Anda di halaman 1dari 38

TUGAS 1

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN ASMA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Nama Anggota :Aprilia Kristiningsih (201923042)

Devi Putriani (201923048)

Maria Aurelia Damar Oktaviani (201923060)

Paramesti marsha adhisti (201923069)

Kelas / Prodi : Kelas B/Sarjana Keperawatan

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 1

Koordinator Mata Kuliah: Fransisca Anjar Rina Seytani, M.Kep., Ns.Sp.Kep.M.B.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2020/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASMA”
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah 1”. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 30 November 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 1-2
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan……...…………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep asuhan keperawatan pada pasien asma ? ……...……......…………….. 3-9
2.2 Asuhan keperawatan pada pasien asma? ............................................................. 9-28

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……...……………………………………………………..………. 29-30
3.2 Saran……...………………………………………………………….…...……. 29-30

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia,
baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kata „asma‟
digunakan sebagai istilah untuk keadaan sesak nafas akibat penyempitan pada pipa
bronchial (pembuluh tenggorokan). Asma merupakan suatu kondisi di mana jalan
udara dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor pemicu yang
menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan
mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengi. Saat ini, penyakit asma juga
sudah tidak asing lagi di masyarakat. Asma dapat diderita oleh semua lapisan
masyarakat dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Penyakit asma awalnya
merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua pada anaknya. Namun,
akhir-akhir ini genetik bukan merupakan penyebab utama penyakit asma. Polusi
udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor
dominan dalam peningkatan serangan asma.
Asma juga salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin
dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Terutama
apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Karena asma
merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total, biasanya dokter
merujuk penderita asma kepada fisioterapi yang dapat membantu mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan akibat asma. Fisioterapi membantu penderita asma
untuk dapat tetap aktif dan mendapatkan kebugaran tubuh yang optimal.Fisioterapi
dapat membantu mengatasi permasalahan yang ditimbulkan akibat asma.
Fisioterapi membantu penderita asma untuk dapat tetap aktif dan mendapatkan
kebugaran tubuh yang optimal. Dari berbagai macam modalitas fisioterapi untuk
mengatasi asma, secara umum paling banyak digunakan adalah latihan kontrol
pernapasan (breathing control), teknik pembersihan saluran napas (seputum
clearance techniques), latihan pola pernapasan (active breathing techniques).

1
Ada beberapa kasus penyakit asma yang terjadi di Indonesia seperti pada
jurnal yaitu mengenai faktor risiko lingkungan pada kejadian asma di wilayah
kerja puskesmas mangkang kota Semarang. Bahwa pada jurnal pencemaran udara
adalah salah satu faktor risiko penyebab asma yang sering terjadi, sehingga perlu
bagi kita untuk menjaga kualitas udara di lingkungan tempat tinggal dan tempat
kerja kita agar dapat mengurangi adanya debu dan partikel lainnya yang dapat
menyebabkan asma. Kita juga perlu menjaga pola hidup bersih dan sehat untuk
mendukung kesehatan bagi imun kita.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu konsep asuhan keperawatan pada pasien asma?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien asma?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien
asma.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien asma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Asma


2.1.1 Pengkajian (fokus pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan
ASMA.)
Pengkajian pada pasien yang mengalami asma dimulai dari pengkajian
nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan. Usia pasien saat terkena serangan asma
memberikan implikasi bahwa pasien terdapat status atopik dan non-atopik.
Asma bisa didapatkan klien karena hipersensitivitas penyakit asma ditentukan
oleh faktor genetik (Mutaqqin. 2008) oleh karena itu perawat juga perlu
mengkaji riwayat penyakit keluarga. Sedangkan tempat tinggal dan pekerjaan
menggambarkan ada tidaknya pengaruh lingkungan dan aktivitas yang
memungkinan klien terserang asma (paparan alergen, dsb). Pasien asma
mengalami keluhan utama seperti sesak nafas mendadak, dan rasa berat pada
rongga dada saat bernapas. Pada pasien asma ada beberapa hal yang harus
dikaji oleh perawat secara objektif, seperti bunyi nafas (mengi/wheezing),
adanya otot bantu pernafasan, cuping hidung, tingkat kesadaran, sianosis,
perubahan tekanan darah, serta batuk yang menjadi indikasi sejauh mana
tingkat keparahan (stadium asma) klien. (Mutaqqin., 2008., hlm 175 )
menyatakan bahwa, “ Pengkajian mengenai riwayat penyakit klien terdahulu
seperti infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis
dan polip hidung. Perawat juga dapat mengkaji riwayat asma terdahulu serta
pengobatan apa saja yang dilakukan klien sebagai pertolongan utama saat
serangan asma.” Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk menunjang
data adalah pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD/Astrup), Pemeriksaan
Spuntum, Sel Aosinofil, Pemeriksaan Darah Rutin dan Kimia, Spirometri, Test
kulit ( adanya Ig E) dan pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
2.1.2 Diagnosa Keperawatan (yang mungkin terjadi pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan penyakit asma)

3
Gambar 1.1 Diagnosa Keperawatan NANDA

Gambar 1.2 Diagnosa Keperawatan SDKI

2.1.3 Fokus Rencana Asuhan Keperawatan


DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN
KRITERIA HASIL
SDKI : Bersihan SLKI : Setelah dilakukan SIKI :
Jalan Nafas Tidak tindakan keperawatan Manajement jalan nafas
Efektif diharapkan klien jalan nafas 1. Observasi
berhubungan klien tetap paten dengan a. Monitor bunyi nafas
dengan Spasme kriteria hasil : tambahan
Jalan Nafas 1. Batuk efektif b. Monitor sputum

4
dibuktikan dengan meningkat 2. Terapeutik
Mengi/Wheezing 2. Produksi spuntum a. Posisikan
menurun semifowler atau
3. Mengi/wheezing fowler
menurun b. Berikan minum
4. sianosis menurun hangat
5. pola nafas membaik c. Berikan oksigen jikaperlu
3. Edukasi
a. Ajarkan teknik
batuk efektif
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik
Intervensi : Manajement
Asma
1. Observasi
a. Monitor frekuensi
dan keadaan nafas
b. Monitor tanda dan
gejala hipoksia
c. Monitor bunyi nafas
tambahan
2. Terapeutik
a. Berikan posisi
semifowler 30-45º
3. Edukasi
a. Anjurkan
meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan
kebutuhan oksigen

5
b. Anjurkan bernafas
lambat dan dalam
c. Ajarkan
mengidentifikasi
dan menghindari
pemicu
SDKI : Gangguan SLKI : Setelah dilakukan SIKI :
Pertukaran Gas tindakan keperawatan Pemantauanrespirasi
berhubungan diharapkan pertukaran gas 1. Observasi
dengan normal dengan kriteria a. Monitor frekuensi,
Ketidakseimbangan hasil: irama, kedalaman
Ventilasi-Perfusi 1. pertukaran gas dan upaya nafas
dibuktikan dengan meningkat b. Monitor pola nafas
Sianosis dan 2. nafas cuping hidung c. Monitor kemampan
Cuping Hidung menurun batuk efektif
3. respon ventilasi d. Monitor adanya
mekanik meningkat produksi sputum
e. Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
f. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi
nafas
h. Monitor saturasi
oksigen
2. Terapeutik
a. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b. Dokumentasikan
hasil pantauan
3. Edukasi

6
a. Jelaskan tujuan
prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
Dukungan ventilasi
1. Observasi
a. Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu
nafas
b. Monitorr status
respirasi dan
oksigenasi
2. Terapeutik
a. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
b. Berikan posisi
semifowler atau
fowler
c. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
3. Edukasi
a. Ajarkan malakukan
teknik relaksasi
nafas dalam
b. Ajarkan teknik
batuk efektif
SDKI : Pola Nafas SLKI : Setelah dilakukan SIKI :
Tidak Efektif tindakan keperawatan Manajement jalan nafas
berhubungan diharapkan ventilasi adekuat 1. Observasi
denganHambatan dengan kriteria hasil : a. Monitor pola nafas
Upaya Nafas 1. penggunaan otot 2. Terapeutik

7
dibuktikan bantu nafas menurun a. Posisikan semifowler atau
denganPenggunaan fowler
OtotBantu b. Berikan oksigen jika
Pernafasan perlu
3. Edukasi
a. Ajarkan teknik
batuk efektif
Dukungan ventilasi
1. Observasi
a. Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu
nafas
b. Monitorr status
respirasi dan
oksigenasi
2. Terapeutik
a. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
b. Berikan posisi
semifowler atau
fowler
c. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
3. Edukasi
a. Ajarkan malakukan
teknik relaksasi
nafas dalam

8
2.1.4 Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif dilakukan saat mengevaluasi keberhasilan hasil tindakan
keperawatan atau selama proses keperawatan sedang berlangsung.
Tujuannya adalah menilai apakah tindakan perawat berhasil atau tidak (
efektif atau tidak ). Meliputi 4 komponen yang kita kenal sebagai istilah
SOAP. Evaluasi ini mengacu pada luaran yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif atau disebut evaluasi akhir/final dilakukan saat semua
aktifitas dalam proses keperawatan sudah dilaksanakan. Tujuan evaluasi
sumatif adalah menilai atau memonitor kualitas dan kuantitas asuhan yang
diberikan perawat pada klien sudah baik atau kurang memuaskan. Evaluasi
ini berkaitan dengan respon klien dan keluarga dan dilakukan sewaktu
pertemuan akhir pelayanan.

2.2 Asuhan Keperawatan pada Pasien Asma (sesuai kasus yang diberikan).
2.2.1 Pengkajian fokus pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan asma
berdasar kasus

A. Identitas Diri Klien

Nama : Ny. S Suku : Jawa


Umur : 37 Tahun Pendidikan : -
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jembongan, Banyudono Diagnosa Medik saat ini : Asma
RM : 2020077 Bronkhiale
Status Perkawinan : Menikah Tanggal masuk RS : 27 November 2020
Agama : Islam Jam : 21.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 30 November 2020
Sumber Informasi : Catatan
Keperawatan

9
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien dibawa ke RSUD Banyudono pada tanggal 27 November 2020
pada jam 21.00 WIB. Keluhan utama didapatkan pasien mengatakan
sesak nafas, pusing dan badan terasa lemas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak nafas sejak tiga hari
yang lalu tidak sembuh sembuh, sudah berobat di puskesmas belum ada
perubahan kemudian pasien oleh keluarga di bawa ke RSUD
Banyudono pada tanggal 27 November 2020 pukul 21.00 WIB.
b. Tindakan yang Telah di Lakukan di Poliklinik atau IGD atau UGD
Pemasangan infus D5
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan baru pertama kali di rawat di rumah sakit,
sebelumnya apabila merasa sesak nafas pasien hanya berobat ke
Puskesmas atau minum obat dari dokter. Pasien memiliki penyakit
sesak nafas ini sejak 8 tahun yang lalu disebabkan oleh alergi debu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada

C. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum sakit: biasa mandi tiga kali sehari tergantung aktivitas pasien,
menggosok gigi setiap kali mandi dan pasien membersihkan rambut
setiap dua hari sekali.
Selama sakit: pasien mengatakan disbin oleh keluarga dua kali sehari,
menggosok gigi dibantu oleh keluarga.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Intake Makanan
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit makan tiga kali sehari
dengan komposisi nasi, sayur dan lauk pauk. Pasien mengatakan

10
memiliki alergi pada jenis makanan tertentu antara lain udang, laron
dan ikan teri.
Selama sakit pasien makan tiga kali sehari dengan diit dari Rumah
Sakit tetapi kadang-kadang hanya hanis setengah porsi saja, pasien
makan disuapi dengan keluarga.
b. Intake Cairan
Sebelum sakit: pasien mengatakan minum kurang lebih delapan
gelas per hari dengan air putih dan kadang- kadang minum teh
hangat dipagi hari.
Selama sakit: pasien minum kurang lebih tujuh gelas per hari
dengan air putih hangat atau air teh hangat. Terpasang infus D5 +
Aminophilin.
3. Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit: pasien mengatakan BAB satu kali sehari setiap pagi
dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau khas dan tidak encer
Selama sakit: pasien BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak
dan bau khas,
BAK
Sebelum sakit pasien BAK 6-7 kali per hari, warna kuning, bau khas
dan tidak ada keluhan saat BAK.
Selama sakit pasien BAK 5—6 kali perhari dengan bantuan keluarga
kadang-kadang menggunakan pempers, dan tidak ada keluhan saat
BAK.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit: pasien mengatakan melakukan semua aktivitasnya secara
mandiri, mulai dari mandi makan dan minum, memasak untuk anggota
keluarganya dan menjadi ibu rumah tangga, penyakit yang diderita
pasien tidak mempengaruhi aktivitas pasien hanya saja apabila terkena
debu yang berlebihan itu akan memicu sesak nafas yang dialami pasien.
Selama sakit: aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat karena
pasien merasa badannya lemas dan takut bila sesak nafasnya kambuh.
5. Pola Istirahat dan Tidur

11
Sebelum sakit: pasien biasa tidur 6-8 jam pada malam hari, tidur siang
hanya satu jam.
Selama sakit: pasien mengatakan tidur 5-7 jam per hari pada malam
hari, kadang- kadang tidak bisa tidur saat merasa sesak nafasdan
seringterbangun, dan kurang lebih 2 jam saat siang hari sering terbangun
karena lingkungan sekitar yang berisik dan kadang terbangun saat sesak.
6. Pola Perceptual
Pada penglihatan pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
seperti kacamata, pasien dapat melihat dengan jelas. Pada pendengaran
pasien tidak mengalami penurunan pendegaran pada kedua telinga,
ketika dipanggil tidak perlu di sentuhan tau beberapa kali dalam
memanggil. Pada pengecapan, pasien tidak mengalami penurunan
fungsi pengecapan. Dan fungsi penciuman pasien masih normal, pasien
dapat membedakan bau makanan dan obat. Pada Sensasi, pasien dapat
merasakan sentuhan kulit, sentuhan halus, kasar mau pencubitan.
7. Pola Konsep Diri
a. Body Image: Pasien saat sakit terlihat bersih karena selalu disbin
oleh keluarga setiap hari.
b. Ideal Diri: Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
pulang.
c. Peran: Pasien mengatakan istri dari suaminya dan ibu dari ketiga
anaknya,saat sakit pasien merasakan adanya perubahan peran pada
pada dirinya.
d. Identitas Diri: Pasien dapat mengenali dirinya bahwa dirinya adalah
seorang perempuan berusia 37 tahun
8. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah, dan memiliki tiga
orang anak.
9. Pola Hubungan dan Peran
Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga, dan masyarakat
dikarenakan keluarga yang menunggu selalu bergantian dan banyak
pula tetangga yang menjenguk pasien dan pasien mengatakan jika
pasien punya masalah selalu menceritakan dengan keluarga.

12
10. Pola Manajemen Koping Stress
Sebelum sakit pasien tidak terlalu menghawatirkan alergi debunya.
Saat sakit pasien merasa khawatir dan cemas bila ada debu karena akan
membuat sesak nafasnya semakin parah.
11. Pola Nilai dan Keyakinan
Pasien mengatakan bahwa pasien beragama Islam, dan sebelum sakit
pasien selalu menjalankan sholat selama sakit hanya mampu berdoa
untuk kesembuhannya.
12. Pola Keamanan dan Kenyamanan
Sebelum sakit: biasa saja nyaman saat tidur dan saat beraktivitas
Selama sakit: pasien mengatakan sesak nafas, pusing dan badan terasa
lemas, sesak nafas biasa kambuh karena adanya debu.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Sakit Pasien
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan data-data berupa keadaan
umum pasien lemah
2. Tingkat Kesadaran
Kuantitatif : GCS : E : 4 V:5 M:6 Total : 15
Kualitatif : Compos Mentis
3. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 365oC dan
Pernafasan 30x/menit.
4. Pemeriksaan Sistemik
a. Pemeriksaan Mata
Inpeksi
Letak mata kanan dan kiri simetris, pupil isokor, sclera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, dan tidak ada nyeri tekan.
b. Pemeriksaan Hidung
Inpeksi
Tidak ada polip, tidak ada pembengkakan, terpasang kanul oksigen.
c. Pemeriksaan Mulut
Inpeksi

13
Didapati mukosa mulut dalam keadaan kering, tidak terjadi
sianosis, lidah tidak sulit untuk digerakkan, dan dalam kemampuan
menelan tidak ada gangguan.
d. Pemeriksaan Telinga
Inpeksi
Didapatkan letak yang simetris. Pada leher pasien tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi
Tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
pasien tidak perlu disentuh ketika dipanggil.
e. Pemeriksaan Dada
Inspeksi : perkembangan dada kanan dan kiri simetris tidan ada
retraksi interkosta,
Palpasi : fremitus raba kanan dan kiri sama,
Perkusi : terdengar bunyi sonor,
Auskultasi : terdengar bunyi tambahan wheezing
f. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni
g. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : dinding perut cekung dari dada, tidak ada lesi
Auskultasi : terdengar bising usus dan peristaltik usus 15x/menit
Perkusi : terdengar suara timpani
Palpasi tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada penumpukan cairan.
h. Pemeriksaan Pada Anus
Pasien tidak terdapat hemoroid, dan pasien tidak terpasang kateter,
bersih, dan tidak ada tanda- tanda iritasi kulit.
i. Pemeriksaan Pada Ekstremitas Atas
Pada tangan kiri terpasang infus D5+Aminophilin 20 tetes per
menit (tpm) ,dan ekstremitas bagian kanan bisa digerakkan, tidak

14
ada luka maupun edema. Pada ekstremitas bawah tidak ada edema,
tidak ada gangguan gerak hanya saja terlihat lemas.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal Jenis Komponen Hasil Nilai Satuan Interpretasi
pemeriksaan yang diperiksa rujukan
- - - - - - -

2. Pemeriksaan Radiologi

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


- - -

15
3. Pemeriksaan EKG

Tanggal Hasil
- -

16
F. Program Therapi
Nama Obat Dosis Indikasi Kontra Indikasi Alasan Pasien
Mendapat Obat
Infus 20 Infus D5 dapat Hindari Aminophylline
D5+Aminophilin tetes/menit digunakan untuk penggunaan bekerja dengan
pasien Aminophylline cara membuka
Hipoglikemia, pada pasien yang saluran
Kekurangan cairan, memiliki indikasi: pernapasan di
Kekurangan - Porfiria akut paru-paru,
karbohidrat (sekelompok sehingga udara
kelainan genetik dapat mengalir
Aminophilin dapat yang timbul akibat ke dalam paru
membuka saluran proses tanpa hambatan.
pernapasan dari pembentukan Kondisi ini akan
paru-paru sehingga heme (bagian membuat
mengurangi gejala protein darah) pernapasan
sesak nafas. yang tidak menjadi lega dan
sempurna). membantu
- Menggunakan meringankan
turunan xanthin gejala batuk dan
lainnya. sesak napas.

Hindari pemberian
Infus D5
Otsu D5 pada
merupakan
penderita:
larutan berupa
- Hipersensitif
nutrisi yang
terhadap glukosa,
digunakan
jagung atau
sebagai terapi

17
produk jagung. pengganti cairan
- Pasien dengan tubuh saat
dehidrasi berat mengalami
- Sindrom dehidrasi. Pasien
malabsorpsi menggunakan
glukosa-galaktosa infus ini
- Stroke iskemik dikarenakan
pasien merasa
lemas, pusing
dan porsi
makanan diit RS
tidak habis,
sehingga infus
D5 diberikan
untuk
mengurangi
adanya resiko
defisit nutrisi.

Yogyakarta, 28 November 2020


Perawat yang mengkaji,

Kelompok 6

18
PENGELOMPOKAN DATA

Data Subyektif

- Pasien mengatakan sesak nafas, pusing dan badan terasa lemas. Pasien mengatakan

sesak nafas sejak tiga hari yang lalu tidak sembuh-sembuh.

- Pasien mengatakan baru pertama kali di rawat di rumah sakit, sebelumnya apabila

merasa sesak nafas pasien hanya berobat ke Puskesmas atau minum obat dari dokter.

Data Obyektif

- Pasien terlihat berbaring ditempat tidur

- Hasil pengukuran TTV Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 365oC

dan Pernafasan 30x/menit.

- Pasien terpasang infus D5

- Pasien terpasang nasal kanul

Penguji, 28 November 2020 Mahasiswa, 28 November 2020

(…………………………………….) (…………………………….)

19
ANALISA DATA

Nama : Ny. S Ruang :Elisabeth

No.RM :045877 Kamar:077

NO. DATA MASALAH KEMUNGKINAN


PENYEBAB
1 DS : Bersihan jalan - Spasme jalan nafas
- Pasien mengatakan sesak nafas nafas tidak efektif - Respon alergi pasien
-Pasien mengatakan sesak nafas sudah (debu)
sejak tiga hari yang lalu
-Pasien mengatakan saat malam hari
suka terbangun karena sesak nafas
DO:
-Terdapat bunyi tambahan wheezing

2 DS: Gangguan Ketidakseimbangan


- Pasien mengatakan lemas dan pertukaran gas ventilasi-perfusi
pusing
DO:
- Frekuensi nafas pasien abnormal
30x/menit
- Pola nafas pasien abnormal yaitu
cepat

3 DS: Risiko Defisit Ketidakmampuan


mengabsorbsi nutrien
-Pasien mengatakan lemas dan Nutrisi

20
pusing
DO:
-Porsi diit RS hanya dihabiskan
sebagian.

4. DS : Gangguan Pola
- Pasien mengatakan tidur 5-7 jam Tidur Hambatan
per hari pada malam hari, kadang- Lingkungan
kadang tidak bisa tidur saat merasa
sesak nafas dan seringterbangun,
dan kurang lebih 2 jam saat siang
hari sering terbangun
DO :
-Lingkungan sekitar pasien berisik
-Riwayat penyakit pasien sesak
nafas karena alergi debu

21
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Ruang :Elisabeth

No.RM :045877 Kamar:077

NO. TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN TANDA


MUNCUL TANGAN

KELOMPO
1. 27 November Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan K 6
2020 dengan spasme jalan nafas dibuktikan dengan
adanya bunyi wheezing

KELOMPO
2. 27 November Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan K 6
2020 ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dibuktikan
dengan pola nafas abnormal

KELOMPO
3. 27 November Risiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan kondisi K 6
2020 pasien lemas, pusing dan hanya makan sebagian
porsi diit dari RS

KELOMPO
4. 27 November Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan K 6
2020 hambatan lingkungan dibuktikan dengan
lingkungan sekitar pasien yang berisik dan
terkadang pasien terbangun karena sesak nafas

22
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Ruang : Elisabeth


No.RM : 080389 Kamar : 077

No Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional TTD,Nama


DP

1. 30 Nov 2020 Setelah dilakukan tindakan Intervensi : Manajemen jalan nafas - Untuk mengetahui KELOMPO
keperawatan selama 2x24 jam maka O (Obsevasi) apakah masih terdapat K6
diharapkan jalan nafas pasien tetap - Monitor bunyi nafas tambahan bunyi nafas yang
paten (wheezing) abnormal
Dengan kriteria hasil : - Monitor saturasi oksigen - Untuk mengetahui dan
1. Tidak ada bunyi N (Therapeutik) memantau pernafasan
wheezing/wheezing menurun - Atur posisi semi-fowler atau dan nadi
2. Dispnea menurun fowler
3. Frekuensi nafas membaik - Pasang oksimetri nadi
- Berikan minuman hangat
- Berikan oksigen jika perlu
E (Education)

23
- Anjurkan meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan kebutuhan
oksigen
- Ajarkan mengidentifikasi dan
menghindari pemicu (debu)
- Anjurkan bernafas lambat dan
dalam
K (Kolaborasi)
- kolaborasi pemberian
bronkodilator sesuai indikasi

2. 30 Nov 2020 Setelah dilakukan tindakan O (Observasi) - Dengan monitor KELOMPO


keperawatan 2X24 jam diharapkan - Monitor respirasi respirasi diharapkan K6
tingkat gangguan pertukaran gas N (Terapeutik) proses respirasi pada
meningkat. - Dukung ventilasi pasien dapat bekerja
Dengan kriteria hasil : E (Education) dengan baik
1. Pola nafas pasien menjadi - Edukasi pengukuran respirasi - Dengan dukung
normal dan teratur K (Kolaborasi) ventilasi kepada pasien
2. Pusing pada pasien menurun - Kolaborasikan dengan dokter diharapkan udara yang
3. Pasien merasa rileks dan obat aminophilin ada disekitar pasien
nyaman bagus

24
- Dengan edukasi
- pengukuran respirasi
diharapkan pasien
mampu mengatasi asma
jika kambuh.
- Dengan kolaborasikan
obat aminophilin
dengan dokter
diharapkan mampu
mengurangi sesak nafas

3 30 Nov 2020 Setelah dilakukan tindakan O (Obsevasi) - Dengan monitor nutrisi KELOMPO
keperawatan selama 2X24 jam - Monitor nutrisi diharapkan nutrisi pada K6
diharapkan tingkat risiko defisit - Manajemen cairan pasien terpenuhi
nutrisi membaik. E (Education) - Dengan manajemen
Dengan kriteria hasil : - Edukasi nutrisi cairan diharapkan
1. Porsi makanan yang K (Kolaborasi) intake cairan pada
dihabiskan meningkat Kolaborasi dengan dokter infus D5 pasien tetap terjaga
2. Nafsu makan membaik - Dengan edukasi nutrisi
Kondisi pasien mulai diharapkan pasien
membaik mampu mengatasi
defisit nutrisinya

25
- Dengan kolaborasikan
infus D5 dengan dokter
diharapkan mampu
membantu
meningkatkan cairan
nutrisi yang hilang

430 Nov 2020 Setelah dilakukan tindakan O (Observasi) - Untuk dapat KELOMPO
4 K6
keperawatan selama 2X24 jam - Identifikasi keamanan dan mengetahui faktor
diharapkan keadekuatan kualitas dan kenyamanan lingkungan lingkungan apa yang
kuantitas tidur N (Terapeutik) menganggu pola tidur
Dengan kriteria hasil : - Sediakan tempat tidur dan pasien
1. Kebisingan menurun lingkungan yang bersih dan - Untuk dapat membuat
2. Keluhan seringterjaga nyaman pasien lebih nyaman
menurun E (Education) ketika tidur
- Jelaskan cara membuat
lingkungan yang aman dan
nyaman

26
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Ruang : Elisabeth


No.RM : 080389 Kamar : 077

No Tanggal/Jam Tindakan Tanda Tanggal/Jam Evaluasi Tanda


Tangan Tangan

1. 30 November Gangguan bersihan jalan nafas KELOMPO 30 November 2020, Gangguan bersihan jalan nafas KELO
2020, 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, K 6 09.30 WIB 1. Monitor pola nafas (frekuensi, MPOK
08.30 WIB usaha nafas) kedalaman, usaha nafas) 6
DS: Pasien mengatakan sudah tidak
lelah atau merasa berat lagi saat
2. Pemasangan kanul oksigen bernafas.
DO: Frekuensi pernafasan pasien
membaik menjadi 17x/menit.

2. Pemasangan kanul oksigen


30 November 3. Memberikan obat aminophilin 30 November 2020, DS: Pasien mengatakan sudah tidak
2020, 11.00 WIB begitu kesulitan bernafas.
10.00 WIB DO : Pola pernafasan pasien
tampak lebih normal dan stabil

27
3. Memberikan obat aminophilin
DS : Pasien mengatakan bahwa
nafasnya sudah tidak terasa berat
dan sesak lagi.
DO : Pasien nampak lebih nyaman
dan frekuensi nafasnya suda teratur
dan juga sudah tidak ada bunyi
wheezing.

S : pasien mengatakan bahwa


nafasnya sudah baik, pasien juga
mengatakan sudah tidak sesak lagi
O : pasien terlihat lebih bugar,
pasien sudah tidak sering
memegang dadanya lagi
A: masalah sebagian teratasi
P:. Monitoring pola nafas dan
monitoring bunyi nafas tambahan.

2. 30 november Gangguan pertukaran gas KELOMPO 30 November 2020, Gangguan pertukaran gas KELO
MPOK
2020, 1. Memonitor respirasi K6 12.30 1. Memonitor respirasi
6
11.00 WIB DS : Pasien mengatakan sudah

28
30 November 2. Memonitor posisi alat terapi oksigen 30 November 2020. tidak begitu pusing.
2020. 14.30 WIB DO : Frekuensi pernafasan mulai
14.00 WIB terlihat dalam batasan tingkat
normal.

2. Memonitor posisi alat terapi


oksigen
DS : Pasien mengatakan bahwa alat
terapi oksigen yang terpasang
dinasal dalam keadaan nyaman
DO : Nasal kanul terpasang dengan
baik.

S : Pasien mengatakan pernafasan


sudah baik
O :Pasien terlihat rileks dan
nyaman, Pasien sudah diberikan
obat aminophilin
A : Gangguan pertukaran gas sudah
teratasi
P : Hentikan Intervensi

29
3. 30 November Risiko Defisit Nutrisi KELOMPO 30 November 2020, Risiko Defisit Nutrisi KELO
MPOK
2020. 08.00 1. Memonitor nutrisi K6 13.30 1. Memonitor nutrisi
6
DS : Pasien mengatakan ia sudah
30 November 2. Memberikan infus D5
tidak lemas
2020, 12.00
DO : Menu makanan diit RS sudah
dihabiskan dan tidak ada lagi yang
tersisa
2. Memberikan infus D5
DS : Pasien mengatakan badan
sudah lebih bertenaga.
DO : Pasien nampak dapat bercanda
guyon.

S : Pasien mengatakan nafsu makan


sudah meningkat
O : Pasien terlihat lebih segar dan
Pasien sudah diberikan infus D5
A : Risiko defisit nutrisi teratasi
P : Hentikan intervensi

4 30 November Gangguan Pola Tidur KELOMPO Gangguan Pola Tidur


2020 1. Identifikasi keamanan dan kenyamanan K6 1. Identifikasi keamanan dan

30
lingkungan kenyamanan lingkungan
DS: Pasien mengatakan tadinya
2. Sediakan tempat tidur dan lingkungan hanya bisa tidur 5-7 jam dan tidur
yang bersih dan nyaman siang pasien sering terbangun tetapi
sekarang sudah normal kembali
DO: Ruangan pasien sudah tidak
berisik lagi

2. Sediakan tempat tidur dan


lingkungan yang bersih dan nyaman
DS: Pasien mengatakan tampak
nyaman saat tidur
DO: Tempat tidur pasien sudah
disesuaikan dan ruang kamar pasien
ditambahkan pengharum ruangan

S: Pasien mengatakan bahwa


keluhan tidak nyamannya
berkurang
O: ruangan sudah tidak berisik lagi
dan sesak nafas sudah membaik
A: Gangguan pola tidur teratasi

31
P: Tetap menjaga keadaan
lingkungan kamaar pasien

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas mengenai konsep asuhan keperawatan asma dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Asma merupakan salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat
akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Setelah melakukan asuhan
keperawatan pada Ny. S dan melakukan pengkajian baik secara teoritis maupun
secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian dilakukan dengan dua metode yaitu pola Gordon dan Head to toe yang
mendukung ditegakkannya diagnosa.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus, muncul tiga diagnosa pada pasien
yaitu : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
dibuktikan dengan adanya bunyi wheezing, gangguan Pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dibuktikan dengan pola
nafas abnormal, risiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan kondisi pasien lemas,
pusing dan hanya makan sebagian porsi diit dari RS.
3. Intervensi yang disusun penulis berdasarkan pada data yang muncul dalam
pengkajian yang sesuai untuk menegakkan diagnosa. selain itu sejalan dengan
teori dalam tinjauan keperawatan.
4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi dalam teori. namun
terdapat beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan dikarenakan keterbatasan
fasilitas dan kebijakan dari rumah sakit. selain itu terdapat faktor penghambat
yang membuat beberapa implementasi dalam pelaksanaannya kurang maksimal.

3.2 Saran
Dalam kemajuan selanjutnya penulis menyarankan :
1. Bagi pasien : Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan
hal-hal yang menyimpang dari petunjuk dokter dan perawat.
2. Bagi keluarga pasien : Keluarga senantiasa memotivasi pasien untuk selalu
menjaga pola hidup dan kesehatan pasien

29
3. Bagi perawat : Perawat sebagai tim kesehatan sangat perlu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan agar mampu merawat pasien secara komprehensif
dan optimal
4. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan : Institusi pelayanan kesehatan diharapkan
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas
yang mendukung terciptanya pelayanan kesehatan yang berkualitas.

30
DAFTAR PUSTAKA

Labitta, Anamika., Budiyono., Rahardjo, Mursid. 2016. “FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN


PADA KEJADIAN ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG KOTA
SEMARANG”. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT. Vol. 4, No. 4.

Mustafa, Rizza., Nahdlliyyah, Ade Irma. 2019. “PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI


PADA KONDISI ASMA BRONKIAL DENGAN MODALITAS INFRA MERAH, CHEST
FISIOTERAPI DAN LATIHAN PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION DI BBKPM
SURAKARTA”. Jurnal PENA. Vol. 33, No. 1.

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernpasan. ISBN 0786027670662. Surakarta : Salemba Medika.

Utama, Saktya Yudha Ardhi. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Respirasi.--Ed.1. Yogyakarta : Deepublish CV Budi Utama.

Yusuf, Hardiyanti Anastasia., Saini, Sukma., Awaluddin, Sri Wahyudi. 2019. “ASUHAN
KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN ASMA
BRONKHIAL DI RSUD. HAJI MAKASSAR”. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar. Vol. 10, No. 1.

31

Anda mungkin juga menyukai