur kronis
yang yang ditandai dengan rasa mengantuk yang berlebihan di siang
hari dan menimbulkan serangan tidur. Orang yang mengalami
narkolepsi mengalami kesulitan untuk tetap terjaga pada kondisi
307
apapun. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan dalam menjalani
aktivitas sehari- hari.
Narkolepsi terkadang diikuti oleh hilangnya kekuatan (tonus) otot atau
katapleksi. Akibatnya penderita narkolepsi akan merasa lemas
seketika.
2. Komplikasi
Komplikasi serangan tidur atau narkolepsi bisa berupa:
a. Penurunan performa di pekerjaan atau sekolah
b. Gangguan dalam hubungan interpersonal dengan orang lain
c. Obesitas
d. Trauma fisik (semisal risiko luka bakar jika orang tersebut
tertidur saat memasak)
3. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis narkolepsi atau serangan tidur,
dokter akan melakukan serangkaian wawancara mengenai rasa kantuk
berlebih yang Anda alami. Selain itu dokter juga akan melakukan
pemeriksaan fisik, khususnya untuk mengetahui hilangnya kekuatan
otot (katapleksi).
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menunjang proses
penentuan diagnosis antara lain:
a. Riwayat tidur
b. Rekaman saat tidur
c. Polisomnografi
d. Multiple sleep latency test
4. Gejala
Gejala narkolepsi atau serangan tidur paling sering terlihat
pada usia 10-25 tahun. Gejalanya antara lain:
308
a. Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari. Penderita
narkolepsi akan tertidur kapan saja dan dimana saja. Sebagai
contoh, orang tersebut akan tertidur seketika saat bekerja atau
sedang berbicara dengan orang lain. Penderita gangguan ini
dapat tertidur selama beberapa menit hingga 1 jam sebelum
akhirnya terbangun dan kemudian tertidur kembali.
b. Hilangnya kekuatan (tonus) otot secara tiba- tiba. Katapleksi
atau hilangnya kekuatan otot seketika dapat menyebabkan
tubuh menjadi lemas hingga bicara meracau. Katapleksi tidak
dapat dikontrol dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu,
misalnya: kemarahan, kesenangan, ketakutan atau kaget.
c. Paralisis saat tidur. Penderita narkolepsi dapat mengalami
kesulitan berbicara atau bergerak sesaat ketika tertidur atau
terbangun.
d. Halusinasi. Halusinasi dapat terjadi ketika tidur maupun
terbangun. Anda akan merasakan seolah- olah mimpi Anda
adalah kenyataan.
5. Pengobatan
Tidak ada penyembuhan untuk serangan tidur atau narkolepsi.
Namun dengan pemberian obat- obatan dan perubahan gaya hidup,
gejala narkolepsi dapat lebih terkontrol. Obat- obatan yang biasanya
diberikan pada penderita narkolepsi antara lain adalah obat anti
depresan dan stimulan.
6. Penyebab
Narkolepsi atau serangan tidur diduga disebabkan oleh faktor
genetik dan gangguan fungsi serta sensitivitas neurotransmitter
(hypocretin).
E. Sleep Apnea
1. Pengertian
309
Sleep apnea adalah gangguan tidur serius berupa kondisi
pernapasan yang terganggu saat seseorang tidur. Jika tidak ditangani
dengan baik, penderita akan berulang kali mengalami kondisi berhenti
napas ketika tidur. Hal tersebut dapat berbahaya, karena artinya tubuh
terutama otak tidak mendapatkan oksigen secara memadai
sebagaimana mestinya.
Gangguan tidur sleep apnea juga dapat menyebabkan
komplikasi gangguan metabolik. Beberapa gangguan yang umum
dialami orang dengan kondisi ini adalah tekanan darah tinggi, diabetes,
gangguan pembuluh darah seperti gagal jantung, irama jantung yang
tidak teratur, serangan jantung, stroke, dan gangguan kejiwaan seperti
depresi, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), dan nyeri
kepala. Selain itu sleep apnea dapat menyebabkan masalah pada
aktivitas rutin seperti bersekolah dan bekerja, serta kecelakaan saat
berkendara.
Gangguan tidur ini dapat menyerang siapa saja. Namun
demikian ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko sleep
apnea, yaitu:
a. Laki-laki
b. Memiliki berat badan berlebih
c. Usia lebih dari 40 tahun
d. Memiliki lingkar leher besar (lebih dari 42 cm pada laki-laki
dan 40 cm pada wanita)
e. Memiliki tonsil yang besar, lidah yang besar, atau tulang
rahang bawah yang kecil
f. Memiliki riwayat keluarga dengan sleep apnea
g. Memiliki gastroesophageal reflux atau GERD
h. Kerap mengalami hidung tersumbat karena septum deviasi,
alergi, atau masalah sinus
310
2. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya terdapat dua macam sleep apnea,
yaitu:
a. Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Tipe ini merupakan jenis gangguan yang paling sering terjadi.
OSA terjadi karena adanya sumbatan pada jalan napas.
Biasanya disebabkan oleh jaringan lunak pada tenggorokan
belakang yang terjatuh saat seseorang tidur.
b. Central sleep apnea
Pada tipe ini tidak terjadi sumbatan pada jalan napas. Akan
tetapi otak gagal memberikan sinyal ke otot untuk bernapas.
Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan pusat pengendali
pernapasan.
3. Diagnosis
Dokter dapat menduga adanya gangguan tidur sleep apnea dari
riwayat kondisi penderita dan gejala yang terjadi. Pemeriksaan
terhadap sleep apnea, yaitu polisomnogram akan dilakukan untuk
memastikan masalah gangguan tidur. Tes polisomnogram atau studi
tidur adalah menguji beberapa komponen yang secara elektronik
mentransmisikan dan merekam aktivitas fisik tertentu saat tidur.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan meliputi:
a. EEG (electroencephalogram) untuk merekam gelombang
aktivitas otak
b. EMG (electromyogram) untuk merekam aktivitas otot seperti
gerakan kaki, kedutan wajah dan menentukan adanya tahap
tidur REM saat terjadinya mimpi intens sering muncul
c. EOG (electro-oculogram) untuk merekam gerakan mata
d. EKG (elektrokardiogram) untuk merekam detak dan irama
jantung
311
e. Sensor aliran udara hidung
f. Mikrofon dengkuran untuk merekam aktivitas mendengkur
4. Gejala
Gejala sleep apnea yang umumnya dialami penderita meliputi:
a. Bangun tidur dengan tenggorokan terasa kering atau nyeri
b. Mendengkur kencang
c. Sesekali terbangun dengan rasa tercekik atau terengah engah
d. Mengantuk atau kurang berenergi pada siang hari
e. Mengantuk ketika berkendara
f. Nyeri kepala pada pagi hari
g. Tidur yang gelisah
h. Pelupa, mood mudah berubah, dan kurangnya hasrat seksual
i. Insomnia atau terbangun berkali-kali
5. Pengobatan
Penanganan terhadap gangguan tidur sleep apnea sangat
bervariasi meliputi:
a. Perubahan gaya hidup seperti penurunan berat badan,
perubahan posisi tidur, menghindari alkohol dan pil tidur,
berhenti merokok, dan menghindari tidur dengan posisi
terlentang.
b. Terapi CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), yaitu
pemberian aliran udara ke hidung secara terus-menerus
sehingga saluran napas tetap terbuka agar napas berlangsung
lancar.
c. Pemasangan perangkat sleep apnea dan gigi, dilakukan untuk
membuat saluran napas tetap terbuka saat tidur.
d. Pembedahan, dilakukan untuk deviasi septum, tonsil yang
membesar, atau rahang bawah yang kecil
6. Pencegahan
312
Upaya pencegahan terhadap gangguan sleep apnea dapat
dilakukan dengan menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan
risiko. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan seperti:
a. Menjaga berat badan ideal
b. Menghindari konsumsi alkohol, obat tidur, dan tidak merokok
c. Menghindari makanan pencetus asam lambung naik
F. Mengigau
1. Pengertian
Mengigau atau yang disebut juga somniloquy ialah suatu
gangguan tidur. Somniloquy ditandai dengan berbicara selama tidur.
Bentuk pembicaraan yang terjadi bisa berupa monolog jelas, dialog,
bergumam, hingga mengoceh. Sekitar 66 persen orang pernah
mengalaminya. Saat seseorang sedang mengigau, ia tidak akan sadar
dengan semua ucapannya. Orang yang mengigau pun ketika bangun
tidak akan mengingat apa yang mereka ucapkan.
2. Penyebab
Meskipun mengigau merupakan suatu gangguan tidur, namun
hal itu tidak perlu dicemaskan. Berikut beberapa faktor penyebab
orang mengigau:
a. Genetik
Beberapa studi menemukan bahwa mengigau saat tidur
mungkin merupakan bentuk sifat yang diturunkan dari
keluarga. Dalam studi yang dilakukan pada orang kembar,
mengigau saat tidur mudah ditemukan pada keduanya. Bahkan,
keduanya juga bisa sama-sama mengalami berjalan maupun
menggertakkan gigi saat tidur. Penelitian lebih lanjut
diperlukan agar dapat memahami koneksi ini.
313
b. Mengidap REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
REM Sleep Behavior Disorder ialah bentuk gangguan tidur
yang banyak terjadi. Seseorang yang mengalami RBD akan
memiliki gejala seperti menggeram, berteriak, memekik, dan
bergerak dalam mimpinya. Pergerakan itu cenderung agresif
dan kasar.
c. Pengaruh Obat-Obatan
Beberapa jenis obat dapat membuat seseorang mengigau saat
tidur. Jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan mengigau
tergolong dalam selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI).
Contohnya, sertraline, citalopram, escitalopram, dan lain-lain.
Namun, tidak semua orang yang mengonsumsi obat-obatan
tersebut mengalami mengigau saat tidur.
d. Kurang Tidur
Kurang tidur mungkin menjadi penyebab mengigau yang
paling umum. Kurangnya waktu istirahat dikaitkan dengan
peningkatan insiden mengigau saat tidur. Tentu saja, penyebab
mengigau yang satu ini tergolong tidak berbahaya.
e. Demam
Demam juga dikaitkan sebagai penyebab mengigau saat tidur.
Umumnya, demam yang memiliki suhu tinggi lebih berkaitan
dengan munculnya mengigau. Diduga, hal tersebut berkaitan
dengan dampak terhadap sistem saraf yang akibat suhu yang
tinggi. Namun begitu, hal tersebut masih perlu diteliti lebih
lanjut.
f. Gangguan Mental
Beberapa bentuk gangguan mental erat kaitannya dengan
mengigau saat tidur. Menurut studi, jenis gangguan mental
yang paling sering menjadi penyebab mengigau adalah post-
314
traumatic stress disorder (PTSD). Meskipun begitu, gangguan
mental lain, seperti depresi dan kecemasan, juga berpotensi
menyebabkan mengigau saat tidur. Bila Anda termasuk orang-
orang yang ingin memperbaiki kondisi mengigau saat tidur,
ada baiknya untuk mendatangi dokter.
315
8) Curhat
b. Perbaiki Waktu Tidur
Pastikan anda tidur cukup selama 8 jam. Jika, waktu tidur anda
kurang dari 8 jam sangat memungkinkan akan mengalami
mengigau saat tidur.
316
DAFTAR PUSTAKA
dr. Muhammad Iqbal Ramadhan. (2023). Insomnia. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/insomnia
Tim Medis Klikdokter. (2019). Parasomnia. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/parasomnia
Tim Medis Klikdokter. (2022). Hipersomnia. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/hipersomnia
Tim Medis Klikdokter. (2021). Narkolepsi. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/narkolepsi
Tim Medis Klikdokter. (2021). Sleep Apnea. Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-tidur/sleep-apnea
Archieva Prisyta. (2021). Mengigau (Somniloquy). Diakses pada 16 Maret 2023, dari
https://www.tribunnewswiki.com/2021/05/26/mengigau-somniloquy
317
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
MACAM – MACAM GANGGUAN TIDUR
Dosen Pengampu : Elfida,SKM ,M.PH
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nur Azizah (P00320222 065)
318
POLTEKKES KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN LANGSA
T.A 2023
BAB II
PEMBAHASAN
A. gangguan tidur
Gangguan tidur (sleep disorder) adalah kondisi yang mengubah cara
tidur seseorang. Kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan, keselamatan, dan
kualitas hidup. Salah satu efek buruknya adalah kurang tidur dapat
mempengaruhi kemampuan mengemudi dengan aman dan meningkatkan
masalah kesehatan lainnya. Gangguan tersebut juga dapat diartikan sebagai
kondisi yang membuat kualitas tidur seseorang terus menerus menurun.
Ada banyak jenis sleep disorder yang berdasarkan penyebab atau
bagaimana pengaruhnya terhadap seseorang. Kelainan ini juga termasuk
dikategorikan atas perilaku, masalah dengan siklus tidur-bangun, masalah
pernapasan, kesulitan tidur atau seberapa mengantuk dalam sehari.
Berikut merupakan beberapa jenis gangguan tidur yang umum
menyerang.
1. Insomnia
a. Pengertian insomnia
319
Insomnia yaitu adalah kondisi ketika seseorang mengalami
sulit tidur atau butuh waktu yang lama untuk bisa tidur. Kondisi lain
yang bisa dialami adalah anda terbangun di malam hari dan tidak bisa
tidur kembali. Kondisi ini tentu akan berdampak pada aktifitas anda
keesokan harinya seperti menurunnya produktivitas kerja.
b. Tanda dan gejala
Berikut tanda dan gejala dari insomnia yaitu :
1) Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
2) Sering terbangun pada tengah malam atau bangun terlalu pagi
3) Bangun tidur dengan tubuh yang lelah
4) Sering mengantuk dan kelelahan di siang hari
5) Cepat marah depresi atau cemas
6) Kesulitan dalam berkonsentrasi, sulit fokus dan sulit mengingat
7) Sakit kepala dan kepala terasa tegang
8) Rasa tertekan pada perut dan usus
9) Kekhawatiran akan tidur
c. Penyebab insomnia
penyebab dari insomnia itu sendiri, diantaranya adalah :
1) Stres
2) Depresi
3) Kelainan kronis seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal, hingga
arthritis.
4) Pola makan yang buruk
5) Konsumsi kafein
d. Penatalaksanaa insomnia
Penyembuhan insomnia bisa berbeda-beda caranya. Hal ini
tergantung pada seberapa serius gejala yang dialami. Insomnia ringan
atau sebentar-sebentar, kiranya tidak memerlukan pengobatan berarti
karena peristiwanya akan berlalu kurang dari sehari. Seseorang dengan
320
masalah tersebut mungkin hanya perlu mengubah jadwal tidur atau
bangun sehingga kembali ke keadaan normal
Usaha yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia ringan, di
antaranya:
1) Menjalani ritual tidur yang sehat, yakni melakukan aktivitas yang
bisa membawa kondisi rileks pada tubuh
2) Melakukan hubungan seks sebelum tidur
3) Teknik relaksasai
4) Berjemur di pagi hari untuk menyetel ulang jam biologis tubuh
Sedangkan imsomnia kronis bisa diatasi dengan konsumsi obat-
obatan. Untuk memperoleh obat yang tepat, termasuk cara penanganan
lainnya, sebaiknya berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.
e. Pencegahan insomnia
Pencegahan Insomnia bisa dilakukan dengan cara menerapkan
perilaku hidup sehat seperti memperbaiki pola makan dan rutin
berolahraga/aktivitas fisik minimal 30 menit sehari. selain itu hindari
menggunakan smartphone dan konsumsi kafein saat sudah memasuki
jam tidur.
Tidak sampai disitu, masyarakat juga diharapkan untuk
bersegera dalam melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan apabila
mengalami gejala insomnia seperti terbangun pada malam hari dan
tidak bisa tidur kembali, tidak bisa tidur siang, hingga sulit untuk
merasakan kantuk atau kondisi insomnia lebih memburuk, agar bisa
segera mendapatkan penanganan sedini mungkin.
2. Parasomnia
a. Defenisi parasomnia
Parasomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang
ditandai denganperistiwa motorik, verbal atau perilaku yang
321
tidak menyenangkan dan tidakmenyenangkan yang terjadi
selama transisi tidur atau bangun ke tidur. Istilah'parasomnia'
pertama kali diciptakan oleh seorang peneliti Perancis Henri Roger
padatahun 1932. Nomenklatur ini awalnya berasal dari kata Yunani
'para' yang berarti disamping atau di samping dan istilah Latin
'somnus' yang berarti tidur.
Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya
episode abnormal saat tidur. Beberapa episode abnormal yang
dimaksud antara lain berjalan saat tidur, mimpi buruk, atau paralisis
(yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan).
Terdapat berbagai macam gangguan tidur yang termasuk
parasomnia. Beberapa gangguan yang paling sering ditemui adalah:
1) Gangguan tidur berjalan (sleep-walking), atau disebut juga
somnambulisme
2) Nightmare
3) Night terror
Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis
(mengompol), halusinasi tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih
banyak dialami oleh anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.
322
tersebut, tetapi otaknya tidak menyadarinya. Mencegah penderita
untuk tidak berjalan umumnya bukanlah langkah yang baik karena
penderitanya dapat menunjukkan perilaku agresif seperti memukul
atau menggigit bila dicegah berjalan.
2) Nightmare merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan mimpi
buruk yang terasa amat nyata. Penderita nightmare sering
terbangun di malam hari dengan ketakutan karena mimpi buruk
yang dialaminya. Biasanya setelah terbangun, penderita akan sulit
untuk tidur lagi.
3) Night terror memiliki gejala adanya perilaku agresif saat tidur.
Perilaku agresif tersebut bisa berupa berteriak-teriak, menendang,
menangis, dan sebagainya. Umumnya penderita night terror tidak
dapat mengingat mimpi yang dialami saat tidur yang menyebabkan
dirinya melakukan perilaku agresif tersebut.
4) Sleep paralysis sering disebut dengan istilah ketindihan. Pada
gangguan ini, penderitanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya
sama sekali padahal dalam keadaan sadar. Episode paralisis ini
berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.
Kadang gangguan ini juga disertai oleh halusinasi, yang biasanya
dianggap menyeramkan oleh penderitanya.
5) Sleep talking sering disebut mengigau. Penderita gangguan ini
berbicara di bawah kesadarannya saat tidur. Bicara bisa tidak jelas,
bisa juga berteriak dengan lantang. Isi pembicaraan umumnya
tidak jelas atau tidak esensial.
6) Enuresis merupakan istilah medis dari mengompol. Mengompol
saat tidur merupakan hal yang normal pada anak, terutama balita.
Enuresis dianggap tidak normal lagi bila terjadi pada anak di atas
usia 5 tahun dan orang dewasa. Biasanya pemicunya adalah karena
323
adanya masalah psikologis tertentu yang sangat membebani
pikiran.
7) Sleep related eating disorder merupakan episode ketagihan makan
dan minum yang terjadi saat terbangun di malam hari. Penderita
biasanya tidak sadar penuh saat bangun. Secara tidak sadar ia akan
mengonsumsi makanan dalam jumlah sangat banyak. Karena
dilakukan tanpa sadar, sangat mungkin makanan yang
dikonsumsinya adalah zat berbahaya.
c. Penyebab parasomnia
Hingga saat ini penyebab pasti parasomnia belum diketahui dengan
jelas. Meski demikian, faktor genetik diduga berperan karena banyak
kasus parasomnia terjadi menurun dalam riwayat kesehatan keluarga.
Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan
mengalami parasomnia adalah:
1) Sedang tertekan atau stres
2) Penderita memiliki gangguan post-traumatic stress disorder
3) Efek samping obat tertentu
4) Pengguna narkoba
5) Kebiasaan mengonsumsi alkohol
d. Penatalaksanaa parasomnia
Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur
yang dialami. Bila parasomnia yang dialami adalah gangguan tidur
berjalan, maka hal yang paling penting adalah memastikan bahwa
lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain itu, keluarga dapat
memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk mencegah
penderita gangguan tidur berjalan membahayakan dirinya.
Selain itu, secara umum, dokter dapat memberikan obat-obatan
untuk membantu penderita agar tidur lebih nyenyak. Sebagian besar
parasomnia akan hilang dengan sendirinya seiring bertambah usia.
324
e. Pencegahan parasomnia
Hingga saat ini belum ada hal yang dapat mencegah parasomnia.
3. Hipersomnia
a. Defenisi hipersomnia
Hipersomnia merupakan salah satu gejala gangguan tidur yang dapat
diartikan sebagai kantuk berlebih. Hipersomnia sering ditemui namun
sering diabaikan. Kata hipersomnia berasal dari bahasa Yunani
“hyper” yang artinya berlebih atau lebih dari normal, dan bahasa Latin
“sommus” yang berarti tidur. Hipersomnia merupakan kebalikan dari
insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari atau
keterlambatan waktu bangun. Hipersomnia primer merupakan suatu
keadaan dimana seorang individu memiliki rasa kantuk yang
berlebihan sepanjang hari dan berlangsung beberapa bulan lamanya.
Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai
mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab di siang hari.
Penderita hipersomnia mengalami durasi serangan sekitar 1-2 jam.
Berbeda dengan narkolepsi, hipersomnia masih bisa dikontrol atau
ditahan, jarang terjadi di tempat asing, dan saat tidur di jam malam
akan berlangsung lebih lama dan dalam. Penderita hipersomnia
umumnya mengalami kantuk terlebih dahulu tanpa disertai katapleksi
dan halusinasi. Hipersomnia dapat dideteksi dengan wawancara
melalui kuisioner khusus (Epworth Sleepliness Scale) dan
polisomnografi (PSG). PSG dapat menunjukkan berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk tidur dan mendeteksi gangguan tidur seperti
OSA, PLMD, RLS, dan membedakan antara narkolepsi dengan
hipersomnia.
b. Tanda dan gejala hipersomnia
Penderita Hipersomnia memiliki beberapa gejala, namun gejala
ini tidak dapat dijadikan sebagai diagnosa karena dapat juga gejala
325
tersebut terjadi diakibatkan faktor lain. Hipersomnia dapat berupa:
merasa lelah yang hebat sepanjang hari, selalu ingin tidur di siang hari,
tetap merasa mengantuk walaupun telah tidur malam dan tidur siang
yang cukup, kesulitan berpikir dan membuat keputusan, pikiran tidak
jernih, apati (kurang emosi, motivasi, atau antusiasme), sulit
konsentrasi dan mengingat, libido menurun.
Hipersomnia dapat ditandai dengan tidur malam yang panjang,
sangat sulit dibangunkan jika sudah tidur siang dan merasa kurang
segar saat bangun, sakit kepala, sering pingsan, serta hipotensi
ortostatik (penurunan tekanan darah yang abnormal saat berdiri).
Gejalanya yang lebih mudah dikenali jika seseorang yang tertidur 8-12
jam dan orang tersebut memiliki kesulitan untuk terbangun di pagi
hari. Jika setelah makan siang kita merasa mengantuk, itu adalah hal
yang wajar karena pada saat itu, jam biologis kita sedang menurunkan
kewaspadaannya. Namun, bila setelah makan siang merasa mengantuk
hinggal sulit berpikir dan berkonsentrasi, itu juga dapat menjadi tanda
seseorang mengidap hipersomnia.
c. Penyebab hipersomnia
Hipersomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Hipersomnia dapat disebabkan oleh buruknya kualitas tidur akibat
gangguan tidur yang diderita, seperti insomnia, sindroma tungkai
gelisah, dan sleep apnea (berhenti bernapas saat tidur). Dapat juga
disebabkan oleh banyak penyakit (seperti sclerosis, epilepsi, depresi),
penggunaan obat tertentu, gangguan tidur (seperti Periodic Limb
Movement Disorder - PLMD atau Restles Leg Syndrome-RLS), kadar
ureum kreatinin yang tinggi (gagal ginjal) dan kadar besi dalam darah
yang kurang, gangguan pada bagian otak (talamus), kelainan langka
(Sindrom Kleine-Levin Sleep), dan obesitas. Selain itu dapat
disebabkan karena stres dan depresi, kelelahan, kebiasaan begadang,
326
ketergantungan obat yang dapat menjadi penyebab terganggunya pola
tidur, hingga idiopatik atau belum diketahui penyebabnya.
d. Penatalaksanaan hipersomnia
Hipersomnia dapat diatasi bila penderita mulai menerapkan
manajemen diri sedini mungkin. Untuk mengatasi hipersomnia ada
banyak cara yang bisa dilakukan, diantaranya:
1) Kembalikan pola tidur
Memaksakan pola tidur kembali ke pola yang benar merupakan
solusi yang paling utama. Tidur yang baik adalah 6-7 jam dan
beranjak tidur tidak lebih dari jam 10 malam. Bangunlah sebelum
Fajar terbit atau sekitar jam 4-5 pagi.
2) Olahraga yang teratur
Apabila tubuh terbiasa dengan olahraga, maka akan memiliki
metabolisme yang seimbang, sehingga sistem Hormonal dalam
tubuh akan normal dan otak akan bekerja dengan optimal.
3) Konsumsi asupan gizi yang baik
Asupan gizi yang baik akan membuat susunan kimia dalam
otak akan seimbang, sehingga rasa kantuk hanya akan muncul
pada waktu yang semestinya saja.
4) Konsultasi dengan dokter
Apabila ketiga solusi di atas sudah dijalankan namun rasa
kantuk yang berlebih masih terasa, segera kunjungi dokter agar
keluhan gangguan tidur dapat diobati dengan baik.
e. Pencegahan hipersomnia
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis hipersomnia.
Hipersomnia adalah penyakit kronis yang tidak ada obatnya. Namun,
bisa dilakukan beberapa cara berikut untuk membantu mengurangi
tingkat keparahan gejalanya:
327
1) Tidur pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur
berventilasi baik, suhu sejuk, tenang, dan nyaman.
2) Hindari produk berkafein (termasuk kopi, cola, teh, cokelat, dan
berbagai obat bebas) dalam beberapa jam sebelum tidur.
3) Hindari alkohol sebelum tidur. Meski alkohol adalah depresan dan
sepertinya dapat membantu tertidur, alkohol sering kali
menyebabkan terbangun, dan sering dikaitkan dengan mimpi
buruk dan berkeringat karena dimetabolisme di tubuh.
4. Narkolepsi
a. Defenisi narkolepsi
Narkolepsi dalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai
serangan tidur, dimana penderitanya amat sulit mempertahankan
keadaan sadar. Narkolepsi adalah gangguan tidur yang gejala awalnya
ditandai dengan rasa kantuk yang tidak tertahankan di siang hari, lalu
pada umumnya berlanjut dengan serangan tidur atau tidur secara tiba-
tiba tanpa mengenal waktu dan tempat.
Hampir sepanjang waktu terasa mengantuk. Rasa kantuk
biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalamwaktu
singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari,
banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.
Narkolepsi sebenarnya termasuk kelompok gangguan otak jangka
panjang. Kondisi ini terbilang langka. Narkolepsi biasanya dimulai
pada usia remaja dan awal usia dua puluhan. Perkembangan gejala
narkolepsi pada penderita bisa berlangsungcukup singkat selama
beberapa minggu atau bisa berlangsung lambat selama beberapa tahun.
b. Tanda dan gejala narkolepsi
Gejala pada gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja atau
dewasamuda dan menetap seumur hidup. Rasa ingin tidur bisa terjadi
beberapa kali dalamseari. Tetapi sekali tidur, penderita biasanya dapat
328
dengan mudah dibangunkan.Serangan bisa terjadi beberapa kali dalam
sehari, juga sering terjadi pada keadaanmonoton. Seperti saat rapat
yang membosankan atau mengemudi mobil dalam jarak jauh. Untuk
mengenali penderita narkolepsi, terdapat empat gejala klasik
(calssictetrad) :
1) Rasa kantuk berlebihan / Excessive Daytime Sleepiness (EDS).
Karakteristik utama narkolepsi adalah mengantuk luar biasa
dan tak terkendalidi siang hari. Orang dengan narkolepsi tertidur
secara tiba-tiba, di mana saja dankapan saja. Sebagai contoh,
penderita mungkin tiba-tiba tertidur untuk beberapamenit di tempat
kerja atau ketika sedang berbicara dengan teman. Penderita
tidurhanya beberapa menit atau sampai setengah jam sebelum
bangun dan merasa segar,tapi kemudian tertidur lagi. Selain tidur
di waktu dan tempat yang tidak tepat, penderita juga mengalami
penurunan kewaspadaan sepanjang hari.
2) Katapleksi.
Kondisi tiba-tiba lemas (seperti tak berotot) disebut cataplexy,
dapatmenyebabkan berbagai perubahan fisik, dari cadel ketika
berbicara untukmelengkapi kelemahan dari sebagian besar otot,
dan dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa
menit. Cataplexy yang tidak terkontrol dan seringdipicu oleh emosi
yang kuat, biasanya yang positif seperti tertawa ataukegembiraan,
tapi kadang-kadang ketakutan, kejutan atau kemarahan.
Misalnya,kepala penderita dapat terkulai tak terkendali atau lutut
tiba-tiba lemas ketikatertawa.
3) Sleep Paralysis.
Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami
ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur
atau saat terjaga dalam beberapa menit.kejadian ini biasanya
329
singkat- yang berlangsung satu atau dua menit. Penderitamerasa
hilang kendali atas tubuhnya.
4) Hypanogic / Hypnipompic Hallucination.
Halusinasi ini disebut hypnagogic halusinasi, mungkin terjadi
ketika seseorangdengan narkolepsi dengan cepat jatuh ke tidur
sementara, seperti yang dia lakukan pada permulaan tidur di
malam hari dan secara berkala sepanjang hari, atau setelah bangun.
Karena penderita setengah sadar ketika mulai bermimpi.
5) Sakit kepala.
6) Gangguan ingatan.
7) Berhalusinasi.
8) Ketindihan atau sleep paralysis yang ditandai dengan badan sulit
digerakkanseperti mengalami lumpuh. Fenomena ini biasanya
terjadi ketika kita akanmulai tertidur atau ketika hendak bangun
tidur.
9) Depresi
c. Penyebab narkolepsi
Penyebab dari narkolepsi sampai saat ini belum dapat diketahui.
Namunmeskipun penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti,
bukti menunjukkan bahwanarkolepsi bisa berasal dari genetik. Karena
kelainan ini cenderung ditemui dalamsatu keluarga. Ada yang
menyebutkn penyebab narkolepsi disebabkan oleh rendahnya produksi
hormon yang bertugas meregulasi tidur, yaitu hipokretin atau oreksin,
akibatgangguan autoimun atau akibat penyakit dan cedera yang
merusak bagian otaksebagai organ yang memproduksi hormon
tersebut.Berikut ini kondisi yang dapat memicu seseorang terkena
gangguan autoimun yang pada akhirnya bisa mengarah pada
narkolepsi.
1) Perubahan hormon, terutama saat pubertas atau menopause
330
2) Cacat genetic
3) Infeksi streptokokus
4) Infeksi flu
Berikut ini beberapa faktor yang dapat merusak bagian otak
penghasilhipokretin.
1) Tumor otak
2) Cedera di kepala
3) Penyakit ensefalitis
Penyakit sklerosis multipel selain semua hal yang telah disebutkan
di atas, perubahan pola tidur secaratiba-tiba dan stres psikologis berat
juga diyakini bisa meningkatkan risiko seseorang terkena Narkolepsi
d. Penatalaksanaan narkolepsi
Cara penggobatan narkolepsi seperti banyak kelainan
neurologis lainnya, memerlukan penyesuaian gaya hidup untuk pasien.
Mereka harus mengatur kondisi mereka dan meggunakan resep untuk
membantu gejala.
Untuk sementara, ada dua cara yang dapat digunakan untuk
pengobatan narkolepsi, yaitu:
1) Yoga
Yoga telah dikenal memiliki efek positif pada orang-orang
dengan berbagai jenis gangguan. Yoga mengatur siklus dalam
tubuh dan suplai oksigen ke berbagai bagian otak. Dengan
memasok oksigen, mereka juga mengatur aliran darah keotak. Jika
terdapat cukup oksigen dan aliran darah ke otak sepanjang waktu,
makaotak akan berfungsi secara normal dan gangguan dapat
dengan mudah diobati.
2) Menggunakan obat-obatan
331
Selain dengan yoga narkolepsi juga dapat dibantu (dikurangi)
denganmengkonsumsi obat-obatan perangsang (stimulan). Antara
lain: efedrin,amfetamin, dekstroamfetamin metilfenidat.
e. Pencegahan narkolepsi
Pencegahan Narkolepsi dapat dilakukan dari langkah-langkah ini :
1) Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama
setiap hari,termasuk akhir pekan.
2) Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur
sepanjang hari.Tidur siang 20 menit pada waktu strategis
sepanjang hari mungkin akanmenyegarkan dan mengurangi kantuk
selama satu sampai tiga jam.
3) Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini,
terutama padamalam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan
gejala Anda.
4) Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur
setidaknya empatsampai lima jam sebelum tidur dapat membantu
Anda merasa lebih terjaga disiang hari dan tidur lebih baik di
malam hari
5. Apnea saat tidur
a. Defenisi apnea
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat
pernafasan seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas
secara berulang pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan
bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
b. Penyebab Apnea tidur obstruktif
Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya :
1) Sleep apnea obstruktif (OSA) merupakan jenis sleep apnea yang
paling sering disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas,
332
biasanya karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan
yang kolap semasa tidur.
2) Slep apnea sentral (CSA) tidak ada sumbatan pada jalan napas
pada tipe ini, tetapi sleep apnea terjadi karena kegagalan otak
untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk bernafas,
terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada
diotak.
3) Sindrom sleep apnea kompleks dikenal sebagai treatment -
emergent central sleep apnea, yang terjadi ketika seseorang
memiliki OSA dan CSA.
c. Tanda dan gejala
Gejala yang bisa dialami pengidap slep apnea yaitu :
1) Dengkuran keras
2) Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
3) Terengah –engah dalam tidur
4) Terbangun dari tidur dengan mulut kering
5) Nyeri kepala saat bangun
6) Mengantuk saat siang hari
7) Sulit konsentrasi
8) Iritabilitas
d. Penatalaksanaan apnea
Beberapa kasus sleep apnea yang lebih ringa, dokter mungkin
hanya menyarankan perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat
badan atau berhenti merokok. Jika memiliki alergi hidung, dokter akan
merekomendasikan perawatan untuk alergi.
Jika tindakan ini tidak memperbaiki tanda dan gejala atau jika
kondisi ada pada fas sedang hingga berat, sejumlah perawatan lain
mungkin tersedia.
333
Perangkat tertentu dapat membantu saluran udara yang
tersumbat. Dalam kasus lain, operasi mungkin diperlukan.
Terapi lain termasuk :
1) Tekanan saluran udara positf berkelanjuta (CPAP)
2) Perangkat mulut
3) Stimulator saraf
4) Terapi surgikal (pengangkatan tonsil)
e. Pencegahan apnea
Pencegahan dilakukan dengan cara meminilisir faktor risiko
dengan cara :
1) Memiliki pola makan sehat
2) Berhenti merokok
3) Membatasi asupan alkohol
6. Mengigau
a. Defenisi mengigau
Mengigau adalah gangguan tidur yang ditandai dengan
berbicara selama tidur. Ucapan yang dilontarkan selama mengigau
dapat berupa monlog jelas, dialog, gumaman, hingga ngoceh.
Nama lain dari mengigau yaitu somniloquy. Hal ini merupakan bagian
dari kondisi parasomnia, yaitu kondisi yang merujuk pada seseorang
yang berbicara saat tidur.
b. Penyebab mengigau
Ada beberapa faktor dasar yang dapat menyebabkan seseorang
mengigau saat tidur, yaitu:
1) Stres secara emosional
2) Mengalami REM sleep behavior (RBD)
3) Sedang demam atau sakit
4) Konsumsi obat –obatan tertentu
5) Genetik
334
c. Tanda dan gejala mengigau
Gejala utama mengigau ekspresi yang bisa didengar terjadi selama
tidur tanpa orang itu menyadari, itu bisa berupa :
1) Omong kosong atau menyerupai ucapan normal
2) Bergumam
3) Seolah – olah berbicara dengan orang lain
4) Percakapan cenderung pendek
d. Penatalaksanaan mengigau
Berikut cara mudah yang bisa dilakukan untuk menghilangkan
kebiasaan mengigau yaitu :
1) Menghindari stres
2) Meditasi atau yoga
3) Akan makanan yang bergizi
4) Berfikir positif
5) Dengarkan white noise
e. Pencegahan mengigau
Beberapa pencegahannya antara lain :
1) Usahakan cukup tidur
2) Kelola stres
3) Hindari alkohol
4) Hentikan cemilan malam
5) Konsultasi pada ahli
335
DAFTAR PUSTAKA
336
Sardjito.co.id 31 agustus 2022 https://sardjito.co.id/2022/08/31/apa-itu-insomnia/
diakses pada senin 13 maret 2023
337