Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KLIEN Ny. M DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR GANGGUAN INSOMNIA

DI RT 02 RW 02 DESA GEMULAK KEC. SAYUNG

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Belajar Lapangan (PBL) Keperawatan Dasar

PENYUSUN :

MAYLENA DESI PERMATASARI

NIM.G2A019081

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADDIYAH SEMARANG

TAHUN 2020
1. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR

A. DEFINISI
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagan. Tidur adalah
keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisikan dengan minimnya
aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011 : 203). Tidur adalah keadaan relative tanpa sadar
yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan sijkus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan bagian yang berbeda
(Tartowo, 2006). Sedangkan istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin
hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan Dsara,
2011:203). Iistirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmanilah menurun
akibat yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tartowo, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu menngalami atau
beresiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahat yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau menggamggu gaya hidup yang diinginkan
(Lynda Juall,2012:522). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuatintas
waktu tidur akibat fktor eksternal (NANDA NIC – NOC, 2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi (NANDA 2012). Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana
seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk
walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga
mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur .
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek
(short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek,
mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang
hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari.

B. ETIOLOGI

Beberapa factor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :

1. Faktor Psikologi :

 Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis
sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia
transient.
 Problem Psikiatri depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari
biasanya yang tidak diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi,
cemas, neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari
gangguan tidur.
 Sakit Fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang
tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau
sakit fisik tersebut dalam dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit
tidur akan tetap terjadi.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lintasan peasawat jet, lintasan kereta api, pabrik atau
bahkan tetangga dapat menjadi factor penyebab susah tidur,

 Gaya Hidup
Alcohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga
dapat menjadi factor penyebab sulit tidur.

3. Kondisi Medis

Tiap kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan, sindroma apnea tidur,
restles legs syndrome, factor diet, parasomnia, efek zat langsung (drugs/alcohol), efek
putus zat, penyakit endokrin/metabolic, penyakit infeksi, neoplastic,
nyeri/ketidaknyaman, lesi batang otak/hipotalamus, akibat penuaan.

C. KLASIFIKASI INSOMNIA

Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :

a. Insomnia sementara (transiet)

yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya berhubungan dengan
kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan
dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya
dibuat secara retrospoktif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih
ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang cukup sering ditemukan, factor
yang memiu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gamgguan irama sirkadian
sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja
baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan
jarang membawa pasien ke dokter.

b. Insomnia jangka pendek

yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu.
Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami stress, berada di
lingkungan yang rebut ramai, berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperature
ekstrim, masalah dengan jadwal tidur- bangun seperti yng terjadi saat jed lag, efek samping
pengobatan.

c. Insomnia kronis

Kesulitan tidur yang dialami hamper setiap malam selama sebulan aau lebih. Salah
satu penyebab kronik insomnia yang paling umum adalah depresi. Penyebab lainnya bisa
berupa arthisritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom restless legs,
Parkinson, dan hyperthyroidism. Namun demikian, insomnia kronis juga disebabkan oleh
factor perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alcohol, dam substansi lain, siklus
tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan megiatan malam hari lainnya, dan stress
kronis.

D. MANIFESTASI INSOMNIA

a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal.

b. Wajah kelihatan kusam.

c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap dibawah mata.

d. Lemas, mudah mengantuk.

e. Resah dan mudah cemas.

f. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung.

E. DAMPAK INSOMNIA

Berbagai damak merugikan yang timbul dari insomnia yaitu :

1. Depresi

2. Kesulitan untuk berkonsentrasi

3. Aktivitas sehari-hari menjadi terganggu

4. Prestasi kerja atau belajar mengalami penurunan

5. mengalami ke;elahan di siang hari

6. Hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk

7. meningkatkan risiko kematian

8. Menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan

9. Memunculkan berbagai penyakit fisik

Dampak insomnia tidak dapat dianggap remeh, karena bisa menimbulkan kondisi
yang lebih serius dan membahayakan kesehatan dan keselamatan. Oleh karenanya, setiap
penderita insomnia perlu mencari jalan keluar yang tepat.

F. KOMPLIKASI INSOMNIAS

a. Efek fisiologis, karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat peningkatan
noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin.

b. Efek Psikologis, dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable,


kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
c. Efek fisik/somatic, dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.

d. Efek social, dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi
pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan social dan keluarga.

e. Kematian, orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup
lebih sedikit darimorang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang mendisikusikan insomnia yang memperpendek angka harapan hidup karena
high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka moralitas atau
mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia
memiliki kemungkinan 22 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika
dibandingkan dengan orang normal.

G. PENATALAKSANAKAN

1.) Terapi Non Farmakologis

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan


obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Adapun cara yang dapat dilakukan
antara lain :

1. Terapi relaksasi

Terapi ini ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
menganggu tidur. Bisa dilakukan dengan membawa pekerjaan kantor kerumah, teknik
pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.

2. Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditunjukkan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai
dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat
nyaman untuk tidur.

3. Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditunjukkan untuk mengatur waktu tidur penderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu
tidurnya.

4. Psikoterapi

Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien untuk santai
dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisammenyembuhkan
insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama pada pasien usia tua.

5. CBT (Cognitive Behavioral Teraphy)


CBT digunakan untuk memperbaiki distrosi kognitif si penderita dalam memandang dirinya,
lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si
penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.

6. Sleep Restriction Therapy

Sleep restriction theraphy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita insomnia.

7. Stimulus Control Therapy

Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita
secara regular dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk
tidur pada siang hari meski hanya sesaat.

8. Relaxation Therapy

Relaxation therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat dihadapkan pada
kondisi yang penuh kelegaan.

9. Imagery Training

Imagery training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak


menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

10. Herbal

Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk gangguan irama
sirkadian sperti jed lag). Melatonin menurunkan fase tidur laten, meningkatkan efesiensi
tidur, dan meningkatkan presentasi tidur REM, dan chamomile (untuk mengurangi
kecemasan) banyak dipakai untuk terapi insomnia.

11. Terapi Cahaya

Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa mengantuk dan
kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.

12. Farmoterapi

Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan


kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada siang
harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state. Namun, banyak dosis obat hipnotik
yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam hari juga menyebabkan
sedasi pada siang harinya. Bentuk menghindari komplikasi ini, short acting benzodiazepine
dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa mengganggu kualitas psikomotorik yang bisa
menyebabkan kecelakaan yang berhubungan dengan kendaraan bermotor terapi dengan obat-
obatan hipnotik sedatif harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya
menggunakan dosis efektif yang terkecil. Efek toleransi terjadi pada penggunaan kebanyakan
obat hipnotik, karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 11 bulan. Rebound
insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara mendadak. Untuk menghindari
efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil dan tappering off .

Banyak di antara para penderita insomnia karena factor psikologis yang menggunakan
obat tidur untuk mengatasi insomnianya. Namun penggunaan yang terus menerus tentu
menimbulkan efek samping yang negative, baik secara fisiologis (efek terhadap organ dan
fungsi organ tubuh) serta efek psikologis. Logikanya, insomnia yang disebabkan factor
psikologis, berarti factor psikologis itu lah yang harus di atasi, bukan symtomnya. Jika hanya
focus mengatasi simtom-nya dengan minum berbagai obat tidur, maka ketika mata terbuka,
masalah akan datang kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan berlarut-larut
tanpa solusi pada akar masalah.

Perlu diketahui, bahwa keberhasilan terapi tergantung dari motivasi si penderita untuk
sembuh sehingga si penderita harus sabar, tekun dan bersungguh-sungguh dalam menjalani
sesi terapi. Selain itu, sebaiknya terapi yang dilakukan juga diiringi dengan pemberian terapi
keluarga. Hal ini disebabkan, dalam terapi keluarga, anggota keluarga si penderita dilibatkan
untuk membantu kesembuhan si penderita. 1alam terapi keluarga, anggota keluarga si
penderita juga diberi tahu tentang seluk beluk kondisi si penderita dan diharapkan anggota
keluarganya dapat berempati untuk membantu kesembuhan si penderita.

2.) TERAPI FARMAKOLOGI

Obat-obat untuk penanganan gangguan tidur antara lain :

a. Golongan obat hiptonik.

b. golongan obat antidepresan.

c. Terapi hormnone melatonin dan agonis melatonin.

d. Golongan obat antihistamin.

H. PERSIAPAN ALAT

1. Buku tulisan.

2. Alat tulis.

3. Kertas.

4. Jam tangan.

5. Tensimeter.

6. Stetoskop.

I. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur
Pengkajian
a. Kaji riwayat tidur klien
b. Kaji pola tidur biasa
c. Kaji penyakit fisik
d. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi
e. Kaji status emosional dan mental
f. Kaji rutinitas menjelang tidur
g. Kaji lingkungan tidur.
Perencanaan
a. Siapkan alat.
b. Menyiapkan alat-alat didekatkan kepada klien ditempat yang layak.
Implementasi
Fase Orientasi
a. Memberikan salam kepada klien dan menyapa nama klien.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.

Fase Kerja
a. Mencuci tangan.
b. Membaca bismillahirohmanirrohim
c. Pakai sarung tangan.
d. Melakukan anamneses kepada klien
 Menyanyakan keluhan klien, seperti : sulit tidur, sering terbangun pada
malam hari, kualitas tidur buruk.
 Menanyakan factor resiko, seperti : adanya gangguan penyakit jantung,
depresi atau cemas.
 Menanyakan factor rentan, seperti : sering bekerja pada malam hari, jam
kerja yang tidak stabil, mengonkumsi alcohol.
e. Letakkan alat didekat klien.
f. Atur posisi pasien.
g. Melakukan pemeriksaan fisik
 Kesadaran sensorium baik.
 Melakukan vital sign.
 Melakukan pemeriksaan generalitas, kelihatan pasien Nampak lelah
dan mata cekung.
h. Rapihkan dan kembalikan alat.

Fase Terminasi
a. Mengevaluasi hasil tindakan.
b. Anjurkan
c. Anjurkan mengkonsumsi makanan kaya biotin (mis, susu, telur, kacang-
kacangan).
d. Berpamitan dengan klien.
e. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
2. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Umum

Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan,
diagnose medis, hubungan pasien dengan penanggung jawab.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan.

1. Kaji riwayat tidur klien

 Apakah klien mengalami sakit kepala ketika bangun.


 Kapan prttama kali klirn menyadari gangguan pola tidur.
 Berlangsung berapa lama masalah ini terjadi.
 Waktu yng dibutuhkan untuk tertidur.

2. Kaji pola tidur biasa

Seberapa jauh perbedaan tidur klien saat ini dengan sebelumnya.

3. Kaji penyakit fisik, TTV

Mengetahui klien menderita penyakit fisik yang dapat menganggu tidur.

4. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi

5. Kaji status emosional dan mental

6. Kaji rutinitas menjelang tidur

Terdapat perbedaan pola tidur yang terdahulu dengan yang sekarang.

7. Kaji lingkungan tidur.

b. Riwayat Penyakit sekarang

kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang
khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia
dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini
tidak dikeluhkan.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan
dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian apakah klien
mengalamai alergi atau penyakit keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu

melipuri pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering
mengalami gangguan tidur.

3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual

a. Bernafas

b. Nutrisi

c. Eliminasi

d. Aktivitas

e. Istirahat tidur

f. Berpakian

g. Pengatran suhu tubuh

h. Personal hygiene

i. Rasa Aman Nyaman

j. Komunikasi

k. Spiritual

l. Rekreasi

m. Bekerja

n. Pengetahuan atau belajar

4. Data Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum Pasien

Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.

b. Gejala Kardial

Meliputi suhu, tensi, nadi, dan nafas.

c. Keadaan Fisik

Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut, telinga,
leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.

5. Data Pemeriksaan Penunjang


Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik
selama perawatan maupun masuk rumah sakit.

6. Pengkajian Psikososial

Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handal tautan serta
bagimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan


(Potter & Perry, 2005).

2. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan
yang buruk tentang insomnia (Potter & Perry,2005).

4. INTERVENSI

Intervensi Rasional
1. peningkatan Koping : Membantu 1. Mengurangi tekanan pada diri pasien.
pasien untuk beradaptasi dengan
presepsi, stressor, perubahan atau
ancaman yang menganggu pemenuhan
tuntutan dan peran hidup.

2. Manajemen Lingkungan 2. Kenyamnan membuat pasien relaksasi dan


Kenyamanan : Manipulasi lingkungan membantu pasien santai.
sekitar pasien untuk meningkatkan
kenyamanan yang optimal.

3. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi 3. Agar pasien mampu membangun pola


siklus tidur-terjaga yang teratur. tidur yang sesuai.

4. Jelaskan pentingnya tidur yang 4. Memberikan informasi kepada pasien dan


adekuat. keluarga pasien.

5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.


5. Agar periode tidur tidak terganggu dan
rileks.
6. Diskusikan dengan pasien dan 6. Meningkatkan pola tidur yang baik secara
keluarga tentang teknik tidur. mandiri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar pustaka dari buku :

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi

13.Jakaera:ECG

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3. Jakarta:

Salemba Medika

Potter, Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi

4. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

2. Daftar pustaka dari jurnal ilmiah :

Nurdin, M.A.2018.Kualitas Hidup Penderita Insomnia Pada Mahasiswa.Universitas

Hasanudin: Jurnal MKMI,Vol.14

3. Daftar pustaka dari website :

Nurdin, M.A.2018.Kualitas Hidup Penderita Insomnia Pada Mahasiswa.Universitas

Hasanudin: Jurnal MKMI,Vol.14

hhtps://media.neliti.com/media/publications/261142-none-194beeec.pdf

Anda mungkin juga menyukai