Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR PADA TN M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DIABETES MELITUS

Oleh : Kelompok 4

1. Sahrul Adha
2. Sri Lestari

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok :4
Prodi : Profesi Ners
Semester : 1 (satu)
Judul : Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Istirahata Tidur

Telah Disetujui
Hari/ Tanggal :
Ruang : Zam-Zam

Pembimbing Akadenik Pembimbing Lahan

Mengetahui,
Kepala Ruangan Zam-Zam

Ns Nurul Aini, S.Kep


NIP. 198509182015031001
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHANISTIRAHAT / TIDUR
A. Konsep Dasar Kebutuhan Istirahat/tidur
1. Definisi
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian
dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang
dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur
adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan
urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah
yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin
hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat
adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih
segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak
nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya. Gangguan pola tidur adalah gangguan
kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (Herdman, 2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi.
Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan alami secara
terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami,
yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat
ditingkatkan (Herdman, 2012)
2. Epidemiologi
Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk
mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi
(Asmadi, 2008). Menurut National Sleep Foundation 5 tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508 penduduk
di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia dan sebanyak 7,3 % orang
dewasa mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Kebanyakan
orang yang beresiko mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pensiunan,
kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan penyakit yang dialami. Di
Indonesia kejadian gangguan tidur insomnia menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun,
setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% dan adanya laporan yang mengindikasikan adanya
insomnia dan sekitar 17% mengalami insomnia yang serius.
3. Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur
terjadi dalam tahapan yang 13 berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur
nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu,
denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap
melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan
gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan
dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010)
Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan tidur
terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau
sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur kronis, sering
terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur 16 non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur,
Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal
insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan bisanya terjadi
pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi
buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Seseorang
dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur.
Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu
bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminault dan
Bassiri, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut untuk
periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral,
obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep
Apnea (OSA). OSA mempengaruhi `10-15% dari dewasa menengah. OSA terjadi ketika otot atau
struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat
sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea)
selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas
karena dada dan 17 perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara
mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang,
setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur
bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
4. Tanda dan gejala
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
- Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
- Perubahan mood
- Agitasi
- Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau respons tidak
konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur
seperti permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
5. Manisfestasi klinis
1. Dewasa
A. Data wali kota : tertidur untuk tetap tidur
B. Data minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan suasana hati
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
A. Gangguan pada anak sering kali terhubung dengan ketakutan, enerus, atau tanggapan tidak
konsisten dari orang tua terhadap permintaan untuk tidur malam.
B. Keenggana untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersamaorang tua
C. Sering bangun saat malam hari
Tanda – tanda kualitas tidur yang kurang dapa dibagi menjadi tanda fisik dan tanda
psikologis
1. Tandafisik ekspresi wajah (gelap di daerah sekitar mata, bengkakdi kelopak mata,
onjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan(Sering
menguap), terlihat tanda-tanda keletihan misalnya penglihatan kabur, mual dan hal
menggunakan
2. Tanda psikologis menarik diri, apatis dan merespon menurun, merasa tidak enak badan,
malas berbicara, daya inatmenurun, bingung timbul halusinasi, dan ilusipenglihatan atau
pendengaran, kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.
6. Patofisiologi
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun
demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien
dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit
persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan
waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu
tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan
insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik (menyebabkan
insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker
(Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).
7. Pathway
8. Penata laksanaan medis
a. Terapi Non Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obatobatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa
dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari kebersihan
penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian tidur normal
penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
4) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan penderita
sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
5) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang dirinya,
lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita
merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
6) Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita gangguan tidur.
7) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita secara
reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang
hari meski hanya sesaat.
8) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si penderita yang salah
mengenai tidur.
9) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak menyenangkan
menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
10) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, mengontrol
berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan
gunung.
b. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
1) Golongan obat hipnotik
2) Golongan obat antidepresan
3) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
4) Golongan obat antihistamin.
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat golongan
hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid)
tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental
dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb ( Remelda, 2008).
9. Penatalakasanaan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan gangguan
tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
b) Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang
membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami keluhan yang
dirasakan.
c) Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit
lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
- Alergi
- Imunisasi
- Kebiasaan/Pola hidup
- Obat yang pernah digunakan
d) Riwayat penyakit keluarga Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang
dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari
genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
3) Genogram
4) PengkajianKeperawatan
a) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien
maupun keluarga mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga
mempertahankan kesehatannya.
b) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui lingkar lengan atau nilai
IMT, biomedical sign merupakan data yang diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang,
clinical sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet
pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan minuman yang dikonsumsi.
c) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau, karakter)
d) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi kardiovaskuler, terapi
oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tanda :
penurunan kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien.
e) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan indera
f) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan peran diri
g) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
h) Pola peran & hubungan 9) Pola manajemen & koping stres
i) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tandatanda vital seperti tekanan
darah, pernafasan, nadi dan suhu
b) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
1. Kepala
Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar, penampilan, depigmentasi.
2. Muka/ Wajah : Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan? penampilan berminyak, diskolorasi
bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar
hidung dan mulut.
3. Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
4. Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen
telinga berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran.
5. Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan? Apakah keluar sekret,
bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
6. Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah
7. Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tandatanda infeksi faring, cairan
eksudat?
c) Leher : Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran vena jugularis?
d) Thorax : Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya, irama,
kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah
sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
e) Jantung : Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? Adakah bunyi tambahan?
Adakah bradicardi atau tachycardia?
f) Abdomen : Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen? Bagaimana turgor kulit
dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
g) Kulit : Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Turgor kulit menurun, adanya
luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
h) Ekstremitas : Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas?
i) Genetalia : Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi? Apakah ada kesulitan untuk
berkemih?
6) Data fokus yang perlu dikaji
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguankebutuhan istirahat tidur pengkajian ditekankan
pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur.
b. Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium Untuk mendiagnosis seseorang mengalami
gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
- Pola tidur penderita
- Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
- Tingkatan stres psikis
- Riwayat medis
- Aktivitas fisik.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
1) Nama
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Alamat
5) Tanggal masuk RS
6) Tanggal pengkajian
7) Diagnosa medis
8) No. RM
b. Identitas penanggiungjawab
1) Nama
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Alamat
5) Hubungan dengan klien
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Saat MRS (Masuk rumah sakit) dan saat pengkajian (yang paling dikeluhkan klien).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Terdapat beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai dengan muntah dan feses
dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pernah mengalmi penyakit diare berapa lama dan bagaimana
pengobatan sebleumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit diare, jantung, dan penyakit
keturunan lain seperti DM, Hipertensi.
d. Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu :
Pola pengkajian Gordon dalam (Potter & Perry, 2010) :
1) Pola persepsi-manajemen kesehatan : penjelasan pribadi klien mengenai kesehatan dan
kesejahteraan, cara mengelola kesehatan seperti kunjungan ke pelayanan kesehatan dan
kepatuhan terapi dirumah.
2) Pola metabolisme-nutrisi : makan menurun karena adanya mual dan muntah yang
disebabkan lambung yang meradang.
3) Pola eliminasi : pada BAB mengalmi gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi,
dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak dan pada
buang air kecil mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.
4) Pola aktivitas-latihan : pasien tampak turun dan latihannya sebagai dampak kelemahan
fisik.
5) Pola istirahat-tidur : data yang sering muncul adalah pasien mengalami kesulitan tidur,
penampilan pasien terlihat lemah, sering menguap, mata merah dan sering merasakan
ketidaknyamanan.
6) Pola kognitif-persepsi : kaji sensorium dan tingkat kesadaran.
7) Pola persepsi diri-konsep diri : Perlu dikaji masalah-masalah perilaku atau emosional yang
dapat meningkatkan risiko gangguan cairan dan elektrolit.
8) Pola aturan-berhubungan : pola klien berhubungan dengan ikatan atau hubungan.
9) Pola seksual-reproduksi : menggambarkan pola kepuasan dan ketidakpuasan seksual klien ;
pola kepuasan dan ketidakpuasan seksual klien ; pola reproduksi klien.
10) Pola koping-toleransi terhadap stress : menggambarkan ansietas, khawatir, takut dan stress
berhubungan dengan penyakit yang diderita.
11) Pola nilai-kepercayaan : perlu dikaji mengenai keyakinan, nilai-nilai yang dapat
memengaruhi kebutuhan cairan, misalnya pantangan untuk tidak menerima transfusi darah
manusia.
e. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik atau pemeriksaan fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai selama
wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaaan
yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi, palpasi auskultasi ditambahkan untuk
menempatkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh. Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Inspeksi: adalah sederhana, tetapi merupakan tehnik yang memerlukan keterampilan terlatih.
Inspeksi melibatkan penggunaan penglihatan, pendengaran, dan penghidup dalam
pengkajian yang sistematik pada bayi dan anak.
2) Palpasi: adalah pengkajian yang dilakukan dengan jari dan telapak tangan untuk menentukan
suhu, hidrasi, tekstur, bentuk, gerakan, dan area nyeri tekan.
3) Perkusi: adalah pengkajian yang dilakukan dengan ketukan untuk menghasilkan gelombang
bunyi, yang ditandai dengan intensitas, nada, durasi, dan kualitas.
4) Auskultasi: merupakan proses mendengarkan bunyi tubuh. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunkan stetoskop. Stetoskop digunakan untuk bunyi dengan nada rendah (sebagai
contoh, bunyi kardiovaskular), dan diafragma (bagian datar) untuk bunyi dengan nada tinggi
(sebagai contoh gangguan pada paru-paru dan usus).
Pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat,
kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan karena faktor usia, daerah diatas
kedua pipih dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit
atau penonjolan pemebuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun
mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah terang, dan
tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak,tidak mudah berdarah, dan gusi yang
mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tertarik ke bawah sampai di bawah permukaan
gigi; gigi tidak berlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul
bercak kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan
berwarna kemerahan.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit, dan lain-
lain (SAPUTRA, 2018).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola tidur
b. Kesiapan peningkatan tidur
3. Perencanaa
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawa yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (SIKI, 2018).
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI, 2018).
No. Diagnosa Tujuan & Intervensi
Keperawatan kriteria hasil
1. Gangguanpola Pola Tidur Dengan Dukungan Tidur
tidur kriteriahasil : Observasi :
1) Keluhan sulit 1) Identifikasi pola aktivitasdan
tidur tidur
2) Keluhan sulit 2) Identifikasi faktor pengganggu
terjaga tidur (Fisikdan/atau
3) Keluhan tidak psikologis)
puastidur 3) Identifikasi makanan dan
4) Keluhan pola minuman yang mengganggu tidur
tidurberubah (Mis : Kopi, teh, alkohol, makan
5) Keluhan istirahat mendekati waktu tidur, minum
tidak cukup banyak air sebelumtidur)
6) Kemampuan 4) Identifikasi obat tidur yangsering
beraktifitas dikonsumsi
Terapeutik
5) Modifikasi lingkungan (Mis.
pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras,dan tempat tidur)
6) Batasi waktu tidur siang, Jika
perlu
7) Fasilitasi menghilangkanstrest
sebelum tidur
8) Tetapkan jadwal tidur rutin
9) Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan(Mis,
pijat, pengaturan posisi, terapi,
akupresur)
10) Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atautindakan untuk
menunjang siklus tidur- terjaga
Edukasi
11) Jelaskan pentingnya tidurcukup
selama sakit
12) Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
13) Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
14) Anjurkan penggunaanobat
tidur yang tidak mengandung
supresorterhadap tidur REM
15) Ajarkan faktor – faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan polatidur (Mis,
psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja
16) Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

2. Kesiapan Status Pengaturan PosisiObservasi


peningkatantidur Kenyamanan 1) Monitor status oksigenasi
Dengan kriteriahasil : sebelum dan sesudah mengubah
1) Kesejahtraan posisi
fisik 2) Monitor alat traksi agarselalu
2) Kesejahtraan tepat
psikologis Terapeutik
3) Dukungan sosial 3) Tempatkan pada
darikeluarga matras/tempat tidur
4) Dukungansosial terapeutik yang tepat
dari teman 4) Tempatkan pada posisi
5) Perawatan terapeutik
sesuai 5) Tempatkan objek yang sering
keyakinan digunakan dalamjangkauan
budaya 6) Tempatkan bel atau lampu
6) Perawatan panggilan dalam jangkauan
sesuai 7) Sediakan matras yang
kebutuhan kokoh/padat
7) Kebebasan 8) Atur posisi tidur yang
melakukan disukai, jika tidak
ibadah kontraindikasi
8) Rileks 9) Atur posisi untuk mengurangi
9) Keluhantidak sesak (mis.Semi – fowler)
nyaman 10) Atur posisi yang
10) Gelisah meningkatkan drainage
11) Kebisinga 11) Posisikan pada kesejajarantubuh
n yang tepat
12) Keluhan 12) Imobilisasi dan topang bagian
tubuh yang cedera
sulit tidur dengan tepat
13) Keluhan 13) Tinggikan bagian tubuh yang
kedinginan sakit dengan tepat
14) Keluhan 14) Tinggikan anggota gerak 20o
kepanasan atau lebih diatas leveljantung
15) Gatal 15) Tinggikan bagian tempat tidur
16) Mual bagian kepala
17) Lelah 16) Berikan bantal yang tepat pada
18) Merintih leher
19) Menangis 17) Berikan topangan pada areaederma
20) Iritabilitas (mis, bantal dibawah lengan dan
21) Menyalah skrotum)
kan diri 18) Posisikan untuk mempermudah
sendiri ventilasi/perfusi (mis,
22) Konfusi tengkurap/good lung down)
23) Konsumsi 19) Motivasi untuk melakukanROM
alkohol aktif atau pasif
24) Penggunaan zat 20) Motivasi terlibat dalam
25) Percobaan perubahan posisi, sesuai
bunuh diri kebutuhan
26) Memori 21) Hindari menempatkan padaposisi
masalalu yang dapat meningkatkan nyeri
27) Suhu 22) Hindari menempatkan stump
ruangan amputasi pada posisifleksi
28) Pola 23) Hindari posisi yang
elimimasi menimbulkan keteganganpada
29) Postur luka
tubuh 24) Minimalkan gesekan dantarikan
30) Kewaspadaan saat mengubah posisi
31) Pola 25) Ubah posisi tiap 2 jam
hidup 26) Ubah posisi dengan tekniklog roll
32) Pola tidur 27) Pertahankan posisi dan
integritas traksi
28) Jadwalkan secara tertulisuntuk
perubahan posisi
Edukasi
29) Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi
30) Ajarkan cara menggunakanpostur
yang baik dan mekanika tubuh
yang baik
selama melakukan
perubahan posisi
Kolaborasi
31) Kolaborasi pemberian premedikasi
sebelum mengubah posisi, jika perlu

4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Implementasi adalah tindakan keperawatan menggambarkan tindakan mandiri, kolaborasi dan
ketergantungan sesuai dengan rencana keperawatan yaitu observasi terhadap setiap respons pasien
setelah dilakukan tindakan keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan bertujuan untuk
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan mekanisme koping. Implementasi tindakan
keperawatan bersifat holistik dan menghargai hak-hak pasien. Implementasi tindakan keperawatan
melibatkan partisipasi aktif pasien (Nursalam, 2020).
5. Evaluasi
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria
hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP. Evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang diberikan mengacu
kepada tujuan dan kriteria hasil (Nursalam, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Aminoff.M, Neurology and General Medicine 4th edition, 2008,Churchill Livingstone,


USA,P;605-609.
Aquilino, Mary Lober, Et al. 2019. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition. United State of
America: Mosby Elsevier.
Asmadi, 2020, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika
Blumenfeld.H , Neuroanatomy through Clinical Cases,2002, Sinauer Associates INC, Massachusets
P;588-597
Carney.P, Clinical Sleep Disorder, 2005,Lippincott Williams &Wilkins , Philadelphia; P 21-58
Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing Interventions
Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby Elsevier.
Guillemunault C. Bassiri A (2018). Clicinal Features and evaluation of obstructive sleep apnea-
hypoapnea syndrome and the upper airway resistance syndrome, in : MH kryger, TH Roth, WC
Dement (Eds.). Pronciples and Practice of sleep Medicine. $th edn. WB Saunders,
Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008, Oxford University Press, PUSA, P;9-
15
Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta:
Salemba Medika
Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi
4.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai