Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DIABETES MILLETUS TYPE 1
Kelompok
1.Facruhroji
2.Rodiyah
3.Siti suarsih
4.Sriustiati
5.Destanasyah
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) tipe-1 merupakan salah satu penyakit kronis yang sampai saat ini belum
dapat disembuhkan. Walaupun demikian berkat kemajuan teknologi kedokteran kualitas hidup
penderita DM tipe-1 tetap dapat sepadan dengan anak-anak normal lainnya jika mendapat tatalaksana
yang adekuat.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
penyakit tidak menular seperti stroke, hipertensi, diabetes melitus, tumor, dan penyakit jantung
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.

Pada tahun 2013 prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun hasil
Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥ 15
tahun yang terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi DM tertinggi
di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%. Prevalensi DM semua umur di Indonesia pada Riskesdas 2018
sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%. Sedangkan
provinsi dengan prevalensi DM tertinggi semua umur berdasarkan diagnosis dokter juga masih di DKI
Jakarta dan terendah di NTT.
(Pusat Data dan informasi KEMENKES, 2018)
PENGERTIA
N
DM tipe-1 kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai
oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas baik oleh proses
autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Sekresi insulin
yang rendah mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017 )

Diabetes Mellitus (DM) tipe-1 merupakan salah satu penyakit kronis yang sampai saat ini
belum dapat disembuhkan. Walaupun demikian berkat kemajuan teknologi kedokteran kualitas
hidup penderita DM tipe-1 tetap dapat sepadan dengan anak-anak normal lainnya jika mendapat
tatalaksana yang adekuat.
(UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, IDAI - World Diabetes Foundation 2015)
ETIOLOGI
• Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
FAKTOR transplantasi dan proses imun lainnya. 
GENETIK

• Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
FAKTOR
IMUNOLOGI

• Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
FAKTOR
LINGKUNGA
N
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI DM TYPE 1

Dm Tipe-1 (Destruksi Sel-beta )


A. Immune Mediated Berhubungan Dengan Keadaan Autoimun Primer
Pada Sekelompok Penderita Yang Juga Sering Menunjukkan Manifestasi Autoimun Lainnya, Seperti Hashimoto
Disease, Graves Disease, Pernicious Anemia, Dan Myasthenia Gravis. Keadaan Ini Berhubungan Dengan
Antigen Hla-dr3 Dan Muncul Pada Usia Sekitar 30 - 50 Tahun.

B. Idiopatik Diduga Pengaruh Genetik Dan Lingkungan Memegang Peran Utama Untuk Terjadinya Kerusakan
Pankreas. Hla-dr4 Ditemukan Mempunyai Hubungan Yang Sangat Erat Dengan Fenomena Ini.
MANIFESTASI
KLINIS
MANIFESTASI KLINIS
Poliuria ( sering BAK)
Polidipsia ( sering minum)
Polifagia (sering makan)
Nokturia (BAK berlebih pada malam hari)
Enuresis ( sering mengompol)
Penurunan berat badan yang cepat dalam 2-6 minggu sebelum
diagnosis ditegakkan
Gangguan penglihatan
Lemas
Ketoasidosis
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

• Sistem imun menyerang sel beta yang memproduksi


insulin di pancreas sel pankreas rusak tidak bisa
menghasilkan insulin Insulin sebagai kunci agar gula
darah bisa masuk ke dalan sel karena tidak cukup
isulin sehingga gula darah tidak bisa masuk ke sel dan
tetap beredar di aliran darah hiperglikemia
diabetes tipe 1
KRITERIA
DIAGNOSIS
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, nokturia, enuresis, penurunan berat badan,
polifagia, dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/ dL (11.1 mmol/L). Atau
Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7 mmol/L). Atau 3. Kadar glukasa plasma 200 mg/ dL
(11.1 mmol/L) pada jam ke-2 TTGO (Tes Tolerasansi Glukosa Oral). Atau
HbA1c >6.5% (dengan standar NGSP dan DCCT) Pada penderita yang asimtomatis dengan
peningkatan kadar glukosa plasma sewaktu (>200 mg/dL) harus dikonfirmasi dengan kadar
glukosa plasma puasa atau dengan tes toleransi glukosa oral yang terganggu.
Diagnosis tidak ditegakkan berdasarkan satu kali pemeriksaan
PENATALAKSANAA
N
PENATALAKSANAAN
■ 1. Pemberian Insulin ■ 2. Pengaturan Makan
■ Tujuan terapi insulin adalah menjamin kadar ■ Pengaturan makanan pada penderita DM tipe-1 bertujuan untuk mencapai
insulin yang cukup di dalam tubuh selama 24 kontrol metabolik yang baik tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan
jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme untuk metabolisme basal, pertumbuhan, pubertas, maupun aktivitas sehari
sebagai insulin basal maupun insulin koreksi hari. Dengan pengaturan makanan ini diharapkan anak dapat tumbuh
optimal dengan berat badan yang ideal, dan dapat dicegah timbulnya
dengan kadar yang lebih tinggi (bolus) akibat
hipoglikemia. Pada regimen konvensional, pengaturan makan dengan
efek glikemik makanan. Regimen insulin memperhitungkan asupan dalam bentuk kalori. Pada regimen basal-bolus,
sangat bersifat individual, sehingga tidak ada pengaturan makan dengan memperhitungkan asupan dalam bentuk gram
regimen yang seragam untuk semua penderita karbohidrat.
DMT1. Regimen apapun yang digunakan
bertujuan untuk mengikuti pola fisiologi ■ Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia
sekresi insulin orang normal sehingga mampu pubertas dapat juga ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
menormalkan metabolisme gula atau paling ■ (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari
tidak mendekati normal. ■ Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55%
karbohidrat, 10-15% protein (semakin menurun dengan bertambahnya
umur), dan 30-35% lemak.
■ 3. Olah Raga
■ Olahraga dapat membantu menurunkan
berat badan, mempertahankan berat badan
ideal, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Untuk penderita DM berolahraga dapat
membantu untuk menurunkan kadar gula
darah, menimbulkan perasaan ‘sehat’ atau
‘well being’, dan meningkatkan
sensitivitas terhadap insulin, sehingga
mengurangi kebutuhan insulin.
■ Latihan yang dapat dijadikan pilihan
adalah jalan kaki, jogging, lari, renang,
dan bersepeda.
■ Petunjuk-petunjuk mengenai beberapa penyesuaian diet, insulin, dan ■ h. Bila olah raga anaerobik atau olah raga saat panas, atau olahraga
cara monitoring gula darah agar aman berolahraga bagi anak dan kompetisi sebaiknya insulin dinaikkan. I Pertimbangkan pemberian
remaja DM tipe-1 yang dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari: cairan untuk menjaga hidrasi (250 mL pada 20 menit sebelum olahraga).
■ Sebelum berolah raga ■ Selama berolah raga
■ a. Tentukan waktu, lama, jenis, intensitas olahraga. Diskusikan ■ Monitor glukosa darah tiap 30 menit.
dengan pelatih/guru olah raga dan konsultasikan dengan dokter.
■ Teruskan asupan cairan (250 ml tiap 20-30 menit).
■ b. Asupan karbohidrat dalam 1-3 jam sebelum olahraga.
■ Konsumsi karbohidrat tiap 20-30 menit, bila diperlukan.
■ c. Cek kontrol metabolik, minimal 2 kali sebelum berolahraga.
Setelah berolah raga
■ d. Jika glukosa darah <90 mg/dL (< 5 mmol/L) dan cenderung
■ Monitor glukosa darah, termasuk sepanjang malam (terutama bila tidak
turun, tambahkan ekstra karbohidrat.
biasa dengan program olahraga yang sedang dijalani).
■ e. Jika glukosa darah 90-250 mg/dL (5-14 mmol/L) tidak
■ Pertimbangkan mengubah terapi insulin, dengan menurunkan dosis
diperlukan ekstra karbohidrat (tergantung lama aktifitas dan
insulin basal.
respons)
■ Pertimbangkan tambahan karbohidrat kerja lambat dalam 1-2 jam setelah
■ f. Kalau glukosa darah >250 mg/dL dan keton urin/darah (+), tunda
olahraga untuk menghindari hipoglikemia awitan lambat. Hipoglikemia
olah raga sampai glukosa darah normal dengan insulin.
awitan lambat dapat terjadi dalam interval 2 x 24 jam setelah latihan.
■ g. Bila olah raga aerobik, perkirakan energi yang dikeluarkan dan
tentukan apakah penyesuaian insulin atau tambahan karbohidrat
diperlukan.
4. Edukasi
Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian
penyakit dan komplikasinya, memotivasi penderita dan
keluarga agar patuh berobat.
Pemantauan mandiri/home monitoring Pasien serta
keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar
glukosa darah dan penyakitnya di rumah. Hal ini sangat
diperlukan karena sangat menunjang upaya pencapaian
normoglikemia. Pamantauan dapat dilakukan secara
langsung (darah) dan secara tidak langsung (urin).
KOMPLIKASI
komplikasi

■ Ketoasiosis metabolik
■ Komplikasi vaskular
■ Mikrovaskuler : retinopati,
neuropati,nefropati
■ Makrovaskuler : Hipertensi, profil
lipid
PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
■ Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, ■ Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi,
suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital. mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
■ Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah ■ Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh. ■ Sistem musculoskeletal Penyebaran lemak,
■ Sistem integument Turgor kulit menurun, adanya luka atau penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku ■ Sistem neurologis Terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
■ Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri
dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
lambat, kacau mental, disorientasi.
■ Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/
hipotensi, aritmia, kardiomegali
■ Pemeriksaan Penunjang ■ Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
■ Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL Aseton plasma respiratorik.
(keton) : positif secara mencolok Asam lemak bebas : kadar ■ Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
lipid dan kolesterol meningkat Osmolalitas serum : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal) Amilase darah : mungkin meningkat yang
■ Elektrolit : Natrium : mungkin normal, meningkat, atau mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
menurun Kalium : normal atau peningkatan semu Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada
( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun. Fosfor : tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
lebih sering menurun. (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
■ Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody) Pemeriksaan fungsi
tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. Urine : gula dan aseton
selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. Kultur dan
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan pernafasan dan infeksi pada luka.
insiden ( mis, ISK baru).
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pertukaran Gas
Intoleran aktifitas
Kerusakan integritas kulit
Defisit pengetahuan
REFRENSI
REFERENSI
Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017,
Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan Remaja:
Ikatan Dokter Anak Indonesia
UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2015, Konsensus Nasional
Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1 ; Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia
https://dianmayaerianti.blogspot.com/2019/01/asuhan-keperawatan-diabetea-
mellitus.html?m=1
https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-1
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19041500002/hari-diabetes-
sedunia-2018.h

Anda mungkin juga menyukai