MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 4 2B
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan juga kami berteri makasih kepada Bapak Rasyid S.Si, MT selaku dosen mata
kuliah Teknik Radiografi 3 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Teknik Pemriksaan Oesophagus. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Anatomi ....................................................................................... 2
B. Indikasi dan Kontra Indikasi ....................................................... 7
C. Teknik Pemeriksaan ................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................... 15
A. Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin pesat.
Begitu juga dengan bidang kesehatan, salah satunya dibidang radiologi. Radiologi
adalah suatu ilmu yang yang memanfaatkan radiasi untuk kepentingan diagnosa
maupun terapi.
Bekerja ditempat lapangan radiasi adalah suatu pekerjaan yang berbahaya.
Maka setiap pekerja radiasi (Radiografer) harus memperlengkapi diri dengan
berbagai macam pengetahuan tentang radiasi, seperti : Penguasaan Teknik
Radiografi, Proteksi Radiasi, Anatomi Fisiologi, bahan kontras yang
digunakan maupun Anatomi Radiologi.
Oesophagus adalah saluran berotot yang relatif lurus dan berjalan memanjang
dianatara faring dan lambung. Pemeriksaan Radiografi Oesophagus adalah
pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan media kontras ( positif ) untuk
menampakkan kelainan pada oesophagus. Biasanya menggunakan Barium Sulfat.
Perbandingan untuk barium encer adalah BaSO4 : air = 3:1 dan untuk barium kental
dengan perbandingan BaSO4 : air = 1:1. Teknik pemeriksaannya dilakukan dengan
cara pasien harus menelan media kontras (barium). Media kontras positif adalah jenis
obat yang mengandung unsur tertentu yang digunakan untuk membantu penampakan
densitas pada radiograf sehingga dapat membedakan kelainan organ.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi oesophagus?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi oesophagus.
D. Manfaat
Untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun penulis tentang prosedur
pemeriksaan radiografi oesophagus sehingga dapat menegakkan diagnose
yang telah diberikan oleh dokter.
BAB II
PEMBAHASAN
Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus dan berjalan memanjang
dianatara faring dan lambung. Sebagian besar esofagus terletak di dalam rongga
thorax dan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di rongga abdomen
beberapa centimeter di bawah diafragma. Esofagus terletak posterior terhadap jantung
dan trakea, anterior terhadap vertebra dan berjalan melalui lubang diafragma tepat
anterior terhadap aorta. Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter
adalah struktur berotot berbentuk seperti cincin yang jika tertutup, mencegah
lewatnya benda melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esofagus adalah sfingter
faringoesofagus dan sfingter bawah adalah sfingter gastroesofagus (Sherwood, 2001).
Bagian servikal:
Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring
berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui
faring untuk masuk ke esofagus. Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus
diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke lubang-lubang lain yang
berhubungan dengan faring. Dengan kata lain, makanan harus dijaga agar tidak
masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke trakea (Sherwood,
2009). Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan tidak
masuk kembali ke mulut sewaktu menelan. Kontraksi m.levator palatini
mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat
dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke
posterior karena lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus
yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring,
sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut (Soepardi, 2007).
Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu
gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus,
mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung.
Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai
ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan
persarafan melalui saraf vagus. Sewaktu gelombang peristaltik menyapu menuruni
esofagus, sfingter gastroesofagus melemas secara refleks sehingga bolus dapat masuk
ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, proses menelan tuntas dan
sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi (Sherwood, 2009).
1. Fase Oral
Makanan yang dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke belakang mengenai
dinding posterior faring oleh gerakan volunter lidah.
2. Fase Faringeal
Palatum mole & uvula menutup rongga hidung, laring terangkat dan menutup
glotis, mencegah makanan masuk trakea. Kemudian bolus melewati epiglotis
menuju faring bagian bawah dan memasuki esofagus.
3. Fase Esofageal
Terjadi gelombang peristaltik pada esofagus, mendorong bolus menuju
sfingter esofagus bagian distal, kemudian menuju lambung.
2. Kontra Indikasi
a. Jarang ditemukan karena menggunakan BaSO4
b. Adanya komplikasi perforasi pada oesophagus yang tidak diketahui
sebelumnya
C. Teknik Pemeriksaan
1. Persiapan alat
a. Pesawat + Flouroskopi
b. Baju Pasien
c. Gonad shield
d. Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
e. Grid
f. X-Ray marker
g. Tissue/kertas pembersih
h. Bahan kontras
i. Air Masak
j. Sendok / sedotan
k. Gelas
2. Persiapan bahan
Jenis media kontras yang digunakan adalah BaSo4. Berbeda dengan
pemeriksaan Collon in Loop yang menggunakan barium tawar , pada
pemeriksaan Oesophagografi bariumnya cenderung memiliki rasa.
Perbandingan :
Aquades : BaSo4 (Kental) = 1 : 1
Aquades : BaSo4 (Encer) = 1 : 3
3. Persiapan pasien
a. Prinsip tidak ada persiapan khusus, kecuali dilanjutkan untuk
pemeriksaan lambung & duodenum
b. Penjelasan kepada pasien
4. Proyeksi
a. Proyeksi AP
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda
asing, anomaly anatomi dan neoplasma oesofagus.
Posisi pasien : Memposisikan pasien pada posisi supine diatas meja
pemeriksaan atau erect di depan bucky stand
Posisi objek :
1) Mengatur MSP tubuh pasien pada pertengahan meja pemeriksaan.
2) Mengatur shoulder dan hip agar tidak terjadi rotasi
3) Batas atas kaset 5 cm di atas shoulder
Gambar 4. Proyeksi AP
Pengaturan sinar :
CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yatiu 1 inchi inferior dari sternal angle atau 3 inchi
inferior dari jugular notch
FFD : 100 cm atau 183 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Eksposi : 1-2 detik setelah menelan media kontras
Kriteria evaluasi :
1) Tampak oesofagus terisi barium
2) Tidak adanya rotasi pada pasien
3) Tampak oesofagus dalam radiograf
4) Tampak oesofagus superposisi dengan vertebra thorakal
(Bontrager, 2001).
Gambar 5. Radiograf Proyeksi AP
c. Proyeksi lateral
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu struktur, benda
asing, anomaly anatomi dan neoplasma oesofagus dalam pandangan
lateral
Posisi pasien : memposisikan pasien tidur recumbent atau erect
Posisi objek :
1) Menempatkan kedua lengan pasien di dekat kepala, elbow ditekuk
dan saling superposisi.
2) Mid coronal plane pada pertengahan meja pemeriksaan.
3) Menempatkan shoulder dan hip pada posisi true lateral.
4) Batas atas kaset 5 cm di atas shoulder
Gambar 8. Proyeksi Lateral
Pengaturan sinar :
CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yaitu 2-3 inchi inferior dari jugular notch
FFD : 100 cm atau 180 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Eksposi : 1-2 detik setelah menelan media kontras
Kriteria evaluasi :
1) Tampak oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung
2) Tampak kosta posterior saling superposisi
3) Tampak kedua lengan tidak superposisi dengan oesofagus
4) oesofagus terisi barium (Bontrager, 2001)
Gambar 9. Radiograf Lateral
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari urian makalah yang penulis telah tulis,dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada pemeriksaan oesophagus terdapat 3 proyeksi pemotretan ,yang pada
umumnya proyeksi-proyeksi ini dipilih tergantung pada klinis pasien.
2. Semua proyeksi yang ada sama tujuannya namun berbeda pada teknik
positioning terhadap pasien
B. Saran
Persiapan pasien harus benar-benar dilakukan agar pemeriksaannya dapat
dilaksanakan dengan benar,sehingga diagnose yang telah diberikan dokter
dapat ditegakkan
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, Kenneth .L. dan John P. Lampignano. 2005. Text Book of Radiographic
Positioning and Related Anatomy, Sixth Edition. Westline Industrial Drive: St.Louis.