Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Tidur merupakn sebuah kegiatan yang disertai berbagai perubahan


fisiologis,termasuk

respirasi,fungsi jantung, tonus otot, temperature, sekresi hormone, dan tekanan


darah.Tetapi jika

perubahan fisiologis itu mengalami ketidak seimbangan maka akan menimbulkan


bebrapa

gangguan

Beberapa gejala lain dari gangguan tidur adalah hipersomnia, jumlah

tidur yang berlebihan atau sering mengantuk yang berlebihan pada siang
hari.

Juga kelainan lain yang berlawanan yaitu insomnia yang akan di bahas pada
makalh ini.

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 1


ISI

Insomnia

(Gangguan Tidur)

DEFINISI
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.
Biasanya disebabkan

oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya
diperberat dengan perilaku

yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya bergadang dan
penggunaan kafein.

Insomnia adalah sebagian dari gangguan tidur, tetapi keluhan ini adalah
keluhan yang paling

sering dari gangguan tidur.

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 2


Insomnia dikelompokkan menjadi:

Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama


sekali tidak
berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian

Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri,


kecemasan, obat,

depresi atau stres yang hebat.

Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda.

Penyebab ini dapat dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi


medis atau

psikiatris, atau masalah tidur utama.

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 3


Banyak penyebab insomnia sementara dan jangka pendek yang
sama dan mereka termasuk:

Jet lag, perubahan dalam kerja shift, kebisingan yang berlebihan atau
tidak

menyenangkan, suhu ruangan tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu


dingin), stres situasi kehidupan (persiapan ujian, kehilangan orang
yang dicintai, pengangguran, perceraian, atau perpisahan), akibat
penyakit medis, bedah yang akut atau rumah sakit, efek samping dari
obat, alkohol, obat penenang, atau obat perangsang, Insomnia yang
berhubungan dengan ketinggian tinggi (gunung).

Insomnia jangka panjang atau kronis. Mayoritas penyebab insomnia


jangka panjang atau kronis biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa yang
mendasari atau fisiologis (medis) .

Insomnia terkait Psikologis.

Masalah-masalah psikologis yang paling umum yang dapat


menyebabkan insomnia mencakup:
kecemasan, stres, skizofrenia, mania (bipolar disorder), dan depresi.
Bahkan, insomnia mungkin merupakan indikator depresi. Banyak orang
akan memiliki insomnia selama fase penyakit mental akut.

Insomnia terkait Fisiologis.

Span fisiologis dari gangguan ritme sirkadian (gangguan terhadap jam


biologis), ketidakseimbangan tidur-bangun, untuk berbagai kondisi
medis. Berikut ini adalah kondisi medis yang paling umum yang
memicu insomnia: Sindrom nyeri kronik, sindrom kelelahan
kronis, gagal jantung kongestif, angina (nyeri dada) waktu malam dari
penyakit jantung, Acid reflux disease (GERD), Penyakit paru obstruktif

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 4


kronik (PPOK), Asma Nokturnal (asma dengan gejala pernapasan waktu
malam), Apnea tidur obstruktif, penyakit degeneratif, seperti penyakit
Parkinson dan penyakit Alzheimer (sering insomnia merupakan faktor
penentu untuk penempatan panti jompo), Tumor otak, stroke, atau
trauma pada otak.

Kelompok berisiko tinggi untuk insomnia.

Selain kondisi-kondisi medis di atas, kelompok-kelompok tertentu


mungkin pada risiko tinggi untuk mengembangkan insomnia, seperti :
pelancong, pekerja shift yang sering berubah, manula, siswa dewasa
muda atau remaja, wanita hamil, dan wanita menopause.

Insomnia terkait Obat.

Obat-obatan tertentu juga telah dikaitkan dengan insomnia,


diantaranya adalah:

o Preparat pencegah asma dan flu.

o Resep obat tertentu yang mungkin juga mengandung stimulan,


dengan demikian menghasilkan efek yang sama pada tidur.

o Pengobatan tekanan darah tinggi tertentu yang juga dikaitkan


dengan kurang tidur.

o Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati depresi,


kecemasan, dan skizofrenia.

Insomnia karena penyebab lain.

o Stimulan umum yang terkait dengan kurang tidur termasuk


kafein dan nikotin. Anda harus mempertimbangkan tidak hanya

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 5


membatasi penggunaan kafein dan nikotin dalam jam segera
sebelum tidur, tetapi juga membatasi asupan harian total.

o Orang sering menggunakan alkohol untuk membantu


mendorong tidur, sebagai minuman, namun, itu adalah pilihan
yang buruk. Alkohol berhubungan dengan gangguan tidur dan
menciptakan rasa tidur yang tidak segar di pagi hari.

o Partner tempat tidur yang mendengkur keras atau gerakan


kaki secara berkala yang dapat mengganggu kemampuan
Anda untuk mendapatkan tidur malam yang baik.

EPIDEMIOLOGI
Di amerika serikat kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan
tidur. Di Indonesia

gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki, pekerjaan-


pekerjaan yang

mengakibatkan terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam


sangat besar

menimbulkan gangguan tidur pada individu tersebut. Ada penelitian yang


membuktikan bahwa

70% dari perawat di Jakarta mengalami insomnia. Insomnia lebih banyak


terjadi pada wanita

dibandingkan dengan pria dengan rasio 3 : 2. Dengan bertambahnya usia


bertambah pula angka

kejadian gangguan tidur.

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 6


ETIOLOGI
Penyebab dari gangguan tidur biasanya dibagi menjadi 3 kondisi, yakni
kondisi medis, kondisi

psikiatri dan kondisi lingkungan.

1. Faktor biologik dan psikologik

Dilihat dari segi anatomi, fisiologi dan biokimia dari otak dapat dikemukakan
bahwa proses tidur dan bangun sangat erat hubungannya, bahkan diatur
oleh sistem bangun (arousal system) dan sistem tidur (hypnagogic system)
yang terdapat dalam otak. Pada umumnya dianggap bahwa dalam formatio
reticularis terdapat pengaturan tidur dan bangun. Bila formatio reticularis
(ascending reticular system) berada dalam keadaan aktif, maka
dikirimkannya isyarat-isyarat ke korteks yang menyebabkan sese-orang
bangun. Sebaliknya apabila dalam sistem retikuler terdapat keadaan yang
kurang aktif,maka impuls yang dikirim ke korteks dan pusat-pusat lain dan
otak kurang, sehingga seseorang men-jadi mengantuk. Kedua sistem bangun
dan tidur bersama-sama bekerja untuk mencapai keseimbangan yang wajar.
Namun, pada beberapa individu terdapat predisposisi, yaitu adanya sistem
bangun yang lebih peka atau sistem hipnagogik yang kurang sempuma,
sehingga padanya ada kecenderungan untuk bangun pada rangsang yang
sedikit saja. Diduga pada orang dengan insomnia kronik terdapat
predisposisi individual ini. Sistem bangunnya berada dalam kedaan keaktifan
berlebih yang kronik. Pada mereka dengan ciri-ciri ini tampak adanya
denyutan jantung yang lebih cepat dibandingkan dengan orang lain,
begitupun suhu badannya yang lebih tinggi. Seseorang yang menderita ke-
adaan keaktifan fisiologik yang berlebihan ini, dapat terangsang pula

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 7


keadaan mentalnya menjadi cemas, tegang, frustrasi, se-hingga dapat
memperkuat ketidakmampuan tidur. Di samping predisposisi fisiologik ini
terdapat pula kondisi-kondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur.
Sebagai contoh dapat disebut:

(1)Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus.


Setiap jenis pe-rasaan nyeri dapat menjadikan seseorang
mengalami insomnia pada siang hari seseorang dapat melupakannya
dan tidak merasa-kan nyeri, tetapi di malam hari mulailah dirasakan
nyeri tersebut, sehingga terganggulah tidurnya. Perasaan nyeri yang
meng-ganggu dapat terjadi pada penyakit neuritis post-herpes, tumor
pada organ dalam, luka atau infksi postoperatif, dan sebagainya.

(2)Apnoe sewaktu tidur.


Ini adalah kondisi dimana sewaktu tidur seseorang mendadak
berhenti bernapas. Karena penderita dengan gangguan ini sering tidak
tahu bahwa dia menderita kondisi ini, maka diagnosis sebenarnya
hanya dapat ditegakkan dengan observasi dalam laboratorium tidur.
Tetapi dalam pemeriksaan anamnestis dapat diperoleh informasi
bahwa penderita merasa ngantuk yang ber-lebihan pada siang hari dan
mendengkur berlebihan sewaktu tidur. Dengkuran ini sering mendadak
berhenti karena ada pe-nyumbatan pada alat pernapasan. Untuk
menghindari ini pen-derita bergerak banyak, kadang-kadang sampai
bangun duduk dan setelah dapat bernapas lagi, tidur kembali. Selama
peng-alaman ini pasien bisa saja tetap tidak sadar. Gangguan ini sering
terjadi dan dapat berulang sampai puluhan kali semalam. Akibat-nya
penderita tidak sempat mencapai stadium dan fase tidur yang dalam.
Apnoe sewaktu tidur ini dapat disebabkan oleh kelainan patologik pada
jalan pernapasan yang menyebabkan obstruksi. Keadaan ini dapat

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 8


diperberat dengan adanya ke-gemukan yang berlebihan atau kelainan-
kelainan endokrin se-perti hipertiroidi dan akromegali.

(3)Mioklonus nokturnal.
Keadaan ini ditandai dengan adanya kontraksi-kontraksi otot
mendadak, berulang dan yang biasanya terjadi pada kaki atau lengan.
Lama kontraksi-kontraksi ini tidak melebihi 10 detik dan dapat
berulang-ulang beberapa puluh kali selama beberapa menit sampai
beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya terjadi se-lama tidur. Bila
sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu dipikirkan
adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun penderita tidak dapat
mencapai fase tidur yang dalam karena sering terbangun.

(4)Faktor dietetik.
Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan
malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan
keseimbangan yang optimal, sehingga dapat mem-pengaruhi
metabolisme neurotransmitters dalam otak. Makanan yang terlalu
monoton, seperti makan jagung yang kurang di-variasi dengan lauk
lain dapat mengakibatkan insomnia. Dengan diet yang tidak seimbang
ini maka sedikit sekali triptofan di-kirim ke otak dan ini mempengaruhi
intesis dan serotonin. Kurangnya produksi serotonin akan mengganggu
proses tidur dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa mineralpun
mempunyai pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih dalam
penyelidikan.

(5)Efek obat dan efek putus obat.


Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur.
ini dapat direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipno-gram.
Obat-obatan seperti monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) atau zat-zat
seperti alkohol, kopi dan teh, bisa mengakibatkan insomnia. Seorang
yang menderita insomnia cenderung minum alkohol sebelum tidur,
dengan maksud agar proses masuk tidur mudah. Akan tetapi tidur
yang dialaminya adalah tidur kurang nyaman, hal mana dapat dilihat

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 9


dari hipnogram. Orang tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal,
sehingga pada waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan
mengantuk pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman
alkohol lain sebagai zat untuk mempermudah masuk tidur bukan
merupakan tindakan yang bijaksana.

(6)Faktor psikologik.
Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang
menjadi dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita ansietas
biasanya sukar masuk tidur, sedangkan mereka yang menderita
depresi acapkali bangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi, atau
bangun terlalu pagi dengan perasaan yang tidak segar. Di samping itu
beberapa gangguan jiwa yang serius dapat pula menyebabkan
terjadinya gangguan tidur, seperti gangguan kepribadian dan
skizofrenia.

2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi

Penderita insomnia sering berusaha mengobati diri sendiri dengan


meng-gunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan akibat keter-
gantungan terhadap obat-obat itu. Walaupun pada mulanya alkohol
memperbaiki masuknya tidur, tetapi kualitas tidur itu sendiri adalah kurang
dalam, sehingga mereka yang mengguna-kan alkohol untuk tidur pada pagi
harinya sering bangun dengan perasaan kurang segar. Pada penggunaan
obat-obat penenang perlu diperhatikan adanya rebound phenomena yang
dirasakan oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang tidak enak. Untuk
menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka diguna-kan obat
penenang lagi dan seterusnya, sehingga timbul ke-tergantungan psikik yang
dapat menjadi ketergantungan fisik. Perlu dipikirkan pula kemungkinan
bahwa para penyalahguna obat atau zat yang menimbulkan ketergantungan,

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 10


ada kalanya melakukannya untuk mengobati diri sendiri, yaitu pada penyakit
fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula obat-obat tertentu yang dapat
menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin, MAO inhibitors
dan obat-obat untuk menguruskan tubuh.

3. Faktor Iingkungan atau kebiasaan kurang baik

Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur yang kurang
nyaman, kamar tidur terlalu terang atau terlalu berisik, iklim yang terlalu
panas, dan sebagainya. Di samping itu dapat pula disebut makan atau
minum hal-hal yang me-rangsang sebelum tidur, seperti kopi atau teh kental,
makan ter-lalu banyak sebelum tidur, tidur terlalu lama pada hal-hal besar,
sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang juga dikenal dengan
Sunday night insomnia melakukan usaha yang memerlu-kan pikiran yang
intensif sebelum tidur, seperti main bridge, catur, membuat hitungan
akuntansi yang ruwet, dan sebagainya.

4. Pengkondisian negatif

Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk


tidak bisa tidur dan untuk keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau
perbuatan-perbuatan tertentu dengan maksud bisa tidur. Namun ini
mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak bisa tidur. Penderita dengan
gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga akhimya apa yang
ditakutkan itu ter-laksana benar-benar (self-fulfilling prophecy)

Beberapa kondisi lain adalah

Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur;

Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada


pembuluh koroner

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 11


Stroke, kondisi degenerative, demensia, gangguan tidur karena
gangguan CNS

Hipotiroid, menopause, siklus menstruasi, kehamilan, dan


hipogonadism

Gangguan paru obstruktif, asma, Pickwikian sindrom (Obstructive


sleep apnea syndrome).

Penyakit muntahan cairan lambung

Gangguan pada darah

Penggunaan obat seperti dekongestan, koritokosteroid, dan


bronkodilator

Kondisi lainnya seperti Demam, nyeri dan infeksi

Beberapa kondisi psikologis yang dapat menyebabkan gangguan tidur

Depresi dapat menyebabkan gangguan dalam REM (rapid eye


movement)

Sindrom Post Trauma

Obat-obatan psikotropika

Pikiran yang membebani atau stress

Tegang-cemas

Beberapa kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan tidur

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 12


Kejadian yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki stress
tinggi

Gangguan siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam dan
pagi)

Lingkungan yang bising, dingin, ataupun terlalu panas.

PATOFISIOLOGI

Penelitian tidur di laboratorium dengan alat EEG menunjukkan adanya


perbedaan antara sukarelawan yang normal dengan penderita depresi dan
ansietas. Pada penderita depresi, ditemukan adanya Sleep Latency yang
bertambah atau dapat juga normal. Sedangkan REM Latency jelas menjadi
lebih pendek. Tidur Delta yang pada orang normal ditemukan sejumlah 20 -
30%, pada penderita depresi menjadi jauh berkurang. Hal ini yang
menyebabkan penderita depresi mengeluh tidurnya kurang pulas.

Penelitian dari Zung menunjukkan bahwa pada sukarelawan normal


yang diberi rangsang suara-suara pada stadium Delta, tidak terbangun oleh
hal itu. Tetapi pada penderita depresi sangat mudah terbangun. Karena itu
penderita depresi mudah sekali terbangun oleh adanya perubahan suhu di
dini hari, perubahan sinar dan suara-suara hewan di pagi hari. Pada fase
awal penyakit, penderita. depresi akan mengalami penurunan dari Tidur REM
nya sebanyak 10%. REM menunjukkan bahwa orang itu sedang bermimpi. Di
laboratorium tidur, 85% dan mereka yang dibangunkan pada waktu tidur
REM, mengaku sedang bermimpi. Penderita depresi biasanya mengalami
mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan sehingga mereka terbangun
karenanya. Dengan demikian tidur REM pun berkurang karena seringnya
terbangun di malam hari. Di samping itu, telah diterangkan bahwa pada
mereka yang menderita depresi, tidur REM lebih cepat datangnya. Secara
fisiologik kekurangan tidur REM itu harus dibayar kembali. Dengan begitu,

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 13


selang beberapa waktu, penderita depresi akan mengalami tidur REM yang
berlebihan, dan penderita akan lebih sering terbangun dan bermimpi buruk.
Jadi jelaslah mengapa di laboratorium tidur, ditemukan gambaran hipnogram
yang acak-acakan atau iregular dari perpindahan satu stadium ke stadium
yang lain pada penderita depresi; dan sering terbangun di malam hari. Pada
penderita ansietas, dan hipnogram ditemukan Sleep Latency yang
memanjang. Sedangkan REM Latency dapat normal atau lebih panjang dari
pada sukarelawan normal. Berbeda dengan penderita depresi, pada
penderita ansietas, tidur delta biasanya normal (20-30%), sedangkan tidur
REM menjadi bertambah, terutama pada fase akhir dari tidur (di dini hari).
Pada hipnogram juga ditemukan adanya gambaran yang ireguler dari
perpindahan satu stadium tidur ke stadium tidur yang lain. Di bawah ini,
digambarkan suatu skema perbedaan dari insomnia karena kondisi depresi
dan ansietas, dilihat dari keluhan subyektif dan gambaran obyektif menurut
hipnogramnya.

GEJALA DAN TANDA

Gejala insomnia adalah susahnya seorang individu untuk jatuh kedalam


tidur, sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Sulitnya
mempertahankan tidur dan tidak dapat tidur

secukupnya, hal ini mengakibatkan seorang pasien terbangun sebelum dia


mendapatkan tidur yang cukup. Gangguan dari siklus tidur dapat disebabkan
oleh irama sikardian (gannguan dalam irama tidur bangun) yang terganggu
oleh karena jet-lag atau pekerjaan. Hipersomnia atau tidur yang berlebih
adalah gejala dari kurangnya kualitas dari tidur seseorang sehingga
seringkali

dibutuhkan waktu tidur yang lebih lama dari normal.

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 14


Beberapa gejala lain dari gangguan tidur adalah Sonambulisme atau tidur
berjalan, dan Mimpi buruk (nightmares)

Kriteria Diagnostik untuk insomnia

Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk memulai tidur atau


mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama
sekurang-kurangnya satu bulan

Kelelahan di siang hari yang menyertai menyebabkan penderitaan


yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social,
pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang diperlukan

Hemoglobin dan hematokrit, Gas darah, fungsi tiroid dan screening obat dan
alcohol.

A. PEMERIKSAAN

1. ANAMNESIS

1. Tegakkan diagnosis gangguan yang mengawali dan


mempertahankan tidur
2. Catat riwayat penggunaan obat pasien, termasuk alkohol, kafein
dan stimulansia lain, hipnotika sedatif, dan zat adiktif
3. Berapa lama gejala itu sudah dialaminya, dan akibatnya?
4. Adakah suatu perubahan di lingkungannya?
5. Hanya terjadi di rumah sendiri atau hanya pada hari kerja?
6. Gejala ikutan? Seperti mengorok, refluks gastroesofageal, kaki
goyang (restless legs), dan kejutan mioklonik. Apakah pasien jadi
nokturia sebagai akibat sekunder dari minum terlalu banyak
semalam sebelumnya atau patologi saluran kemih?
7. Higiene tidur? Apakah kamar tidur cukup menyenangkan dan
tenang? Tempat tidur bersih?

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 15


8. Apakah pasien berbuat sesuatu yang mengarahkan perhatian ke
tempat lain seperti menonton televisi, makan dan membaca?
9. Adakah keadaan yang secara psikologik merangsang saat mau
tidur?
10. Makan banyak, latihan fisik yang melelahkan, dan minuman
alkohol lebih dari satu macam harus dihindarkan sebelum tidur.
11. Apakah pasien tidur larut malam pada akhir minggu, sehingga
tidak bisa tidur sore pada hari minggunya?

2. FISIK

Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk untuk komorbiditas


insomnia.

Leher besar ukuran dari 18 inci atau lebih besar pada laki-laki,
peningkatan BMI dari 30 kg/m2, pembesaran amandel, Mallampati
Airway skor 3 atau 4 (lihat Media file 2), langit-langit lunak berbaring
rendah terutama pada pasien dengan hipertensi atau penyakit
jantung, dan apnea tidur obstruktif / hypopnea sindrom harus
dipertimbangkan. Fitur lain termasuk diperbesar lidah, retrognathia,
micrognathia, atau sudut rahang yang curam.
Jika pasien memiliki neuropati perifer bukti (yaitu, distribusi stok
hilangnya sensasi suhu) dengan atau tanpa perubahan trophic, mereka
harus bertanya tentang gejala yang menyakitkan (yaitu, sensasi
terbakar) di kaki mereka, dan sejarah diabetes, penyalahgunaan
alkohol, dan neurologis konsultasi harus diminta.
Jika pasien mengeluhkan gejala sindrom kaki gelisah atau gejala dari
suatu kelainan neurologis, seperti kejang malam hari, penyakit
Parkinson, atau gangguan neuromuskuler, konsultasi saraf harus
diminta.

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 16


Pada pasien dengan sindrom rasa sakit kronis atau sindrom
rheumatologic, rujukan ke spesialis manajemen rasa sakit dan / atau
rheumatologist harus dipertimbangkan.
Jika dada pemeriksaan menunjukkan suara napas berkurang; clubbing
atau mengi dalam pengaturan tanda-tanda klinis dan gejala dari
penyakit paru obstruktif kronik, asma, atau sindrom hipoventilasi
obesitas, paru konsultasi harus diminta

3. PENUNJANG

Polysomnography

Memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan


'standar emas' untuk penilaian diagnostik. Kendali polysomnography (PSG)
terdiri electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG), dagu dan
tibialis anterior Elektromiografi (EMG), upaya pernapasan, aliran udara,
oksimetri dan elektrokardiografi (EKG). Sebagian besar penilaian adalah
berbasis laboratorium dan malam pertama rekaman biasanya dibuang
sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru karena prosedur dan
lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrol stimulus
diakui dalam praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara yang berbeda di
laboratorium, dan mungkin attributions berbeda tentang tidur mereka,
rumah PSG telah dikembangkan sebagai naturalistik alternatif. PSG portabel
pertama rekaman digambarkan pada 1970-an tapi sejak itu rumah
perekaman telah menjadi lebih sederhana dan lebih handal. Dalam
penelitian insomnia, sangat penting bahwa orang tidur di / tempat tidurnya
sendiri (Edinger et al., 1997). PSG adalah penting untuk diagnosis dalam
kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau dampak intervensi,
seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP), dimana tingkat kejenuhan
oksigen / desaturation, kejadian apnea dan arousal dari tidur sering harus
dinilai sebelum dan selama pengobatan.

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 17


Diagnosis dapat dibuat berdasarkan riwayat penyakit

Hipnosomnografi (elektroensefalogram, eletromiogram, analisa


laboratonum untuk tidur) jarang diperlukan

DIAGNOSA
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

- pola tidur penderita

- pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang

- tingkatan stres psikis

- riwayat medis

- aktivitas fisik.

Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.

PENATALAKSANAAN

Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.

Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia,


biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah
normal.

Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam


sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar
tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.

Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi


stres.

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 18


Jika penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi.

Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan


penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu.

Medikamentosa

Bila terdapat indikasi terapi dengan obat-obatan, pilihan obat


tergantung pada penyebab
Bila ansietas merupakan penyebab utama, pengobatan dengan
antiansietas dengan rasio potensi sedatif tinggi merupakan indikasi
Obati insomnia yang menyertai depresi dengan sedatif
antidepresan
Gunakan penginduksi tidur 'short-acting' pada insomnia tahap
permulaan
Gunakan obat tidur pada gangguan yang telah lebih lama
Karena hipnotik long-acting' mungkin menyehabkan efek pusing
('hangover') dan gangguan penampilan, maka hanya boleh digunakan
bila ansietas terjadi pada siang hari
Hipnotika baru diberikan sesingkat mungkin untuk memecahkan
masalah
Terdapat kemungkinan penyalahgunaan obat yang potensial
walaupun kecil dengan kebanyakan sedatif hipnotik dan masalah
peracunan obat sendiri yang potensial
Obat hipnotik mungkin memperburuk gejala kilnik penderita
dengan apne waktu tidur ('sleep apnea')

Mulailah dari penggunaan obat non-benzodiazepin seperti obat


antiinsomnia yang alami atau yang merupakan sintetik melatonin (merek
dagang Rozerem). Ada juga pasien yang bisa menggunakan obat
antiinsomnia non-benzodiazepin seperti zolpidem (merk dagang
Zolmia/Stilnox).

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 19


Obat ini tidak seperti golongan benzodizepin, tidak menimbulkan risiko
ketergantungan, toleransi dosis ataupun efek putus zat. Penggunaan
benzodiazepin seringkali diberikan kepada pasien oleh dokter umum atau
spesialis bila pengobatan di atas tidak membantu banyak. Golongan obat
yang sering diberikan adalah estazolam (Esilgan), alprazolam (Xanax,
Zypraz,Alganax) dan Diazepam (Valium). Sayangnya terkadang pasien terus
menerus menggunakan obat ini untuk membantu tidurnya tanpa melakukan
proses terapi untuk keluhan dasarnya, yaitu kecemasan atau depresi,
sehingga seringkali ditemukan pasien memakan obat ini sampai bertahun-
tahun. Apalagi seringkali mereka tidak kontrol atau membeli sendiri obat
tersebut di pasar gelap yang menjual obat seperti ini.

Penggunaan obat tidur yang biasanya merupakan golongan


benzodiazepine haruslah hati-hati dan atas pengawasan ahli seperti seorang
psikiater. Jika tidak perlu tidak perlu sampai menggunakan obat golongan
tersebut. Jangan lupa pula untuk mengobati dasar dari gangguan ini.
Biasanya jika gangguan dasarnya diobati maka insomnianya juga akan
membaik sehingga tidak lagi memerlukan obat. Pesan saya terakhir adalah
jangan makan obat tidur sembarangan, konsulkan dengan ahlinya jika
mendapatkan obat tidur dari dokter umum atau spesialis non-psikiatri dalam
jangka waktu yang cukup lama (lebih dari 3 bulan) dan usahakan untuk
mengobati gangguan dasarnya bukan hanya gejalanya saja.

Bedah, untuk mengatasi penyakit yang menyertai

Diet

Konsultasi dengan dokter

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 20


Beberapa tindakan non medis yang dapat dilakukan untuk membantu tidur

Bangun pada waktu yang sama setiap harinya

Batasi waktu di tempat tidur setiap hari pada jumlah yang sama
sebelum terjadi gangguan tidur

Hentikan penggunaan obat-obatan yang bekerja pada susunan saraf


pusat

Hindari tidur sekejap dalam siang hari

Olahraga

Hindari stimulasi pada saat waktunya tidur

Berendam di dalam air hangat 30 menit sebelum tidur

Makan pada waktu yang teratur setiap hari

Lakukan relaksasi otot pada malam hari

Pertahankan kondisi tidur yang menyenangkan

Gangguan Tidur tidak hanya Insomnia

Keluhan gangguan tidur disebabkan terutama oleh kondisi kurang tidur


(sleep deprivation.) Kondisi kurang tidur disebabkan oleh jumlah tidur yang
kurang atau kualitas tidur yang kurang. Sehingga keluhan pasien dengan
kondisi kurang tidur bisa luas sekali, mulai dari sulit tidur, tidur-tidur ayam,
tidur tidak dalam, bangun tidak segar, selalu mengantuk, cepat lelah, mudah

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 21


tertidur, sakit kepala yang menetap, vertigo, depresi, hipertensi hingga
berbagai gangguan jantung.

Sayangnya di Indonesia frasa gangguan tidur terlanjur identik dengan


insomnia. Sementara keluhan kantuk berlebih, juga biasa disebut
hipersomnia, kurang diperhatikan. Padahal kantuk berlebih amat
mengganggu produktivitas bahkan menyimpan potensi bahaya yang tidak
kecil.

Persentase penderita gangguan tidur amat bervariasi. Di klinik gangguan


tidur kami, yang terbanyak adalah kasus sleep apnea (henti nafas saat
tidur,) diikuti dengan insomnia, sindroma tungkai gelisah, parasomnia baru
lalu narkolepsi.

Penderita sleep apnea terbanyak adalah pria dengan perbandingan 90% pria
dan 10% wanita. Padahal berdasarkan penelitian di luar negri penderita pria
dan wanita sama besarnya. Penyebabnya adalah gejala sleep apnea pada
wanita tidak sejelas pada pria. Jika pria mendengkur keras, wanita
mempunyai dengkuran yang lebih sopan. Dan lagi wanita lebih tahan
kantuk dibanding pria, sehingga jika pada pria jelas terdapat kantuk berlebih,
pada wanita hanyalah keluhan cepat lelah atau kesulitan berkonsentrasi. Di
negara-negara maju, penanganan sleep apnea sudah menjadi bagian dari
tata laksana hipertensi. Bahkan International Diabetes Federation, sejak
Februari 2008 sudah menyarankan agar pasien diabetes diperiksakan
kemungkinannya menderita sleep apnea.

Penderita dengan diagnosa insomnia dua pertiga-nya adalah wanita dengan


sebaran usia terbanyak pada usia 40 tahunan. Patut diwaspadai juga, bahwa
banyak remaja / dewasa muda yang mengeluhkan kesulitan tidur namun
sebenarnya masih dalam batas normal. Begini, dalam tubuh kita ada jam
biologis yang mengatur segala denyut kehidupan seperti rasa lapar,
menstruasi dan kantuk. Usia dewasa muda mempunyai jam biologis yang

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 22


unik, dimana mereka butuh tidur selama 8,5 jam 9,25 jam seharinya
dengan jam kantuk baru lewat tengah malam. Tak heran, jika banyak orang
muda yang merasa sulit tidur pada jam-jam 10 malam sementara orang lain
di rumahnya sudah terlelap. Ini juga sebabnya banyak orang muda yang
betah gaul hingga larut malam, dan tertidur di kampus atau kantor. Ini akan
berlangsung hingga letupan-letupan hormon mereda di usia mendekati 30
tahun. Nah, banyak pasien di usia ini yang datang dengan keluhan sulit tidur
namun akhirnya dinyatakan normal dan tidak menderita insomnia. Banyak
juga pasien wanita yang datang dengan keluhan sulit tidur, ternyata
terdiagnosa menderita sleep apnea atau sindroma tungkai gelisah. Mereka
biasanya merasakan kualitas tidur yang buruk sehingga cepat merasa lelah
di siang hari.

Penderita sindroma tungkai gelisah tidak mengenal gender. Mereka


mengeluhkan sulit tidur, akibat rasa tidak nyaman pada kaki yang
mendorong mereka untuk menggerak-gerakkan kaki. Rasa tak nyaman ini
digambarkan sebagai rasa pegal, sakit, keram atau sekedar kesemutan.
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh penyakit syaraf degeneratif
(parkinson, alzheimer), tingginya kadar ureum dalam darah atau malah
kekurangan zat besi.

Parasomnia adalah gerakan yang tidak diinginkan selama tidur. Bisa berjalan
dalam tidur, berbicara, atau bahkan makan dalam tidur! Jumlah
penderitanya tidaklah banyak dan tidak memerlukan tindakan khusus.
Terutama pada anak-anak, gangguan ini bisa hilang dengan sendirinya. Yang
diperlukan adalah edukasi pada keluarga penderita agar memahami
gangguan tidur yang dialami. Salah satu parasomnia yang menakutkan
adalah night terrors/pavor nocturnus dimana seorang anak, ditengah malam
seolah duduk terbangun, dengan pandangan mata terfiksasi pada satu
sudut, menangis keras tanpa bisa ditenangkan. Ketika ditenangkan ia malah
menangis semakin keras. Tapi setelah beberapa menit, ia akan diam lalu

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 23


kembali tidur atau terbangun dalam kondisi bingung. Si anak biasanya tidak
ingat sama sekali episode ini, karena memang tidak terjadi pada tahap tidur
mimpi.

Narkolepsi tidak banyak diderita, hanya beberapa orang saja. Gangguan


tidur ini ditandai dengan serangan kantuk tak tertahankan, otot lemas tiba-
tiba setelah emosi kuat, dan fenomena 'tindihan.'

Diagnosis banding.

Dari beberapa sumber di temukan bahwa diagnosis banding hampir tidak


ada. Tetapi diagnosis banding lain yang mungkin dapat di pertimbangkan
adalah seperti gangguan tidur sekunder seperti ; psikosis alkoholik, anorexia
nervosa, depresi.

Prognosis

Respon terhadap pengobatan tcrgantung pada etiologi insomnia

"Rebound insomnia" dapat terjadi pada penghentian tiba-tiba dan obat


sedatif hipotik

Beberapa penderita mungkin memberikan respon terhadap cara-cara


tanpa obat setelah masalah didiskusikan dan etiologinya ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 24


1. dr. I Made wiguna S. dkk. Synopsis psikiatri,jilid 2 ;2010.Ciputat
tangerang
2. dr.Rusdi maslim. Diagnosis gangguan jiwa,2001,Jakarta

3. Maramis, Willy F. Gangguan psikiatrik lain yang khusus, Insomia.


Surabaya : airlangga University; 2009
4. Sylvia, A , Prince, Lorraine , et. al. Patofisiologi. 6th ed, vol. 1. Jakarta :
EGC ; 2006
5. Masalah klinis pada ilmu kedokteran jiwa darurat
6. Penyakit Susah Tidur (Insomnia) di unduh dari :
http://organisasi.org/penyakit-susah-tidur-insomnia-fungsi-manfaat-
tidur-istirahat-jiwa-raga-untuk-kesehatan
7. Penyakit Susah Tidur (Imsonia) di unduh dari www.mailarchive.com

Mario Fransisco Tukan (1007136) Page 25

Anda mungkin juga menyukai