Oleh:
Taufik Hidayat
(Nim:01.19.0055)
Dosen pembimbing:
1. Ns.Leni Joice.S.S.Kep.,Ners,M.Biomed
2. Ns. Desy Anggraini,S.Kep.M.Kes
Oleh:
Taufik Hidayat
Nim : 01.19.0055
Dosen pembimbing:
1. Ns.Leni Joice.S.S.Kep.,Ners,M.Biomed
2. Ns. Desy Anggraini,S.Kep.M.Kes
PENDAHULUAN
Asma bronkial adalah yang berupa inflamasi kronik saluran pernapasan yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat
di dada,(Depkes,2013) Asma adalah salah satu penyakit tidak menular utama Asma
termasuk penyakit kronis dimana kondisi saluran udara paru-paru meradang dan
juga menyempit. Sekitar 235 juta orang saat ini menderita asma. Penyakit asma
telah menjadi masalah kesehatan global yang diderita oleh seluruh kelompok usia.
Asma memiliki tanda dan gejala seperti sesak nafas, batuk-batuk, bunyi nafas
mengi,dahak bertambah banyak. Dahak yang bertambah banyak akan
menyebabkan Bersihan jalan nafas pada penderita menurut (Masriadi, 2016) di
dalam (Sulistini et al., 2021)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Pasien
2. Bagi Perawat
Bagi rumah sakit : Hasil Penelitian ini di harapkan bisa menambah ilmu
Pengetahuan tentang keperawatan dan meningkatkan Mutu dan menjadi bahan
informasi /edukasi pada penerapan teknik pernapasan Pursed lip Breathing pada
Klien asma Bronchiale Untuk Mengatasi Bersihan jalan napas.
Bagi Pendidikan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
a. Hidung
Hidung terdiri dari lubang hidung,rongga hidung,dan ujung rongga
hidung.rongga hidung banyak memiliki rongga kapiler darah,dan selalu
lembab dengan adanya lendir yang di hasiulkan oleh mukosa .di dalam
hidung udara tersaring dari benda benda asing yang tidak berupa gas agar
tidak masuk ke paru paru selain itu udara juga di sesuaikan suhunya agar
sesuai dengan susu tubuh.
b. Faring
Faring merupakan ruang di belakang rongga hidung ,yang merupakan
jalan masuknya udara dari rongga hidung pada ruang tersebut terdapat klep
(epicglotis)yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernapasan
dan makanan
c. Laring
Laring /pangkal batang tenggorokan /kotak suara. Laring terdiri atas
tulang rawan ,yaitu jakun,epuglotis,(tulangrawan,penutup)dan tulang rawan
tirekoid (cincin stemple )yang letaknya paling bawah pita suara terletak di
dinding laring bagian dalam .
d. Trakea
Trakea merupakan batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun
atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk huruf C pada jarak yang
sangat teratur dinding trakea tersusun atas 3 lapisan epitel yang dapat
menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap benda benda asing ke
hulu saluran pernapasan sebelum masuk ke paru paru pernapasan bersama
udara pernapasan.
e. Bronkus
Bronkus merupakan cabang tenggorokan yang jumlahnya
sepasang ,yang menuju ke paru paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas
lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otoot polos dan cincin tulang
rawan. Krdudukan bronkus yang menuju ke kiri lebih mendatar dari ke kanan .
hal ini merupakan sebab mengapa paru paru kanan lebih mudah terserang
penyakit.
f. Bronkeolus
Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan
saluran nya lebih tipis ,bronkeolos bercabang csbsngf menjadi bagian yang
lebih halus.
g. Alveolus
Alveolus Saluran akhir dari saluran pernafasan yang
berupagelombung-gelombung udara. Dinding alveolus sangat tipissetelah
dilapis sel, lembap dan berdekatan dengankapiler-kapiler darah. Pada bagian
alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas dari udara bebas ke sel-sel darah,
sedangkan pertukaran C dari sel-sel tubuh ke udarabebas terjadi
h. Paru Paru
Paru paru Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi olehotot
dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah di batasi olehotot diafragma yang
kuat. Paru-paru merupakan himpunandari bronkeolus, saccus alveolaris dan
alveolus. Diantaraselaput dan paru-paru terdapat carian limfa yang berfungsi
untuk melindungi paru pada saat mengembangdanmengempisnya paru-paru
disebabkan karena adanya perubahan tekanan rongga dada yang berfungsi
menghindari gesekan saat bernafas(Suriadi, 2001 dalam Padila, 2013 : 249).
3. Etiologi
a. Alergi dalam ruangan (misalnya debu rumah ditempat tidur, karpet dan
perabotan boneka, polusi, dan bulu binatang peliharaan)
b. Allergen luar ruangan (seperti serbuk sari dan jamur)
c. Asap tembakau
d. Iritasi kimia ditempat kerja
e. Polusi udara
4. Patofisiologi
Patofisiologi asma terdiri aras di tandai dengan kontriksi saluran napas bronkial
dan bronkospasme yang diikuti oedema saluran pernafasan dan produksi mukus
inflamasi berlebihan bronkospasme dapat disebabkan peningkatan pelepasan
mediator seperti histamine, prostaglandanin dan bradikinin yang dapat memicu
bronkokonstriksi daripada inflamasi. Fase akhir terjadi setelah beberapa jam dari
munculnya onset gejala awal bermanifestasi sebagai respon inflamasi. Mediator
utama dari inflamasi selama respon asmatik adalah sel darah merah yang
menstimulasi degradasi sel mast dan pelepasan substansi yang menyerang sel
darah putih lain pada area tersebut (Kelly dan Sorkness, 2011).
5. Manifestasi klinis
a. Batuk, dengan atau tanpa di sertai produk mukus .
b. Dispnea dan mengi, pertama-tama pada ekspirasi ,kemudian bisa juga terjadi
selama inspirasi
c. sesak napas
d. Diperlukan usaha untuk melakukan ekspirasi memanjang.
e. eksaserbasi asma sering kali di dahului oleh peningatan gejala selama ber
hari hari ,namun dapat pula terjadi secara mendadak.
Takikardi menurut (Brunner & Suddarth 2016).
6. komplikasi
Beberapa komplikasi dari asma bronkhial menurut (mansjoer,2015)meliputi:
a. pneumoniatoraks
i. Pneumoniatoraks adalah keadaan di mana adanya udara dalam
rongga pleura yang di curigai bila terdapat benturan atau
tusukan dada.
b. Atelectasis
c. Atelectasis adalah pengurutan atau seluruh paru paru akibat penyumbatan
saluran udara atau akibat dari pernapasan yang sangat dangkal
d. aspergilosis.
e. Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang di sebabkan dari jamur
yaitu aspergillus sp
f. gagal napas
g. Gagal napas di akibatkan karna pertukaran oksigen dengan karbon dioksida
dalam paru paru yang tidak dapat mengontrol konsumsi oksien dan
pembentukan karbondioksida dalam sel –sel tubuh.
h. bronkhitis
i. Bronkhitis atau radang paru paru adalah kondidi dimana lapisan bagian dalam
saluran pernapasan yang kecil(bronkhiolis)mengalami bengkak.
7. Pemerikasaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik asma bronkhial menurut (Huda Nurarif ,2015)meliputi:
a. Pengukuran fungsi paru (Spirometri) ini di laku
kan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator acresol golongan
adrenergik. Menunjukan diagnostik asma jika adanya peningkatan pada nilai Fev
dan PVC sebanyak lebih dari 20%
b. Tes Provokasi Bronkus
Tes ini di lakukan pada spirometri internal penurunan FEV sebesar 20% atau
bahkan bahkan lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari
maksimumdi anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR10% atau
lebih`
c. pemeriksaan kulit
Pemerikasaan kulit ini di lakukan untuk menunjukan adanya antibody ige
hypersensytive yang spesifik dalam tubuh.
d. pemeriksaan laboratorium
a. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)
b. Sputum
c. Sel eosinophil
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
5. pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal tetapi ini merupakan prosedur yang
harus di lakukan dalam pemeriksaan diagnostik dengan tujuan tidak adanya
kemungkinan penyakit patologi di paru serta komplikasi asma bronkeal (Arif
Muttaqin, 2014)
8. Penatalaksanaan asma bronkhial
Penatalaksanaan asma menurut (Brunner&Suddarth,2016) yaitu:
penatalaksanaan medis
b. Antikolinergik
e. Metilxantin
a. Penyuluhan
asma yang ada pada lingkungan nya,di ajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus asma termasuk intake cairan yang cukup.
Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keaadaan dimana individu
mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Mahanani & Zakiyah, 2013). Pengertian
lain juga menyebutkan bersihan jalan napas tidak efektif merupakan
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
2. Diagnosa
Data Subjetif Tidak ada data subjektif yang tersedia pada masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif.
b. Data Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan atau ronchi kering
5. Mekenium di jalan napas (pada neonates)
6. Tanda gejala minor
c. Data Subjektif
1. Dispneu
2. Sulit bicara
3. Ortopneu
d. Data Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
Menurut (Tim Pokja PPNI, 2016).
3. Rencana keperawatan
Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif,hasil intervensi yang di dapat SIKI
adalah Manajemen jalan napas : Manajemen jalan napas adalah mengidentifikasi
dan mengelola kepatenan jalan napas Menurut (Tim Pokja SIKI,PPNI, 2016).
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kesimpulan
Terapi pursed lip breathing exercise merupakan salah satu teknik pernapasan
yang di lakukan untuk menurunkan sesak napas terhadap pasien asma,hal ini di
buktikan dengan hasil penelitian yang di akukan oleh , Dimas Ning Pangesti*, Sri
Suhart pada tahun 2019 dengan judul Efektifitas tindakan keperawatan pursed lip
breathing exercise terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asma. Dan terbukti
juga di penelitian, Fifiyana Putri2, Siti Khotimah, M.Fis3 ,dengan judul Pengaruh
pursed lip breathing terhadap penurunan sesak napas pada asma
bronkial.tahun2021 jadi bisa terbukti jika terapi pursed lip breathing bisa menurunkan
sesak napas pada pasien asma .
BAB 3
METODE PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien dengan diagnosa medis
asma yang diberikan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi pursed lip
breathing untuk mengatasi Bersihan jalan napas pada Penderita asma batasan usia
15-50 tahun di akademi keperawatan kesdam II/Sriwijaya
Kriteria inklusi
Kriteria Eklusi
a. Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang ditandai oleh penyempitan
jalan nafas. Penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan klien mengalami
dipsneu,batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit
sampai beberapa jam. Bergantian dengan periode bebas gejala.
(Puspasari,2019).
b. Pursed Lips Breathing merupakan terapi pernapasan yang dapat mengurangi
obstruksi pernapasan pada pasien asma. Menurut (Visser, 2011) bahwa
Pursed Lips Breathing dapat meningkatkan tekanan intrabronkial selama
proses ekspirasi dan mengakibatkan peningkatan diameter bronkial sehingga
aliran inspirasi dan ekspirasi menjadi lebih efisien.
c. manfaat dari pursed lip breathing ini adalah untuk membantu klien memper
baikin transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan
dalam ,membantu pasien untuk mengontrol pernapasan ,mencegah kolaps
dan melatih otot otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan
meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi dan mengurangi jumlah
udara yang terjebak (smeltzer&Bare,2013).
E. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpilan Data Dan Instrument Penelitian Prosedur pengumpulan
data dan instrument yang digunakan dalam sutdi kasus ini adalah:
1. Peneliti menentukan topik/masalah penelitian yang akan dilaksankan yaitu
penerapan terapi pursed lip breathing terhadap bersihan jalan napas pada
pasien dengan penyakit asma
2. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
primer,yaitu menggunakan lembar observasi yang sebelumnya meminta
kesediaan calon responden.
3. bertemu pasien dan memperkenalkan diri,menjelaskan tentang maksud
tujuan dan manfaat penelitian kepada responden.
4. Melakukan pengecekan data,apakah data sudah sesuai.
5. Melakukan wawancara untuk mengambil data penilaian dengan format
pengkajian penerapan asuhan keperawatan
6. Member penjelasan mengenai terapi pursed lip breathing kepada subyek
peneliti.
7. Memberikan lembar observasi gerakan terapi pursed lip breathing kepada
subyek peneliti.
8. Mengajarkan cara penerapan terapi pursed lip breathing pada subyek
peneliti
9. Menerapkan terapi pursed lip breathig kepada subyek peneliti sesuai
dengan SOP
.
F. Penyajian data
Bentuk penyajian data dalam studi kasus ini yaitu dalambentuk penerapan teknik
pursed lip breathing dengan standar oprasional prosedur.