PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang bersifat progresif dan persisten sebagai respon inflamasi kronik terhadap
paparan partikel atau gas berbahaya yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara pada saluran nafas dan paru. PPOK merupakan penyakit yang
tidak menular tetapi menjadi salah satu penyebab gangguan pernafasan yang
Indonesia, 2021).
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) sebanyak 3,7% dengan jenis kelamin
perokok dan bukan perokok sebesar 8,6 banding 2,8. Di Indonesia telah
mencapai 4,8 juta yang 90% adalah perokok atau mantan perokok
saluran pernafasan dengan gejala yang biasa muncul yaitu: nafas tersengal-
sengal saat melakukan aktivitas fisik, batuk tidak kunjung sembuh yang
disertai dahak, mengi, nyeri dada dan lemas. Faktor resiko terjadinya PPOK
yaitu asap rokok, polusi udara dan paparan debu. Pajanan terhadap beberapa
mengagnggu pergerakan uadara dan keluar paru. Pergerakan udara dari dalam
dan keluar paru akan menyebabkan penurunan kemampuan batuk efektif. Hal
ini meyebabkan terjadin ya bersihan jalan nafas tidak efektif (Nurmayanti, et.
Al, 2019)
bentuk cair ke bentuk partikel aerosol atau partikel yang sangat halus. Cara
uanp secara langsung pada alat pernafasan meuju paru-paru. Tujuan dari
Spo2 pasien 90% dan setelah dilakukan penerapan terapi nebulizer Spo2
pasien meningkat menjadi 98%. Hal ini terbukti bahwa penerapan terapi
dilakukan tindakan pasien sudah tidak merasakan sesak. Penelitian yang sama
dilakukan oleh Syuritrika et. al, (2020) pemberian terapi nebulizer pada
pasien PPOK dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Masyarakat
terapi nebulizer.
tidak efektif.
3. Penulis