Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
penyakit tidak menular seperti stroke, hipertensi, diabetes melitus, tumor, dan penyakit jantung
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.
Pada tahun 2013 prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun hasil
Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥ 15
tahun yang terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi DM tertinggi
di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%. Prevalensi DM semua umur di Indonesia pada Riskesdas 2018
sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%. Sedangkan
provinsi dengan prevalensi DM tertinggi semua umur berdasarkan diagnosis dokter juga masih di DKI
Jakarta dan terendah di NTT.
(Pusat Data dan informasi KEMENKES, 2018)
PENGERTIA
N
DM tipe-1 kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai
oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas baik oleh proses
autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Sekresi insulin
yang rendah mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017 )
Diabetes Mellitus (DM) tipe-1 merupakan salah satu penyakit kronis yang sampai saat ini
belum dapat disembuhkan. Walaupun demikian berkat kemajuan teknologi kedokteran kualitas
hidup penderita DM tipe-1 tetap dapat sepadan dengan anak-anak normal lainnya jika mendapat
tatalaksana yang adekuat.
(UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, IDAI - World Diabetes Foundation 2015)
ETIOLOGI
• Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
FAKTOR transplantasi dan proses imun lainnya.
GENETIK
• Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
FAKTOR
IMUNOLOGI
• Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
FAKTOR
LINGKUNGA
N
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI DM TYPE 1
B. Idiopatik Diduga Pengaruh Genetik Dan Lingkungan Memegang Peran Utama Untuk Terjadinya Kerusakan
Pankreas. Hla-dr4 Ditemukan Mempunyai Hubungan Yang Sangat Erat Dengan Fenomena Ini.
MANIFESTASI
KLINIS
MANIFESTASI KLINIS
Poliuria ( sering BAK)
Polidipsia ( sering minum)
Polifagia (sering makan)
Nokturia (BAK berlebih pada malam hari)
Enuresis ( sering mengompol)
Penurunan berat badan yang cepat dalam 2-6 minggu sebelum
diagnosis ditegakkan
Gangguan penglihatan
Lemas
Ketoasidosis
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
■ Ketoasiosis metabolik
■ Komplikasi vaskular
■ Mikrovaskuler : retinopati,
neuropati,nefropati
■ Makrovaskuler : Hipertensi, profil
lipid
PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
■ Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, ■ Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi,
suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital. mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
■ Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah ■ Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh. ■ Sistem musculoskeletal Penyebaran lemak,
■ Sistem integument Turgor kulit menurun, adanya luka atau penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku ■ Sistem neurologis Terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
■ Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri
dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
lambat, kacau mental, disorientasi.
■ Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/
hipotensi, aritmia, kardiomegali
■ Pemeriksaan Penunjang ■ Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
■ Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL Aseton plasma respiratorik.
(keton) : positif secara mencolok Asam lemak bebas : kadar ■ Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
lipid dan kolesterol meningkat Osmolalitas serum : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal) Amilase darah : mungkin meningkat yang
■ Elektrolit : Natrium : mungkin normal, meningkat, atau mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
menurun Kalium : normal atau peningkatan semu Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada
( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun. Fosfor : tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
lebih sering menurun. (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
■ Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody) Pemeriksaan fungsi
tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. Urine : gula dan aseton
selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. Kultur dan
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan pernafasan dan infeksi pada luka.
insiden ( mis, ISK baru).
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pertukaran Gas
Intoleran aktifitas
Kerusakan integritas kulit
Defisit pengetahuan
REFRENSI
REFERENSI
Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017,
Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan Remaja:
Ikatan Dokter Anak Indonesia
UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2015, Konsensus Nasional
Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1 ; Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia
https://dianmayaerianti.blogspot.com/2019/01/asuhan-keperawatan-diabetea-
mellitus.html?m=1
https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-1
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19041500002/hari-diabetes-
sedunia-2018.h