Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ninda Miftahul Jannah Sudrajat

Tingkat : 2C

NIM : P17320118090

Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang memengaruhi kendali terhadap aktivitas tidur. Penderita
narkolepsi mengalami rasa kantuk pada siang hari dan bisa tiba-tiba tertidur tanpa mengenal waktu dan
tempat.

Penyebab Narkolepsi

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar penderita narkolepsi memiliki
kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat kimia dalam otak yang membantu mengendalikan waktu
tidur. Penyebab rendahnya hipokretin diduga akibat sistem imun yang menyerang sel-sel sehat
(autoimun). Berikut ini kondisi yang dapat memicu timbulnya proses autoimun tersebut, hingga akhirnya
mengarah pada narkolepsi.

 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause.


 Stres.
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba.
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi.
 Kelainan genetik.

Narkolepsi juga dapat disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang menghasilkan hipokretin akibat
penyakit lain, seperti:

 Tumor otak.
 Cedera kepala.
 Ensefalitis atau peradangan otak.
 Multiple sclerosis.

Gejala Narkolepsi

Gejala narkolepsi dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara perlahan selama bertahun-
tahun. Gejala yang umumnya terjadi meliputi:

 Rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Penderita narkolepsi selalu mengantuk pada siang
hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
 Serangan tidur. Serangan tidur menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan
kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur bisa berlangsung
selama beberapa kali dalam sehari.
 Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba yang ditandai dengan:
-Tungkai terasa lemas.
-Penglihatan ganda.
-Kepala lunglai dan rahang turun.
-Bicara cadel.
 Hilangnya kendali otot bersifat sementara dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti
terkejut, marah, senang, atau tertawa. Penderita narkolepsi biasanya mengalami serangan
katapleksi 1-2 kali dalam setahun. Katapleksi dapat berlangsung selama beberapa detik hingga
beberapa menit.
 Ketindihan atau sleep paralysis. Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau
berbicara selama sementara saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
 Halusinasi. Penderita narkolepsi terkadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
 Gangguan ingatan. Penderita narkolepsi terkadang lupa aktivitas apa yang baru dilakukannya.
 Sakit kepala.
 Depresi.

Somnabulisme
Somnabulisme adalah suatu kondisi di mana seseorang berjalan atau bergerak ke sekeliling tempat tidur
padahal sedang tertidur lelap. Saat mengalaminya, Anda boleh jadi melakukan berbagai aktivitas
layaknya sudah sadar, seperti berganti pakaian, pergi ke kamar mandi, atau memindahkan barang.

Beberapa Gejala Berjalan saat Tidur

Anda mengalami somnabulisme jika ketika tidur Anda:

 Duduk di tempat tidur sambil membuka-tutup kelopak mata


 Ekspresi wajah yang lesu serta mata sayu
 Berjalan ke sekeliling rumah sambil melakukan suatu aktivitas, misalnya menghidupkan lampu.
 Berbicara atau bergerak dengan tidak menentu atau tidak biasa
 Gejala di atas seringkali terjadi pada saat tidur Anda memasuki tahap tidur NREM (Non Rapid
Eye Movement) dan di awal tidur—sekitar 1-2 jam setelah tertidur.

Menurut National Sleep Foundation, Anda bisa dan memang harus membangunkan seseorang yang
berjalan saat tidur. Namun lakukanlah dengan cara yang lembut agar jangan sampai membuatnya panik.
Meski demikian, orang yang berjalan sambil tidur biasanya sulit disadarkan dan sering kebingungan
ketika dibangunkan, maka Anda perlu menuntunnya kembali ke tempat tidur.

Keamanan bagi Pelaku Berjalan saat Tidur

Anda tidak akan sadar dengan keadaan sekitar sewaktu mengalami somnabulisme, oleh sebab itu Anda
beresiko mencederai diri sendiri, khususnya karena tersandung dan terjatuh. Jika Anda cenderung
berjalan saat tidur, sebaiknya lakukan evaluasi keamanan di lingkungan rumah Anda.

Evaluasi ini termasuk menyingkirkan kabel listrik dari lantai, mengunci pintu dan jendela sebelum tidur,
serta menggeser perabotan agar tidak menghalangi kemungkinan jalur berjalan Anda. Kalau kamar tidur
Anda berada di lantai atas, pasanglah penghalang di tangga supaya Anda tidak terjatuh.

Langkah-langkah untuk mengurangi kecenderungan berjalan saat tidur.

Cukup Tidur. Kelelahan dapat memicu perilaku somnabulisme, cobalah untuk tidur lebih awal atau
menetapkan jam tidur yang teratur.
Lakukan Rutinitas yang Bikin Rileks sebelum Tidur. Misalnya membaca buku, mengurutkan puzzle, atau
berendam di air hangat sebelum tidur.

Kurangi Stres. Kenalilah berbagai hal yang membuat stres dan cari tahu cara mengatasinya, artikel ini
dapat membantu Anda untuk mengobati stres.

Kenali Pola Berjalan saat Tidur. Buatlah catatan harian tentang pola tidur Anda dalam beberapa hari.
Catat kapan aktivitas berjalan dimulai setelah tertidur, jika waktunya cenderung sama setiap harinya,
minta bantuan anggota keluarga atau orang lain yang serumah untuk membangunkan Anda sekitar 15
menit sebelum episode berjalan saat tidur dimulai. Tetaplah terjaga setidaknya 5 menit sebelum kembali
tidur.

Perlu diingat, kondisi berjalan saat tidur (khususnya pada anak-anak) biasanya akan mereda dengan
sendirinya dan bukan kondisi medis yang berbahaya. Namun jika terjadi berbarengan dengan gangguan
tidur atau penyakit lain, seperti sindrom kaki gelisah, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter agar
mendapat penanganan yang tepat.

Sleep Paralysis
Sleep paralysis atau kelumpuhan tidur merujuk pada keadaan ketidakmampuan bergerak ketika sedang
tidur ataupun ketika bangun tidur. Seseorang yang mengalami kelumpuhan tidur biasanya akan
mengalami masalah untuk menggerakkan anggota badan, tidak bisa mengeluarkan suara dan
sebagainya. Kelumpuhan tidur biasanya juga disertai dengan halusinasi seram atau mimpi buruk.

Kelumpuhan tidur terjadi dalam keadaan si penderita sedang setengah tidur, sedang tertidur lelap,
ataupun dalam keadaan terjaga sewaktu mengalami kelumpuhan tidur. Kondisi ini umumnya terjadi bila
si penderita tidur menelentang atau menghadap ke atas, yang ditandai dengan merasa sesak napas
seperti dicekik, dada sesak, badan tidak bisa bergerak dan sulit bersuara.

Kelumpuhan tidur diyakini terjadi akibat terganggunya fase tidur REM, yang menyebabkan terjadinya
atonia otot lengkap yang mencegah seseorang untuk bertindak di luar mimpi mereka. Kelumpuhan tidur
telah dikaitkan dengan gangguan lainnya seperti narkolepsi, migrain, gangguan kecemasan, dan apnea
tidur obstruktif.

Gejala Sleep Paralysis

Gejala utama dari sleep paralysis adalah tidak bisa bergerak maupun berbicara walaupun kamu sudah
terbangun atau tersadar dari tidur. Namun, selain itu, fenomena tidur ini juga memiliki gejala-gejala
sebagai berikut:

 Sulit bernapas karena dada terasa sesak


 Masih dapat menggerakkan bola mata. Sebagian orang masih bisa membuka mata mereka saat
sleep paralysis terjadi, namun sebagian lainnya tidak.
 Berhalusinasi seolah-olah seperti ada seseorang atau sesuatu di dekatnya.
 Merasa ketakutan

Penyebab Sleep Paralysis

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami sleep paralysis, antara lain:
 Kurang Tidur. Sering begadang dan jadwal tidur yang berubah-ubah akibat jet-lag misalnya dapat
memicu terjadinya sleep paralysis.
 Gangguan Mental. Sleep paralysis sering terjadi pada seseorang yang merasa tertekan atau stres.
Hal ini juga turut didukung oleh berbagai penelitian yang menemukan bahwa kejadian sleep
paralysis banyak terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan mental, seperti
schizophrenia.
 Tidur Telentang. Beberapa jurnal menyebutkan bahwa posisi tidur menjadi salah satu pemicu
terjadinya sleep paralysis, khususnya tidur dengan posisi terlentang.
 Masalah Tidur. Gangguan tidur seperti narkolepsi dan kaki yang tiba-tiba kram di malam ari bisa
mengganggu tidur kamu yang sudah memasuki fase REM, sehingga berpotensi menyebabkan
kamu mengalami sleep paralysis.

Anda mungkin juga menyukai