Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH:

Anak Agung Istri Maransika Nike Putri (P07120216025)

Putu Ayu Mahapatni Manikmasri Krishna Putri (P07120216026)

Ni Putu Evi Srikrisna Yanti (P07120216027)

Semester I / Tingkat IA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

DENPASAR 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Gangguan Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada Ibu Ni Luh Kompyang Sulisnadewi, S.Kep, Ners, Sp.Kep.An selaku Dosen mata
kuliah Kebutuhan Dasar Manusia Poltekkes Denpasar yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Denpasar, September 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ...............................................................................................................1


1.2 TUJUAN PENULISAN .............................................................................................................2
1.3 MANFAAT PENULISAN.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ..........................................................................................................................3

2.2 TANDA DAN GEJALA ............................................................................................................4

2.3 POHON MASALAH .................................................................................................................7

2.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .............................................................................................8

2.5 PENGKAJIAN KEPERAWATAN ...........................................................................................8

2.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN ...............................................................................................9

2.7 RENCANA KEPERAWATAN .................................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN .............................................................................................................................11

3.2 SARAN ....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................12

ii

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan dan elektrolit berperan penting untuk mempertahankan keseimbangan atau
homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
fungsi fisiologis tubuh. Cairan tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang terbesar didalam
sel maupun diluar sel (Tarwoto & Wartonah, 2010) yang mengandung partikel-partikel bahan
organik dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi, yaitu ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion).
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan
keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting
terkait dengan transmisi impuls saraf.
Menurut Tarwoto & Wartonah, (2010) besarnya kandung air tergantung dari usia, jenis
kelamin dan kandungan lemak. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektolit maka
tubuh kita akan mengalami gangguan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
Ketidakseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluan cairan dan
elektrolit, serta pengaruh komponen-komponen oleh sistem renal dan paru (Potter & Perry,
2005). Kehilangan natrium dari kompartemen intravaskuler dapat menyebabkan cairan
berdifusi ke ruang interstitial (Asmadi, 2008). Peningkatan tekanan hidrostatik akan
menimbulkan pergerakan cairan ke jaringan sehingga mengakibatkan edema (Tarwoto &
Wartonah, 2010). Edema merupakan penimbunan cairan berlebihan diantara sel-sel tubuh
atau didalam berbagai organ tubuh (Robbins & Kummar, 1995). Banyak faktor yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit salah satunya adalah penyakit (Potter
& Perry, 2005). Penyakit tersebut seperti kanker dan gangguan ginjal. Gagal ginjal adalah
gangguan fungsi ginjal yang progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu
retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2002). Di negara
maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya,
angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus
GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut
diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu. Selain data
tersebut, 6 juta- 20 juta individu di AS diperkirakan mengalami gagal ginjal kronis (GGK)
fase awal (Djoko, 2008). Di Indonesia, GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian,
sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi ke-delapan. Data terbaru dari US NCHS

4
2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab
kematian terbanyak. Mengingat tingginya angka kejadian gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam praktek klinik sehari–hari, terutama gangguan keseimbangan natrium,
kalium, kalsium dan magnesium, maka perlu adanya suatu pemahaman yang lebih baik.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan yang dapat diperoleh dari laporan ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Untuk mengetahui definisi kebutuhan cairan dan elektrolit.
1.2.2 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
1.2.3 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit.
1.2.4 Untuk mengetahui pengkajian keperawatan dari gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit.
1.2.5 Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit.
1.2.6 Untuk mengetahui rencana keperawatan dari gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih jelas
mengenai gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
1.3.2 Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya wawasan
mengenai gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya
yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya
dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya
lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit:


a. Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ sehingga
dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
b. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
c. Diet
Apabila kekurangan nutrient, tubuh akan memecah cadangan makanan yang
tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan dari
interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan
kebutuhan cairan.
d. Stress
Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit melalui
proses peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan
metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi sodium dan air.

B. Pergerakan cairan tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui empat proses yaitu :
a. Difusi
Adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan menembus 6otoric6 sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran
molekul, konsentrasi larutan, dan 6otoric6r6e.
b. Osmosis

6
Adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui 7otoric7 semipermiabel dari
larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang
sifatnya menarik.
c. Transfor aktif
Bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh
seperti pompa jantung.
d. Filtrasi
Adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan
sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan.

2.2 Tanda dan Gejala


Secara normal, tubuh bisa mempertahankan diri dari ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh tidak bisa mengatasinya jika kehilangan terjadi dalam
total banyak sekaligus, seperti pada muntah-muntah, diare, berkeringat luar biasa, terbakar,
luka/pendarahan, dan sebagainya. Dalam hal ini elektrolit yang pertama ialah natrium dan
klorida, karena keduanya merupakan elektrolit ekstraselular dalam tubuh. Biasanya perlu
segera diberikan cairan elektrolit. Cairan elektrolit paling sederhana dan dikenal masyarakat
ialah oralit / larutan gula garam (LGG).
Olahraga endurance yang berlangsung lama bisa menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan elektrolit begitu penting bagi atlet cabang
olahraga endurance karena akan mengganggu produksi dan pengaturan suhu tubuh. Cairan
begitu utama guna mengalirkan zat gizi dan oksigen ke dalam otot skelet untuk tujuan
berkontraksi.
Hasil penelitian menunjukkan, lari marathon mengeluarkan keringat sebanyak satu liter
per jam. Sedangkan lari marathon dalam cuaca panas & kelembaban tinggi bisa kehilangan
keringat sebanyak 2,8 liter per jam. Pelari ultramaraton sejauh 50 mil yang ditempuh selama
lebih dari 8 jam, selain kehilangan cairan yang banyak juga kehilangan elektrolit.
Penggantian cairan pada atlet endurance jika dengan minum air tawar bisa menyebabkan
hiponatremi. Oleh karena dalam tubuh total air dan sodium seimbang. Maka itu, pemberian
cairan mengandung karbohidrat dan elektrolit berguna untuk mencegah terjadinya
hiponatremi, juga guna mencegah hipoglikemik.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa cairan yang mengandung karbohidrat 5-10%
mengganggu atlet. Sedangkan pemberian karbohidrat melebihi 10 % bisa menimbulkan
peningkatan gula darah yang akan menarik produksi insulin. Peningkatan insulin bisa
menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
Sedangkan minuman atlet (sports drinks) yang mengandung suplemen sodium dan
berlebihan akan mengganggu kontraksi otot antara lain akan terjadi “cramp” otot. Selain itu
intake sodium yang berlebihan mempunyai risiko tinggi terjadinya hipertensi pada atlet.

7
Sports drinks umumnya mengandung karbohidrat 5-7%. Konsentrasi karbohidrat dalam
cairan ini secara ilmiah mengganggu pengosongan lambung. Sedangkan, sodium biasanya
10-20 mmol/L dan dapat membantu keseimbangan elektrolit dalam tubuh.

1. Ketidakseimbangan cairan
1) Hypervolemia ( peningkatan volume cairan )
a) Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan
cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan
mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan
natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka
secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan
kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air
tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).

b) Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.

c) Patofisiologi
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit
dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonic, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan
cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam
serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan
mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.

d) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh
pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium
(PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal
dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisis
elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai
hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema
pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.

8
e) Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
1) Gagal ginjal, akut atau kronik
2) Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan
penurunan curah jantung
3) Infark miokard
4) Gagal jantung kongestif
5) Gagal jantung kiri
6) Penyakit katup
7) Takikardi/aritmia
8) Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
9) Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
10) Varikose vena
11) Penyakit vaskuler perifer
12) Flebitis kronis

2) Hypovolemia (penurunan volume cairan)


a) Pengertian
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga
rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler
(CES).

b) Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dan lain-lain.
3) Perdarahan.

c) Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (9otoric9). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan

9
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, 10otoric volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam
kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial
seperti pleura atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
d) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung pada
jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai dengan ketidak
seimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung,
10otoric10r (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan
hormone antideuritik (ADH), dan pelepasan 10otoric10r10e. Kondisi
hipovolemia yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.

e) Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik.

2.3 Pohon Masalah

10
2.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan penunjang.
 Penurunan tekanan darah (TD), khususnya bila berdiri (hipotensi ortostatik);
peningkatan frekwensi jantung (FJ); turgor kulit buruk; lidah kering dan kasar;
mata cekung; vena leher otot; peningkatan suhu dan penurunan berat badan
akut.
 Bayi dan anak-anak : penurunan air mata, depresi fontanel anterior.
 Pada pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan
haus; hipotensi terlentang dan oliguria.
 Tabel. 1. Penurunan berat badan sebagai indikator dari kekurangan CES pada
orang dewasa dan anak-anak.
 Tabel. 2. Pengkajian perubahan pada hipovolemia 4
 Riwayat kesehatan.
2. Evaluasi status volume cairan
3. Kadar nitrogen urea dalam darah (BUN) > 25mg/100 ml.
4. Peningkatan kadar Hematokrit > 50%
5. Berat jenis urine > 1,025.

2.5 Pengkajian Keperawatan


Perawat melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi klien yang berisiko tinggi atau yang
memperlihatkan adanya tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa
yang actual. Perawat juga mengkaji ketidakseimbangan cairan, elektrolit, asambasa, yang
mungkin berhubungan dengan penatalaksaan terapi penyakit lain yang di deritanya.
Misalnya, jika seorang klien mengkonsumsi obatobatan kemoterapi antikanker, yang
memiliki efek samping merugikan berupa diare, maka akibatnya klien tersebut akan
menderita akan kekurangan volume cairan yang fatal. Pelaksanaan pengkajian sangat
penting.
1) Riwayat Keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan ( oral, parenteral).
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan.
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial.
g. Faktor psilologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.

2) Pengukuran Klinik
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan ( oral, parenteral).
b. Tanda umum masalah elektrolit

11
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan.
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial.
g. Faktor psilologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.

3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurilogi : reflek, gangguan 12otoric dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah, dan
bising usus.

2.6 Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya;
peingkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau
meningkatnya kecepatan metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan
cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:


Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung
akibat penyakit jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau
thrombus; retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic
koloid yang rendah.

2.7 Rencana Keperawatan


Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan
cairan.
2. Pertahankan keseimbangan cairan.
Bila kekurangan volume cairan lakukan:
- Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
- Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas,

12
kreatinin, hematokrit dan Hb.
- Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara
memberikan minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.

Bila kelebihan volume cairan, lakukan:


- Pengurangan asupan garam
- Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi
penyakit pasien terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka
anjurkan pasien untuk istirahat dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau
tinggikan ekstremitas yang mengalami edema diatas posisi jantung, kecuali ada kontra
indikasi.
- Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.

3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi


4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.

13
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan salah satu aspek penting yang harus dipenuhi
karena untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh.
Mengingat tingginya angka kejadian gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
praktek klinik sehari–hari, terutama gangguan keseimbangan natrium, kalium, kalsium
dan magnesium, maka perlu adanya suatu pemahaman yang lebih baik.

1.2 Saran
Setiap individu perlu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit mengingat
pentingnya hal tersebut bagi tubuh. Dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
bisa ditunda dalam waktu sebentar jika ada kepentingan yang mendesak, namun tidak
boleh dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan adanya gangguan dalam
tubuh.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52773/5/Chapter%20I.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45296/4/Chapter%20II.pdf

http://qurotul-ayun.blogspot.co.id/2015/04/contoh-kasus-asuhan-keperawatan-dengan_89.html

http://ciciliaassa.blogspot.co.id/2012/04/cairan-dan-elektrolit.html

http://samuelpendra.blogspot.co.id/2012/12/gangguan-keseimbagan-elektrolit-dan.html

15

Anda mungkin juga menyukai