LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
21220022
2. Kebutuhan Tidur
kebutuhan tidur manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Berikut
kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.
4. Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga
masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau
ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari
( Maslow, 2005).
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau
tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui
pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia
yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten
insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga,
terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal,
enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama
pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi
seperti nyatayang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit
dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu
bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran.
Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep
Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth,
2005), Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita
muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot
atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat
tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran
udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk
bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering
menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur.
Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap
gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan
terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila
disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab yang dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan
pola tidur (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu:
a. Hambatan lingkungan yang terdiri dari: Kelembaban lingkungan sekitar,Suhu
lingkungan, Pencahayaan, Kebisingan,Bau yang tidak sedap, Jadwal
pemantauan atau pemeriksaan atau tindakan
b. Kurang kontrol tidur
c. Kurang privasi
d. Restraint fisik
e. Ketiadaan teman tidur
f. Tidak familiar dengan peralatan tidur
C. MANIFESTASI KLINIS
Pasien yang mengalami gangguan pola tidur akan biasanya
menunjukkan gejala dan tanda mayor maupun minor seperti berikut :
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
a. Gejala dan tanda mayor
Secara subjektif pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, dan
mengeluh istirahat tidak cukup. Secara objektif tidak tersedia gejala
mayor dari gangguan pola tidur.
b. Gejala dan tanda minor
Secara subjektif pasien mengeluh kemampuan beraktivitas
menurun,Secara objektif yaitu adanya kehitaman di daerah sekitar
mata, konjungtiva pasien tampak merah, wajah pasien tampak mengantuk
(Wahit Iqbal Mubarak et al., 2015).
D. KOMPLIKASI
a. Efek psikoligis : dapar berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/ somatic : dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
c. Efek social : dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan social dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang kurang tidur dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam/hari. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomniayang
memperpendek angka harapan hidup. Selain itu orang yang menderita
insomnia kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu
lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
E. PATWAY
Lingkungan
Penyakit 1. Lingkungan bising
Kecemasan
S 1. Demam 2. Lingkungan ramai
2. Nyeri
3. Penyakit pernafasan
(NANDA,2015, Tarwoto,2006)
F. PATOFISIOLOGIS
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkat kegiatan
susunan sistem saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dn tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas
pons. Dalam keadaan sadar neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
seperti norepinoprin. Selain itu RAS juga dad an pat memberikan rangsangan
virtual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi
rangsangan emosi dan proses pikir. Pada sat tidur, terdapat pelepasan serum
selotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah , sedangkan
pada saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat
otak dan sistem limbic. Dengan demikian sistem batang otak yang mengatur
siklus atau perubahan dalan tidur adalah RAS DAN BSR .
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun
cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus
disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress
berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi
tidur si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu
tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski
hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur
yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya:
Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek
samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.
H. Pengkajian
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara
pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi
ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit
keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali
atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insomnia
2. Gangguan pola tidur
J. RENCANA KEPERAWATAN
Skala :
1 : berat
2 : cukup perat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
K. REFERENSI