Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN SEMINAR KELOMPOK

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AMAN & NYAMAN DAN ISTIRAHAT


& TIDUR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. Andini Suci Agfira, S.Kep A1C121012
2. Siska Anggian Intan Sari, S.Kep A1C121019
3. Maryo Frans Makualaina, S.Kep A1C121021
4. Siti Fatimah, S.Kep A1C121030
CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kebutuhan aman dan nyaman Potter & Perry (2006) mengungkapkan kenyamanan
atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan.
Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan
keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, 2006). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat
aspek yaitu:
1. Fisik. berhubungan deng sensasi tubuh
2. Sosial. Berhubungan dengan interpersonal keluerga dan sisoal
3. Psikospiritual. Berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi herga diri, seksualitas dan makna kehidupan.
4. Lingkungan. Berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti, cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
B. Etiologi
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. dukungan, finansial, sosial dan pengetahuan)
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi)
7. Gangguan adaptasi kehamilan
C. Patofisiologi
Fisiologis
Sistem/fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman Pada saat impuls ketidak
nyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak dan thalamus, sistem saraf
otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stress. Stimulasi pada cabang
simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis.
E. Manifestasi Klinis
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh tidak nyaman
Objektif
1. Gelisah
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah
Objektif
1. Menunjukan gejala distress
2. Tampak merintih/menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
2. Pemeriksaan urine
3. Elektrokardiogram (EKG)
4. Foto Rontgen
5. Ultrasonografi (USG)
6. Computed tomography scan (CT Scan)
7. Magnetic resonance imaging (MRI)
8. Fluoroskopi
9. Endoskopi
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pemberian obat-obatan
2. Non Farmakologi
a) Terapi musik
b) Distraksi
c) Hipnotis
d) Reduksi
e) Imobilisasi
H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi skala nyeri
Pengalaman Membu Cukup Seda Cukup Memb  Identifikasi respons nyeri non verbal
sensorik atau ruk Memb ng Memb aik
emosional yang uruk aik
berkaitan 1 Frekuensi nadi
dengan   1 2 3 4 5
kerusakan 2 Pola nafas
  1 2 3 4 5
jaringan aktual
Mening Cukup Seda Cukup Menur
atau fungsional,
kat Menin ng Menur un
dengan onset gkat un
mendadak atau 3 Keluhan nyeri
lambat dan   1 2 3 4 5
berintensitas 4 Meringis
ringan hingga   1 2 3 4 5
berat yang 5 Gelisah
berlangsung 1 2 3 4 5
kurang dari 3 6 Kesulitan tidur
bulan. 1 2 3 4 5

I. Intervensi keperawatan

ISTIRAHAT DAN TIDUR


KONSEP DASAR KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
1. Pengertian
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membutuhkan
ketenangan.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986).
Tidur diartikan sebagai suatu kedaan perubahan kesadaran melalui tingkatan
stimulus yang bervariasi yang menghasilkan keterjagaan. Tidur merupakan
keadaan irama yang aktif dan kompleks yang melibatkan siklus yang berulang
dimana tiap siklus merupakan penggambaran dari fase-fase aktivitas tubuh dan
otak yang berbeda-beda. Sedangkan istirahat merupakan suatu kondisi dimana
tubuh mengalami penurunan tingkat aktivitas yang menghasilkan suatu perasaan
yang menyegarkan.
2. Fungsi Istirahat Dan Tidur
a. Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis.
b. Melepaskan stress dan ketegangan.
c. Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron.
d. Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan
menyiapkan diri pada waktu periode bangun.
e. Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung.
f. Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
g. Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari.
h. Menghasilkan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki serta memperbaharui
epitel dan sel otak.
i. Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
j. Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik.

3. Tahap-Tahap Tidur
a. NREM (Non Rapid Eye Movement)
Ada 4 tahapan:
Tahap 1:
 Termasuk light sleep.
 Berakhir hanya beberapa menit.
 Penurunan aktivitas fisik dimulai dengan penurunan gradual dalam
tanda vital dan metabolisme.
 Dengan mudah dibangunkan dengan stimulus sensori seperti suara dan
individu merasa seperti mimpi di siang hari.
Tahap 2
 Merupakan periode sound sleep.
 Kemajuan relaksasi
 Masih dapat dibangunkan dengan mudah.
 Berlangsung selama 10-20 menit.
 Fungsi tubuh berlangsung lambat.
Tahap 3
 Tahap awal tidur dalam
 Lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak.
 Otot secara total relaksasi.
 Tanda vital mengalami kemunduran teratur.
 Berlangsung 15-30 menit.
Tahap 4
 Tahap tidur benar-benar nyenyak.
 Sangat sulit dibangunkan.
 Jika tidur nyenyak telah terjadi, akan menghabiskan sepanjang malam
pada tahap ini.
 Bertanggung jawab mengistirahatkan dan memperbaiki tidur.

 Tanda vital menurun secara signifikan.


 Berlangsung 15-30 menit.
 Dapat terjadi tidur berjalan dan mengompol.
b. REM (Rapid Eye Movement)
 Periode yang sangat hidup karena mimpi penuh warna.
 Dimulai 50-90 menit setelah tidur terjadi.
 Tipe yang mempengaruhi respon autonom meliputi kecepatan gerak
mata, fluktuasi jantung, rata-rata pernafasan dan peningkatan fluktuasi
tekanan darah.
 Kehilangan tonus otot.
 Peningkatan sekresi gastrik.
 Tahap yang bertanggung jawab untuk perbaikan mental.
 Sangat sulit untuk dibangunkan
 Durasi dari REM meningkat setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
4. Nilai-Nilai Normal

Tingkat Jumlah  Kebutuhan
Usia
Perkembangan Tidur

0 – 1 bulan Neonatus 14 – 18 jam/hari


1 – 18 bulan Bayi 12 – 14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Anak 11 – 12 jam/hari
3 – 6 tahun Prasekolah 11 jam/hari
6 – 12 tahun Sekolah 10 jam/hari
12 – 18 tahun Remaja 8,5  jam/hari
18 – 40 tahun Dewasa muda 7– 8 jam/hari
40 – 60 yahun Paruh baya 7  jam/hari
> 60 tahun Dewasa tua 6 jam/hari

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur


a. Penyakit
Penyakit infeksi limpa, banyak tidur untuk mengatasi keletihan
b. Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yg tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur
untuk menjaga keseimbangan energi yg telah dikeluarkan
c. Stres psikologis : Seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami
kegelisahan sehingga sulit untuk tidur
d. Obat
Golongan obat diuretik menyebabkan seseorang insomnia, antidepresan dapat
menekan REM , kafein dapat meningkatkan saraf simpatis menyebakan
kesulitan untuk tidur
e. Nutrisi : Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yg cukup dapat mempercepat proses
tidur
f. Lingkungan : Lingkungan yang aman dan nyaman dapat mempercepat proses
tidur
g. Motivasi : Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur
6. Masalah Kebutuhan Tidur
a. Insomnia : Keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik
kualitas maupun kuantitas dengan keadaan tidur yang hanya sebentar.
b. Hipersomnia : Gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada
umumnya lebih dari 9 jam pada malam hari
c. Parasomnia
Kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur, seperti
somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur)
d. Enuresis
Buang air kecil yg tidak di sengaja pada waktu tidur atau mengompol
e. Apnea tidur dan Mendengkur : Disebabkan krn adanya rintangan dalam
pengaliran udara di hidung & mulut pada waktu tidur
f. Narcolepsi : Tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur
g. Mengigau  : mengigau dikategorikan dalam ggn tidur bila terlalu sering dan
diluar kebiasaan, mengigau terjadi sebelum tidur REM
B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN
1. Konsep Legal Etik
Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi
bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur
dalam kode etik keperawatan.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang
diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai
profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan
kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan
tentu harus juga bisa diandalkan.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi
bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and
Legal Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang Professional
Development “Setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu
kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen
intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan
pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar Hukum
Kesehatan UI 2006)
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal
yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,
pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat.
Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya
sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum
sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari
penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
2. Landasan Aspek Legal Keperawatan
Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan
Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat
Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan.
Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga
kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga
berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam
bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam
profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh
Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan
dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti
tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-
masing
3. Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan
Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum
yang melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara
perorangan maupun berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik
antara manusia yang satu dengan yang lain, antar kelompok manusia, maupun
antara manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia
merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006).
Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan
berbunyi : “Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan
pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu”. Yang mana berdasarkan pasal ini
keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga. kesehatan yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan Pelayanan keperawatan
di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian dan
pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan
sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitian-penelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui
pendidikan dimana hal ini semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan
bagi pemberi pelayanan dan juga pasien selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes
1239 dan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal
yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan.
Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan aspek
legalisasi keperawatan :
a. Proses Keperawatan
b. Tindakan keperawatan
c. Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian
hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan
dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik
Nomor Y.M.00.03.2.6.956

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
a. Identitas Klien (umur, status, pekerjaan, pendidikan, dll)
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit
d. Pemeriksaan fisik
Meliputi :
1) Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
2) TTV
3) Perilaku
e. Data Fokus
Data Subjektif
1) Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
2) Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
3) Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
4) Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
5) Kepala pusing, berat
6) Mengeluh sering terbangun
Data Objektif
1) Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
2) Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
3) Gelisah, sering menguap
4) Mudah tersinggung
5) Ada bayangan hitam di bawah mata

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan istirahat dan
tidur diantaranya adalah :
a. Gangguan pola tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
2) Kurang kontrol tidur
b. Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran)
2) Stres, ancaman kematian
3) Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
c. Insomnia yang berhubungan dengan faktor lingkungan ( bising) yang ditandai
dengan pasien menyatakan sulit tidur
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Yang Tujuan Intervensi Rasional
Mungkin Muncul
1. Gangguan pola tidur Setelah diberikan a. Kaji rutinitas a. Mengkaji dan
Kemungkinan asuhan keperawatan x tidur yang biasa mengidentifikasi
berhubungan 24 jam diharapkan dilakukan klien kebiasaan tidur
dengan : gangguan pola tidur b. Jelaskan klien
a. Perubahan klien efektif dengan pentingnya tidur b. Istirahat adekuat
pejanan terhadap Kriteria Hasil : yang adekuat dan tidur dapat
cahaya gelap a. Perasaan segar c. Kolaborasi meningkatkan status
b. Kurang kontrol sesudah tidur atau pemberian obat emosional
tidur istirahat tidur c. Mungkin diberikan
b. Pola tidur, kualitas untuk membantu
dalam batas pasien tidur/istirahat
normal selama periode
c. Jumlah jam tidur transisi dari rumah
dalam normal 6-8 ke lingkungan baru.
jam/hari
2. Ansietas Setelah diberikan a. Gunakan a. Memungkinkan
Kemungkinan asuhan keperawatan x pendekatan waktu untuk
berhubungan 24 jam diharapkan yang mengekspresikan
dengan : ansietas klien efektif menenangkan perasaan,
a. Perubahan dalam dengan b. Instruksikan menghilangkan
(status ekonomi, Kriteria Hasil : pasien cemas, dan prilaku
lingkungan, a. Mengidentifikasi, menggunakan adaptasi
status kesehatan, mengungkapkan, teknik b. Meningkatkan
pola interaksi, dan menunjukkan relaksasi relaksasi/istirahat
fungsi peran, tehnik untuk dan menurunkan
c. Jelaskan
status peran mengontrol cemas rasa cemas
prosedur dan
b. Stres, ancaman b. Klien mampu c. Menurunkan cemas
apa yang
kematian mengidentifikasi dan takut terhadap
dirasakan
c. Konflik tidak dan diagnosa dan
selama
disadari mengungkapkan prognosis
prosedur
mengenai tujuan gejala cemas d. Membantu pasien
penting hidup c. Ekspresi wajah, d. Berikan obat rileks secara fisik
bahasa tubuh dan untuk mampu untuk
tingkat aktivitas mengurangi membuat strategi
menunjukkan kecemasan koping adekuat
berkurangnya
kecemasan
3. Insomnia yang Setelah diberikan a. Pilih teman a. Teman sekamar yang
berhubungan asuhan keperawatan x sekamar yang memiliki
dengan faktor 24 jam diharapkan memiliki kepentingan
lingkungan ( bising) Insomnia klien efektif kesamaan terhadap lingkungan
yang ditandai dan pasien dapat tidur kepentingan yang sama
dengan pasien dengan nyaman lingkungan memungkinkan
menyatakan sulit dengan b. Kurangi minimalisasi suara
tidur. Kriteria Hasil : Pengunjung bising pada kamar
a. Terciptanya c. Ciptakan b. Pengunjung yang
lingkungan yang lingkungan terlalu banyak bisa
kondusif untuk yang nyaman menimbulkan suara
tidur yang bising
b. Terciptanya c. Meningkatkan
lingkungan yang kenyamanan tidur
penuh kenyamanan serta dukungan
fisiologis/psikologis
4. Implementasi Keperawatan
a. Gangguan pola tidur
1) Mengkaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien
2) Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3) Mengkolaborasi pemberian obat tidur
b. Ansietas
1) Menggunakan pendekatan yang menenangkan
2) Menginstruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
3) Menjelaskan prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4) Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
c. Insomnia
1) Memilih teman sekamar yang memiliki kesamaan kepentingan lingkungan
2) Mengurangi Pengunjung
3) Menciptakan lingkungan yang nyaman

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi
kondisi klien, maka diharapkan klien :
a. Gangguan pola tidur klien efektif dengan Kriteria Hasil :
1) Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
2) Pola tidur, kualitas dalam batas normal
3) Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari
b. Ansietas klien efektif dengan Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas
2) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
3) Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
c. Insomnia klien efektif dan pasien dapat tidur dengan nyaman dengan Kriteria
Hasil :
1) Terciptanya lingkungan yang kondusif untuk tidur
2) Terciptanya lingkungan yang penuh kenyamanan

D. MIND MAPPING & PATHWAY


MIND MAPPING

Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan


hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membutuhkan
ketenangan.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986).

Masalah kebutuhan
tidur Pengertian

Fungsi istirahat dan tidur


 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia a. Memperbaiki keadaan fisiologis dan
 Apnea tidur dan mendengkur psikologis.
 Mengigau b. Melepaskan stress dan ketegangan.
Kebutuhan Istirahat Dan
c. Memulihkan keseimbangan alami di
Tidur
antara pusat-pusat neuron
Faktor-faktor yang
d. Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas
mempengaruhi kebutuhan
sehari-hari
tidur
e. Memelihara kesehatan optimal dan
mengembalikan kondisi fisik.

 Penyakit
 Latihan dan kelelahan Tahap-tahap tidur
 Obat
 Nutrisi
Nilai-nilai normal
 Lingkungan

b. NREM (Non Rapid a. REM (Rapid Eye


Eye Movement) Movement)
Tingkat
Usia Jumlah Kebutuhan Tidur
Perkembangan

0 – 1 bulan Neonatus 14 – 18 jam/hari


1 – 18 Bayi 12 – 14 jam/hari
bulan Anak 11 – 12 jam/hari
18 bulan – Prasekolah 11 jam/hari
3 tahun Sekolah 10 jam/hari
3 – 6 tahun Remaja 8,5  jam/hari
6 – 12 Dewasa muda 7– 8 jam/hari
tahun Paruh baya 7  jam/hari
12 – 18 Dewasa tua 6 jam/hari
tahun
18 – 40
tahun
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.


Salemba Medika. Jakarta.
Asmadi. (2008).Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi  Kebutuhan Dasar
Klien. Jkarta: Salemba Medika.
Carpenito. (2006).Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC
Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. 2018. Nursing Interventions
Classification (NIC), Fourth Edition. Missouri : Mosby
Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach. Third Edition.
Houghton Mefflin Company. Boston.
https://danumanyut.blogspot.com/2012/04/konsep-kebutuhan-tidur-danistirahat.html
https://nsmayalegaletikkeperawatan.blogspot.com/2015/02/makalah-legal-etik-
keperawatan-dan-kasus.html
NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3.


Salemba Medika. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai