DAN PENGOBATANYA
OLEH
NIM : 530333218175
PRODI FARMASI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Asma Dan Pengobatanya ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Praktikum Farmakologi II. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asma Dan Pengobatanya bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata kuliah
Praktikum Farmakologi II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUANA.
A. Latar Belakang
Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di
negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global
Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah
penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah
kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012).
Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma
terus meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir
separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan
kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008)
B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat melakukan pelayanan obat asma dengan baik dan
benar
C. Manfaat
A. Diagnosa
Diagnosis asma adalah berdasarkan gejala yang bersifat episodik,
pemeriksaan fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal dan terdengar
bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak
lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas).
Dan yang cukup penting adalah pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa
dengan pirometri atau peak expiratory flow meter.
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP) dan
volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).
1. Anti alergika
Anti alergika adalah zat-zat yang berkhasiat menstabilisasi mast-cells sehingga
tidak pecah dan mengakibatkan terlepasnya histamine dan mediator peradangan
lainnya.
Contoh kromoglikat dan nedokromil, antihistaminika (ketotifen dan oksatomida)
dan β2-adrenergika (lemah). Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan
asma dan rhinitis alergis (hay fever).
Penggunaan: Kromoglikat sangat efektif sebagai pencegah serangan asma dan
bronchitis yang bersifat alergis. Untuk profilaksis yang layak obat ini harus
diberikan 4 kali sehari dan efeknya baru nyata sesudah 2-4 minggu.
Penggunaannya tidak boleh dihentikan dengan tiba-tiba berhubung dapat memicu
serangan. Pada serangan akut kromolin tidak efektif karena tidak memblok
reseptor histamine.
2. Bronkhodilator
Beta 2 adrenergika
stabilisasi membran dan bronkhodilatasi dan praktis tidak bekerja terhadap
reseptor-β1 (stimulasi jantung). Obat dengan efek terhadap kedua receptor
sebaiknya jangan digunakan lagi berhubung efeknya terhadap jantung, seperti
efedrin, isoprenalin, dan orsiprenalin. Pengecualian adalah adrenalin (reseptor α
dan β) yang sangat efektif dalam keadaan kemelut.
Mekanisme kerjanya adalah: melalui stimulasi reseptor 2 yang
banyak di trachea dan bronchi, yang menyebabkan aktivasi dari adenilat siklase.
Enzim ini memperkuat pengubahan adenosine trifosfat (ATP) menjadi siklik
adenosine monofosfat (C-AMP) dengan pembebasan energy yang digunakan
untuk proses-proses dalam sel. Meningkatnya c-AMP dalam sel menyebabkan
beberapa efek melalui enzim fosfokinase, antara lain bronchdilatasi dan
penghambatan pelepasan mediator oleh mast-cells (stabilisasi membrane).
Contoh: salbutamol, terbutalin, tretoquinol, fenoterol, rimiterol,
prokaterol, klenbuterol, isoprenalin,. Kerja panjang: salmeterol dan formoterol.
Efek samping: kelainan ventrikel, palpitasi, mulut kering
Antikolinergika
Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem kolinergis dan
adrenergic. Bila karena sesuatu hal reseptor 2 dari sistem adrenergic terhambat,
maka sistem kolinergis akan
berkuasa dengan akibat bronchokontriksi. Antikolinergik memblok reseptor
muskarin dari saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf
adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi.
Penggunaan: Ipatropium dan tiotropium khusus digunakan sebagai
inhalasi, kerjanya lebih panjang daripada salbutamol. Kombinasi dengan 2-
mimetika sering digunakan karena menghasilkan efek aditif. Deptropin berdaya
mengurangi HRB, tetapi kerja spasmolitisnya ringan, sehingga diperlukan dosis
tinggi dengan risiko efek samping lebih tinggi. Senyawa ini masih digunakan pada
anak kecil dengan hipersekresi dahak yang belum mampu diberikan terapi
inhalasi.
Contoh: Ipratropium, tiazinamium, deptropin
Efek samping: mengentalkan dahak, takikardia, mulut kering, obstipasi, sukar
berkemih, penglihatan kabur akibat gangguan akomodasi.
Derivat xantin
blokade reseptor adenosin dan seperti kromoglikat mencegah meningkatnya HRB
sehingga berkhasiat profilaktif. Penggunaannya secara terus menerus pada terapi
pemeliharaan ternyata efektif mengurangi frekwensi serta hebatnya serangan.
Pada status asmatikus diperlukan aminofilin dosis muat 5 mg/kg BB infus selama
20-40menit dilanjutkan dosis pemeliharaan 0,5 mg/kg BB/jam untuk dewasa
normal bukan perokok. Anak di bawah 12 tahun dan dewasa perokok diperlukan
dosis lebih tinggi, yaitu 0,8-0,9 mg/kgBB/jam.
Pemberian infus tidak boleh melebihi 6 jam. Kombinasi dengan 2-adrenergik
sangat meningkatkan efek bronchodilatasi teofilin sehingga dapat digunakan dosis
dengan risiko efek samping lebih kecil.
Contoh: Teofilin, aminofilin, kolinteofilinat (partikel size 1-5 micron)
Perhatian: harus banyak minum karena berefek diuretic. Luas terapeutik sempit :
Pada pasien asma diperlukan kadar terapi teofilin sedikitnya 5-8 mcg/mL, efek
toksik mulai terlihat pada kadar15mcg/mL, lebih sering pada kadar di atas 20
mcg/mL, maka pengguna harus diperiksa kadarnya dalam plasma. Efek samping:
mual, muntah, pada OD efek sentral, gangguan pernafasan, efek kardiovaskuler.
3. Kortikosteroida
Berdaya antiradang karena memblok enzim fosfolipase-A2 sehingga pembentukan
mediator peradangan prostaglandin dan leukotriene dari asam arachidonat tidak
terjadi, juga pelepasan asam arachidonat oleh mast-cells juga dirintangi,
meningkatkan kepekaan reseptor 2 hingga efek -mimetika diperkuat.
Penggunaan: bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi virus juga
pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Juga efektif pada reaksi
alergi tipe IV (lambat). Untuk mengurangi HRB, zat ini dapat diberikan per-
inhalasi atau per-oral. Pada kasus gawat obat ini diberikan secara IV (per infus),
kemudian disusul dengan pemberian oral.
Penggunaan peroral-lama: menekan fungsi anak ginjal dan menyebabkan
osteoporosis.
Maka hanya diberikan untuk satu kur singkat. Lazimnya pengobatan dimulai
dengan dosis tinggi yang dalam waktu 2 minggu dikurangi sampai nihil. Bila
diperlukan, kur singkat demikian dapat diulang lagi.
Contoh: hidrokortison, prednison, deksametason
inhalasi: beklometason, flutikason,budesonida.
5. Antihistamin
Obat-obat ini memblok reseptor histamine (H1-receptor blockers) dan dengan
demikian encegah bronchokontriksinya. Efeknya pada asma terbatas karena tidak
melawan ronchokontriksi dari mediator lain yang dilepaskan mast-cells. Banyak
antihistamin juga berdaya sedative dan antikolinergis, mungkin inilah sebabnya
mengapa kini masih agak banyak digunakan pada terapi pemeliharaan. Ketotifen
dan oksatomida berdaya menstabilkan mast-cells, oksatomida bahkan berdaya
antiserotonin dan antileukotrien
Lembaran Kerja
Golongan Indikasi Nama Bentuk sediaan Brand name/ E.S
Obat zat aktif obat/ Kekuatan nama spesifik
produsen
Latihan
1. Jelaskan penyebab penyakit asma
2. Bagaimana terapi pengobatan untuk pasien asma?
3. Sebutkan penggolongan obat asma dan mekanisme kerjanya masing-
masing!
4. Jelaskan penggolongan zat antileukotrien sebagai obat asma beserta
contohnya masing-masing
5. Mengapa antikolinergik dapat mengobati asma?
Jawab
1. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran respiratorik dengan
banyak sel dan elemen selular yang berperan
2.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.unand.ac.id/22318/3/bab%201.pdf
2. https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/a27daf47d3a2bac08f2c6
c4b548b0128.pdf
3.