Anda di halaman 1dari 10

GANGGUAN KESADARAN

(NARKOLEPSI, SOMNABULISME, DAN SLEEP PARALYSIS)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi

Disusun oleh :

Syifa Nurathiah
P17320118110

Tingkat 2-C

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

2019
NARKOLEPSI

A. Pengertian
Narkolepsi merupakan gangguan tidur dan bangun yang relative jarang dijumpai.
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang memengaruhi kendali terhadap
aktivitas tidur.

B. Manifestasi utamanya adalah:


1) Mengantuk yang hebat (serangan tidur) di siang hari, dengan kecenderungan
berkali-kali tidur sepanjang hari.
2) Katapleksi, hilangnya tonus otot dipicu oleh emosi, mengakibatkan immobilitas
(tak dapat bergerak) selama beberapa detik atau menit.
3) Halusinasi hipnoganik, merupakan halusinasi visual (penglihatan) atau auditoar
(pendengar) yang “hidup”, yang dialami pada permulaan tidur.
4) Paralisis –tidur, tidak mampu bergerak waktu mula-mula bangun.

C. Penyebab Narkolepsi
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar penderita
narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat kimia dalam otak
yang membantu mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin diduga
akibat sistem imun yang menyerang sel-sel sehat (autoimun). Berikut ini kondisi yang
dapat memicu timbulnya proses autoimun tersebut, hingga akhirnya mengarah pada
narkolepsi:
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause.
 Stres.
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba.
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi.
 Kelainan genetik.
 Narkolepsi juga dapat disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang menghasilkan
hipokretin akibat penyakit lain, seperti:
 Tumor otak atau Cedera kepala.
 Ensefalitis atau peradangan otak.
 Multiple sclerosis.
D. Diagnosis Narkolepsi
1. Epworth sleepiness scale (ESS), sebuah kuesioner yang digunakan untuk menilai
besarnya kemungkinan pasien tertidur ketika melakukan aktivitas yang berbeda,
seperti ketika duduk, membaca, atau menonton televisi. Kemungkinan sesorang
menderita narkolepsi dilihat dari skor kuesioner tersebut.
2. Polisomnografi. Dokter akan memantau aktivitas listrik organ tubuh pasien
seperti otak (elektroensefalografi), jantung (elektrokardiografi), otot
(elektromiografi), dan mata (elektrookulografi) saat pasien tidur, dengan
memasang elektroda di permukaan tubuh pasien.
3. Multiple sleep latency test (MSLT), digunakan untuk mengetahui berapa lama
waktu yang dibutuhkan oleh pasien untuk tertidur pada siang hari. Pasien akan
diminta beberapa kali untuk tidur di siang hari dan diukur berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk pasien mulai tertidur, serta dinilai juga fase tidurnya. Jika
pasien dapat tidur dengan mudah dan memasuki fase tidur rapid eye movement
(REM) dengan cepat, maka pasien kemungkinan besar menderita narkolepsi.
4. Pengukuran tingkat hipokretin. Pemeriksaan kadar hipokretin dilakukan dengan
menggunakan sampel cairan otak dan saraf tulang belakang (cairan serebrospinal)
yang diambil melalui prosedur pungsi lumbar (lumbar puncture), yaitu menyedot
cairan dari tulang punggung bagian bawah dengan menggunakan jarum.

E. Pengobatan Narkolepsi
Belum ada obat untuk menyembuhkan narkolepsi. Tujuan pengobatan hanya untuk
mengendalikan gejala, sehingga aktivitas penderita tidak terganggu. Untuk narkolepsi
ringan, pengobatan dapat dilakukan dengan mengubah pola kebiasaan tidur. Namun,
jika gejala yang muncul cukup parah, maka penderita perlu diberikan obat-obatan.
Selain tingkat keparahan, memberikan obat-obat akan mempertimbangkan faktor lain,
seperti usia, riwayat kesehatan sebelumnya, kesehatan secara keseluruhan, efek
samping yang mungkin ditimbulkan, dan pilihan pasien.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan narkolepsi meliputi:
 Stimulan, obat untuk merangsang sistem saraf pusat, sehingga membantu
penderita tetap terjaga pada siang hari. Dokter akan memberikan stimulan jenis
methylphenidate.
 Antidepresan trisiklik. Obat antidepresan, seperti amitriptyline, membantu
meredakan gejala katapleksi atau hilang kendali otot.
 Anti depresan jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) atau serotonin
and norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs). Obat ini berfungsi untuk menekan
waktu tidur, membantu meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan ketindihan
atau sleep paralysis.

F. Komplikasi Narkolepsi
a. Obesitas yang disebabkan oleh pola makan berlebihan atau kurang gerak akibat
sering tertidur.
b. Cedera fisik. Risiko cedera fisik dapat terjadi ketika serangan tidur menyerang di
saat yang tidak tepat, seperti ketika mengemudi atau memasak.
c. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. Penurunan konsentrasi dan daya ingat
menyebabkan penderita sulit mengerjakan tugas atau pekerjaan di sekolah atau
kantor.

G. Pencegahan Narkolepsi
Beberapa hal yang dapat dilakukan penderita narkolepsi untuk mengurangi gejala
yang mungkin muncul, yaitu:
 Olahraga secara rutin.
 Hindari konsumsi makanan dengan porsi berat sebelum aktivitas yang penting.
 Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
 Tidur siang selama 10-15 menit setelah makan siang.
 Hindari konsumsi nikotin dan alkohol karena dapat memperparah gejala.
 Lakukan hal-hal yang dapat merelaksasi pikiran sebelum tidur, seperti membaca
atau mandi air hangat.
 Buatlah suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.
SOMNABULISME

A. Pengertian
Somnabulisme juga dikenal dengan sebutan Sleepwalking, adalah suatu gangguan
yangmenyebabkan seseorang bangun dan berjalan saat sedang tidur. Paling umum
terjadi padaanak antara usia 8 dan 12 tahun. Sleepwalking tidak menandakan adanya
masalahkesehatan yang serius atau memerlukan pengobatan.Namun, sleepwalking
dapat terjadi di segala usia dan dapat menyebabkan perilaku bahkanberbahaya, seperti
memanjat keluar jendela atau kencing di lemari atau kaleng sampah.

B. Gejala
Sleepwalking diklasifikasikan sebagai parasomnia, sebuah perilaku atau pengalaman
yangtidak diinginkan selama tidur. Seseorang yang mengalami sleepwalking dapat
mengalami:
1. Duduk di tempat tidur dan membuka matanya
2. Memiliki ekspresi mata sayu atau berkaca-kaca.
3. Berkeliaran di sekitar rumah, mungkin membuka dan menutup pintu atau
mematikan dan menghidupkan lampu.
4. Melakukan akti'itas rutin, seperti berpakaian atau membuat snack, bahkan
mengemudi mobil
5. Bicara atau bergerak dengan canggung
6. Menjerit, terutama jika juga mengalami mimpi buruk
7. Sulit dibangunkan ketika episode sleepwalking terjadi

C. Penyebab
Banyak faktor yang dapat berkontribusi dalam sleepwalking adalah
 Kurang tidur 2. Kelelahan
 Stres
 Kecemasan
 Demam
 Tidur di lingkungan asing
 Obat-obatan, seperti Zolpidem (Ambien)

Sleepwalking kadang-kadang dikaitkan dengan kondisi yang mendasarinya yang


mempengaruhi tidur seperti:
 Kejang gangguan
 Gangguan pernapasan, gangguan yang ditandai oleh pola pernapasan abnormal
selamatidur, yang paling umum adalah apnea tidur obstruktif
 Restless Leg Syndrome
 Migrain
 Stroke)
 Kepala luka atau pembengkakan otak
 Periode premenstruasi

SLEEP PARALYSIS (KELUMPUHAN TIDUR)

A. Pengertian
Sleep paralysis atau kelumpuhan tidur merujuk pada keadaan ketidakmampuan
bergerak ketika sedang tidur ataupun ketika bangun tidur. Seseorang yang mengalami
kelumpuhan tidur biasanya akan mengalami masalah untuk menggerakkan anggota
badan, tidak bisa mengeluarkan suara dan sebagainya.
Kelumpuhan tidur terjadi dalam keadaan si penderita sedang setengah tidur, sedang
tertidur lelap, ataupun dalam keadaan terjaga sewaktu mengalami kelumpuhan tidur.
Kondisi ini umumnya terjadi bila si penderita tidur menelentang atau menghadap ke
atas, yang ditandai dengan merasa sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan
tidak bisa bergerak dan sulit bersuara.
Kelumpuhan tidur diyakini terjadi akibat terganggunya fase tidur REM, yang
menyebabkan terjadinya atonia otot lengkap yang mencegah seseorang untuk
bertindak di luar mimpi mereka. Kelumpuhan tidur telah dikaitkan dengan gangguan
lainnya seperti narkolepsi, migrain, gangguan kecemasan, dan apnea tidur obstruktif.

B. Gejala
Gejala yang paling umum muncul adalah penderita yang merasakan kesadaran penuh
akan keadaan sekitar, tapi tidak dapat bergerak atau berbicara. Gejala ini biasa terjadi
saat seseorang akan bangun tidur serta sedang tertidur.
Saat mengalami kondisi ini, Anda mungkin akan mengalami hal-hal yang umumnya
dirasakan oleh orang yang sedang ketindihan. Beberapa di antaranya meliputi:
 Sulit untuk menarik napas dalam-dalam dan dada terasa sesak dan seperti ada
tekanan.
 Tubuh sulit bergerak, kecuali mata. Namun pada beberapa orang, mata pun
tidak bisa digerakkan.
 Mengalami halusinasi yang membuat Anda merasa ada sesuatu atau seseorang
di kamar tidur. Sebagian orang juga bisa merasa dirinya terancam.
 Merasa sangat takut
Ketindihan bisa terjadi selama beberapa detik hingga beberapa menit. Anda akan
kembali bisa bergerak dan berbicara seperti biasa setelahnya, tapi mungkin akan
merasa cemas dan ketakutan untuk kembali tidur.

C. Klasifikasi
Kelumpuhan tidur bisa diklasifikasikan menjadi dua, yakni:
1. Kelumpuhan tidur terisolasi (ISP) 
ISP terjadi dengan durasi yang pendek, sekitar satu menit. Kelumpuhan tidur
ISP terjadi setidaknya sekali dalam seumur hidup seseorang. ISP terjadi
dengan durasi yang pendek (biasanya tidak lebih dari satu menit) dan
kejadiannya hanya sebatas mimpi buruk atau halusinasi incubus.
2. Kelumpuhan tidur terisolasi berulang (RISP)
RISP bisa digolongkan ke dalam kondisi kronis. Individu mengalami
kelumpuhan tidur yang terjadi berulang kali di sepanjang hidupnya.  RISP bisa
berlangsung hingga satu jam atau lebih, dan penderita mengalami kejadian di
luar pengalaman tubuh yang lebih tinggi, sedangkan Selain itu, dalam kondisi
RISP, penderita bisa mengalami kelumpuhan tidur berulang kali pada malam
yang sama, sedangkan dalam ISP tidak.

D. Penyebab
Sleep paralysis bisa disebabkan oleh beberapa hal. Berikut penjelasannya:
1. Gangguan siklus tidur REM
Kondisi ketindihan dipercaya berkaitan dengan gangguan pada siklus tidur.
Saat tidur, manusia akan melalui berbagai tahapan, termasuk tahap REM
(Rapid Eye Movement). Saat memasuki tahap REM, tubuh akan mengalami
paralisis. Akibatnya, kita tidak bisa menggerakan tubuh saat bermimpi. Pada
kondisi ini, otot akan mengalami relaksasi yang dinamakan kondisi atonia.
Tidak hanya saat tidur, atonia juga dapat terjadi saat Anda terjaga. Inilah yang
membuat Anda tidak bisa bergerak meski sedang sadar. Kondisi seperti ini
seringkali digambarkan sebagai ketindihan.
2. Gangguan psikologi
Kondisi psikologis, seperti gangguan kecemasan dan depresi, juga diyakini
berhubungan erat dengan sleep paralysis. Demikian pula dengan penggunaan
obat-obatan tertentu dan konsumsi alkohol.
3. Posisi tidur
Pada kebanyakan kasus yang dilaporkan, sleep paralysis terjadi saat penderita
tidur dengan posisi terlentang. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan
bahwa gangguan tidur ini juga bisa terjadi pada orang yang tidur dengan posisi
tengkurap dan miring.
4. Waktu tidur
Kebanyakan orang mengalami ketindihan saat tertidur, namun tidak sedikit
juga yang mengalaminya saat baru saja terbangun dari tidur. Meski umumnya
terjadi saat malam hari, ketindihan tidak jarang bisa muncul saat Anda tidur
siang.
5. Penyebab lainnya
Sleep paralysis juga dapat berhubungan dengan gangguan tidur lainnya,
seperti apnea tidur dan narkolepsi. Kondisi ini bisa pula muncul jika Anda
kurang tidur. Oleh sebab itu, ketindihan lebih rentan dialami oleh orang
dengan jadwal kerja di malam hari.
E. Diagnosis
Sleep paralysis umumnya tidak termasuk sebagai suatu diagnosis medis. Namun jika
Anda mengalami gejala-gejala yang serupa dengan indikasi di atas, Anda
kemungkinan memang mengalami kondisi ini.

F. Pengobatan
Sleep paralysis dapat membaik seiring berjalannya waktu. Anda juga bisa
memperbaiki kebiasaan tidur dan kondisi kamar tidur Anda agar mendapatkan tidur
yang lebih berkualitas. Tak hanya itu, beberapa langkah di bawah ini pun dapat Anda
lakukan:
 Usahakan untuk tidur di jam yang sama setiap malam dan bangun di waktu yang
sama pada pagi hari. Idealnya orang dewasa membutuhkan waktu 6-8 jam untuk
tidur di malam hari.
 Buat lingkungan tidur yang nyaman, tenang, gelap, dan tidak terlalu panas
maupun terlalu dingin.
 Hindari konsumsi makanan yang terlalu berat, merokok, atau minum alkohol dan
kafein sesaat sebelum tidur.
 Olahraga teratur, tapi jangan melakukannya dalam jangka waktu empat jam
sebelum tidur.

G. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya sleep paralysis, cara terbaik yang dapat Anda lakukan
adalah tidur dengan teratur dan durasi yang cukup. Langkah ini akan membantu Anda
untuk menghindari kondisi-kondisi yang bisa memicu ketindihan.
DAFTAR PUSTAKA

Diakses melalui digilib.unimus.ac.id›disk1PDF

Haminullah, Ibrahim. Somnabulisme. Diakses melalui


https://www.academia.edu/8158451/181160144-somnabulisme-doc

Willy, Tjin. 2018 . Narkolepsi. Diakses melalui https://www.alodokter.com/narkolepsi

Putri, Nina Hertiwi. Sleep Paralysis. Diakses melalui


https://www.sehatq.com/penyakit/sleep-paralysis

2019. Kelumpuhan Tidur. Diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Kelumpuhan_tidur

Anda mungkin juga menyukai