Anda di halaman 1dari 23

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG

HIJAU (Vigna radiata L.) PASCA PADI BERAS


MERAH SISTEM AEROBIK MONOKROP DAN
TUMPANGSARI DENGAN KACANG TANAH PADA
BEDENG PERMANEN

RENCANA PENELTIAN

Oleh
Muh. Fahrurrozi Khair
C1M017086

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG
HIJAU (Vigna radiata L.) PASCA PADI BERAS
MERAH SISTEM AEROBIK MONOKROP DAN
TUMPANGSARI DENGAN KACANG TANAH PADA
BEDENG PERMANEN

Oleh
Muh. Fahrurrozi Khair
C1M017086

Rencana Penelitian sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan


Penelitian

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Rencana Penelitian diajukan oleh :


Nama : Muh. Fahrurrozi Khair
NIM : C1M017086
Program Studi : Agroekoteknologi
Jurusan : Budidaya Pertanian
Judul : Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata
L.) Pasca Padi Beras Merah Sistem Aerobik Monokrop dan Tumpangsari Dengan
Kacang Tanah Pada Bedeng Permanen
Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian.
Rencana penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing.

Menyetujui
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

(Ir. Wayan Wangiyana, M.Sc.(Hons)., (Ir. I Ketut Ngawit, MP.)


Ph.D.) NIP. 19620715 198902 1 001
NIP. 19601231 198703 1 020

Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Budidaya Pertanian Agroekoteknologi

(Ir. Aluh Nikmatullah, M.Agr., (Ir. Uyek Malik Yakop, M.Sc.,


Sc.Ph.D.) Ph.D.)
NIP. 19650224199203 2 003 NIP. 19600325 198703 1 002
Tanggal Pengesahan:
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanah Wata’ala yang telah memberikan


nikmat kesehatan sehingga saya dapat menyusun penelitian ini. Sholawat serta
salam tak lupa saya haturkan ke junjungan alam Nabi Besar Muhammad
Sollallohu Alaihi Wasallam karna berkat beliaulah manusia dapat menikmati
indahnya ilmu pengetahuan.
Penyusunan rencana penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Wayan Wangiyana M.Sc.(Hons)., Ph.D.
selaku Pembimbing Utama dan Bapak Ir. I Ketut Ngawit, MP. selaku
Pembimbing Pendamping, serta Ibu Dr. Ni Wayan Sri Suliartini , S.P., M.P.
selaku Dosen Pembimbing Akademik. Selanjutnya kepada kedua orang tua yang
senantiasa mendoakan dan memberi dukungan penuh, kepada keluarga dan rekan-
rekan mahasiswa yang siap membantu, semoga Allah Subhanahu Wata’ala
membalas kebaikan mereka di dunia maupun di akhirat.
Rencana penelitian ini telah saya susun dan selesaikan dengan sebaik-
baiknya sebagai salah satu syarat melakukan penelitian. Namun tulisan ini
tentunya tidak lepas dari berbagai kekurangan baik materi maupun format
penulisan sehingga penulis berharap agar dapat terus diberikan kritik maupun
saran sehingga kedepannya penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan
penelitian ini. Semoga rencana penelitian ini mampu memberikan informasi
tentang penelitian yang akan saya laksanakan.
Mataram, 1 Maret 2021
Penulis

Muh. Fahrurrozi Khair


C1M017086
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 . Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 . Tujuan Penelitian......................................................................................................2

1.3 . Kegunaan Penelitian.................................................................................................3

1.4 . Hipotesis....................................................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4

2.1 . Kacang Hijau.............................................................................................................4

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Kacang hijau..............................................................4

2.1.2. Deskripsi dan Morfologi Tanaman kacang Hijau........................................4

2.1.3. Syarat Tumbuh Kacang Hijau......................................................................6

2.1.4. Fase Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau.................................................6

2.2 . Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT)............................................................................7

2.3 . Budidaya Tanaman Padi..........................................................................................7

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................................9

3.1 . Tempat dan Waktu Percobaan.................................................................................9

3.2 . Bahan dan Alat Percobaan.......................................................................................9

3.3 . Rancangan Percobaan...............................................................................................9

3.4 . Pelaksanaan Percobaan..........................................................................................10


v

3.4.1. Persiapan Lahan.........................................................................................10

3.4.2. Persiapan Benih..........................................................................................10

3.4.3. Penanaman.................................................................................................10

3.4.4. Pengairan....................................................................................................10

3.4.5. Penjarangan dan Penyulaman.....................................................................10

3.4.6. Penyiangan.................................................................................................11

3.4.7. Pemupukan.................................................................................................11

3.4.8. Pengendalian Hama Penyakit.....................................................................11

3.4.9. Panen..........................................................................................................11

3.5 . Pengamatan..............................................................................................................11

3.5.1. Penentuan Sampel......................................................................................11

3.5.2. Variabel Pertumbuhan Kacang Hijau.........................................................12

3.5.3. Variabel Hasil Kacang Hijau......................................................................12

3.6 Analisis Data.............................................................................................................13

3.7 Jadwal Penelitian.......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

LAMPIRAN...............................................................................................................16
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1.Denah Percobaan................................................................................16
BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman sumber
protein nabati. Kandungan protein kacang hijau sebesar 22% menempati urutan
ketiga setelah kedelai dan kacang tanah (Purwono dan Hartono, 2005). Kacang
hijau berumur genjah (55-65 hari) tahan kekeringan, variasi jenis penyakit relatif
sedikit, dapat ditanam pada lahan kurang subur, dan harga jual relatif tinggi serta
stabil.
Hampir semua negara di dunia membutuhkan kacang hijau untuk berbagai
macam keperluan, namun yang dibutuhkan sekarang adalah kejelian para petani
dan produsen kacang hijau dalam memanfaatkan peluang tersebut (Andrianto dan
indarto, 2004). Sebagian besar kebutuhan kacang hijau domestik untuk pakan atau
industri pakan dan sebagiannya lagi untuk pangan, dan kebutuhan industry
lainnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi kacang hijau
nasional juga berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar kacang hijau
dunia. Penggunaan lainnya dari tanaman kacang hijau adalah sebagai tanaman
penutup tanah. Bagian vegetatif tanaman dapat digunakan untuk pupuk hijau dan
makanan ternak (Soeprapto dan Sutarman, 1991).
Dari sisi agronomi, kacang hijau memiliki kelebihan dibandingkan dengan
jenis tanaman kacang-kacangan lainnya karena merupakan tanaman yang tahan
kekeringan, dapat tumbuh cukup baik pada tanah yang kurang subur, tahan
terhadap serangan hama penyakit dan dapat dipanen dalam umur 55-60 hari. Cara
budidaya dan penanganan pasca panen sangat mudah dan resiko kegagalan panen
sangat rendah (Hartono dan Purwono, 2005). Dari sisi ekonomi kacang hijau
merupakan tanaman pangan yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat sehingga
harganya relatif stabil, dan dapat dikonsumsi dengan cara pengelolaan yang
sederhana (Andrianto dan Indarto, 2004).
2

Produski kacang hijau di NTB mengalami penurunan dimana produksi


pada tahun 2014, hanya 18.351 ton, yaitu turun 16,88% dibandingkan dengan
produksi tahun 2013 yang mencapai 22.079 ton. Data tersebut menunjukkan
bahwa produksi kacang hijau di NTB lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
nasional. Namun pada tahun 2015 produksi kacang hijau mengalami peningkatan
sebesar 27.074 ton dengan luas panen 23.315 ha lahan (BPS NTB, 2015).
Riwayat tanaman dan teknik budidaya yang diterapkan sebelumnya dapat
mempengaruhi kesuburan tanah, jenis dan populasi organisme penganggu
tanaman, serta pertumbuhan dan hasil tanaman pada musim berikutnya. Dengan
kata lain jenis tanaman dan teknik budidaya sebelumnya dalam sistem rotasi
sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman berikutnya (Wisnubrata, 2003).
Menurut Mahendra (2009), pemilihan jenis tanaman rotasi adalah penting sekali.
Kesalahan penggunaan jenis tanaman rotasi dapat menurunkan hasil tanaman
berikutnya, yang tidak mustahil malah merupakan tanaman inang (host plant) bagi
penyakit-penyakit yang justru akan diberantas. Sebagai contoh dapat
dikemukakan, bahwa hasil tanaman kubis akan rendah apabila ditanam sesudah
kedelai, akan tetapi dapat tinggi sesudah jagung, padahal kedelai bersifat
menyuburkan tanah.
Jagung ketan yang ditanam tugal langsung pasca padi konvensional lebih
menderita kekurangan unsur hara, terutama N dan P, jika dibandingkan dengan
yang ditanam pasca padi sistem aerobik tumpangsari dengan kacang (Dulur et al,
2019)
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan tentang
“Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau Pasca Padi Beras Merah
Sistem Aerobik Monokrop dan Tumpangsari Dengan Kacang Tanah Pada
Bedeng Permanen”
I.2. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh sistem tanam padi terhadap pertumbuhan
tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.)
2. Untuk mengetahui pengaruh pola baris tanaman padi terhadap
pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.)
3

I.3. Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pengaruh
teknik budidaya padi tumpang sari dengan kacang tanah dan sistem irigasi aerobik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau tanpa olah tanah.

I.4. Hipotesis
Diduga bahwa dengan perlakuan sistem budidaya dan pola baris tanaman
padi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Vigna
radiata L.)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kacang Hijau

II.1.1. Klasifikasi Tanaman Kacang hijau


Menurut Purwono dan Hartono (2012) klasifikasi ilmiah tanaman kacang
hijau adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Familia : Leguminosae
Genus : Vigna
Species :Vigna radiata (L.) R. Wilczek

II.1.2. Deskripsi dan Morfologi Tanaman kacang Hijau


Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur
pendek dan tanaman ini dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Tanaman kacang
hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat tani Indonesia. Tanaman
kacang hijau berasal dari kawasan India, karena India merupakan daerah asal
sejumlah besar suku (famili) Leguminosae. Salah satu bukti yang mendukung
adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis Phaseolus mungo di India
atau disebut kacang hijau India. Kacang hijau dibawa masuk ke wilayah Indonesia
pada awal abad ke-17 oleh pedagang Cina dan Portugis. Pusat penyebaran kacang
hijau pada mulanya di pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an, mulai
berkembang di Sulawesi, Sumatra dan Kalimantan (Rukmana, 2006).
Tipe pertumbuhan kacang hijau dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tipe
determinit dan indeterminit. Tipe determinit adalah tipe tanaman yang ujung
batangnya tidak melilit dengan pembungaannya singkat dan serempak.
Pertumbuhan vegetatif berhenti setelah tanaman berbunga. Tipe indeterminit
5

ditandai dengan ujung batang yang melilit, pembungaan yang berangsur-angsur


dari pangkal bunga sampai bagian pucuk, pertumbuhan vegetatifnya tetap
berlangsung setelah tanaman berbunga (Trustinah, 1992).
Tanaman kacang hijau memilki akar tunggang. Sistem perakarannya
dibagi dua yakni mesophytes dan xerophytes. Mesophytes memilki banyak cabang
akar pada permukaan tanh dan tipe pertumbuhannya menyebar. Adapun
xerophytes memiliki sedikit akar dan memanjang kebawah (Purwono dan
Hartono, 2005).
Tanaman kacang hijau memilki batang tegak atau semitegak dengan
ketinggian antara 30 – 110 cm. batang berwarna hijau, kecokelat-cokelatn atau
keungu-unguan; berbentuk bulat dan berbulu. Pada batang utama tumbuh cabang
yang menyamping (Fachruddin, 2000).
Daun tanaman kacang hijau termasuk trifoliate (dalam satu tangkai
terdapat tiga helai daun) letaknya berseling, berbentuk bulat telur dengan warna
hijau muda sampai tua (Fachruddin, 2000). Tangkai daun memilki ukuran yang
lebih panjang dibandingkan daunnya sendiri (Purwono dan Hartono, 2005).
Bunga tanaman kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dengan warna
kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk spesies hermaprodit atau
berkelamin sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga saat
pagi hari bunganya mekar dan saat sore bunganya menjadi layu (Purwono dan
Hartono, 2005).
Polong tanaman kacang hijau berukuran panjang sekitar 5-10 cm dengan
diameter 0,5 cm yang matang dalam waktu 20 hari setelah berbunga. Polong
umumnya mengandung sedikitnya 10 biji kecil (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Polong berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung sedikit runcing atau
tumpul. Saat muda polong berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi
kecoklatan atau kehitaman. Polong juga memiliki rambut-rambut pendek atau
berbulu (Purwono dan hartono, 2005). Biji umumnya berwarna hijau kusam atau
hijau mengkilap, namun adapula yang berwarna kuning, cokelat dan hitam
(Fachruddin, 2000). Bagian-bagian biji terdiri dari kulit, keping biji, pusar biji
(hilum), dan embrio yang terletak diantara keping dan biji (Cahyono, 2010).
6

II.1.3. Syarat Tumbuh Kacang Hijau


Tanaman kacang hijau dapat beradaptasi luas diberbagai daerah yang
beriklim panas (tropik). Di Indonesia kacang hijau dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut
(dpl). Iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu
25oC-27oC dengan curah hujan antara 50 mm- 200mm per bulan, dan cukup
mendapat sinar matahari (Rukmana, 2006). Tanaman kacang hijau termasuk
golongan C3, artinya tanaman ini tidak mengehendaki radiasi dan suhu yang
tinggi. Seperti halnya tanaman legum lainnya, tanaman ini menyukai daerah
relatif kering dengan kelembaban udara antara 50-89%. Fotosintesis tanaman
kacang hijau akan mencapai maksimum sekitar pukul 10.00 (Purwono dan
Hartono, 2005).
Tanaman kacang hijau memerlukan tanah yang gembur, banyak
mengandung humus, aerase dan drainase baik. Tanaman kacang hijau
menghendaki tanah yang tidak terlalu berat, artinya tidak terlalu banyak
mengandung liat. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai
oleh tanaman kacang hijau (Rukmana, 2006). Menurut Soeprapto (1996)
pertumbuhannya baik pada tanah lempung sampai tanah mempunyai bahan
organik tinggi. Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara (fosfor,
kalium, magnesium, dan belerang) yang cukup. Unsur hara ini penting untuk
meningkatkan produskinya.
Tanaman kacang tanah menghendaki tanah yang memilki kemasaman
(pH) tanah yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal yaitu antara 5,5-6,5. Pada
tanah-tanah dengan pH dibawah 5,5 biasanya dilakukan pengapuran untuk
meningkatkan pH dan menetralisir keracunan Alumunium. Sementara tanah-tanah
yang memiliki pH diatas 6,5 perlu diberikan perlakuan tertentu (Purwono dan
Hartono, 2005).

II.1.4. Fase Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau


Benih kacang hijau yang ditanam pada kondisi yang sesuai akan segera
berkecambah dan muncul ke permukaan tanah (muncul lapang) setelah empat
7

sampai enam hari. Setelah itu akan terbentuk sepasang daun trifoliate yang
membuka sempurna dan dapat melakukan fotosintesis (Sumbeang, 2014).
Tanaman kacang hijau akan mengalami pertumbuhan vegetatif sampai awal
muncul atau terbentuknya bunga. Fase ini umumnya terjadi pada satu sampai
enam minggu setelah tanam (Sumbeang, 2014).
Pertumbuhan vegetatif ini juga masih terjadi setelah tanaman mulai
berbunga tetapi dengan kecepatan yang berkurang (Christine, 2015). Fase
pembungaan diawali dengan pembentukan bunga. Setelah bunga terbentuk terjadi
penyerbukan sendiri yang dilanjutkan dengan proses pembuahan. Jika pembuahan
berhasil akan dilanjutkan dengan pembentukan polong. Pembungaan akan terus
terjadi walaupun sebagian bunga telah berkembang menjadi polong (Sumbeang,
2014).
Polong yang terbentuk setelah terjadi pembuahan mengalami
pertumbuhan sampai ukuran tertentu. Selama pertumbuhan tersebut, didalamnya
terjadi pembentukan dan pengisian biji. Pemasakan biji dianggap selesai apabila
polong telah mencapai ukuran maksimum. Selanjutnya biji di dalam polong akan
mengalami proses pematangan yang ditandai oleh perubahan warna polong yang
pada umumnya dari hijau menjadi hitam, sekaligus tanda polong siap dipanen
(Sumbeang, 2014).

II.2. Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT)


Olah tanah konservasi merupakan salah satu pendekatan sistem prouksi
tanaman yang memperhatikan konservasi lahan (Utomo, 1989). Cara persiapan
lahan yang memenuhi kriteria olah tanah konservasi adalah pengolahan tanah
minimum dan tanpa pengolahan tanah (Utomo, 1999). Abdurrachman, dkk (1998)
menjelaskan bahwa olah tanah konservasi (OTK) merupakan cara penyiapan
lahan yang dapat mengurangi kehilangan tanah dan air karena erosi dan
penguapan dibndingkan dengan cara-cara penyiapan lahan secara konvensional.
Hal yang menentukan keberhasilan olah tanah konservasi adalah pemberian bahan
organik dalam bentuk mulsa yang cukup (Rachman dkk, 2014).
8

II.3. Budidaya Tanaman Padi


Pengelolaan air sangat berperan penting dan merupakan salah satu kunci
keberhasilan peningkatan produksi padi dilahan sawah. Namun intensifikasi padi
sawah dengan sistem tergenang (anaerob) pada saat sekarang ini menyebabkan
tidak berfungsinya kekuatan biologis tanah, juga menghambat perkembangan
sistem perakaran tanaman padi (Simarmata dan Yuyun, 2007).
Teknik budidaya yang dapat diterapkan untuk mengefisiensi penggunaan
air yaitu dengan penerapan sistem padi aerobik. Dalam padi sistem aerobik padi
ditanam seperti tanaman dataran tinggi dengan masukan yang memadai dan irigasi
tambahan ketika curah hujan tidak mencukupi (Bouman, 2001). Menurut Hingdri
et al. (2013) budidaya sistem aerobik memilki keunggulan antaranya mengurangi
penggunaan air hingga 40%. Selain itu pemberian air yang bertujuan menjaga
kondisi aerobik dapat meningkatkan jumlah anakan produktif, biomassa, dan luas
daun tanaman dibandingkan pengairan terus menerus.
BAB III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode


eksperimental dengan melakukan percobaan dilapangan.
III.1. Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini akan dilaksanakan di lahan sawah Desa Beleke, Kecamatan
Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Percobaan ini akan dilaksanakan pada bulan
Juni sampai dengan bulan Agustus 2020.

III.2. Bahan dan Alat Percobaan


Bahan yang akan digunakan adalah benih kacang hijau varietas VIMA-4,
pupuk PHONSKA, larutan Atonik, insektisida Prevathon 50 SC, patok bambu dan
Cruiser.
Alat yng akan digunakan adalah parang, gergaji, palu, meteran, cangkul,
tali raffia, mesin pompa air, penggaris, timbangan digital, sprayer, wadah plastik,
kamera dan alat tulis.

III.3. Rancangan Percobaan


Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Petak
Terbagi (Split Plot Design) dengan dua (2) faktor perlakuan diantaranya sebagai
berikut :
1. Faktor teknik budidaya (T1: teknik budidaya padi aerobik monokrop ; T2:
teknik budidaya padi aerobik tumpang sari) menjadi petak utama.
2. Faktor pola barisan padi (B1: single row ; B2: double row ; B3: triple row)
yang menjadi anak petak
Dari dua faktor tersebut didapatkan enam kombinasi perlakuan yaitu T1B1,
T1B2, T1B3, T2B1, T2B2 dan T2B3. Masing-masing kombinasi perlakuan
diulang tiga (3) kali, sehingga menghasilkan 24 unit percobaan
10

III.4. Pelaksanaan Percobaan

III.4.1. Persiapan Lahan


Sebelum dilakukannya kegiatan penanaman, dilakukan persiapan lahan
dengan cara membersihkan gulma dan sisa tanaman sebelumnya pada bedeng
menggunakan sabit. Pada penanaman padi sebelumnya, bedeng tersebut ditaburi
tipis dengan sekam padi sebanyak 2 ember dengan kapasitas 6 liter sehingga
sekam yang diberikan sebanyak 12 liter perbedeng.

III.4.2. Persiapan Benih


Persiapan benih kacang hijau dilakukan dengan merendam benih kacang
hijau terlebih dahulu dengan air yang dicampur Cruiser.

III.4.3. Penanaman
Kegiatan penanaman kacang hijau dilakukan dengan menugal pada
pangkal padi sisa tanaman sebelumnya dimana benih kacang hijau dimasukkan 3
biji sebagai tanaman utama dan 2 biji sebagai tanaman pinggiran. Jarak tanam
yang digunakan adalah 25 cm x 20 cm untuk single row. Kemudian untuk double
row tanaman ke-2 digeser 5 cm mendekati baris ke-3, baris ke-4 digeser 5 cm
mendekati baris ke-5 dan seterusnya sehinga membentuk barisan kembar (double
row) dan jarak tanam menjadi 30 cm x 20 cm x 20 cm dalam barisan. Untuk triple
row baris ke-3 digeser 5 cm mendekati baris ke-4 dan baris ke-2 digeser 10 cm
mendekati baris ke-3 sehingga membentuk barisan triple, jarak tanam menjadi 35
cm x 20 cm x 20 cm.

III.4.4. Pengairan
Pengairan dilakukan pada awal penanaman tanaman kacang hijau dan
dilakukan selama tiga (3) kali selama masa penanaman dengan mengalirkan air
yang diambil dari sumur menggunakan mesin pompa air.

III.4.5. Penjarangan dan Penyulaman


Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST (Hari Setelah
Tanam), kemudian tanaman di sisakan dua per rumpun. Penyulaman juga
11

dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST dengan cara mengganti tanaman
yang tidak tumbuh atau tanaman yang pertumbuhannya kurang baik.

III.4.6. Penyiangan
Peyiangan dilakukan agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu dengan
adanya gulma. Penyiangan dilakukan dengan cara manual menggunakan sabit.

III.4.7. Pemupukan
Pemupukan dilakukan agar tanaman tumbuh optimal, dilakukan setelah
tanaman berumur 12 HST. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Phonska dengan
dosis 200kg/ha.

III.4.8. Pengendalian Hama Penyakit


Pengendalian hama penyakit penting untuk dilakukan agar pertumbuhan
tanamannya tidak tergangu. Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan
dua cara yakni manual dan kimiawi. Pengendalin secara manual dapat dilakukan
dengan mengambil langsung hama yang terdapat di tanaman kemudian secara
kimiawi menggunakan Prevathon 50 SC sebanyak 2 tutup botol yang sudah
dicampur dengan air 16 Liter dapat dilakukan dengan meyemprotkannya ke
tanaman menggunakan sprayer.

III.4.9. Panen
Kacang hijau dapat dipanen pada umur 56-60 HST. Ciri tanaman dapat
dipanen yaitu daun sudah mulai menguning dan polong sudah berwarna
kecoklatan sampai warna kehitaman.

III.5. Pengamatan

III.5.1. Penentuan Sampel


Tanaman sampel yang akan digunakan adalah 3 rumpun tanaman per
petak perlakuan, kemudian dipilih secara random dengan cara mengambil
tanaman secara acak pada garis diagonal bedeng
12

III.5.2. Variabel Pertumbuhan Kacang Hijau


1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman kacang hijau dimulai saat tanaman berumur 14
HST dimana pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal batang
tanaman kacang hijau diatas permukaan tanah sampai dengan ujung daun
tertinggi. Alat yang digunakan adalah penggaris berukuran 100 cm. Pengamatan
dilakukan 2 minggu sekali.
2. Jumlah Daun Trifoliate
Pengamatan daun trifoliate dilakukan saat tanaman berumur 14 HST dimana
pengukuran ini dilakukan 2 minggu sekali sampai tanaman berumur 56 HST.
Daun tanaman yang dihitung diambil dari seluruh cabang pada masing-masing
perlakuan.
3. Jumlah Cabang Produktif
Pengamatan jumlah cabang produktif dilakukan dengan menghitung
cabang produktif secara manual pada masing-masing tanaman sampel per
pelakuan. Pengamaan dimulai saat tanaman mulai berbunga

III.5.3. Variabel Hasil Kacang Hijau


1. Jumlah Polong Berisi
Penghitungan jumlah polong berisi dilakukan setelah panen dengan
menghitung banyaknya polong yang berisi per satu perlakuan pada setiap bedeng.
2. Jumlah Polong Hampa
Jumlah polong hampa di amati setelah dilakukannya panen, pengamatan
dilakukan dengan menghitung polong yang hampa per satu perlakuan pada setiap
bedeng.
3. Berat Polong Kering (g)
Berat polong dapat diamati dengan menimbang berat polong per perlakuan
pada setiap bedeng.
4. Berat 100 Biji (g)
Pengamatan berat 100 biji dilakukan dengan cara menimbang berat biji
kering yang diambil dari masing-masing sampel tanaman.
13

5. Berat Hasil Biji Per rumpun(g)


Berat biji per rumpun diamati dengan menimbang semua biji per rumpun
yang diambil dari masing-masing sampel tanaman kacang hijau.
III.6 Analisis Data
Data yang dapat dianalisis dengan menggunakan analysist of Variance
(Anova) pada taraf nyata 0.05, dan jika hasil yang digunakan berpengaruh nyata
akan dilakukan uji lanjut dengan uji BNJ pada taraf 5% menggunakan CoStat for
Windows ver. 6.303.

III.7 Jadwal Penelitian


Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
  Persiapan lahan                        
  Persiapan benih                        
  Penanaman                        
  Pengairan                        
  penjarangan dan penyulaman                        
  Penyiangan                        
  Pemupukan                        
  pengendalian hama dan penyakit                        
  Pengamatan                        
  Panen                        
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman A., Dariah A., Rachman A. 1998. Peranan Pengolahan Tanah Dalam
Peningkatan Kesuburan Tanah. Prosiding Seminar Nasional VI BPD-
OTK. Kalimantan Selatan.

Bouman B.A.M., Tuong T.P. 2001. Field Water Management to Save Water
Andincrease its Productivity In Irrigated Rice. Agricultural Water
Management 49: 11-30

BPS NTB. 2015. Angka Tetap Tahun 2014 dan Angka Ramalan II Tahun 2015
Produksi Padi dan Palawija Provinsi Nusa Tenggara Barat.
http://ntb.bps.go.id/webs/brs_ind/brsInd-20151102204142.pdf. [26
Februari 2021]

Cahyono B. 2010. Kacang Hijau. CV Aneka Ilmu. Semarang.

Christine Y. 2015. Fase Pertumbuhan Kacang Hijau. dokumen.tips/documents/fase-


pertumbuhan-kacang-hijau.html [28 Februari 2021]

Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius. Yogyakarta

Hingdri T.T., Yuwariah Y., Nurmala T., Simarmata T. 2013. Teknik Pengukuran Air
Pada Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPT-BO)
untuk Meningkatkan Populasi Rhizobacteria, Efisiensi Penggunaan Air,
Perakaran Tanaman dan Hasil Tanaman Padi. Agrovigor 6 (1): 23-29.

Mahendra F. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Purwono, Hartono R. 2005. Seri Agribisnis Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta

Rachman A., Dariah A., Husen E. 2004. Konservasi Tanah Pada Lahan Kering
Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan
Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 204 hlm.

Rubatzky E.V., Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi.
Edisi ke 2. ITB. Bandung.

Rukmana R. 2006. Kacang Hijau-Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.


15

Simarmata T., Yuyun Y. 2007. Teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali


Berbasis Organik (IPAT-BO) Untuk Melipatgandakan Produksi Padi dan
Mempercepat Kemandirian dan Ketahanan Pangan. Abstrak Proceeding
of the Seminar on Rice Research Appreciation Supporting P2BN. Bogor,
19-20 November 2007. Hal.127.

Soeprapto H.S. 1996. Bertanam Kacang Hijau. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumbeang A.S. 2014. Botani Tanaman Kacang Hijau. eprints.ung.ac.id [28 Februari
2021]

Utomo M. 1989. Olah Tanah Konservasi, Teknologi Pertanian Lahan Kering. Pidato
Ilmiah Dies Natalis Universitas Lampung ke-24. 23 September 1989.
Universitas Lampung.

Utomo M. 1999. Teknologi Olah Tanah Konservasi Menuju Pertanian


Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Palembang
30 Oktober 1999. Fakultas Pertanian, Universitas IBA Palembang. 16 hlm.

Wisnubrata R. 2003. Desain Uji Performasi Tugal Semi-Mekanik Penanaman dan


Pemupukan Kedelai (Pupuk Granular) Untuk Lahan Kering. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Percobaan

T1 T2

T1B2 T1B3 T1B1 T2B2 T2B3 T2B1

T1B2 T1B3 T1B1 T2B2 T2B3 T2B1

T1B2 T1B3 T1B1 T2B2 T2B3 T2B1

Anda mungkin juga menyukai