Anda di halaman 1dari 6

Nama : Delia Ananda Kusuma

Npm : A1D020013
Kelas/Prodi : 5B/Pendidikan Biologi

PENGARUH KEJANG TERHADAP RESIKO EPILEPSI PADA ANAK


Epilepsi berasal dari kata Yunani yaitu epilapsia yang berarti serangan. Epilepsi
adalah keadaan yang ditandai dengan adanya bangkitan secara berulang akibat terganggunya
fungsi otak oleh muatan listrik abnormal pada neuron-neuron otak. Epilepsi juga merupakan
gejala kompleks yang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau
hilangnya tonus otot, alam perasaan, sensasi dan persepsi. Seseorang akan dinyatakan
menderita penyakit epilepsi apabila pernah mengalami kejang lebih dari satu kali.
Organisasi WHO (World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia)
menunjukkan ada kurang lebih 50 juta kasus epilepsi di seluruh dunia. Secara keseluruhan
jumlah kasus baru epilepsi pada negara maju berkisar antara 40-70 kasus per 100.000 orang
per tahun. Di negara berkembang, jumlah kasus menjadi lebih tinggi berkisar antara 100-190
kasus per 100.000 orang per tahun (WHO, 2019). Untuk negara indonesia ini rata-rata
tingkat penyebaran epilepsi aktif sebanyak 8,2 per 1.000 penduduk, sedangkan jumlah
kasusnya mencapai 50 per 100.000 penduduk. Jika jumlah penduduk Indonesia sekitar 230
juta, diperkirakan masih ada 1,8 juta pasien epilepsi yang butuh pengobatan khusus
(PERDOSSI, 2016).
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita
epilepsi dibandingkan dengan perempuan, tetapi tidak ditemukan perbedaan ras. Prevalensi
epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada dewasa muda, kemudian
meningkat lagi pada kelompok usia lanjut. Insidensi epilepsy terbanyak pada kelompok usia
1-5 tahun , sedangkan serangan terbanyak pada kelompok umur <1 tahun dan jumlah kasus
terbanyak didapatkan pada anak usia 0-4 tahun. Telah diketahui bahwa otak anak-anak lebih
rentan mengalami kejang karena belum matang cenderung tergantung pada mekanisme yang
berbeda daripada orang dewasa. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko lebih
tinggi menderita epilepsi dibandingkan dengan perempuan, tetapi tidak ditemukan perbedaan
ras.
Kejang demam terjadi akibat adanya peningkatan suhu tubuh pada anak yang mempunyai
ambang kejang rendah atau mudah mendapatkan kejang. Kejang pada anak yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 derajat Celcius) akibat suatu proses di luar
otak. Anak yang berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun dapat terjadi epilepsi
yang kebetulan terjadi penyebabnya karena disertai oleh demam panas tinggi. Konsekuensi
jangka panjang pada penderita kejang demam berulang terkadang tidak menjadi perhatian
sehingga penanganan kejang demam pada anak tidak dilakukan dengan baik. Risiko epilepsi
pada kejang demam kompleks 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kejang demam
sederhana.
Sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik atau epilepsi yang
tidak diketahui penyebab pastinya. Dapat terjadi karena faktor bawaaan yang di turunkan dari
orang tua pada anak baik itu secara fisik maupun psikis sejak masa konsepsi melalui gen.
Selain itu penyebab dari epilepsi adalah kejang saat demam panas tinggi dan mengalami
henti napas pada anak yang bisa terjadi lebih dari 1 menit. Kondisi ini bisa menyebabkan
anak pingsan. Penyebab lainnya dari epilepsi yaitu sebagai berikut:
 Kelainan otak dengan kondisi tidak normal yang terjadi pada masa perkembangan
janin
 Kelainan dalam proses metabolisme tubuh.
 Infeksi yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya
 Trauma, gegar otak, pendarahan pada ruang antara otak dan jaringan yang menutupi
otak
 Tumor pada otak dan selaputnya
 Kelainan pembuluh darah, kelainan dalam pembentukan struktur tengkorak yang
terjadi pada masa perkembangan janin yang menyebabkan tekanan pada otak kecil
dan batang otak
 Keracunan, demam, luka dikepala dan pasca cedera kepala
 Kekurangan oksigen
 Infeksi oleh bakteri Clostridium tetani yang bisa menghasilkan racun yang dapat
menyerang sistem saraf pusat dan otak.
 Hydrocephalus atau pembesaran ukuran kepala
 Gangguan perkembangan otak
Faktor yang dapat memicu terjadi epilepsi kembali yaitu kelelahan karena kurang
tidur atau tidak bisa tidur dengan baik. Saat sedang demam tinggi maka penyakit epilepsi
juga bisa kambuh. Lampu yang sangat terang atau berkedip juga memicu terjadinya epilepsi
kembali karena saat melihat kilatan cahaya yang kontras dan berulang akan membuat
pengidapnya mengalami kejang-kejang. Selain itu penderita epilepsi tidak boleh stress karena
akan membuat penderitanya melewatkan jadwal makan bahkan melewatkan jadwal minum
obat. Pada orang dewasa tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, obat-
obatan keras, dan narkoba.
Manifestasi klinis atau suatu kondisi yang dapat terjadi dengan anak-anak epilepsi
yaitu sebagai berikut:
 Dapat berupa kejang-kejang,
 Gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan
 Kelainan gambaran EEG (Elektroensefalogram adalah salah satu tes yang dilakukan
untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari
otak).
 Mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat
berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau- bauan tak enak,
mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya).
 Satu atau kedua mata dan kepala bergerak menjauhi sisa focus
 Menyadari gerakan atau hilang kesadaran
 Bola mata membalik ke atas, bicara tertahan, mati rasa, kesemutan, perasaan ditusuk-
tusuk, dan seluruh otot tubuh menjadi kaku.
 Kedua lengan dalam keadaan fleksi tungkai, kepala, dan leher dalam keadaan
ekstensi, berhenti bernafas, gerakan tersentak-sentak, mulut tampak berbusa, dan
saliva meningkat.
Ada banyak sekali komplikasi yang dapat terjadi ketika seseorang menderita
penyakit epilepsi ini yaitu diantaranya kerusakan otak akibat kekurangan oksigen dan
keterbelakangan mental dapat timbul akibat kejang yang berulang. Dapat timbul depresi dan
keadaan cemas, cedera kepala, cedera mulut, patah seluruhnya atau patah sebagian tulang.
Status epileptikus (keadaan dimana terjadi serangan epilepsi) ditandai dengan kejang
berulang dan penderita tidak sadar sepenuhnya di antara jeda waktu kejang kondisi ini bisa
meningkatkan risiko terjadinya kerusakan otak permanen bahkan kematian. Penderita
epilepsi dengan kejang total yang tidak mendapatkan penanganan berisiko mengalami
kematian mendadak.
Diketahui bahwa epilepsi terjadi karena gangguan pada sistem saraf pusat (otak)
sehingga menimbulkan kejang yang berulang. Kejang dari epilepsi ini jika tidak ditangani
dengan baik diketahui dapat merusak kemampuan kognitif, terutama kemampuan mengingat
dan motorik. Kejang epilepsi dapat mengganggu aktivitas otak normal yang dapat
memengaruhi memori. Gangguan memori ini dapat berkisar dari konsentrasi yang buruk dan
sulit mengingat. Semakin banyak kejang yang dialami seorang anak, semakin banyak
informasi yang akan mereka lewatkan. Salah satu efek epilepsi bagi fungsi kognitif anak
adalah daya ingat yang lemah, mulai dari kesulitan berkonsentrasi, mudah lupa, sampai
disorientasi.
Cara menanggulangi epilepsi saat terjadi kejang yaitu:
 Berikan privasi dan perlindungan pada orang yang terkena epilepsi dari orang lain
yang ingin tahu
 Mengamankan orang yang terkena epilepsi di lantai jika memungkinkan.
 Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau
panas. Jauhkan orang tersebut dari tempat atau benda berbahaya.
 Longgarkan bajunya serta miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah
lidahnya menutupi jalan pernapasan
 Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya,
karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah,
dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi
jalan pernapasannya.
 Ajarkan penderita untuk mengenali tanda-tanda awal munculnya epilepsi. Jika
Penderita mulai merasakan tanda awalnya maka sebaiknya berhenti melakukan
aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau tidur.
 Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat,
langsung bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Selain pada saat kejang yang harus dilakukan pada penderita epilepsi yaitu:
 Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
 Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa
jalan napas tidak mengalami gangguan.
 Periode apnea (pernapasan berhenti sementara) dapat terjadi selama atau secara
tiba- tiba setelah kejang.
 Pasien pada saat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
 Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yang hilang selama kejang dan
biarkan penderita beristirahat.
 Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk
menangani situasi dengan pendekatan yang lembut.
 Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian
pengobatan oleh dokter.
Peran orang tua bagi anak-anak yang menderita epilepsi sangatlah penting. Orang
tua harus melakukan deteksi dini epilepsi dengan cara, memperhatikan apakah anak
melakukan gerakan aneh seperti kejang tanpa sebab yang jelas dan terjadi berulang kali.
Peran orang tua juga dibutuhkan untuk menjaga agar anak minum obat dengan teratur. Orang
tua harus membantu anak menjaga daya tahan tubuh anak dengan memperhatikan asupan gizi
anak. Anak-anak yang mengidap epilepsi mampu hidup normal jika pengobatannya benar
dan juga teratur. Obat-obatan untuk epilepsi tidak bertujuan untuk menyembuhkan, tetapi
mengontrol gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Selain itu epilepsi dapat terjadi
dimana-dimana misalnya disekolah jadi orang tua juga harus menjelaskan kondisi anak guru
dan pembimbing di sekolahnya. Penderita epilepsi tidak boleh melakukan aktivitas yang
membuatnya terlalu lelah dan mengalami demam karena hal ini bisa memicu terjadinya
kejang.
Penderita epilepsi tidak bisa sembuh secara total karena sejauh ini tidak ada obat
yang diketahui dapat menyembuhkan penyakit epilepsi. Tetapi ada perawatan dan terapi yang
yang dapat membantu pasien epilepsi untuk mengontrol kejangnya. Meskipun epilepsi tidak
dapat diobati tetapi epilepsy bisa dicegah yaitu dengan cara:
 Benturan keras di kepala dapat menjadi penyebab dari penyakit epilepsi, maka dari
itu kita harus berhati-hati dalam beraktivitas yang dapat mengakibatkan benturan
keras di kepala atau cedera kepala.
 Infeksi sistem saraf pusat adalah penyebab umum epilepsi di daerah tropis, kontrol
host atau parasit di lingkungan dan pendidikan tentang cara menghindari infeksi
dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah epilepsi.
 Penggunaan obat-obatan untuk menurunkan suhu tubuh anak pada saat demam
dapat mengurangi kemungkinan kejang demam.
 Perawatan perinatal atau perawatan yang diberikan kepada ibu dan bayi pada resiko
yang relatif ringan yang memadai dapat mengurangi kasus baru epilepsi yang
disebabkan oleh cedera lahir.
 Selain itu epilepsi juga dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat, seperti
olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan,
serta diet khusus.
Epilepsi ini sangat berpengaruh untuk anak-anak maupun orang dewasa, karena
efek dari gangguan saraf akibat epilepsi ini sangat besar terhadap otak. Apabila saraf pada
otak terganggu maka kemampuan kognitif atau daya ingat akan melemah. Selain itu apabila
sudah terkena epilepsi maka komplikasi lain akan terjadi karena belum dapat ditemukan obat
khusus untuk epilepsi tetapi ada pencegahan yang bisa dilakukan sebelum menderita
penyakit epilepsi.

Anda mungkin juga menyukai