Disusun oleh :
Nama : Tri Rakhmawati Sa’adah
Nim : (20191527)
Kelas : 2B, D3 Keperawatan
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita bersama dan khususya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik - baiknya.
Makalah ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cemas dan Strategi
Pelaksanaan Cemas”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa.
Makalah ini belum sempurna dan masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh
karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan
makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan (ansietas) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA masih baik), kepribadian masih
tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/Splitting of Personaly) (Murdingsih, 2013)
dalam jurnal (Karina, 2019).
Menurut Nanda (2015) ansietas merupakan bentuk respon terhadap stimulus tertentu yang
tidak diinginkan oleh siapapun yang terdapat dimanapun dan kapanpun karena dalam hal ini
ansietas tidak mengenal jenis kelamin, suku atau ras dan batas usia. Begitu juga menurut
Nursalam (2012 cemas merupakan emosi dan pengalaman subjektif individu yang sulit untuk
diobservasi secara langsung akan tetapi dapat diidentifikasi ansietas ini melalui perubahan
tingkah laku.
Ansietas yang dialami akan menentukan bagaimana mekanisme koping seseorang dalam
mengatasi masalah tersebut baik mekanisme koping adaptif atau maladaptif, individu yang
memiliki mekanisme koping adaptif akan lebih efektif untuk mengurangi atau meredam ansietas
sebaliknya jika individu menggunakan mekanisme koping maladaptif bisa memperburuk keadaan
atau individu tersebut mempunyai potensi untuk terjadinya sakit (Sholeh, 2012) dalam (Lau,
2019).
Kecemasan dalam derajat normal sebenarnya sesuatu yang sehat dan adaptif. Normal
apabila individu sedikit mencemaskan aspek-aspek yang terjadi dalam kehidupannya. Kecemasan
bermanfaat apabila hal tersebut mendorong individu untuk melakukan koping yang dapat
dilakukannya, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal apabila tingkatannya tidak sesuai
dengan proporsi ancaman karena mengganggu kualitas hidup seseorang (Indrajaya, 2018).
Gangguan kecemasan merupakan masalah yang serius, dengan prevalensi 14,9% atau
sekitar 264 juta orang mengalami kecemasan di dunia (WHO, 2017). Prevalensi ansietas di
negara berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50%. Angka kejadian gangguan
ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (Heningsih, 2014). Hasil
Riskesdas 2018 menunjukkan gangguan ansietas sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja
4
(15-24 tahun), dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi ansietas semakin meningkat seiring
dengan peningkatan usia, prevalensi ansietas tertinggi terjadi pada usia > 75 tahun yaitu sebesar
8,9%, usia 65-74 tahun sebesar 8,0% dan usia 55-64 tahun sebesar 6,5% (Infodatin, 2019).
Dampak kecemasan meliputi terjadinya penurunan aktivitas fisik dan status fungsional.
Seseorang yang mengalami kecemasan akan merasakan perasaan takut, konsentrasi terganggu,
merasa tegang dan gelisah, antisipasi yang terburuk, cepat marah, resah, merasakan adanya
tanda-tanda bahaya, dan merasa pikiran kosong. Selain tanda dan gejala psikologis, tanda dan
gejala secara fisik juga akan terlihat jika seseorang merasa cemas. Seperti jantung berdebar,
berkeringat, mual atau pusing, peningkatan frekuensi BAB atau diare, sesak nafas, tremor,
kejang, ketegangan otot, sakit kepala, kelelahan dan insomnia (Vonika, 2012).
Masalah ansietas dapat dicegah dengan pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada
individu tersebut. Tindakan keperawatan dilakukan secara komprehensif, terpadu dan
berkesinambungan mulai dari pendekatanpromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
(Ayuningtyas, 2018). Salah satu pendekatan preventif yang dapat dilakukan yaitu dengan
pemberian terapi generalis untuk mengontrol kecemasan yang dialami klien, seperti teknik
relaksai nafas dalam, relaksasi otot progresif, distraksi, hipnotis lima jari dan pendekatan spiritual
(Sulistyarini, 2013).
Hasil penelitian Livana (2015) terhadap 40 orang responden menyatakan bahwa pengaruh
terapi generalis 60%, terapi thought stopping 82%, terapi progressive muscle relaxation 91% dan
psikoedukasi 65% dalam menurunkan ansietas. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa terapi
progressive muscle relaxation paling berpengaruh dalam menurunkan ansietas.
Teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu tindakan keperawatan yang dapat
mengurangi ansietas. Latihan relaksasi otot progresif bertujuan untuk membedakan perasaan
yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi
tegang. Relaksasi otot progresif dapat mempengaruhi hipotalamus untuk mengatur dan
menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis (Kuswandi, 2013). Mengetahui lokasi dan merasakan
otot yang tegang membuat pasien dapat merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu
respon ansietas, dimana terapi relaksasi otot progresif dapat merangsang pengeluaran zat kimia
endorfin dan enkafalin serta merangsang signal otak yang menyebabkan otot rileks dan
meningkatkan aliran darah ke otak. Relaksasi otot progresif dapat membuat pikiran terasa tenang,
5
rileks dan lebih mudah untuk tidur, maka dari itu melakukan relaksasi otot progresif dapat
menurunkan ansietas (Wulandari, 2015) dalam jurnal (Karina, 2019).
Terapi relaksasi otot progressif berpengaruh terhadap penurunan tanda dan gejala ansietas
dan peningkatan kemampuan klien ansietas yang di rawat. Relaksasi otot progressif merupakan
salah satu terapi spesialis yang sangat dianjurkan untuk menurunkan kecemasan pada klien
dengan penyakit kronik karena terapi ini memiliki efek yang sangat besar terhadap penurunan
tandadan gejala pada aspek fisiologis (Syisnawati dkk, 2017).
7
BAB II
ISI
2.1 KECEMASAN
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008,
p.307). Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan
merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi
(Kaplan & Sadock, 1998, p.3).
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.Kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart &
Sundeen, 1998, p.175).
8
a. Kemungkinan pasien bereaksi dengan adanya stress dengan kecemasan yang
tinggi.
b. sejumlah peristiwa yang menimbulkan stress yang telah terjadi akhirakhir ini
pada kehidupan pasien atau dalam keluarga pasien.
c. Persepsi pasien terhadap hospitalisasi dan pengalaman pembedahan.
d. Pentingnya pembedahan untuk pasien.
e. Berbagai hal yang tidak diketahui yang dihadapi pasien pada saat masuk
rumah sakit.
f. Tingkat harga diri dari image / gambaran diri pasien.
g. Sistem keyakinan dan keagamaan pasien.
3. Faktor Yang Berhubungan Menurut Budi Anna (2017) :
a. Ancaman kematian.
b. Ancaman pada status terkini.
c. Hereditas.
d. Hubungan interpersonal.
e. Kebutuhan yang tidak dipenuhi.
f. Konflik nilai.
g. Konflik tentang tujuan hidup.
h. Krisis maturasi.
i. Krisis situasi.
j. Panjanan pada toksin.
k. Penularan interpersonal.
l. Penyalahgunaan zat.
m. Perubahan besar (misal : status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
fungsi peran, status peran).
n. Riwayat keluarga tentang cemas.
9
4. Kontak mata yang buruk.
5. Melihat sepintas.
6. Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup.
7. Penurunan produktivitas.
8. Perilaku mengintai.
9. Tampak waspada.
b. Afektif
1. Berfokus pada diri sendiri.
2. Distress.
3. Gelisah.
4. Gugup.
5. Kesedihan yang mendalam.
6. Ketakutan.
7. Menggemerutukan gigi.
8. Menyesal.
9. Peka.
10. Perasaan tidak adekuat.
11. Putus asa.
12. Ragu.
13. Sangat khawatir.
14. Senang berlebihan.
c. Psikologis
1. Gemetar.
2. Peningkatan keringat.
3. Peningkatan ketegangan.
4. Suara bergetar.
5. Tremor tangan.
6. Wajah tegang.
d. Simpatis
1. Anoreksia.
2. Diare.
3. Dilatasi pupil.
4. Eksitasi kardiovaskular.
10
5. Gangguan pernapasan.
6. Jantung berdebar-debar.
7. Kedutan otot.
8. Lemah.
9. Mulut kering.
10. Peningkatan denyut nadi.
11. Peningkatan frekuensi pernapasan.
12. Peningkatan refleks.
13. Peningkatan tekanan darah.
14. Wajah memerah.
d. Parasimpatis
1. Anyang-anyangan.
2. Gangguan pola tidur.
3. Menurunnya denyut nadi.
4. Menurunnya tekanan darah.
5. Diare.
6. Kesemutan pada ekstremitas.
7. Pusing.
8. Kelelahan.
9. Mual.
10. Sensasi geli yang ekstrim.
11. Sering berkemih.
d. Kognitif
1. Gangguan perhatian.
2. Gangguan konsentrasi.
3. Menyadari gejala fisiologis.
4. Bingung.
5. Memblokir pikiran.
6. Menurunnya kemampuan untuk belajar.
7. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah.
8. Konfusi.
9. Pelupa.
10. Preoupasi.
11. Penurunan lapang persepsi.
12. Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain.
11
2.1.4 Tanda dan Gejala Kecemasan
Tanda dan gejala cemas adalah :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.
c. Merasa takut bila sendiri atau pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan konsenterasi dan daya ingat.
e. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas, mengalami
gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan
melindungi dirinya sendiri. Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan
peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu
akan berhati-hati dan waspada.
a. Respon Fisiologis
a) Sesekali nafas pendek
b) Nadi dan tekanan darah naik
c) Gejala ringan pada lambung
d) Muka berkerut dan bibir bergetar
e) Ketegangan otot ringan
f) Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
a) Mampu menerima rangsang yang kompleks
b) Konsentrasi pada masalah
c) Menyelesaikan masalah secara efektif
d) Perasaan gagal sedikit
e) Waspada dan memperhatikan banyak hal
f) Terlihat tenang dan percaya diri
g) Tingkat pembelajaran optimal
12
c. Respon Perilaku dan Emosi
a) Tidak dapat duduk tenang
b) Tremor halus pada tangan
c) Suara kadang-kadang meninggi
d) Sedikit tidak sabar
e) Aktivitas menyendiri
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita
mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada
sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun
banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap
lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal yang lain.
a. Respon fisiologis
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
e) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
13
Orang yang kecemasan cenderung memilih benda tertentu di dalam lingkungannya dan tidak
melihat yang lainnya untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar dalam memperhatikan
situasi yang menakutkan dan berespon dengan tepat.
1) Respons adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan mengatur
kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan, motivasi yang kuat untuk
menyelesaikan masalah dan merupakan sarana untuk mendapatkan penghargaan yang
tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan
antara lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan
menggunakan teknik relaksasi.
2) Respons maladaptif
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping yang
disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping maladaptif
mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas isolasi diri,
banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat terlarang.
16
Teori psikologis penyebab kecemasan menurut (Murwani, 2009) terdapat tiga bidang
utama teori psikologis yaitu, psikoanalitik, perilaku, dan eksistensial, telah menyumbang
teori tentang penyebab kecemasan. Masing-masing teori memiliki kegunaan konseptual dan
praktisnya di dalam pengobatan pasien dengan gangguan kecemasan.
1) Teori psikoanalitik
Dalam bukunya tahun 1926, Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu
sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk
mendapatkan perwakilan dan pelepasan standar.
Di dalam Teori Psikoanalitik, kecemasan dipandang sebagai masuk ke dalam empat
kategori utama, tergantung pada sifat akibat yang ditakutinya: kecemasan id atau
simpuls, kecemasan perpisahan, kecemasan kastrasi, dan kecemasan superego.
2) Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.Orang dengan harga diri rendah
trauma mudah mengalamiperkembangan ansietas yang berat.
3) Teori perilaku
Teori perilaku atau belajar tentang kecemasan telah menghasilkan suatu pengobatan
yang paling efektif untuk gangguan kecemasan. Teori perilaku menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan yang
spesifik. Di dalam model pembiasaan klasik, seseorang yang tidak memiliki alergi
makanan dapat menjadi sakit setelah makan kerang yang terkontaminasi di sebuah
rumah makan. Teori perilaku telah menunjukkan meningkatnya perhatian dalam
pendekatan kognitif untuk memahami dan mengobati gangguan kecemasan.
4) Teori eksistensial
Teori eksistensial tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan
umum, dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik
untuk suatu perasaan kecemasan yang kronik. Konsep inti dari terori ini adalah
bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di dalam
dirinya, perasaan yang mungkin lebih mengganggu daripada penerimaan kematian
mereka yang tidak dapat dihindari.
17
5) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal biasa ditemui
ansietas dengan depresi.
Teori fisiologis penyebab kecemasan menurut (Guyton, 2007) Stress fisik atau
emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan bagian dari sistem limbik yang
berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Respon emosional yang timbul
ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi di forebrain. Respon neurologis dari
amygdala ditransmisikan dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus.
Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (corticotropin-releasing factor) yang
menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH
(adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya
menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol, suatu kelenjar kecil yang
berada di atas ginjal. Semakin berat stress, kelenjar adrenal akan menghasilkan
kortisol semakin banyak dan menekan sistem imun.
Menurut (Ganong, 1998) reaksi takut dapat terjadi malalui perangsangan
hipotalamus dan nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut
beserta manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada keadaan-keadaan
normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut, terdapat banyak bukti
bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori-memori yang memutuskan rasa
takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon takut terkondisi berjalan
langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral ke berbagai bagian ujung anterior
kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot
dan kelenjar tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom
menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi
dan nafas bergerak meningkat, biji mata membesar, proses pencernaan dan yang
berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan darah
meningkat, kelenjar adrenal melepas adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di
alirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi tegang dan selanjunya mengakibatkan
tidak bisa tidur.
Reaksi yang berorientasi pada tugas merupakan upaya-upaya yang secara sadar berfokus
pada tindakan untuk memenuhi tuntutan dari reaksi cemas secara realistis sehingga dapat
mengurangi cemas dan dapat memecahkan masalah (Hidayat, 2008, p.68). Dalam hal ini
seseorang akan melakukan tindakan untuk mengurangi cemas yang dialami dan untuk
memenuhi kebutuhannya dengan cara berkonsultasi dengan orang yang lebih ahli.
Sedangkan mekanisme pertahanan ego merupakan pendukung dalam mengatasi kecemasan
baik yang ringan maupun yang sedang. Tetapi jika berlangsung pada tingkat berat dan panik
yang melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon
maladaptif terhadap cemas (Stuart & Sundeen, 1998, p.188).
d) Penilaian Stresor
e) Sumber Koping
f) Mekanisme Koping
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untukmemenuhi tuntutan stres secara realistis.
b) Perilaku menarik diri digunakan utntuk menjauhkan diri dari sumber ancaman, baik
secara fisik maupun psikologis.
Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang berhubungan :
1) Terpapar racun
2) Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup
3) Berhubungan dengan keturunan atau hereditas
4) Kebutuhan tidak terpenuhi
5) Transmisi interpersonal
6) Krisis situasional atau maturasional
7) Ancaman kematian
8) Ancaman terhadap konsep diri
9) Stress
10) Substance abuse
11) Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi
24
12) Fungsi peran
13) Lingkungan status ekonomi
2.2.3 Perencanaan
Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas berat dan panik Diagnosis
keperawatan : ansietas berat atau panic
Kriteria hasil : pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan
26
3. Pasien akan ❖ Berikan medikasi yang dapat ❖ Efek hubungan
Mengalami membantu mengurangi rasa tidak terapeutik dapat
penyembuhan dan nyaman pasien. ditingkatkan jika
gejala-gejala kendali kimiawi
❖ Amati efek samping medikasi
ansietas berat terhadap gejala
dan lakukan penyuluhan kesehatan
memungkinkan
yang relevan
pasien untuk
mengarahkan
perhatian pada
konflik yang
mendasari
28
menerima tanggung
ini.
jawab untuk berubah
❖ Dorong pasien untuk
menggunakan respon koping adaptif
yang efektif dimasa lalu.
29
❖ Ajarkan pasien tentang teknik
relaksasi untuk meningkatkan
kendali dan percaya diri serta
mengurangi stres
2.2.4 Pelaksanaan
SP I p1 :
a. Identifikasi stressor cemas.
b. Identifikasi koping maladaptif dan akibatnya.
c. Bantu perluas lapang persepsi.
d. Konfrontasi positif (jika perlu).
e. Latih teknik relaksasi: nafas dalam.
f. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
SP II p :
a. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.
b. Latih koping: beraktivitas.
c. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
SP III p :
a. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.
b. Latih koping: olah raga.
c. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
SP I k1 :
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas sedang yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien cemas
d. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
30
SP III p :
a. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.
b. Latih koping: olah raga.
c. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
SP I k1 :
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas sedang yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
c) Menjelaskan cara-cara merawat pasien cemas
SP II k :
a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien cemas
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien cemas
SP III k :
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
b. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga
31
c. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
SP III p :
a. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.
b. Latih koping: olah raga.
c. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
SP I k1 :
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas sedang yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
c) Menjelaskan cara-cara merawat pasien cemas
SP II k :
a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien cemas
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien cemas
SP III k :
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
b. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga
32
g) Beri reinforcement positif
h) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 2
a) Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
b) Evaluasi/validasi
c) Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
d) Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan mengurangi
ansietas :
Melakukan hal yang disukai
Menonton TV
Mendengarkan music yang disukai
Membaca koran, buku atau majalah
Motivasi pasien untuk melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas muncul
e) Evaluasi kemampuan klien
f) Beri reinforcement positif
g) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan).
d. Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari
e. Membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari
f. Evaluasi kemampuan klien
g. Memberi reinforcement positif
h. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
33
Ansietas
C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
Tujuan Umum : mengatasi gangguan ansietas klien.
Tujuan Khusus :
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu mengenal ansietas
3. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
4. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : membantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya, menjelaskan situasi, penyebab ansietas, menyadari perilaku ansietas,
Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri : pengalihan situasi.
Fase Orientasi
Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi pak! Saya perawat yang bertugas pada pagi ini,
nama saya ima. Saya adalah mahasiswa dari Unversitas Respati Yogyakarta. Nama
bapak siapa?”
“bapak senangnya dipanggil apa?”
Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? semalam tidurnya nyenyak?”
Kontrak :
Topik
“Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasan dan
latihan cara mengontrol cemas dengan latihan relaksasi pak”
Waktu
“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 15 menit saja”
Tempat
“Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, Bagaimana
jika diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
Tujuan
“Agar ibu dapat mengetahui kecemasan yang ibu rasakan serta cara
mengatasinya”
Fase Kerja
“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang bapak rasakan saat ini”
“Coba bapak ceritakan pada saya”
34
Ouw jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak terhadap botol diketahui oleh
murid-murid bapak. Jika boleh saya tahu, bagaimana cara bapak mengatasi ketakutan
tersebut”
“Saya mengerti bagaimana perasaan bapak. Setiap orang akan memiliki perasaan yang
sama jika diposisi bapak. Tapi saya sangat kagum sama bapak Karena bapak mampu
menahan semua cobaan ini. Bapak adalah orang yang luar biasa. Yang perlu bapak
ketahui adalah bapak saat ini berada pada tingkat kecemasan yang sedang. Untuk itu,
bapak perlu melakukan terapi disaat bapak merasakan perasaan cemas yang berat.
Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat kecemasan bapak. Bagaimana kalau
sekarang kita coba mengatasi kecemasan bapak dengan latihan relaksasi dengan cara
tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang
bapak rasakan”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, bapak perhatikan saya,
lalu bapak bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya pak. bapak
silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, bapak tarik nafas dalam
perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu bapak
hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Sekarang coba
ibu praktikkan”
“Bagus sekali, bapak sudah mampu melakukannya. bapak bisa melakukan latihan ini
selama 5 sampai 10 kali sampai bapak merasa relaks atau santai. Selain cara tersebut
untuk mengatasi kecemasan bapak, bapak bisa melakukan dengan metode pengalihan
yaitu dengan bapak melepas kecemasan dengan tertawa, berolahraga, menulis
kecemasan bapak disebuah kertas,bersantai seperti jalan-jalan atau bapak juga bisa
mengatasinya dengan mendengarkan musik.
Fase Terminasi
Evaluasi
Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita ngobrol tentang masalah yang bapak
rasakan dan latihan relaksasi?”
Obyektif
“Coba bapak ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.”
35
Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, dengan jam yang
sama seperti hari ini. Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-
bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja”
Tempat
“Dimana bapak akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau
besok kita melakukannya disini saja”
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan
mengurangi ansietas :Melakukan hal yang disukai, Menonton TV, Mendengarkan music yang
disukai, Membaca koran, buku atau majalah, Motivasi pasien untuk melakukan teknik
distraksi setiap kali ansietas muncul.
Salam Terapeutik
“ Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak ! masih ingat dengan saya bapak?
Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah ibu sudah melatih cara mengalihkan situasi
untuk menghilangkan kecemasan bapak seperti yang saya ajarkan kemarin?”
“Coba bapak praktekan sekarang.” Bagus sekali bapak masih mengingatnya.”
“apakah bapak merasa terbantu dengan tehnik tersebut untuk mengatasi kecemasan bapak?.”
Kontrak :
Topik
“Baiklah pak sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan tehnik pengalihan.”
Waktu
” Berapa lama kita akan berlatih pak? “Bagaimana jika 10 menit?”
Tempat
“Dimana kita akan berdiskusi? “Bagaimana jika di halaman samping?”
Tujuan
“Tujuan dari latihan hari ini adalah agar bapak dapat meningkatkan kontrol
kecemasan pada diri bapak dan bapak dapat mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari bapak.”
Fase Kerja
“bapak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya seluruh
badan ibu tegang, baik pikiran maupun fisik. Nah, latihan distraksi ini bermanfaat untuk
mengalihkan rasa cemas bapak sehingga membuat pikiran dan fisik ibu relak atau santai.
Dalam teknik ini ibu harus melakukan hal-hal yang dapat membuat bapak relak misalnya
dengan menonton acara televisi kesukaan bapak, membaca buku atau majalah yang bapak
36
suka, atau dengan mendengar music yang bapak sukai. Nah, sekarang bapak sudah tau kan
hal-hal apa saja yang dapat bapak lakukan untuk mengurangi rasa cemas bapak. Nanti apabila
ibu merasa cemas lagi, bapak bisa melakukan salah satu teknik distraksi atau pengalihan yang
saya beritahu tadi.kegiatan mana yang bapak sukai? Baiklah sekarang kita mendengarkan
musik, bapak suka musik apa? Saya putarkan ya pak?
Fase Terminasi
Evaluasi
Subjektif
“Bagaimana apa ada yang ingin bapak tanyakan dari penjelasan saya tadi?”
Objektif
“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari. Wah bagus sekali, nanti
jika ibu merasa cemas, ibu dapat melakukan teknik ditraksi yang tadi saya
jelaskan ya.”
Evaluasi/validasi
37
“Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Apakah bapak masih gelisah dan tidak bisa tidur?
Apakah yang kemaren saya ajarkan sudah di praktekkan dalam jadwal harian bapak? Nah
kalau sudah coba di praktikkan kembali ya. Bagus pak”
Kontrak :
Topik, Waktu, Tempat, Tujuan
“Baiklah pak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang
perasaan yang bapakrasakan? Dan saya akan mengajarkan bapak teknik
relaksasi hipnotis 5 jari untuk menghilangkan rasa gelisah bapak. Kita akan
berbincang-bincang selama 30 menit. Kita akan lakukan disini saja ya pak.”
Tujuan
“Tujuan perbincangan kita hari ini adalah agar bapak mengetahui cara untuk
menghilangkan rasa gelisah bapak dengan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan
bapak dapat mempraktekkan ketika rasa gelisah bapak datang kembali.”
Fase Kerja
“Tadi bapak katakan, bapak merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba bapak
ceritakan lebih lanjut tentang perasaan bapak, kenapa bapak tidak gelisah, apa
yang bapak pikirkan? Oh, jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak
terhadap botol diketahui orang lain, Nah bapak, sekarang saya akan
mengajarkan bapak teknik relaksasi degan cara hipnotis 5 jari. Kita mulai ya
pak. bapak pejamkan mata bapak, nah sekarang tautkan jari telunjuk ibu
dengan jempol bapak, sekarang bayangkan pada saat bapak sedang bahagia.
Sekarang tautkan jari tengah ibu dengan jempol, bayangkan saat bapak
bersama orang yang bapak sayangi/ cintai, sekarang taukan jari manis bapak
dengan jempol, bayangkan ketika bapak di puji oleh seseorang karena prestasi
bapak, dan sekarang tautkan jari kelingking bapak, bayangkan tempat yang
paling indah yang pernah di kunjungi. bapak, coba ulangi lagi cara teknik
hipnotis 5 jari yang sudah kita pelajari tadi. Wah bagus sekali, mari kita
masukkan dalam jadwal harian bapak. Jadi, setiap bapak merasa cemas, bapak
bisa langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal
yang telah kita buat.”
Fase Terminasi
Evaluasi
Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang bincang tentang
masalah yang bapak rasakan dan latihan mempaktekkan teknik
relaksasi hipnotis 5 jari?”
Obyektif
“Nah, coba bapak praktikkan kembali apa yang telah saya ajarkan
tadi. Bagus, ternyata bapak masih ingat apa yang telah saya ajarkan.”
38
“Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat mempraktekkan kembali
sekitar 2 kali dalam sehari ya pak.”
Kontrak yang akan datang
Topik, Waktu, Tempat
“bapak sudah tidak terasa sudah 30 menit kita berbincang-bincang.
Latihan relaksasi ini adalah cara ke-3 yang bisa digunakan untuk
mengatasi kecemasan atau ketegangan bapak, kita bertemu lagi besok
ya pak untuk berbincang-bincang tentang apa yang sudah saya ajarkan
kepada bapak mau jam berapa pak? Seperti biasa jam 10 pagi ya
dikamar bapak? Masih ada yang mau ditanyakan atau tidak pak?
Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat siang pak.”
39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu
dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa
reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini
dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit
kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin
bergerak dan gelisah.
3.2 Saran
Makalah ini disusun dengan menggunakan pedoman dari berbagai sumber dengan harapan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Makalah dapat bermanfaat lebih baik
apabila pembaca juga menggunakan referensi yang lain sehingga pembaca mengetahui
kelemahan dan kelebihan dari makalah ini dan makalah tersebut dapat menjadi salah satu acuan
untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien krisis dan kecemasan.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Zigmond, A. S., & Snaith, R. P. (1983). The hospital anxiety and depression
scale. Acta psychiatrica scandinavica, 67(6), 361-370.
https://id.scribd.com/document/392240018/Strategi-Pelaksanaan-Kecemasan
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3566/4/Chapter%202.pdf
https://id.scribd.com/doc/54670815/makalah-kecemasan
42