Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah Asma Bronchial. Asma merupakan penyakit saluran napas yang ditandai oleh penyempitan bronkus akibat adanya hiper reaksi terhadap sesuatu perangsangan langsung fisik atau pun tidak langsung. Tanpa pengelolaan yang baik asma akan mengganggu kehidupan penderita dan akan cenderung mengalami peningkatan, sehingga dapat menimbulkan komplikasi ataupun kematian.(Setiawati, 2017)
Asma Bronchial menjadi salah satu masalah kesehatan baik dinegara
maju maupun di negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2016 menyatakan sekitar 235 juta penderita asma didunia dengan angka kematian lebih dari 80% di negara-negara berkembang. Data prevalensi asma di Amerika Serikat berdasarkan umur sebesar 7,4% pada dewasa dan 8,6% pada anak- anak, berdasarkan jenis kelamin, 6,3% laki-laki dan 9,0% perempuan, dan berdasarkan ras sebesar 7,6% ras kulit putih dan 9,9% ras kulit hitam (Setiwan dkk, 2018)
Berdasarkan Profil Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017
menyatakan bahwa 1 dari 22 orang di Indonesia menderita asma. Namun, hanya 54% yang terdiagnosis dan hanya 30% kasus terkontrol dengan baik. (Kemenkes RI, 2017). Di Indonesia penyakit asma masuk dalam sepuluh besar angka kesakitan dan kematian. Pada tahun 2018 angka prevalensi asma di Indonesia menjadi 2,4% atau 24 per 1000 penduduk Indonesia (Rikesdas 2018).
1 2
Penyakit Asma merupakan salah satu penyakit utama yang
menyebabkan pasien memerlukan perawatan di rumah sakit, karna mengakibatkan gangguan pernafasan yaitu penyempitan jalan nafas dan menimbulkan sesak nafas disertai batuk yang sering dan terjadi pada malam hari saat udara dingin. Gejala batuk biasanya bermula mendadak dengan batuk non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang kental dan rasa tertekan didada, disertai dengan sesak nafas (dyspnea) dan mengi sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan pendek dibanding inspirasi yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesoris pernafasan (Brunner dan Suddart, 2011 dalam (Tafdhila 2019).
Gangguan pernafasan pada penderita asma yang disertai batuk dan
sesak nafas, diperlukan penatalaksanaan secara farmakologi maupun nonfarmakologi yaitu dengan mengatur posisi semifowler untuk memaksimalkan sesak nafas dan batuk, memberikan bronkodilator, dan memberikan latihan batuk efektif. Batuk efektif sendiri merupakan suatu metode non farmakologi dengan melakukan batuk yang benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal. Manfaat latihan batuk efektif yaitu untuk melonggarkan dan melegakan saluran pernafasan maupun mengatasi sesak dan membantu mengeluarkan sekresi pada saluran pernafasan serta membantu membersihkan jalan nafas (Mutaqqin, 2011 dalam (Tafdhila 2019).
Menurut penelitian (Nurhayati 2015) menyatakan bahwa dengan
batuk efektif dapat mengeluarkan dahak atau sputum yang berlebihan sehingga dapat membebaskaan jalan nafas klien. Kemudian sejalan dengan penelitian Sitorus (2018) didapatkan adanya peningkatan pengeluaran sekret pada klien dengan asma yang mendapat terapi batuk efektif, sehingga klien mampu mempertahankan jalan napas yang efektif.
Berdasarkan uraian diatas literatur review ini penulis tertarik
memahami lebih jauh tentang intervensi penerapan batuk efektif dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial. 3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi literatur.
“Bagaimana gambaran hasil penerapan batuk efektif dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan studi literatur mengikuti rumusan masalah. 1.3.1 Tujuan Umum Memperoleh gambaran hasil penerapan batuk efektif dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini: 1. Mengidentifikasi penelitian/artikel penerapan batuk efektif dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial. 2. Menganalisis hasil penelitian batuk efektif dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial. 3. Merumuskan rekomendasi hasil penelitian batuk efektif dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi rumah sakit, hasil penelitian ini sebagai Dasar Pengembangan Standar/ Pedoman pengembangan kemampuan pasien dalam manajemen bersihan jalan nafas melalui penerapan batuk efektif. 2. Pedoman kerja bagi perawat dalam melaksanakan implementasi batuk efektif. Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 4
1. Evidance Base Nursing Practice implementasi batuk efektif
dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial 2. Data dasar bagi pengembangan studi atau penelitian yang mengembangkan metode Batuk Efektif atau implementasi keperawatan lainnya dalam manajemen bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial.