Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Penyebab anak terkena epilepsi adalah dari cidera kepala yang pernah dia alami oleh klien ketika
berumur Sembilan bulan kemudian dia demam tinggi dan muntah-muntah kemudian kejang
untuk pertama kalinya ketika sakit. Dan setelah itu klien mendapat vonis dari dokter yang
mengatakan bahwa dia terkena epilepsi. Proses konseling Islam dengan assertive training untuk
menangani sulitnya bersosialisasi pada anak epilepsi dilakukan oleh konselor kepada klien
selama beberapa bulan bersamaan dengan proses pendampingan yang diadakan oleh walikota
Surabaya yang dilakukan konselor kepada klien. Adapun peran dan fungsi konselor dalam proses
konseling ini lebih banyak menjadi terapis dan pembimbing bagi klien serta sahabat untuk klien.
Sedangkan hubungan antara konselor dan klien mengikuti prinsip yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa hubungan baik berpengaruh terhadap proses konseling. Sehingga hubungan
yang terjadi tidak kaku. Adapun hasil konseling Islam dengan assertive training untuk
menangani klien yang sulit bersosialisasi pada anak epilepsi dapat dikatakan efektif. Mengingat
klien sudah menjadi lebih baik secara psikis dan klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
lebih mandiri dari sebelumnya. Efektifitas ini tidak hanya disebabkan dari tindakan treatment
yang dilakukan oleh konselor dan semangat dari klien saja, melainkan juga dukungan keluarga
yang lebih dominan dan intens karena dapat bertemu setiap hari dengan terus memberikan
dukungan kepada klien. Dari permasalahan yang muncul diatas memang benar adanya bahwa
klien memiliki sakit epilepsi sejak ia kecil. Dan dari sakit tersebut klien menjadi seseorang yang
sangat sensitif, lebih suka diam dan menyendiri dan sikap lain seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Dan konselor melakukan terapi kepada klien dengan teknik assertive training. Dan
dari terapi tersebut sudah dapat memberikan dampak yang lebih positif kepada klien.

B. Saran

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa tidak ada makhluk yang sempurna. Namun semuanya
bagaimana kita, bagaimana kita bisa selalu berusaha untuk tetap bisa melakukan yang terbaik.
Seperti yang terjadi pada klien, meski dia mendapat penyakit yang seperti itu, namun dia tetap
semangat dalam menjalani hidup karena hidup itu akan terus berjalan. Dia tetepa melakukan
yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun klien harus tetap mendapatkan
motivasi yang penuh dari keluarga terdekat, karena keluarga yang paling dekat dengannya.
Namun dari kedekatan tersebut tetap memberikan ruang gerak untuk anak agar anak tetap
tumbuh menjadi anak yang mandiri. Selain itu juga biarkan anak bisa tetap bersosialisasi dan
tetap bermain dengan orang atau anak lainnya, karena dengan seperti itu akan membuat anak
lebih merasa bahwa dia sendiri dan ceria. Sedangkan untuk konselor, tetap semangat dan
bersyukur dengan semua nikmat yang telah Allah berikan. Dan tentunya dalam skripsi ini masih
jauh dari yang namanya kesempurnaan. Jadi diharapkan akan ada perbaikan atau sesuatu yang
dapat membuat tulisan ini menjadi lebih baik dan layak untuk dapat dibaca oleh khalayak.

C. Materi

Pengertian Epilepsi
Penyakit epilepsi atau ayan merupakan kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami
kejang secara berulang. Epilepsi bisa menyerang seseorang ketika terjadinya kerusakan atau
perubahan di dalam otak.

Di dalam otak manusia terdapat neuron atau sel-sel saraf yang merupakan bagian dari sistem
saraf. Setiap sel saraf saling berkomunikasi menggunakan impuls listrik. Pada kasus epilepsi,
kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut dihasilkan secara berlebihan, sehingga menyebabkan
perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan risiko terkena epilepsi, antara lain:

 Usia. Epilepsi umumnya dialami oleh usia anak-anak dan lansia. Meski demikian,
kondisi ini juga dapat dialami oleh semua kalangan yang memiliki risiko terkena epilepsi.
 Genetik. Riwayat kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga dapat menjadi pemicu
penyebab epilepsi.
 Cedera pada kepala. Cedera kepala dapat menjadi penyebab epilepsi.
 Stroke dan penyakit vaskular. Stroke dan penyakit pembuluh darah (vaskular) lainnya
dapat menyebabkan kerusakan otak yang dapat memicu kondisi ini.
 Demensia.
 Infeksi otak. Peradangan pada otak atau sumsum tulang belakang dapat meningkatkan
risiko terkena epilepsi.
 Riwayat kejang di masa kecil. Kejang dapat disebabkan oleh demam tinggi. Pada
kondisi ini, anak lebih rentan mengalami epilepsi. 

Gejala Epilepsi

Kejang berulang merupakan gejala utama epilepsi. Karakteristik kejang akan bervariasi dan
bergantung pada bagian otak yang terganggu pertama kali dan seberapa jauh gangguan tersebut
terjadi. Jenis kejang epilepsi dibagi menjadi dua berdasarkan gangguan pada otak, yaitu:

1. Kejang Parsial

Pada kejang parsial atau focal, otak yang mengalami gangguan hanya sebagian saja. Kejang
parsial ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

 Kejang parsial simpel, yaitu kejang yang pengidapnya tidak kehilangan kesadaran.


Gejalanya dapat berupa anggota tubuh yang menyentak, atau timbul sensasi kesemutan,
pusing, dan kilatan cahaya. Bagian tubuh yang mengalami kejang tergantung pada bagian
otak mana yang mengalami gangguan. Contohnya jika epilepsi mengganggu fungsi otak
yang mengatur gerakan tangan atau kaki, maka kedua anggota tubuh itu saja yang akan
mengalami kejang. Kejang parsial juga dapat membuat pengidapnya mengalami
perubahan secara emosi, seperti merasa gembira atau takut secara tiba-tiba.
 Kejang parsial kompleks. Kadang-kadang, kejang focal memengaruhi kesadaran
pengidapnya, sehingga membuatnya terlihat seperti bingung atau setengah sadar selama
beberapa saat. Inilah yang dinamakan dengan kejang parsial kompleks. Ciri-ciri kejang
parsial kompleks lainnya adalah pandangan kosong, menelan, mengunyah, atau
menggosok-gosokkan tangan.

2. Kejang Umum

Pada kejang umum atau menyeluruh, gejala terjadi pada sekujur tubuh dan disebabkan oleh
gangguan yang berdampak kepada seluruh bagian otak. Berikut ini adalah gejala-gejala yang
bisa terjadi saat seseorang terserang kejang umum:

 Mata yang terbuka saat kejang.


 Kejang tonik. Tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik. Ini bisa diikuti dengan
gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan kaki atau tidak sama sekali. Otot-otot pada tubuh
terutama lengan, kaki, dan punggung berkedut.
 Kejang atonik, yaitu otot tubuh tiba-tiba menjadi rileks, sehingga pengidap bisa jatuh
tanpa kendali.
 Kejang klonik, yaitu gerakan menyentak ritmis yang biasanya menyerang otot leher,
wajah dan lengan.
 Tekadang, pengidap epilepsi mengeluarkan suara-suara atau berteriak saat mengalami
kejang.
 Mengompol.
 Kesulitan bernapas untuk beberapa saat, sehingga badan terlihat pucat atau bahkan
membiru.
 Dalam beberapa kasus, kejang menyeluruh membuat pengidap benar-benar tidak
sadarkan diri. Setelah sadar, pengidap terlihat bingung selama beberapa menit atau jam.

Ada jenis epilepsi yang umumnya dialami oleh anak-anak, dikenal dengan nama epilepsi absence
atau petit mal. Meski kondisi ini tidak berbahaya, prestasi akademik dan konsentrasi anak bisa
terganggu. Ciri-ciri epilepsi ini adalah hilangnya kesadaran selama beberapa detik, mengedip-
ngedip atau menggerak-gerakkan bibir, serta pandangan kosong. Anak-anak yang mengalami
kejang ini tidak akan sadar atau ingat akan apa yang terjadi saat mereka kejang.

Penyebab Epilepsi

Epilepsi dapat mulai diidap pada usia kapan saja, umumnya kondisi ini terjadi sejak masa kanak-
kanak. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua, yaitu:
 Epilepsi idiopatik, disebut juga sebagai epilepsi primer. Ini merupakan jenis epilepsi
yang penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan
oleh faktor genetik (keturunan).
 Epilepsi simptomatik, disebut juga epilepsi sekunder. Ini merupakan jenis epilepsi yang
penyebabnya bisa diketahui. Sejumlah faktor, seperti luka berat di kepala, tumor otak,
dan stroke diduga bisa menyebabkan epilepsi sekunder.

Diagnosis Epilepsi

Langkah untuk mengetahui epilepsi, dokter pertama-tama akan menanyakan perihal aktivitas
yang dilakukan oleh pengidap. Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa tes untuk
mengetahui bagaimana kinerja otak dengan cara mengecek:

 cara berjalan.
 otot.
 kepekaan.
 kemampuan berpikir.

Selain itu, dokter akan menyarankan tes berikut, jika kamu terindikasi mengidap epilepsi,
seperti:

 EEG atau elektroensefalogram. Tes EEG dilakukan untuk mengetahui masalah


aktivitas listrik yang ada di otak.
 Tes darah. Tes ini untuk mengetahui tanda infeksi dan masalah kesehatan lain.

Pengobatan Epilepsi

Belum ada metode dan obat untuk menyembuhkan epilepsi. Namun, ada obat untuk mencegah
terjadinya kejang yaitu obat yang dapat menahan gejala epilepsi, sehingga pengidapnya dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal. Kejang-kejang pada pengidap epilepsi perlu
ditangani dengan tepat adalah untuk menghindari terjadinya situasi yang dapat berakibat fatal.
Misalnya terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendara akibat kejang.

Pencegahan Epilepsi

Selain dengan obat, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup yang sehat,
seperti olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, serta
diet khusus.

Anda mungkin juga menyukai