Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN ANALISA JURNAL

PENGARUH PEMBERIAN NEBULIZER TERHADAP SATURASI


OKSIGEN, RESPIRASI RATE, DAN DENYUT NADI PADA ANAK
DENGAN PNEUMONIA DI RSU AMINAH BLITAR
ANALISA JURNAL NEBULIZER
LATAR BELAKANG
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak, dan merupakan penyakit yang muncul
kembali (re-emerging/new emerging desease). Semua
penyakit ISPA berakhir dengan pneumonia. Pneumonia
adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak
dibanding penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan
Campak. Didunia, dua juta balita meninggal setiap tahun
akibat pneumonia (Kementrian Kesehatan RI, 2009).

Salah satu bentuk tata laksana pasien anak dengan


pneumonia di RSU Aminah Blitar adalah pemberian
nebulizer yang bertujuan untuk mengencerkan dahak.
Namun dalam proses pemberian nebulizer tersebut
terdapat permasalahan yaitu adanya penurunan saturasi
oksigen (Tomar et al, 2011)

TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh pemberian nebulizer
terhadap saturasi oksigen, respirasi rate dan denyut nadi
pada anak dengan pneumoni
 
A. JURNAL UTAMA

Judul jurnal:
Pengaruh Pemberian Nebulizer Terhadap saturasi Oksigen,
Respirasi Rate Dan Denyut Nadi Pada Anak Dengan Pneumonia
Di RSU Aminah Blitar. (Jurnal Repository STIKes Patria Husada
Blitar 2019, Program Studi Pendidikan Ners StiKes Patria
Husada Blitar)

Peneliti:
Deby Ilahi

Populasi:
Semua pasien anak usia 2-7 thn dengan Pneumonia di Rawat
Inap Anak RSU Aminah pada bulan November-Desember 2018.
yaitu sebanyak 42 pasien. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling. Besar sampel yang digunakan
adalah 30 anak.
Desain Penelitian:
Pra-eksperimental dengan rancangan one group pre-post
test design

Instrumental:
Pulse Oxymetri merk Elitech Fox 1, lembar observasi
respirasi rate dan arloji

Uji Statistik:
Menggunakan statistik analisis bivariat. Data diuji terlebih
dahulu normalitasnya (Kolmogoro Smirnov), selanjutnya
dilakukan uji hipotesis (Krukals Wallis)
Hasil:
Ada pengaruh pemberian nebuliser (p-value = 0,00) terhadap
saturasi oksigen, respirasi rate dan denyut nadi pada anak
dengan pneumonia. Nilai variabel saturasi oksigen mengalami
penurunan (hipoksemia ringan), nilai variabel respiasi rate
mengalami peningkatan, dalam batas yang tidak normal
(takipnea) sedangkan denyut nadi masih berada dalam batas
normal, meskipun terjadi peningkatan
B. JURNAL PENDUKUNG
Judul Jurnal:
Pengaruh Pemberian Nebulisasi Terhadap Frekuensi
Pernapasan Pada Pasien Gangguan Saluran
Pernapasan. (Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor
1 Februari 2020)

Peneliti:
Syutrika A. Sondakh, Franly Onibala, Muhamad
Nurmansyah.

Populasi
Pasien gangguan saluran pernapasan; Asma 30 orang,
ISPA 31 orang di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado
bulan Agustus 2019. (Tehnik Purposive Sampling total
sample 16 responden).
Desain Penelitian:
Quasi eksperimental dengan one group pre-post test

Instrument:
Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian
nebulizer, Lembar observasi yang berisi karakteristik
responden; usia, jenis kelamin dan tabel observasi yang
terdiri dari frekuensi pernapasan sebelum dan sesudah
pemberian nebuliser.

Uji Statistik:
Melalui sistem komputerisasi dengan tahap editing,
coding, transfering, tabulating dan analisa biruvat, uji
Wilcoxon
Hasil:
Pemberian nebuliser selama 12-20 menit menunjukkan
hasil; Kemudian sesudah pemberian nebulisasi
didapatkan nilai minimal 17% dan maksimal 20%, dengan
nilai median 18,00% dan pada nilai P-Value diperoleh
hasil yang signifikan 0,000 (p<0,005). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian nebulisasi
terhadap frekuensi pernapasan pada pasien gangguan
saluran pernapasan di RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado.
C. ANALISA PICO

Problem:
Tata laksana pemberian nebuliser pada pasien anak
dengan pneumonia di RSU Aminah Blitar terdapat
permasalahan yaitu adanya penurunan saturasi oksigen,
sehingga pasien akan mengalami kondisi berupa
penurunan saturasi oksigen(hipoksemia). Berdasarkan
fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait dengan Pengaruh Pemberian Nebuliser
terhadap Saturasi Oksigen, Respirasi Rate, dan Denyut
Nadi pada Anak dengan Pneumonia di RSU Aminah
Blitar.
Intervensi:
The National Patient Safety Agency dalam Great Ormond
Street Hospital For Childrend (2010) mengungkapkan,
pada saat proses pemberian nebuliser berlangsung harus
disertai dengan pemberian oksigen sebesar 6-8 lpm.

Comparison:
Judul Jurnal:
Pengaruh Steam Inhalation Terhadap Usaha Bernapas
Pada Balita Dengan Pneumonia Di Puskesmas
Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat (Jurnal Ilmiah
Ilmu dan Teknologi Rekayasa | Volume 2 Nomor 1, Maret
2019)

Peneliti:
Ade Nuraeni, Dessie Wanda, Fajar Tri Waluyanti
Populasi:
Semua anak balita penderita pneumonia yang datang
berobat ke Puskesmas Sukarahayu selama bulan
Mei-Juni 2012. Pengambilan sampel berdasarkan
consecutive sampling. Jumlah sampel 28 balita
pneumonia terdiri dari 14 responden sebagai
kelompok kontrol dan 14 responden sebagai
kelompok intervensi.

Desain Penelitian:
Quasi Eksperimental dengan jenis rancangan Pre-
Post test Non Equivalen Control Group Design

Instrument:
Kuesioner, lembar observasi, alat tulis, timer,
perlengkapan steam inhalation
Uji Statistik:
Menggunakan uji inter-rater reliability untuk
menyamakan persepsi antara peneliti dan asisten
peneliti, dan uji statistik kappa karena pada kuesioner
ini menghasilkan data nominal.

Hasilnya:
Peneliti menyimpulkan bahwa pemberian steam
inhalation dapat menurunkan frekuensi napas
walaupun tidak bermakna dengan P value>0,05

 
Outcome
Pada jurnal utama ditemukan ada pengaruh pemberian
nebulizer(p-value=0,00) terhadap saturasi oksigen, respirasi rate,
dan denyut nadi pada anak dengan pneumonia, yaitu variabel
saturasi oksigen mengalami penurunan, variabel respirasi rate
mengalami peningkatan dalam batas tidak normal dan variabel
denyut nadi mengalami peningkatan dalam batas normal.

Pada jurnal pendukung ditemukan ada pengaruh pemberian


nebulisasi terhadap frekuensi pernapasan pada pasien gangguan
pernapasan dengan nilai p value < 0,005

Pada jurnal pembanding, hasil penelitian pemberian steam


inhalation dapat menurunkan frekuensi napas walaupun tidak
bermakna dengan p value >0,05
Konsep Penyakit
Pneumonia adalah salah satu bentuk penyakit infeksi
pernapasan akut yang menyerang paru-paru, dimana
alveoli paru-paru terisi dengan cairan sehingga
asupan oksigen terbatas untuk napas (WHO 2014)

Salah satu pengobatan pada infeksi pernapasan


adalah menggunakan obat yang dihirup atau terapi
aerosol. Pemberian obat ini melalui inhaler atau
nebulizer
Konsep Nebulizer
Nebulizer adalah suatu alat yang bisa menyemburkan
medikasi atau agens pelembab seperti agens
bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel
mikroskopik dan mengirimkannya ke dalam paru-
paru ketika klien menghirup nafas (Kusyanti et,al 2012).

Nebulizer mengubah obat dari bentuk cair ke bentuk


partikel aerosol (aryani et al,.2009)

Nebuliser terdiri dari beberapa bagian yang terpisah


Yaitu : generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul
nasal, masker, mouthpiece) dan obatnya sendiri.
Prinsip nebulizer
Mengubah obat : larutan aerosol

Sehingga dapat dihirup penderita dengan

menggunakan mouthpiece atau


masker 

Dengan nebulizer dapat dihasilkan partikel


aerosol berukuran antara 2-5 μ .
Mekanisme Nebulizer Terhadap Saturasi Oksigen, Respirasi Rate,
Dan Denyut Nadi

- Saat nebulizer terjadi penurunan saturasi hingga 3-5%,Ristanto


dan Zakaria(2017) memaparkan ada hubungan dengan arah
kolerasi negative antara respirasi rate dan saturasi O2

- saat nebulizer, fraksi oksigen yang dihirup pada fase inspirasi


napas akan menurun. Fenomena ini terjadi karena peningkatan
konsentrasi obat nebulizer yang terhirup dan tercampur oleh
udara bebas. Diperkuat teori bahwa pemberian nebulizer 15-20
menit dikarenakan ada efek penurunan saturasi oksigen yang
cukup signifikan di tiap tiap menit saat proses nebulizer.
- Factor yang memengaruhi saturasi oksigen adalah jumlah oksigen
yang masuk ke paru paru( ventilasi), kecepatan difusi, dan
kapasitas hemoglobin dalam membawa oksigen.

- Denyut nadi : Kecepatan dan kontraktilitas jantung bergantung


pada kebutuhan tubuh akan penyaluran darah Tekanan darah dan
pernafasan : Sistem refleks berespon yang berfungsi mengatur
tekanan darah, beberapa refleks dan respon lain juga
mempengaruhi sistem kardiovaskular dan tekanan darah yaitu
kemoreseptor yang berada di arteri karotis dan aorta peka
terhadap kadar O2 yang rendah atau asam yang tinggi dalam
darah. Fungsi utama kemoreseptor ini adalah peningkatan secara
refleks aktifitas pernafasan untuk membawa masuk lebih banyak
O2 atau mengeluarkan lebih banyak CO2 pembentuk-asam,
kemoreseptor meningkatan tekanan darah dengan mengirim
impuls ekstratorik ke pusat kardiovaskular.
Aerosol
• Merupakan suspensi berbentuk padat
atau cair dalam bentuk gas.
• Berfungsi untuk menghantarkan obat
dalam bentuk larutan air ke jalan napas,
tenggorokan atau hidung.
• Tujuannya untuk menghantarkan obat
ke target organ
• Dengan efek samping minimal dan
keamanan yang tinggi
Tujuan Nebulizer
Untuk mengencerkan dahak/mukus (efek
obat mukolitik dan ekspektoran)

(efek obat bronkodilator)


Untuk menekan proses peradangan (efek
Obat antibiotik)
(aryani et al., 2009)
CARA KERJA
Cara NEBULIZER
kerja Nebulizer yaitu dengan cara
penguapan. Obat-obatan yang diracik (berupa cairan),
dimasukan ketabungnya yang ada di face mask
Nebulizer lalu dengan bantuan daya listrik menghasilkan
uap yang dapat dihirup melalui face mask Nebulizer.
Penguapan ini tidak berbau, jadi rasanya seperti
bernapas seperti biasanya. Terapi penguapan ini
memakan waktu kurang lebih sekitar 5-10 menit,
biasanya diberikan 3-4 kali sehari

Pengobatan melalui Nebulizer ini lebih efektif dari


obat-obatan yang dikonsumsi melalui oral, karena dapat
langsung dihirup sehingga langsung masuk ke paru-
paru, dosis yang dibutuhkan pun lebih kecil dan juga
lebih aman.
INDIKASI
-  menurut (aryani et al,.2009)

- -bronkospasme akut
- -batuk dan sesak napas
- -Radang pada epiglotis
- -Pneumonia
- -Atelektasis
- -Asma
- -Sinusitis kronis
- Penyakit saluran pernapasan reaktif (alergi)
- -Bronkiolitis
- -Pilek biasa (rhinitis)
- -RSV (virus pernapasan sinitisial)
OBAT-OBAT UNTUK NEBULIZER
• Golongan bronkodilator (salbutamol, terbutalin, salmeterol,
procaterol, theofilin, aminophilin, Atroven, Berotex)

• Anti kolinergik (ipatropium dan glicopyrronium). Larutan


salin untuk membuka napas dan mengencerkan dahak.

• Antibiotik diberikan pada pasien dengan infeksi saluran


napas berat (gentamycin, amikasin, ceftazidine)

• Inflamid sebagai obat untuk anti radang pada saluran


pernafasan
MACAM-MACAM
NEBULIZER
  Nebulizer Mini : alat genggam yang dapat menyemburkan
1.
medikasi atau agens pelembab, seperti agens bronkodilator
(melonggarkan jalan nafas) atau mukolitik (pengencer dahak)
yang menjadikan partikel mikroskopik kemudian
mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup
napas.

2.   Nebulizer Jet-Aerosol : Nebulizer yang menggunakan


kompressor sehingga dapat menekan udara atau oksigen
untuk bergerak lebih cepat dalam kecepatan tinggi
sehingga memecah cairan obat kedalam bentuk partikel-
partikel uap atau aerosol.

3.   Nebulizer Ultrasonik : Nebulizer yang menggunakan


getaran dalam frekuensi yang tinggi untuk memecah
obatan dalam bentuk cair menjadi partikel-partikel halus
berupa uap
SIMPULAN
The National Patient Safety Agency dalam Great Ormond Street
Hospital for Children (2010) mengungkapkan, pada saat proses
pemberian nebuliser berlangsung, maka harus disertai dengan
pemberian oksigen sebesar 6-8 lpm. Hal ini bertujuan untuk
meminimalkan efek hipoksemia sementara saat pemberian nebuliser.
Kondisi penurunan saturasi oksigen, peningkatan respirasi rate, dan
denyut nadi pada proses pemberian nebuliser sebenarnya bisa diatasi
dengan mudah yaitu dengan menambahkan oksigenasi pada saat
pemberian nebuliser berlangsung. Selain mencegah anak jatuh pada
kondisi hipoksia sementara, penambahan oksigenasi mampu
mengurangi beban kerja paru dengan menurunkan respirasi rate, serta
membantu fungsi kardiovaskuler kembali normal dengan menurunkan
frekuensi denyut nadi.
SARAN
Bagi perkembangan ilmu pengetahua:
Bagi peneliti serupa, agar mengkaji lebih dalam
pemberian nebulizer farbivent, ventolin, pulmicort
terhadap saturasi oksigen, respirasi rate dan denyut
nadi
Bagi Instalasi Rumah Sakit;
Hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu referensi
acuan dalam mengembangkan SOP pemberian nebulizer,
terkait pemberian oksigen selama proses nebulizer
Bagi perawat:
Memberikan observasi pada tanda-tanda vital pasien saat
dilakukan tindakan nebulizer

DAFTAR PUSTAKA
 
 
- Udin, Muchamad Fahrul .(2019). Buku Praktis Penyakit Respiarsi Pada Anak Untuk
Dokter Umum, Malang : UB Press
- Christoper W .Drexler, DO, FAAP. (2020) “Pneumonia in Children” Ebeledike C
- Muhammad Waseem, MS,(2020) .“Pediatric Pneumonia: Practice Essential, Background,
Pathofisiology”
- Ryan J. Brogan, DO. 2017 “ Pneumonia (For Parents)-Nemours Kids Health”
- Kusumawardani, J., Magdalena, R., & Budiman, G. (2011). inhaler dan nebulizer, (Mdi), 0–6.
- Marhana, I. A., & Amin, M. (2009). Korelasi Saturasi Oksigen Perkutan Dengan Parameter
Derajat Keparahan ( Severity ) Pada Asma Eksaserbasi Berdasarkan Kriteria Global
Initiative of Asthma 2008, 5–9.
- Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperaatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika.
- Bbulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (Eds.). (2013). –
Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.). Indonesia: Elsevier
- Aryani, et al. (2009). Prosedur Klinik Keperawatan pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: TIM
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai