Anda di halaman 1dari 7

1.

Insomnia

Insomnia adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya sulit tidur atau tidak cukup
tidur, meski terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan ini bisa berdampak pada
aktivitas penderita keesokan harinya.

Insomnia ditandai dengan sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak. Keluhan tersebut
dapat memicu gejala lain, seperti lelah dan mengantuk di siang hari, serta sulit fokus dalam
beraktivitas. Sulit tidur dapat membuat penderita insomnia kurang konsentrasi sehingga berisiko
mengalami kecelakaan bila sedang berkendara. Insomnia juga bisa menurunkan daya ingat dan
gairah seks, serta menimbulkan gangguan fisik dan mental.

Pengobatan insomnia tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan kondisi pasien.
Metode yang dapat diberikan oleh dokter adalah psikoterapi atau konseling, obat-obatan, atau
kombinasi keduanya.

Insomnia dapat dicegah dengan melakukan beberapa cara sederhana berikut ini:

 Menghindari banyak makan dan minum sebelum tidur


 Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein
 Berusaha aktif di siang hari agar terhindar dari tidur siang

2. Parasomnia

Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya episode abnormal saat tidur.
Beberapa episode abnormal yang dimaksud antara lain berjalan saat tidur, mimpi buruk, atau
paralisis (yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan).

Terdapat berbagai macam gangguan tidur yang termasuk parasomnia. Beberapa gangguan yang
paling sering ditemui adalah:

• Gangguan tidur berjalan (sleep-walking), atau disebut juga somnambulisme

• Nightmare

• Night terror

Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis (mengompol), halusinasi
tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih banyak dialami oleh anak-anak dibandingkan dengan
orang dewasa.
Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan mengalami parasomnia
adalah:

• Sedang tertekan atau stres

• Penderita memiliki gangguan post-traumatic stress disorder

• Efek samping obat tertentu

• Pengguna narkoba

• Kebiasaan mengonsumsi alkohol

Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Bila
parasomnia yang dialami adalah gangguan tidur berjalan, maka hal yang paling penting adalah
memastikan bahwa lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain itu, keluarga dapat
memasang kunci atau alarm pada jendela dan pintu untuk mencegah penderita gangguan tidur
berjalan membahayakan dirinya. Selain itu, secara umum dapat memberikan obat-obatan untuk
membantu penderita agar tidur lebih nyenyak. Sebagian besar parasomnia akan hilang dengan
sendirinya seiring bertambah usia.

3. Hipersomnia

Hipersomnia adalah kondisi yang membuat seseorang merasa lelah dan mengantuk
berlebih di siang hari. Penderita akan tetap kelelahan meski telah tidur dengan durasi yang
cukup.Kondisi yang juga disebut excessive daytime sleepiness (EDS) ini memiliki dua jenis,
yakni primer dan sekunder.

Seseorang dikatakan mengalami hipersomnia primer ketika EDS berlangsung selama


minimal tiga bulan, dan tidak disertai gejala lain. Sedangkan hipersomnia sekunder biasanya
disebabkan oleh buruknya kualitas tidur di malam hari. Akibatnya, muncul rasa lelah dan
terganggunya konsentrasi.Pada jenis sekunder, hipersomnia merupakan manifestasi dari penyakit
lain. Contohnya, penyakit Parkinson, gagal ginjal, dan sindrom kelelahan kronis.

Gejala hipersomnia dapat berbeda-beda di tiap penderita. Perbedaan ini tergantung dari
penyebabnya. Namun secara umum, gejala yang muncul dapat berupa:

 Merasa sangat lelah sepanjang waktu


 Selalu merasa butuh tidur siang
 Tetap mengantuk meski telah tidur cukup atau dalam jangka waktu yang lama
 Sulit berkonsterasi sehingga sulit untuk membuat keputusan
 Kurang antusias
 Mengalami gangguan memori
 Meningkatnya risiko kecelakaan, terutama saat mengoperasikan kendaraan bermotor
 Mudah marah
 Sering merasa cemas
 Kehilangan nafsu makan

Penanganan hipersomnia akan ditentukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya.


Dokter dapat menganjurkan cara mengobati hipersomnia yang meliputi:

a. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat mengatasi narkolepsi, juga bisa digunakan untuk
mengatasi hipersomnia. Contohnya, amphetamine, methylphenidate, dan modafinil. Obat-
obatan ini termasuk golongan stimulan yang dapat membantu pasien agar merasa lebih segar
dan tidak mengantuk.

b. Perubahan gaya hidup

Perubahan gaya hidup juga penting sebagai bagian dari pengobatan hipersomnia. Dokter
mungkin akan menyarankan pasien untuk:

 Mengikuti jadwal tidur yang teratur


 Menghindari kegiatan yang dapat memperparah gejala yang dirasakan, terutama
menjelang tidur
 Tidak mengonsumsi alkohol maupun obat-obatan terlarang
 Menerapkan pola makan kaya nutrisi yang diberikan oleh dokter supaya energi tubuh
tetap tercukupi.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih pada
siang hari serta tertidur secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. Tidak hanya dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini juga bisa membahayakan penderitanya.

Sebagian besar penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah
zat kimia dalam otak yang mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin diduga
akibat penyakit autoimun.

Narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit yang merusak bagian otak penghasil
hipokretin, seperti:

 Tumor otak
 Cedera kepala
 Ensefalitis
 Multiple sclerosis

Pengobatan Narkolepsi

Untuk narkolepsi ringan, pengobatan dapat dilakukan dengan mengubah pola kebiasaan
tidur. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk di
siang hari dan meningkatkan kualitas tidur di malam hari:

 Olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, dan jangan melakukannya terlalu
dekat dengan waktu tidur. Disarankan untuk berolahraga paling lambat 2 jam sebelum
tidur.
 Hindari konsumsi makanan dengan porsi berat sebelum tidur.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
 Biasakan tidur siang selama 10–15 menit setelah makan siang.
 Jangan konsumsi kafein dan alkohol, serta hindari merokok sebelum tidur.
 Lakukan hal-hal yang dapat merelaksasi pikiran sebelum tidur, seperti membaca atau
mandi air hangat.
 Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

Jika gejala yang muncul cukup parah, penderita perlu diberikan obat-obatan. Obat yang
diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan, usia, riwayat penyakit, kondisi kesehatan
secara menyeluruh, dan efek samping yang mungkin ditimbulkan.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:

 Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat sehingga


membantu penderita tetap terjaga pada siang hari
 Obat antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline, untuk membantu meredakan gejala
katapleksi
 Antidepresan jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) atau serotonin and
norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs), untuk menekan waktu tidur, meringankan
gejala katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis
 Sodium oxybate, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk berlebih di
siang hari
 Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna meredakan rasa
kantuk di siang hari.
5. Apnea

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang berhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini dapat ditandai
dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur lama.

Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari gejala sleep apnea. Beberapa gejala itu justru
disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan penderita. Beberapa gejala umum yang muncul
saat penderita sleep apnea sedang tidur adalah:

 Mengorok dengan keras.


 Berhenti bernapas, selama beberapa kali ketika sedang tidur.
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas saat sedang tidur.
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari.
 Sulit tidur (insomnia).

Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan keluhan
setelah bangun dari tidur, antara lain:

 Terbangun dengan mulut yang terasa kering.


 Sakit kepala ketika baru bangun tidur.
 Merasa sangat mengantuk di siang hari.
 Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu.
 Mengalami perubahan mood dan mudah marah.
 Penurunan libido.

Penyebab Sleep Apnea

Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep apnea menurut
penyebabnya:

 Obstructive sleep apnea


Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks. Kondisi
ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas, misalnya
karena lidah tertelan.
 Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi saat otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik ke otot
yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa bernapas selama
beberapa waktu.
 Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan central sleep
apnea.
Pengobatan Sleep Apnea

Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea. Sleep apnea yang ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya dengan menurunkan
berat badan, berhenti merokok, mengurangi minum minuman beralkohol, serta mengubah posisi
tidur. Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan secara
medis, antara lain dengan terapi khusus dan operasi.

konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur

A. Pengkajian

Aspek yang perlu di kaji pada klien untuk mengidentifiksi gangguan kebutuhan istirahat dan
tidur meliputi pengkajian mengenai riwayat tidur, pola tidur, seperti jam berapa klien masuk
kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan Pola Tidur klien, Kebiasaan
yang dilakukan klien menjelang tidur seperti membaca buku, buang air kecil dan lain-lain
Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya Kebiasaan tidur siang,
Lingkungan tidur klien, bagaimana kondisi lingkungan tidur klien apakah kondisinya gelap,
suhunya dingin dan lainlain. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup, status emosi dan
mental klien. mempengaruhi terhadap kemampuan untuk Istirahat dan Tidur Perilaku deprivasi
tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai gangguan Istirahat Tidur
Penampilan wajah misalnya, Adakah area gelap di sekitar mata, bengkak dikelopak mata,
kongjungtiva kemerahan atau mata yang terlihat cekung.Perilaku yang terkait dengan gangguan
ekstra tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi atau
terlihat bingung Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah latih atau lesu. Biasanya Gejala
klinis yang mungkin muncul perasaan lelah, Gelisah, Emosi dan Apatis. Adanya kehitaman di
daerah sekitar mata, Konjungtiva merah dan mata perih

B. Diagnosa keperawatan

Dari analisa data yang di kumpulkan maka dapat disimpulkan klien mengalami gangguan
Istirahat Tidur maka diangkatlah Diagnose Keperawatan Gangguan Pola Tidur yang di sebabkan
oleh: kerusakan transport oksigen: gangguan metabolisme: kerusakan eliminasi: pengaruh
menggangu dengan data pendukung Pasien tampak lemah, konjungtiva anemis, ada bantalan
hitam pada kelopak mata. Maka di buatlah rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dengan pemenuhan Istirahat Tidur agar pasien dapat beristirahat dengan baik

C. Itervensi Keperawatan

Dari diagnosa yang telah di angkat maka dapat di buat rencana tindakan untuk memenuhi
kebutuhan istirahat tidur dengan Identifikas faktor yang mempengaruhi masalah tidur,lakukan
pengurangan istraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat menggangu tidur, tingkatkan aktivitas
pada siang hari Kurangi potensial cedera, selama tidur berikan pendidikan kesehatan dan lakukan
Rujukan jika di perlukan

D. Implementasi keperawatan

Dari rencana tindakan yang sudah di buat maka dapat dilakukan perawatan untuk memicuh
pasien tidur meliputi: menganjurkan pasien untuk mandi sebelum tidur; minum susu hangat;
membaca buku; menonton tv; menggosok gigi sebelum tidur; mencuci muka sebelum tidur; atau
membersihkan atau merapikan tempat

E. Evaluasi keperawatan

Dari tindakan yang sudah di buat dapat kita evalusai pada akhir tindakan yang perlu di evalusi
adalah masalah kebutuhan tidur dan istirahat dapat di nilai dari adanya kemampuan dalam
memenuhi Pasien dapat tidur selama 7-8 jam/hari tanpa terbangun, Pasien dapat mengidentifikasi
faktor-faktor penyebab gangguan tidur Pasien dapat menggunakan teknik-teknik untuk
mengatasi gangguan tidur tidak di temukan tanda klinis gangguan tidur dan menyimpang pada
pasien seperti timbulnya perasaan segar, tidak gelisah,dan apatis. Hilangnya bantalan hitam di
kelopak mata bawah. Kelopak mata yang kelihatan bengkak berkurang atau hilang tidak adanya
konjungtiva merah dan mata perih. Pasien sudah dapat berkonsentrasi penuh, serta tidak di
temukan gangguan proses berpikri, bicara dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai