Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR (INSOMNIA)

DISUSUN OLEH :

Hikmah Pujiarti, S.Kep

21220022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUSI KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur
adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan
dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah
suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan
yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).
Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya
melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar,
2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah
menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).
Tidur merupakan salah satu komponen penting untuk menjaga kesehatan
individu. Tanpa tidur, manusia akan mengalami gangguan dalam kualitas
hidup. Manusia tidur selama sepertiga dari kehidupan mereka. Bagi sebagian
besar orang, tidur adalah hal yang mudah, namun bagi beberapa orang tidur
merupakan suatu hal yang sangat sulit dilakukan. Kondisi sulit tidur saat ini
disebut sebagai insomnia. (Susanti, 2015).
Insomnia merupakan persepsi yang tidak adekuat dari kualitas dan
kuantitas tidur dan merupar/kan keluhan paling umum dari gangguan tidur.
Terdapat beberapa klasiFikasi dalam Insomnia. Menurut International
Classification of Sleep Disorder 2 (ICSD-2), Insomnia ditegakkan apabila
terdapat 1 atau lebih keluhan: kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk
mempertahankan tidur sehingga sering terbangun dari tidur, bangun terlalu
dini hari dan sulit untuk tidur kembali, tidur dengan kualitas yang buruk.
Kesulitantidurdi atas terjadi meskipun terdapat peluangdan keadaan yang
cukup untuk tidur, serta setidaknya terdapat satu gangguan yang dialami
pada siang hari : kelelahan, gangguan atensi, konsentrasi, dan memori,
gangguan dalam hubungan sosial dan pekerjaan atau performa yang
jelek di sekolah, gangguan mood atau iritabel, mengantuk di siang hari,
kekurangan energi inisiasi dan motivasi, sering mengalami kesalahan,
kecelakaan saat bekerja atau menyetir, nyeri kepala, gangguan pencernaan
akibat kurang tidur dan mengawatirkan kondisi ini. Beberapa faktor risiko
kejadian insomnia pernah diteliti. Diantara faktor-faktor yang dianggap
mempengaruhi kejadian insomnia adalah: jenis kelamin perempuan, usia,
status perkawinan, pendapatan, tingkat pendidikan. (Susanti, 2015).

2. Kebutuhan Tidur
kebutuhan tidur manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Berikut
kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur

0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari

1-18 bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari

18 bulan-3 tahun Masa Anak 11-12 jam/hari

3-6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari

6-12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari

12-18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari

18-40 tahun Masa Dewasa muda 7-8 jam/hari

40-60 tahun Masa Dewasa tua/paruh baya 7 jam/hari

60 tahun keatas Masa Lanjut usia 6 jam/hari

Siklus Tidur (Hidayat,A & Musrifatul 2016) & kemkes.go.id.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur


a. Penyakit 
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan
pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit
persarafan.
b. Lingkungan 
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka akan
menghambat tidurnya.
c. Motivasi 
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan 
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan 
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol 
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan 
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain
Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein
(Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan
Narkotika (Mensupresi REM).

4. Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga
masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau
ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari
( Maslow, 2005).
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau
tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui
pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia
yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten
insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga,
terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal,
enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama
pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi
seperti nyatayang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit
dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu
bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran.
Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep
Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth,
2005), Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita
muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot
atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat
tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran
udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk
bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering
menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur.
Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap
gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan
terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila
disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

B. ETIOLOGI
Adapun penyebab yang dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan
pola tidur (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu:
a. Hambatan lingkungan yang terdiri dari: Kelembaban lingkungan sekitar,Suhu
lingkungan, Pencahayaan, Kebisingan,Bau yang tidak sedap, Jadwal
pemantauan atau pemeriksaan atau tindakan
b. Kurang kontrol tidur
c. Kurang privasi
d. Restraint fisik
e. Ketiadaan teman tidur
f. Tidak familiar dengan peralatan tidur
C. MANIFESTASI KLINIS
Pasien yang mengalami gangguan pola tidur akan biasanya
menunjukkan gejala dan tanda mayor maupun minor seperti berikut :
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
a. Gejala dan tanda mayor
Secara subjektif pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, dan
mengeluh istirahat tidak cukup. Secara objektif tidak tersedia gejala
mayor dari gangguan pola tidur.
b. Gejala dan tanda minor
Secara subjektif pasien mengeluh kemampuan beraktivitas
menurun,Secara objektif yaitu adanya kehitaman di daerah sekitar
mata, konjungtiva pasien tampak merah, wajah pasien tampak mengantuk
(Wahit Iqbal Mubarak et al., 2015).

D. KOMPLIKASI
a. Efek psikoligis : dapar berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/ somatic : dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
c. Efek social : dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan social dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang kurang tidur dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam/hari. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomniayang
memperpendek angka harapan hidup. Selain itu orang yang menderita
insomnia kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu
lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
E. PATWAY

GANGGUAN POLA INSOMNIA


TIDUR

1. Bangun terlalu dini


2. Kesulitan memulai tidur
3. Tidur tidak memuaskan
4. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat

Dampak dari sakit


Meningkatnya saraf Terjadi perubahan suasana
menjadikan pasien
simpatis sehingga seperti gaduh maka
kurang tidur atau tidak
dapat mengganggu menghambat tidurnya
dapat tidur
proses tidur

Lingkungan
Penyakit 1. Lingkungan bising
Kecemasan
S 1. Demam 2. Lingkungan ramai
2. Nyeri
3. Penyakit pernafasan

(NANDA,2015, Tarwoto,2006)

F. PATOFISIOLOGIS
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkat kegiatan
susunan sistem saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dn tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas
pons. Dalam keadaan sadar neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
seperti norepinoprin. Selain itu RAS juga dad an pat memberikan rangsangan
virtual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi
rangsangan emosi dan proses pikir. Pada sat tidur, terdapat pelepasan serum
selotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah , sedangkan
pada saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat
otak dan sistem limbic. Dengan demikian sistem batang otak yang mengatur
siklus atau perubahan dalan tidur adalah RAS DAN BSR .

G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun
cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal  penderita. Jadi penderita harus
disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress
berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi
tidur si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu
tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski
hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur
yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya:
Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek
samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.
H. Pengkajian
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara
pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta  bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi
ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit
keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali
atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.

3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual : Bernapas, Nutrisi, Eliminasi,


Aktivitas,Istirahat tidur, Berpakaian, Pengaturan suhu tubuh, Personal
Hygiene, Rasa Aman Nyaman, Komunikasi, Spiritual , Rekreasi, Bekerja,
dan Pengetahuan atau belajar
4. Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh  berbagai
penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.
5. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan
pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
6. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai
taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insomnia
2. Gangguan pola tidur
J. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1. Insomnia Label : Tidur Label :


berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Lingkungann;
selama... 1 x 24 jam masalah klien dapat Kenyamanan
dengan faktor
teratasi dengan kriteria hasil :
lingkungan skala indicator 1. Tentukan tujuan pasien
dan keluarga dalam
No Skala awal akhir mengelolah lingkungan
dan kenyamanan
1. jam tidur 3 5 2. Mudahkan transisi pasien
dan keluarga dengan
2. jam tidur yang 3 5
adanya sambutan hangat
observasi
di lingkungan baru.
pola tidur 4 5 3. Pertimbangan penetapan
pasien dikamar dengan
4. kualitas tidur 4 5 beberapa tempat tidur.
4. Hindari gangguan yang
5. efisiensi tidur 2 5
tidak dan berikan istirahat.
Skala : 5. Cipatalkan lingkungan
yang tenang dan
1 : sangat terganngu
mendukung
2 : banyak terganngu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit tergangu
5 : tidak terganggu

2. Gangguan Pola Label : Tidur Label : Peningkatan Tidur


Tidur Setelah dilakukan asuhan keperawatan
berhubungan selama 1 x 24 jam masalah teratasi dengan
1. tentukan pola tidur /
kriteria hasil:
dengan pola aktivitas pasien
tidur tidak no Skala awal akhir
2.perkirakan tidur /siklus
menyehatkan 1. Kesulitan 1 5 bangun pasien di dalam
memulai tidur perawatan perencanaan

2. tidur yang 2 5 3. jelaskan pentingnya tidur


terputus yang cukup
Tidur yang tidak 3 5 4. tentukan efek dari obat
tepat
yang dikonsumsi pasien dan
4. Mimpi buruk 4 5 jumlah jam tidur

5. Buang air kecil di 4 5 5. monitor/ catat pola tidur


malam hari pasien dan catat kondisi fisik.

Skala :
1 : berat
2 : cukup perat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
K. REFERENSI

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.BukuSaku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.Jakarta:EGC

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014.Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7


Buku 3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika


Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha


Publishing. s

Anda mungkin juga menyukai