Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

TERHADAP PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA DAN PENURUNAN


TINGKAT KECEMASAN PADA PENGGUNA NAPZA
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing:
Shella Febrita Puteri Utomo, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1, 2, dan 3 Gelombang 2 Jiwa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan Tugas Stase Keperawatan Jiwa ini analisis jurnal Evidence
Based Nursing (EBN) yang berjudul “Pengaruh Spiritual Emotional Freedom
Technique (Seft) Terhadap Pasien Dengan Skizofrenia Dan Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Pengguna Napza”.
Dalam proses penyusunan tugas ini, penulis mengalami banyak
permasalahan namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak.
Penulis menyadari tugas ini belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata
semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi
menciptakan perawat yang profesional yang berakhlakul karimah.

Bandung, 09 Juni 2021

Kelompok 1, 2, dan 3 Gelombang 2 Jiwa


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................4
BAB II METODE..................................................................................................4
A. Pencarian Literatur........................................................................................4
B. Rumusan PICO.............................................................................................6
C. Seleksi Studi dan Penilian Kualitas..............................................................7
BAB III HASIL.....................................................................................................8
A. Analisis PICO...............................................................................................8
B. Analisis Artikel Penelitian Melalui Kaidah VIA..........................................9
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................35
A. Pengaruh SEFT pada Pasien Dengan Skizofrenia Dengan Riwayat
Penyalahgunaan NAPZA yang Mengalami Kecemasan....................................35
BAB V PENUTUP................................................................................................44
A. Kesimpulan.................................................................................................44
B. Saran............................................................................................................45
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan narkotika,psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) dalam


beberapa tahun terakhir meningkat pesat. Kasus pemakai dan penggunaannya
sangat merata mulai dari kalangan atas hingga kalangan menenah ke bawah dan
banyak terdapat pada usia produktif. Berdasarkan data UNODC (United Nation
Opice On Drugs and Crime) pada tahun 2019 diperkirakan 6,9 % atau 315 juta
populasi dunia setidaknya sekali dalam setahun pernah menggunakan napza.

Menurut Data Hasil Survei BNN Tentang Penyalahgunaan Narkoba di


Indonesia Tahun 2017 jumlah pengguna narkoba setahun terakhir (2017) pada
kelompok usia 10-59 tahun sebanyak 3.376.115 orang. Proporsi pengguna
terbesar berdasarkan kelompok terdiri dari 59% pekerja, 24% pelajar dan 17%
populasi umum. Proporsi jumlah pengguna setahun terakhir berdasarkan jenis
kelamin terdiri dari 72% laki-laki dan 28% perempuan. Narkoba yang paling
banyak dikonsumsi oleh pengguna narkoba yaitu ganja, shabu, dan ekstasi.
Tingkat kematian dikalangan pengguna narkoba mencapai 11.071 orang per tahun
atau 30 orang meninggal per hari akibat penggunaan narkoba.

Berbagai efek yang dapat ditimbulkan padapenggunaan NAPZA berupa


perasaan depresi, meningkatkan gangguan persepsi dan kognitif,meningkatkan
gairah, serta gejala penarikan diri yang tidak menyenangkan, selain efek internal
tubuh, penggunaan NAPZA juga mempengaruhi fisikpenggunanya serta dapat
mengganggu hubungan bidang sosialnya, seperti merusak hubungan
kekeluargaan, menurunkan produktivitas dan kemampuan belajar secara drastis,
ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, dan
perubahan perilaku antisosial. Penyalahgunaan narkoba menyebabkan
ketergantungan bagi pemakainya. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena

1
2

terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap


NAPZA (Hajar, 2017).

Salah satu konsekuensi dari penggunaan NAPZA yaitu adanya


komorbiditasberupagejala gangguan jiwa. Gejala gangguan jiwa dapat berupa
gejala depresi, ansietas ataupun gejalagangguan jiwa yang lebih berat yaitu
psikotik. Sepertiga pasien skizofrenia memiliki riwayat penggunaaan NAPZA.
Beberapa cara yag dapat digunakan untuk rehabilitasi pecandu/penyalahgunaan
NAPZA diantaranya adalah terapi Edo State, terapi music, Expressive Writing
Therapy, terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Salah satu terapi
dengan pendekatan spiritual adalah terapi Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) yaitu gabungan antara Spiritual Power dan Energy Psychology yang dapat
mengubah kondisi kimia di dalam otak (Neurotransmiter) yang selanjutnya dapat
mengubah kondisi emosi seseorang dari emosi negative seperti marah, sakit hati,
kecewa, bahkan depresi menjadi positif (lebih tenang, bahagia, percaya diri,
berfikir dan merasa yang positif). Selain itu SEFT juga memiliki banyak
kelebihan dibandingkan terapi-terapi lain yaitu lebih efektif, mudah, cepat, murah,
efeknya dapat permanen (tidak untuk sementara waktu), memberdayakan individu
(tidak tergantung pada pemberi terapi) serta dapat dijelaskan secara ilmiah
(Zainudin, 2014).

Tujuan terapi pendekatan spiritual, dapat menumbuhkan sikap religius yang


positif sehingga akan mempengaruhi keadaan jiwa (psikologis). Sikap religius
yang positif menggambarkan kepercayaan diri dan kepercayaan hubugan dengan
tuhan, memudahkan menemukan makna-makna dalam kehidupan sehingga dapat
mencegah cemas, depresi dan putus asa (Inggriane Puspita Dewi, 2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah dengan pertanyaan penelitian “ Bagaimana pengaruh Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Pasien Dengan Skizofrenia dan
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pengguna Napza?”
3

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam penelitian ini adalah untuk melihat Pengaruh
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Pasien Dengan
Skizofrenia Dan Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pengguna NAPZA. .
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus mengandung hal – hal lebih rinci yang ingin dicapai oleh
peneliti, uraian lebih detail dari tujuan umum dan harus konsisten dengan
pernyataan.
a. Melihat Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
terhadap pasien dengan skizofrenia dan penurunan tingkat kecemasan
pada pengguna NAPZA.
b. Membuat standart operasional (SOP) terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) berdasarkan hasil temuan yang dapat di
jadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan intervensi keperawatan

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat hasil penelitian ini dapat memberikan referensi keilmuan
mengenai pemberian terapi Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) pada pasien dengan skizofrenia dan penurunan tingkat kecemasan
pada pengguna NAPZA. Selain itu, hasil penelitian diharapkan menjadi
bahan kajian alternative untuk mengembangkan intervensi keperawatan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga kesehatan
Penelitian ini sebagai alternative dalam metode intervensi dalam
pemberian asuhan keperawatan
b. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran tentang pengaruh pemberian terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) pada pasien dengan skizofrenia dan
4

penurunan tingkat kecemasan pada pengguna NAPZA. Selain itu,


dapat digunakan acuan penelitian selanjutnya agar dapat membuat
intervensi lain dalam pemberian terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) pada pasien dengan pasien dengan skizofrenia dan
penurunan tingkat kecemasan pada pengguna NAPZA
BAB II

METODE

A. Pencarian Literatur
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian
tinjauan literatur. Tinjauan literatur adalah cara yang dipakai untuk
mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu
yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti artikel, buku, internet, dan pustaka
lain (Nashihin, 2017). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu (Nursalam, 2016). Sumber
data sekunder yang didapat berupa artikel yang relevan dengan topik dilakukan
menggunakan database melalui Google Scholar, PubMed, Science Direct, dan
ProQuest. .
Google Scholar, PubMed, Science Direct, dan ProQuest adalah kumpulan
informasi elektronik yang digunakan untuk mencari studi yang relevan dan
pencarian basis data dilakukan pada bulan Juni 2021 untuk mengidentifikasi studi
yang relevan. Menurut Romi Satria Wahono (2015) dalam Fitrah & Luhfiyah
(2017) menjelaskan research question adalah bagian awal dan dasar dalam
berjalannya tinjauan literatur dan digunakan untuk menuntun pencarian dan
pemisahan literatur. Perumusan research question harus didasarkan pada 5 bagian,
yaitu : PICOS (P = populasi, I = intervensi, C = pembanding, O = hasil, S = jenis
studi) digunakan untuk formulasi selama pelaporan dan melakukantinjauan
literatur. Batas-batas pertanyaan tinjauan tidak didefinisikan dengan jelas melalui
pengembangan kriteria inklusi dan eksklusi menggunakan format PICOS. Studi
yang dimasukkan untuk ditinjau jika memenuhi kriteria inklusi berikut: (1)
Populasi setidaknya adalah penderita skizofrenia dan pencandu napza kategori
sometime; (2) Intervensi yang dilakukan adalah intervensi berupa terapi SEFT; (3)
terdapat pembanding antara penerapan SEFT terhadap penderida Skizofrenia dan
pengguna NAPZA ; (4) hasil yang terkait memiliki konstribusi dalam

5
6

menyembuhkan perilaku pencandu napza : dan (5) jenis penelitian komparasi dan
desain cross sectional.
Strategi pencarian untuk setiap artikel menggunakan kata kunci dan Boolean
operator (and, or dan not) yang digunakan untuk mempersempit hasil pencarian
sehingga mempermudah dalam menentukan artikel atau jurnal yang akan
digunakan. Artikel penelitian dalam penelitian ini didapatkan dari media online di
Google Scholar, PubMed, Science Direct, dan ProQuestdengan menggunakan
kata kunci pencarian “Terapi SEFT”, “Skizofrenia”, “Kecemasan”, “NAPZA”.
untuk jurnal internasional “Efektifitas Pemberian terapi SEFT untuk pencandu
napza”, “Skizofrenia”, “Anxiety”, “NAPZA”. Artikel penelitian yang diambil
yaitu artikel yang diterbitkan maksimal 5 tahun ke belakang atau artikel dengan
tahun terbit 2017-2021.
Pemahaman terhadap persamaan kata dan alternatif pengganti kata akan
menentukan kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sesungguhnya, dalam
proses mengidentifikasi, menilai, memilih dan melakukan sintesis secara
sistematis sehingga akan terpilih sumber yang relevan untuk menjawab
pertanyaan peneliti dan mencapai tujuan penelitian (Nursalam, 2016). Batas waktu
ditetapkan karena para peneliti membutuhkan studi terbaru dalam pengembangan
model teoritis dalam keperawatan dan kesehatan.

B. Rumusan PICO
Tabel 2. 1 kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria (PICOS) Inklusi Eksklusi


Population Pasien dengan Skizofrenia Bukan pasien
(Populasi) Pencandu Napza kategori Skizofrenia
sometime (Rentang usia Pencandu napza
12-30) kategori hardcore
(dalam pengaruh obat
dosis tinggi)
Intervention Pemberiaan terapi SEFT -
(Intervensi ) pada pasien Skizofrenia
dan pencandu Napza
7

Kriteria (PICOS) Inklusi Eksklusi


Comparators - -
(Pembanding)
Outcomes (hasil) Tingkat kecemasan -
berkurang
Study Design and tinjauan sistematis, Tidak ada pengecualian
publication type penelitian kualitatif dan
(Desain Studi dan studi cross sectional
jenis publikasi)
Study Design and tinjauan sistematis, Tidak ada pengecualian
publication type penelitian kualitatif dan
(Desain Studi dan studi cross sectional
jenis publikasi)
Publication years Diatas tahun 2017 Dibawah tahun 2017
(tahun publikasi)
Language (Bahasa) Bahasa Inggris dan Bahasa Bahasa lainnya Bahasa
Indonesia Inggris dan Bahasa
Indonesia

C. Seleksi Studi dan Penilian Kualitas


Seleksi studi ini melakukan penilaian kualitas dari ratusan literatur yang
ditemukan. Menurut (Fitrah & Luhfiyah, 2017)memaparkan bahwa penilaian
kualitas literatur memiliki lima tolak ukur, adalah : 1) apakah proses analisis data
sudah tepat dilakukan; 2) apakah dilakukan analisis residual dan sensitivitas ; 3)
apakah akurasi statistik diambil dari data mentah; 4) seberapa baik komparasi
metode yang dilakukan; 5) seberapa besar ukuran dari data set yang digunakan
dalam penelitian. Menurut Cruzes dan Dyba (2011) dalam buku Fitrah &
Luhfiyah (2017) menyatakan bahwa tujuan dari sintesis data yaitu untuk
menganalisis dan mengevaluasi berbagai hasil penelitian dari berbagai literatur
dan untuk memilih metode yang tepat agar dapat mengintegrasikan penjelasan dan
interpretasi dari berbagai temuan.
8

Google Scholar, PubMed, Science Direct, dan ProQuest ditemukan 70 jurnal


yang sesuai dengan kata kunci. Hasil pencarian literatur yang sudah di dapatkan
diperiksa duplikasi, ditemukan terdapat 40 artikel yang sama sehingga
dikeluarkan dan tersisa 30 artikel. Selanjutnya dilakukan skrining berdasarkan
judul yang disesuaikan dengan tema literatur sebanyak 16 jurnal dikeluarkan
karena tidak sesuai dan tersisa 14 artikel, kemudian dilakukan assesment
kelayakan terhadap 14 jurnal berdasarkan dengan naskah keseluruhan dan
kesesuaian dengan kriteria kelayakan didapatkan sebanyak 4 jurnal yang dapat
digunakan dalam literatur review dan 10 jurnal yang tidak sesuaidikeluarkan.
Hasil seleksi studi dapat digambarkan dalam diagram flow dibawah ini.

Studi di identifikasi dari database Science Direct, PubMed, Research Gate dan Google Scholar. (n=70)

Artikel diidentifikasi berdasarkan duplikasi (n=30)

Ekslusi (n=16)
Tidak sesuai dengan judul yang ditentukan

Skrining berdasarkan identifikasi judul (n=14)

Ekslusi (n=10)
Tidak full text dan tidak sesuai dengan kriteria kelayakan

Assesment berdasarkan full text dan kriteria kelayakan (n=4)

Bagan 2.1 Diagram Flow Pencarian Literatur Intevensi Terapi SEFT


Terhadap Pasien Dengan Skizofrenia Dan Penurunan Tingkat Kecemasan
Pada Pengguna Napza
9

BAB III

HASIL

A. Analisis PICO
P (Problem/ Patient) : Pasien skizofrenia dengan riwayat penyalahgunaan
napza yang mengalami gangguan kecemasan
I (Intervention) : SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
C (Comparison) : Tidak terdapat comparison
O (Outcomes) : Menurunkan kecemasan dan meningkatkan
spiritualitas pasien

Pertanyaan klinis : Apakah terapi seft efektif dalam menurunkan


kecemasan dan meningkatkan spiritualitas
pasien?

B. Analisis Artikel Penelitian Melalui Kaidah VIA


Berdasarkan hasil penelusuran literature mengenai pengaruh teknik SEFT
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pengguna napza yang didapatkan dari
empat database yaitu di PubMed, PROQUEST, Research Gate dan Google
Scholar, didapatkan 3 artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
topik penelitian. Ketiga artikel penelitian tersebut dianalisis melalui kaidah
Validity, Importancy dan Applicability (VIA). Berikut ini adalah analisis artikel
penelitian melalui kaidah VIA:
10

Tabel 3.1 Hasil Telaahan Jurnal

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


Judul: V1 (validitas seleksi): Terapi SEFT (Spiitual Terapi SEFT dapat
Emotional Freedom Technique) menjadi alternatif
Pengaruh Terapi SEFT Kriteria inklusi dalam penelitian
merupakan gabungan antara psikoterapi religius untuk
Terhadap Penurunan ini adalah pengguna NAPZA
Spiritual Power dan Energy menurunkan kecemasan
Tingkat Kecemasan kategori sometime, rentang usia
Psychology yang dapat di tatanan klinis maupun
Pada Para Pengguna 17-25 tahun, mengalami
mengubah kondisi kimia di komunitas.
Napza kecemasan mulai dari ringan
dalam otak (Neurotransmitter)
hingga panik dan bersedia
Penulis: yang selanjutnya dapat
menjadi subyek penelitian.
Dewi, Inggriane mengubah kondisi emosi
Kriteria eksklusi dalam seseorang termasuk depresi.
Puspita. Fauziah, Diana
penelitian ini adalah para
Tahun: SEFT juga memiliki banyak
pengguna NAPZA kategori
kelebihan dibandingkan terapi-
2017 hardcore (dalam pengaruh obat
terapi lain yaitu lebih efektif,
dosis tinggi).
mudah, cepat, murah, efeknya
Populasi dalam penelitian ini dapat permanen (tidak untuk
11

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


adalah semua pecandu NAPZA sementara waktu), tidak terdapat
yang merupakan dampingan efek samping, bersifat universal
Yayasan Grapiks. (berlaku untuk semua orang atau
untuk seluruh dunia),
V2 (validitas informasi):
memberdayakan individu (tidak
Penelitian ini menggunakan tergantung pada pemberi terapi)
rancangan kuantitatif dan serta dapat dijelaskan secara
berjenis pra-eksperimental. ilmiah
Penelitian pra-eksperimental
dipilih mixed methods
(kuantitatif dan kualitatif).
Pendekatan yang digunakan
adalah one-group pre-post-test
design. Di analisis menggunakan
uji Wilcoxon Match Pairs Test.

Alat ukur yang digunakan dalam


penelitian ini adalah Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur
12

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


kecemasan yaitu Zung-Self
Rating Anxiety Scale (ZSAS).
Kemudian pengumpulan data
menggunakan metode
wawancara mendalam.

V3 (validitas pengontrolan
perancu):

Penelitian ini tidak dijelaskan


adanya faktor perancu.

V4 (validitas analisis):

Ada pengaruh terapi SEFT


terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada para pengguna
NAPZA di Yayasan Grapiks
Kecamatan Cileunyi Kabupaten
13

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


Bandung, dengan nilai p <
0,001. 2. Terapi SEFT
berpengaruh terhadap bio, psiko,
sosial dan spiritual yang dimiliki
oleh para pecandu NAPZA.
Meskipun terjadi peningkatan
pada 2 orang pecandu yang
berusia 17 tahun dan 24 tahun.
Tetapi, dari hasil wawancara
membuktikan bahwa efek terapi
SEFT ini sangat dirasakan
manfaat positifnya oleh para
pecandu, namun cara
menginterpretasikan.

V5 (validitas eksterna):

Adapun hasil penelitian ini


didukung oleh teori Zainuddin
14

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


(2009) Terapi SEFT ini dapat
digunakan untuk membantu para
pecandu NAPZA dalam
menetralisir pikiran-pikiran
negatif yang dialaminya.
Kalimat doa dan sikap positif
bahwa apapun masalah pikiran,
jiwa dan rasa sakitnya ia ikhlas
menerimanya serta
mempasrahkan kesembuhannya
pada Allah SWT., merupakan
kunci dari terapi ini. Dengan
melepaskan beban emosional
(pikiran negatif), baik itu yang
bersumber dari dalam dirinya
sendiri maupun yang berasal dari
lingkungannya, maka aliran
energi tubuh yang terhambat
15

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


(blocking) dapat berjalan dengan
normal dan seimbang kembali.
Judul: V1 (validitas seleksi): SQEFT menekankan pada Terapi SQEFT sangat
pembersihan diri, spiritualitas cocok dilakukan oleh
The Effectiveness of Kriteria inklusi dalam penelitian
dari segala penyakit dan pasien secara mandiri.
Spiritual Qur’anic ini adalah pasien gangguan jiwa
kemusyrikan, kemudian berdoa Semoga dapat
Emotional Freedom yang dapat didorong untuk
dan berdzikir, mendengarkan meningkatkan kualitas
Technique (SQEFT) berkomunikasi, tenang,
ayat-ayat suci Al-Qur'an saat hidup pasien dan dapat
Intervence Against the kooperatif, dan bersedia menjadi
melakukan EFT, dan menjalani hidup yang
Change of Brief responden penelitian ini dengan
melepaskan emosi negatif lebih baik.
Psychiatric Rating menandatangani formulir
dengan mengucapkan kalimat
Scale (BPRS) on persetujuan penelitian ini.
afirmasi untuk meningkatkan
Patient with
Penelitian ini tidak keikhlasan dan pasrah hanya
Schizophrenia
mencantumkan kriteria ekslusi kepada Allah azza wajalla.
Penulis: Intervensi SQEFT ditujukan
V2 (validitas informasi):
Lilin rosyanti sebagai pilihan terapi tambahan
Skala pengukuran yang
baru bagi pasien skizofrenia.
Tahun: digunakan Brief Psychiatric
Intervensi spiritual untuk pasien
16

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


2018 Rating Scale (BPRS) untuk Muslim memiliki hasil positif
mengukur perubahan gejala pada dalam meningkatkan status
kesehatan dan meminimalkan
pasien dengan penyakit psikotik.
gejala penyakit.
Penelitian ini menggunakan uji
statistic anova satu arah dan uji
bonferroni.

V3 (validitas pengontrolan
perancu):

Penelitian ini tidak dijelaskan


adanya faktor perancu

V4 (validitas analisis):

Hasil uji bonferroni


menunjukkan bahwa ketiga
kelompok memiliki perbedaan
yang nyata. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara non
17

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


SQFET dan SQEFT1, SQEFT2
dengan p-value 0,000.
Perbedaan ini menunjukkan
bahwa nilai BPRS bergerak
lebih rendah secara signifikan
sebelum diberikan intervensi
SQEFT, setelah diberikan
SQEFT pada tahap 1 dan
SQEFT pada tahap 2. Nilai
BPRS yang lebih rendah
menunjukkan kondisi psikologis,
kondisi kognitif pasien
skizofrenia yang lebih baik.

V5 (validitas eksterna):

Penelitian ini sejalan dengan


penelitian yang dilakukan oleh
Kamali, Z et al. (2018)
18

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


Intervensi SQEFT ditujukan
sebagai pilihan terapi tambahan
baru bagi pasien skizofrenia.
Intervensi spiritual untuk pasien
Muslim memiliki hasil positif
dalam meningkatkan status
kesehatan dan meminimalkan
gejala penyakit.
Judul: V1 (validitas seleksi): Terapi SEFT yang berfungsi Terapi SEFT dapat
memberikan sugesti atau menjadi alternatif
Pemanfaatan SEFT Penelitian ini tidak
keyakinan pada peserta untuk psikoterapi religious.
Sebagai Modalitas mencantumkan kriteria inklusi
bisa masuk ke dalam suasana Selain itu, terapi ini dapat
Therapy Community dan ekslusi.
emosi dan spiritual yang positif, membantu pasien untuk
(TC) Untuk Kesehatan
Responden dalam penelitian ini selain itu, pada tahapan tapping, mengontrol dirinya dari
Mental Dan Spiritual
22 orang wanita peserta ketukan pada area titik meridian emosi. Kontrol diri
Pecandu Napza
rehabilitasi, mantan pecandu tubuh menstimulasi perubahan diperlukan guna
Penulis: NAPZA, didampingi petugas neurotransmitter tubuh, sehingga membantu individu
poliklinik lapas, dokter dan hormon-hormon ketenangan dalam mengatasi
Dewi, Inggriane
19

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


Puspita. Fitri, Siti Ulfah perawat. seperti endorphin menjadi kemampuan yang
Rifa’atul dominan. terbatas dan membantu
V2 (validitas informasi):
mengatasi berbagai hal
Tahun:
Penelitian ini merupakan merugikan yang
2020 penelitian kualitatif dengan dimungkinkan berasal
pendekatan spiritual yang dari luar.
digunakan terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique
(SEFT), yaitu gabungan antara
Spiritual Power dan Energy
Psychology

Hasil kegiatan dapat dievaluasi


melalui hasil pengolahan
kuisioner (Health Mental
Inventory (HMI), Hopkins
Symptoms Checklist 25 (HSCL-
25) dan spiritual (Brief RCOPE),
logbook serta secara kualitatif
20

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


berdasarkan hasil FGD (focus
group discussion).

V3 (validitas pengontrolan
perancu):

Penelitian ini tidak dijelaskan


adanya faktor perancu

V4 (validitas analisis):

Berdasarkan hasil evaluasi dari


jumlah pencapaian target
sasaran, masih ada beberapa
peserta yang terlihat kurang
antusias (sekitar 4 orang),
namun selebihnya aktif dan
berpartisipasi aktif dalam
kegiatan.

V5 (validitas eksterna):
21

JURNAL VALIDITY IMPOTANTCY APPLICABILITY


Menurut konsep ilmiah (L
Morrish et al., 2018)
pengendalian emosi berarti
mengarahkan energi emosi ke
saluran ekpresi yang bermanfaat
dan dapat diterima secara sosial.
Mengontrol emosi berarti
mendekati suatu situasi dengan
menggunakan sikap yang
rasional untuk merespon situasi
tersebut dan mencegah
munculnya reaksi yang
berlebihan, sementara pengaruh
positif merupakan pengaruh
yang menimbulkan seseorang
bersikap dan berperilaku
menjadi lebih baik.
22
23

Table 3.2 Matriks Telaahan Jurnal

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


Pengaruh Terapi The Effectiveness Pemanfaatan SEFT
SEFT Terhadap of Spiritual Sebagai Modalitas
Penurunan Tingkat Qur’anic Therapy
Kecemasan Pada Emotional Community (TC)
Para Pengguna Freedom Untuk Kesehatan
Napza Technique Mental Dan
Judul
(SQEFT) Spiritual Pecandu
Jurnal
Intervence Against Napza
the Change of Brief
Psychiatric Rating
Scale (BPRS) on
Patient with
Schizophrenia
Dewi, Inggriane Lilin Rosyanti et Dewi, Inggriane
Nama
Puspita. Fauziah, al. Puspita. Fitri, Siti
Penulis
Diana Ulfah Rifa’atul
Tahun 2017 2018 2020
Kecemasan, Psychospiritual Kecanduan,
NAPZA, SEFT, intervention, NAPZA, SEFT,
Keyword Tapping, Remaja SQEFT, BPRS, spiritual, mental
Akhir, Dewasa Nursing Holistic,
Awal. Schizophrenia
Kriteria Kriteria inklusi Kriteria inklusi Penelitian ini tidak
Inklusi dalam penelitian ini dalam penelitian ini mencantumkan
adalah pengguna adalah pasien kriteria inklusi
NAPZA kategori gangguan jiwa
sometime, rentang yang dapat
usia 17-25 tahun, didorong untuk
24

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


mengalami berkomunikasi,
kecemasan mulai tenang, kooperatif,
dari ringan hingga dan bersedia
panik dan bersedia menjadi responden
menjadi subyek penelitian ini
penelitian. dengan
menandatangani
formulir
persetujuan
penelitian ini.

Kriteria eksklusi Penelitian ini tidak Penelitian ini tidak


dalam penelitian ini mencantumkan mencantumkan
adalah para kriteria ekslusi kriteria ekslusi
Kriteria
pengguna NAPZA
Eksklusi
kategori hardcore
(dalam pengaruh
obat dosis tinggi).
Jumlah 23 responden 7 responden 22 responden
Responden
Penyakit Skizofrenia Skizofrenia Skizofrenia
Metode Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini
menggunakan menggunakan uji merupakan
rancangan kuantitatif statistic anova satu penelitian kualitatif
dan berjenis pra- arah dan uji dengan pendekatan
eksperimental. bonferroni. spiritual yang
Penelitian pra- digunakan terapi
eksperimental dipilih Spiritual Emotional
mixed methods Freedom
(kuantitatif dan Technique (SEFT),
25

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


kualitatif). yaitu gabungan
Pendekatan yang antara Spiritual
digunakan adalah Power dan Energy
one-group pre-post- Psychology
test design. Di
analisis
menggunakan uji
Wilcoxon Match
Pairs Test.
Lama Intervensi dilakukan Pemberian Pelaksanaan
Pemberian selama 35 menit intervensi kegiatan dilakukan
Intervensi untuk satu kali sesi diberikan selama 1 pertemuan
terapi. bulan. Setiap sebanyak 6 kali
minggunya dibagi menjadi 3
diberikan terapi sesi, yaitu: sesi ke-
SQEFT dengan 1 penjelasan
waktu yang program kepada
berbeda yaitu peserta dan
minggu ke-1 dan
Pengisian kusioner
ke-2 selama 60
oleh peserta, sesi
menit, minggu ke-3
ke-2 pemberian
dan ke-4 selama 80
materi secara
menit.
klasikal, diikuti
sesi tanya jawab
dan diskusi
dilakukan sebanya
2 kali pertemuan.
Kegiatan praktik
SEFT. Sesi ke-
26

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


3Pengisian
kusioner kembali
oleh peserta dan
pengungkapan
kesan – pesan serta
penutupan.
Hasil Ukur Ada pengaruh terapi Hasil uji bonferroni Berdasarkan hasil
SEFT terhadap menunjukkan evaluasi dari
penurunan tingkat bahwa ketiga jumlah pencapaian
kecemasan pada para kelompok memiliki target sasaran,
pengguna NAPZA di perbedaan yang masih ada beberapa
Yayasan Grapiks nyata. Terdapat peserta yang
Kecamatan Cileunyi perbedaan yang terlihat kurang
Kabupaten Bandung, signifikan antara antusias (sekitar 4
dengan nilai p < non SQFET dan orang), namun
0,001. 2. Terapi SQEFT1,SQEFT2 selebihnya aktif
SEFT berpengaruh dengan p-value dan berpartisipasi
terhadap bio, psiko, 0,000. Perbedaan aktif dalam
sosial dan spiritual ini menunjukkan kegiatan. Peserta
yang dimiliki oleh bahwa nilai BPRS mampu melakukan
para pecandu bergerak lebih self-healing dengan
NAPZA. Meskipun rendah secara metoda SEFT,
terjadi peningkatan signifikan sebelum yang dirasakan
pada 2 orang diberikan efektif membantu
pecandu yang intervensi SQEFT, peserta mengelola
berusia 17 tahun dan setelah diberikan masalah emosi dan
24 tahun. Tetapi, SQEFT pada tahap spiritual selama di
dari hasil wawancara 1 dan SQEFT pada lapas. Oleh karena
membuktikan bahwa tahap 2. Nilai itu, pihak lapas
efek terapi SEFT ini BPRS yang lebih disarankan untuk
27

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


sangat dirasakan rendah tetap memantau
manfaat positifnya menunjukkan kegiatan self-
oleh para pecandu, kondisi psikologis, healing dengan
namun cara kondisi kognitif SEFT yang
menginterpretasikan. pasien skizofrenia dianjurkan rutin
yang lebih baik. dilakukan oleh
peserta rehabilitasi
walaupun program
telah selesai,
karena sewaktu-
waktu kondisi
kesehatan mental
maupun spiritual
peserta bisa
berubah-ubah.
Alat ukur Alat ukur yang Menggunakan Hasil kegiatan
digunakan untuk skala pengukuran dapat dievaluasi
mengukur Brief Psychiatric melalui hasil
kecemasan yaitu Rating Scale pengolahan
Zung-Self Rating (BPRS) untuk kuisioner (Health
Anxiety Scale mengukur Mental Inventory
(ZSAS). Kemudian perubahan gejala (HMI), Hopkins
pengumpulan data pada Symptoms
menggunakan Checklist 25
pasien dengan
metode wawancara (HSCL-25) dan
penyakit psikotik
mendalam. spiritual (Brief
yang terdiri dari 18
RCOPE), logbook
item dengan skala
serta secara
likert. Penilaian
kualitatif
BPRS ini dengan
berdasarkan hasil
28

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


ketentuan FGD (focus group
pemberian skor discussion).
sebagai berikut :
(0) apabila tidak
didapatkan tanda
dan gejala, (1) bila
didapatkan tanda
dan gejala sangat
ringan, (2) bila
didapatkan tanda
atau gejala ringan,
(3) bila didapatkan
tanda atau gejala
sedang, (4) bila
didapatkan tanda
atau gejala agak
berat, (5) bila
didapatkan tanda
atau gejala berat,
(6) bila didapatkan
tanda atau gejala
sangat berat, dan
(x) bila tanda atau
gejala yang
didapatkan sulit
atau tidak dapat
dilakukan
penilaian.
29

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


Level of 3 2b 2b
evidence

C. Deskripsi Topik
Topik: Definisi dan Prosedur SEFT

Judul Jurnal Deskripsi Topik Prosedur


Pemanfaatan Terapi SEFT adalah gabungan Sesi ke-1,
SEFT Sebagai antara spiritual power dan a. Penjelasan program
Modalitas energy psychology yang dapat kepada peserta,
Therapy mengubah kondisi kimia di pengisian kuesioner oleh
Community dalam otak (neurotransmitter) peserta tentang
(TC) Untuk yang selanjutnya dapat kesehatan mental (health
Kesehatan mengubah kondisi emosi mental inventory (HMI),
Mental Dan seseorang, terdapat kalimat Hopkins symtoms
Spiritual set-up di dalam terapi SEFT checklist 25 (HSCL-25
Pecandu Napza yang berfungsu memberikan ) dan spiritual (Brief
sugesti atau kenyainan pada RCOPE).
Tahun: 2020 peserta untuk bisa masuk ke Sesi ke-2,
dalam suasana emosi dan a. kegiatan berupa
spiritual yang positif, selain pemberian materi secara
itum pada tahapan tapping, klasikal, diikuti sesi
ketukan pada area titik tanya jawab dan siskusi
meridian tubuh menstimulasi antara pemateri dan
perubahan neurotransmitter peserta, dilakukan
tubuh, sehungga hormon- sebanyak 2 kali
hormon ketenangan seperti pertemuan,
endorphin menjadi dominan b. kegiatan praktik SEFT,
dilakukan secara
indivisual, terbagi dalam
30

Judul Jurnal Deskripsi Topik Prosedur


tiga kelompok kecil,
dipandu oleh perawat
yang sudah memiliki
sertifikat SEFT, dibantu
oleh petugas poliklinik
rutan, yaitu dokter dan
perawat.
c. sesi ini berupa praktik
SEFT harian peserta
(dluar jadwal pertemuan
klasikal) yang dimonitor
langsung oleh petugas
poliklinik lapas. Masing-
masing peserta memiliki
logbook kegiatan yang
wajib diisi, sebgaai
bahan evaluasi.
Sesi ke-3
a. pengisian kuesioner
kembali oleh peserta:
tentang kesehatan mental
(Health Mental
Inventory (HMI)),
Hopkins Symptoms
Checklist 25 (HSCL-25)
dan spiritual (Brief
RSOPE), (2) kesan-
pesan serta penutupan
Pengaruh Terapi Terapi SEFT ini dapat a. Pengisian kuesioner
Seft Terhadap digunakan untuk membantu tentang tingkat
31

Judul Jurnal Deskripsi Topik Prosedur


Penurunan para pencandu NAPZA dalam kecemasan oleh
Tingkat menetralisir pikiran-pikiran responden yang diisi
Kecemasan negative yang dialaminya. sebelum diberikan
Pada Para Kalimat doa dan sikap positif intervensi (kuesioner
Pengguna bahwa apapun masalah Zung-Self rating Anxiety
Napza pikiran, jiwam dan rasa Scale (ZSAS))
sakitnya ia ikhlas b. Intervensi diberikan
Tahun: 2017 menerimanya serta dengan waktu 35 menit
memasrahkan kesembuhannya untuk satu kali sesi terapi
pada allah SWT c. Pengisian kuesioner
tentang tingkat
kecemasan oleh
responden yang diisi
sesudah diberikan
intervensi
The Metode SEFT adalah Pemberian intervensi
Effectiveness of menyatukan diri dengan diberikan selama 1 bulan.
Spiritual kekuatan ilahi yang Setiap minggunya diberikan
Qur’anic memungkinkan orang terapi sqeft dengan waktu
Emotional menjadi lebih bahagia, lebih yang berbeda yaitu minggu
Freedom ke-1 dan ke-2 selama 60
tertentuty dalam hidup,
Technique menit, minggu ke-3 dan ke-4
hasilnya tidak mudah stres
(SQEFT) selama 80 menit.
sehingga dapat
Intervence
meningkatkan kesehatan
Against the
mental.
Change of Brief
Psychiatric
Rating Scale
(BPRS) on
Patient with
32

Judul Jurnal Deskripsi Topik Prosedur


Schizophrenia

Tahun: 2018

D. Keputusan klinis

Berdasarkan hasil analisa dari 3 artikel yang telah dilakukan telaah, artikel
menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan jelas. Kriteria inklusi merupakan
karakteristik susunan subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
yang akan diteliti dan kriteria eksklusi yaitu menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kiteria inklusi dari studi karena berbagai sebab yang dapat
menganggu berlangsungnya penelitian. Menetapkan kriteria inklusi dan klriteria
ekslusi meupakan salah satu cara untuk mengurangi bias dalam penelitian dan hal
ini penting untuk dilakukan (Nursalam, 2016).Kriteria inklusi pada penelitian ini
yaitu pengguna NAPZA kategori sometime, rentang usia 17-25 tahun, mengelami
kecemasan mulai dari ringan hingga panik dan bersedia menjadi subjek penelitian,
kooperatif, dan pasien gangguan jiwa yang dapat didorong untuk berkomunikasi.
Sedangkan kriteria eksklusi yaitu para pengguna NAPZA kategori hardcore
(dalam pengaruh obat dosis tinggi).

Dari ke-3 artikel yang telah dilakukan telaah bahwa terapi SEFT berpengaruh
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada para pengguna NAPZA dengan nilai
p<0,001 dan efektif untuk mengelola masalah emosi dan spiritual. Untuk
pemberian intervensi dari ke-3 artikel terapi SEFT dilakukan selama 1 bulan
setiap minggunya diberikan terapi dengan waktu yang berbeda yaitu minggu ke-1
dan ke-2 selama 60 menit, minggu ke-3 dan ke-4 selama 80 menit. Dari ke-3
artikel yang telah dilakukan telaah instrument yang digunakan untuk mengukur
kecemasan adalah Zung-Self Rating Anxiety Scale (ZSAS)dan Psychiatric Rating
Scale (BPRS) untuk mengukur perubahan gejala pada pasien dengan penyakit
psikotik yang terdiri dari 18 item dengan skala likert. Penilaian BPRS ini dengan
ketentuan pemberian skor sebagai berikut : (0) apabila tidak didapatkan tanda dan
gejala, (1) bila didapatkan tanda dan gejala sangat ringan, (2) bila didapatkan
33

tanda atau gejala ringan, (3) bila didapatkan tanda atau gejala sedang, (4) bila
didapatkan tanda atau gejala agak berat, (5) bila didapatkan tanda atau gejala
berat, (6) bila didapatkan tanda atau gejala sangat berat, dan (x) bila tanda atau
gejala yang didapatkan sulit atau tidak dapat dilakukan penilaian. Serta Hasil
kegiatan dapat dievaluasi melalui hasil pengolahan kuisioner (Health Mental
Inventory (HMI), Hopkins Symptoms Checklist 25 (HSCL-25) dan spiritual (Brief
RCOPE), logbook serta secara kualitatif berdasarkan hasil FGD (focus group
discussion).

Pada artikel ke-3 pada pemanfaatan seft sebagai modalitas therapy community
(TC) pengambilan data dilakukan dengan standar operasional prosedur (SOP)
sebagai berikut sesi ke-1, (1) penjelasan program kepada peserta, pengisian
kuesioner oleh peserta tentang kesehatan mental (health mental inventory (HMI),
Hopkins symtoms checklist 25 (HSCL-25 ) dan spiritual (Brief RCOPE). Sesi
ke-2, (1) kegiatan berupa pemberian materi secara klasikal, diikuti sesi tanya
jawab dan siskusi antara pemateri dan peserta, dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan, (2) kegiatan praktik SEFT, dilakukan secara ondivisual, terbagi dalam
tiga kelompok kecil, dipandu oleh perawat yang sudah memiliki sertifikat SEFT,
dibantu oleh petugas poliklinik rutan, yaitu dokter dan perawat. (3) sesi ini berupa
praktik SEFT harian peserta (dluar jadwal pertemuan klasikal) yang dimonitor
langsung oleh petugas poliklinik lapas. Masing-masing peserta memiliki logbook
kegiatan yang wajib diisi, sebgaai bahan evaluasi. Sesi ke-3 (1) pengisian
kuesioner kembali oleh peserta: tentang kesehatan mental (Health Mental
Inventory (HMI)), Hopkins Symptoms Checklist 25 (HSCL-25) dan spiritual (Brief
RSOPE), (2) kesan-pesan serta penutupan.

Dari uraian impotancy dapat disimpulkan bahwa terapi SEFT (Spiitual


Emotional Freedom Technique) merupakan gabungan antara Spiritual Power dan
Energy Psychology yangpada tahapan tapping, ketukan pada area titik meridian
tubuh menstimulasi perubahan neurotransmitter tubuh, sehingga hormon-hormon
ketenangan seperti endorphin menjadi dominan yang selanjutnya dapat mengubah
kondisi emosi seseorang termasuk depresi dan memberikan sugesti atau keyakinan
34

pada peserta untuk bisa masuk ke dalam suasana emosi dan spiritual yang positif,
selain itu, pada tahapan tapping, ketukan pada area titik meridian tubuh
menstimulasi perubahan neurotransmitter tubuh, sehingga hormon-hormon
ketenangan seperti endorphin menjadi dominan.SEFT juga memiliki banyak
kelebihan dibandingkan terapi-terapi lain yaitu lebih efektif, mudah, cepat, murah,
efeknya dapat permanen (tidak untuk sementara waktu), tidak terdapat efek
samping, bersifat universal (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia),
memberdayakan individu (tidak tergantung pada pemberi terapi) serta dapat
dijelaskan secara ilmiah

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengaruh SEFT pada Pasien Dengan Skizofrenia Dengan Riwayat


Penyalahgunaan NAPZA yang Mengalami Kecemasan
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama
dalam pikiran emosi, dan perilaku-pikiran yang terganggu, dimana berbagai
pemikiran tidak saling berhubungan secara logis; persepsi dan perhatian yang
keliru; afek datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas bizarre.
Pasien menarik diri dari banyak orang dan realitas, seringkali kedalam kehidupan
fantasi yang penuh waham dan halusinasi (Davidson, 2012). Selain itu pasien
35

dengan skizofrenia juga seringkali mengalami kecemasan (anxiety). Penyebab


kecemasan yang terjadi pada pasien skizofrenia pada umumnya karena perasaan
takut tidak diterima di lingkungan tertentu atau pengalaman yang menyebabkan
trauma.
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan
sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika
kecemasan terjadi terus menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat,
maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai
gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan memiliki dampak pada kualitas
hidup, kesehatan, penyalahgunaan zat, hubungan personal dan orang tua,
akademik, produktivitas pekerjaan, serta tingginya biaya dalam segi perawatan
kesehatan (Thomas, 2012). Sehubungan dengan salah satu dampak terjadinya
gangguan kecemasan yaitu penyalahgunaan zat, kenyataannya Indonesia termasuk
salah satu negara yang bermasalah di bidang tersebut. Perubahan pola hidup di
masyarakat terutama masyakarat perkotaan ikut menjadi faktor penyebab dari
pemakaian obat terlarang dan narkotika (Dewi & Fauziah, 2018).
Masalah umum yang sering terjadi pada pecandu/penyalahgunaan NAPZA
adalah gangguan mental-spiritual seperti cemas, depresi, gangguan kepribadian,
isolasi sosial bahkan sampai dengan kematian.Dampak negatif penggunaan
narkoba tidak hanya dirasakan secara fisik, penggunaan narkoba juga berakibat
pada gangguan mental.Adapun mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA
yaitu penyalahgunaan NAPZA terjadi oleh interaksi antara faktorfaktor
predisposisi (kepribadian, kecemasan, depresi), faktor kontribusi (kondisi
keluarga) dan faktor pencetus (pengaruh teman sebaya). Dalam mengatasi keluhan
ansietas maupun insomnia, ataupun gejala-gejala yang sering terjadi pada
pengguna NAPZA yang yang digunakan yaitu terapi SEFT (Dewi & Fitri, 2020).
Terapi SEFT merupakan gabungan antara spiritual dan energy psikologi
berkerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupressur
yang merangsang titik-titik kunci disepanjang 12 jalur energy (energy meredian).
Terapi SEFT dapat mengubah kondisi kimia di dalam otak (neurotransmitter)
yang selanjutnya dapat mengubah kondisi emosi seseorang dari emosi negatif
36

seperti marah, sakit hati, kecewa, bahkan depresi menjadi positif (lebih tenang,
bahagia, percaya diri, berfikir dan merasa yang positif) terdapat kalimat set-up di
dalam terapi SEFT yang berfungsi memberikan sugesti atau keyakinan pada
peserta untuk bisa masuk ke dalam suasana emosi dan spiritual yang positif, selain
itu, pada tahapan tapping, ketukan pada area titik meridian tubuh menstimulasi
perubahan neurotransmitter tubuh, sehingga hormonhormon ketenangan seperti
endorphin menjadi dominan (Metty, 2014).
Menurut Zahnia (2016), Skizofrenia disebabkan oleh aktifitas pada jaras
dopamine mesolimbic yang berlebihan, hal ini didukung oleh temuan bahwa
amfetamin yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamin, dapat menginduksi
psikosis yang mirip dengan skizophrenia dan obat anti psikotik yang bekerja
dengan memblok reseptor dopamine terutama reseptor D2.
Mekanisme neuro inflamasi berperan dalam skizofrenia termasuk glia
(kehilangan dan aktivasi astroglial, aktivasi microglial) imunologi (sitokin,
kemokin dan prostaglandin), dan oksidatif (oksigen reaktif dan spesies nitrogen).
Mekanisme inilah yang menghasilkan disregulasi glutamatergik (hipofungsi) dan
dopaminergic (hiperfungsi limbic, hipofungsi frontal).
Gangguan emosi seperti depresi, stres ataupun cemas dapat melepaskan
adrenocortocotrpic hormone atau ACTH dalam waktu yang cepat. ACTH lebih
tinggi dikeluarkan saat kondisi stres, sehingga mengaktifkan korteks adrenal
untuk mensekresi hormon glukokortikoid, yaitu kortisol. Kortisol mempunyai
peran mensintesis protein, termasuk menekan imunoglobulin, menurunkan jumlah
eosinofil, basofil, limfosit, dan makrofag dalam darah tepi. Dosis kortisol yang
tinggi dalam darah akan menyebabkan atropi jaringan limfosit dalam thymus,
limfa dan kelenjar limfe sehingga daya tahan tubuh akan menurun dan rentan
untuk terkena penyakit (Guyton, 2016).
Spiritual yang kuat dan emosi yang stabil ataupun perasaan yang tenang dan
bahagiaakan membuat amigdala (pusat emosi dalam otak) dan hipokampus akan
menstimulasi hipothalamus untuk mensekresi corticotropic releasing factor
(CRF). Kemudian CRF kan mengaktifkan pituitari anterior untukk sekresi opiat
alamiah yaitu endorphin yang mempunyai peran sebagai penghilang rasa
37

sakit/nyeri dan membuat perasaan bahagia. Akibatnya ACTH akan menurun,


sehingga memberikan umpan balik pada adrenal korteks untuk menurunkan
sekresi kortisol yang membuat sistem imun meningkat (Guyton, 2016).
SEFT dikembangkan tidak hanya untuk memecahkan masalah fisik atau
emosi, tetapi ada 4 domain, yaitu: (1) SEFT for healing, adalah untuk meraih
kesehatan dan kesembuhan baik fisik maupun psikis secara maksimal; (2) SEFT
for success, adalah untuk meraih apapun yang individu secara pribadi inginkan;
(3) SEFT for happiness, adalah untuk meraih kebahagiaan; dan (4) SEFT for
individual greatness, adalah bagaimana membentuk pribadi yang baik dan benar
dan tidakmenimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Ada 2 langkah
dalam melakukan SEFT (Zainudin, 2014) yaitu; (1) versi lengkap, (2) versi
ringkas (short- cut). Keduanya terdiri dari 3 langkah yaitu, the set-up, the tune-in,
dan the tapping. Perbedaannya terletak pada langkah ketiga (the tapping). Pada
versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik, sedangkan versi
lengkap the tapping dilakukan pada 18 titik (Metty, 2014).
Teknik tapping yang diberikan akan menyebabkan tubuh dapat membebaskan
aliran energy yang tersumbat di titik meridian tubuh. Aliran energy ini akan
merangsang keseimbangan neurotransmitter di lobus frontalis dan temporalis serta
bagian otak yang lain. Keseimbangan neurotransmitter ini akan menurunkan
gejala negative dan gejala positif pada penderita skizofrenia. Selain itu, teknik
tapping tersebut dapat mengubah perasaan stress dan emosi. Namun, perubahan
tersebut tidak akan terjadi apabila aliran energy di titik meridian tubuh tersumbat
(Sulistyowati dkk, 2017).
Keunggulan SEFT yaitu: (1) metodenya mudah dan sederhana, sehingga orang
awam pun dapat menerapkannya; (2) bisa diterapkan untuk diri sendiri, sehingga
dapat menyembuhkan diri sendiri saat mengalami gangguan kesehatan; (3)
meningkatkan motivasi, karena sebagian kegagalan yang dialami seseorang dalam
berbagai hal, seringkali disebabkan oleh masalah psikis yang ada dalam dirinya,
sehingga muncul perasaan kurang percaya diri atau mengalami gangguan
pengendalian emosi, dan hal ini yang dapat menyebabkan gangguan dalam sistem
tubuh. Jika tubuh sudah didominasi oleh energi negatif, dan dibiarkan saja, maka
38

akan timbul gangguan kesehatan fisik maupun psikis, sehingga diperlukan suatu
tindakan agar seseorang dapat mengatasi permasalahannya tersebut, dengan
demikian seseorang akan berpikir jauh lebih baik dan akan timbul dampak positif
terhadap keputusan yang diambil; (4) adanya unsur hipnoterapi yang bermanfaat
untuk mensugesti dirinya sendiri dengan tujuan membangkitkan motivasi, karena
dengan motivasi maka kualitas hidup seseorang akan meningkat; (5) yang
membuat terapi ini efektif adalah do’a, tanpa adanya campur tangan Tuhan, maka
segala sesuatu tidak akan berjalan sesuai kehendak, dan campur tangan Tuhan itu
bisa terjadi dari doa yang dipanjatkan (Zainudin, 2012).
Berdasarkan analisis jurnal yang telah dilakukan bahwa terapi SEFT dapat
ditambahkan kedalam intervensi asuhan keperawatan yang dapat mengatasi
gangguan emosi seperti stress, depresi dan lain sebagainya. Maka dari itu,
kelompok menyimpulkan Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan jurnal
yang telah ditelaah sebagai berikut:

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


Pengertian SEFT merupakan teknik relaksasi yang menggunakan kombinasi
sistem tubuh dan teknik terapi spiritual dengan cara menekan
pada titik-titik tertentu pada tubuh.
Tujuan Untuk menurunkan Menurunkan skala nyeri, mengurangi
kecemasan, mengatasi insomnia, menghilangkan fobia dan
kecanduan serta menurunkan tekanan darah

Referensi Pengaruh Terapi Seft Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan


Pada Para Pengguna Napza
Prosedur A. ProsedurSEFT
1. Persiapan pasien
39

a. Posisikan pasien senyaman mungkin


b. Memberitahukan kepada pasien untuk fokus, tenang, dan
niatkan pada Allah SWT
2. Persiapan alat
a. Menggunakan jari
b. Air putih
3. Persiapan lingkungan
a. Ruang yang tertutup
b. Jaga privasi pasien
4. Persiapan waktu
a. Durasi SEFT ±20 menit
B. Pelaksanaan
a. Sebelum terapi
1) Tempatkan klien ditempat yang tertutup
2) Jaga privasi pasien
3) Posisikan pasien senyaman mungkin
4) Kaji ulang kondisi pasien
5) Tanyakan kepada pasien perasaan negative (emosi
yang terlibat) yang menyertai masalah utama
6) Tentukan masalah utama dan skala masalah
7) Sudah berapa lama perasaan / emosi negative itu
dirasakan?
8) Bagaimana kualitas hidup pasien akibat memiliki
perasaan negative tersebut?
9) Pastikan apakah pasien ingin sungguh-sungguh lepas
dari emosi negative ini
10) Tanyakan apa yang akan pasien lakukan jika SEFT
ini berhasil mengubah perasaan negative menjadi
positif, kualitas hidup seperti apa yang diinginkan
pasien
11) Tanyakan kepada pasien siapa saja yang bisa
40

memetik manfaat dari hilangnya emosi negative ini?


b. Saat terapi
1) Memberitahukan kepada pasien untuk fokus, tenang,
dan niatkan pada Allah SWT
2) Membaca basmallah dan mengikhlaskan niat karena
Allah Ta’ala
3) Lakukan Set Up
a) Pegang area sore spot (letakan tangan di bahu
kiri, tarik sekitar 45˚ kemudian tekan dengan 2
jari
b) Ucapkan kalimat Set up (afirmasi) sesuai dengan
masalah yang sedang pasien hadapi, sambil
memutar jari di area sore spot sebanyak 3 kali.
jari tangan memutar berlawanan arah jarum jam.
Misal: Ya Allah.. Meskipun saya marah dan
kecewa karena diabaikan hingga saya membenci
teman saya, mulai hari ini dan seterusnya, saya
ikhlas, saya pasrahkan ketenangan hati saya
kepadamu sepenuhnya (ucapkan minimal 3 kali)
(selain beragama islam, dapat mengganti kata
“YaAllah” menjadi “Ya Tuhan”)
4) Lakukan Tune In
Bimbing pasie untuk membayangkan peristiwanya
atau merasakan sakitnya, lalu kita mengganti kata
pengingatnya dengan doa khusyuk: saya ikhlas saya
pasrah padamu ya Allah/ ya Tuhan
5) Lakukan tapping
ketukan, sambil terus melakukan Tune In
(mengucapkan doa khusyuk: “saya ikhlas saya
pasrah padamu ya Allah” (didalam fikiran
membayangkan eristiwa yang membangkitkan emosi
41

negative mulai dari:


a) Top of head (bagian atas kepala)
b) End of eyebrow (titik permulaan alis mata)
c) Side of eye (ujung mata)
d) Under eye (2 cm dibawah mata)
e) Under nose (dibawah hidung)
f) Chin (antara dagu dan bagian bawah bibir)
g) Collarbone (pada ujung tempat bertemu tulang
dada dan tulang rusuk pertama)
h) Under arm (untuk laki-laki terletak dibawah
ketiak sejajar dengan putting susu dan wanita
terletak diperbatasan antara tulang dada dan
bagian bawah payudara)
i) Karate point (bagian antara peranjangan tulang
jari manis dan tulang jari kelingking)

6) Tarik nafas 3 kali, hembuskan pelan-pelan, lafadzkan


hamdallah didepan klien
7) Kaji kembali skala emosi negative pasien
8) Versi lengkap dengan melakukan 9 gamut prosedur,
ketuk titik gamut dengan 3 jari, sambil lakukan
gerakan:
a) Menutup mata dengan keras (kepala tidak
bergerak)
b) Buka mata dengan melotot
c) Melirikan mata ke area kanan bawah dengan
cepat
d) Melirikan mata ke area kiri bawah dengan cepat
e) Putar mata searah jarum jam
f) Putar kembali mata berlawanan arah dengan
jarum jam
42

g) Lihat mata kea rah depan, sambil bergumam


(lagu yang disukai, missal sholawat)
h) Kemudian mulai menghitung 1,2,3,4,5 dengan
cepat
9) The sequence: mengulang tahap tapping bisa dengan
atau tanpa kata0kata afirmasi
10) Tarik nafas 3 kali, hembuskan pelan-pelan, lafadzkan
hamdallah didepan pasien
c. Setelah terapi
1) Kaji kembali skala emosi negative pasien
2) Ukur kembali skala masalah
a) Jika 0 terapi selesai
b) Jika skala masih <2 tapping area gamut
c) Jika skala masih >3 prosedur tapping bisa
diulangi
3) Kaji responrespon klien setelah skala emosi
negatifnya turun
4) Berikan minum air mineral setelah prosedur dan
evaluasi
5) Berikan feed back positif pada klien
6) Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
7) Cuci tangan
8) Dokumentasikan hasil tindakan dan respon pasien
setelah diberikan intervensi
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari ketiga artikel yang telah dianalisis dapat diambil kesimpulan yaitu terapi
Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), yaitu gabungan antara
Spiritual Power dan Energy Psychology yang dapat mengubah kondisi kimia di
dalam otak (Neurotransmitter) yang selanjutnya dapat mengubah kondisi emosi
seseorang dari emosi negatif seperti marah, sakit hati, kecewa, bahkan depresi
menjadi positif (lebih tenang, bahagia, percaya diri, berfikir dan merasa yang
positif) terdapat kalimat set-up di dalam terapi SEFT yang berfungsi memberikan
sugesti atau keyakinan pada peserta untuk bisa masuk ke dalam suasana emosi
dan spiritual yang positif, selain itu, pada tahapan tapping, ketukan pada area titik
meridian tubuh menstimulasi perubahan neurotransmitter tubuh, sehingga hormon
hormon ketenangan seperti endorphin menjadi dominan.
SEFT mengatasi insomnia, kecemasan dan gejala-gejala yang sering timbul
pada pengguna NAPZA, serta dapat meningkatkan spritualitas pada pasien
pengguna NAPZA, terapi SEFT ini paling efektif digunakan karena SEFT
menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih mudah dan
lebih sederhana, serta dapat meningkatkan kualitas hidup pada pengguna NAPZA,
terapi SEFT hanya menggunakan ketukan tangan (tapping). Selain itu SEFT
berfokus pada kata atau kalimat yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang
teratur disertai sikap pasrah kepada Allah SWT. Seseorang yang berdoa dengan
tenang disertai dengan hati ikhlas dan pasrah maka tubuh akan mengalami
relaksasi serta dapat menyebabkan seseorang menjadi tenang, pernafasan, denyut
jantung menjadi teratur dan stabil, memperlancar sirkulasi darah yang mengalir
kedalam tubuh hiingga pada akhirnya menghasilkan suatu kondisi yang rileks.
Ketika seseorang dalam keadaan rileks maka akan menghilangankan kecemasan
serta mudah untuk memulai tidur selain itu terapi SEFT ini juga dapat digunakan

43
untuk membantu para pecandu NAPZA dalam menetralisir pikiran-pikiran negatif
yang dialaminya.

B. Saran
Diharapkan bagi terapis dan pasien yang sedang dalam masa rehabilitasi yang
mengalami gejala-gejala insomnia, kecemasan, dan gejala-gejala lain yang sering
timbul pada pengguna NAPZA dapat mengaplikasikan terapi SEFT sebagai salah
satu terapi alternatif yang dapat menurunakan gejala-gejala terserbut, serta dapat
meningkatkan spiritualitas pada pasien pengguna NAPZA. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal serta mencapai keberhasilan pada terapi ini harus dilakukan
dengan penuh konsentrasi, suasana yang tenang jauh dari kebisingan maupun hal-
hal yang dapat menganggu dalam proses terapi tersebut.

44
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, G.C., Neale, J.M. & Kring, A.M. (2012). Psikologi Abnormal. Jakarta:
Rajawali Pers.
Dewi, I. P., & Fauziah, D.-. (2018). Pengaruh Terapi Seft Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pada Para Pengguna Napza.Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 2(2). https://doi.org/10.30651/jkm.v2i2.1094
Dewi, I. P., & Fitri, S.U.R. (2020). Pemanfaatan Seft Sebagai Modalitas Therapy
Community (TC) Untuk Kesehatan Mental Dan Spiritual Pecandu
Napza.Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI, 4(1), 88–94.
https://doi.org/10.37859/jpumri.v4i1.1895
Guyton, A. C., Hall, J. E., (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022
Metty Verasari. (2014). Efektifitas terapi SPiritual Emotion Freedom Technique
(SEFT) terhadap penurunan insomnia pada remaja sebagai residen NAPZA.
Jurnal Sosio-Humaniora, 5(1), 75–101.
Zahnia S, Sumekar DW. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia. Majority.
2016;5(4):160–6.
Zainudin, A. F. (2014). SEFT Total Soution (Healing Happiness Success
Greatness). SEFT Corporation.

45

Anda mungkin juga menyukai