Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH EVIDENCE BASED PRACTICE

PADA PENYAKIT ASMA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem


Kardiovaskuler, Respiratori dan Hematologi

Dosen pengampu :

Imam Tri Sutrisno, S.Kep. Ners, M.Kep.

Oleh :

Aimar Salsabila Andryan 2101885

Julia Annisa Cahayani 2101883

Ogi Permana 2105922

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Makalah Evidence Based Practice pada Asma.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Bapak Imam Tri Sutrisno, S.Kep. Ners, M.Kep. pada mata kuliah Keperawatan
Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respiratori dan Hematologi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imam Tri Sutrisno, S.Kep. Ners,
M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler,
Respiratori dan Hematologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
GIZI PADA PENYAKIT ASMA.................................................................................1
1.1 Tujuan Penelitian......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Pembahasan.............................................................................................................1
A. Status Gizi yang Berkaitan dengan Asma..................................................................1
B. Gizi yang Baik untuk Asma........................................................................................2
C. Peran Omega dalam Gizi pada penderita asma........................................................2
D. Keefektifan Omega 3................................................................................................4
E. Hasil Penelitian dari Berbagai Journal......................................................................5
BAB II...........................................................................................................................7
FARMAKOLOGI DAN NON-FARMAKOLOGI ASMA...........................................7
2.1 Tujuan Penelitian......................................................................................................7
2.2 Rumusan Masalah....................................................................................................7
2.3 Pembahasan.............................................................................................................7
A. Cara obat simpatomimetik.......................................................................................7
B. Pengaruh Jahe Terhadap Penyakit Asma................................................................17
BAB III........................................................................................................................24
REHABILITASI MEDIS PADA PENYAKIT ASMA...............................................24
3.1 Tujuan penelitian....................................................................................................24
3.2 Rumusan masalah..................................................................................................24
3.3 Pembahasan...........................................................................................................24
A. Tujuan Rehabilitas Medis Pada Pasien Asma..........................................................24
B. Jenis Rehabilitas Medis Pada Pasien Asma.............................................................25
C. Manfaat Senam Asma............................................................................................27
BAB IV........................................................................................................................30
SIMPULAN DAN SARAN........................................................................................30
4.1 Simpulan.................................................................................................................30

ii
4.2 Saran......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................32

iii
BAB I
GIZI PADA PENYAKIT ASMA

1.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan penyakit Asma.


2. Untuk mengetahui asupan gizi apa yang baik untuk Asma.
3. Untuk mengetahui apa manfaat dan keefektifan Omega pada Penyakit
Asma.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa status gizi berkaitan dengan penyakit Asma?


2. Apa saja asupan gizi yang baik untuk penyakit Asma?
3. Apa manfaat dan seberapa efektif Omega dalam status gizi penyakit
Asma?

1.3 Pembahasan

A. Status Gizi yang Berkaitan dengan Asma


Metabolisme adalah proses perubahan makanan menjadi bahan
bakar di dalam tubuh. Oksigen penting dalam proses ini untuk
membantu membakar molekul nutrisi makanan. Ketika gula, serat,
lemak dan protein dipecah, energi adalah produk akhir. Karbon
dioksida dibuat sebagai produk limbah dan dihembuskan.
Berbagai jenis nutrisi membutuhkan jumlah oksigen yang
berbeda dan menghasilkan jumlah karbon dioksida yang berbeda.
Karbohidrat menggunakan lebih banyak oksigen dan menghasilkan
lebih banyak karbon dioksida, sedangkan lemak menghasilkan
lebih sedikit karbon dioksida untuk jumlah oksigen yang
dikonsumsi. "Beberapa orang dengan Asma merasa bahwa makan
makanan dengan lebih sedikit karbohidrat dan lebih banyak lemak
sehat membantu mereka bernapas lebih mudah," kata Traci
Gonzales,

1
praktisi perawat dan juru bicara sukarelawan untuk American Lung
Association.
Ada kemungkinan bahwa pola makan yang buruk dapat
meningkatkan risiko pengembangan. asma, tetapi sampai sekarang
sebagian besar penelitian telah mengambil 'snap-shots', mengukur
diet dan asma dalam waktu singkat.Sebagai gantinya, kami
mengukur diet dan kemudian menindaklanjuti anak-anak selama
bertahun-tahun untuk melihat siapa yang menderita asma dan siapa
yang tidak.

B. Gizi yang Baik untuk Asma


Nutrisi asma yang berkembang, meskipun ada bukti yang
menunjukkan nutrisi dapat mempengaruhi kesehatan paru-paru.
Sebuah studi tahun 2021 di International Journal of Environmental
Research and Public Health melihat peran faktor nutrisi dalam
asma. Para peneliti menemukan bahwa beberapa makanan dan
vitamin memiliki peran protektif dalam mengurangi risiko mengi
di awal kehidupan.
Studi lain menunjukkan bahwa pilihan makanan yang tidak
sehat tertentu berpotensi meningkatkan risiko asma, terutama gula
dan minuman manis.

C. Peran Omega dalam Gizi pada penderita asma


Studi dianggap relevan jika mereka menggambarkan populasi
manusia dari segala usia, melibatkan semua jenis desain studi, dan
menyelidiki penggunaan makanan atau ekstrak apa pun yang
diketahui mengandung asam lemak omega-3 sebagai pengobatan,
pencegahan primer, atau sekunder.
Populasi dalam studi pengobatan atau pencegahan sekunder
harus telah menerima diagnosis asma, sedangkan populasi dalam
studi pencegahan primer dapat berisiko tinggi untuk asma atau
sehat (yaitu, tanpa asma).

2
Studi di mana respons asma secara eksperimental diinduksi
pada populasi nonasma dikeluarkan. Sebuah studi pengobatan
dapat menilai hasil pernapasan, mediator peradangan, atau
keamanan. Sebuah studi pencegahan primer diperlukan untuk
memperkirakan prevalensi atau kejadian asma, meskipun studi
kasus-kontrol menggunakan hasil yang berkaitan dengan
pertanyaan ini juga dapat diterima. Sebuah studi pencegahan
sekunder memerlukan penilaian jangka panjang dari fungsi
pernapasan untuk memungkinkan, misalnya, pengamatan
penurunan dipertahankan dalam kebutuhan obat dalam
menanggapi eksaserbasi asma.
National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI)
mendefinisikan asma sebagai kondisi kronis atau jangka panjang
yang sebentar-sebentar mengobarkan dan mempersempit saluran
udara di paru-paru dan membuat saluran udara membengkak.
Asma menyebabkan periode mengi, sesak dada, sesak napas, dan
batuk.
Orang yang menderita asma mungkin mengalami gejala yang
berkisar dari ringan hingga parah dan itu mungkin terjadi jarang
atau setiap hari. Ketika gejala memburuk, itu disebut serangan
asma. Sementara asma mempengaruhi orang-orang dari segala
usia, sering dimulai pada masa kanak-kanak.
Studi sebelumnya telah meneliti hubungan antara asam lemak
omega-3 EPA dan DHA dan asma. Baru-baru ini, sebuah
penelitian yang diterbitkan di Nutrients menunjukkan bahwa
memiliki Indeks Omega-3 yang lebih tinggi dikaitkan dengan
kontrol asma yang lebih baik.
Lemak tidak selamanya buruk bagi tubuh. Sebuah makanan
yang tepat maka lemak dapat membawa efek positif pada tubuh.
Lemak yang berasal asam lemak omega 3 dapat mengurangi
peradangan yang terjadi pada saluran napas penderita asma.
Dengan demikian, risiko ke kambuhan gejala asma dapat
diminimalisir. (Allergology Internasional)

3
D. Keefektifan Omega 3
Di Inggris, 1,1 juta anak (1 dari 11) saat ini menerima
pengobatan untuk asma dan sebagian besar asma orang dewasa
dimulai pada masa kanak-kanak. NHS menghabiskan sekitar £1
miliar setahun untuk merawat dan merawat penderita asma.
"Meskipun kami tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa
makan lebih banyak ikan akan mencegah asma pada anak-anak,
berdasarkan temuan kami, tetap masuk akal bagi anak-anak di
Inggris untuk mengonsumsi lebih banyak ikan, karena saat ini
hanya sedikit yang mencapai asupan yang direkomendasikan."
Ikan sangat menarik karena merupakan sumber yang kaya akan
asam lemak omega-3 rantai panjang, asam eicosapentaenoic (EPA)
dan asam docosahexaenoic (DHA), yang memiliki sifat anti-
inflamasi.
Studi yang diterbitkan dalam European Respiratory Journal,
menggunakan data dari kelompok kelahiran Inggris yang besar,
Anak-anak, yang merekrut ibu-ibu yang hamil dan telah menindak
lanjuti anak-anak mereka sejak saat itu.
Mereka menganalisis hubungan antara asupan EPA dan DHA
dari ikan pada usia 7 tahun (diperkirakan dengan kuesioner
frekuensi makanan) dan kejadian kasus baru asma yang
didiagnosis dokter pada usia 11-14 tahun.
Lebih dari separuh anak-anak membawa varian umum dalam
gen asam lemak desaturase (FADS) yang dikaitkan dengan tingkat
asam lemak omega-3 rantai panjang yang lebih rendah dalam
darah. Pada anak-anak ini, asupan makanan yang lebih tinggi dari
asam lemak omega-3 rantai panjang dikaitkan dengan risiko asma
yang lebih rendah.
Hasil resikonya 51 persen lebih rendah, mereka yang berada di
kuartil atas asupan omega-3 rantai panjang dibandingkan dengan
mereka yang berada di kuartil b

4
E. Hasil Penelitian dari Berbagai Journal
No Judul Author Tujuan Hasil
1 Treating J Reisman , H
1
M Tujuannya Berdasarkan tinjauan
asthma with Schachter, R E adalah untuk sistematis ini, kami
omega-3 fatty Dales, K Tran, K secara sistematis merekomendasikan
acids: where Kourad, D Barnes, M meninjau penelitian terkontrol acak
is the Sampson, A literatur ilmiah- yang besar tentang efek
evidence? A Morrison, I Gaboury, J medis untuk asam lemak omega-3
systematic Blackman mengidentifikasi, enkapsulasi dosis tinggi
review menilai, dan pada tindakan ventilasi dan
(2006) mensintesis bukti inflamasi dari diet
kemungkinan pengontrol asma dan faktor
efek pengobatan risiko asma lainnya.
asam lemak
omega-3 pada
asma.
2 Omega-3 Emily P Untuk Asupan omega-3 yang
Intake Brigham 1, Han mengetahui lebih tinggi terkait dengan
Modifies Woo 1, Meredith hubungan antara pengurangan efek PM
Asthma McCormack 1 2, Jessica asupan asam dalam ruangan 2,5 m pada
Severity and Rice 1, Kirsten lemak omega-3 diameter aerodinamis pada
Response to Koehler 2, Tristan dengan gejala (P <0,01),
Indoor Air Vulcain 3, Tianshi morbiditas asma Kesimpulan: Asupan
Pollution in Wu 1, Abigail pediatrik, dan omega-3 berhubungan
Children Koch 1, Sangita hubungan antara dengan morbiditas asma
(2020) Sharma 4, Fariba asupan asam pediatrik dan dapat
Kolahdooz 4, Sonali lemak dan mengubah respons asma
Bose 5, Corrine kekuatan dalam terhadap PM dalam
Hanson 6, Karina ruangan, gejala ruangan.
Romero 1, Gregory asma terkait PM,
Diette 1 2, Nadia N penggunaan
Hansel 1 2 albuterol, dan

5
peradangan
sistemik.
3 Higher Isobel Stoodley 1,2 , studi ini untuk kami telah menunjukkan
Omega-3 Manohar Garg 3 , mengetahui bahwa Omega-3 yang lebih
Index Is Hayley Scott 1,3, bahwa omega-3 tinggi dikaitkan dengan
Associated Lesley Macdonald- yang lebih tinggi kontrol asma yang lebih
with Better Wicks 2 , Bronwyn untuk baik, lebih rendah
Asthma Berthon 1,3 and Lisa kontrol asma dosis obat kortikosteroid
Control and Wood 1,3, yang lebih baik inhalasi dan penanda
Lower dan dengan dosis inflamasi sistemik yang
Medication ICS yang lebih lebih rendah.
Dose: A rendah.mungkin
Cross- memiliki peran
Sectional dalam
Study. manajemen
(2021) asma.

6
BAB II
FARMAKOLOGI DAN NON-FARMAKOLOGI ASMA

2.1 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui cara obat simpatomimetik


2. Mengetahui pengaruh jahe terhadap penyakit asma
2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah cara kerja obat simpatomimetik?


2. Apa pengaruh jahe terhadap penyembuhan denngan pasien asma?
2.3 Pembahasan

A. Cara obat simpatomimetik


Kerja farmakologi dari kelompok simpatomimetik ini adalah sebagai
berikut :

1. Stimulasi reseptor α adrenergik yang mengakibatkan terjadinya


vasokonstriksi, dekongestan nasal dan peningkatan tekanan
darah.
2. Stimulasi reseptor β1 adrenergik sehingga terjadi peningkatan
kontraktilitas dan irama jantung.
3. Stimulasi reseptor β2 yang menyebabkan bronkodilatasi,
peningkatan klirens mukosiliari, stabilisasi sel mast dan
menstimulasi otot skelet.
Selektifitas relatif obat-obat simpatomimetik adalah faktor
penentu utama penggunaan secara klinik dan untuk memprediksi
efek samping yang umum. Obat simpatomimetik selektif β2
memiliki manfaat yang besar dan bronkodilator yang paling
efektif dengan efek samping yang minimal pada terapi asma.
Penggunaan langsung melalui inhalasi akan meningkatkan
bronkoselektifitas, memberikan efek yang lebih cepat dan
memberikan efek perlindungan yang lebih besar terhadap
rangsangan (misalnya alergen, latihan) yang menimbulkan
bronkospasme dibandingkan bila diberikan secara sistemik

7
a) Indikasi

Agonis β2 kerja diperlama (seperti salmeterol dan furmoterol)


digunakan, bersamaan dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol
jangka panjang terhadap gejala yang timbul pada malam hari. Obat
golongan ini juga dipergunakan untuk mencegah bronkospasmus
yang diinduksi oleh latihan fisik. Agonis β2 kerja singkat (seperti
albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin) adalah terapi pilihan untuk
menghilangkan gejala akut dan bronkospasmus yang diinduksi oleh
latihan fisik.
b) Efek Samping

Efek samping umumnya berlangsung dalam waktu singkat dan


tidak ada efek kumulatif yang dilaporkan. Akan tetapi, tidak berarti
pengobatan dihentikan, pada beberapa kasus, perlu dilakukan
penurunan dosis untuk sementara waktu.
Nama Obat Efek Samping

Albuterol Bronkhitis (1,5–4)%, epistaksis (1-3)%, peningkatan nafsu


makan, sakit perut (3%),, kram otot (1-3)%.
Bitolterol Sakit kepala ringan (6,8%), efek pada kardiovaskular kirakira
5%.
Isoproterenol Bronchitis (5%)
Metaproterenol Keparahan asma (1-4)%
Salmeterol Sakit pada sendi/punggung, kram otot, mialgia, sakit pada otot
(1-3)%, infeksi saluran pernapasan atas,.nasifaringitis (14%),
penyakit pada rongga hidung atau sinus (6%), infeksi saluran
pernapasan bawah (4%), alergi rinitis (lebih dari 3%), rinitis,
laringitis, trakeitis/bronkitis (1-3)%, rasa lemas, influenza
(lebih dari 3%), gastroenteritis, urtikaria, sakit gigi,
malaise/rasa lelah, erupsi kulit dan dismenorea (1-3)%.

8
c) Dosis dan Cara Penggunaan

Nama Obat Bentuk Sediaan Dosis


Aerosol Dewasa dan Anak > 4 tahun (usia 12 tahun dan 2 inhalasi setiap 4 sampai 6 jam.
lebih untuk pencegahan)
Tablet Dewasa dan Anak (usia 12 tahun dan lebih): Dosis awal 2-4 mg , 3 atau 4 kali sehari (dosis
jangan melebihi 32 mg sehari)
Anak-anak 6-12 tahun : 2 mg , 3 atau 4 kali sehari
Pasien lanjut usia dan sensitif terhadap stimulan Dosis awal 2 mg, 3 atau 4 kali sehari
β adrenergik Jika bronkodilasi tidak tercapai, dosis dapat
ditingkatkan menjadi 8 mg, 3 atau 4 kali sehari.
Tablet lambat Dewasa dan Anak lebih dari 12 tahun : Dosis yang direkomendasikan adalah 8 mg setiap
Albuterol lepas 12 jam.
Anak-anak 6-12 tahun : Dosis yang direkomendasikan adalah 4 mg setiap
12 jam.
Dewasa dan Anak lebih dari 12 tahun : Dosis umum adalah 2 atau 4 mg, 3 atau 4 kali
sehari
Sirup Anak-anak 6-12 tahun : Dosis awal adalah 2 mg, 3 atau 4 kali sehari
Anak-anak 2-6 tahun : Mulai dosis dengan 0,1 mg/kg 3 kali sehari.
Pasien lanjut usia dan sensitif terhadap stimulan Dosis awal 2 mg, 3 atau 4 kali sehari
β adrenergik
Bitolterol Cairan untuk Dewasa dan Anak lebih dari 12 tahun : 2 inhalasi dengan interval 1-3 menit

9
Inhalasi 0,2%
Tablet Dewasa dan Anak lebih dari 12 tahun : 12,5 – 25 mg setiap 4 jam, dosis jangan melebihi
150 mg dalam 24 jam
Injeksi Dewasa 25-50 mg secara subkutan atau intra muskular, 5-
Efedrin 25 mg diberikan secara intravena perlahan,
Sulfat diulang setiap 5 – 10 menit jika perlu.
Anak – anak 0,5 – 0,75 mg/kg atau 16,7 – 25mg/m2 setiap
Kapsul 4 – 6 jam
Untuk anak kurang dari 12 tahun Konsultasikan dengan dokter
Dewasa dan Anak 4 tahun atau lebih Mulai dengan satu inhalasi, kemudian tunggu
Aerosol sampai 1 menit, jika perlu, gunakan sekali lagi.
Jangan digunakan lagi sampai lebih dari 3 jam.
Anak di bawah 4 tahun Konsultasikan dengan dokter
Dewasa Dosis awal 0,2 sampai 1 mL (0,2 sampai 1) mg
subkutan atau intra muskular, ulangi setiap 4
Injeksi (1:1000) jam.
Epinefrin Bayi dan Anak-Anak 0,01 mL/kg atau 0,3mL/m2 secara subkutan.
Jangan melebihi 0,5 mg (0,5 mg) untuk dosis
tunggal, ulangi setiap 4 jam bila diperlukan
Dewasa 0,1-0,25 mg (1 sampai 2,5 mg dalam
10.000 larutan) diinjeksikan perlahan)

1
Bayi 0,01 mg/kg untuk bayi yang baru lahir, untuk
Injeksi (1:10.000) bayi 0,05 mg adalah dosis awal yang dapat
diulang pada interval 20-30 menit.
Formoterol Aerosol Dewasa dan Anak berusia 5 12 mcg setiap 12 jam dengan
tahun dan lebih menggunakan Aerolizer Inhaler
Anak lebih dari 9 tahun dengan berat badan 10 mg (20 mg) 3 atau 4 kali sehari
lebih dari 27 kg.
Sirup Anak – anak 6-9 tahun dengan berat badan 5 mL(5 mg) 3 atau 4 kali sehari
kurang dari 27 kg
Anak-anak kurang dari 6 tahun Perlu penelitian lebih lanjut, dosis harian antara
1,3-2,6 mg/kg dapat ditoleransi
Pirbuterol Aerosol Dewasa dan Anak lebih dari 12 tahun 2 inhalasi (0,4 mg) diulangi setiap 4-6 jam. Dosis
jangan melebihi 12 inhalasi.
Salmeterol Aerosol Anak berusia lebih dari 4 tahun 50 mcg dua kali sehari (dengan jarak 12 jam)
Terbutalin Tablet Dewasa dan Anak lebih dari 15 tahun 5 mg, dengan interval pemberian 6 jam, 3 kali
sehari
Injeksi Anak-anak 12 – 15 tahun 2,5 mg, 3 kali sehari 0,25 mg secara subkutan

1
d) Kontra Indikasi

Obat simpatomimetik dikontraindikasikan untuk penderita; yang


alergi terhadap obat dan komponennya (reaksi alergi jarang terjadi),
aritmia jantung yang berhubungan dengan takikardia, angina, aritmia
ventrikular yang memerlukan terapi inotopik, takikardia atau blok
jantung yang berhubungan dengan intoksikasi digitalis (karena
isoproterenol), dengan kerusakan otak organik, anestesia lokal di
daerah tertentu (jari tangan, jari kaki) karena adanya risiko
penumpukan cairan di jaringan (udem), dilatasi jantung, insufisiensi
jantung, arteriosklerosis serebral, penyakit jantung organik (karena
efinefrin); pada beberapa kasus vasopresor dapat
dikontraindikasikan, glukoma sudut sempit, syok nonafilaktik selama
anestesia umum dengan hidrokarbon halogenasi atau siklopropan
(karena epinefrin dan efedrin).

e) Peringatan

Peringatan untuk pasien khusus : pergunakan dengan perhatian


untuk pasien dengan diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipertropi
prostat (karena efedrin) atau riwayat seizure, geriatri, psikoneurotik,
riwayat asma bronkial dan emfisema pada penyakit jantung
degeneratif (karena efinefrin). Pada pasien dengan status asmatikus
dan tekanan gas darah abnormal mungkin tidak mengikuti hilangnya
bronkospasmus secara nyata setelah pemberian isoproterenol.
Diabetes : pemberian albuterol intra vena dalam dosis besar dan
terbuatalin intravena mungkin dapat memperparah diabetes mellitus
dan ketoasidosis yang sudah ada. Hubungan antara penggunaan
albuterol oral atau inhalasi dan terbutalin oral tidak diketahui. Pasien
diabetes yang menggunakan salah satu dari obat ini memerlukan
peningkatan dosis insulin atau obat hipoglikemik oral.
Efek pada jantung : gunakan obat-obat ini dengan hati-hati pada
pasien dengan gangguan fungsi jantung seperti insufisiensi jantung,

1
gangguan jantung iskemik, riwayat stroke, penyakit jantung koroner,
aritmia jantung, gagal jantung koroner dan hipertensi. Pemberian
epinefrin perlu dimonitor. Gagalnya induksi peningkatan tekanan
darah dapat menyebabkan angina pektoris, ruptur aortik, atau
hemoragi serebral, Pada beberapa orang terjadi aritmia kardiak
bahkan setelah dosis terapi. Agonis beta adrenergik dapat
menyebabkan efek kardiovaskular yang bermakna, yang dapat
diketahui dengan mengukur kecepatan ritme, tekanan darah, gejala
atau perubahan EKG (seperti mendatarnya gelombang T,
perpanjangan dari interval QTc dan depresi dari segmen ST). Dosis
isoprotenolol dapat meningkatkan kecepatan jantung lebih dari 130
detak permenit, yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
aritmia ventrikular. Efedrin mungkin dapat menyebabkan hipertensi
yang menimbulkan pendarahan intrakranial. Hal ini dapat
menginduksi nyeri angina pada pasien dengan insufisiensi koroner
atau sakit jantung iskemik. Salmeterol inhalasi atau oral dosis tinggi
(12 sampai 20 kali dosis rekomendasi) berhubungan dengan
perpanjangan interval QTc yang berpotensi untuk menghasilkan
angina ventrikular.

Paradoksial bronkospasmus : Pasien yang menggunakan


sediaan inhalasi berulang dan kadang mengalami resistensi paradoks
saluran pernafasan, penyebab hal ini belum diketahui. Bila hal ini
terjadi hentikan penggunaan obat ini dan cari terapi alternatif.
Respon dosis yang umum : sarankan pasien untuk terus
mengontak dokter jika tidak ada respon terhadap dosis
simpatomimetik umum. Terapi lebih jauh dengan aerosol
isoproterenol tidak dianjurkan jika setelah perawatan 3-5 kali dalam
waktu 6-12 jam tidak menghasilkan keadaan yang lebih baik. Jika
terjadi iritasi bronkial, gangguan saraf atau gangguan tidur, dosis
fineprin diturunkan. Jangan meneruskan penggunaan efineprin tapi
hubungi dokter jika gejala tidak hilang dalam 20 menit atau menjadi
lebih parah.

1
Efek terhadap sistem saraf pusat : obat simpatomimetik dapat
menyebabkan stimulasi terhadap sistem saraf pusat.
Penggunaan untuk waktu lama : perpanjangan penggunaan
efedrin dapat menyebabkan kecemasan berulang, beberapa pasien
mengalami gangguan sistem saraf pusat, dalam hal ini mungkin
diperlukan sedatif.
Gejala akut : jangan menggunakan salmeterol untuk
menghilangkan gejala asma akut. Pada pasien yang mengkonsumsi
simpatomimetik kerja cepat, penggunaan agonis β2 menjadi kurang
efektif (misalnya pasien memerlukan lebih banyak inhalasi
dibandingkan biasa), evaluasi medik diperlukan.
Penggunaan inhalasi berlebihan : kasus kematian ditemukan,
penyebab pastinya belum diketahui, tapi dicurigai terjadinya
penghentian fungsi jantung setelah terjadinya krisis asma akut yang
diikuti dengan hipoksia. Morbiditas/mortalitas : Jadwalkan secara
teratur, penggunaan agonis beta setiap hari tidak dianjurkan.
Penggunaan bersama dengan agonis β2 kerja cepat : saat pasien
memulai perawatan dengan salmeterol, berikan peringatan kepada
pasien yang telah menggunakan agonis β2 kerja cepat, inhalasi agonis
β2 secara teratur untuk menghentikan rejimen harian mereka dan
sampaikan kepada pasien untuk menggunakan agonis β2 inhalasi
kerja cepat untuk menghilangkan gejala simpatomimetik jika pasien
mengalami gejala yang bertambah parah saat mengkonsumsi
salmeterol.
Kegagalan atau overdosis injeksi intravena : kegagalan atau
overdosis injeksi intravena konvensional dari dosis epinefrin dapat
menyebabkan hipertensi fatal/parah atau hemoragi serebrovaskular
yang disebabkan oleh peningkatan tajam tekanan darah. Kefatalan
dapat terjadi karena edema paru-paru akibat konstriksi perifer dan
stimulasi jantung.

1
Reaksi hipersensitivitas : reaksi hipersensitivitas dapat terjadi
setelah pemberian bitolterol, albuterol, metaproterenol, terbutalin,
efedrin, salmeterol dan kemungkinan bronkodilator lain.
Pasien lanjut usia : dosis yang lebih rendah dapat diberikan untuk
meningkatkan sensitivitas simpatomimetik.
Kehamilan : Terbutalin (kategori B), Albuterol, Bitolterol, Efedrin,
Efineprin, Isoetarin, Isoproterenol, Metaproterenol, Salmeterol dan
Pirbuterol (Kategori C).
Persalinan : penggunaan simpatomimetik β2 aktif menghambat
kontraksi uterus. Reaksi lain termasuk peningkatan detak jantung,
hiperglisemia transien/singkat, hipokalemia, aritmia jantung, edema
paru-paru, iskemia serebral dan miokardiak dan peningkatan detak
jantung fetus dan hipoglikemia pada bayi. Meskipun efek ini tidak
langsung pada penggunaan aerosol, pertimbangkan efek samping
yang tidak diinginkan. Jangan menggunakan efedrin pada obstetri
saat tekanan darah ibu lebih dari 130/80.
Ibu menyusui : terbutalin, efedrin dan epinefrin dieksresikan pada
air susu. Tidak diketahui apakah ada obat lain yang dieksresikan ke
dalam air susu.
Anak-anak :
Inhalasi : keamanan dan efikasi penggunaan bitolterol, pirbuterol,
isoetarin, salmeterol dan terbutalin pada anak kurang dari 12 tahun
dan lebih muda belum diketahui.Albuterol aerosol pada anak-anak di
bawah 4 tahun dan larutan albuterol untuk anak di bawah 2 tahun
juga belum diketahu keamanan dan efikasinya. Metoproterenol dapat
digunakan untuk anak berusia 6 tahun dan lebih.
Injeksi : terbutalin parenteral tidak direkomendasikan untuk
penggunaan pada anak kurang dari 12 tahun. Penggunaan epinefrin
pada bayi dan anak-anak harus berhati-hati. Kehilangan kesadaran
terjadi setelah pemberian obat pada anak-anak.
Sediaan Oral : terbutalin direkomendasikan untuk penggunaan pada
anak-anak kurang dari 12 tahun. Efikasi dan keamanan albuterol

1
belum diketahui untuk anak kurang dari 2 tahun (albutetol sirup), 6
tahun (albuterol tablet) dan 12 tahun (albuterol tablet kerja
diperlambat). Pada anak-anak, efedrin efektif untuk terapi oral asma.
Karena efek stimulannya, efedrin jarang digunakan tunggal. Efek ini
biasanya ditunjukkan dengan efek sedasi yang sesuai; namun
rasionalitasnya dipertanyakan.
f)Perhatian

Toleransi : toleransi dapat terjadi pada penggunaan simpatomimetik


yang diperlama tapi penghentian sementara obat ini akan tetap
mempertahankan efektifitas awalnya.

Hipokalemia : terjadi penurunan kalium serum, kemungkinan


melalui mekanisme intracelluler shunting yang akan menimbulkan
efek yang tidak dinginkan pada sistem kardiovaskular.
Hiperglisemia : isoproterenol menyebabkan hiperglisemia lebih
lemah dibandingkan epinefrin.
Penyakit Parkinson : epinefrin dapat menyebabkan peningkatan
rigiditas dan tremor secara temporer.
Penggunaan Parenteral : Penggunaan epinefrin dilakukan dengan
sangat berhati-hati terutama penyuntikan pada bagian tubuh tertentu
yang disuplai oleh ujung arteri atau bagian lain dengan suplai darah
yang terbatas (seperti jari tangan, kaki, hidung, telinga atau organ
genital), atau jika ada penyakit vaskular perifer, untuk menghindari
vasokonstriksi yang disebabkan oleh penyumbatan jaringan.
Terapi kombinasi : penggunaan bersama obat simpatomimetik lain
tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan efek kerusakan
kardiovaskular. Jika pemberian rutin kombinasi obat diperlukan,
pertimbangkan terapi alternatif. Jangan menggunakan dua atau lebih
bronkodilator aerosol β adrenergik secara simultan karena
menyebabkan efek adiksi.
Pasien harus diberikan peringatan untuk tidak menghentikan atau
menurunkan terapi kortikosteroid tanpa pertimbangan medis, walau

1
mereka sudah merasa lebih baik ketika diterapi dengan agonis β2.
Obat ini tidak digunakan sebagai pengganti kortikosteroid oral atau
inhalasi. Penyalahgunaan Obat dan Ketergantungan :
penyalahgunaan efedrin dalam waktu lama dapat menyebabkan
timbulnya gejala skizoprenia paranoid. Pasien akan menunjukkan
gejala sebagai berikut : takikardia, higiene dan nutrisi yang rendah,
demam, keringat dingin dan dilatasi pupil. Beberapa tanda-tanda
toleransi meningkat tapi adiksi tidak timbul.
g) Interaksi Secara Umum

Interaksi banyak terjadi berkaitan dengan penggunaan


simpatomimetik sebagai vasopresor, sehingga perlu pertimbangan
saat menggunakan bronkodilator simpatomimetik. Obat-obat yang
mungkin berinteraksi adalah antihistamin, bloker alfa adrenergik,
beta bloker, glikosida jantung, diuretik, alkaloid ergotamin,
furazolidon, anestesi umum, guanetidin, levotiroksin, metildopa,
inhibitor monoamin oksidase, nitrat, obat oksitoksik, fenotiazin,
alkaloid rauwolfia, antidepresan trisiklik, digoksin, teofilin, insulin
atau obat hipoglikemik oral.
Interaksi antara obat dan hasil laboratorium : isoproterenol
menyebabkan pengukuran level bilirubin yang berbeda dengan
pengukuran in vitro secara analisa multipel berturutan. Inhalasi
isoproterenol mungkin menyebabkan absorpsi yang cukup untuk
meningkatkan kadar epinefrin di urin. Meskipun peningkatan ini
kecil pada dosis standar, tapi cenderung meningkat pada pemberian
dosis yang lebih besar.

B. Pengaruh Jahe Terhadap Penyakit Asma


a) Kandungan Kimia Jahe Merah
Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan
tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah
termasuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae), satu keluarga
dengan temu-temuan yang lain seperti temu lawak, temu hitam,

1
kunyit

1
dan kencur.Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-rumputan
tegak dengan ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang
tingginya mencapai 120 cm. Daunnya sempit, berwarna hijau,
bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap,
rimpangnya berwarna merah, dan akarnya bercabang-cabang,
berwarna kuning dan berserat (Arobi, 2010).
Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (volatile
oil) dan minyak tak menguap (non-volatile oil) dan pati. Minyak
menguap disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma
khas, sedangkan minyak yang tak menguap disebut oleoresin
merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen
yang terdiri dari oleoresin merupakan kandungan jahe merah yang
meliputi fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol dan resin
(Herlina et al dalam Arobi 2010). Berdasarkan beberapa penelitian,
dalam minyak atsiri jahe merah terdapat unsurunsur n-
nonylaldehyde, d-champene, cineol, geraniol, dan zingiberene.
Bahan-bahan tersebut merupakan sumber bahan baku terpenting
dalam industri farmasi atau obat- obatan. Kandungan minyak atsiri
dalam jahe merah kering sekitar 1- 3%. Komponen utama minyak
atsiri jahe merah yang menyebabkan bau harum adalah zingberen
dan zingiberol. Oleoresin jahe merah banyak mengandung
komponen-komponen non-volatil yang mempunyai titik didih lebih
tinggi daripada komponen volatil minyak atsiri. Oleoresin tersebut
mengandung komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu
gingerol sebagai komponen utama serta shagaol dan zingeron dalam
jumlah sedikit. Kandungan oleoresin jahe merah segar berkisar
antara 0,4-3,1 % (Herlina et al dalam Arobi, 2010).
b) Ekstrak Jahe Merah Sebagai Terapi Penyakit Asma
Jahe merah merupakan tanaman herbal yang mudah didapatkan,
murah, dan mempunyai efek samping yang sedikit. Jahe juga
merupakan rempah-rempah yang banyak digunakan oleh masyarakat
di seluruh dunia. Tanaman ini selain digunakan sebagai bumbu dapur
juga berkhasiat sebagai obat. Menurut WHO, jahe merupakan

1
tanaman obat-obatan yang paling banyak dipakai di dunia (Mohsen,
2006). Jahe yang sering digunakan sebagai obat herbal adalah jahe
merah (Zingiber officinale Linn. Var. rubrum), karena kandungan
minyak atsirinya yang tinggi (Khushtar, 2009).
Pada jaman dahulu di Cina, jahe merah sudah digunakan untuk
mengurangi rasa mual, gastritis maupun ulkus gaster, nyeri perut
diare, batuk, dan rematik. Selain itu di India, jahe merah digunakan
untuk mengurangi mual, mengobati asma, batuk, dan mengurangi
rasa nyeri yang hebat dan mendadak, mengatasi jantung berdebar-
debar, mengatasi gangguan pencernaan, dan rematik. Kebanyakan
orang Eropa juga mengonsumsi teh jahe untuk mengatasi gangguan
pencernaan (Kathi, 1999).
Manfaat jahe merah baru saja diproklamirkan pada Konferensi
Internasional American Thoracic Society 2013 di Philadelphia.
Dalam pertemuan ini dinyatakan bahwa jahe merah atau akar pedas
pedas dapat membantu penderita asma bernapas lebih mudah.Dalam
studi tersebut, peneliti menyelidiki apakah komponen jahe merah
bisa meningkatkan efek beta-agonis. Obat asma yang disebut beta-
agonis (β-agonis) bekerja dengan relaksasi otot polos (ASM)
jaringan di saluran napas.Elizabeth Townsend, doktor di Universitas
Columbia Departemen Anestesiologi menyatakan bahwa dalam
penelitian tersebut, komponen jahe merah dapat bekerja secara
sinergis dengan β-agonis untuk merelaksasi jaringan otot di saluran
nafas atau yag disebut ASM.Dalam studi tersebut, para peneliti
mengambil sampel ASM untuk neurotransmitter asetilkolin. Tim
kemudian menggabungkan isoproterenol β-agonis dengan tiga
ekstrak jahe merah terpisah: 6- gingerol, 8-gingerol atau 6-shogaol.
Para peneliti menemukan bahwa jaringan yang diberi kombinasi
ekstrak jahe merah dan isoproterenol menunjukkan respon relaksasi
secara signifikan lebih besar dibandingkan mereka yang diobati
hanya dengan isoproterenol. Secara khusus, campuran 6-shogaol
menjadi yang paling efektif.Setelah melihat efek dari ekstrak jahe
merah, para

2
peneliti melihat mekanisme di balik efek aditif dengan berfokus pada
enzim paru-paru yang disebut phosphodiesterase4D (PDE4D),
karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa senyawa
kimia dapat menghambat relaksasi jaringan ASM.
Menggunakan metode yang disebut polarisasi neon, tim
menemukan bahwa ketiga ekstrak tersebut mampu menghambat
PDE4D.Mereka juga menemukan bahwa ekstrak 6- shogaol sangat
efektif dalam melarutkan filamen aktin F-, struktur protein yang
berperan dalam penyempitan ASM.Data ini menunjukkan bahwa
senyawa 6-gingerol, 8-gingerol dan shogaol 6 ketika bersinergi
dengan β-agonis dapat menjadi suatu terapi mengurangi gejala
asma.Perkembangan ekstrak jahe merah menjadi obat yang
signifikan mengobati jutaan pasien asma di seluruh dunia (Smith
dalam web RSUA, 2013)
c) Cara Penyajian Jahe Sebagai Obat
Dalam hal ini penyajian jahe sebagai salah satu obat gejala asma
sangatlah mudah. Untuk membuatnya cukup dengan melakukan hal
berikut :
1. Ambil rimpang jahe seukuran ibu jari tangan
2. Cuci sampai bersih
3. Rimpang jahe yang sudah di cuci kemudian di memarkan
atau di tumbuk.
4. Terakhir rebus dengan 1.5 air gelas hingga air berkurang
sampai 1 gelas.

2
d) Hasil Penelitian Dalam Berbagai Journal

No Judul Author Tujuan Hasil

1. Effect of ginger M. Kardana, A. tujuan dari Menurut hasil penelitian ini,


extract on Rafiei , J. penelitian ini ekstrak hidroalkohol jahe
expression of Ghaffari, adalah untuk dapat menurunkan ekspresi
GATA3, T-bet and R. Valadanb, Z. mengevaluasi GATA-3, ROR--t, dan T-bet
ROR-t in Morsaljahana, S.T. pengaruh ekstrak pada PBMC pasien asma
peripheral blood Haj-ghorbani jahe (Roscoe dibandingkan dengan PBMC
mononuclear cells resmi) terhadap yang tidak diobati (Pnilai =
of patients with ekspresi T-bet, 0,001, 0,001, dan 0,002,
Allergic Asthma GATA-3 dan masing-masing). Ekstrak
ROR-- dalam sel jahe juga dapat
mononuklear mempengaruhi rasio
darah perifer ekspresi T-bet/GATA-3, T-
(PBMC) pasien bet/ROR-
asma, -t, dan ROR--t/GATA-3.
dibandingkan Kesimpulan: Penelitian ini
dengan yang menunjukkan bahwa
sehat. relawan penggunaan ekstrak jahe
sebagai kontrol. dapat mengontrol asma dan
mengurangi keparahan
penyakit ini dengan
mempengaruhi sel-sel utama
yang melibatkan gejala asma
di saluran udara.
2. POTENSI Puri Ratna Kartini, Mengetahui kandungan ekstrak jahe
EKSTRAK JAHE Enggel Bayu pengaruh ekstrak merah dapat membantu
MERAH Pratama jahe merah penderita asma bernafas
SEBAGAI terhadap atlet lebih mudah, karena
TERAPI ALAMI yang menderita kandungan ekstrak jahe
asma. merah dapat meningkatkan

2
KEJADIANASMA efek beta-agonis yang
PADA ATLET bekerja dengan relaksasi otot
polos (ASM) sehingga dapat
menjadi terapi alami yang
baik untuk mengurangi
gejala asma.
3. Ginger and its Gen T ocum, Julie Mengetahui efek kami menunjukkan bahwa 6-
bioactive J wang, Mayai 6-shogaol dalam shogaol menambah
component 6- kami, jahe terhadap konsentrasi cAMP dalam sel
shogaol mitigate JennifeDanielsson, pengurangan CD4, konsisten dengan
lung inflammation Aisha S Kuforiji, peradangan paru- penghambatan
in a murine asthma Charles W Emala paru pada model fosfodiesterase, dan
model asma murin. membatasi induksi
pensinyalan faktor-kB nuklir
dan produksi sitokin
proinflamasi dalam sel CD4
yang
diaktifkan. Peningkatan
konsentrasi cAMP yang
berkelanjutan diketahui
menghambat fungsi sel T
efektor. Menariknya, sel T
regulator (Tregs)
menggunakan cAMP
sebagai mediator
efek
imunosupresifnya, dan kami
menunjukkan di sini bahwa
6-shogaol menambah
polarisasi Treg sel CD4 naif
in vitro. Diambil bersama-
sama dengan laporan
sebelumnya, penelitian ini

2
menunjukkan bahwa jahe
dan 6-shogaol memiliki
potensi untuk memerangi
asma melalui dua mekanisme

2
BAB III
REHABILITASI MEDIS PADA PENYAKIT ASMA

3.1 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui apa tujuan rehabilitas medis pada pasien asma


2. Untuk mengetahui jenis rehabilitas medis pada pasien asma
3. Untuk mengetahui apa manfaat dan keefektifan senam asma

3.2 Rumusan masalah

1. Apa tujuan dari rehabilitas medis pada pasien yang mempunyai


penyakit asma?
2. Apa jenis rehabilitas medis yang di pakai untuk penyakit asma?
3. Apa manfaat dan seberapa efektif kah senam asma bagi penderita
penyakit asma?

3.3 Pembahasan

A. Tujuan Rehabilitas Medis Pada Pasien Asma


Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Di
Indonesia prevalensi asma mencapai 4.5% dengan estimasi jumlah
pasien asma 11.2 jiwa. Prevalensi terendah berada di Propinsi
Lampung, sebesar 1.6%, sedangkan prevalensi tertinggi adalah di
Sulawesi Tengah sebanyak 7.8%. Jumlah pasien asma terendah di
Papua Barat sekitar 26 ribu jiwa. Terbanyak adalah di Jawa barat
dengan jumlah 2.2 juta jiwa. Walaupun asma tidak dapat disembuhkan,
manajemen yang tepat dapat mengendalikan penyakit ini dan orang
dengan asma dapat menikmati hidup yang lebih baik dan berkualitas.
Pengobatan jangka pendek digunakan untuk menghilangkan gejala.
Pengobatan dengan jangka panjang menggunakan inhalasi steroid
diperlukan untuk mengendalikan progres dari asma yang berat.
Tujuan penatalaksanaan asma:
- Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma

2
- Mencegah eksaserbasi akut
- Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
- Mengupayakan aktivitas normal termasuk melakukan olahraga
- Menghindari efek samping obat
- Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation)
ireversibel
- Mencegah kematian karena asma
B. Jenis Rehabilitas Medis Pada Pasien Asma
Salah satu jenis rehabilitasi pada pasien yang mempunyai asma ialah:
Senam asma
Senam asma merupakan salah satu metode penanganan asma, suatu
jenis terapi latihan yang dilakukan dalam bentuk kelompok latihan
(exercise group) yang melibatkan aktivitas gerakan tubuh atau
merupakan suatu kegiatan yang membantu proses rehabilitasi
pernapasan pada penderita asma.
Senam asma bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot-otot yang
berkaitan mekanisme pernapasan, meningkatkan kapasitas serta
efisiensi dalam proses pernapasan dan senam asma yang dilakukan
secara teratur akanmenaikkan volume oksigen maksimal. Dalam
membuat pertimbangan untuk program rehabilitasi melalui latihan fisik
2 sasaran objektif yang harus ditetapkan yaitu meningkatkan
kemampuan kardiovaskuler dan memperbaiki mobilitas serta
fleksibilitas gerakan. Hasil yang dicapai dengan program rehabilitasi
denga latihan fisik antara lain kebugaran fisik meningkat (pada
beberapa penelitian peningkatan tersebut berkisar 10-90%).
Setelah berbagai program latihan tergantung kualitasnya, terjadi
penurunan perasaan sesak dan ventilasi semenit pada beban keda yang
sama antara sebelum dan sesudah menjalani program (terjadi
peningkatan efisiensi pemapasan dengan beban kerja yang sama).
Latihan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaksuler (7).
Penelitian Nuri N. terhadap 34 penderita asma sedang yang mengikuti
latihan pernapasan diafragma dalam (deep diafragmatic breathing)

2
selama 8 minggu mendapatkan penurunan frekuensi sesak yang
bermakna walaupun fungsi paru tidak menunjukkan peningkatan yang
bermakna (18).

Terapi latihan untuk penderita asma dirangkai dalam satu paket senam
(Senam Asma Indonesia) sehingga tersusun menjadi tatrap-tatrap
seperti senam lain yaitu (20):
1. Pemanasan
Pemanasan merupakan gerakan awal dengan tujuan
mempersiapkan otot-otot, sendi-sendi, jantung dan paru dalam
keadaan siap untuk melakukan gerakan lebih lanjut. Pada gerakan
ini. adalatr termasuk free active qercise yang dimulai dari
proksimal ke distal selama 3-5 menit.
Prinsip pemanasan:
- gerakan bebas tanpa beban ataupun bantuan
- melibatkan seluruh tubuh
- dimulai dari prolsimal ke distal
- lamanya tidak lebih dari 15 menit
- kecepatan gerakan dengan ritrre sekitar 120 beat/meni0
Gerakan Inti A dan B
2. Gerakan inti A dan B
Tujuan gerakan inti ini memperbaiki dan mempertahankan
firngsi alat pernapasan. Pada penderita obstruktif, latihan ditujukan
agar terjadi peningkatan ventilasi alveolar. Pada penyakit waktu
asma penderita mengalarni kesulitan ekspirasi, maka dipilih
Gerakan yang dapat dikombinasi dengan irama pernapasan yang
baik dengan cara:
- inspirasi melalui hidung
- ekspirasi melalui mulut-atau berdesis
- waktu ekspirasi harus lebih panjang dari waktu inspirasi
- mengikuti mekanisme pernapasan dadardan diafragma

Prinsip gerakan inti A


- setiap gerakan diikuti dengan inspirasi dan ekspirasi yang dalam
2
- waktu inspirasi lebih pendek dar ipada ekspirasi
- gerakan inspirasi dilakukan saat pengembangan volume toraks
dan ekspirasi saat penciutan volume toraks
- kecepatan gerak dengan ritme sekitar 100 beat/menit

prinsip Gerakan inti B


- melibatkan otot agonis dan antagonis sehingga terjadi kontaksi
dan relaksasi
- diseling dengan pernapasan panjang diantara gerakan tertentu
untuk mengontrol pernapasan
- sebagian besar gerakan berpengaruh pada perubahan volume
toraks, sedang yang lain untuk seluruh tubh
- kecepatan gerak dengan irama sekitar 130 beaUmenit

3. Gerakan aerobic
Aerobik merupakan bentuk membutuhkan latihan yang oksigen
untuk periode yang lama, dapat meningkatkan kemampuan fungsi
system kardiopulmoner. Latihan aerobik adalah latihao yang
melibatkan kelompok otot besar secara dinnamik,ritmis dan
submaksimal dalam jangka wakyu tertentu tanpa menimbulkan
kelelahan pada system transport oksigen.
4. Pendinginan
Pendingan untuk mengembalikan denyut nadi pada frekuensi
normal setelah mengalami kenaikan selama aerobic

C. Manfaat Senam Asma


Senam asma berguna untuk mempertahankan dan atau
memulihkan kesehatan khususnya pada penderita asma. Senam
asma yang dilakukan secara teratur akan menaikkan volume
oksigen maksimal, selain itu dapat memperkuat otot-otot
pernapasan sehingga daya kerja otot jantung dan otot lainnya jadi
lebih baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita

2
asma. 9 Review penelitian ini, penulis ingin mencoba mengkaji
lebih jauh efekifitas senam asma dalam peningkatan fungsi paru.
Senam yang dilakukan secara teratur oleh penderita asma akan
memberi manfaat
- Meningkatkan kebugaran tubuh secara teseluruhan, hal ini akan
meningkatkan penampilan penderita sehari_hari, disamping itu
juga berperan dalam kemampuan dirinya untuk menangani
serangan asma
- Meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan dan kemapuan
bernapas keseluruhan
- Meningkatkan rasa percaya diri penderita

Berdasarkan penelitian Camalia et al, didapatkan hasil yang


menunjukkan bahwa dengan senam asma yang dilakukan oleh
pasien asma baik derajat ringan maupun sedang selama delapan
minggu berturut-turut, dimana seminggu melakukan senam tiga
kali, secara statistik dapat meningkatkan kekuatan otot pernapasan
sekitar 280 ml (41,4%). Namun, secara klinis peningkatan belum
mencapai nilai normal dari jumlah volume inspirasi maksimal
sebagai gambaran dari kekuatan otot pernapasan, yang nilai
normalnya yaitu 1200 ml. Rerata peningkatan volume inspirasi
maksimal responden meningkat dari 676 ml menjadi 956 ml.
Senam akan memberi hasil bila dilakukan sedikitnya selama enam
sampai delapan minggu. Senam asma yang dilakukan oleh pasien
asma baik derajat ringan maupun derajat sedang selama delapan
minggu secara berturut-turut, dimana satu minggu pasien
melakukan senam asma tiga kali,dapat meningkatkan fungsi paru
11,9%. Secara klinis peningkatan tersebut cukup baik, banyak
responden yang nilai APEnya meningkat dari 68,32% menjadi
80,22%. Hal ini berarti terjadi perubahan derajat asma, dari asma
derajat sedang menjadi derajat ringan, asma derajat ringan nilai
APEnya adalah >80%. Sedangkan, pada pasien asma derajat ringan
maupun sedang yang tidak melakukan senam asma ataupun olah
raga lain yang dapat
2
melatih otot-otot pernapasan, setelah delapan minggu dievaluasi
fungsi paru pasien asma juga meningkat tetapi hanya sedikit
kenaikannya.6 Senam asma secara teratur selama 3 bulan selain
tidak terjadi EIAjuga didapatkan manfaat lain yaitu mengurangi
gejala klinis, pemakaian bronkodilator hisap, meningkatkan fungsi
paru, menurunkan Hb, Ht dan eosinofil darah.8 Senam asma tiga
kali seminggu berpengaruh terhadap peningkatan KVP
danVEP1.Hasil pada ujit-test menunjukkan

3
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Omega-3 terbukti berperan penting, lebih dari separuh anak-


anak membawa varian umum dalam gen asam lemak desaturase
(FADS) yang dikaitkan dengan tingkat asam lemak omega-3 rantai
panjang yang lebih rendah dalam darah. Pada anak-anak ini,
asupan makanan yang lebih tinggi dari asam lemak omega-3 rantai
panjang dikaitkan dengan risiko asma yang lebih rendah.
Risikonya 51 persen lebih rendah, dibandingkan mereka yang
berada di kuartil atas asupan omega-3 rantai panjang dengan
mereka yang berada di kuartil bawah.

Farmakologi pengobatan dengan obat simpatomimetik terbukti


bahwa Agonis β2 kerja diperlama (seperti salmeterol dan
furmoterol) digunakan, bersamaan dengan obat antiinflamasi,
untuk kontrol jangka panjang terhadap gejala yang timbul pada
malam hari. Obat golongan ini juga dipergunakan untuk mencegah
bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik. Agonis β2 kerja
singkat (seperti albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin) adalah
terapi pilihan untuk menghilangkan gejala akut dan bronkospasmus
yang diinduksi oleh latihan fisik.
Nonfarmakologi pengobatan jahe Manfaat jahe merah baru saja
diproklamirkan pada Konferensi Internasional American Thoracic
Society 2013 di Philadelphia. Dalam pertemuan ini dinyatakan
bahwa jahe merah atau akar pedas pedas dapat membantu
penderita asma bernapas lebih mudah.Dalam studi tersebut,
peneliti menyelidiki apakah komponen jahe merah bisa
meningkatkan efek beta-agonis.

Senam asma terbukti dengan mampu meningkatkan kualitas


hidup penderita dengan manfaat :

3
- Meningkatkan kebugaran tubuh secara teseluruhan, hal ini akan
meningkatkan penampilan penderita sehari_hari, disamping itu
juga berperan dalam kemampuan dirinya untuk menangani
serangan asma
- Meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan dan kemapuan
bernapas keseluruhan
- Meningkatkan rasa percaya diri penderita

4.2 Saran

Jika Anda penderita Asma teruslah menjaga diri Anda dengan


baik, dengan pola kehidupan yang baik, gunakan diet yang baik
untuk kesehatan Anda, gunakan obat farmakologi dan non
farmakologi dengan batas tertentu dan jangan bergantung kepada
obat saja tetap lakukan olahraga sehat dengan senam Asma.
Jika Anda pembaca, teruslah meningkatkan pengetahuan Anda
dengan membaca berbagai jurnal yang berkaitan dengan
kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup Anda dan orang di
sekitar Anda dan jangan lupa untuk membagikan pengetahuan
Anda kepada orang lain, dan tetaplah jaga kesehatan Anda.

3
DAFTAR PUSTAKA

Marissa, Harikiran. "Mechanisms of Asthma" Chest Journal (2019)

Erican, James. "Asthma and Nutrition: How Food Affects Your Lungs" American
Lug Association (2018) 8-9

Reisman, Schacter, Dales at all. "Treating asthma with omega-3 fatty acids: where
is the evidence? A systematic review" National Library of Medicine
(2006)
: 20-21

Stoodley, Garg,Scott et all. "Higher Omega-3 Index Is Associated with Better


Asthma Control and Lower Medication Dose :A Cross-Sectional Study"
Nutrients ; MDPI (2020) 30-32

D'Auria, Giudice, Salvatore et all. "BarberiOmega-3 fatty acids and asthma in


children" National Library of Medicine (2020) 12-15

Kartini, P. R., & Pratama, E. B. (2017, November). POTENSI EKSTRAK JAHE


MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI KEJADIANASMA PADA
ATLET.
In Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian LPPM Universitas PGRI
Madiun (pp. 284-290).

Resti, O. T. Q., & Dermawan, D. (2022). Penatalaksanaan Fisioterapi Dada dan


Pemberian Rebusan Jahe Merah Dengan Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Asma Bronkiale Di
Desa Singodutan. Indonesian Journal on Medical Science, 9(2).

Yocum, G. T., Hwang, J. J., Mikami, M., Danielsson, J., Kuforiji, A. S., & Emala,
C. W. (2020). Ginger and its bioactive component 6-shogaol mitigate lung
inflammation in a murine asthma model. American journal of physiology.
Lung cellular and molecular physiology, 318(2), L296–L303.
https://doi.org/10.1152/ajplung.00249.2019

Luković, E., Perez-Zoghbi, J. F., Zhang, Y., Zhu, Y., Sang, S., & Emala, C. W.

3
(2021). Ginger metabolites and metabolite-inspired synthetic products

3
modulate intracellular calcium and relax airway smooth muscle. American
journal of physiology. Lung cellular and molecular physiology, 321(5),
L912–L924. https://doi.org/10.1152/ajplung.00271.2021

Zhang, S., DiMango, E., Zhu, Y., Saroya, T. K., Emala, C. W., & Sang, S. (2022).
Pharmacokinetics of Gingerols, Shogaols, and Their Metabolites in
Asthma Patients. Journal of agricultural and food chemistry, 70(31),
9674–9683. https://doi.org/10.1021/acs.jafc.2c03150

Neza Ukhalima Hafia Sudrajat, K. N. (2016). Efektifitas Senam Asma untuk


Meningkatkan Fungsi Paru Penderita Asma. MAJORITY I Volume 5 I
Nomor 4 , 113-115.
Rita Rogayah, F. Y. (1998). SENAM PADA PENDERITA ASMA. J Recpir
lndoVol 18, No. l, 1998.

Anda mungkin juga menyukai