Anda di halaman 1dari 7

Epilepsi atau Ayan adalah penyakit saraf menahun yang menyebabkan kejang-kejang secara

berkala. Penyakit ini disebabkan oleh tidak normalnya aktivitas sel otak. Gejala kejang-kejang
yang muncul dapat bervariasi. Beberapa orang dengan penyakit epilepsi pada saat mengalami
kejang-kejang memiliki pandangan yang kosong. Kejang-kejang ringan membutuhkan
pengobatan, karena itu bisa berbahaya bila terjadi ketika melakukan aktivitas seperti menyetir
atau berenang.

Pengobatan seperti perawatan medis dan terkadang operasi biasanya berhasil menghilangkan
gejala atau mengurangi frekuensi dan intensitas dari kejang-kejang. Pada beberapa anak
penderita epilepsi, mereka dapat mengatasi kondisi ini seiring dengan bertambahnya usia.

Baru-baru ini para peneliti menemukan, epilepsi mengganggu fungsi neurologis yang
mempengaruhi fungsi sosial dalam otak, sifat yang sama terlihat juga pada penderita autisme.
Karakteristik ini termasuk gangguan dalam interaksi sosial dan komunikasi.

Gejala Penyakit Epilepsi atau Ayan

Karena epilepsi disebabkan oleh tidak normalnya aktivitas sel otak, kejang-kejang dapat
berdampak pada proses kordinasi otak anda. Kejang-kejang dapat menghasilkan :

 Kebingungan yang temporer


 Gerakan menghentak yang tidak terkontrol pada tangan dan kaki
 Hilang kesadaran secara total

Perbedaan gejala yang terjadi tergantung jenis kejang-kejang. Pada banyak kasus, orang dengan
epilepsi akan cenderung memiliki jenis kejang-kejang yang sama setiap waktu, jadi gejala yang
terjadi akan sama dari kejadian ke kejadian.

Dokter mengklasifikasikan kejang-kejang secara parsial atau general, berdasarkan bagaimana


aktivitas otak yang tidak normal dimulai. Pada beberapa kasus, kejang-kejang dapat dimulai
secara parsial dan kemudian menjadi general.
Kejang-kejang parsial (sebagian)
Ketika kejang-kejang muncul sebagai hasil dari aktifitas otak yang tidak normal pada satu bagian
otak tersebut, ilmuan menyebutnya kejang-kejang parsial atau sebagian. Kejang-kejang jenis ini
terdiri dari dua kategori.

 Simple partial seizures (kejang-kejang parsial sederhana). Kejang-kejang ini tidak


menghasilkan kehilangan kesadaran. Kejang-kejang ini mungkin akan mengubah emosi
atau berubahnya cara memandang, mencium, merasakan, mengecap, atau mendengar.
Kejang-kejang ini bisa juga menghasilkan hentakan bagian tubuh secara tidak sengaja,
seperti tangan atau kaki, dan gejala sensorik secara spontan seperti perasaan geli, vertigo
dan berkedip terhadap cahaya.
 Complex partial seizures (kejang-kejang parsial kompleks). Kejang-kejang ini
menghasilkan perubahan kesadaran, itu karena anda kehilangan kewaspadaan selama
beberapa waktu.

Kejang-kejang general
Kejang-kejang yang melibatkan seluruh bagian otak disebut kejang-kejang general. Empat tipe
dari kejang-kejang general adalah:

 Absence seizures (juga disebut petit mal). Kejang-kejang ini memiliki dikarakteristikan
oleh gerakan tubuh yang halus dan mencolok, dan dapat menyebabkan hilangnya
kesadaran secara singkat.
 Myoclonic seizures. Kejang-kejang ini biasanya menyebabkan hentakan atau kedutan
secara tiba-tiba pada tangan dan kaki.
 Atonic seizures. Juga dikenal dengan drop attack, kejang-kejang ini menyebabkan
hilangnya keselarasan dengan otot-otot dan dengan tiba-tiba collapse dan terjatuh.
 Tonic-clonic seizures (juga disebut grand mal). Kejang-kejang yang memiliki intensitas
yang paling sering terjadi. Memiliki karakteristik dengan hilangnya kesadaran, kaku dan
gemetar, dan hilangnya kontrol terhadap kandung kemih.

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab Epilepsi

Pengaruh genetik
Beberapa tipe epilepsi menurun pada keluarga, membuatnya seperti ada keterkaitan dengan
genetik.

Trauma pada kepala


Kecelakaan mobil atau cedera lain dapat menyebabkan epilepsi.
Penyakit medis
Stroke atau serangan jantung yang menghasilkan kerusakan pada otak dapat juga menyebabkan
epilepsi. Stroke adalah penyebab yang paling utama pada kejadian epilepsi terhadap orang yang
berusia lebih dari 65 tahun.

Demensia
Menyebabkan epilepsi pada orang tua.

Cedera sebelum melahirkan


Janin rentan terhadap kerusakan otak karena infeksi pada ibu, kurangnya nutrisi atau kekurangan
oksigen. Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan otak pada anak. Dua puluh persen kejang-
kejang pada anak berhubungan dengan kelumpuhan otak atau tidak normalnya neurological.

Perkembangan penyakit
Epilepsi dapat berhubungan dengan perkembangan penyakit lain, seperti autis dan down
syndrome.

Faktor risiko terkena Epilepsi

Faktor yang mungkin dapat meningkatkan risiko epilepsi adalah :

Usia
Epilepsi biasanya terjadi pada masa awal usia anak-anak dan setelah usia 65 tahun, tapi kondisi
yang sama dapat terjadi pada usia berapapun.

Jenis kelamin
Lelaki lebih berisiko terkena epilepsi daripada wanita.

Catatan keluarga
Jika anda memiliki catatan epilepsi dalam keluarga, anda mungkin memiliki peningkatan risiko
mengalami kejang-kejang.

Cedera kepala
Cedera ini bertanggung jawab pada banyak kasus epilepsi. Anda dapat mengurangi risikonya
dengan selalu menggunakan sabuk pengaman ketika mengendarai mobil dan menggunakan helm
ketika mengendarai motor, bermain ski, bersepeda atau melakukan aktifitas lain yang berisiko
terkena cedera kepala.

Stroke dan penyakit vaskular lain


Ini dapat menyebabkan kerusakan otak yang memicu epilepsi. Anda dapat mengambil beberapa
langkah untuk mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut, termasuk adalah batasi untuk
mengkonsumsi alkohol dan hindari rokok, makan makanan yang sehat dan selalu berolahraga.

Infeksi pada otak


Infeksi seperti meningitis, menyebabkan peradangan pada otak atau tulang belakang dan
menyebabkan peningkatan risiko terkena epilepsi.

Kejang-kejang berkepanjangan pada saat anak-anak


Demam tinggi pada saat anak-anak dalam waktu yang lama terkadang dikaitkan dengan kejang-
kejang untuk waktu yang lama dan epilepsi pada saat nanti. Khususnya untuk mereka dengan
catatan sejarah keluarga dengan epilepsi.

Oke, semoga dengan mengetahui gejala-gejala epilepsi kita bisa mengambil langkah antisipasi
sebelum penyakit ini berkembang menjadi lebih serius. Semoga bermanfaat dan jagalah selalu
kesehatan Anda

Penyakit epilepsi mungkin tidak asing di telinga kita. Kata “epilepsi” sendiri sebenarnya
merupakan istilah umum yang berarti “kecenderungan untuk kejang”.

Di dalam otak kita terdapat neuron atau sel-sel saraf. Sel saraf merupakan bagian dari sistem
saraf yang berfungsi sebagai pengatur kesadaran, kemampuan berpikir, gerak tubuh, dan sistem
panca indera kita. Tiap sel saraf saling berkomunikasi dengan menggunakan impuls listrik.
Kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut mengalami gangguan sehingga menyebabkan
perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.
Kejang memang menjadi gejala utama penyakit epilepsi, namun belum tentu orang yang
mengalami kejang mengidap kondisi ini. Dalam dunia medis, seseorang didiagnosis dengan
epilepsi setelah mengalami kejang sebanyak beberapa kali. Tingkat keparahan kejang pada tiap
penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya berlangsung beberapa detik dan ada juga yang
hingga beberapa menit. Ada yang hanya mengalami kejang pada sebagian tubuhnya dan ada juga
yang mengalami kejang total hingga menyebabkan kehilangan kesadaran.

Menurut data WHO, diperkirakan jumlah penderita epilepsi di dunia mencapai lima puluh juta
orang. Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 2 juta orang yang menderita epilepsi.
Sebenarnya yang mengkhawatirkan bukan angkanya, namun masih minimnya penanganan bagi
penderita epilepsi di Indonesia.Menurut WHO, sekitar 80-90 persen penderita epilepsi di negara-
negara berkembang pada umumnya, belum mendapatkan penanganan yang layak.

Penyebab epilepsi

Epilepsi dapat mulai diderita seseorang pada usia kapan saja, meski umumnya kondisi ini terjadi
sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan temuan penyebabnya, epilepsi dibagi menjadi tiga, yaitu
epilepsi simptomatik, kriptogenik, dan idiopatik.

Pada epilepsi simptomatik, umumnya kejang-kejang diakibatkan oleh adanya gangguan atau
kerusakan pada otak. Bertolak belakang dengan simptomatik, penyebab kejang pada epilepsi
idiopatik sama sekali tidak ditemukan. Sedangkan pada epilepsi kriptogenik, meski tidak
ditemukannya bukti kerusakan struktur pada otak, namun gangguan belajar yang diderita
menunjukkan adanya kerusakan.

Pengobatan serta komplikasi epilepsi

Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu menyembuhkan kondisi ini
secara total. Meski begitu, obat anti epilepsi atau OAE mampu mencegah terjadinya kejang,
sehingga penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan
aman.

Selain obat-obatan, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup yang sehat,
seperti olahraga secara teratur, tidak minum alkohol secara berlebihan, serta mengonsumsi
makanan yang mengandung gizi seimbang.

Alasan kenapa kejang-kejang pada penderita epilepsi perlu ditangani dengan tepat adalah untuk
menghindari terjadinya komplikasi dan situasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya.
Contohnya adalah terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendaraan akibat
kejang.

Dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi dapat menimbulkan komplikasi berupa status
epileptikus. Status epileptikus terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari lima
menit atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali sadar di antara kejang. Status
epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, bahkan kematian.

Epilepsi bukan merupakan penyakit menular. Pada epilepsi, terjadi gangguan sistem saraf otak,
yang menyebabkan kejang atau gangguan perilaku tidak seperti biasanya, dan kadang hilang
kesadaran. Sebagian epilepsi tidak diketahui penyebabnya. Selain itu, terdapat beberapa faktor
yang dapat menjadi penyebab epilepsi, yaitu:

 pengaruh genetik. Beberapa kasus epilepsi disebabkan oleh adanya perubahan di otak
yang muncul karena pengaruh gen yang diturunkan dari orang tua
 trauma kepala
 kondisi otak, seperti tumor, stroke
 penyakit infeksi (meningitis, AIDS, ensefalitis)
 trauma sebelum kelahiran. Bayi sangat peka terhadap kerusakan otak yang dapat
disebabkan oleh nutrisi yang buruk, infeksi pada ibu hamil, atau kekurangan oksigen
 gangguan perkembangan, seperti autisme
Step atau kejang sering kali terjadi pada anak, bagaimana pun hal tersebut membuat panik setiap
orang tua yang mengalaminya, sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui apa sebab dan
akibat terjadinya step.

Penyebab step

Selama ini, penyakit step timbul karena penurunan daya tahan tubuh si anak dan juga serangan
dari bakteri atau virus yang dapat menimbulkan penyakit. Biasanya ketika sistem kekebalan
tubuh anak sedang mengadakan perlawanan terhadap penyakit, temperatur tubuh anak akan naik
dengan tiba-tiba pada kisaran 38-39 C. Dan pada saat-saat seperti inilah akan sangat rawan
terjadi step dikarenakan lonjakan suhu badan yang tidak bisa dikontrol oleh tubuh si anak.

Masalah utamanya adalah kita tidak akan tahu apakah anak kita berpotensi untuk mengalami step
atau tidak karena toleransi tiap anak terhadap demam memang cukup bervariasi. Ada anak yang
memiliki toleransi rendah dan biasanya step akan terjadi pada kisaran suhu 38 C. Sedangkan
pada anak yang memiliki toleransi normal, mereka berpotensi terkena step ketika suhu tubuh
mencapai 39 C.

Ada pula beberapa jenis penyakit yang juga dapat menyebabkan step pada anak. Penyakit-
penyakit seperti cacar, campak, diare, flu, radang tenggorokan, typus, flu Singapore, serta
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu merupakan beberapa jenis
penyakit yang dapat menyebabkan kejang atau step pada buah hati kita.

Tips khusus

Ketika suhu badan anak sudah tinggi, kita harus sesegera mungkin memberikan obat penurun
panas atau jika stok di rumah memang sedang habis maka sementara bisa diganti dengan madu.
Dan akan lebih bagus lagi jika diberi madu yang sudah ada komposisi campuran kurma,
spirulina, minyak habbatussauda, serta zaytun.

Kompres bagian tubuh yang memiliki banyak lipatan-lipatan kulit seperti dahi, leher, lipatan
paha, dan ketiak dengan air suam-suam kuku dan bukan air dingin. Selain itu untuk berjaga-jaga
kita bisa menyiapkan benda yang bisa dijadikan ganjal gigi jika step memang terjadi, misalnya
saja sendok yang bisa kita balut dengan sapu tangan.

Miringkan posisi anak agar tidak menelan muntahannya sendiri yang akan dapat menyumbat
saluran pernapasan jika tidak segera dikeluarkan. Dan segera diperiksakan ke dokter jika panas
tidak segera turun.

Anda mungkin juga menyukai