Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia,
salah satunya adalah Asma Bronchial. Asma merupakan penyakit saluran
napas yang ditandai oleh penyempitan bronkus akibat adanya hiper reaksi
terhadap sesuatu perangsangan langsung fisik atau pun tidak langsung. Tanpa
pengelolaan yang baik asma akan mengganggu kehidupan penderita dan akan
cenderung mengalami peningkatan, sehingga dapat menimbulkan komplikasi
ataupun kematian.(Setiawati, 2017)

Asma Bronchial menjadi salah satu masalah kesehatan baik dinegara


maju maupun di negara berkembang. Menurut data World Health
Organization (WHO) tahun 2016 menyatakan sekitar 235 juta penderita
asma didunia dengan angka kematian lebih dari 80% di negara-negara
berkembang. Data prevalensi asma di Amerika Serikat berdasarkan umur
sebesar 7,4% pada dewasa dan 8,6% pada anak- anak, berdasarkan jenis
kelamin, 6,3% laki-laki dan 9,0% perempuan, dan berdasarkan ras sebesar
7,6% ras kulit putih dan 9,9% ras kulit hitam (Setiwan dkk, 2018)

Berdasarkan Profil Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


menyatakan bahwa 1 dari 22 orang di Indonesia menderita asma. Namun,
hanya 54% yang terdiagnosis dan hanya 30% kasus terkontrol dengan baik.
(Kemenkes RI, 2017). Di Indonesia penyakit asma masuk dalam sepuluh
besar angka kesakitan dan kematian. Pada tahun 2018 angka prevalensi asma
di Indonesia menjadi 2,4% atau 24 per 1000 penduduk Indonesia (Rikesdas
2018).

1
2

Penyakit Asma merupakan salah satu penyakit utama yang


menyebabkan pasien memerlukan perawatan di rumah sakit, karna
mengakibatkan gangguan pernafasan yaitu penyempitan jalan nafas dan
menimbulkan sesak nafas disertai batuk yang sering dan terjadi pada malam
hari saat udara dingin. Gejala batuk biasanya bermula mendadak dengan
batuk non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang kental dan rasa
tertekan didada, disertai dengan sesak nafas (dyspnea) dan mengi sehingga
ekspirasi selalu lebih sulit dan pendek dibanding inspirasi yang mendorong
pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesoris pernafasan
(Brunner dan Suddart, 2011 dalam (Tafdhila 2019).

Gangguan pernafasan pada penderita asma yang disertai batuk dan


sesak nafas, diperlukan penatalaksanaan secara farmakologi maupun
nonfarmakologi yaitu dengan mengatur posisi semifowler untuk
memaksimalkan sesak nafas dan batuk, memberikan bronkodilator, dan
memberikan latihan batuk efektif. Batuk efektif sendiri merupakan suatu
metode non farmakologi dengan melakukan batuk yang benar, dimana pasien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak
secara maksimal. Manfaat latihan batuk efektif yaitu untuk melonggarkan dan
melegakan saluran pernafasan maupun mengatasi sesak dan membantu
mengeluarkan sekresi pada saluran pernafasan serta membantu membersihkan
jalan nafas (Mutaqqin, 2011 dalam (Tafdhila 2019).

Menurut penelitian (Nurhayati 2015) menyatakan bahwa dengan


batuk efektif dapat mengeluarkan dahak atau sputum yang berlebihan
sehingga dapat membebaskaan jalan nafas klien. Kemudian sejalan dengan
penelitian Sitorus (2018) didapatkan adanya peningkatan pengeluaran sekret
pada klien dengan asma yang mendapat terapi batuk efektif, sehingga klien
mampu mempertahankan jalan napas yang efektif.

Berdasarkan uraian diatas literatur review ini penulis tertarik


memahami lebih jauh tentang intervensi penerapan batuk efektif dalam
manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial.
3

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam studi literatur.


“Bagaimana gambaran hasil penerapan batuk efektif dalam manajemen
bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan studi literatur mengikuti rumusan masalah.
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh gambaran hasil penerapan batuk efektif dalam
manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial.

1.3.2 Tujuan Khusus


Secara khusus tujuan penelitian ini:
1. Mengidentifikasi penelitian/artikel penerapan batuk efektif
dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma
bronkial.
2. Menganalisis hasil penelitian batuk efektif dalam
manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial.
3. Merumuskan rekomendasi hasil penelitian batuk efektif
dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma
bronkial.

1.4 Manfaat Penelitian


Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Bagi rumah sakit, hasil penelitian ini sebagai Dasar
Pengembangan Standar/ Pedoman pengembangan kemampuan
pasien dalam manajemen bersihan jalan nafas melalui penerapan
batuk efektif.
2. Pedoman kerja bagi perawat dalam melaksanakan implementasi
batuk efektif.
Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
4

1. Evidance Base Nursing Practice implementasi batuk efektif


dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma
bronkial
2. Data dasar bagi pengembangan studi atau penelitian yang
mengembangkan metode Batuk Efektif atau implementasi
keperawatan lainnya dalam manajemen bersihan jalan nafas pada
pasien asma bronkial.

Anda mungkin juga menyukai