Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

(Insomnia atau Masalah Gangguan Tidur)

Dosen Pembimbing: Siti Fatimah, S.Kp, M.Pd

Disusun oleh :
NAMA : RANI KUMALASARI
NIM : 3720190035

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Gangguan Pola Tidur Pada Lansia


Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi,
2008).
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum
akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya
salah satu dari ketiga masalah berikut: insomnia, gerakan atau sensasi
abnormal dikala tidur, atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa
mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam
Potter & Perry, 2005).
Gangguan pola tidur adalah suatu keadaan diman seseorang
mengalami perubahan jumlah atau kualitas pola tidur dan istirahat
sehubungan dengan keadaan biologis atau kebutuhan emosi. Gangguan tidur
bias berupa insomnia, narkolepsi, somnabolisme (tidur berjalan), enuresa
(ngompol) dan delirium atau mengigau (Alimul, 2006).

B. Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Tidur


Faktor yang mempengaruhi tidur: kualitas dan kuantitas tidur
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan
adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat
sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor yang dapat mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan tidur menurut (Carpenito,Lynda Juall.2016), antara
lain:
1. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat
tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang
menderita gangguan pada system persendian. Dalam kondisi yang
mengalami nyeri pada sendi tidak akan dapat istirahat atau tidur.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang
untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat
tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang rebut, bising, dan
gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur khususnya lansia.
3. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi
tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan
norepinefrin darah melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi
tahap IV NREM dan REM.
4. Nutrisi
Makanan yang banyak mengandung L–Triptofan seperti keju, susu,
daging dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.
Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alcohol akan
mengganggu tidur.
5. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur sesorang. Kelelahan
tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada
kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih
pendek.
6. Obat–Obatan
Obat–obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek
menyebabkan tidur, ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur.
Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM.
7. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur atau tidak dapat tidur.
8. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
9. Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
10. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
11. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal ,seseorang yang tahan
minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

C. Perjalanan Gangguan Pola Tidur Pada Lansia


Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun, penurunan
tahap III dan IV waktu non-REM, lebih banyak terbangun selama malam hari
dibandingkan tidur, dan lebih banyak tidur disiang hari. Penelitian banyak
menunjukkan bahwa tidur disiang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas
tidur di malam hari pada beberapa lansia. Jika diindikasikan, anjurkan pasien
untuk memantau efek tidur siang terhadap waktu tidur malam mereka dan
pada perasaan kesejahteraan mereka selama siang hari (Subekti, Nike Budhi
2008).
Usia mempengaruhi kualitas perubahan tidur, konsumsi banyak obat,
dan gangguan organik atau mental. Fungsi pemeliharaan sangat penting untuk
lansia, yang dapat memerlukan waktu untuk bisa menyesuaikan diri dalam
perubahan. Lansia yang waktu tidurnya terganggu menjadi cepat lupa serta
disorientasi. Orang yang mengalami kerusakan kognitif menunjukkan
peningkatan kegelisahan, perilaku keluyuran dan perilaku terganggu selama
sore menjelang senja dan jam awal malam. Secara fisologis, tidur
mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan energi, menjaga irama biologgis
dan memperbaiki kesadaran mental dan efisiensi neurologis. Secara
psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan
sejahtera (Subekti, Nike Budhi 2008).
D. Klasifikasi Gangguan Tidur
1. Insomnia
Insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan
untuk bangun atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang
terbangun dari tidur, tetapi belum merasa cukup tidur dapat disebut
mengalami insomnia (Japaradi, 2002). Dengan demikian, insomnia
merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara
kualitas maupun kuantititas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama
sekali seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang
menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama yang mereka perkirakan,
tetapi kualitasnya kurang.
Ada 3 jenis insomnia yaitu, Insomnia inisial, Insomnia intermitten
dan Insomnia Terminal.
a. Insomnia Inisial adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai
tidur.
b. Insomnia Intermitten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan
tidur atau keadaan sering terjaga.
c. Insomnia Terminal adalah bangun secara dini, dan tidak dapat tidur
lagi.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami insomnia diantaranya adalah, rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,
tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat
dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi dan
tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya–upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu :
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju, susu.
b. Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari
protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur.
c. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.
d. Hindari tidur diwaktu siang atau sore hari.
e. Berusaha untuk tidur apabila benar–benar kantuk dan tidak pada waktu
kesadaran penuh.
f. Hindari kegiatan–kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
g. Lakukan latihan–latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur.
h. Gunakan teknik–teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum berusaha
untuk tidur.
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semi purposeful aksi motorik,
seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak
kursi, berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam
beberapa menit dan kembali tidur lagi (Japardi, 2002). Somnambulisme ini
lebih banyak terjadi pada anak–anak dibandingkan orang dewasa.
Seseorang yang mengalami somnambulisme mempunyai resiko
terjadinya cedera. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
somnambulisme yaitu dengan membimbing anak. Tindakan ini dilakukan
untuk mengantisipasi resiko terjadinya cedera pada anak. Ketika anak
dalam kondisi somnambulisme, maka anak harus dibimbing untuk kembali
ketempat tidur. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
somnambulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan
aman serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti diazepam dan
valium.
3. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari lebih dari 9 jam, biasanya
disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,
liver dan metabolisme.
4. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak
seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan).
5. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol).
Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki–laki.
Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stress, dan toilet
training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis
antara lain : hindari stress, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan
kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
6. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan
yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi
adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur
pada setiap saat dimana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab
narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga karena terjadi akibat
kerusakan genetika system saraf pusat dimana periode REM tidak dapat
dikendalikan.
Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi
pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat–alat
yang berputar–putar atau berada ditepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat
digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang
membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut di antaranya jenis
amfetamin.
7. Night Terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia
6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung
terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
8. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran
udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang
menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut
mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis,
adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva
merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala.
Tanda dari gangguan tidur sering menjadi keluhan pada lansia yaitu
seperti merasa kelelahan, pusing, gangguan emosi atau mudah tersinggung,
gelisah, depresi, tegang, ansietas, khawatir masalah kesehatan, kesulitan
berkomunikasi dan hal itu sering berakibat menimbulkan risiko kecelakaan
atau jatuh pada lansia. Sedangkan tanda dan risiko kecelakaan atau kesulitan
tidur untuk memulai tidur, bisa tidur tetapi sering terbangun, bangun terlalu
pagi, merasa tidak segar dan tidak dapat tidur lagi, takut untuk tidur tetapi
takut juga jika tidak tidur (Prasadja,2009).

F. Pola Tidur Normal


1. Neonatus sampai dengan 3 bulan.
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
b. Mudah berespons terhadap stimulus.
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira–kira tidur 14 jam/hari.
c. Tahap REM 20-30%.
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari. b. Tahap REM 20%.
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam malam hari.
b. Tahap REM 20%.
5. Usia Sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 20%.
7. Dewasa Muda
a. Tidur 7-9 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
8. Dewasa pertengahan.
a. Tidur kurang lebih 7 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
9. Usia Tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
c. Tahap NREM IV menurun kadang kadang absen.
d. Sering terbangun pada malam hari.

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Sibarani, Desi (2017) pengkajian keperawatan meliputi:
a. Identitas
 Meliputi nama : Pastikan bahwa identitas sesuai dengan catatan
medis
 Umur : Usia 65-80 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terkena
hipertensi.
 Jenis Kelamin : mengetahui jenis kelamin perempuan atau laki- laki
 Status perkawinan: Orang yang sudah menikah memeliki pengaruh
terhadap kondisi kejiwaan seseorang yang menyebabkan tekanan
darah meningkat.
 Pekerjaan : orang dengan pekerja keras tidak menutup kemungkinan
menderita hipertensi di karenakan aktivitas yang menguras sehingga
mengurangin aktivitas yang baik untuk dilakukan
b. Riwayat kesehatan saat ini
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi
mengenai gangguan tidur meliputi pengkajianp pola tidur, seperti jam
berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur,
dan keteraturan pola tidur klien.
c. Masalah kesehatan kronis
Pengkajian masalah kesehatan kronis meliputi fungsi
penglihatan (penglihatan kabur, mata berair), fungsi pendengaran
(pendengaran berkurang), fungsi pernapasan, fungsi jantung (berdebar-
debar, nyeri dada), fungsi pencernaan, fungsi pergerakan, fungsi
persyarafan dan fungsi saluran perkemihan (tidak mampu mengontrol
pengeluaran urine).
d. Riwayat Penyakit Masa lalu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit hipertensi
sebelumnya, riwayat pekerjaan pekerjaan pada pekerja yang
berhubungan dengan peningkatan aktivitas, riwayat penggunaan obat-
obatan,riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama karena genetik/keturunan.
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Menggambarkan Pola nutirsi pada penderita hipertensi apakah diet
rendah garam, apakah masih mengkonsumsi alkohol, dan makan
makanan yang sehat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi.
2) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, dan penggunaan kateter.
3) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan apa yang dirasakan setelah bangun tidur dengan
jumlah durasi tidur yang baik, apakah badan terasa segar setelah
bangun tidur.
4) Pola aktivitas
Pada lansia yang kurang tidur menyebabkan gangguan pada gaya
berjalanya lebih lambat, mudah lelah, keseimbangan aktivitas
menurun. Pengkajian Indeks KATZ.
5) Pola persepsi
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran
diri, harga diri, peran, identitas diri. Manusi sebagai sistem terbuka
dan mahluk bio-psiko- sosial-kultural-spiritual kecemasan,
ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
6) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
g. Pemeriksaan Fisik
Menurut Azizah (2011) pengkajian fisik adalah kebutuhan
dasar, kemandirian dalam melakukan aktifitas, pengkajian
keseimbangan (perubahan posisi atau gerakan keseimbangan, gaya
berjalan atau gerakan), pengkajian Head To Toe atau pengkajian
persistem.
Tanda-tanda vital (menurut Rhonda M Jones,2008):
 Suhu : Suhu meningkat, normal suhu (36,4 – 37,2 °C)
 Tekanan darah : Tekanan darah meningkat ( ≥ 159 mmHg dan
tekanan diastolic ≥ 90 mmHg ).
 Nadi : Nadi meningkat (Normal nadi pada lansia 60 - 100x/menit)
 Respirasi : Respirasi meningkat (Normal pada lansia 12-20 x/menit)
 Berat Badan/tinggi badan : (Normal : IMT dalam batas normal)
Pengkajian Head To Toe yang meliputi:
1) Kepala dan muka : Normal nya bentuk muka simetris, adanya lesi
atau tidak, apakah pada orang kurang tidur terlihat kulit wajah
menjadi kusam, rambut rontok atau tidak, warna rambut,
penyebaran rambut.
2) Mata : Ada penurunan visus, lingkaran hitam di sekitar mata, terlihat
mata merah, mata lelah, mata sulit untuk fokus atau tidak karena
kurangnya tidur.
3) Hidung : bentuk kesemetrisan, rongga hidung ada tidaknya (lesi,
secret, sumbatan, perdarahan).
4) Mulut : warna mukosa, tekstur, ada tidak nya lesi, dan stomatitis
5) Telinga : Normal nya bentuk telinga simetris,adanya penurunan
pendengaran, sumbatan, dan sirumen atau tidak.
6) Leher : Mengetahui bentuk , lokasi pulsasi, ada tidaknya kelenjar
gondok.
7) Dada thorax :
 Paru : Frekuensi pernafasan, pernafasan regular atau ireguler,
focal premitus kanan dan kiri sama atau tidak, terdapat suara
tambahan atau tidak.
 Jantung : Adakah pulsasi ictus cordis, teraba ictus cordis pada
ICS V Mid clavukula sinitra, pekak dalam batas jantung.
8) Abdomen : Bentuk distended/flat, ada tidaknya nyeri tekan,
(normal bising usus 12x/menit)
9) Genetalia : Perhatikan penyebaran rambut pubis, adakah
benjolan , peradangan, dan hemoroid.
10) Ekstermitas : Perhatikan rentang gerak, deformitas, tremor,
edema, nyeri tekan, penggunaan alat bantu, kekuatan otot berkurang.
 Kekuatan otot (skala 1-5):
 Kekuatan otot
0 : Lumpuh
1: Ada kontraksi
2: Melawan gravitasi dengan sokongan
3: Melawan gravitasi tapi tidak ada lawanan
4: Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5: Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
11) Integumen : Kelembapan, tekstur kulit, turgor kulit ( normal:
lembab, turgor baik)
h. Pengkajian fungsi kognitif
Mengkaji fungsi kognitif dengan cara mengajari dan meminta lansia
mengisi kuesioner penilaian aspek kognitif dan fungsi mental untuk
mengetahui kondisi mental lansia.
i. Status Sosial
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakattempat tinggal, perkejaa, tidak punyak
rumah, dan masalah keuangan.
j. Status Psikososial Dan Spiritual
Dalam pengkajian ini terdapat pengkajian mengenai persepsi dan
harapan lansia , spiritual serta status depresi. Untuk pengkajian status
tingkat depresi dilakukan dengan mengisi kuisioner.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan,
kurangnya kontrol tidur, restraint fisik.
2. Ansietas berhubungan dengan stress, ancaman kematian

3. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan,
kurangnya kontrol tidur, restraint fisik.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan Setelah 1. Lakukan 1. Memberikan
pola tidur dilakukan pengkajian informasi
tindakan masalah rencana
keperawatan gangguan tidur keperawatan
diharapkan klien, 2. Mengatur pola
gangguan karakteristik tidur
tidur tidak dan penyebab 3. Meningkatkan
terjadi. kurang tidur. pola tidur.
Dengan 2. Lakukan 4. Mengurangi
kriteria hasil: 3. persiapan gangguan pada
Klien dapat untuk tidur pola tidur.
tidur, nyaman malam seperti 5. Memberikan
dan rileks. jam 8. kenyamanan
4. Anjurkan untuk tidur.
makan yang
cukup satu jam
sebelum tidur.
5. Keadaan
tempat tidur
yang nyaman
6. Lingkungan
yang tidak
berisik dari
kebisingan
7. Tingkatkan
aktivitas
sehari–hari
dan kurangi
aktivitas
sebelum tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM.


Jakarta: Salemba Medika.

Azizah, L M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta: Graha Ilmu.

Carpenito, Lynda Juall. 2016. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Ed.13. Jakarta:
EGC.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.

Prasadja, A. 2009. Ayo Bangung Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar.
Jakarta: Penerbit Hikmah.

Subekti, Nike Budhi. 2008. Buku Saku Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC.

Wartonah Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan, edisi 3. Jakarta:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai