Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERTOLONGAN PERTAMA TIDAK DAPAT BERNAFAS

Oleh: Kelompok 2

1. Mira Mutia
2. Dwi Utari Daksina
3. Sasmita Ismail
4. Alya Utiarahman
5. Putri Pravita Pulukadang

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya serta kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KDPK tentang
“PETOLONGAN PERTAMA TIDAK DAPAT BERNAFAS”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen serta semua pihak yang ikut dalam
pembuatan makalah ini, sehingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan kita semua. Kami juga mohon kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Gorontalo, 6 Juli 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Tahapan Pertolongan Pertama Tidak Dapat Bernafas.................................................................6
2.2 Kondisi Sesak Nafas yang Perlu di Waspadai.............................................................................7
2.3 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita Asma......................................8
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
KESIMPULAN...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bernafas merupakan suatu kebutuhan bagi semua makhluk hidup untuk
mempertahankan hidupnya. Tak sedikit pula orang di daerah tertentu yang mempunyai
faktor pencetus paling besar untuk seseorang mengalami gangguan pernafasan
contohnya adalah penyakit asma. Asma adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami sesak dan kesulitan dalam bernafas, tak jarang seseorang yang mengalami
asma juga disertai dengan bunyi mengi dan nyeri pada dada. Saluran pernafasan pada
penderita asma lebih sensitif dibandingkan dengan orang sehat. Menurut The Gaining
Optimal Asthma Control (GOAL) study, asma terkontrol menjadi dua yaitu terkontrol
baik (well controlled) dan terkontrol total (total controlled). Asma terkontrol total jika
pengamatan selama 8 minggu berurutan tercatat tidak mengalami eksaserbasi dan tidak
ada kunjungan ke rumah sakit. Asma terkontrol baik apabila masih terdapat gejala klinis
dan penggunaan medikasi ringan (Widysanto & Surjanto, 2009)
Prevalensi penderita asma menurut Kinder – und jugend gesundheits survey (KiGGS)
tidak berubah secara signifikan. Dikelompokkan menurut jenis kelamin, prevalensi
untuk perempuan tidak terlalu ada perubahan pada tahun 2014-2017 dengan jumlah 3,0
-3,1% sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki terjadi peningkatan jumlah penderita
asma dari tahun 2014-2017 yaitu yang awalnya hanya berjumlah 4,2% menjadi 5,0%.
(Poethko-Muller Christina, Thamm Michael, 2018) Di Indonesia secara nasional sendiri
terutama di kota Jakarta sendiri prevalensinya pada tahun 2001 sebanyak 5,4% dan pada
tahun 2005 sebanyak 7,5% (Ferliani, Sundaru, & Dkk, 2018). Infeksi rhinovirus (RV)
menjadi penyebab utama eksaserbasi pada asma. Infeksi virus ini dapat menyerang
bagian bawah dengan bersama dengan sistem imun yang menyebabkan obstruksi jalan
nafas pada beberapa pasien asma. Cacat dalam respon imun terhadap pasien ini juga
berpengaruh pada tingkat keparahan eksaserbasi. Pekerjaan juga dapat menjadi salah
satu faktor penyebab eksaserbasi yang didapat dari lingkungan sekitar pekerjaan yang
menyebabkan paparan setiap harinya dan dalam jangka waktu yang lama. Asma
eksaserbasi adalah peningkatan gejala asma seperti dispnea, batuk, mengi dan
ketidaknyamanan yang dirasakan pada bagian dada. Pasien biasanya sangat cemas,
hyperventilasi, dan mengalami takikardia. Eksaserbasi parah sering dikaitkan dengan
gagal nafas. Hal tersebut ditandai dengan ketidakmampuan untuk berbicara
mengucapkan beberapa kalimat. Jika ditemukan adanya gagal nafas maka pasien
berisiko untuk terjadi eksaserbasi yang membutuhkan bantuan medis jika derajat sesak
yang dirasakan pasien sudah melebihi batas normal. Penanganan pada pasien yang
mengalami eksaserbasi asma moderate yakni mencegahnya untuk ketingkat eksaserbasi
berat dengan meningkatkan kemampuan kapasitas paru (Sjobring, 2007). Peran
fisioterapi untuk kasus asma eksaserbasi berperan untuk melatih teknik bernafas yang
efektif dan merileksasikan otot-otot bantu pernafasan sehingga dapat mengurangi sesak
nafas saat eksaserbasi dan mencegah spasme pada otot bantu pernafasan yang dapat
menjadi faktor penyebab eksaserbasi pada kasus asma (Ahmed & Halim, 2018).
\
Dengan mencegah faktor penyebab dan penanganan yang efektif dilakukan pasien
saat eksaserbasi dimungkinkan dapat mengurangi gangguan saat sesak nafas.
Myofascial release adalah suatu teknik massage untuk mengurangi spasme pada otot-
otot bantu pernafasan. Pada pasien asma otototot bantu pernafasannya akan mengalami
spasme sehingga tidak jarang akan menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu diberikan
intervensi yang dapat meringankan spasme pada otot bantu pernafasan. Teknik untuk
meningkatkan elastisitas otot dan meregangkan otot (Ahmed & Halim, 2018). Breathing
exercise terdiri dari beberapa kombinasi latihan yang dapat digunakan untuk
mengurangi derajat sesak saat eksaserbasi asma dan mengatur pola pernafasan. Pada
pembahasan kali ini akan latihan yang diberikan untuk breathing exercise adalah pursed
lips breathing dan diafraghmatic breathing exercise. Latihan pursed lips breathing
dilakukan untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma. Sedangkan untuk
mengembalikan pola pernafasan abnormal yang sering ditemui pada pasien asma dapat
digunakan latihan breathing exercise berupa pursed lips breathing dan diafraghmatic
breathing exercise. Diafraghmatic breathing exercise befungsi untuk meningkatkan
ekspansi sangkar thoraks.

1.2 Rumusan Masalah

1. Tahapan Pertolongan Pertama Tidak Dapat Bernafas


2. Kondisi Sesak Nafas yang Perlu di Waspadai
3. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita Asma

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pertolongan Tahapan Pertama Tidak Dapat Bernafas
2. Mengetahui Sesak Nafas yang Perlu di Waspadai
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien penderita Asma
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tahapan Pertolongan Pertama Tidak Dapat Bernafas

Sesak napas sering disebabkan oleh gangguan jantung atau paru- paru, di antaranya
adalah serangan jantung, penyakit jantung kongestif, penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK), pneumonia, emboli paru, asma, atau infeksi saluran pernapasan. Selain
gangguan pada jantung dan paru, sesak napas juga dapat terjadi akibat sakit maag,
cedera pada leher atau karena hampir tenggelam.

Ketika mengalami sesak napas, seseorang biasanya menunjukkan tanda-tanda berupa


napas yang cepat, terlihat cemas dan gelisah, mengantuk atau terlihat bingung, bibir
biru, susah bicara, dan mengeluarkan keringat berlebihan.
Jika Anda melihat seseorang mengalami sesak napas, berikut adalah pertolongan
pertama yang bisa Anda lakukan:

Segera pindahkan penderita ke tempat yang aman dan biarkan ia beristirahat.

 Bantu penderita menempatkan posisi tubuhnya senyaman mungkin, baik dengan


duduk, berdiri, atau berbaring. Longgarkan pakaian penderita.
 Jangan memberikan makanan atau minuman apa pun, dan bantu penderita untuk
mengonsumsi obat-obat pribadi mereka, misalnya obat pereda asma.
 Dampingi penderita hingga bantuan medis datang. Hindari berasumsi bahwa
kondisinya sudah baik meski keluhannya sudah reda.
 Jika penderita sesak napas sebelumnya mengalami cedera pada dada dan leher,
hindari gerakan yang berlebihan. Untuk mengatasi sesak napas karena tersedak, segera
lakukan Heimlich maneuver.

Anda juga sebaiknya menghubungi UGD atau membawa penderita ke rumah sakit
terdekat. Apabila penderita sesak napas tiba-tiba mengalami henti napas dan henti
jantung, Anda bisa melakukan CPR jika sudah pernah mendapatkan pelatihannya.

2.2 Kondisi Sesak Nafas yang Perlu di Waspadai

Anda harus mewaspadai kondisi sesak napas yang diiringi beberapa gejala berikut ini:

 Sulit tidur karena sesak napas.

 Infeksi saluran pernapasan.

 Batuk berdarah.

 Batuk yang tidak kunjung reda setelah 2-3 minggu.

 Berkeringat di malam hari saat suhu ruangan sejuk, atau kehilangan berat badan
tanpa sebab.

 Terengah-engah saat melakukan aktivitas ringan.

Jika Anda mengalami sesak napas yang diikuti gejala-gejala di atas, sebaiknya segeralah
berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan.
2.3 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita Asma

Pengkajian adalah proses pengumpulan data yang relevan dan berkesinambungan tentang
respon manusia, status kesehatan, kekuatan dan masalah klien (Dermawan, 2012).
Adapun komponen-komponen dalam pengkajian yaitu :
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien/biodata Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan
orang tua, tanggal masuk rumah sakit, nomor medrec, tanggal pengkajian,
diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab Biodata penanggung jawab meliputi nama, umur,
jenis kelamin, agama, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah
dispnea (bisa sampai sehari-hari atau berbulan-bulan), batuk, mengi (pada
beberapa kasus lebih banyak proksimal).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang yang mendukung keluhan utama dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai sesak nafas yang dialami klien
secara PQRST menurut Rohman dan Walid (2012) yaitu :

P : Provokatus –Paliatif
Apa yang menyebabkan gejala, apa yang bisa memperberat, apa yang bisa
mengurangi.
Q : Qualitatif/quantitative
Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala dirasakan.
R : Region
Dimana gejala dirasakan
S : Skala-Severity
Seberapa tingkat keparahan dirasakan, pada skala berapa.
T : Time
Kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala dirasakan, tibatiba atau
bertahap, seberapa lama gejala dirasakan.
(3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi
saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.
Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai
sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma (Muttaqin, 2012).
(4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma
atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas
pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan
(Muttaqin, 2012).
c.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kesehatan pada gangguan sistem pernafasaan : asma meliputi
pemeriksaan fisik umum secara persistem berdasarkan hasil obsevasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pengkajian psikososial. Biasanya
pemeriksaan berfokus pada dengan pemeriksaan penyeluruh pada sistem pernafasan
yang dialami klien.
(1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien.
(2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, serta adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis. Pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam
atau tidak.
(3) Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang kesadaran.
(4) Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang dirasakan
klien. Serta riwayat penyakit mata lainnya.
(5) Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan fungsi olfaktori.
(6) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
(7) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan.

(8) Thorax

a) Inspeksi
Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah disebabkan
oleh udara dalam paru-paru susah untuk dikeluarkan karena penyempitan jalan
nafas. Frekuensi pernafasan meningkat dan tampak penggunaan otot-otot
tambahan.
b) Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus. Pada
asma, paru-paru penderita normal karena yang menjadi masalah adalah jalan
nafasnya yang menyempit.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah disebabkan karena kontraksi otot polos yang
mengakibatkan penyempitan jalan nafas sehingga udara susah dikeluarkan dari
paru-paru.

d) Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, bunyi pernafasan wheezing atau tidak ada
suara tambahan.

(9) Kardiovaskuler

Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hiperinflasi
suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat.

(10) Abdomen

Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat
merangsang serangan asma frekuensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat
nutrisi.

(11) Ekstrimitas

Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas karena
dapat merangsang serangan asma

d. Aktivitas Sehari-hari (ADL)

1. Nutrisi
Untuk klien dengan asma sering mengalami mual dan muntah, nafsu makan
buruk/anoreksia.
2. Eliminasi
Pola eliminasi biasanya tidak terganggu.
3. Pola Istirahat
Pola istirahat tidak teratur karena klien mengalami sesak nafas.
4. Personal hygine
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-
hari.
5. Aktivitas
Aktivitas terbatas karena terjadi kelemahan otot.

e. Data Psikologi Dengan keadaan klien seperti ini dapat terjadi depresi, ansientas, dan dapat

terjadi kemarahan akibat berpikir bahwa penyakitnya tak kunjung sembuh.

f. Data Spiritual
Bagaimana keyakinan klien akan kesehatannya, bagaimana persepsi klien terhadap
penyakitnya dihubungkan dengan kepercayaan yang dianut klien, dan kaji kepercayaan
klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa

g. Data Sosial

Hubungan ketergantungan dengan orang lain karena ketidakmampuan melakukan


aktivitas mandiri, sendiri dan hubungan sosialisasi dengan keluarga.

h. Data Penunjang

(1) Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler)

(2) Sputum : eosinofil meningkat

(3) Eosinofil darah meningkat

(4) Uji kulit

(5) Rongent dada yaitu patologis paru/komplikasi asma

(6) AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik)

(7) Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada
foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. (Nurarif, 2015).

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.Menusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Alat-
alat respirasi pada manusia adalah rongga hidung, faring, laring, trakea, paru-paru, bronkus,
bronkiolus, dan alveolus. Pada proses inspirasi dan ekspirasi, mekanisme pernapasan pada
manusia dibagi atas pernapasan dada dan pernapasan perut. Sedangkan Faktor yang
mempengaruhi frekuensi pernapasan adalah Umur, Jenis Kelamin, Suhu Tubuh, Posisi
Tubuh. Pernapasan atau pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaitu
Respirasi Eksternal dan Respirasi Internal. Serta ada beberapa gangguan pada system
respirasi manusia.
Pada pernapasan hewan Juga melibatkan alat-alat repirasi yang beragam. Hewan yang
hidup di lingkungan darat kebanyakan bernapas menggunakan paru-paru, sedangkan hewan
yang hidup di air bernapas menggunakan insang. Selain memiliki alat-alat respirasi utama,
beberapa hewan tertentu memiliki alat respirasi tambahan sesuai tempat hidupnya.

SARAN

Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ sistem
pernafasan lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita, hindarilah
polusi udara dan gas-gas beracun, dan terutama hindarilah sikap merokok. Serta rawatlah
paru-paru (pulmo) agar tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserang penyakit
infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya.

(Pane, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Pane, d. M. (2019, Agustus 12). Pertolongan Pertama Sesak Napas Ini Penting Diketahui Siapapun.
Retrieved juli 6, 2023, from Alodokter: https://www.alodokter.com/pertolongan-pertama-sesak-
napas-ini-penting-diketahui-siapapun

Anda mungkin juga menyukai