Anda di halaman 1dari 21

MENYUSUN ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

DASAR CAIRAN ELEKTROLIT

OLEH :
KELAS A15 A
KELOMPOK 14

 NI LUH DE YUNI SURYANTINI


(213213309)
 NI PUTU DIAN YUNITA DEWI
(213213310)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
atas segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Menyusun Asuhan Keperawatan Pemenuhan Dasar Cairan Elektrolit
dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada bidang studi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pemenuhan dasar cairan elektrolit dengan baik dan benar bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. I Gusti Ayu


Putu Satya Laksmi, S.Kep.,M.Kep. selaku dosen Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia prodi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Wiramedika Bali yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

                                          

         
Denpasar, 22 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................7
2.1 Konsep dan Prinsip Cairan Elektrolit .................................................................3
2.1.1 Regulasi Keseimbangan Asam Basa................................................................3
2.1.2 Gangguan Keseimbangan Elektrolit, Cairan dan Asam Basa ..........................3
2.1.3 Kebutuhan Cairan ............................................................................................3
2.1.4 Menghitungkan Balance Cairan .......................................................................3
2.2 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan Elektrolit..........3
2.2.1 Pengkajian ........................................................................................................3
2.2.2 Diagnosa ..........................................................................................................3
2.2.3 Intervensi...........................................................................................................3
2.2.4 Implementasi ....................................................................................................3
2.2.5 Evaluasi ............................................................................................................3
BAB III PENUTUPAN ................................................................................................6
3.1 Simpulan..............................................................................................................14
3.2 Saran.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow secara hirarkhis yang pertama
adalah kebutuhan fisiologis (fisiological needs), yang dipandang sebagai kebutuhan
paling dasar untuk manusia dalam mempertahankan kehidupannya (survive). Salah satu
kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan akan cairan dan elektrolit yang merupakan
cairan kedua setelah oksigen. Bila tidak terpenuhi akan menyebabkan
ketidakseimbangan cairan tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian (Atoilah dan
Kusnadi, 2013).
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air
yang tersebar didalam maupun diluar sel. Namun demikian, besarnya kandungan air
tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak (Tarwoto dan Wartonah,
2011). Untuk mejaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh harus memiliki jumlah,
haluaran air dan distribusi cairan dan elektrolit yang mencukupi, serta pengaturan
komponen-komponen tersebut. Sehingga tubuh mampu untuk mempertahankan
kesehatan dan kelangsungan hidupnya (Ernawati, 2012).
Ketidakseimbangan akan mempercepat proses metabolisme, memperlambat,
menghambat penggunaan sari-sari makanan dengan benar, memengaruhi kadar oksigen
dalam tubuh, atau menyebabkan tubuh kita menyimpan limbah beracun (Bennita W.
Vaughans, 2011).
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit hipovolume / dehidrasi dapat
terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pada hipotalamus, klenjar gondok,
kejang deman, diare, dan muntah. Hipervolume/ overhidrasi, kelebihan cairan ekstrasel
dihubungkan dengan gagal jantung, srosis hepatis, dan kelainan ginjal (Agustina, 2013).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana seorang perawat mengetahui tentang asuhan keperawatan kebutuhan


dasar cairan elektrolit?

1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asuhan Keperawatan dari kasus pasien dengan masalah pemenuhan kebutuhan
dasar cairan elektrolit pada jurusan Keperawatan Program Sarjana di STIKES WIRA
MEDIKA BALI.

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat


kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Cairan Elektrolit dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia dan hasil dari
penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran
bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam praktik keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Prinsip Cairan Elektrolit

2.1.1 Regulasi Keseimbangan Asam Basa


Keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam
darah tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ.
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH darah
normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila pH
kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai
pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.
Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen
yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada
proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan
dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau
ion OH- yang sangat rendah.
Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat
banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.4
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam
tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam
pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila
pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau

3
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.
Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis.
Harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hydrogen dan pembuangan
ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci
dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada
eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme
penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan
intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi
ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan
reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu
komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang
terjadi pada asidosis dan alkalosis, konsentrasi ion hidrogen darah secara normal
dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40
nEq/liter ), variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang
ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai
setinggi 160 nEq/liter tanpa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah
yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala
logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen. pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan
interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan
dari jaringan untuk membentuk H2CO3.3 Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang
diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami

4
alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup
lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.3
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3.3 Bergantung pada jenis sel, pH
cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran
darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa
cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah
HCl yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa
lambung.
Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam dan Basa
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3
sistem:
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen
yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan
tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH
yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler.
2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan
karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.
Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap
jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja,
tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi
respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan

5
asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan diturunkan, dan
menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan
anion asam non volatile dan mengganti HCO3-.3 Ginjal mengatur keseimbangan asam
basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan
pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen
tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di
basolateral tubulus.3 Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali
ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan
negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion
hidrogen mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi
dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein,
fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi
normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi
oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di dalam
tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet,
aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan,
minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai
hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.

2.1.2 Gangguan Keseimbangan Elektrolit, Cairan dan Asam Basa


Gangguan elektrolit adalah kondisi ketika kadar elektrolit di dalam tubuh tidak
seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ketidakseimbangan kadar elektrolit ini
dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari mual, diare, hingga kram otot.

6
Di dalam tubuh manusia, terdapat beberapa jenis elektrolit, yaitu natrium, kalium,
kalsium, magnesium, fosfat, dan fosfor. Elektrolit-elektrolit tersebut bisa didapatkan
dari makanan, minuman, serta suplemen.
Elektrolit dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga organ-organ di dalam tubuh agar
berfungsi secara normal. Beberapa fungsi tubuh yang dipengaruhi elektrolit adalah
irama jantung, kontraksi otot, dan fungsi otak.
 Penyebab Gangguan Elektrolit
Penyebab gangguan elektrolit berbeda-beda, tergantung dari jenis elektrolit di dalam
tubuh yang mengalami ketidakseimbangan. Misalnya, penyebab kekurangan fosfat akan
berbeda dengan penyebab kekurangan magnesium. Kendati demikian, gangguan
elektrolit umumnya terjadi akibat hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, seperti
akibat memiliki luka bakar luas, berkeringat berlebih, diare, maupun muntah secara
terus menerus. Efek samping beberapa obat juga dapat menyebabkan terjadinya
gangguan elektrolit.
 Faktor Risiko Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit bisa terjadi pada siapa saja, tetapi orang dengan kondisi di bawah
ini lebih rentan untuk mengalaminya:
1. Menderita gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia
2. Mengalami gangguan pada kelenjar tiroid, paratiroid, atau adrenal
3. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, insulin, obat
pencahar, atau diuretik
4. Menderita gagal jantung
5. Mengalami kecanduan alkohol
6. Mengalami luka bakar luas
7. Menderita penyakit ginjal
8. Mengalami patah tulang
9. Menderita sirosis
 Gejala Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala biasanya mulai
muncul ketika kondisi sudah semakin berat. Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat
timbul akibat ketidakseimbangan kadar elektrolit di dalam tubuh:
1. Sakit kepala

7
2. Lemas
3. Mual
4. Muntah
5. Diare
6. Sembelit
7. Detak jantung cepat
8. Kram otot
9. Sering buang air kecil
10. Kejang demam
11. Kesemutan
12. Kram perut
13. Mati rasa
14. Kebingungan
15. Mudah marah
 Pengobatan Gangguan Elektrolit
Pengobatan pada pasien gangguan elektrolit tergantung pada jenis elektrolit di dalam
tubuh yang mengalami ketidakseimbangan dan penyebab yang mendasarinya. Namun,
pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan kadar
elektrolit di dalam tubuh.
Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengembalikan
keseimbangan kadar elektrolit di dalam tubuh adalah:

1. Pemberian cairan infus yang mengandung natrium klorida, untuk


mengembalikan cairan tubuh dan kadar elektrolit yang menurun akibat diare
atau muntah
2. Pemberian obat-obatan melalui pembuluh darah vena (suntik), untuk
meningkatkan kadar elektrolit dalam darah, seperti kalsium atau kalium
3. Pemberian obat-obatan atau suplemen (obat minum), untuk mengatasi gangguan
elektrolit yang bersifat kronis
Jika kondisi pasien tidak juga membaik dengan penanganan di atas, beberapa
kondisi gangguan elektrolit membutuhkan tindakan khusus, seperti hemodialisis (cuci
darah) untuk mengatasi kelebihan kalium dalam darah.

8
 Pencegahan Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit tidak selalu dapat dicegah. Namun, Anda dapat mengurangi risiko
terjadinya gangguan elektrolit dengan cara:
1. Mengonsumsi minuman elektrolit atau oralit ketika mengalami diare atau
muntah
2. Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup setiap hari

2.1.3 Kebutuhan Cairan


Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat Tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusikan ke seluruh
tubuh (Haswita, Reni Sulistyowati, 2017). Cairan dan elekteolit merupakan komponen
tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh
kita terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar dalam sel maupun luar sel. Namun
demikian, besarnya kandungan air tergantung usia, jenis kelamin, dan kandungan
lemak. (Tarwoto dan Wartonah,2010). Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
salah satu faktor yang diatur dalam homeostatis. Keseimbangan cairan sangat penting
karena diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme. Keseimbangan diperlukan oleh
tubuh adalah dimana input=output. (jurnal f.k unad, 2017). Kebutuhan cairan dan
elektrolit merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.
(A. Aziz Alimul H.,2006).
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis yang memiliki peranan besar di dalam tubuh, hampir 90% dari total berat
badan tubuh. Secara keseluruhan persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah :
bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 75%, wanita dewasa 55%, dan
dewasa tua 45%. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak
tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh lebih besar.
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena
pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria.

9
2.1.4 Menghitung Balance Cairan

Rumus Balance Cairan


1. Intake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
2. Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan
dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di
drip, albumin dll.
3. Output / Cairan keluar: urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang ekateter maka
hitung dalam ukuran di urobag, jika tidak terpasang maka pasien harus
menampung urine nya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan
ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
4. IWL (insensible water loss(IWL): jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan
sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.

F. RUMUS IWL

IWL = (15 x BB )
24 jam

Contoh:
Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)

• IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam


24 jam

• Kalau dalam 24 jam = 37,5 x 24 = 900cc/24 jam

• Rumus IWL kenaikan suhu


(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam

10
Contoh:
Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc

• IWL = (10% x 200) x (39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc


24 jam

= (20×2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5
= 39cc/jam
*CM : Cairan Masuk
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,
diantaranya Berat Badan dan Umur. Karena penghitungannya antara usia anak
dengan dewasa berbeda. Menghitung balance cairan pun harus diperhatikan
mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan.
Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT.
Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan per shift.
Perhitungan Balance Cairan untuk Dewasa
Input cairan:
1. Air (makan+Minum)= ……cc
2. CairanInfus= ……cc
3. Therapiinjeksi= ……cc
4. Air Metabolisme= ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)

Output cairan:
1. Urine= ……cc
2. Feses= …....cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
3. Muntah/perdarahan cairan drainage luka/ cairan NGT terbuka = …..cc
IWL(Insensible Water Loss) = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)

11
2.2 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan Elektrolit

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012).
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi
jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan
secara oral, parental, atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah
produksi urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya.
Faktor yang berhubungan meliputi faktor-faktor yang memengaruhi masalah
kebutuhan cairan, seperti, diet, lingkungan, usia perkembangan, dan penggunaan obat.
Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan masalah cairan dan
elektrolit, seperti sistem intregumen (status turgor kulit dan edema), sistem
kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis, tekanan darah, dan bunyi jantung),
sistem penglihatan (kondisi dan cairan mata), sistem neurologi (gangguan sensorik
/motorik, status kesdaran, dan adanya reflex), dan sistem gastrointestinal (keadaan
mukosa mulut, lidah, dan bising usus). Suriadi, Yuliani,Rita. 2010. Asuhan
Keperawatan pada Anak, edisi2,Jakarta : agung seto.

2.2.2 Diagnosa
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017 Diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada pasien yang mengalami gangguan cairan dan elektrolit kejang
demam adalah :
a. Hipovelemia
Definisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau interseluler
Gejala dan tanda:
· Frekuensi nadi meningkat
· Nadi teraba lemah
· Tekanan darah meningkat
· Turgor kulit menurun

12
· Membran mukosa kering
· Volume urin menurun
· Hematokrit meningkat
· Status mental berubah
· Suhu tubuh meningkat
· Berat badan turun tiba tiba

Kondisi klinis terkait:


· Penyakit addison
· Trauma / pendarahan
· Luka bakar
· AIDS
· Muntah
· Diare

13
2.2.3 Intervensi

Rencana tindakan asuhan keperawatan hipovolemia menurut Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia

Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung


Hipovolemia Manajemen Hipovolemia - Dukungan
Observasi : kepatuhan program
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia pengobatan
misalnya frekuensi nadi meningkat, nadi - Edukasi
teraba lemah,haus, lemah,tekanan darah pengukuran
menurun) nadi radialis
- Monitor intake dan output cairan - Insersi intravena
Teraupetik: - Manajemen
- Berikan posisi modified trendelenburg aritmia
- Hitung kebutuhan cairan - Manajemen diare
- Berikan asupan cairan oral Edukasi: - Manajemen
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan elektrolit
oral Kolaborasi: - Manajemen syok
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis - Manajemen
misalnya NaCl,RL
spesimen
- Kolaborasi pemberian cairan Iv hipotonis
darah
misalnya glukosa 2,5 % NaCl 0,4%
- Pemantuan cairan
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
- Pemantauan
- Kolaborasi pemberian produk darah
Manajemen Syok Hipovolemik elektrolit
Observasi - Pemantuan
- Monitor Status kardiopulmonal (frekuensi hemodinamik invasif
dan kekuatan nadi,frekuensi
nafas,TD,MAP)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
AGD)
- Monitor status cairan masukan
dan
haluaran,turgor kulit, CRT
- Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
- Periksa seluruh permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS (deformity,open
wound,tenderness,swelling)
Terapeutik
- Pertahankan jalan nafas paten
- Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
lengkap dan elektrolit Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20mL/kgBB pada anak anak
- Kolaborasi dalam pemberian tranfusi
darah, bila perlu

(sumber: SIKI, 2018)

14
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan dan mengobservasi
kondisi anak. Pertahankan keseimbangan produksi dan kehilangan pada anak dengan
intervensi yang telah ditetapkan.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon anak terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan revisi rencana.
Setelah intervensi, pantau tanda vital anak untuk mengevaluasi perubahan.
(Potter & perry, 2010)

15
BAB IV
PENUTUP

3.1 Simpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh cairan
tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular
dan ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan
elektrolit yang masing-masing memegang peranannya. Pergerakanzat dan air di
bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan energi
terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energi ATP
yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh mememiliki suatu sistem
mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, baik
melalui kendali osmoler dan nonosmoler. Perlu diketahui kebutuhan harian cairan
tubuh untuk menilai apakah keseimbangan cairan tubuh dalam kondisi yang balans
atau tidak. Dalam kondisi yang tidak balans, perlu diberikan terapi cairan.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai
macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi dalam
beberapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia, dan
sebagainya. Masing-masing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan
berbagai gejala dan bahkan kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi
kesehatan seharusnya mengetahui tentang pentingnya keseimbangan cairan dan
elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa STIKES WIRA MEDIKA BALI jurusan
Keperawatan yang nantinya sebagai tenaga kesehatan di masyarakat dapat
menguasai teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan atau praktik
keperawatan yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok untuk memenuhi
kebutuhan cairan, elektrolit dan keseimbangan cairan-elektrolit dan dapat
memberikan pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.

16
DAFTAR PUSTAKA

(Ii et al., 1981) Ii, B. A. B., Konsep, A. T., Dasar, K., & Dan, C. (1981). Konsep Kebutuhan Dasar
Cairan Dan Elektrolit. Konsep Kebutuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit, 53(9), 1689–1699.
Pelzer, K., Stebbins, J. F., Prinz, F. B., Borisov, A. S., Hazendonk, P., Hayes, P. G., Abele, M., Nmr,
S., York, N., Santibáñez-Mendieta, A. B., Didier, C., Inglis, K. K., Corkett, A. J., Pitcher, M. J.,
Zanella, M., Shin, J. F., Daniels, L. M., Rakhmatullin, A., Li, M. M., … Society, C. (2017). No
主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造
分析Title. Solid State Ionics, 2(1), 1–10.
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0167273817305726%0Ahttp://dx.doi.org/10
.1038/s41467-017-01772-
1%0Ahttp://www.ing.unitn.it/~luttero/laboratoriomateriali/RietveldRefinements.pdf
%0Ahttp://www.intechopen.com/books/spectroscopic-analyses-developments-an
Rekha, K. (2017). Asuhan Keperawatan pada An. G dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Fisiologis: Cairan Dan Elektrolit di Lingkungan VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia. 4–16.
(Rekha, 2017) Ii, B. A. B., Konsep, A. T., Dasar, K., & Dan, C. (1981). Konsep Kebutuhan Dasar
Cairan Dan Elektrolit. Konsep Kebutuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit, 53(9), 1689–1699.
Pelzer, K., Stebbins, J. F., Prinz, F. B., Borisov, A. S., Hazendonk, P., Hayes, P. G., Abele, M., Nmr,
S., York, N., Santibáñez-Mendieta, A. B., Didier, C., Inglis, K. K., Corkett, A. J., Pitcher, M. J.,
Zanella, M., Shin, J. F., Daniels, L. M., Rakhmatullin, A., Li, M. M., … Society, C. (2017). No
主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造
分析Title. Solid State Ionics, 2(1), 1–10.
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0167273817305726%0Ahttp://dx.doi.org/10
.1038/s41467-017-01772-
1%0Ahttp://www.ing.unitn.it/~luttero/laboratoriomateriali/RietveldRefinements.pdf
%0Ahttp://www.intechopen.com/books/spectroscopic-analyses-developments-an
Rekha, K. (2017). Asuhan Keperawatan pada An. G dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Fisiologis: Cairan Dan Elektrolit di Lingkungan VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia. 4–16.
(Pelzer et al., 2017)

Rsud, Purihusada.2021. Tren dan Isu Keperawatan. URL:


http://anisa1707.blogspot.com/2012/11/tren-dan-issue-keperawatan.html. Diakses
tanggal 28 September 2021

Breen, Kerry. Dec 2003.Ethical issues in the use of complementary medicinesProQuest


Research Library diakses pada 24 maret 2012
Hilsden and Verhoef. (1999). Complementary therapies: Evaluating their effectiveness
in cancer. Patient Education and Counseling. 3892), 102
Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 Tentang
Pedoman Kriteria Penetapan Metode Pengobatan komplementer – alternatif yang
dapat diintegrasikan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

17
LaValley and Verhoef. (1995) Integrating Complementary Medicine and Health Care
Services into Practice Canadian Medical Association Journal, 153(1), 45-46
Mary Cipriano Silva, PhD, RN, FAAN dan Ruth Ludwick, PhD, RN, C. november
2001. Ethics: Ethical Issues in Complementary/Alternative
Therapies.http://www.nursingworld.org/MainMenuCategories/ANAMarketplace/
ANAPeriodicals/OJIN/Columns/Ethics/EthicalIssues.html diakses pada 22
Oktober 2018
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007
Tentang Peneyelenggaraan Pengobatan Komplementer alternative di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Thome,S.S.(2001). Complementary and Alternative Medicine: Critical Issue of Nursing
Practice and Policy. Canadian Nurse, 97 (4),27.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

18

Anda mungkin juga menyukai