NOVITA OKTAVIANA
J130170046
2017
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................
BAB I ............................................................................................................
BAB II ...........................................................................................................
BAB IV ..........................................................................................................
BAB V ...........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing lahan/CE
( Prayitno, SST.Ft )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan
berkat-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada stase
fisioterapi pulmonal. Dalam makalah ini membahas tentang definisi, etiologi,
manifestasi, patofisiologi, assesment fisioterapi, diagnosa fisioterapi, intervensi
fisioterapi dan evaluasi dari kasus.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum penulis
penuhi, untuk itu diperlukan saran-saran dan kritikan untuk lebih
menyempurnakan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Untuk mengetahui tujuan Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Pasien Dengan Kasus Asma Bronkial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru memiliki dua bagian yaitu paru-
paru kanan (Pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(Pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua
selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (Pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang
rusuk disebut pleura luar (Pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus
tidak mempunyai tulang rawan, tetapi ronga bronkus masih bersilia dan
dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap
bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,
kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding duktus alveolaris
mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna,
oksigen masuk melalui hidung dan mulut, kemudian disalurkan melalui
trakea dan pipa bronkial ke alveoli. Oksigen yang masuk kemudian terikat
dengan hemoglobin sel darah merah setelah menembus membran
alveoli-kapiler. Oksigen tersebut kemudian dibawa ke jantung dan
kemudian dipompa di dalam arteri ke seluruh bagian tubuh. Dalam paru-
paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus
membranalveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui
pipa bronkial dan trakea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut.
B. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkioulus terhadap benda-benda asing di udara. Pada
Asma, antibody Ig E umumnya melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru, yang berhubungan erat dengan brokiolus dan bronkus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat
pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik, dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkioulus kecil maupun sekresi mukus yang
kental dalam lumen bronkioulus dan spasme otot polos bronkiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pada Asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Bronkiolus yang
sudah tersumbat sebagian selanjutnya akan mengalami obstruksi berat
akibat dari tekanan eksternal. Penderita Asma biasanya dapat melakukan
inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sulit melakukan ekspirasi. Hal
ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru menjadi sangat meningkat selama serangan Asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Keadaan ini bisa menyebabkan
terjadinya barrel chest.
F. Epidemiologi
Asma merupakan penyakit kronik yang umum di masyarakat dunia,
diperkirakan terdapat 300 juta penduduk dunia yang menderita penyakit ini.
Asma dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Prevalensi
Asma lebih tinggi pada kelompok usia anak-anak.
Pada tahun 2009, tercatat ada 12,5 juta penderita Asma di Indonesia.
Beberapa penelitian di kota-kota Indonesia menunjukkan prevalensi Asma
yang bervariasi, di Bandung 2,6%; Jakarta 16,4%; Yogyakarta 10,5%. Hasil
penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC)
pada anak berusia 13-14 tahun melaporkan prevalensi Asma di Indonesia
sebesar 2,1% pada tahun 1995, pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%.
BAB IV
A. HASIL
Hasil yang didapatkan dari nilai evaluasi adalah sebagai
berikut :
B. Pembahasan
Dari hasil nilai evaluasi di atas maka bisa dilihat ada
perubahan yang signifikan pada hasil VAS dan Auskultasi,
sedangkan pada spasme otot masih belum berkurang sepenuhnya.
BAB V
UNDERLYING