Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. Andini Suci Agfira, S.Kep A1C121012
2. Siska Anggian Intan Sari, S.Kep A1C121019
3. Maryo Frans Makualaina, S.Kep A1C121021
4. Siti Fatimah, S.Kep A1C121030
CI INSTITUSI CI LAHAN
(…………………………..) (…………………………..)
A. Definisi
Kebutuhan aman dan nyaman Potter & Perry (2006) mengungkapkan kenyamanan
atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan.
Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan
keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, 2006). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat
aspek yaitu:
1. Fisik. berhubungan deng sensasi tubuh
2. Sosial. Berhubungan dengan interpersonal keluerga dan sisoal
3. Psikospiritual. Berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi herga diri, seksualitas dan makna kehidupan.
4. Lingkungan. Berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti, cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
B. Etiologi
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. dukungan, finansial, sosial dan pengetahuan)
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi)
7. Gangguan adaptasi kehamilan
C. Patofisiologi
Fisiologis
Sistem/fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman Pada saat impuls ketidak
nyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak dan thalamus, sistem saraf
otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stress. Stimulasi pada cabang
simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis.
E. Manifestasi Klinis
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh tidak nyaman
Objektif
1. Gelisah
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah
Objektif
1. Menunjukan gejala distress
2. Tampak merintih/menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
2. Pemeriksaan urine
3. Elektrokardiogram (EKG)
4. Foto Rontgen
5. Ultrasonografi (USG)
6. Computed tomography scan (CT Scan)
7. Magnetic resonance imaging (MRI)
8. Fluoroskopi
9. Endoskopi
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pemberian obat-obatan
2. Non Farmakologi
a) Terapi musik
b) Distraksi
c) Hipnotis
d) Reduksi
e) Imobilisasi
H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengertian : Kriteria Hasil: Identifikasi skala nyeri
Pengalaman Membu Cukup Seda Cukup Memb Identifikasi respons nyeri non verbal
sensorik atau ruk Memb ng Memb aik
emosional yang uruk aik
berkaitan 1 Frekuensi nadi
dengan 1 2 3 4 5
kerusakan 2 Pola nafas
1 2 3 4 5
jaringan aktual
Mening Cukup Seda Cukup Menur
atau fungsional,
kat Menin ng Menur un
dengan onset gkat un
mendadak atau 3 Keluhan nyeri
lambat dan 1 2 3 4 5
berintensitas 4 Meringis
ringan hingga 1 2 3 4 5
berat yang 5 Gelisah
berlangsung 1 2 3 4 5
kurang dari 3 6 Kesulitan tidur
bulan. 1 2 3 4 5
I. Intervensi keperawatan
3. Tahap-Tahap Tidur
a. NREM (Non Rapid Eye Movement)
Ada 4 tahapan:
Tahap 1:
Termasuk light sleep.
Berakhir hanya beberapa menit.
Penurunan aktivitas fisik dimulai dengan penurunan gradual dalam
tanda vital dan metabolisme.
Dengan mudah dibangunkan dengan stimulus sensori seperti suara dan
individu merasa seperti mimpi di siang hari.
Tahap 2
Merupakan periode sound sleep.
Kemajuan relaksasi
Masih dapat dibangunkan dengan mudah.
Berlangsung selama 10-20 menit.
Fungsi tubuh berlangsung lambat.
Tahap 3
Tahap awal tidur dalam
Lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak.
Otot secara total relaksasi.
Tanda vital mengalami kemunduran teratur.
Berlangsung 15-30 menit.
Tahap 4
Tahap tidur benar-benar nyenyak.
Sangat sulit dibangunkan.
Jika tidur nyenyak telah terjadi, akan menghabiskan sepanjang malam
pada tahap ini.
Bertanggung jawab mengistirahatkan dan memperbaiki tidur.
Tingkat Jumlah Kebutuhan
Usia
Perkembangan Tidur
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan istirahat dan
tidur diantaranya adalah :
a. Gangguan pola tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
2) Kurang kontrol tidur
b. Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran)
2) Stres, ancaman kematian
3) Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
c. Insomnia yang berhubungan dengan faktor lingkungan ( bising) yang ditandai
dengan pasien menyatakan sulit tidur
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Yang Tujuan Intervensi Rasional
Mungkin Muncul
1. Gangguan pola tidur Setelah diberikan a. Kaji rutinitas a. Mengkaji dan
Kemungkinan asuhan keperawatan x tidur yang biasa mengidentifikasi
berhubungan 24 jam diharapkan dilakukan klien kebiasaan tidur
dengan : gangguan pola tidur b. Jelaskan klien
a. Perubahan klien efektif dengan pentingnya tidur b. Istirahat adekuat
pejanan terhadap Kriteria Hasil : yang adekuat dan tidur dapat
cahaya gelap a. Perasaan segar c. Kolaborasi meningkatkan status
b. Kurang kontrol sesudah tidur atau pemberian obat emosional
tidur istirahat tidur c. Mungkin diberikan
b. Pola tidur, kualitas untuk membantu
dalam batas pasien tidur/istirahat
normal selama periode
c. Jumlah jam tidur transisi dari rumah
dalam normal 6-8 ke lingkungan baru.
jam/hari
2. Ansietas Setelah diberikan a. Gunakan a. Memungkinkan
Kemungkinan asuhan keperawatan x pendekatan waktu untuk
berhubungan 24 jam diharapkan yang mengekspresikan
dengan : ansietas klien efektif menenangkan perasaan,
a. Perubahan dalam dengan b. Instruksikan menghilangkan
(status ekonomi, Kriteria Hasil : pasien cemas, dan prilaku
lingkungan, a. Mengidentifikasi, menggunakan adaptasi
status kesehatan, mengungkapkan, teknik b. Meningkatkan
pola interaksi, dan menunjukkan relaksasi relaksasi/istirahat
fungsi peran, tehnik untuk dan menurunkan
c. Jelaskan
status peran mengontrol cemas rasa cemas
prosedur dan
b. Stres, ancaman b. Klien mampu c. Menurunkan cemas
apa yang
kematian mengidentifikasi dan takut terhadap
dirasakan
c. Konflik tidak dan diagnosa dan
selama
disadari mengungkapkan prognosis
prosedur
mengenai tujuan gejala cemas d. Membantu pasien
penting hidup c. Ekspresi wajah, d. Berikan obat rileks secara fisik
bahasa tubuh dan untuk mampu untuk
tingkat aktivitas mengurangi membuat strategi
menunjukkan kecemasan koping adekuat
berkurangnya
kecemasan
3. Insomnia yang Setelah diberikan a. Pilih teman a. Teman sekamar yang
berhubungan asuhan keperawatan x sekamar yang memiliki
dengan faktor 24 jam diharapkan memiliki kepentingan
lingkungan ( bising) Insomnia klien efektif kesamaan terhadap lingkungan
yang ditandai dan pasien dapat tidur kepentingan yang sama
dengan pasien dengan nyaman lingkungan memungkinkan
menyatakan sulit dengan b. Kurangi minimalisasi suara
tidur. Kriteria Hasil : Pengunjung bising pada kamar
a. Terciptanya c. Ciptakan b. Pengunjung yang
lingkungan yang lingkungan terlalu banyak bisa
kondusif untuk yang nyaman menimbulkan suara
tidur yang bising
b. Terciptanya c. Meningkatkan
lingkungan yang kenyamanan tidur
penuh kenyamanan serta dukungan
fisiologis/psikologis
4. Implementasi Keperawatan
a. Gangguan pola tidur
1) Mengkaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien
2) Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3) Mengkolaborasi pemberian obat tidur
b. Ansietas
1) Menggunakan pendekatan yang menenangkan
2) Menginstruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
3) Menjelaskan prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4) Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
c. Insomnia
1) Memilih teman sekamar yang memiliki kesamaan kepentingan lingkungan
2) Mengurangi Pengunjung
3) Menciptakan lingkungan yang nyaman
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi
kondisi klien, maka diharapkan klien :
a. Gangguan pola tidur klien efektif dengan Kriteria Hasil :
1) Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
2) Pola tidur, kualitas dalam batas normal
3) Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari
b. Ansietas klien efektif dengan Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas
2) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
3) Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
c. Insomnia klien efektif dan pasien dapat tidur dengan nyaman dengan Kriteria
Hasil :
1) Terciptanya lingkungan yang kondusif untuk tidur
2) Terciptanya lingkungan yang penuh kenyamanan
Masalah kebutuhan
tidur Pengertian
Penyakit
Latihan dan kelelahan Tahap-tahap tidur
Obat
Nutrisi
Nilai-nilai normal
Lingkungan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI