Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.

id

Tugas Metodologi Penelitian


Nama : Ahmad Dalil

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id


Volume 17 No 1, Juni 2021, Hal. 86-94 P-ISSN 1858-0696 DOI:
10.26753/jikk.v17i1.516 E-ISSN 2598-9855

PENGARUH TERAPI DIAPHRAGMATIC BREATHING EXERCISE TERHADAP


PENGONTROLAN PERNAPASAN PASIEN ASMA
DI KECAMATAN SRUWENG

Bambang Utoyo, Irmawan Andri Nugroho


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong,
*e-mail: mamas.bambang@gmail.com

Abstract

Keywords: Salah satu intervensi pada pasien asma yang diterapkan untuk
diaphragmatic meningkatkan otot-otot pada system pernapasan untuk memaksimalkan
breathing ventilasi paru yaitu dengan Terapi Diafragmatic Breathing Exercise.
exercise, Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi diaphragmatic
pengontrolan breathing exercise terhadap pengontrolan pernapasan pasien asma di
pernapasan, Kecamatan Sruweng. Penelitian ini menggunakan desain quasi
asma experiment dengan pendekatan pre-test-post-test with control two group
design. Populasi dalam penelitian ini adalah 42 pasien asma. Sampel 32
pasien yang diambil secara accidental sampling. Data dianalisa secara
deskriptif dan komparatif menggunakan uji t-test. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh terapi diaphragmatic breathing exercise
terhadap pengontrolan pernapasan pasien asma di Kecamatan Sruweng.
p value: 0,000 (p <0.05). Kesimpulan penelitian ini yaitu terapi
diaphragmatic breathing exercise efektif meningkatkan pengontrolan
pernapasan pasien asma. Rekomendasi penelitain ini diharapkan kepada
pelayanan kesehatan untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai
evidence base dalam praktik keperawatan. Hasil penelitian dapat
dijadikan masukan dalam menentukan kebijakan dan dasar penyusunan
standar operasional prosedur (SOP) diaphragmatic breathing exercise
pada pasien asma.

86
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

PENDAHULUAN berkembang dan Negara miskin.


Menurut World Health Prevalensi asma pada tahun 2013
Organisation (WHO, 2013) dilaporkan mengalami peningkatan sebesar 367 kasus.
penyakit asma akhir-akhir ini kejadiannya Pada tahun 2014 pasien asma meningkat
mengalami peningkatan yang sangat tinggi sebesar 428 kasus. Setiap tahunnya pasien
dengan banyaknya mortalitas dan asma yang meninggal dari seluruh dunia
morbiditas. WHO setiap tahunnya hingga 250.000. Prevalensi pasien yang
diperkirakan 100-150 juta penduduk mengalami asma pada tahun 2015
didunia mengalami penambahan jumlah sekarang ini meningkat menjadi 500 kasus
hingga 180.000. Diperkirakan orang yang (WHO, 2017).
terkena asma diseluruh dunia mencapai Di Indonesia penyakit asma masuk
235 juta penderita asma serta penyebab dalam sepuluh besar penyakit penyebab
kematian paling banyak pada Negara kematian. Prevalensi asma di Indonesia
mencapai 4,5% dengan jumlah penderita

86
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

terbanyak oleh perempuan sebanyak 4,6% Samsuardi, 2012 Pasien asma pada saat
serta laki-laki sejumlah 4,4% (Kemenkes serangan lebih sering menggunakan otot-
RI, 2014). Prevalensi penyakit asma pada otot interkostalis dari pada menggunakan
penduduk semua usia di Indonesia dari otot-otot rektus abdominis. Diafragma
tahun 2013 hingga 2018 mencapai 4,5% merupakan otot pernapasan utama, dengan
(46.335 orang) dari 93 % (1.027.763) menggunakan otot-otot interkostalis secara
(RISKESDAS, 2018). Berdasarkan Dinas terus-menerus, hal ini menyebabkan
Kesehatan (DINKES) penderita asma di kelemahan terhadap otot pernapasan
Jawa Tengah tahun 2013 ada 113.028. sehingga dibutuhkan terapi penguatan otot-
Prevalensi penyakit asma pada penduduk otot pernapasan pada pasien asma. Salah
semua usia di Indonesia dari tahun 2013 satu intervensi pada pasien asma yang
hingga 2018 mencapai 4,5% (46.335 diterapkan untuk meningkatkan otot-otot
orang) dari 93 % (1.027.763) pada system pernapasan untuk
(RISKESDAS, 2018). Kasus serta jumlah memaksimalkan ventilasi paru yaitu
penyakit asma tertinggi ada di Surakarta dengan Terapi Diafragmatic Breathing
ada 10.393 kasus (Dinkes Jawa Tengah, Exercise. Terapi pada pernapasan yang
2013). (Dinkes, Surakarta, 2015) dari hasil dilakukan dengan inspirasi melalui hidung,
studi pendahuluan yang dilakukan pada gerakan utamanya dengan abdomen,
tanggal 06 Juni 2016 di Dinas Kesehatan membatasi gerakan dada serta melakukan
Kota Surakarta dari 17 Puskesmas ekspirasi pernapasan melalui mulut
Surakarta pada tahun 2013 penderita asma merupakan terapi Diaphragmatic
sejumlah 2.112 penderita asma dan pada Breathing Exercise (Zega dalam Mayuni,
tahun 2014 ada 2.363 penderita asma 2015).
sedangkan pada tahun 2015 jumlah anak Menurut Widjanegara, Tirtayasa &
yang menderita asma sejumlah 4.425 Pangkahilam (2015) Terapi
orang. Berdasarkan data Riskesdas di Jawa Diaphragmatic Breathing Exercise adalah
Tengah tahun 2018 asma berjumlah suatu terapi pada pernapasan pada
91.161. Data Dinas Kesehatan Kabupaten penderita asma. Akibat dari terapi
Kebumen tahun 2016, ada pada urutan ke diaphragmatic breathing exercise yaitu
3 penyakit yang tidak menular diantaranya mengakibatkan karbondioksida keluar dari
ada Hipertensi berjumlah (7.231), DM dalam paru-paru, sehingga kerja
(Diabetes Melitus berjumlah (1.585), pernapasan berkurang serta ventilasi
Asma Bronkial (1.101). Sedangkan tahun mengalami peningkatan. Peningkatan ini
2018 asma meningkat menjadi 3.162. akibat adanya peningkatan perfusi
Menurut Rhoades, 2011 dalam sehingga tekanan intraalveoli mengalami
Santoso, Harnayetty, & Bakar (2014) peningkatan serta pertukaran gas yang
penyakit asma yang sering kambuh bisa efektif. Terapi pernapasan dapat
ringan hingga berat. Pada proses inspirasi meningkatkan fungsi respirasi, bisa
bisa terjadi akibat kontraksi yang minimal menurunkan respon yang berlebih dari
dari otot-otot pernapasan yang bisa jalan nafas. Menurut Suryantoro, Isworo,
mengakibatkan diafragma terdorong & Upoyo, (2017) penatalaksanaan pada
keatas, energy yang dikeluarkan sangat terapi ini untuk meningkatkan kebersihan
tinggi untuk mengangkat rongga dada serta jalan nafas, koping serta mencegah dari
adanya pengembangan paru yang minimal. komplikasi. Menurut Putra, 2012 Dengan
Berdasarkan hal tersebut mengakibatkan diberikan Terapi Diafragmatic Breathing
oksigen yang masuk kedalam paru-paru Exercise otot-otot expirasi pada abdomen
hanya sedikit. Dalam proses ekspirasi, mengembang secara aktif sehingga
kontraksi pada pernafasan yang sedikit memudahkan karbon dioksida keluar dari
mengkibatkan saturasi oksigen mengalami rongga thorax dan mengalami peningkatan
penurunan. Shaffer, 2012 dalam pada ventilasi sehingga memperbaiki

44
kinerja alveoli untuk mengefektifkan diaphragmatic Breathing Exercise
oksigen sehingga terjadi peningkatan terhadap Pengontrolan Pernapasan Pasien
terhadap saturasi oksigen. Terapi Asma di Kecamatan Sruweng.
Diafragmatic Breathing Exercise bisa Tujuan penelitian ini yaitu
meningkatkan saturasi oksigen serta dapat Mengetahui pengaruh terapi
meningkatkan efisiensi ventilasi dalam diaphragmatic breathing exercise terhadap
oksigen dengan peningkatan oksigen pengontrolan pernapasan pasien asma di
didalam aliran darah. Tujuan Terapi Kecamatan Sruweng
Diafragmatic Breathing Exercise agar
pasien dengan masalah ventilasi dapat METODE PENELITIAN
terkontrol dengan baik, serta bisa Penelitian ini menggunakan desain
mengurangi kerja dalam system quasi experiment dengan pendekatan pre-
pernapasan. Terapi ini mampu test-post-test with control two group
menghilangkan kecemasan pada pasien design. Populasi dalam penelitian ini
Asma, meningkatkan relaksasi otot-otot adalah 42 pasien asma. Sampel 32 pasien
pernapasan, mengurangi aktifitas otot yang diambil secara accidental sampling.
pernapasan yang tidak terkoordinasi Data dianalisa secara deskriptif dan
dengan baik, serta dapat mengurangi komparatif menggunakan uji t-test.
frekuensi pernapasan. Pernapasan Asma
yang pelan dapat mengontrol kecemasan
dan dapat merilekskan pasien yang terkena HASIL PENELITIAN
sesak nafas (Sepdianto dkk, 2013). 1. Karakteristik Pasien Asma
Pasien asma yang ada di Ket Kategori F %
Kecamatan Sruweng masih belum Usia 17 – 25 tahun 10 31,3
diajarkan mengenai terapi diaphragmatic 26 – 35 tahun 2 6,3
breathing exercise. Dan terapi 36 – 45 tahun 6 18,8
46 – 55 tahun 7 21,9
diaphragmatic breathing exercise masih 56 – 65 tahun 7 21,9
belum dimasukan kedalam SOP (Standar Total 32 100,0
Operasional Prosedur). Dan hasil Jenis Kelamin Perempuan 20 62,5
wawancara dengan perawat mengenai Laki-Laki 12 37,5
terapi diaphragmatic breathing exercise, Total 32 100,0
perawat sudah tau dengan terapi tersebut, Pendidikan SD 18 56,3
SMP 5 15,6
namun belum menerapkan terapi tersebut SMK 9 28,1
kepasien asma. Pasien asma selalu Total 32 100,0
beranggapan ketika banyak aktivitas Pekerjaan Petani 5 15,6
seperti banyak gerak akan menimbulkan IRT 14 43,8
kekambuhan. Pelajar 5 15,6
Swasta 8 25,0
Berdasarkan observasi dan
Total 32 100,0
wawancara pada 3 pasien asma, pasien
asma mengatakan belum mengetahui
Berdasarkan tabel diatas
adanya terapi diaphragmatic breathing
menunjukkan sebagian besar pasien asma
exercise, mereka hanya mengetahui
berusia kategori Masa remaja akhir usia 17
apabila serangan asma kambuh mereka
– 25 tahun (31,3%), berjenis kelamin
menggunakan inhaler. Dari hasil
perempuan (62,5%), pendidikan SD
wawancara kepada pasien, pasien juga
(56,3%), pekerjaan ibu rumah tangga
mengatakan gejala yang sering muncul,
(43,8%).
sesak napas, ada suara napas tambahan,
dada juga terasa sakit.
Berdasarkan uraian diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian Terapi
2. Pengontrolan Pernapasan Pasien Asma 4. Pengaruh Terapi Diaphragmatic
Sebelum Perlakuan Terapi Diaphragmatic Breathing Exercise Terhadap Pengontrolan
Breathing Exercise Pernapasan Pasien Asma
Kategori Pre Test
a. Normalitas Data
Kelompok Kelompok Data p Keterangan
Intervensi Kontrol
F % F % Pre ACT Perlakuan 0, 229 Normal
Tidak
16 100,0 16 100,0
Terkontrol Post ACT Perlakuan 0, 255 Normal
Terkontrol
0 0,0 0 0,0
Baik Pre ACT Kontrol 0, 525 Normal
Terkontrol
Total 0 0,0 0 0,0 Post ACT Kontrol 0,164 Normal
Total 16 100,0 16 100,0
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan sebelum diberikan perlakuan
Berdasarkan tabel diatas
terapi Diaphragmatic Breathing Exercise
menunjukkan hasil pengujian normalitas
seluruh responden pada kelompok
menggunakan uji Shapiro-Wilk diketahui
memiliki pengontrolan pernapasan
bahwa signifikansi keempat data yang
kategori tidak terkontrol yaitu 16
digunakan dalam penelitian ini memiliki
responden (100,0%) sama halnya
signifikansi >0,05 sehingga data
responden pada kelompok kontrol yang
dinyatakan berdistribusi normal dan
seluruhnya memiliki pengontrolan
berlaku uji parametrik t-test.
pernapasan kategori tidak terkontrol yaitu
b. Perbedaan Pengontrolan Pernapasan
16 responden (100,0%)
Pasien Asma Pada Kelompok
Perlakuan
3. Pengontrolan Pernapasan Pasien Asma
Setelah Perlakuan Terapi Pengontrolan Mean Beda P
Diaphragmatic Breathing Exercise Pernapasan Mea
Kategori Post Test
Kelompok n
Kelompok Kelompok
Intervensi Kontrol Perlakuan
F % F %
Tidak Pre 13,25 9,50 0,000
0 0,0 10 62,5 0
Terkontrol
Post 22,75
Terkontrol
15 93,8 6 37,5
Baik
Terkontrol Berdasarkan tabel diatas
1 6,3 0 0,0
Total menunjukkan hasil uji statistik paired t-
Total 16 100,0 16 100,0 test, pada analisa sebelum diberikan obat
asma dan Diaphragmatic Breathing
Berdasarkan tabel diatas Exercise rata-rata responden memiliki skor
menunjukkan setelah diberikan perlakuan pengontrolan pernapasan 13,25 (tidak
terapi Diaphragmatic Breathing Exercise terkontrol) sedangkan analisa sesudah
sebagian besar responden pada kelompok diberikan obat asma dan Diaphragmatic
perlakuan memiliki pengontrolan Breathing Exercise rata-rata responden
pernapasan kategori terkontrol baik memiliki skor pengontrolan pernapasan
sejumlah 15 responden (93,8%), 22,75 (Terkontrol Baik). Peningkatan skor
sedangkan responden pada kelompok pengontrolan pernapasan sebelum dan
kontrol sebagian besar respondennya sesudah perlakuan yaitu 9,500 dengan p
memiliki pengontrol.an pernapasan value: 0,000. Oleh karena p value
kategori tidak terkontrol yaitu 10 (0,000<0,05) maka berarti ada perbedaan
responden (62,5%). pengontrolan pernapasan pasien asma pada
kelompok yang diberi perlakuan terapi
Diaphragmatic Breathing Exercise di
Kecamatan Sruweng. PEMBAHASAN
c. Perbedaan Pengontrolan Pernapasan Ditinjau dari karakteristik usia
Pasien Asma Pada Kelompok pasien asma, sebagian besar berusia 17 –
Kontrol 25 tahun (31,3%) karena pada usia
Pengontrolan Mean Beda P
tersebut pasien asma dapat menderita asma
Pernapasan Mean
sejak masa anak atau remaja yang
Kelompok Kontrol
Pre 13,25 6,000 0,000
berlangsung terus atau timbul setelah
Post 19,25
periode remisi tetapi dapat juga terjadi
pada dewasa tua atau lebih dari 65 tahun.
Adanya perubahan hormonal yang terjadi
Berdasarkan tabel diatas
pada masa dewasa memberikan kontribusi
menunjukkan hasil uji statistik paired t-
terhadap perkembangan asma (Postma,
test, pada analisa sebelum diberikan obat
2017).
asma dan terapi nafas dalam rata-rata
Menurut asumsi peneliti dari
responden memiliki skor pengontrolan
karakteristik jenis kelamin, sebagian besar
pernapasan 13,25 (tidak terkontrol)
berjenis kelamin perempuan (62,5%).
sedangkan analisa sesudah diberikan obat
Berbagai sumber kepustakaan mengatakan
asma dan terapi nafas dalam rata-rata
bahwa penyebab prevalensi asma yang
responden memiliki skor pengontrolan
tinggi pada perempuan, masih belum dapat
pernapasan 19,25 (Tidak Terkontrol).
dipastikan karena berhubungan dengan
Peningkatan skor pengontrolan pernapasan
multifaktorial. Perempuan dikatakan lebih
sebelum dan sesudah perlakuan yaitu 6
rentan terhadap pajanan yang dapat
dengan p value: 0,000. Oleh karena p
memicu reaksi hipersensitifitas, dan
value (0,000<0,05) maka berarti ada
merespon reaksi dengan lebih buruk
perbedaan pengontrolan pernapasan pasien
dibandingkan pada laki-laki. Faktor
asma pada kelompok yang diberi obat
aktivitas dan stress psikologis juga
asma dan terapi nafas dalam di Kecamatan
berperan dalam perburukan dan angka
Sruweng.
kekambuhan asma bronkial, dimana lebih
d. Pengaruh Terapi Diaphragmatic
rentan pada kaum perempuan. Terlebih
Breathing Exercise Terhadap
Pengontrolan Pernapasan Pasien Asma karakteristik berjenis kelamin perempuan
lebih mengutamakan perasaan dari pada
soal logika sehingga pada perempuan
Kelompok Mean Beda P stress psikologis akan mudah menghampiri
Mean dan lebih rentan terhadap asma.
Peningkat Perlakuan 9,50 3,500 0,000 Ditinjau pada penelitian ini dari
an skor karakteristik pendidikan, sebagian besar
ACT responden berpendidikan SD (56,3%).
Berdasarkan tabel diatas Menurut asumsi peneliti sebagian besar
menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan pada penelitian ini adalah responden yang
skor pengontrolan pernapasan kelompok memiliki pendidikan rendah. Dimana
perlakuan yaitu 9,50 sedangkan rata-rata responden kurang akan pengetahuan
peningkatan skor pengontrolan pernapasan tentang kesehatan dirinya, dan
kelompok kontrol yaitu 6,000. Perbedaan menganggap kondisinya baik-baik saja
skor antara kelompok perlakuan dan tanpa khawatir kondisinya akan semakin
kelompok kontrol yaitu 3,500 dengan p parah. Kondisi yang semakin parahpun
value: 0,000 (p <0.05) yang berarti ada responden masih ada saja yang tidak mau
pengaruh terapi diaphragmatic breathing berobat. Pengetahuan yang kurang akan
exercise terhadap pengontrolan pernapasan mempengaruhi kesehatan yang dialaminya
pasien asma di Kecamatan Sruweng. dan akan lebih beresiko dibandingkan
dengan seseorang yang berpendidikann Ada bebrapa yang menyebabkan
atau berpengetahuan. asma bronkial mengalami kekambuhan
Menurut asumsi peneliti ditinjau yaitu bisa disebabkan oleh beberapa
dari karakteristik pekerjaan, sebagian besar antigen diantaranya banyak debu, keadaan
responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah yang kotor, banyak hewan
rumah tangga (43,8%). Angka kejadian peliharaan seperti kucing, kecoa dan
asma yang tinggi pada ibu rumah tangga lainnya. Kondisi stress yang berlebihan
yang didapatkan dari hasil penelitian ini pada perempuan juga menjadi faktor
diduga memiliki hubungan dengan alergen penyebabnya, serta adanya riwayat
indoor sebagai salah satu faktor pencetus hipersensitivitas yang dapat menjadi
asma. Ibu rumah tangga memiliki resiko penyebab kekambuhan asma bronkial.
yaitu terpapar dengan debu tungau rumah Pada pasien asma bronkial harus rajin
ketika sedang aktivitasnya membersihkan melakukan pengontrolan asma secara
ruangan didalam rumah. Faktor pencetus optimal, asma banyak menyebabkan
asma salah satunya adalah masuknya suatu masalah dalam kesehariannya, kerusakan
alergen ke dalam saluran pernapasan pada paru, serta mengalami komplikasi
seseorang sehingga merangsang terjadinya berat terhadap penderita asma. maka dari
reaksi hipersensitivitas tipe 1. itu penanganan asma menjadi cara yang
Hasil penelitian menunjukkan baik (Crocker, et al, 2011).
sebelum diberikan obat asma dan Hasil penelitian menunjukkan
Diaphragmatic Breathing Exercise rata- sesudah diberikan obat asma dan
rata responden memiliki skor pengontrolan Diaphragmatic Breathing Exercise rata-
pernapasan 13,25 (tidak terkontrol). Hasil rata responden memiliki skor pengontrolan
evaluasi kuesioner pada kelompok pernapasan pernapasan 22,75 (Terkontrol
intervensi menunjukkan sebagian besar Baik). Hasil evaluasi kuesioner pada
pasien kadang-kadang mengalami kelompok intervensi menunjukkan
hambatan dalam mengerjakan pekerjaan sebagian besar pasien jarang mengalami
sehari-hari sejumlah 9 responden (56,3%), hambatan dalam mengerjakan pekerjaan
kadang-kadang mengalami sesak napas sehari-hari sejumlah 9 responden (56,3%),
sejumlah 11 responden (68,8%), kadang- tidak pernah mengalami sesak napas
kadang mengalami gejela asma sejumlah 7 sejumlah 15 responden (93,8%), tidak
responden (43,8%) kadang-kadang pernah mengalami gejela asma sejumlah
menggunakan obat semprot sejumlah 6 13 responden (81,3%), tidak pernah
responden (37,5%), dan sering menilai menggunakan obat semprot sejumlah 9
tingkat kontrol asma sejumlah 9 responden responden (56,3%), dan tidak pernah
(56,3%). menilai tingkat kontrol asma sejumlah 10
Sedangkan hasil evaluasi kuesioner responden (62,5%).
pada kelompok kontrol menunjukkan Pada kelompok kontrol
sebagian besar pasien kadang-kadang menunjukkan sesudah diberikan obat
mengalami hambatan dalam mengerjakan asma dan terapi nafas dalam rata-rata
pekerjaan sehari-hari sejumlah 8 responden memiliki skor pengontrolan
responden (50,0%), kadang-kadang pernapasan masih dalam kondisi tidak
mengalami sesak napas sejumlah 11 terkontrol skor 19,25. hasil evaluasi
responden (68,8%), kadang-kadang kuesioner pada kelompok kontrol
mengalami gejela asma sejumlah 9 menunjukkan sebagian besar pasien jarang
responden (56,3%), kadang-kadang mengalami hambatan dalam mengerjakan
menggunakan obat semprot sejumlah 6 pekerjaan sehari-hari sejumlah 13
responden (37,5%), dan sering menilai responden (81,3%), jarang mengalami
tingkat kontrol asma sejumlah 8 responden sesak napas sejumlah 14 responden
(50,0%). (87,5%), jarang mengalami gejela asma
sejumlah 12 responden (75,0%), jarang diharapkan keluhan pasien menjadi
menggunakan obat semprot sejumlah 13 minimal dan kualitas hidup pasien asma
responden (81,3%), dan jarang menilai pun dapat meningkat.
tingkat kontrol asma sejumlah 12 Hasil penelitian menunjukkan ada
responden (75,0%). pengaruh terapi diaphragmatic breathing
Menurut peneliti exercise terhadap pengontrolan pernapasan
Terapi Diaphragmatic pasien asma di Kecamatan Sruweng. p
Breathing Exercise dapat memberikan value: 0,000 (p <0.05). Latihan pernapasan
manfaat yang lebih besar, aman, nyaman sangat berperan dalam mengembalikan
dan memperbaiki kualitas hidup seluruh fungsi pernapasan pasien pada pasien asma
penderita asma karena karena terapi ini yang sebelumnya mengalami
merupakan suatu bentuk olahraga yang hiperventilasi dan menyebabkan
gerakannya tidak begitu berat (relaks), kekurangan CO 2 sehingga tubuh
tidak menyebabkan energi banyak menyesuaikan diri dengan menurunkan
berkurang. Terapi ini merupakan olahraga kadar oksigen di jaringan, hal ini yang
yang intensitas dan frekuensinya tepat bagi menyebabkan terjadinya penurunan
penderita asma sehingga dengan saturasi oksigen perifer. Menurut
melakukan terapi ini diharapakan dapat penelitian Yamaguti, et al, (2012), terapi
bermanfaat mengendalikan dan diaphragmatic breathing exercise lebih
mengurangi kambuhnya serangan asma. berfokus bernapas menggunakan otot-otot
Melatih otot-otot pernafasan dapat pada diafragmanya dibandingkan dengan
meningkatkan fungsi otot respirasi, menggunakan otot-otot aksesoris sehingga
mengurangi beratnya gangguan dapat menurunkan pernapasan yang lebih
pernafasan, meningkatkan toleransi maksimal serta dapat menurunkan
terhadap aktivitas. Dan menurunkan gejala frekuensi dalam sistem pernapasan.
dispnea. Diaphragmatic Breathing Didukung oleh penelitian Black &
Exercise merupakan latihan pernafasan Hawks, (2014), diafragma adalah otot
yang merelaksasikan otot-otot pernafasan yang paling utama dalam pernapasan yang
saat melakukan inspirasi dalam. Pasien mempunyai peran dibawah thorak yang
berkonsentrasi pada upaya melekat pada prosesus xifoideus sternum
mengembangkan diafragma selama dan usuk pada bagian bawah. Kontraksi
melakukan inspirasi terkontrol (Potter& pada otot diafragma dapat menarik otot
Perry, 2016). kebawah sehingga dapat meningkatkan
Pernafasan diafragma yang ruang thorak secara luas dan
dilakukan berulang kali dengan rutin dapat pengembangan paru secara aktif. Menurut
membantu seseorang menggunakan (Smith, 2004 dalam Mayuni et al, 2015),
diafragmanya secara benar ketika dia teknik pernapasan diafragma berguna
bernafas. Teknik ini berguna untuk untuk menguatkan diafragma selama
menguatkan diafragma, menurunkan kerja pernapasan, menurunkan kerja pernapasan,
pernafasan, melalui penurunan laju menggunakan sedikit usaha dan energi
pernafasan, menggunakan sedikit usaha untuk bernafas, dengan pernapasan
dan energi untuk bernafas, dengan diafragma akan terjadi peningkatan
pernafasan diafragma maka akan terjadi volume tidal, penurunan kapasitas residu
peningkatan volume tidal, penurunan fungsional dan peningkatan pengambilan
kapasitas residu fungsional, dan oksigen yang optimal (Smith, 2004 dalam
peningkatan pengambilan oksigen yang Mayuni et al, 2015).
optimal (Smith, 2014). Setelah melakukan Latihan pernapasan dapat
Diaphragmatic Breathing Exercise meningkatkan pengembangan paru
diharapkan pasien dapat mengkondisikan sehingga ventilasi alveoli meningkat dan
dirinya saat merasa akan terjadi serangan akan meningkatkan konsentrasi oksigen
ataupun saat serangan asma, dengan begitu
dalam darah sehingga kebutuhan oksigen otot abdomen) berkontraksi secara aktif
terpenuhi (Smeltzer & Bare, 2012). Sesuai sehingga mempermudah pengeluaran
dengan teori di atas terlihat bahwa hasil udara (CO2) dari rongga thorax kemudian
penelitian menunjukan peningkatan mengurangi kerja bernafas dan
signifikan nilai skor pengontrolan peningkatan ventilasi sehingga terjadi
pernapasan sebelum dan sesudah peningkatan perfusi juga perbaikan kinerja
perlakuan yaitu 10,571 yang sebelumnya alveoli untuk megefektifkan pertukaran
13,25 (tidak terkontrol) sedangkan analisa gas sehingga kadar CO2 dalam arteri
sesudah diberikan obat asma dan berkurang maka dengan latihan pernafasan
Diaphragmatic Breathing menjadi 22,75 diafragmatik saturasi oksigen meningkat
(Terkontrol Baik). (Semara, 2012).
Pengaruh ini terjadi karena
pemberian latihan pernafasan diafragma DAFTAR PUSTAKA
melatih otot- otot utama pernafasan yaitu Ariestianti, I., Pangkahila, J. A., &
otot-otot diafragma yang bekerja pada saat Purnawati, S. (2013).
inspirasi dan otot-otot abdomen yang Pembeerian diapragmatic
bekerja pada saat ekspirasi. Pada saat breathing sama baik dengan
terjadinya proses pernafasan otot-otot pursed lips breathing dalam
pernafasan merupakan komponen meningkatkan arus puncak
terpenting dari pompa respirator dan harus ekspirasi pada perokok aktif
berfungsi dengan baik untuk menghasilkan anggota club motor Yamaha
ventilasi yang lebih efektif (Ariestianti, vixion Bali di Denpasar.
dkk .2013). Majalah Ilmiah Fisioterapi
Dalam berbagai tulisan beberapa Indonesia. 1 (1).
ahli, latihan pernafasan diafragma yaitu http://ojs.unud.ac.id/index.php/
Diaphragmatic Breathing Exercise yaitu mifi/article/view/8473/6317
melatih pasien untuk menggunakan Black, J. M. & Hawks, J.H.
diafragma dengan baik dan merelaksasikan (2014).Medical surgical
otot-otot aksesoaris (otot bantu nursing: Clinical management
pernafasan), dan bertujuan meningkatkan for positive outcomes. (8 th ed).
volume alur napas, menurunkan residu Singapore: Elsevier.
fungsional, memperbaiki ventilasi dan Crocker, Et Al. (2011). Effectiveness Of
memobilisasi sekresi mukus pada saat Home-Based, Multi-Trigger,
drainase postural (Semara, 2012). Multicomponent Interventions
Biasanya penderita asma memiliki pola With An Environmental Focus
pernafasan yang salah dan cenderung For Reducing Asthma A
menggunakan pernafasan dada atas dan Community Guide Systematic
mengempiskan perut pada saat inspirasi. Review. Ev Med 2011 41
Pada saat kondisi ini energi yang (2s1):S5-S32) Published By
diperlukan tinggi sedangkan Elsevier Inc. On Behalf Of
pengembangan paru minimal, karena American Journal Of Preventive
diafragma yang terdorong keatas akibat Medicine.
perut yang dikempiskan. Pada saat Dinkes, Jateng. (2013). Profil Kesehatan
ekspirasi, perut mengembang dan Provinsi Jawa Tengah.
diafragma terdorong ke bawah sehingga Semarang: Dinkes Jateng.
menyebabkan sukar melakukan ekspirasi Dinas Kesehatan Surakarta. (2015). Profil
(Herman, 2017). Dengan diberikan latihan Kesehatan Surakarta.
pernafasan diafragma terjadi Surakarta: Dinas Kesehatan
pengembangan rongga thorax dan paru Surakarta.
saat inspirasi serta otot-otot ekspirasi (otot-
Depkes. (2018). Riset Kesehatan Dasar journal of the American
(Riskesd). Jakarta: EGC. physical therapy association.
Herman. (2017). Pengaruh Latihan Santoso, F. M., Harmayetty, H., & Bakar,
Terhadap Fungsi Otot Dan A. (2014). Perbandingan
Pernapasan. ILARA, I. Latihan Napas buteyo dan
Kementrian Kesehatan Republik upper body exercise terhadap
Indonesia. (2014). arus puncak ekspirasi pada
Propil Kesehatan pasien dengan asma bronkial.
Indones Jakarta. Critical, Medical, & surgical
Pusat Data dan Informasi Nursing Journal, 1-8.
Kementrian Kesehatan RI. Sepdianto, dkk. (2013). Peningkatan
http://www.depkes.go.id/resourc Saturasi Oksigen Melalui
es/download/pusdatin/profil- Latihan Diaphragmatic
kesehatan/profil-kesehatan- Breathing Pada Pasien Gagal
indonesia.2014.pdfia Jantung. Malang: Poltekes
Kementrian Kesehatan Republik Kemenkes.
Indonesia. (2018). Riset Kesehatan Smeltzer, &, B. (2010). Texbook of
Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Medical-Surgical Nursing Vol 2.
Balitbang Kemenkes RI. Diakses Philadelphia: Linppincott
pada Desember 2019 William & Wilknis.
Mayuni, et al. (2015). Pengaruh Smith, J., F. (2014). Chest physical
Diaphragmatic Breathing therapy. Wausau: The
Exercise Terhadap Kapasitas Thompson corporation.
Vital Paru Pada Pasien Asma http://www.chclibrary.org/micro
Di Wilayah Kerja Puskesmas III ed/00042330.html
Denpasar Utara. Coping Ners Suryantoro, E, Isworo, A, & Upoyo, A.s.
Jurnal, 1-6. (2017). Perbedaan Efektivitas
Postma DS. (2017). Gender differences in Pursed Lips Breathing Dengan
asthma development and Six Minutes Walk Test Terhadap
progression. Gender Medicine Forced Expiratory. Jurnal
Journal hal 133-146. Keperawatan Padjadjaran. 5 (2).
Potter, P., Perry, A., Stockert, P., & Hall, Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
A. (2016). Fundamentals of Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
Nursing (9th ed). St. Louis: D. Bandung: Alfabeta.
Elsevier/Mosby ……….. (2011). Statistika untuk
Samsuardi. (2015). Manfaat Latihan Penelitian. Bandung. Alfabeta..
Penguatan Otot-Otot Pernapasan Susanto, M. & Ardiyanto, T., (2015).
Terhadap Peningkatan Kapasitas Pengaruh Terapi Nafas Dalam
Vital Paru Pada Penderita Asma. Terhadap Perubahan Saturasi
Semara, Juniartha Putra. (2012). Pengaruh Oksigen Perifer pada Pasien di
Latihan Nafas Diafragma Rumah Sakit Wilayah
Terhadap Fungsi Pernapasan Kabupaten Pekalongan.
Pada Pasien Penyakit Paru Diaskses pada tanggal 13 Juni
Obstruksi Kronik. Denpasar: 2020 Pukul 20.00 WIB
Poltekkes Kemenkes. http://www.eskripsi.stikesmuh-
Shaffer, T., Wolfsoon, M, & Bhutan, V. pkj.ac.id/eskripsi/index.php?p=f
(2012). Respiratory Muscle stream&fid=873&bid=935
Function Assesment And
Training United States of
America: Physical therapy

Anda mungkin juga menyukai