Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sertakarunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yangalhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan HIV / AIDS Pada Anak”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritikdan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demikesempurnaan makalah
ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasameridhai
segala usaha kita. Amin.

Semarang, 15 Juni 2021

Kelompok 2

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................iKATA
PENGANTAR.........................................................................................................iiDAFTAR
ISI.......................................................................................................................iiiBAB I
PENDAHULUAN1.1

Pendahuluan..................................................................................................................41.2

Tujuan Makalah ............................................................................................................4BAB II


TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
AIDS..........................................................................................................................62.2 Definisi
HIV..........................
………..

.....................................................................................62.3 Etiologi.................................

……………………………

........................................................62.4 Manifestasi Klinis

……………………..

...................................................................................7

2.5 Patofisiologi ..............................

……………………………………………………………………………………

..

…….

92.6 Pathway..........................................

…………………………………………………………………………………

….

112.7 Komplikasi

..................

……………………………………………………………………………………………

……

..

122.8 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................

……………………………………..
..132.9 Penatalaksanaan....................................................

…………………………………………………………

......14ASUHAN KEPERAWATAN HIV / AIDS PADA ANAK2.10 Pengkajian

……

............................................................

…………………………………………………….

....162.11 Diagnosa Keperawatan

……………

.........

…………………………………………………………………………

...172.12 Intervensi Dan Rasional.................................................

…………………………………………………..

...22BAB III PENUTUPKesimpulan Dan


Saran...................................................................................................................26

DaAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………..

....27

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diperkirakan bahwa, untuk waktu mendatang yang dapat diduga, sedikitnya 500.000 bayi akan
terlahir terinfeksi HIV setiap tahun, kebanyakan dalam negara penghasilan rendahdengan
epidemi generalized. Penularan HIV dari ibu-ke-bayi bertanggung jawab untukhampir semua
2,3 juta (1,7-3,5 juta) anak di bawah usia 15 tahun yang diperkirakan hidupdengan HIV, hampir
90 persen di Afrika sub-Sahara. Diperkirakan bahwa, dari anak tersebut,780.000 membutuhkan
terapi antiretroviral (ART), dan bahwa, pada 2006, 380.000 anak di bawah usia 15 tahun
meninggal karena alasan terkait AIDS. Walaupun ada peningkatan 40 persen dalam jumlah anak
yang menerima ART pada 2006, hanya 6 persen orang yang memakai ART secara global adalah
anak, sementara 14 persen mereka yang membutuhkanART adalah anak. Program nasional
yang mampu melaporkan berdasarkan usia menunjukkan bahwa sangat sedikit anak yang
mendapatkan ART adalah di bawah usia 2 tahun.

ART dan pengobatan untuk infeksi oportunistik yang terjangkau semakin tersediatetapi hal ini
memberi sedikit manfaat pada bayi bila mereka tidak dapat didiagnosis secaradini. Kebanyakan
anak yang terinfeksi HIV meninggal di bawah usia 2 tahun dan kuranglebih 33 persen meninggal
di bawah usia 1 tahun [3-5]. Sayangnya menafsirkan hasil dari tesdarah (antibodi) dipakai untuk
orang dewasa yang tersedia paling luas adalah sulit untuk bayidi bawah usia 9-12 bulan. Hasil
antibodi-negatif memberi kesan bahwa bayi tidak terinfeksi.Hasil antibodi-positif tidak
memastikan bayi terinfeksi karena antibodi ibu pada anak yangterlahir oleh ibu terinfkesi HIV
dapat ditahan; oleh karena itu, tes virologis adalah cara yangdibutuhkan untuk mendiagnsosis
HIV pada bayi. Penyusuan, walau terkait dengan ketahananhidup yang lebih baik,
menempatkan bayi dalam risiko tertular HIV selama masa penyusuan,walau bayi tidak terinfeksi
pada awal.

B. Tujuan Makalah

1. Tujuam Umum

Mahasiswa/mahasiswi dapat membuat asuhan keperawatan pada anak dengan HIV/AIDS

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang definisi HIV


b. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang etiologi HIV
c. Mahasiswa.mahasiswi mengerti tentang manifestasi klinik HIV
d. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang patofisiologi HIV
e. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang pemeriksaan HIV
f. Mahasiswa/mahasiswa mampu memgkaji pasien HIV
g. Mahasiswa/mahasiswi mampu membuat intervensi pada pasien HIV
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yangdisebabkan
oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien
memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.(Carolyn,
M.H.1996:601)

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakitakibat


menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksiHuman
Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)

Jadi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih Infeksi
oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama padaorang
dewasa).

B. Etiologi

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompokretrovirus yang
biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia.Penyakit ini dapat
ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah,dan penularan masa
perinatal.

1. faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :

a) bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,


b) bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,
c) bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,
d) bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang,
e) anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah seksual),
dan
f) anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

2. Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:

a) Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)

Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yangdikandungnya. Cara
transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal. Transmisi dapatterjadi melalui plasenta
(intrauterin) intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar dengandarah ibu.

b) Selama persalinan (intrapartum)

Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yangmengandung HIV
melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir.

c) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi

Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan aspirasilambung
pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhidengan adanya
kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaan dinding
vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur, penggunaan elektrode
pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi danrendahnya kadar CD4 pada
ibu.

Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resikotransmisi
antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum
persalinan.

d) Bayi tertular melalui pemberian ASI

Transmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu). ASIdiketahui
banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi median selyang terinfeksi
HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel, partikel virus inidapat ditemukan pada
componen sel dan non sel ASI. Berbagai factor yang dapatmempengaruhi resiko tranmisi HIV
melalui ASI antara lain mastitis atau luka di puting, lesidi mucosa mulut bayi, prematuritas dan
respon imun bayi. Penularan HIV melalui ASIdiketahui merupakan faktor penting penularan
paska persalinan dan meningkatkan resikotranmisi dua kali lipat.

C. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang
dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karenasebagian besar
(>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima puluh persen kasus AIDS
anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipundemikian ada juga bayi yang
terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejalaAIDS pada umur 10 tahun.
Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang adadi
lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa :

a) gagal tumbuh
b) berat badan menurun,
c) anemia,
d) panas berulang,
e) limfadenopati, dan
f) hepatosplenomegali

Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksioportunistik, yaitu
infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang lazimnyatidak memberikan penyakit
pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun,terutama imunitas selular, maka
anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organismetersebut, yang biasanya lebih lama, lebih
berat serta sering berulang. Penyakit tersebut antaralain kandidiasis mulut yang dapat
menyebar ke esofagus, radang paru karena Pneumocystiscarini, radang paru karena
mikobakterium atipik, atau toksoplasmosis otak. Bila anakterserang Mycobacterium
tuberculosis, penyakitnya akan berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak
sering juga menderita diare berulang.

Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumoniainterstisialis
limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru.
Manifestasi klinisnya berupa

a) hipoksia,
b) sesak napas,
c) jari tabuh
d) limfadenopati.
e) Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang
denganadenopati di hilus dan mediastinum.

Manifestasi klinis yang lebih tragis adalah yang dinamakan ensefalopati kronik
yangmengakibatkan hambatan perkembangan atau kemunduran ketrampilan motorik dan
dayaintelektual, sehingga terjadi retardasi mental dan motorik. Ensefalopati dapat
merupakanmanifestasi primer infeksi HIV. Otak menjadi atrofi dengan pelebaran ventrikel
dankadangkala terdapat kalsifikasi. Antigen HIV dapat ditemukan pada jaringan susunan saraf
pusat atau cairan serebrospinal.
*Dibuat tabel*

PUSAT UNTUK KLASIFIKASI CONTROL PENYAKIT INFEKSI HIV PADAANAK

- Kelas P-O: infeksi intermediate

Bayi <15 bulan yang lahir dari ibu yang terinfeksi tetapi tanpa tanda infeksi HIV

- Kelas P-1: infeksi asimtomatik

Anak yang terbukti terinfeksi, tetapi tampa gejala P-2; mungkin memiliki fungsiimun normal (P-
1A) atau abnormal (P-1B)

- Kelas P-2: infeksi sitomatik

 P-2A: gambaran demam nonspesifik (>2 lebih dari 2 bulan) gagal berkembang,
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali, parotitis, atau diare rekurenatau persistem
yang tidak spesifik.
 P-2B: penyakit neurologi yang progresif
 P-2C: Pneumonitis interstisial limfoid
 P-2D: infeksi oportunistik menjelaskan AIDS, infeksi bakteri rekuren, kandidiasisoral
persisten, stomatitis herpes rekuren, atau zoster multidermatomal.
 P-2E: kanker sekunder, termasuk limfoma non-Hodgkin sel-B atau limforma otak
 P-2F: penyakit end-organ HIV lain (hepatitis, karditis, nefropati, gangguanhematologi)

D. Patofisiologi

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja sebagai
reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan peran kritis dalam
mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan
dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yangmenyebabkan penurunan sel CD4.

HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja sebagai
reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong dengan peran kritis dalam
mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan
dengan perkembangan penyakit.
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti,meskipun
kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melaluiantigen viral,
yang dapat bekerja sebagai superantigen; penghancuran sel yang terinfeksimelalui mekanisme
imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfositatau sel asesorius pada
timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis selselain limfosit.

Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidakmenyebabkan kematian
sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir viruslaten tetapi tidak dapat
diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ, terutama otak, danmenetap di otak. Percobaan
hibridisasi memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-selkromafin mukosa usus, epitel
glomerular dan tubular dan astroglia. Pada jaringan janin, pemulihan virus yang paling
konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIVmelibatkan banyak organ,
meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakanterutama disebabkan oleh infeksi
virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.

Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun "priodeinkubasi" atau
interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat padainfeksi perinatal
dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasiimun sering tampak
pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;hipergameglobulinemia dengan
produksi antibody nonfungsional lebih universal diantaraanak-anak yang terinfeksi HIV dari
pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan.

Ketidakmampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi imunoglobulin
secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya, berperang pada infeksi
dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi limfosit CD4
sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak berkorelasi dengan status simtomatik.
Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV seringmemiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15%
pasien dengan AIDS periatrik mungkinmemiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal.
Panjamu yang berkembang untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda
dengan dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi
relatif ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak.

*Lanjut phatway*

F. Komplikasi
1. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitisHuman
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krimdalam
rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagusdan
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit danrasa sakit
di balik sternum (nyeri retrosternal).

2. Neurologik

a) ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS
dementiacomplex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala,
kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan
ataksia. stadiumlanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon
verbal, gangguanefektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis
spastic, psikosis, halusinasi,tremor, inkontinensia, dan kematian.
b) Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise,
kakukuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. diagnosis
ditegakkandengan analisis cairan serebospinal.

3. Gastrointestinal

a) Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakitAIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB awal, diare
yangkronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang
kambuhanatau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
b) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcomaKaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi,
dan dehidrasi.
c) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengananoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
d) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibatinfeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.

4. Respirasi

Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, nyeridada,
hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti
yangdisebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides.
5. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksiotot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunderdan
sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan
pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit.

moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plakyang
disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik denganindurasi
yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkanfolikulitis
menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengandermatitis
atopik seperti ekzema dan psoriasis.

6. Sensorik

a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis


sitomegalovirus berefek kebutaan
b) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efeknyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-
reaksiobat.

G.Pemeriksaan penunjang

1.Tes untuk diagnose infeksi HIV

Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes inimeliputi

a) ELISA, latex agglutination Penilaian Elisa dan latex agglutination dilakukan


untukmengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus
dipastikandengan tes western blot.
b) Western blot ( positif)
c) Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR . Bila pemeriksaan pada kulit,
makadideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu HIV.
(positifuntuk protein virus yang bebas)
d) Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim
reversetranscriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a) LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)


b) CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap
antigen)

H. Penatalaksanaan

1.      Perawatan

Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:

a) Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
b) Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada.
c) Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid,
yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA
virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
d) Mengatasi dampak psikososial
e) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur
yang dilakukan oleh tenaga medis
f) Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan
perlindungan universal (universal precaution)

2.       Pengobatan

a) Pengobatan medikamentosa mencakupi pemberian obat-obat profilaksis infeksi


oportunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset yang luas telah
dilakukan dan menunjukkan kesimpulan rekomendasi pemberian kotrimoksasol pada
penderita HIV yang berusia kurang dari 12 bulan dan siapapun yang memiliki kadar CD4
< 15% hingga dipastikan bahaya infeksi pneumonia akibat parasit Pneumocystis jiroveci
dihindari. Pemberian Isoniazid (INH) sebagai profilaksis penyakit TBC pada penderita HIV
masih diperdebatkan. Kalangan yang setuju berpendapat langkah ini bermanfaat untuk
menghindari penyakit TBC yang berat, dan harus dibuktikan dengan metode diagnosis
yang handal. Kalangan yang menolak menganggap bahwa di negara endemis TBC,
kemungkinan infeksi TBC natural sudah terjadi. Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk
menetapkan kasus mana yang memerlukan pengobatan dan yang tidak.
b) Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida, pirimetamin untuk
toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang diberikan sesuai kondisi
klinis yang ditemukan pada penderita.
c) Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset mengenai obat
ARV terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu mengeradikasi virus dalam
bentuk DNA proviral pada stadium dorman di sel CD4 memori. Pengobatan infeksi HIV
dan AIDS sekarang menggunakan paling tidak 3 kelas anti virus, dengan sasaran molekul
virus dimana tidak ada homolog manusia. Obat pertama ditemukan pada tahun 1990,
yaitu Azidothymidine (AZT) suatu analog nukleosid deoksitimidin yang bekerja pada
tahap penghambatan kerja enzim transkriptase riversi. Bila obat ini digunakan sendiri,
secara bermakna dapat mengurangi kadar RNA HIV plasma selama beberapa bulan atau
tahun. Biasanya progresivitas penyakti HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT,
karena pada jangka panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten
terhadap obat.

3.      Pencegahan

Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :

a) Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load
rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif
untuk menularkan HIV.
b) Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru
dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena
terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.
c) Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

1.    Idensitas klien meliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia, jenis kelamin,


agama, paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.        

2.     Identitas penanggungjawab       

3.    Keluhan Utama

Orangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk disertai sesak napas.

4.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien terus batuk – batuk sejak satu minggu yang lalu, kemudian dua hari yang lalu mulai
disertai sesak napas.klien juga terkena diare dengan frekuensi BAB cukup tinggi.sejak semalam
klien demam dan di perparah lagi klien tidak mau menyusu, karena itu orang tua klien
membawanya ke rumah sakit.

b.      Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)

a)       Prenatal Care

 Pemeriksaan kehamilan
 Keluhan selama hamil 
 Riwayat terkena sinar  tidak ada
 Kenaikan berat badan selama hamil
 Imunisasi

b)      N a t a l

 Tempat melahirkan
 Lama dan jenis persalinan 
 Penolong persalinan 
 komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan daerah
vagina).

c)       Post Natal

 Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB..  cm


 Kondisi anak saat lahir: baik/tidak
 Penyakit  yang pernah dialami … setelah imunisasi
 Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada
 Imunisasi
 Alergi
 Perkembangan anak  dibanding saudara-saudara 

5.       Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga   yang mengidap HIV : missal, ibu.

6.      Riwayat Imunisasi

Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi setelah pemberian.
Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis.
7.      Riwayat Tumbuh Kembang

a) Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm


b) Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)

Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara pertama kali,
berpakaian tanpa bantuan .

8.      Riwayat Nutrisi

a.          Pemberian ASI

1) Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir


2) Cara Pemberian      : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3) Lama Pemberin      : berapa menit
4) Diberikan sampai usia berapa

b.        Pemberian Susu Formula :missal; SGM

c.          Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia  sampai nutrisi saat ini

5) Riwayat Psiko Sosial

a. Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumah


b. Hubungan antar anggota kelurga  baik
c. Pengasuh anak adalah  orang tua, pengasuh,dll

9.      Riwayat spiritual

Kegiatan ibadah, tempat ibadah.

10.  Reaksi Hospitalisasi

a) Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap


b) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap

11.  Aktivitas sehari-hari

Kaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi, cairan, eliminasi,
istirahat/tidur, personal hygiene, aktivitas/mobilisasi, rekreasi.

12.  Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma. Ekspresi wajah, penampilan
( berpakaian)
b. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah
c. Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar abdomen.
d. Head To Toe
1) Kulit  : Pucat dan turgor kulit agak buruk
2) Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada
peradangan
3) Kuku :  Jari tabuh
4) Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
5) Hidung   :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi,  tidak ada polip, dan fxungsi
penciuman normal
6) Telinga    :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan
7) Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan
dan perdarahan  pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak
kering dan bibir pecah-pecah.
8) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
9) Dada : dada masih terlihat normal
10) Abdomen  : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus meningkat  dan perut mules
dan mual.
11) Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
12) Extremitas atas/ bawah  : Extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot lemah
akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit.

e.       Sistem Pernafasan

 Hidung    : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada


 Leher       : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub
 mandibula.
 D a d a      :

o    Bentuk dada : Normal

o    Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal :  1 : 1

o    Gerakan dada            : simetris, tidak terdapat


retraksi

o     Suara nafas    : ronki

o    Suara nafas tambahan : ronki


Tidak ada clubbling finger

f.          Sistem kardiovaskuler :

 Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler ,


tekanan vena jugularis : tidak meninggi
 Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran 
 Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
 Capillary refilling time > 2 detik

g.       Sistem pencernaan:

 Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut


 Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya virus yang
menyerang usus
 Gaster  : nafsu makan menurun,  mules, mual muntah, minum normal,
 Anus : terdapat bintik dan meradang gatal

h.       Sistem indra

1)      Mata : agak  cekung

2)      Hidung : Penciuman kurang baik,

3)      Telinga:

 Keadaan daun telinga : kanal auditorius  kurang bersih akibat benyebaran penyakit
 Fungsi pendengaran kesan baik

i.         Sistem Saraf

1.      Fungsi serebral:

 Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua


 Bicara : -
 Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti perintah) =
6, verbal (bicara normal) = 5

2.      Fungsi kranial :
Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I – Nervus XII.

3.      Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh   orang tua

4.        Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)

5.      Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan  kesan normal

6.       Refleks : bisip, trisep,  patela dan babinski terkesan normal.

j.      Sistem Muskulo Skeletal

 Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri


 Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas bergerak, 
aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur.
 Lutut :  tidak bengkak, tidak kaku,  gerakan aktif, kemampuan jalan baik
 Tangan  tidak bengkak,  gerakan dan ROM aktif

k.       Sistem  integumen

 warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt,
 suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

l.        Sistem endokrin

 Kelenjar tiroid  tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran


 Suhu tubuh tidak tetap, keringat  normal,
 Tidak ada riwayat diabetes

m. Sistem Perkemihan

 Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang.
 Tidak ditemukan odema
 Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu

n.    Sistem Reproduksi

Alat genetalia termasuk glans penis  dan orificium  uretra eksterna  merah dan gatal

o.      Sistem Imun

 Klien tidak ada riwayat alergi


 Imunisasi lengkap
 Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
 Riwayat transfusi darah ada/tidak ada

B.     Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret


2. Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder
terhadap reaksi antigen dan antibody
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran sekunder
karena kehilangan nafsu makan dan diare
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan
penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.

C. Intervensi Keperawatan

No Dx. Kep Tujuan dan Criteria Intervensi Rasional


. Hasil

1. Bersihan Tupan: 1. Auskultasi area 1. Penurunan


jalan nafas  Jalan nafas aliran udara
paru,catat area
tidak efektif
berhubungan kembali penurunan/tidak terjadi pada
dengan efektif/normal ada aliran udara area
akumulasi Tupen : setelah dan bunyi napas konsolidasi
secret.
dilakukan tindakan adventisius dengan
selama 1x24 jam anak 2. kaji ulang tanda- cairan.
menunjukan yang efektif tanda vital (irama 2. Pernapasan
dengan criteria hasil: dan frekuensi, serta dangkal dan
 Mempertahankan gerakan dinding gerakan dada
kepatenan jalan dada) tidak simetris
napas dengan 3. Bantu pasien terjadi karena
bunyi napas latihan napas ketidaknyam
bersih/jelas. sering. an gerakan
 Klien merasa 4. Penghisapan sesuai dinding dada.
nyaman ketika indikasi 3. dalam
bernapas 5. Berikan cairan memudahkan
 Tidak ada sekret sedikitnya 2500 ekspansi
ml/hari (kecuali maksimum
kontraindikasi) paru/jalan
6. berikan obat yang napas lebih
dapat meningkatkan kecil
efektifnya jalan nafas 4. Merangsang
(seperti bronchodilator batuk atau
pembersihan
jalan napas
secara
mekanik
5. Cairan
(khususnya
yang hangat)
memobilisasi
dan
mengeluar-
kan secret
6. alat untuk
menurunkan spasme
bronkhus dengan
memobilisasi sekret.

2. Pola napas  Tupan : pola 1. Kaji 1. Kecepatan


tidak efektif napas kembali frekuensi biasanya meningkat.
berhubungan efektif kedalaman 2. Dispnue dan
dengan  Tupen : setelah pernapasanda terjadi peningkatan
penurunan dilakukan n ekpansi kerja nafas
ekspansi tindakan selama paru. 3. Bunyi nafas
paru 2x24 jam pola 2. Catat upaya menurun / tidak ada
napas kembali pernapasa bila jalan nafas
obstruktif sekunder
norma l,dengan 3. Auskuttsi terhadap pendarahan
criteria hasil: bunyi napas 4. Duduk tinggi
 klien dan catat memungkinkan
Menunjukan pola adanya bunyi ekspansi paru
nafas efektif seperti memudahkan
dengan frekuensi ronkhi. pernafasan.
dan kedalaman 4. Tinggikan 5. Kongesti alveolar
dalam rentang kepala dan mengakibatkan
normal bantu batuk kering / iritasi.
 klien mengubah 6. Memaksimalkan
mengatakan bernafas dan
posisi.
tidak sesak lagi. menurunkan kerja
5. Observasi nafas.
pola batuk
dan karaktrer
secret.
6. Berkan
oksigen
tambahan
3. Hipertermi  Tupan : suhu 1. Pertahankan 1. Lingkungan
berhubungan tubuh klien lingkungan sejuk, yang sejuk
dengan kembali normal dengan membantu
pelepasan  Tupen : setelah menggunakan menurunkan
pyrogen dari piyama dan suhu tubuh
dilakukan
hipotalamus
sekunder tindakan selama selimut yang dengan cara
terhadap 1x24 jam suhu tidak tebal. radiasi.
reaksi tubuh menurun 2. Pantau suhu 2. 2.
antigen dan
antibody dengan criteria; tubuh anak setiap Peningkatan
 Anak akan 1-2 jam, bila suhu secara
mempertahankan terjadi tiba-tiba akan
suhu tubuh yang peningkatan mengakibat
normal secara tiba-tiba. an kejang.
 Klien mampu 3. Beri 3. 3.
menunjukkan antimikroba/antib Antimikroba
TTV yang iotik jika mungkin
normal : disaranka. disarankan
 suhu 36’50C, 4. Berikan kompres untuk
 Nadi : 80x/m, dengan suhu 37 mengobati

 P : 20x / m dn oC pada anak organisme

 - TD : 110/80 5. Kolaboratif penyebab.

mmHg 6. Beri antipiretik 4. Kompres


sesuai petunjuk hangat
efektif
mendingin-
kan tubuh
melalui cara
konduksi
5. 5.
Antipiretik
seperti
asetaminofen
(Tylenol),
efektif
menurunkan
demam

4. Kekurangan  Tupan: 1. Ukur dan catat 1. Dokumentasi


volume keseimbangan pemasukan dan yang akurat
cairan cairan pengeluaran. Tinjau akan
berhubungan  tubuh adekuat ulang catatan intra membantu
dengansekun  Tupen : operasi. dalam
der karena  setelah dilakukan mengidentifi
kehilangan tindakan selama 2. Pantau tanda-tanda kasi
nafsu makan 1x24 jam vital. pengeluaran
dan diare kebutuhan cairan 3. Letakkan pasien pada cairan.
dapat terpenuhi posisi yang sesuai, 2. Hipotensi,
dengan criteria: tergantung pada takikardia,
 - Tidak ada kekuatan pernapasan. peningkatan
tanda-tanda 4. Pantau suhu kulit, pernapasan
dehidrasi. palpasi denyut perifer. 3. Mengindikasi
 - turgor kulit Kolaborasi, kan
normal, berikan cairan kekurangan
membran parenteral, cairan.
mukosa lembab produksi darah 4. Elevasi
 - dan dan atau plasma kepala dan
pengeluaran ekspander. posisi miring
urine yan
akan
sekunder
mencegah
terjadinya
aspirasi dari
muntah.
5. Kulit yang
dingin/
lembab,
denyut yang
lema.
Mengindikasi
kan
penurunan
Sirkulasi
perifer.
6. Gantikan
kehilangan
cairan yang
telah
didokumen-
tasikan
5. Perubahan Tupan: Pasien 1. Berikan 1. Untuk
nutrisi mendapatkan nutrisi makanan dan memenuhi
kurang dari yang Optimal kudapan kebutuhan
kebutuhan Tupen: setelah tinggi kalori tubuh
tubuh dilakukan tindakan dan protein. 2. Untuk
berhubungan selama 1x24 jam 2. Beri mendorong
dengankeka kebutuhan nutrisi klien makanan agar anak
mbuhan terpenuhi. dengan yang disukai mau makan
penyakit, kriteria hasil: anak 3. Untuk
diare, - anak mengkonsumsi 3. Perkaya memaksimal
kehilangan jumlah nutrien yang makanan kan kualitas
nafsu cukup dengan asupan
makan, - Nafsu menyusu suplemen makanan
kandidiasis meningkat nutrisi. 4. Ketika anak
oral - BB meningkat atau 4. Berikan mau makan
normal sesuai umur makanan adalah
ketika anak kesempatan
sedang mau yang
makan berharga bagi
dengan baik perawat
5. Gunakan maupun
kreativitas orang tua.
untuk 5. Dapat
mendorong menarik
anak. minat anak
6. Pantau berat untuk makan
badan dan dan
Pertumbuha menghabis-
7. Kolaboratif : kan porsi
obat anti makanan
jamur sesuai 6. Pemantauan
instruksi berat badan
dilakukan
sehingga
intervensi
terpenuhi
7. Untuk
mengobati
kandidiasis
oral

BAB IV

PENUTUP

                                                                                                  

A.      Kesimpulan

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan
oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien
memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn,
M.H.1996:601)

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang
biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat
ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa
perinatal. Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia
interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan
paru.

Komplikasi Oral Lesi: Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Pemeriksaan peniunjang seperti; Tes untuk
diagnose infeksi HIV

1.  ELISA, latex agglutination


2. Western blot ( positif)
3. Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR
4.  Kultur HIV

B.       Saran

1. Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa dalam menjalani hidup.
2. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksakan kesehatan anda dan anak secara
rutin.
3. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawatan kepada penderita
agar cepat sembuh dalam pengobatan.

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,
EGC, Jakarta

Administrator. 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada kehamilan.
http://www.mkb-online.org/. Lamongan, 10 Desember 2010. 13.30 WIB (access)

Anda mungkin juga menyukai