Anda di halaman 1dari 21

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN TEKNIK PERNAPASAN PURSED LIP BREATHING


UNTUK MENGATASI BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN
ASMA BRONCHIALE

Oleh:
Taufik Hidayat
(Nim:01.19.0055)
Dosen pembimbing:
1. Ns.Leni Joice.S.S.Kep.,Ners,M.Biomed
2. Ns. Desy Anggraini,S.Kep.M.Kes

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN


KESDAM II/SRIWIJAYA PALEMBANG TAHUN 2022
KARYA TULIS
PENERAPAN TEKNIK PERNAPASAN PURSED LIP BREATHING
UNTUK MENGATASI BERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN
ASMA BRONCHIALE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
Taufik Hidayat
Nim : 01.19.0055
Dosen pembimbing:
1. Ns.Leni Joice.S.S.Kep.,Ners,M.Biomed
2. Ns. Desy Anggraini,S.Kep.M.Kes

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI


KEPERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA PALEMBANG TAHUN
2022
BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asma bronkial adalah yang berupa inflamasi kronik saluran pernapasan yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat
di dada,(Depkes,2013) Asma adalah salah satu penyakit tidak menular utama Asma
termasuk penyakit kronis dimana kondisi saluran udara paru-paru meradang dan
juga menyempit. Sekitar 235 juta orang saat ini menderita asma. Penyakit asma
telah menjadi masalah kesehatan global yang diderita oleh seluruh kelompok usia.
Asma memiliki tanda dan gejala seperti sesak nafas, batuk-batuk, bunyi nafas
mengi,dahak bertambah banyak. Dahak yang bertambah banyak akan
menyebabkan Bersihan jalan nafas pada penderita menurut (Masriadi, 2016) di
dalam (Sulistini et al., 2021)

Menurut laporan World Health Organization (WHO) dalam World Health


Report (2000) menyebutkan bahwa asma tergolong dalam lima penyakit paru utama.
Saat ini penyakit asma masih menunjukan pervalensi yang tinggi (Ihsan, 2019;
Afandi, 2013). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dan Global
Initiative for Asthma (GINA) tahun 2011, di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300
juta orang yang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma
mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat asma merupakan
penyakit yang under diagnosed. Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup
masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita asma. Data
berbagai negara menunjukan bahwa pervalensi penyakit asma berkisar 1-18%
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Di dalam(Abarca, 2021)

Kemenkes RI (2011) mengatakan penyakit asma termasuk sepuluh besar


penyebab kesakitan dan kematian. Angka kematian yang disebabkan oleh serangan
asma diperkirakan 20%. Berdasarkan riset kesehatan dasar pada tahun 2013,
prevalensi asma nasional di Indonesia mencapai 4,5%, dengan angka kejadian
tinggi pada usia tahun 15 tahun hingga 44 tahun. Penduduk Indonesia pada tahun
2013 yang berjumlah lebih dari 248 juta jiwa, maka jumlah pasien yang menderita
asma terdapat 11 juta penduduk.

Peningkatan prevalensi asma diduga karena penyakit asma yang tidak


terdiagnosa, buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup masyarakat,
kurangnya tingkat pendidikan, kurang pengatahuan penderita tentang informasi
penyakit dan pencegahannya asma. Petugas kesehatan sangat berperan dalam
memberikan edukasi diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita asma.
Tingkat pengetahuan pasien yang baik maka akan meminimalkan frekuensi
kekambuhan, dan mampu melakukan pencegahan berulang (Donna, 2016).
Pengetahuan pasien yang baik jika mengetahui dan memahami tentang faktor
pemicu serangan asma dan pemahaman pencegahan asma, kepatuhan dalam
terapi farmakologis secara benar dan tepat, kapan pasien harus berobat atau
mencari pertolongan, sehingga mencegah kekambuhan asma berulang dan
memperberat kondisi yang mengancam jiwa (Black, 2014)

Data yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi Sumatera Selatan


prevalensi asma pada tahun 2014 mencapai 10%-20% dari 234.885 semua kasus
penyakit paru-paru. Kasus asma tertinggi di kota Palembang dengan 234.885 kasus,
kabupaten Banyuasin sebesar 70.569 kasus asma, dan kabupaten Muara Enim
sebesar 54.286 kasus asma. Penderita asma mengalami kekambuhan asma dan
sering berobat ke rumah sakit. Penyebab asma yang tinggi di Sumatera Selatan
dikarenakan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau di
Provinsi Sumatera Selatan yaitu sekitar bulan September – November 2014 (Dinkes
SumSel, 2015).di Dalam (Sumarsih, 2018)
Seseorang yang memilikipenyakit asma bronkhial, saluran pernapasannya
lebih sensitif di bandingkan orang lain. Ketika paru- paru teriritasi maka otot-otot
saluran pernapasan menjadi kaku dan membuat saluran tersebut menyempit dan
akan terjadi peningkatan produksi dahak yang menjadikan bernapas makin sulit
dilakukan (Astuti dan Berliana, 2018).Sesak nafas merupakan suatugangguan
kesehatan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada bagian dada. Hal ini
seringkali dikenal dengan asfiksia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan pernafasan normal, yang pada akhirnya dapat menimbulkan mati lemas.
Asfiksia atau sesak napas dapat disebabkan olehkurangnya kurangnya pasokan
oksigen ke tubuh. Jika hal tersebut terus berkepanjangan atau jika tidak segera
mendapatkan penanganan medis, dapat mengakibatkan ketidaksadaran maupun
kematian (Ashari & Hardiyansyah, 2017).di Dalam (Putri, 2021)
Pursed lip breathing exercise merupakan latihan pernafasan untuk
memperbaiki transport oksigen, membatu untuk menginduksi pola napas lambat dan
dalam, dan membantu pasien untuk mengontrol pernafasan bahkan selama priode
stress fisik (Brunner, 2010). Gejala sesak pada asma dapat berkurang dengan
pernapasan mengerutkan bibir (pursed lip brething exercise) yang dapat
meningkatkan tekanan jalan napas sehingga jalan napas tetap terbuka dan udara
yang terjebak dapat dikeluarkan dengan lebih mudah (Black & Hawks, 2014).
Menurut Suci Khasanah dan Madyo Maryoto tahun 2016, dalam penelitiannya
menunjukan bahwa latihan pused lip breathing dapat meningkatkan kondisi
pernapasan, sehingga meningkatkan jumlah oksigen yang berpindah ke kapiler
paru. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kadar SaO2 dalam darah,
menurut (Restrepo Klinge, 2019)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Penerapan Teknik Pursed Lip Brething Untuk mengatasi Bersihan


jalan napas pada Pasien dengan Asma

C. Tujuan penelitian

Memberikan Gambaran Penerapan Teknik Pursed Lip Breathing untuk


mengatasi Bersihan jalan napas pada pasien asma.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi Pasien

Hasil Penelitian ini Dapat memberikan Informasi Kepada pasien melalui


Penerapan teknik Pursed lip brithing untuk mengatasi Bersihan Jalan napas Tidak
efektif Pada Pasien Asma Bronchiale.

2. Bagi Perawat

Mempersiapkan perawat Dalam meningkatkan Kemampuan nya Dalam


Memberikan Teknik Pernapasan Pursed Lip Breathing untuk mengatasi Bersihan
jallan napas tidak efektif Pada Penderita asma Bronchiale.
3. Bagi Lembaga Rumah sakit dan Lembaga Pendidikan

Bagi rumah sakit : Hasil Penelitian ini di harapkan bisa menambah ilmu
Pengetahuan tentang keperawatan dan meningkatkan Mutu dan menjadi bahan
informasi /edukasi pada penerapan teknik pernapasan Pursed lip Breathing pada
Klien asma Bronchiale Untuk Mengatasi Bersihan jalan napas.

Bagi Pendidikan

Bagi Lembaga Pendidikan :Hasil penelitian ini Di Harapkan dapat


mengembangkkan ilmu Keperawatan dan Meningkatkan Mutu dan menambah
wawasan ,masukan dan referensi belajar menggajar Dalam Penerapan teknik
Pernapasan Pursed lip Brithing pada Klien Asma Bronchiale untuk mengatasi
Bersihan Jalan napas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Asma

1. Definisi

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan


karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantara
episode penyempitan bronkus tersebut terhadap keadaan ventilasi yang lebih
normal (Sylvia A.price,2015).
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh
spamakut otot polos bronkiolus.Menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus (Padila ,2013)
Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang ditandai oleh penyempitan
jalan nafas. Penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan klien mengalami
dipsneu,batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai
beberapa jam. Bergantian dengan periode bebas gejala. (Puspasari,2019).
Jadi kesimpilan nya asma merupakan penyempitan saluran pernapasan atau
Gangguan inflamasi pada jalan napas tersebut ditandai mengi, sesak napas, dan
batuk tidak efektif.
2.Anatomi Fisiologi

a. anatomi sistem pernapasan

Gambar 2,1 (Suprapto,2013:10)


b. Fisiologi sistem pernapasan
menurut (Imam Suprapto,2013;10) fisiologi pada system pernapasan terdiri
dari:
Fisiologi Sistem Pernapasan

a. Hidung
Hidung terdiri dari lubang hidung,rongga hidung,dan ujung rongga
hidung.rongga hidung banyak memiliki rongga kapiler darah,dan selalu
lembab dengan adanya lendir yang di hasiulkan oleh mukosa .di dalam
hidung udara tersaring dari benda benda asing yang tidak berupa gas agar
tidak masuk ke paru paru selain itu udara juga di sesuaikan suhunya agar
sesuai dengan susu tubuh.
b. Faring
Faring merupakan ruang di belakang rongga hidung ,yang merupakan
jalan masuknya udara dari rongga hidung pada ruang tersebut terdapat klep
(epicglotis)yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernapasan
dan makanan
c. Laring
Laring /pangkal batang tenggorokan /kotak suara. Laring terdiri atas
tulang rawan ,yaitu jakun,epuglotis,(tulangrawan,penutup)dan tulang rawan
tirekoid (cincin stemple )yang letaknya paling bawah pita suara terletak di
dinding laring bagian dalam .
d. Trakea
Trakea merupakan batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun
atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk huruf C pada jarak yang
sangat teratur dinding trakea tersusun atas 3 lapisan epitel yang dapat
menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap benda benda asing ke
hulu saluran pernapasan sebelum masuk ke paru paru pernapasan bersama
udara pernapasan.
e. Bronkus
Bronkus merupakan cabang tenggorokan yang jumlahnya
sepasang ,yang menuju ke paru paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas
lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otoot polos dan cincin tulang
rawan. Krdudukan bronkus yang menuju ke kiri lebih mendatar dari ke kanan .
hal ini merupakan sebab mengapa paru paru kanan lebih mudah terserang
penyakit.
f. Bronkeolus
Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan
saluran nya lebih tipis ,bronkeolos bercabang csbsngf menjadi bagian yang
lebih halus.
g. Alveolus
Alveolus Saluran akhir dari saluran pernafasan yang
berupagelombung-gelombung udara. Dinding alveolus sangat tipissetelah
dilapis sel, lembap dan berdekatan dengankapiler-kapiler darah. Pada bagian
alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas dari udara bebas ke sel-sel darah,
sedangkan pertukaran C dari sel-sel tubuh ke udarabebas terjadi
h. Paru Paru
Paru paru Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi olehotot
dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah di batasi olehotot diafragma yang
kuat. Paru-paru merupakan himpunandari bronkeolus, saccus alveolaris dan
alveolus. Diantaraselaput dan paru-paru terdapat carian limfa yang berfungsi
untuk melindungi paru pada saat mengembangdanmengempisnya paru-paru
disebabkan karena adanya perubahan tekanan rongga dada yang berfungsi
menghindari gesekan saat bernafas(Suriadi, 2001 dalam Padila, 2013 : 249).
3. Etiologi

Faktor resiko terkuat terjadinya asma adalah kombinasi predisposisi genetik


dengan paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup yang dapat
memicu reaksi alergi atau mengganggu saluran nafas seperti :

a. Alergi dalam ruangan (misalnya debu rumah ditempat tidur, karpet dan
perabotan boneka, polusi, dan bulu binatang peliharaan)
b. Allergen luar ruangan (seperti serbuk sari dan jamur)
c. Asap tembakau
d. Iritasi kimia ditempat kerja
e. Polusi udara

Pemicu lainnya bisa termasuk udara dingin, rangsangan emosional ekstrem,


seperti kemarahan atau ketakutan, dan latihan fisik bahkan, obat tertentu dapat
memicu asma, misalnya aspirin dan obat anti-inflamasi non-stroid lainnya (WHO,
2014).

4. Patofisiologi

Patofisiologi asma terdiri aras di tandai dengan kontriksi saluran napas bronkial
dan bronkospasme yang diikuti oedema saluran pernafasan dan produksi mukus
inflamasi berlebihan bronkospasme dapat disebabkan peningkatan pelepasan
mediator seperti histamine, prostaglandanin dan bradikinin yang dapat memicu
bronkokonstriksi daripada inflamasi. Fase akhir terjadi setelah beberapa jam dari
munculnya onset gejala awal bermanifestasi sebagai respon inflamasi. Mediator
utama dari inflamasi selama respon asmatik adalah sel darah merah yang
menstimulasi degradasi sel mast dan pelepasan substansi yang menyerang sel
darah putih lain pada area tersebut (Kelly dan Sorkness, 2011).

5. Manifestasi klinis
a. Batuk, dengan atau tanpa di sertai produk mukus .
b. Dispnea dan mengi, pertama-tama pada ekspirasi ,kemudian bisa juga terjadi
selama inspirasi
c. sesak napas
d. Diperlukan usaha untuk melakukan ekspirasi memanjang.
e. eksaserbasi asma sering kali di dahului oleh peningatan gejala selama ber
hari hari ,namun dapat pula terjadi secara mendadak.
Takikardi menurut (Brunner & Suddarth 2016).
6. komplikasi
Beberapa komplikasi dari asma bronkhial menurut (mansjoer,2015)meliputi:
a. pneumoniatoraks
i. Pneumoniatoraks adalah keadaan di mana adanya udara dalam
rongga pleura yang di curigai bila terdapat benturan atau
tusukan dada.
b. Atelectasis
c. Atelectasis adalah pengurutan atau seluruh paru paru akibat penyumbatan
saluran udara atau akibat dari pernapasan yang sangat dangkal
d. aspergilosis.
e. Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang di sebabkan dari jamur
yaitu aspergillus sp
f. gagal napas
g. Gagal napas di akibatkan karna pertukaran oksigen dengan karbon dioksida
dalam paru paru yang tidak dapat mengontrol konsumsi oksien dan
pembentukan karbondioksida dalam sel –sel tubuh.
h. bronkhitis
i. Bronkhitis atau radang paru paru adalah kondidi dimana lapisan bagian dalam
saluran pernapasan yang kecil(bronkhiolis)mengalami bengkak.
7. Pemerikasaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik asma bronkhial menurut (Huda Nurarif ,2015)meliputi:
a. Pengukuran fungsi paru (Spirometri) ini di laku
kan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator acresol golongan
adrenergik. Menunjukan diagnostik asma jika adanya peningkatan pada nilai Fev
dan PVC sebanyak lebih dari 20%
b. Tes Provokasi Bronkus
Tes ini di lakukan pada spirometri internal penurunan FEV sebesar 20% atau
bahkan bahkan lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari
maksimumdi anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR10% atau
lebih`
c. pemeriksaan kulit
Pemerikasaan kulit ini di lakukan untuk menunjukan adanya antibody ige
hypersensytive yang spesifik dalam tubuh.
d. pemeriksaan laboratorium
a. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)
b. Sputum
c. Sel eosinophil
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia

5. pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal tetapi ini merupakan prosedur yang
harus di lakukan dalam pemeriksaan diagnostik dengan tujuan tidak adanya
kemungkinan penyakit patologi di paru serta komplikasi asma bronkeal (Arif
Muttaqin, 2014)
8. Penatalaksanaan asma bronkhial
Penatalaksanaan asma menurut (Brunner&Suddarth,2016) yaitu:

penatalaksanaan medis

a. Agonis adrenergik-beta2 keja –pendek

b. Antikolinergik

c. Kortikosteroid: inhaler dosis-terukur

d. inhibitor pemodifikasi leukortein/antileukotrien

e. Metilxantin

Penatalaksanaan Keperawatan menurut (Claudia,2014) yaitu:

a. Penyuluhan

Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang


penyakit asma sehingga klien secara sadar akan menghindari faktor faktor pencetus
asma ,menggunakan obat secara benar ,dan berkonsultasi pad tim kesehatan.

b. menghindari faktor pencetus

asma yang ada pada lingkungan nya,di ajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus asma termasuk intake cairan yang cukup.

c. fisioterapi dan latihan pernapasan.

B. Konsep asma dengan bersihan jalan napas tidak efektif


1. Bersihan jalan napas pada pasien asma

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keaadaan dimana individu
mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Mahanani & Zakiyah, 2013). Pengertian
lain juga menyebutkan bersihan jalan napas tidak efektif merupakan
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien


terhadap asalah kesehatan atau proses kehidupan yang 17 di alaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja PPNI, 2016). Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga atau
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Dalam masalah ini,
Diagnosa kepeawatan yang di ambil adalah Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan respon alergi yang disebabkan oleh dari debu rumah, bulu dari
binatang peliharaan, partikel polutan dan makanan.Pada masalah keperawatan
bersihan jalan napas tidak efektif memiliki tanda gejala mayor atau tanda dan gejala
yang harus ada minimal satu serta tanda gejala minor atau tanda gejala pendukung.

a. Tanda Gejala Mayor

Data Subjetif Tidak ada data subjektif yang tersedia pada masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif.

b. Data Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan atau ronchi kering
5. Mekenium di jalan napas (pada neonates)
6. Tanda gejala minor
c. Data Subjektif
1. Dispneu
2. Sulit bicara
3. Ortopneu
d. Data Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
Menurut (Tim Pokja PPNI, 2016).

3. Rencana keperawatan

Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif,hasil intervensi yang di dapat SIKI
adalah Manajemen jalan napas : Manajemen jalan napas adalah mengidentifikasi
dan mengelola kepatenan jalan napas Menurut (Tim Pokja SIKI,PPNI, 2016).

Tindakan yang bisa di ambil :

Observasi

a. Monitor pola napas (Frekuensi,kedalaman,usaha napas)


b. Monitor bunyi napas tambahan (gurgling,mengi,wheezing,ronkhi kering)
c. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma).

Terapeutik

a. Pertahankan kepatenan jalan napas denga n head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust


jika curiga trauma servikal)
b. Posisikan semi-fowler atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada,jika perlu
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
h. Berikan oksigen jika perlu

Edukasi

a. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,jika tidak kontra indikasi


b. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran,mukolitik jika perlu

C. Konsep Teknik penerapan Pursed Lip Breathing


1. Definisi
Bentuk terapi pernapasan yang dapat di berikan kepada pasien asma
adalah latihan Pursed lip Brithing (PLB) Pursed lip Brithing merupakan suatu
teknik pernapasan ,dimana proses . ekspirasi di lakukan dengan menahan
udara yang di lakukan dengan merapatkan bibir atau pengerutan bibir ,yang
bertujuan untuk memperlambat ekspirasi , Membuat bibir mengerucut seolah-
olah meniup lilin, menimbulkan perlawanan melalui saluran udara yang
memungkinkan pengosongan paru-paru secara sempurna kemudian
menggantikannya dengan udara baru dan segar. Pursed Lips Breathing
memungkinkan terjadinya pertukaran udara secara menyeluruh di paru-paru
dan memudahkan untuk bernapas, memberikan paru-paru tekanan kecil
kembali, dan menjaga saluran udara terbuka untuk waktu yang cukup lama
sehingga dapat memeperlancar proses oksigenisasi di dalam tubuh.
Oksigenisasi yang lancar dapat menurunkan kejadian hiperventilasi dan
hipoksia pada penderita asma (Andri, 2014).
Pursed Lips Breathing merupakan terapi pernapasan yang dapat
mengurangi obstruksi pernapasan pada pasien asma. Menurut (Visser, 2011)
bahwa Pursed Lips Breathing dapat meningkatkan tekanan intrabronkial
selama proses ekspirasi dan mengakibatkan peningkatan diameter bronkial
sehingga aliran inspirasi dan ekspirasi menjadi lebih efisien. Tekanan positif
intrabronkial mencegah kolaps pada bronki saat ekspirasi sehingga gejala
asma seperti sesak napas, batuk, mengi dan rasa tertekan di dada dapat
diminimalisir.
2. Macam macam teknik latihan pernapasan
a. Pursed lip Breathing

Pursed lip breathing adalah latihan pernapasan dengan menghirup


udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih di
rapatkan atau me monyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di perpanjang.
Terapi rehabilitasi paru paru dengan pursed breathing ini adalah cara yang
sangat mudah di lakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun dan juga
tanpa efek negative seperti pemakaian obat obatan (smeltzer&Bare,2013)

b. Manfaat pursed lip breathing


manfaat dari pursed lip breathing ini adalah untuk membantu klien
memper baikin transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan
dalam ,membantu pasien untuk mengontrol pernapasan ,mencegah kolaps
dan melatih otot otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan
meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi dan mengurangi jumlah
udara yang terjebak (smeltzer&Bare,2013)

Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing memiliki tahapan


yang dapat membantu menginduksi pola pernafasan lambat, memperbaiki
transport oksigen, membantu pasien mengontrol pernapasan dan juga
melatih otot respirasi, dapat juga meningkatkan pengeluaran karbondioksida
yang disebabkan oleh terperangkapnya karbondioksida karena alveoli
kehilangan elastistitas, sehingga pertukaran gas tidak dapat dilakukan
dengan maksimal dan meningkatkan ruang rugi di paru-paru. Namun dengan
latihan pernapasan Pursed lips breathing ini dapat meningkatkan
pengeluaran karbondioksidan dan juga meningkatkan jumlah oksigen didalam
darah darah, dan membantu menyeimbangkan homeostasis. Jika
homeostasis mulai seimbang maka tubuh tidak akan meningkatkan upaya
kebutuhan oksigen dengan meningkatkan pernapasan yang membuat
penderita emfisema mengalami sesak napas atau pola pernapasan tidak
efektif.

3. Teknik Pursed Lip Breathing


a. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Menyapa pasien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
4. Menanyakan kesiapan pasien
b. Tahap kerja
1. Menjaga Privasi Klien dan mencuuci tangan
2. Mengatur posisi klien dengan senyaman mungkin
3. Meminta pasien untuk meletakan kedua tangan di perut lalu menghirup udara
melalui hidung,dengan mulut tertutup selama 2 detik,dan jangan terlalu dalam
(bernapas seperti biasa)
4. Selanjutnya hembuskan melalui mulut selama 4-6detik dengan posisi mulut
seperti meniup lilin
5. Lakukan berulang hingga pola napas nya membaik
c. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tagan
Dokumentasi kegiatan

Sumber: ( Yose Rizal, 2018)

Kesimpulan

Terapi pursed lip breathing exercise merupakan salah satu teknik pernapasan
yang di lakukan untuk menurunkan sesak napas terhadap pasien asma,hal ini di
buktikan dengan hasil penelitian yang di akukan oleh , Dimas Ning Pangesti*, Sri
Suhart pada tahun 2019 dengan judul Efektifitas tindakan keperawatan pursed lip
breathing exercise terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asma. Dan terbukti
juga di penelitian, Fifiyana Putri2, Siti Khotimah, M.Fis3 ,dengan judul Pengaruh
pursed lip breathing terhadap penurunan sesak napas pada asma
bronkial.tahun2021 jadi bisa terbukti jika terapi pursed lip breathing bisa menurunkan
sesak napas pada pasien asma .
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Desain studi kasus adalah rancangan penelitian yang di lakukan dengan


meneliti suatu kasus permasalahan yang terjadi pada seseorang atau sekelompok
masyarakat (SUMBER). Desain penellitian ini adalah penelitian deskriptif. Dimana
penelitian ini menggambarkan tentang penerapan terapi pursed lip breathing yang
mengalami bersihan jalan napas pada pasien asma yang berusia 17-50 tahun.

B. Tempat dan waktu Studi kasus


1. Penelitian ini akan di laksanakan di Akper kesdam II/sriwijaya sebagai tempat
studi kasus. Karena banyak kejadian penderita asma yang terjadi pada
masyarakat Palembang.
2. Sarana dan prasarana di Akper kesdam II/siwijaya untuk melakukan
penelitian terhadap remaja hingga dewasa yang mengalami asma yang
memadai di karenakan sesuai kebutuhan penelitian prospoden jumlah remaja
hingga dewasa yang mempunyai penyakit asma cukup banyak.
3. Selain itu akper kesdam II/sriwijaya belum pernah di lakukan penelitian
tersebut.
4. Waktu penelitian ini dimulai dari pengajuan judul,yang di mulai dari
melakukan survey remaja hingga dewasa yang mengalami asma di Rs AK
Gani Tk II Palembang

C. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien dengan diagnosa medis
asma yang diberikan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi pursed lip
breathing untuk mengatasi Bersihan jalan napas pada Penderita asma batasan usia
15-50 tahun di akademi keperawatan kesdam II/Sriwijaya
Kriteria inklusi

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


a. Pasien yangdi rawat inap di ruang Flamboyan Rumah Sakit TK II AK Gani
Palembang
b. Pasien dengan penyakit asma yang bersedia melakukan terapi pursed lip
Breathing
c. Pasien yang berjenis kelamin laki laki dan Perempuan

Kriteria Eklusi

A. Adapun Kriteria eklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1) Pasien asma yang tidak bersedia melakukan terapi Pursed Lip Breathing
2) Pasien yang tidak mempunyai masalah Bersihan jalan Napas
3) Pasien yang mengalami koma
4) Pasian yang tidak di rawat inap di ruang Flamboyan Rumah Sakit TK II AK
Gani Palembang yang menderita asma
D. .Definisi Operasional Fokus Studi

Adapun Definisi istilah Pada studi kasus ini adalah

a. Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang ditandai oleh penyempitan
jalan nafas. Penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan klien mengalami
dipsneu,batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit
sampai beberapa jam. Bergantian dengan periode bebas gejala.
(Puspasari,2019).
b. Pursed Lips Breathing merupakan terapi pernapasan yang dapat mengurangi
obstruksi pernapasan pada pasien asma. Menurut (Visser, 2011) bahwa
Pursed Lips Breathing dapat meningkatkan tekanan intrabronkial selama
proses ekspirasi dan mengakibatkan peningkatan diameter bronkial sehingga
aliran inspirasi dan ekspirasi menjadi lebih efisien.
c. manfaat dari pursed lip breathing ini adalah untuk membantu klien memper
baikin transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan
dalam ,membantu pasien untuk mengontrol pernapasan ,mencegah kolaps
dan melatih otot otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan
meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi dan mengurangi jumlah
udara yang terjebak (smeltzer&Bare,2013).
E. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpilan Data Dan Instrument Penelitian Prosedur pengumpulan
data dan instrument yang digunakan dalam sutdi kasus ini adalah:
1. Peneliti menentukan topik/masalah penelitian yang akan dilaksankan yaitu
penerapan terapi pursed lip breathing terhadap bersihan jalan napas pada
pasien dengan penyakit asma
2. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
primer,yaitu menggunakan lembar observasi yang sebelumnya meminta
kesediaan calon responden.
3. bertemu pasien dan memperkenalkan diri,menjelaskan tentang maksud
tujuan dan manfaat penelitian kepada responden.
4. Melakukan pengecekan data,apakah data sudah sesuai.
5. Melakukan wawancara untuk mengambil data penilaian dengan format
pengkajian penerapan asuhan keperawatan
6. Member penjelasan mengenai terapi pursed lip breathing kepada subyek
peneliti.
7. Memberikan lembar observasi gerakan terapi pursed lip breathing kepada
subyek peneliti.
8. Mengajarkan cara penerapan terapi pursed lip breathing pada subyek
peneliti
9. Menerapkan terapi pursed lip breathig kepada subyek peneliti sesuai
dengan SOP
.

F. Penyajian data

Bentuk penyajian data dalam studi kasus ini yaitu dalambentuk penerapan teknik
pursed lip breathing dengan standar oprasional prosedur.

G. Etika studi Kasus


Studi kasus ini dilakukan secara etik dengan surat izin studi kasus
kepada program pendidikan akper kesdam II/Sriwijaya,Etika studi kasus pada
penelitian ini antara lain adalah:
1. Informed consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus
mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan di
laksanakan,mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden. Pada inormend consent juga perlu di cantumkan
bahwa data yang di peroleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu.
2. Anonimity (tanpanama), dimana subjek mempunyai hal untuk meminta
bahwa data yang diberikan harus di rahasiakan.kerahasiaan dari
responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden
atau tanpa nama (anomity)
3. Confidentially (rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada responden
dijamin oleh peneliti. (SUMBER)

Anda mungkin juga menyukai