Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL PEDIS AP DAN OBLIQUE

DENGAN KLINIS DIABETES MELITUS

DI RADIOLOGI RS PUSAT PERTAMINA

Periode 16 September – 5 Oktober 2019

DISUSUN OLEH :

GUSTIAN NUGRAHA

P21140218026

PROGRAM DIPLOMA III

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat limpahan karunia-
Nya saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan penuh
dengan rasa tanggung jawab. Adapun makalah ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu saya tidak luput untuk menyampaikan banyak terima kasih
kepada pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusunan, maupun pemilihan diksinya.

Dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar


lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya,
sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini untuk memenuhi tugas laporan
PKL yang harus saya selesaikan.

Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga dari makalah yang saya


yang berjudul Teknik Pemeriksaan Radiologi Ossa Pedis ini, para pembaca dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca
Jakarta, 2 oktober 2019

Penyusun
Gustian Nugraha

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 3

A. Latar Belakang ..................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3

D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 4

BAB II : LANDASAN TEORI ............................................................................... 5

A. Anatomi ............................................................................................... 5

B. Indikasi ................................................................................................. 6

C. Teknik Radiografi ................................................................................ 8

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 11

A. Data Pasien ......................................................................................... 11

B. Prosedur ............................................................................................. 11

C. Persiapan Alat dan Bahan ................................................................... 11

D. Hasil Radiografi ................................................................................... 12

E. Pembahasan........................................................................................ 13

F. Proteksi ............................................................................................... 13

BAB IV : PENUTUP ........................................................................................ 14

A. Kesimpulan ........................................................................................ 14

B. Saran .................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara


radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu
organ di dalam tubuh yang tidak dapat di raba dan di lihat oleh mata secara
langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan
yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa Pada saat ini
hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara
radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna
memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang lebih
kecil sehingga kelainan pada organ tersebut dapat di diagnosa.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyajikan salah satu
pemeriksaan yaitu pemeriksaan Pedis. Pemeriksaan Pedis adalah
pemeriksaan secara radiologi yang bertujuan untuk menghasilkan gambaran
telapak kaki (pedis) secara keseluruhan. Pemeriksaan pedis menggunakan
proyeksi Antero-Posterior, Oblique.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pedis ?

2. Bagaimana teknik radiografi dari os pedis ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk membuat makalah tentang kasus pada pemeriksaan radiologi bidang


konvensional dengan klinis DM pada pedis

2. Memahami apa saja proyeksi dari pedis

3
D. MANFAAT PENULISAN

1. Mengetahui pengertian dari Os Pedis

2. Mengetahui apa saja proyeksi dari os pedis

3. Mengetahui teknik radiografi dari Os pedis

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI

Os pedis merupakan kumpulan tulang yang terdiri atas 26 tulang,yaitu : 14


phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os tarsi. os tarsi terdiri atas os calcaneus,os
talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os cuboid. berdasarkan fungsinya
dibedakan menjadi 3 yaitu : forefoot (metatarsal dan toes), midfoot (cuneiform,
navicular, dan cuboid), hindfoot (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis).
tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan
arcus transversal.

bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau


permukaan dorsal, dan inferior(posterior) aspek dari kaki disebut permukaan
plantar. karena ketebalan yang beragam pada anatomi kaki, maka harus kita
perhatikan pemberian faktor eksposi untuk dapat menunjukkan densitas
keseluruhan bagian tulang kaki

5
B. INDIKASI

Diabetes melitus adalah penyakit autoimun kronis yang disebabkan oleh


gangguan pengaturan gula darah. Itu kenapa diabetes juga sering disebut
sebagai penyakit gula atau kencing manis.

Gangguan gula darah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang meliputi:

 Kurangnya produksi insulin oleh pankreas

 Kurangnya respon tubuh terhadap insulin

 Adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin

Jika penyakit ini tidak diobati dengan perawatan yang tepat, maka dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang berbahaya, bahkan bisa mengancam
nyawa penderitanya.

Jenis-jenis diabetes melitus

Berdasarkan hal yang menyebabkannya, penyakit diabetes dibagi dalam


beberapa jenis, yaitu:

Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun yang menyebabkan sistem


ketahanan menyerang dan merusak sel-sel yang memproduksi hormon
insulin, sehingga pankreas tidak dapat memproduksi hormon tersebut. Hal ini
akan mengakibatkan tubuh kekurangan insulin dan meningkatkan kadar
glukosa darah.

Kondisi ini umumnya menyerang pasien di bawah usia 40 tahun, terutama


pada masa remaja. Biasanya gejala penyakit ini lebih cepat terdeteksi pada
usia yang lebih muda, terutama pada masa kanak-kanak atau remaja.

Penyebab dari kondisi ini belum jelas. Para ahli menduga bahwa penyebab
penyakit gula tipe 2 mungkin terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan
lingkungan.

6
Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah tipe penyakit gula yang paling banyak terjadi. Angka
kejadiannya mencapai 90-95 persen dari semua kasus kencing manis di
dunia. Kondisi ini disebut dengan adult-onset diabetes karena lebih sering
terjadi pada orang dewasa.

Tidak seperti diabetes tipe 1, penderita tipe 2 tetap memproduksi insulin tapi
tidak mencukupi. Penyebab persis mengapa muncul tipe 2 belum pasti, tapi
para ahli percaya bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan
dalam memicu terjadinya penyakit gula ini.

Kelebihan berat badan adalah pemicu utama penyakit gula, tapi tidak semua
pasien diabetes melitus tipe 2 kelebihan berat badan.

Diabetes gestasional

Diabetes gestational adalah penyakit kencing manis yang hanya terjadi pada
wanita hamil. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah pada ibu maupun
bayinya jika tidak diobati. Jika ditangani cepat dengan baik, kondisi ini
biasanya sembuh total setelah melahirkan.

Diabetes insipidus

Diabetes insipidus adalah kondisi berbeda yang disebabkan oleh


ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan air.

Penyakit ini biasanya diakibatkan hasil dari sindrom genetik, operasi, efek
samping obat-obatan, kekurangan gizi, infeksi, dan penyakit lainnya. Kondisi
ini jarang terjadi dan dapat diobati.

1. Etiologi/Penyebab Fraktur pada Os Patella

Kadar gula darah yang tak terkontrol pada orang dengan diabetes dapat
menyebabkan saraf-saraf di tubuh mati rasa dan kehilangan sensasi akibat
kerusakan saraf. Inilah mengapa orang dengan diabetes neuropati tidak bisa
merasakan sakit seperti orang normal lainnya, yang tidak mengalami kerusakan

7
saraf. Jika luka tidak segera diperiksa dan infeksi tiba-tiba jadi sangat serius, pada
akhirnya amputasi diperlukan.

Orang dengan diabetes juga dapat mengalami kondisi peredaran darah yang
buruk di kaki mereka, yang memperlambat proses penyembuhan saat kakinya
terluka. Setiap luka yang lambat disembuhkan dapat meningkatkan risiko infeksi,
karena bakteri dapat dengan mudah masuk ke luka terbuka dan luka potong.

Rutin periksa kaki adalah bagian yang sangat penting dari perawatan diabetes.
Sayangnya, menurut sebuah artikel yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetic
Medicine, sekitar 23-63 persen penderita jarang memeriksa kaki mereka atau
bahkan tidak pernah memeriksakan kakinya sama sekali.

Padahal, mengecek kaki adalah bagian penting dari perawatan dan pencegahan
komplikasi diabetes.

C. TEKNIK RADIOGRAFI

(1) Proyeksi AP

Posisi Pasien : Pasien diposisikan duduk atau supine

Posisi Objek : - pedis menempel kaset


- Kaki fleksi sekitar 90 derajat
- atur pedis dalam posisi AP
- atur pedis pada pada pertengahan pasien
- pastikan pedis menempel sempurna pada kaset
- pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong

Central point (CP) : metatarsal dijiti 3

Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus kaset


atau vertikal dengan disudutkan sekitar 10
derajat

FFD : 100 cm

8
Kaset : 24x30cm dibagi dua

(2) Proyeksi Oblique

Proyeksi Oblique (medial rotation)

Posisi Pasien : Pasien diposisikan duduk

Posisi Objek : - pedis menempel kaset

- Kaki fleksi sekitar 90 derajat

- atur pedis dalam posisi oblique 30 derajat

- atur pedis pada pada pertengahan pasien

- pastikan pedis menempel sempurna pada kaset

- pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong

Central point (CP) : metatarsal dijiti 3

Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus kaset atau

9
FFD : 100 cm

Kaset : 24x30cm dibagi dua

BAB III

10
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pasien

Nama Pasien : NY. E


Umur : XX Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Foto : 1908xxxxxx
Permintaan Foto : pedis ap dan oblique
Klinis : Diabetes melitus

B. Prosedur
- Melihat formulir permintaan yang ada diatas meja
- Melihat nama, permintaan foto dan klinis pada amprah
- Memanggil nama pasien dengan jelas
- Memastikan nama dan tanggal lahir agar sesuai dengan form permintaan
- Mempersilahkan pasien masuk ke dalam ruangan pemeriksaan
- Mempersilahkan pasien tiduran di atas meja pemeriksaan.

C. Persiapan Alat dan Bahan

- Kaset CR
- Pesawat CR
- Baju ganti pasien
- Film

D. Hasil Radiografi

11
a. Proyeksi AP

b. Proyeksi oblque

12
E. Pembahasan

Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan pedis tidak memerlukan persiapan khusus.


Petugas radiologi harus melakukan pemeriksaan secara cepat dan
tepat.Pasien supine atau duduk dengan kaki menempel pada
kaset dan pusat sinar-x pada metatarsal ke-3.

Pastikan bagian pedis tidak ada yang terpotong. Atur kolimasi


seminimal mungkin. Radiografer secara cepat mengatur kondisi
kV dan mAs sesuai ketebalan objek. Lalu melakukan X-ray
dengan instruksi jangan bergerak

F. Proteksi

1. Tidak menggunakan berkas sinar – x yang mengarah ke petugas,

2.Berlindung pada tabir / tirai timbal, atau memakai apron


13
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari laporan diatas yang dapat diambil kesimpulan bahwa pemeriksaan
Ossa.Manus yang dilakukan dengan menggunakan proyeksi
Posteroanterior dan Oblique dapat mendiagnosa adanya fraktur yang terjadi
pada Ossa. Pedis dan sudah sesuai dengan standar teori serta dapat
menggambarkan anatomi dari Ossa. Pedis secara keseluruhan

B. SARAN

Agar tidak terjadi pengulangan foto rontgen sebaiknya melakukan


pemeriksaan radiologi terhadap pasien dengan baik dan dengan
selalu memperhatikan pengaturan faktor eksposi, FFD, dan lain – lain.
Perlunya komunikasi yang baik antar sesama radiografer maupun dengan
pasien agar menjadi harmonis dalam bekerja.

Proteksi Radiasi bagi pasien perlu ditingkatkan dengan membatasi luas


lapangan penyinaran sesuai dengan luas objek yang akan difoto.
Proteksi radiasi bagi masyarakat umum yang hendak mengantar pasien atau
orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki ruang pemeriksaan,
kecuali sangat dibutuhkan apabila pasien tidak kooperatif dipersilahkan
memegangi pasien dengan menggunakan apron dan pintu pemeriksaan harus
tertutup rapat..

14
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Bontrager, K.L., 2001. Text Book Of Radiographic Positioning and Related


Anatomy, Mysby Inc,. Missauri.

Ballinger, Philip W. 2003. Merrill ’ s Atlas of Radiographic Position and


Radiologic

Procedures “Volume One”. USA: Mosby.

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-301-BAB_I.pdf

https://www.academia.edu/27482995/Referat_dodev_Impingement_s

yndrome

http://adityawarm.blogspot.com/2013/03/proyeksi-pemeriksaan-pedis.html

https://bocahradiography.wordpress.com/2012/05/11/teknik-pemeriksaan-

radiografi-pedis-bag-1/

ttps://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Sakit_Pusat_Angkatan_Darat_Gatot_
Soebrot

15

Anda mungkin juga menyukai