Abstrak
Latar Belakang: Asma merupakan gangguan saluran pernapasan pada bronkus yang ditandai
adanya bronkospasme periodik yang reversibel (kontraksi berkepanjangan saluran napas
bronkus), yang menyebabkan penyempitan jalan napas karena edema. Pasien akan mengalami
gejala pernapasan seperti adanya peningkatan produksi sputum, suara napas weezing, sesak
napas, dada terasa berat yang menyebabkan terjadinya keterbatasan aliran udara ekspirasi
sehingga terjadinya sianosis, wajah pucat dan lemas. Penanganan pasien asma yang dapat
dilakukan yaitu salah satunya, pemberian terapi inhalasi menggunakan nebulizer. Tujuan:
Tersusunya Pengembangan SPO terapi inhalasi nebulizer terhadap penurunan sesak napas
pada pasien asma. Metode: literature review dengan cara mengumpulkan jurnal-jurnal terkait
SPO, mengidentifikasi jurnal-jurnal SPO, menganalisis SPO, dan menentukan rencana
pengembangan SPO terapi inhalasi nebulizer terhadap penurunan sesak napas pada pasien
asma. Hasil: studi literature ini menunjukkan bahwa tersusunya pengembangan SPO terapi
inhalasi nebulizer terhadap penurunan sesak napas pada pasien asma. Kesimpulan:
berdasarkan literature review yang dilakukan dari lima jurnal tersebut, maka penulis dapat
mengembangkan SPO terapi inhalasi nebulizer dengan jumlah 28 langkah SPO.
Kata kunci: Asma, Literature Review, Sesak Napas, SPO, Terapi Inhalasi Nebulizer
Abstract
Asma merupakan gangguan saluran pernapasan pada bronkus yang ditandai adanya
bronkospasme periodik yang reversibel (kontraksi berkepanjangan saluran napas bronkus),
yang menyebabkan penyempitan jalan napas karena edema, sehingga membuat pernapasan
menjadi sulit. Penderita akan mengalami gejala pernapasan seperti adanya infeksi yang
menyebabkan peningkatan produksi sputum. Penderita asma akan mengalami gejala
pernapasan lainya seperti mengi atau weezing, sesak napas, dada terasa berat yang
menyebabkan terjadinya keterbatasan aliran udara ekspirasi sehingga terjadinya sianosis,
perasaan gelisah, wajah pucat dan lemas (The Global Asthma Report, 2018 (1); Kuswardani,
dkk, 2017) (2).
Penyakit pernapasan kronis, termasuk asma menyebabkan 15% kematian didunia,
angka kejadian asma sebanyak 339 juta orang di seluruh dunia yang mengalami asma dari
berbagai negara yaitu berkisar 1-18%. Prevelensi asma terus meningkat di negara Afrika,
Amerika latin, Eropa Timur dan Asia (The Global Asthma Report, 2018) (1).
Secara nasional prevalensi asma pada penduduk di Indonesia dengan umur
berdasarkan diagnosis dokter yaitu terbesar dengan presentase tertinggi pada usia 75 tahun
(Kemenkes RI, 2018) (3). Prevelensi asma di provinsi pada penduduk semua umur
berdasarkan diagnosis dokter, kasus tertinggi terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
presentase (4,5%), di daerah DKI Jakarta prevalensi Asma berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk semua umur menurut provinsi tercatat sebesar 40.210 orang atau (2,6%). Namun
proporsi kekambuhan asma dalam 12 bulan terakhir pada penduduk semua umur di provinsi
DKI Jakarta tercatat sebesar 1.001 orang atau (52,7%) penduduk yang mengalami
kekambuhan (Kemenkes RI, 2018) (3). Kekambuhan terjadi karena perubahan suhu dingin,
alergen paparan debu, hewan peliharaan, makanan, dan asap rokok (Widiastutik., Ningsih., &
Najib 2017) (4).
Gejala yang sering terjadi pada pasien asma adalah adanya keluhan batuk di siang hari
dan malam hari, terdengarnya suara mengi (Wheezing) seperti siulan saat bernapas dan
biasanya lebih banyak terdengar saat menghembuskan napas, dan mengalami masalah
pernapasan seperti kehabisan napas, terengah-engah, dan terjadinya sesak napas (John’s
Creek, 2020) (5).
Sesak napas adalah kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas (Ambarwati, 2017)
(6). Sesak napas merupakan keadaan seseorang kekurangan udara sehingga frekuensi
napasnya menjadi cepat, sehingga muncul rasa sesak di dada (Dwicahyo, 2017) (7). Namun
jika terjadi dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan apnea (henti napas) dan
kematian. Pada penderita asma penanganan yang dapat dilakukan jika terjadi sesak napas
yaitu pemberian terapi inhalasi menggunakan nebulizer (Ridwan, 2017) (8).
Inhalasi adalah tindakan pemberian obat berbentuk uap yang dihirup pasien dengan
tujuan tertentu. (Tim Dosen Departemen KMB, 2019) pada pasien asma, inhalasi adalah
terapi yang tepat untuk mengatasi gejala sesak napas. Untuk mengurangi gejala sesak napas,
terapi inhalasi diberikan menggunakan nebulizer.
Inhalasi yang paling tepat digunakan pada penderita asma adalah menggunakan
nebulizer, nebulizer merupakan pilihan terbaik pada kasus-kasus yang berhubungan dengan
inflamasi tertutama pada penderita asma (Lestari, 2018) (9). Pemberian inhalasi menggunakan
nebulizer adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup larutan obat yang sudah
diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut dengan bantuan alat yang disebut nebulizer.
Pada saat terapi ini diberikan, klien dapat bernafas seperti biasa. Umumnya prosedur ini tidak
lama, hanya berkisar sekitar 5-10 menit (Anggraini dkk, 2019) (10).
Berdasarkan pengalaman yang penulis peroleh selama praktik di Rumah Sakit, penulis
menemukan kasus pasien dengan penyakit asma dimana pasien mengalami sesak napas.
Penulis memberikan terapi inhalasi menggunakan nebulizer kemudian hasil yang didapatkan
setelah dilakukan perhitungan pernapasan terjadi penurunan sesak napas. Setelah
mengumpulkan dan membaca jurnal, melakukan Standar Prosedur operasional (SPO)
nebulizer di rumah sakit di temukan bahwa Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
dilakukan berbeda-beda namun hasil yang didapatkan tetap sama yaitu menurunkan sesak
napas. Dari berbagai macam langkah-langkah yang berbeda di setiap jurnal, maka penulis
tertarik mengembangkan Standar Prosedur Operasional (SPO).
Metode
Penulisan Karya tulis ilmiah ini merupakan tinjauan literature (literature review) yang
mengkaji berbagai informasi/jurnal penelitian terkait penanganan sesak napas pada pasien
asma dengan tindakan pemberian terapi inhalasi nebulizer. Literature review dalam penulisan
ini dapat melalui pencarian sistem database terkomputerisasi google scholar, Perpusnas.go.id,
dan schib dengan memasukkan kata kunci “Asma”, “sesak napas”, “terapi inhalasi nebulizer”
hingga dipilih beberapa jurnal yang penulis anggap relevan sejumlah 5 jurnal. Metode
literature review yang penulis gunakan yaitu dengan PDSA (Plan, Do, Study, Act).
Tahap Plan (1) Mengumpulkan jurnal-jurnal terkait pengembangan SPO terapi
inhalasi nebulizer terhadap penurunan sesak napas pada pasien asma. (2) Mengidentifikasi
jurnal-jurnal terkait SPO Terapi Inhalasi Nebulizer Terhadap Penurunan Sesak Napas pada
Pasien Asma. (3) Menganalisis SPO Pemberian Terapi Inhalasi Nebulizer Terhadap
Penurunan Sesak Napas pada Pasien Asma. (4) Menentukan rencana pengembangan SPO
pada pasien asma yaitu dengan menggunakan intervensi terapi inhalasi nebulizer. Tahap Do
penulis mengembangkan SPO terapi inhalasi nebulizer terhadap penurunan sesak napas pada
pasien asma. Tahap Study (1) penulis melakukan study literatur sebanyak lima jurnal terkait
terapi inhalasi nebulizer pada pasien asma. (2) Penulis mencari jurnal atau teori pendukung
sebagai bentuk rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah pada SPO
yang penulis kembangkan. (3) Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait
terapi inhalasi nebulizer pada Pasien asma. (4) Penulis menetapkan langkah-langkah yang
tepat saat melakukan terapi inhalasi nebulizer sehingga menjadi SPO. Tahap Act
Pengembangan SPO ini akan menghasilkan SPO inhalasi nebulizer yang baru untuk dipakai,
dievaluasi kembali terhadap penurunan sesak napas agar hasil yang didapatkan menjadi lebih
tepat.
Hasil
No SPO Rasionalisasi
Perilaku caring perawat dapat meningkatkan
perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis,
spiritual, dan sosial. Meningkatkan interaksi
Memberi salam dan sosial dengan cara meningkatkan sikap
1
memperkenalkan diri. penerimaan satu sama lain untuk mengatasi
kecemasan dan pemecahan masalah kesehatan.
Komunikasi yang baik dapat meningkatkan
kepatuhan pasien dalam hal pengobatan dan
No SPO Rasionalisasi
perawatan penyakitnya, serta mempunyai peranan
yang cukup besar bagi kepuasan pasien yang
berobat dan dirawat (Kusomo, 2017 (11);
Purnamasari, 2020 (12); Lasmiah, 2020) (13).
Pembahasan
Kesimpulan
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara yang penulis hormati yaitu:
Ahmad Samdani, SKM., M.PH., Ketua Yayasan Samudra APTA, Buntar Handayani,
S.Kp.,M.Kep.,MM., Direktur Akademi Keperawatan PELNI Jakarta, Sri Atun Wahyuningsih,
Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J., Ketua Program Studi Diploma Tiga Akademi Keperawatan PELNI
Jakarta, Suhatridjas, Dra., S.Kep.,MKM Sebagai Wadir III dan Ketua Dewan Penguji Karya
Tulis Ilmiah, Tini Wartini, S.Pd., S.Kep., MKM Sebagai Dosen dan Pembimbing Pendamping
Karya Tulis Ilmiah, Isnayati, Ns., M.Kep sebagai Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah..
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan,
masukan dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.
Referensi
1. The Global Asthma Report 2018. Auckland, New Zealand: Global Asthma Network,
2018
2. Kuswardani, Didik, P., & Amanati, S. (2017). Pengaruh nebulizer, infra red dan chest
therapy terhadap asma bronkhiale. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR), 1 (1),
49-56.
3. Kementrian Kesehatan RI. (2018). Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta,
Indonesia: Kementrian Kesehatan RI
4. Widiastutik, DU., Ningsih, TW., & Najib, M. (2017). Eksaserbasi asma pada pasien
asma di wilayah kerja puskesmas pacar keeling Surabaya.Jurnal Keperawatan, Vol. x,
No. 3, pp.140-146.
5. John’s, C. (2020). Signs Of An Asthma Attack. Publication info: Smart Engage. United
States, John’s Creek.
6. Ambarwati, R. (2017). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: DUA
SATRIA OFFSET.
7. Dwicahyo, HB. (2017). Analisis kadar NH3 karakteristik individu dan keluhan
pernapasan pemulung di TPA sampah benowo dan bukan pemulung di sekitar TPA
sampah benowo Surabaya. Jurnal kesehatan lingkungan, 9(2): 135-144.
8. Ridwan M. (2017). Mengenal dan Menjaga kesehatan Pernapasan. Jakarta: Lontar
Mediatama.
9. Siti L., Handayani, S., & Bakri,H. (2018). Keefektifan pemberian nebulizer terapi
combivent dan terapi bisolvon terhadap petensi jalan napas pada pasien asma bronkial
di ruang IGD BBKPM Makassar. Jurnal Keperawatan Global, 3 (2), 86-97.
10. Anggraini, Y., Mertajaya, IM., Batu, AM., & Leniwita, H. (2019). Petunjuk Praktikum
Keperawatan Dasar. Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.
11. Kusumo, MP. (2017). Pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan
pasien di rawat jalan RSUD Jogja. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah
Sakit, 6(1), 72-81.
12. Purnamasari, N., Istichomah., & Utami, DP. (2020). Hubungan komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap kelas II dan III RSUD Wonosari
Yogyakarta. Jurnal ilmiah keperawatan 1(2), 1-17.
13. Lasmiah., Azis., & Mira, (2020). Hubungan karakteristik perawat dengan praktik
komunikasi terapeutik perawat-klien di puskesmas malili Kab. Luwu Timur. Jurnal
Lontara Kesehatan, 1(1), 67-76.
14. Noviestari, E., & Supartini, Y. (2015). Keperawatan dasar: Manual Keterampilan
Klinis 1. Singapore: Elsevier Australia.
15. Arini, D., Yuliastuti, C., & Ito, JLR. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan perawat
tentang identifikasi dalam pasien safety dengan pelaksanaanya di ruang rawat inap
RSUD SK. Lerik Kupang. Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hangtuah Surabaya,
14(2), 87-99.
16. Khairani, AI & Suharto. (2018). Keperawatan professional. Yogyakarta: samudra biru
(Anggota IKAPI)
17. Kusumawardhani, OB. (2019). Analisis pengaruh komunikasi terapeutik perawat
terhadap kepuasan pasien di rawat jalan RSUD Karanganyar. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 1(2), 199-213.
18. Sulistiyowati, MAE. (2016). Pelaksanaan advokasi perawat dalam informed consent di
rumah sakit islam sultan agung semarang. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(2) 188-194.
19. Mathar, I. (2018). Manajemen Informasi Kesehatan (Pengelolaan Dokumen Rekam
Medis). Yogyakarta: Deepublish
20. Murdiman, N., Harun, AA., Djuhira., & Solo TP. (2019). Hubungan pemberian
informed consent dengan kecemasan pada pasien pre operasi apendisitis di ruang
bedah BLUD rumah sakit Konawe. Jurnal Keperawatan, 2(3), 1-8.
21. Doenges, ME., Moorhouse, MF., & Murr, AC. (2019). Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Asuhan Klien Anak-Dewasa. Jakarta: EGC
22. Syajaah, J. (2018). Penggunaan alat peraga sederhana untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentan konsep energy panas pada pembelajaran IPA. Jurnal
Elementaria Edukasia, 1(1), 30-37.
23. Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis Kkni. Semarang: AR-
Ruzz Media
24. Zahroh, R., & Istiroha. (2019). Asuhan Keperawatan pada Kasus Hematologi.
Surabaya: CV. Jakad Publishing
25. Dewi, R., & Purwaningsih, E. (2017). Pelaksanaan cuci tangan oleh perawat sebelum
dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik
9(1), 103-108
26. Suprapto. (2020). Kepatuhan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri dasar
APD (handscoon dan masker) di ruangan UGD RSUD Pangkep. Jurnal Keperawatan
Sandi karsa Makassar, 6(3), 1-8.
27. Budiana, I., Nggarang, KF. (2019). Penerapan teknik aseptic pada asuhan keperawatan
di ruang bedah RSUD Kabupaten Ende. Jurnal Keperawatan Terpadu, 1(2), 56-64.
28. Sholichah, ADU. (2018). Perbedaan frekuensi nadi terhadap waktu intubasi setelah
pemberian fentanyl pada pasien general anestesi. Jurnal kesehatan politeknik, 3(1),
80-89.
29. Budi, Y. (2017). Analisa tindakan pemberian nebulizer. Jakarta: Media pustaka
30. Wardani, WI., Setyorini, Y., & Rifai, A. (2018). Gangguan pola napas tidak efektif
pada pasien congestive heart failure (CHF). Jurnal Poltekkes Kemenkes Surakarta,
2(3), 99-113.
31. Azizah, S., Sasono, TR., & Fikriana, R. (2020). Studi Literature pengaruh terapi
nebulizer pada pasien asma. Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan Viva
Medika, 3(1), 18-25.
32. Rihiantoro. (2017). Pengaruh pemberian bronkodilator inhalasi dengan pengenceran
dan tanpa pengenceran NaCL 0,9% terhadap fungsi paru pada pasien asma. Junal
Keperawatan, X (1).
33. Gustiawan, SP., Satriani, NLA., & Agustini, IB. (2017). Hubungan masker sungkup
selama nebulizer terhadap saturasi perifer oksigen pada pasien ppok. JRKN, 1(1), 51-
57.
34. Wardani, WI., Setyorini, Y., & Rifai, A. (2018). Gangguan pola napas tidak efektif
pada pasien congestive heart failure (CHF). Jurnal Poltekkes Kemenkes Surakarta,
2(3), 99-113.
35. Djaharuddin, I., Tabri, NA; Iskandar, H., & Santoso, A.(2017). Keterampilan Klinis
Terapi Inhalasi Nebulisasi. Universitas Hasanudin.
36. Adiputra, IM., Rahayu, K. (2017). Mengkonsumsi air hangat sebelum tindakan
nebulizer meningkatkan kelancaran jalan napas pada pasien asma. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 3(2), 38-49.
37. Gurusinga, R., Tarigan, FK., Sitanggang, RM. (2021). Pengaruh mengkonsumsi air
hangat sebelum pemberian nebulizer terhadap peningkatan kelancaran jalan jalan
napas pada pasien asma bronkial. Jurnal Kebidanan Kestra, 3(2), 110-115.
38. Perry, Potter. (2015). Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika
39. Kementrian Kesehatan RI. (2017). Permenkes RI nomor 27 tahun 2017 tentang
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.
Jakarta, Indonesia: Kementrian Kesehatan RI
40. Anjaswarni, T. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Komunikasi dalam
Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
41. Pieter, H. Z. (2017). Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta: Kencana
42. Pancaningrum, D. (2015). Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah
Sakit. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
43. Purnomo, D., Abidin, Z., & Ardianto, R. (2019). Pengaruh nebulizer, infrared dan
terapi latihan pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) Et causa asma bronkial.
Jurnal Fisioterapi Widya Husada Semarang, 1(2), 60-69.
44. Lumbantobing, VBM. (2017). Efektivitas terapi nebulizer dengan ipratropium dan
fenetrol terhadap saturasi oksigen. Jurnal Keperawatan BSI, 5(1), 59-64.
45. Astuti, WT., Marhamah, E., & Diniyah, N. (2019). Penerapan terapi inhalasi nebulizer
untuk mengatasi bersihan jalan napas pada pasien bronkopneumonia. Jurnal
Keperawatan, 5(2), 7-13.
46. Shokry, Aa., Saeed,H., Rabea, H. (2020). Efektivitas Nebulizer Dan Kemanjuran
Pemberian Bronkodilator Terhadap Penurunan Sesak Napas Dan Peningkatan Volume
Ekspansi Paru Pada Pasien Asma. Journal Of Drug Delivery Science And Technology,
2(6), 1-4.