Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Pembimbing: Siti Fatimah, S.Kp, M.Pd

Disusun oleh :
Nama : Kartika Sari
Nim : 3720190041

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg
atau lebih. Pada Usia: peningkatan tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan
tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Nurhidayat,2015).
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik
90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
B. Etiologi
Umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
2. Obesitas: Terkait level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi 2 golongan:


1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpatis sistem renin. Angiotensi dan peningkatan Na + Ca intra seluler.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan
polistemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebabnya: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut di bedakan atas:

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar.
Kategori Derajat Hipertensi menurut Nurafif, Amin Huda dkk, 2015:
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (Berat) 180-209 100-119
Grade 4 (Sangat Berat) >210 >120

Penyebab hipertensi pada usia lanjut adalah terjadinya perubahan pada:


1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pebuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan areri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim.
Gejala lain umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu muka merah,
sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba–tiba, tengkuk terasa
pegal dan lain-lain (Dikutip Aspiani, Yuli Reni, 2014).

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :


1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Epistaksis
8. Kesadaran menurun

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstruksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf sympatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia sympati di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf sympatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norefinefrin, meskipun idak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi efinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstrikor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasoknstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan Hipertensi (Nurhidayat, 2015).
E. Pathway

HIPERTENSI

Primer (idiopatik / esensial) Sekunder

Merokok, jantung, obesitas,


Feokromositoma Stenosis katup
genetic, stress, kurang olahraga

Peningkatan kecepatan
Pemompaan darah dari Peningkatan kerja jantung
denyut jantung dan
ventrikel kiri meningkat
volume sekuncup

Beban kerja jantung meningkat

Peningkatan tekanan darah

Peningkatan tekanan darah, pusing pada kepala,


mata berkunang-kunang, sukar tidur, marah-marah

Stroke, MCI (Infark


Miocard), gagal ginjal,
ensefalopati

(Sumber: Corwin, 2001)

F. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah merupakan satu–satunya gejala pada
hipertensi essensial. Kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan
baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal,
mata, otak, dan jantung.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
Gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi
ginjal, gangguan serebral (otak), dapat mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak dan mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran
hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti
gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian
hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan (Nurhidayat 2015).

G. Pemeriksaan Penunjang
(Nurafif, AH & Kusuma, 2015)

a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkin ginjal
2) Darah perifer lengkap
3) Kimia darah (kalium,natrium,kretinin,gula darah puasa)
b. CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG
d. Rontgen Foto

H. Penatalaksanaan
Menurut (Brunner & Sunddarth, 2002) ada dua penatalaksanaan antara lain:
a. Penatalaksanaan Non Farmokologi
 Pengaturan Diet, beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam
Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
2) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegahan terjadinya jantung
coroner.
 Penurunan berat badan
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga
berkurang.
 Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepedah
bermanfaat menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan
jantung.
 Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan
aliran darah ke sebagian organ dan meningkatkan kerja jantung.
 Memperbaiki pola istirahat dan tidur.

b. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan Hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Pemeriksaan tekanan darah secara teratur
5) Obat–obatan

I. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Menurut Sibarani, Desi (2017) pengkajian keperawatan meliputi:
1) Identitas

 Meliputi nama : Pastikan bahwa identitas sesuai dengan catatan


medis.
 Umur : Usia 65-80 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terkena
hipertensi.
 Jenis Kelamin : mengetahui jenis kelamin perempuan atau laki- laki.
 Status perkawinan: Orang yang sudah menikah memeliki pengaruh
terhadap kondisi kejiwaan seseorang yang menyebabkan tekanan
darah meningkat.
 Pekerjaan : orang dengan pekerja keras tidak menutup kemungkinan
menderita hipertensi di karenakan aktivitas yang menguras sehingga
mengurangin aktivitas yang baik untuk dilakukan.
b. Riwayat kesehatan saat ini
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai
gangguan tidur meliputi pengkajianp pola tidur, seperti jam berapa klien
masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan
pola tidur klien.
c. Masalah kesehatan kronis
Pengkajian masalah kesehatan kronis meliputi fungsi penglihatan
(penglihatan kabur, mata berair), fungsi pendengaran (pendengaran
berkurang), fungsi pernapasan, fungsi jantung (berdebar- debar, nyeri
dada), fungsi pencernaan, fungsi pergerakan, fungsi persyarafan dan fungsi
saluran perkemihan (tidak mampu mengontrol pengeluaran urine).
d. Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit hipertensi
sebelumnya, riwayat pekerjaan pekerjaan pada pekerja yang berhubungan
dengan peningkatan aktivitas, riwayat penggunaan obat- obatan,riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama karena genetik/keturunan.
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Menggambarkan Pola nutirsi pada penderita hipertensi apakah diet
rendah garam, apakah masih mengkonsumsi alkohol, dan makan
makanan yang sehat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi.
2) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
masalah defekasi, dan penggunaan kateter.
3) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan apa yang dirasakan setelah bangun tidur dengan
jumlah durasi tidur yang baik, apakah badan terasa segar setelah bangun
tidur.
4) Pola aktivitas
Pada lansia yang kurang tidur menyebabkan gangguan pada gaya
berjalanya lebih lambat, mudah lelah, keseimbangan aktivitas menurun.
Pengkajian Indeks KATZ.
5) Pola persepsi
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri,
harga diri, peran, identitas diri. Manusi sebagai sistem terbuka dan
mahluk bio-psiko- sosial-kultural-spiritual kecemasan, ketakutan, dan
dampak terhadap sakit.
6) Pola seksual dan reproduksi
7) Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
g. Pemeriksaan Fisik
Menurut Azizah (2011) pengkajian fisik adalah kebutuhan dasar,
kemandirian dalam melakukan aktifitas, pengkajian keseimbangan
(perubahan posisi atau gerakan keseimbangan, gaya berjalan atau
gerakan), pengkajian Head To Toe atau pengkajian persistem.
Tanda-tanda vital (menurut Rhonda M Jones, 2008):
- Suhu : Suhu meningkat, normal suhu (36,4 – 37,2 °C)
- Tekanan darah : Tekanan darah meningkat ( ≥ 159 mmHg dan
tekanan diastolic ≥ 90 mmHg )
- Nadi : Nadi meningkat (Normal nadi pada lansia 60 - 100x/menit)
- Respirasi : Respirasi meningkat (Normal pada lansia 12-20 x/menit)
- Berat Badan/tinggi badan : (Normal : IMT dalam batas normal)

Pengkajian Head To Toe yang meliputi:


- Kepala dan muka : Normal nya bentuk muka simetris, adanya lesi
atau tidak, apakah pada orang kurang tidur terlihat kulit wajah
menjadi kusam, rambut rontok atau tidak, warna rambut,
penyebaran rambut.
- Mata : Ada penurunan visus, lingkaran hitam di sekitar mata, terlihat
mata merah, mata lelah, mata sulit untuk fokus atau tidak karena
kurangnya tidur.
- Hidung : bentuk kesemetrisan, rongga hidung ada tidaknya (lesi,
secret, sumbatan, perdarahan).
- Mulut : warna mukosa, tekstur, ada tidak nya lesi, dan stomatitis.
- Telinga : Normal nya bentuk telinga simetris,adanya penurunan
pendengaran, sumbatan, dan sirumen atau tidak.
- Leher : Mengetahui bentuk , lokasi pulsasi, ada tidaknya kelenjar
gondok.
- Dada thorax :
Paru : Frekuensi pernafasan, pernafasan regular atau ireguler, focal
premitus kanan dan kiri sama atau tidak, terdapat suara tambahan
atau tidak.
Jantung : Adakah pulsasi ictus cordis, teraba ictus cordis pada ICS
V Mid clavukula sinitra, pekak dalam batas jantung.
- Abdomen : Bentuk distended/flat, ada tidaknya nyeri
tekan, (normal bising usus 12x/menit).
- Genetalia : Perhatikan penyebaran rambut pubis,
adakah benjolan , peradangan, dan hemoroid.
- Ekstermitas : Perhatikan rentanggerak, deformitas, tremor,
edema, nyeri tekan, penggunaan alat bantu, kekuatan otot berkurang.
Kekuatan otot (skala 1-5):
0 : Lumpuh
1: Ada kontraksi
2: Melawan gravitasi dengan sokongan
3: Melawan gravitasi tapi tidak ada lawanan
4: Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5: Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
- Integumen: Kelembapan, tekstur kulit, turgor kulit (normal: lembab,
turgor baik)
h. Pengkajian fungsi kognitif
Mengkaji fungsi kognitif dengan cara mengajari dan meminta lansia
mengisi kuesioner penilaian aspek kognitif dan fungsi mental untuk
mengetahui kondisi mental lansia.
i. Status Sosial
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakattempat tinggal, perkejaa, tidak punyak
rumah, dan masalah keuangan.
j. Status Psikososial Dan Spiritual
Dalam pengkajian ini terdapat pengkajian mengenai persepsi dan harapan
lansia , spiritual serta status depresi. Untuk pengkajian status tingkat
depresi dilakukan dengan mengisi kuisioner.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstruksi,
hipertrofi/rigiditasventrikuler, iskemia miokard.
b. Nyeri b.d peningkatan tekanan vaskuler serebrel dan iskemia.
c. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan natrium.
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Ansietas b.d stress, ancaman kematian.
f. Gangguan pola tidur b.d kebisingan.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta: Graha Ilmu.


Brunner & Sunddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
Volume 2. Jakarta: EGC.
Nurarif, AH & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC–NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Media
Action Publishing.
Nurhidayat, S. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Dengan
Pendekatan Riset. Ponorogo: UNMUH Ponorogo Press.
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai