THYPOID
IYAN SOLIHIN
YAYA NURCAHYA
ANNA DINASTY OKTAVIENI
MILA NARFIANTI
ENNY SUHARTINI
Mulut
Masuk asam lambung
Pembuluh limfe
Mati
Pembesaran hati dan limpa Pembuluh darah Usus halus Hipotalamus Hepar
kapiler
Fungsi hati terganggu Peradangan Hipotasplenom
Menekan
Roseola Tidak termoreguler
Hati tidak dapat mengubah Pada kulit hiperemi Endotoksin
zat makanan yang di Malabsorbsi
Hipertermia
absorbsi oleh usus nutrisi
SGOT/SGPT
Hiperperistaltik meningkat
Kebutuhan jaringan akan
nutrisi kurang
Diare mual
Tubuh kelelahan
Gangguan pola eliminasi Intake nutrisi
Intoleransi aktivitas tidak adekuat
Pemeriksaan Penunjang
Darah tepi
Terdapat gambaran leukomenia, limfositosis relatif dengan
anesinofilia pada permulaan sakit. Fungsi pemeriksaan
darah tepi berguna untuk membantu menentukan
penyakitnya dengan cepat (adakalanya dilakukan
pemeriksaan sumsum tulang jarang sekali
Darah untuk kultur (Biakan empedu dan widal)
Biakan empedu basil salmonela typhi di temukan dalam
darah pasien (hasil positif).
Pemeriksaan widal di temukan fiter bernilai 1/200
atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progresif
Pemeriksaan Penunjang
SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat
Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
bakteri Salmonella thypi. Uji widal dimaksudkan untuk
menentukan adanya aglutinin
Anti Salmonella Typhi IgG/IgM
Solid phase immunochromatographic untuk deteksi antibodi IgG
dan IgM pada salmonella typhi serum, plasma, atau darah secara
cepat dan kualitatif.
muncul pada hari ke 3 dan 4 terjadinya demam (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 179)
PENATALAKSANAAN
Keperawatan
Tirah baring
Observasi kesadaran
Observasi BAK, defekasi untuk
mengetahui terjadi obstipasi dan retensi
air kemih.
Kolaborasi ( Medis )
Diet : Diberikan bubur saring kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien.
Obat:
Obat anti mikroba, meliputi :
Kloramfenikol, tiamfenikol, ko-trimasol,
ampisilin dan amoksilin, sekalosporin
generasi ke tiga, flourokinolon.
Obat-obat simptomatik : Antipiretik,
kortikosteroid.
KONSEP KEPERAWATAN
• Identitas
• Dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, kelompok
umur yang terbanyak adalah diatas 5 tahun. Factor yang
mendukung terjadinya typus abdominalis adalah iklim tropis,
sosial ekonomi yang rendah, sanitasi lingkungan yang kurang
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 178).
• Keluhan utama
• Demam 39 C pada malam hari dan biasanya turun pada pagi
hari (Muttaqin & Sari, 2011, p. 491)
KONSEP KEPERAWATAN
• Riwayat kesehatan sekarang
• Pasien terinfeksi bakteri salmonella thypi akibat makan
makanan yang tidak higienis. Pasien mengatakan badannya
terasa panas, mual, nyeri di abdomen . Pasien juga tampak
lemah dan pucat serta panas terasa panas diseluruh tubuh
(Wijaya A. S., 2013, p. 175)
• Riwayat kesehatan dahulu
• Riwayat kesehatan keluarga
• Dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
thypoid (Wijaya A. S., 2013, p. 180)
• Riwayat psikososial dan spiritual
• Pola fungsi kesehatan ( 11 pola Gordon )
• Pola persepsi kesehatan, Pola nutrisi metabolik, pola
eleminasi, pola aktivitas-latihan, pola istirahat dan tidur, pola
kognitif perseptual, pola persepsi diri, pola peran-hubungan,
pola seksualitas-reproduksi, pola koping-toleransi stress, pola
nilai kepercayaan.
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
a. Definisi:
Suhu tubuh meningkat diatas rentang tubuh normal
b. Penyebab:
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktifitas berlebihan
8) Penggunaan incubator
c. Gejala tanda mayor
a) Subjektif: tidak tersedia
b) Objektif: Suhu tubuh diatas nilai normal
Diagnosa Keperawatan
d. Gejala dan tanda minor
a) Subjektif: tidak tersedia
b) Objektif: Kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit
terasa hangat, kondisi klinis terkait, proses infeksi,
hipertiroid, stroke, dehidrasi, trauma, prematuritas(SDKI,
2017, p. 284)
Diagnosa Keperawatan
2. Defisit Nutrisi
a. Definisi: Asupan Nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme
b. Penyebab
Ketidakmampuan menelan makanan
Ketidakmampuan mencerna makanan
Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
Peningkatan kebutuhan metabolisme
Factor ekonomis (nis. Finansial tidak mencukupi)
Factor psikologis (nis. Stress,keengganan untuk makan)
c. Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif: Tidak tersedia
b) Objektif: Berat badan menurun minimal 10% dibawah
rentang ideal
Diagnosa Keperawatan
d. Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
Cepat kenyang setelah makan
Kram/nyeri abdomen
Nafsu makan menurun
b) Objektif
Bising usus hiperaktif
Otot pengunyah lemah
Otot menelan lemah
Membrane mukosa pucat
Sariawan
Serum albumin turun
Rambut rontok berlebihan
Diare (SDKI, 2017, p. 56)
Diagnosa Keperawatan
3. Intoleransi aktivitas
a. Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
• Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
• Tirah baring
• Kelemahan
• Imobilitas
• Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif: Mengeluh lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat > 20% dari
kondisi istirahat
Diagnosa Keperawatan
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
• Dispnea saat atau setelah aktifitas
• Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
• Merasa lemah
Objektif
• Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
• Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat atau setelah
aktifitas
• Gambaran EKG menunjukan iskemia
• Sianosis
Diagnosa Keperawatan
e. Kondisi Klinis Terkait
• Anemia
• Gagal jantung Kongestif
• Penyakit Jantung Koroner
• Penyakit katub jantung
• Aritmia
• Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
• Gangguan metabolic
• Gangguan muskuloskelatal (SDKI, 2017, p. 128)
INTERVENSI
Bayi akan :
• Tidak mengalami gawat
1. Hipertermi
panas, gelisah, atau letargi
• Menggunakan sikap tubuh
Tujuan: Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang
yang tidak dapat
dibuktika oleh indicator gangguan sebagai berikut (gangguan
ekstrim, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan). mengurangi panas
Kriteria hasil Intervensi
Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu • Aktifitas keperawatan
Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan • Pantau aktifitas kejang
peningkatan suhu tubuh • Pantau hidrasi (mis. Turgor
Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia kulit, kelembapan
membrane mukosa)
• Pantau tekanan darah,
denyut nadi, dan frekuensi
pernapasan
• Kaji ketepatan jenis pakaian
yang digunakan, sesuai
dengan suhu lingkungan
INTERVENSI
• Lepaskan pakaian yang
Penyuluhan untuk pasien/keluarga berlebihan dan tutupi
• Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk pasien dengan selimut saja
• Gunakan waslpa dingin
mencegah dan mengenali secara dini hipertermia (mis.,
stroke bahang dan keletihan akuibat panas) (atau kantong es yang
• Regulasi suhu (NIC) : Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dibalut dengan kain) di
dan tindakan kedaruratan yang diperlukan, jika perlu aksila, kening, tengkuk, dan
• Aktifitas kolaboratif lipat paha
• Regulasi suhu (NIC) : Berikan obat antipiretik jika perlu. • Anjurkan asupan cairan
Gunakan matras dingin dan amndi air hangat untuk oral, setidaknya 2 liter
mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu sehari, dengan tambahan
• Aktifitas LAIN cairan selama aktifitas yang
berlebihan atau aktifitas
sedang dalam cuaca panas
• Gunakan kipas yang
berputar diruangan pasien
• Gunakan selimut pendingin
(Wilkinson, 2016, pp. 216-
217)
INTERVENSI
2. Nutrisi, ketidakseimbangan : kurang dari
kebutuhan tubuh
a. Tujuan: Memperlihatkan status nutrisi yang dibktikan oleh
indicator sebagai berikut (gangguan ekstrim berat, sedang,
ringan, atau tidak ada penyimpangan dari rentan normal)
b. Kriteria hasil
• Mempertahankan berat badan
• Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
• Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
• Menoleransi diet yang dianjurkan
• Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam
batas normal
• Memiliki nilai laboratorium (mis. Transferrin, albumin,
elektrolit) dalam batas normal
• Melaporkan tingkat energy yang adekuat
INTERVENSI
2. Nutrisi, ketidakseimbangan : kurang dari
kebutuhan tubuh
a) Aktifitas Keperawatan c) Aktifitas kolaboratif
• Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan • Diskusikan dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan protein
makan
pasien yang mengalami
• Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
ketidakadekuatan asupan protein atau
nutrisi kehilangan protein (mis., pasien
• Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, anoreksia nervosa, penyakit
dan elektrolit glomerular atau dialysis peritoneal)
• Menejemen nutrisi (NIC) : • Diskusikan dengan dokter kebutuhan
• Ketahui makanan kesukaan pasien stimulasi nafsu makan, makanan
• Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan lengkap, pemberian makanan melalui
• Timbang pasien pada interval yang tepat selang, atau nutrisi parental total agar
asupan kalori yang adekuat dapat
b) Penyuluhan untuk pasien dipertahankan
• Ajarkan metode untuk perencanaan makan • Rujuk ke dokter untuk menentukan
• Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak penyebab gangguan nutrisi
mahal • Rujuk ke program gizi dikomunitas
• Menejemen nutrisi (NIC) : berikan informasi yang tepat yang tepat, jika pasien tidak dapat
tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya membeli atau menyiapkan makanan
yang adekuat
INTERVENSI
Intoleransi aktifitas
Tujuan: Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang
dibuktikan oleh toleransi aktifitas, ketahana,
penghematan energy, tingkat kelelahan, energy • Mengungkapkan secara
psikomotorik, istirahat dan perawatan diri : AKS (dan verbal pengalaman
AKSI)
tentang kebutuhan
Kriteria Hasil:
• Mengidentifikasi aktifitas atau situasi yang oksigen, obat dan
menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan peralatan yang dapat
intoleran aktivitas meningkatkan toleransi
• Berpartisipasi dalam aktifitas fisik yang dibutuhkan pada aktifitas
dengan peningkatan denyut jantung, frekuensi • Menampilkan aktifitas
pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola kehidupan sehari-hari
dalam batas normal (AKS) dengan beberapa
• Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktifitas bantuan (mis. Eliminasi
(uraikan tingkat yang diharapkan dari daftar pada
dengan bantuan ambulasi
saran penggunaan)
untuk ke kamar mandi)
INTERVENSI b) Penyuluhan untuk pasien
• Penggunaan teknik napas terkontrol
Intervensi selama aktifitas jika perlu
a)Aktifitas keperawatan • Mengenali tanda dan gejala
• Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari intoleran aktifitas, termasuk kondisi
tempat tidur, berdiri, ambulasi dan melakukan AKS dan yang perlu dilaporkan pada dokter
AKSI • Pentingnya nutrisi yang baik
• Kaji respon emosi, social, dan spiritual terhadap aktifitas • Penggunaan peralatan, seperti
• Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan oksigen selama aktifitas
aktivitas • Penggunaan teknik relaksasi (mis.,
• Manajemen Energi (NIC) : Tentukan penyebab keletihan distraksi, visualisasi) selama aktifitas
(mis., perawatan, nyeri dan pengobatan), Pantau respon • Dampak intoleransi aktifitas
kardiorespiratori terhadap aktifitas (mis., takikardia, terhadap tanggung jawab peran
distribmia lain, dispenia, diaphoresis, pucat, tekanan dalam keluarga dan tempat kerja
hemodinamik dan frekuensi pernapasan) • Tindakan untuk menghemat energy
sebagai contoh : menyimpan alat
atau benda yang sering digunakan di
tempat yang mudah terjangkau
INTERVENSI
c) Aktifitas kolaboratif
• Pantau TTV sebelum,
• Berikan pengobatan nyeri sebelum aktifitas apabila nyeri
selama, sesudah aktifitas;
merupakan salah satu factor penyebab
• Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (mis., untuk hentikan jika TTV tidak
dalam rentang normal
latihan ketahanan), atau rekreasi untuk metencanakan dan
bagi pasien atau jika ada
memantau program aktifitas jika perlu
• Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk tanda-tanda bahwa
aktifitas tidak dapat
mendapatkan bantuan perawatan rumah jika perlu
• Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet, guna ditoleransi (mis.,nyeri
dada, pucat, vertigo,
meningkatkan asupan makanan yang kaya energy
dyspnea)
Aktivitas lain
• Rencanakan aktivitas
• Hindari menjadwalkan aktifitas perawatan selama periode
bersaama pasien dan
istirahat
• Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, keluarga yang
meningkatkan
bersanndar, duduk, berdiri, dan ambulasi sesuai toleransi
kemandirian dan
ketahanan (Wilkinson,
2016, pp. 15-18)
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal.
Jakarta: Salemba medika.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Matrnitas, Anak,
Bedah, dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan
Keperwatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA JILID 1.
Yogyakarta: Medi Action.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Wilkinson, J. (2016). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC.
thanks you !!!