PENGARUH KEJANG TERHADAP RESIKO EPILEPSI PADA ANAK
Epilepsi berasal dari kata Yunani yaitu epilapsia yang berarti serangan. Epilepsi adalah keadaan yang ditandai dengan adanya bangkitan secara berulang akibat terganggunya fungsi otak oleh muatan listrik abnormal pada neuron-neuron otak. Epilepsi juga merupakan gejala kompleks yang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya tonus otot, alam perasaan, sensasi dan persepsi. Seseorang akan dinyatakan menderita penyakit epilepsi apabila pernah mengalami kejang lebih dari satu kali. Organisasi WHO (World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia) menunjukkan ada kurang lebih 50 juta kasus epilepsi di seluruh dunia. Secara keseluruhan jumlah kasus baru epilepsi pada negara maju berkisar antara 40-70 kasus per 100.000 orang per tahun. Di negara berkembang, jumlah kasus menjadi lebih tinggi berkisar antara 100-190 kasus per 100.000 orang per tahun (WHO, 2019). Untuk negara indonesia ini rata-rata tingkat penyebaran epilepsi aktif sebanyak 8,2 per 1.000 penduduk, sedangkan jumlah kasusnya mencapai 50 per 100.000 penduduk. Jika jumlah penduduk Indonesia sekitar 230 juta, diperkirakan masih ada 1,8 juta pasien epilepsi yang butuh pengobatan khusus (PERDOSSI, 2016). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita epilepsi dibandingkan dengan perempuan, tetapi tidak ditemukan perbedaan ras. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada dewasa muda, kemudian meningkat lagi pada kelompok usia lanjut. Insidensi epilepsy terbanyak pada kelompok usia 1-5 tahun , sedangkan serangan terbanyak pada kelompok umur <1 tahun dan jumlah kasus terbanyak didapatkan pada anak usia 0-4 tahun. Telah diketahui bahwa otak anak-anak lebih rentan mengalami kejang karena belum matang cenderung tergantung pada mekanisme yang berbeda daripada orang dewasa. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita epilepsi dibandingkan dengan perempuan, tetapi tidak ditemukan perbedaan ras. Kejang demam terjadi akibat adanya peningkatan suhu tubuh pada anak yang mempunyai ambang kejang rendah atau mudah mendapatkan kejang. Kejang pada anak yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 derajat Celcius) akibat suatu proses di luar otak. Anak yang berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun dapat terjadi epilepsi yang kebetulan terjadi penyebabnya karena disertai oleh demam panas tinggi. Konsekuensi jangka panjang pada penderita kejang demam berulang terkadang tidak menjadi perhatian sehingga penanganan kejang demam pada anak tidak dilakukan dengan baik. Risiko epilepsi pada kejang demam kompleks 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kejang demam sederhana. Sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik atau epilepsi yang tidak diketahui penyebab pastinya. Dapat terjadi karena faktor bawaaan yang di turunkan dari orang tua pada anak baik itu secara fisik maupun psikis sejak masa konsepsi melalui gen. Selain itu penyebab dari epilepsi adalah kejang saat demam panas tinggi dan mengalami henti napas pada anak yang bisa terjadi lebih dari 1 menit. Kondisi ini bisa menyebabkan anak pingsan. Penyebab lainnya dari epilepsi yaitu sebagai berikut: Kelainan otak dengan kondisi tidak normal yang terjadi pada masa perkembangan janin Kelainan dalam proses metabolisme tubuh. Infeksi yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya Trauma, gegar otak, pendarahan pada ruang antara otak dan jaringan yang menutupi otak Tumor pada otak dan selaputnya Kelainan pembuluh darah, kelainan dalam pembentukan struktur tengkorak yang terjadi pada masa perkembangan janin yang menyebabkan tekanan pada otak kecil dan batang otak Keracunan, demam, luka dikepala dan pasca cedera kepala Kekurangan oksigen Infeksi oleh bakteri Clostridium tetani yang bisa menghasilkan racun yang dapat menyerang sistem saraf pusat dan otak. Hydrocephalus atau pembesaran ukuran kepala Gangguan perkembangan otak Faktor yang dapat memicu terjadi epilepsi kembali yaitu kelelahan karena kurang tidur atau tidak bisa tidur dengan baik. Saat sedang demam tinggi maka penyakit epilepsi juga bisa kambuh. Lampu yang sangat terang atau berkedip juga memicu terjadinya epilepsi kembali karena saat melihat kilatan cahaya yang kontras dan berulang akan membuat pengidapnya mengalami kejang-kejang. Selain itu penderita epilepsi tidak boleh stress karena akan membuat penderitanya melewatkan jadwal makan bahkan melewatkan jadwal minum obat. Pada orang dewasa tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, obat- obatan keras, dan narkoba. Manifestasi klinis atau suatu kondisi yang dapat terjadi dengan anak-anak epilepsi yaitu sebagai berikut: Dapat berupa kejang-kejang, Gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan Kelainan gambaran EEG (Elektroensefalogram adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak). Mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau- bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya). Satu atau kedua mata dan kepala bergerak menjauhi sisa focus Menyadari gerakan atau hilang kesadaran Bola mata membalik ke atas, bicara tertahan, mati rasa, kesemutan, perasaan ditusuk- tusuk, dan seluruh otot tubuh menjadi kaku. Kedua lengan dalam keadaan fleksi tungkai, kepala, dan leher dalam keadaan ekstensi, berhenti bernafas, gerakan tersentak-sentak, mulut tampak berbusa, dan saliva meningkat. Ada banyak sekali komplikasi yang dapat terjadi ketika seseorang menderita penyakit epilepsi ini yaitu diantaranya kerusakan otak akibat kekurangan oksigen dan keterbelakangan mental dapat timbul akibat kejang yang berulang. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas, cedera kepala, cedera mulut, patah seluruhnya atau patah sebagian tulang. Status epileptikus (keadaan dimana terjadi serangan epilepsi) ditandai dengan kejang berulang dan penderita tidak sadar sepenuhnya di antara jeda waktu kejang kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya kerusakan otak permanen bahkan kematian. Penderita epilepsi dengan kejang total yang tidak mendapatkan penanganan berisiko mengalami kematian mendadak. Diketahui bahwa epilepsi terjadi karena gangguan pada sistem saraf pusat (otak) sehingga menimbulkan kejang yang berulang. Kejang dari epilepsi ini jika tidak ditangani dengan baik diketahui dapat merusak kemampuan kognitif, terutama kemampuan mengingat dan motorik. Kejang epilepsi dapat mengganggu aktivitas otak normal yang dapat memengaruhi memori. Gangguan memori ini dapat berkisar dari konsentrasi yang buruk dan sulit mengingat. Semakin banyak kejang yang dialami seorang anak, semakin banyak informasi yang akan mereka lewatkan. Salah satu efek epilepsi bagi fungsi kognitif anak adalah daya ingat yang lemah, mulai dari kesulitan berkonsentrasi, mudah lupa, sampai disorientasi. Cara menanggulangi epilepsi saat terjadi kejang yaitu: Berikan privasi dan perlindungan pada orang yang terkena epilepsi dari orang lain yang ingin tahu Mengamankan orang yang terkena epilepsi di lantai jika memungkinkan. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau panas. Jauhkan orang tersebut dari tempat atau benda berbahaya. Longgarkan bajunya serta miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan pernapasannya. Ajarkan penderita untuk mengenali tanda-tanda awal munculnya epilepsi. Jika Penderita mulai merasakan tanda awalnya maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau tidur. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat, langsung bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat. Selain pada saat kejang yang harus dilakukan pada penderita epilepsi yaitu: Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi. Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas tidak mengalami gangguan. Periode apnea (pernapasan berhenti sementara) dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yang hilang selama kejang dan biarkan penderita beristirahat. Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut. Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter. Peran orang tua bagi anak-anak yang menderita epilepsi sangatlah penting. Orang tua harus melakukan deteksi dini epilepsi dengan cara, memperhatikan apakah anak melakukan gerakan aneh seperti kejang tanpa sebab yang jelas dan terjadi berulang kali. Peran orang tua juga dibutuhkan untuk menjaga agar anak minum obat dengan teratur. Orang tua harus membantu anak menjaga daya tahan tubuh anak dengan memperhatikan asupan gizi anak. Anak-anak yang mengidap epilepsi mampu hidup normal jika pengobatannya benar dan juga teratur. Obat-obatan untuk epilepsi tidak bertujuan untuk menyembuhkan, tetapi mengontrol gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Selain itu epilepsi dapat terjadi dimana-dimana misalnya disekolah jadi orang tua juga harus menjelaskan kondisi anak guru dan pembimbing di sekolahnya. Penderita epilepsi tidak boleh melakukan aktivitas yang membuatnya terlalu lelah dan mengalami demam karena hal ini bisa memicu terjadinya kejang. Penderita epilepsi tidak bisa sembuh secara total karena sejauh ini tidak ada obat yang diketahui dapat menyembuhkan penyakit epilepsi. Tetapi ada perawatan dan terapi yang yang dapat membantu pasien epilepsi untuk mengontrol kejangnya. Meskipun epilepsi tidak dapat diobati tetapi epilepsy bisa dicegah yaitu dengan cara: Benturan keras di kepala dapat menjadi penyebab dari penyakit epilepsi, maka dari itu kita harus berhati-hati dalam beraktivitas yang dapat mengakibatkan benturan keras di kepala atau cedera kepala. Infeksi sistem saraf pusat adalah penyebab umum epilepsi di daerah tropis, kontrol host atau parasit di lingkungan dan pendidikan tentang cara menghindari infeksi dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah epilepsi. Penggunaan obat-obatan untuk menurunkan suhu tubuh anak pada saat demam dapat mengurangi kemungkinan kejang demam. Perawatan perinatal atau perawatan yang diberikan kepada ibu dan bayi pada resiko yang relatif ringan yang memadai dapat mengurangi kasus baru epilepsi yang disebabkan oleh cedera lahir. Selain itu epilepsi juga dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, serta diet khusus. Epilepsi ini sangat berpengaruh untuk anak-anak maupun orang dewasa, karena efek dari gangguan saraf akibat epilepsi ini sangat besar terhadap otak. Apabila saraf pada otak terganggu maka kemampuan kognitif atau daya ingat akan melemah. Selain itu apabila sudah terkena epilepsi maka komplikasi lain akan terjadi karena belum dapat ditemukan obat khusus untuk epilepsi tetapi ada pencegahan yang bisa dilakukan sebelum menderita penyakit epilepsi.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis