Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN(ASMA)
Dosen : Karmitasari Yanra Katimenta, Ners, M.Kep.

Di Susun Oleh:
Mahasiswa Kelompok 2
Tingkat II B/Semester III

1. Armeliati 2018.C.10a.0959
2. Cia 2018.C.10a.0962
3. Dhea Permatasari Iskandar 2018.C.10a.0964
4. Erna Sari 2018.C.10a.0966
5. Tetenia Diyanti 2018.C.10a.0987

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat
mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama
yang berada di STIKES Eka Harap materi tentang “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan (Asma)” sehingga diharapkan dengan
mempelajari makalah ini mahasiswa maupun lainnya untuk mendapatkan
tambahan pengetahuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 4 Desember 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Asma............................................................................................4
2.2 Etiologi Asma............................................................................................5
2.3 Klasifikasi Penyakit Asma........................................................................8
2.4 Tanda dan Gejala Asma............................................................................9
2.5 Patofisiologi Asma..................................................................................11
2.6 Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................11
2.7 Penatalaksanaan Asma............................................................................12
2.8 Pengkajian Keperawatan.........................................................................14
2.9 Diagnosa Keperawatan............................................................................19
3.0 Intervensi Keperawatan...........................................................................19
BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................23
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................41
4.1 Kesimpulan..............................................................................................41
4.2 Saran........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di
Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus
asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun,
baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit
ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup,
produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya
kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian.
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, morbiditas dan mortalitas asma bronkial relatif meningkat tiap
tahunnya, menurut perkiraan World Health Organization, sekitar 300 juta orang
menderita asma bronkial dan 255 ribu orang meninggal karena asma bronkial di
dunia pada tahun 2005 dan angka ini masih terus meningkat. Dilaporkan pada
bahwa tahun 1994 sekitar 5.500 pasien asma bronkial meninggal di Amerika.
Angka kematian pada setiap kelompok usia meningkat pada tahun 1980-1995.
Kematian akibat asma bronkial pada semua usia meningkat 3,4% tiap tahun, sejak
tahun 1980-1998. Kematian mencapai 3,8 per 1 juta anak pada tahun 1996,
menurun menjadi 3,1 per 1 juta anak pada tahun 1997, dan meningkat kembali 3,5
per 1 juta anak pada tahun 1998. Berdasarkan laporan NCHS pada tahun 2000,
terdapat 4487 kematian akibat penyakit asma bronkial atau 1,6 per 100.000
populasi (NCHS, 2003). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh
badan penelitian dan pengembangan kesehatan dalam rangka mengetahui berbagai
prevalensi penyakit pada tahun 2007 mendapatkan bahwa prevalensi penyakit
asma bronkial di Indonesia adalah sebesar 3,32%.
Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh
inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan sumbatan
saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai.
Meskipun pengobatan efektif telah dilakukan untuk menurunkan morbiditas

1
2

karena asma, keefektifan hanya tercapai jika penggunaan obat telah sesuai.
Seiring dengan perlunya mengetahui hubungan antara terapi yang baik dan
keefektifan terapetik, baik peneliti maupun tenaga kesehatan harus memahami
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien.
Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih sedikit mengalami gejala
asma apabila kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Olahraga dan aktivitas
merupakan hal penting untuk membuat seseorang segar bugar dan sehat.
Melakukan olahraga merupakan bagian penanganan asma yang baik. Namun
anjuran olahraga terhadap penderita asma masih menjadi kontroversi. Disatu
pihak olahraga dapat memicu gejala asma, namun di lain pihak olahraga dapat
meningkatkan kemampuan bernapas penderita asma sehingga sangat penting
dilakukan dalam upaya pengendalian asma. Berdasarkan uraian di atas, maka akan
dibahas lebih lanjut tentang penyakit asm dan pengendaliannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan (Asma) ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Asma?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Asma?
3. Bagaimana klasifikasi dari penyakit asma?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit asma?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit asma?
6. Apa saja terapi yang dilakukan pada orang pengidap asma?
7. Bagaimana proses asuhan keperawatan klien dengan penyakit asma?

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan (Asma) ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Asma.
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Asma.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit Asma.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Asma.
3

5. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Asma.


6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan penyakit
Asma.
7. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan klien dengan penyakit Asma.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asma

2.1.1 Definis Asma

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakhea dan
bronkhis terhadap berbagai rangsangan dengan maniteslas adanya penyempitan
jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan (The American Thoracic Society, 1962).

Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani
yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala
sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas.
Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran
nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang
berlebih. Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils,
dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel
dan terjadi secara episodik berulang.

Asma (asthma) adalah suatu penyakit kronis menahun yang menyerang


saluran pernapasan (brochiale) pada paru-paru terdapat peradangan (inflamasi)
pada dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran
napas yang akhirnya seseorang mengalami sesak napas. Penyakit asma paling
banyak ditemukan di negara maju, terutama yang tingkat polusi udaranya tinggi
baik dari asap kendaraan maupun debu padang pasir.

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran


napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang atau fluktuatif (hilang-timbul)
berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada, asma dapat teang tanpa
5

gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi (perburukan gejala


PPOK) dengan gejala ringan sampai berat dapat menimbulkan kematian.

2.2 Etiologi
4
1. Asma Tipe Atopik ( Ekstrinsik)

Asma timbul karena seseorang yang nengalami: atopi akibat pemaparan


alergen. Alergen yang masuk tubuh melalui saluran pernapasan, kulit. saluran
pencernan, dan lain-lain akan ditangkap oleh nekrofag yang bekerja sebagai
antigen presenting cell APC). Setelah alergen diproses dalam sel APC
selanjutmya oleh sel tersebut, alergen dipresentasikan ke sel Th. Sel APC melalui
pelepasan interleukin (II-1) mengakifkan sel Th. Melalui pelepasan Interleukin
(II-2) oleh sel Th yang diaktifkan, kepada sel B diberikan sinyal untuk
berproliferasi menjadi sel plasma dan membentuk IgE.

IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan karena kedua
sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil,
makrofag, dan trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi dengan afinitas
yang lemah. Orang yang sudah memiliki sel-sel mastosit dan basofil dengan IgE
pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan geiala. Orang tersebut sudah
dianggap desentisisas alau baru menjadi rentan.

Bila orang yang sudah rentan Itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Igt yang sudah ada dalamn
permukaan mastosit dan basolil. katan ni akan menimbulkan influks C ++ ke dalam
sel dan perubahan di dalam sel yang menurunkan kadar cAMP. Kadar cAMP
yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam proses degranulas
sel ini yang pertama kall dikeluarkan adalah mediator yang sudah terkandung
dalam granul. granul pretormed) di alam sitoplasma yang mempunyai sifat
bologis, yaitu histamin, Eosinophil Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neautrophil
6

Chenotactic Factor (NCEF), trypase, dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh
mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin.

Hiperreaktivitas bronkhus merupakan bronkhus yang mudah sekali


mengerut (konstriksi) bila terpapar dengan bahan/aktor dengan kadar yang rendah
yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-apa misalnya alergen
(inhalan dan kontaktan), polusi, asap rokok/dapur bau-bauan yang tajam, dan
lainnya baik yang berupa iritan maupun yang bukan iritan.

Saat ini telah diketahui bahwa hiperrektivitas bronkhus disebabkan oleh


inflmasi bronkhus yang kronis. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil ditemukan
dalam jumlah besar pada cairan bilas bronkhus kien dengan asma bronkhial
sebagai bronkhitis kronis eosinofilk. Hiperreaktivitas berhubungan dengan
beratnya derajat penyakit. Secara klinis, adanya hiperreaktivilas bronkhus dapat
dibuktikan dengan dilakukannya uji provokasi yang menggunakan metakolin atau
histamin. Berdasarkan pada hal hal tersebut, pada saat ini penyakit asma secara
klinis dianggap sebagai penyakit bronkhospasme yang reversibel. Secara
patofisiologi, asma juga dianggap sebagai suatu hiperreaksi bronkhus dan secara
patologi sebagai suatu peradangan saluran pernapasan.

Mukosa dan dinding bronkhus pada klien dengan asma akan terjadi edema
terjadinya infiltrasi pada sel radang terutama eosinofil dan terlepasnya sel silia
menyebabkan adanya gelaran silia dan mukus di atasnya. Hal ini membuat salah
satu daya pertahanan saluran pernapasan menjadi tidak berfungsi. Pada klien
dengan asma bronkhial juga ditemukan adanya penyumbatan saluran pernapasan
oleh mukus terutama pada cabang-cabang bronkhus. Akibat dari bronkhospasme,
edema mukosa dan dinding bronkhus, serta hipersekrest mukus menyebabkan
terjadinya penyempitan pada bronkhus dann percabangannya, sehingga akan
menimbulkan ada sesak, napas berbunyi (wheezing), dan batuk yang produktif.

Adanya stresor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu


keadaan stres yang akan merangsang aksis HPA. Aksis HPA yang terangsang
akan meningkatkan adenocartcatropic hormone (ACTH) dan kadar kortisol
dalarn darah. Peningkatan kortisol dalam darah akan menyupresi imunoglobin A
7

(igA). Penurunan igA menyebabkan kemamampuan untuk melisiskann sel radang


menurun, reaksi tersebut direspons oleh tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi
pada bronkhus sehingga menimbulkan asma bronkhial.

2. Asma Tipe Non-atopik (Intrinsik)

Asma nonalergenik (asma intrinsik) terjadi bukan karena pemaparan alergen


tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran pernapasan
bagian atas, olahraga atau kegiatan jasmani yang berat, dan tekanan jiwa atau stres
psikologis Serangan asma terjadi akibat gangguan saraf otonom terutama
gangguan saraf simpatis, yaitu blokade adrenergik beta dan hiperreaktivtas
adrenerglk alfa Dalam keadan normal aktivitas adrenergik beta lebih dominan
daripada adrenergik alfa. Pada sebagian penderita asma, aktivitas adrenergik alfa
diduga meningkat sehingga mengakibatkan bronkhokonstriksi dan menimbulkan
sesak napas.

Reseptor adrenergik beta diperkirakan terdapat dalam enzim yang berada di


membran sel yang dikenal dengan adenil sklase atau disebut juga messenger
kedua bila reseptor ini dirangsang, enzim adenil siklase tersebut diakifkan dan
akan mengatalisasi ATP dalam sel menjadi 3’5 siklik AMP

Bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta hipersekresi


mukus menyebabkan terjadinya penyempitan bronkhus dan percabangannya
sehingga akan menimbulkan rasa sesak, napas berbunyi (wheezing), dan
batuk yang produktif.

CAMP ini kemudian akan menimbulkan dilatasi otot-otot polos bronkhus,


menghambat pelepasan mediator dari mastosit/basofil, dan menghambat sekresi
8

kelenjar mukus. Akibat blokade reseptor adrenergik beta, fungsi reseptor


adrenerglk alfa lebih dominan akibatnya terjadi bronkhus sehingga menimbulkan
sesak napas. Hal ini dikenal dengan teori Blokade Adrenergik Beta.

Menurut (Suriadi, 2001 : 7) etiologi dari asma yaitu :

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

 Reaksi antigen-antibodi
 Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non


alergi)

 Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal


 Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
 Iritan : kimia
 Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
 Emosional : takut, cemas dan tegang
 Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

2.3 Klasifikasi Penyakit Asma

Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :

a) Asma bronkhiale
Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam
rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara spontan
atau setelah mendapat pengobatan.
b) Status asmatikus
Status Asmatikus merupakan serangan asma berat yang tidak dapat
diatasi dengan pegobatan konvensional dan ini merupakan keadaan
darurat medis, bila tidak segera diatasi akan terjadi gagal napas. Serangan
9

dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Status asmatikus merupakan


keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon terhadap
dosis umum bronkodilator. Status Asmatikus yang dialami penderita
asma dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas
kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan
ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis,
respirasi sianosis, dispnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea.
Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat
hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.
c) Asthmatic Emergency
Asma yang dapat menyebabkan kematian.

Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola


keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting
bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat
asma semakin tinggi tingkat pengobatan.

Derajat asma Gejala Fungsi paru

I. Intermiten Siang hari <2 kali per minggu Variabilitas APE <
20%
Malam hari <2 kali per bulan
VEP1 >80% nilai
Serangan singkat prediksi

Tidak ada gejala antar serangan APE >80% nilai


terbaik
Intensitas serangan bervariasi

II. Persisten ringan Siang hari > 2 kali per minggu, Variabilitas APE 20 -
tetapi < 1 kali per hari 30%

Malam hari > 2 kali per bulan VEP1 >80% nilai


prediksi
Serangan dapat mempengaruhi
aktifitas APE >80% nilai
terbaik

III. Persisten sedang Siang hari ada gejala Variabilitas APE >
30%
Malam hari > 1 kali per minggu
10

Serangan mempengaruhi VEP1 60-80% nilai


aktifitas prediksi

Serangan >2 kali per minggu APE 60-80% nilai


terbaik
Serangan berlangsung berhari-
hari

Sehari-hari menggunakan
inhalasi β2-agonis short acting

IV. Persisten berat Siang hari terus menerus ada Variabilitas APE >
gejala 30%

Setiap malam hari sering timbul VEP1 <60% nilai


gejala prediksi

Aktifitas fisik terbatas APE <60% nilai


terbaik
Sering timbul serangan

2.4 Tanda dan Gejala Asma

Dasar kelainan asma adalah keadaan bronkus (saluran napas bagian dalam)
yang hyperaktif terhadap berbagai ragsangan. Gejala asma bersifat episodik,
seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Gejala awal berupa:

 Batuk, terutama pada malam atau dini hari.


 Sesak napas.
 Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya.
 Rasa berat di dada.
 Dahak sulit keluar.

Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa.
Yang termasuk gejala berat adalah:

 Serangan batuk yang hebat.


 Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal.
 Sianosis ( kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut).
11

 Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk.
 Kesadaran menurun.

Manifestasi serangan asma tidak sama pada setiap orang. Bahkan, pada satu
penderita yang sama, berat dan lamanya serangan dapat berbeda dari waktu ke
waktu. Beratnya serangan dapat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai yang
berat. Demikian pula dengan lamanya serangan, serangan bisa saja singkat,
sebaliknya dapat pula berlangsung sampai berhari-hari. Di luar waktu serangan,
biasanya penderita berada dalam keadaan sehat, seperti orang normal lainnya.
Gejala asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie (wheezing) dan
sebagian penderita disertai nyeri dada). Gejala-gejala tersebut tidak selalu terdapat
bersama-sama, sehingga ada beberapa tingkat penderita asma sebagai berikut:

1. Tingkat I penderita asma secara klinis normal. Gejala asma timbul bila ada
faktor pencetus.

2. Tingkat II penderita asma tanpa keluhan dan tanpa kelainan pada


pemeriksaan fisik tetapi fungsi paru menunjukan tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.

3. Tingkat III penderita asma tanpa golongan tetapi pada pemeriksaan fisik
maupun fungsi paru menunjukan obstruksi jalan nafas. Penderita sembuh
tetapi tidak menemukan pengobatannya.

4. Tingkat IV penderita asma yang paling sering dijumpai mengeluh sesak


nafas, batuk dan nafas berbunyi. Pada pemeriksaan fisik maupun spirometri
akan ditemukan obstruksi jalan nafas. Pada serangan asma yang berat gejala
yang timbul antara lain:

a. Kompresi otot-otot bantu pernafasan terutama otot sterna.

b. Sianosis

c. Silent chest

d. Gangguan kesadaran
12

e. Penderita tampak letih, hiperinflasi dada


Faktor Pencetus Serangan Asma : Alergen, Infeksi Saluran Nafas, Tekanan Jiwa,
f. Olahraga/kegiatan
Thacycardi jasmani yang berat, Obat-obatan, Polusi Udara, Lingkungan Kerja

5. Tingkat V status asmatikus yaitu serangan asma akut yang berat bersifat
refrater sementara terhadap pengobatan yang langsung dipakai.
Hipersekresi mukus

Keluhan sistemis, mual,intake


nutrisi tidak adekuat, malaise,
kelemahan, dan keletihan fisik

Peningkatan kerja
pernapasan, hiposemia
secara reversibel

Status Asmatikus

Hiperaktivitas bronkhus Edema mukosa dan dinding bronkhus

Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan

Ketidakefektifan bersihan Keluhan psikososial,


jalan nafas kecemasan,
ketidaktahuan akan
13

 Perubahan pemenuhan
2.6 Pemeriksaan Diagnostik nutrisi kurang dari
kebutuhan
 Gangguan pemenuhan ADL
a. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi
terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga
ditemukan pada anak-anak  6 tahun.
2. Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
b. Pemeriksaan darah
1. Hitung jenis leukosit akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret
hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
2. Analisa Gas Darah
c. Uji faal paru/Lung Function Test (LFT).
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi
bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat
yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya pasien
14

disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam
melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.

2.7 Penatalaksanaan Asma

1. Pertolongan Pertama Pada Penderita Asma :


a) Jangan panik dan tenangkan diri anda dan penderita asma tersebut
sampai benar-benar rileks.
b) Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan udara yang bersih
serta sirkulasi nya baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin
memicu asma.
c) Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien.
d) Bantulah pasien untuk menghirup inhaler-nya.
e) Sarankan pasien untuk bernafas dalam dan perlahan.
f) Jika serangan asma berhenti dalam 5-10 menit, sarankan agar
penderita untuk menghirup kembali 1 dosis inhaler.
g) Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang
pertama kali dialami.
h) Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-
10 menit, segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya.
i) Jika penderita berhenti bernapas atau kehilangan kesadaran, periksa
pernapasan serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada
penderita.

2. Penatalaksaan medis

a) Oksigen 4-6 liter/ menit


b) Pemenuhan hidrasi via infus
c) Terbutaline 0,25 mg/ 6 jam secara subkutan (SC)
d) Bronkodilator/ antibronkospasme dengan cara:
15

 Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg


(Bricasma), fenoterol HBr 0,1% Solution (Berotec), orciprenaline
sulfur 0,75 mg (Allupent).
 Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine
(Aminophillin) bolus IV 5-6 mg/ kgBB.
 Peroral dengan Aminofilin 3x150 mg tablet. Agonis B2
(salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbulatine 10 mg)
e) Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan
kortikosteroid Deksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam.
f) Mukolitik dan ekspektoran
 Bronhexime HCL 8 mg per oral 3x1.
 Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan Bronhexime HCL 8 mg
dicampur dengan aquades steril.
3. Pencegahan

a.  Menjaga Kesehatan

Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari


pengobatan penyakit asma.Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah
terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit
asma beserta komplikasinya. Usaha mencegah penyakit ini antara lain berupa
makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup,
rekreasi dan olahraga yang sesuai untuk mengatasi penyakit. Penderita dianjurkan
banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti
penyakit jantung atau ginjal yang berat.

b.      Menjaga Kebersihan Lingkungan

Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi


timbulnya serangan penyakit asma.Keadaan rumah misalnya sangat penting
diperhatikan.Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya
matahari.Sebaiknya alat-alat tidur tidak terbuat dari kabu-kabu.
16

2.8 Pengkajian Keperawalan

1. Primer
Keluhan :
a. Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus
b. Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjangBatuk dengan sekret
lengket
c. Berkeringat dingin
d. Terdengar suara mengi / wheezing keras
e. Terjadi berulang, setiap ada pencetus
f. Sering ada faktor genetik/familier

Kaji ABCDE

1) Airway

Adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan


penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi
pasien yang sesak karena kebutuhan akan O2 semakin sedikit yang dapat
diperoleh.

2) Breathing

Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya


usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh
tubuh.Namun pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya
henti napas.Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak
efektif.Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien
tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan
dalam bergerak.Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25
x / menit.Pantau adanya mengi.
17

3) Circulation

Adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung


berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan
tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang
dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari
120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang
dikaji pada tahap circulation ini.

4) Dissability

Dissability adalah mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat


status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

5) Exposure

Environmental control, buka baju penderita tapi cegah hiportermia.

2. Sekunder (Psiko-sosio-kultural)

Kecemasan dan koping yang tidak efekif sering didapatkan pada klien
dengan asma bronkhial, Status eonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan
perubahan mekanisme peraln dalam keluarga.
a) Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Gejala asma dapat menbatasi manusia untuk berperilaku harus mengubah
gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak menggangu aktivitas.
b) Pola Hubungan dan Peran
Gejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupan
menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien masyarakat
ataupun lingkungan kera serta perubahan peran serangan asma.
c) Pola Persepsi dan konsep Diri
18

Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi yang


respons kooperatf pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga
dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan
meningkatkan kemungkinan serangan asma berulang.

d) Pola Penanggulangan Stres


Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus
serangan itu perlu dikaji penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh
stres terhadap serta cara penanggulangan terhadap stresor.
e) Pola Sensorik dan Kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan memengaruhi konsep diri
klien memengaruhi jumlah stresor yang dialami klien sehingga
kemungkinan terjadi berulang pun akan semakin tinggi.
f) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya di dunia dipercaya dapat
meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan
mendekatkan diri kepada-Nya merupakan metode penanggulangan stres
yang konstruktif.

3. Riwayat Penyakit Saat Ini

Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan pertama dengan


kelunan sesak napas yang bebal dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-
gejala seperti wheezing, pengginan otot bantu pernapasan. kelelahan, gangguan
kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah. Serangan asma mendadak
secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.

Stadium pertama diluanda dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini
terjadi karena tilast mukost yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi
edema dan pembengkakan bronkus.
19

Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan
berbusa. Klien merasa sesak napas, berusaha untuk bernapas dalam, eksprasi
memanjang diikut bunyi mengi (wheezing). Klien lebin suka duduk dengan
uangan diletakan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna kult
mulai membiru.

Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara napas


karena aliran udara kecil, tidak ada batuk, pernapasan menjadi dangkal dan tidak
teralur, irama pernapasan meningkat karena sliksia. Perawat perlu mengkaji obat-
obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali setiap jenis obat apakah
masih relevan untuk digunakan kembali.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya


infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusits, dan polip
hidung, Riwayat serangan asma, rekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang
dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan
untuk meringankan gejala asma.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada klien dengan serangan asna perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma
atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas
pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan (Hood
Alsagaf, 1993).

6. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum

Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan,


kegelsahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang
20

meningkat, penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis batuk dengan lendir


lengket, dan posisi istirahat klien.

1) B1 (Breathing)

Inspeksi

Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi


pernapasan, serta pengunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama
untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter
anteroposterior, relaksasi otot-otot interkostalis, dan irama pernapasan, dan
frekuensi pernapasan

Palpasi

Pada palpasi biasanya kesimetrisan. ekspansi, dan taktil fremitus normal.

Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor, sedangkan


diafragma menjadi datar dan rendah.

Auskultasi

Terdapat suara vesikuler yang meningkat diserta dengan ekspirasi lebih dari
4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi napas tambahan utama
wheezing pada akhir ekspirasi.
2) B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi
keadaan hemodinamik sepert nadi, tekanan darah dan CRT.
3) B3 (Brain)
21

Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Di samping itu,


diperlukan pemeriksan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien
apakah compos mentis, somnolen, atau koma.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urne perlu dilakukan karena berkaitan dengan
intake cairan. Oleh karena ltu. perawat perlu memonitor ada tidaknya
olgura, karena hal tersebut merupakan tanda awal darn syok.
5) B5 (Bowel)
Perlu juga dikaji tentang bentuk, turgor, nyenl, dan tanda-landa infeks,
mengingat hal .hal tersebul uga dapal merangsang serangan asma.
Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi jumlah. i frekuensi. dan
kesultan- kesultan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien dengan sesak
napas sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nurtrisi,
hal ini karena terjadi dispnea saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan
yang dialami klien.
6) B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstremitas, Iremor, dan tanda-landa infeksi pada
ekstremitas karena dapat merangsang serangan asma. Pada integumen perlu
dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentas, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, prurtus, eksim,
dan adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji
warna rambut, kelembapan dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana
tidur dan istirahat klien yang meliputi berapa lama klien tidur dan istiarahat,
serta berapa hear akibat kelelahan yang dialami klien Adanya wheezing
sesak dan oropnea dapat nencngarthi pola tidur dan istirahat klien. Perlu
dikaji pula tentang akivitas keseharian klien seperti olahraga, bekerja dan
aktivitas lainnya.

2.9 Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi


sputum/sekret.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
22

kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau


sputum
c. Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

3.0 Intervensi Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi


trakeabronkial

Tujuan : bersihan jalan nafas efektif.

Rencana tindakan :

1) Ukur vital sign setiap 6 jam


Rasional : Mengetahui perkembangan pasien
2) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : Mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan pasien.
3) Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris,
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada dan/atau cairan
paru.
4) Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional: Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi
pada area konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada inspirasi
atau ekspirasi pada respon bertahap pengumpulan cairan, sekret kental
dan spasme jalan nafas/obstruksi.
5) Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau
jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas
alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien.
23

6) Anjurkan banyak minum air hangat


Rasional : Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
7) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)
Rasional : Memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta
menurunkan ketidaknyamanan dada.
8) Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator, kortikosteroid, ekspktoran
dan antibiotik
Rasional : Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan
bronkus dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu anti inflamasi
mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran histamine.
Ekspektoran memudahkan pengenceran dahak, Antibiotik diindikasikan
untuk mengontrol infeksi pernafasan.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolar kapiler

Tujuan : Ventilasi dan pertukaran gas efektif.

Rencana tindakan :

1) Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam


Rasonal :Penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign merupakan
indikasi derajat keparahan dan status kesehatan pasien.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.
3) Pertahankan istirahat tidur
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4) Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk memperbaiki ventilasi.
5) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
24

Rasional : Mempertahankan PaO2.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2

Tujuan : Aktivitas dapat ditingkatkan

Rencana tindakan :

1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas


Rasional : Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
2) Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan.
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplay dan kebutuhan oksigen.
4) Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat
Rasional: Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi,
atau menunduk ke depan meja atau bantal.
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
Rasional : Keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan produksi sputum

Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat

Rencana tindakan :

1) Timbang berat badan setiap hari


Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet.
2) Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
25

Rasional : Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingnya


nutrisi pada proses pertumbuhan.
3) Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Meningkatkan nafsu makan, dengan porsi kecil tidak akan
cepat bosan.
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (batasi pengunjung)
Rasional : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menurunkan stress
dan lebih kondusif untuk makan.
5) Anjurkan menghidangkan makan dalam keadaan hangat
Rasional : Dengan makanan yang masih hangat dapat merangsang makan
dan meningkatkan nafsu makan.

e. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

Tujuan : Nyeri, berkurang/terkontrol.

Rencana tindakan:

1) Kaji karakteristik nyeri


Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa serangan asma.
2) Observasi vital sign setiap 6 jam
Rasional : Perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan
bahwa mengalami nyeri. Khususnya bila alasan lain untuk perubahan
tanda vital telah terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman seperti relaksasi dan distraksi
Rasional : Menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek
terapi analgetik.
4) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
26

BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN (ASMA)

BIODATA KLIEN
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA
Alamat : Jl. Menteng 12 Perumahan Kampung Rahayu II
Diagnosa Medis : Asma Attack (Serangan Asma)
No Register :-
MRS/Tgl Pengkajian : 06 Desember 2017
I. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
Ny. S dirujuk ke RSKD dengan keluhan sesak nafas. Pasien mengatakan
saat di Bandara setelah pulang umroh, pasien minum air putih lalu tiba-
tiba keselek. Pasien mengatakan lehernya seperti tercekik dan menjadi
sesak nafas, lalu pandangan mulai berkunang-kunang.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan disaat usia kurang lebih 50 tahun menderita penyakit
asma.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti
dirinya dan tidak ada penyakit keturunan.

23
27

II. Pola Aktivitas Sehari - hari


A. Pola Tidur/Istirahat
1. Waktu tidur
Dirumah : Pasien mengatakan tidur mulai pukul 21.00
Di rumah sakit : Pasien mengatakan tidur mulai pukul 22.00
2. Waktu bangun
Dirumah : Pasien mengatakan bangun pukul 04.30
Di rumah sakit : Pasien mengatakan tidak menentu, kadang
terbangun
Hal - hal yang mempermudah tidur :
Suasana yang tenang
3. Hal - hal yang mempermudah bangun
Suasana yang ribut, batuk-batuk
4. Masalah tidur
Kadang terbangun karena batuk dan sesak nafas

Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur b.d. sesak nafas

B. Pola Eliminasi
1. B.A.B
Dirumah : Pasien mengatakan BAB 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari
Masalah BAB : Tidak ada masalah
2. B.A.K
Dirumah : Pasien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Masalah BAK : Tidak ada masalah
3. Upaya klien untuk mengatasinya : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan


28

C. Pola Makan dan Minum


1. Jumlah dan jenis makanan :
Dirumah : Pasien mengatakan makan nasi, sayur, lauk setengah
porsi
Di rumah sakit : Pasien mengatakan makan nasi, sop, lauk setengah
porsi
2. Waktu pemberian makanan :
Dirumah : Pasien mengatakan pukul 07.00, 13.00, 20.00
Di rumah sakit : Pasien mengatakan pukul 06.00, 12.00, 18.00
3. Jumlah dan jenis cairan/minum :
Dirumah : Pasien mengatakan sering minum air putih 3 gelas/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan minum air putih 3 gelas/hari
4. Waktu pemberian cairan :
Dirumah : Pasien mengatakan tidak menentu, jika haus
Di rumah sakit : Pasien mengatakan tidak menentu
5. Pantangan/alergi : Tidak ada
6. Masalah makan dan minum :
a. Kesulitan mengunyah : Tidak ada
b. Kesulitan menelan : Tidak ada
c. Mual dan Muntah : Tidak ada
d. Tak dapat makan sendiri : Tidak ada
7. Upaya klien mengatasi masalah
Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

D. Personal Hygiene
1. Pemeliharaan badan
Dirumah : Pasien mengatakan mandi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan mandi 1 x/hari
29

2. Pemeliharaan gigi dan mulut


Dirumah : Pasien mengatakan menggosok gigi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan menggosok gigi 1 x/hari
3. Pemeliharaan kuku
Dirumah : Pasien mengatakan memotong kuku jika panjang dan
kotor
Di rumah sakit : Pasien mengatakan memotong kuku jika panjang
dan
kotor

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

III. Data Psikososial


A. Pola Komunikasi
Pasien sadar penuh dan mengerti dengan jelas dalam berkomunikasi serta
cukup kooperatif
B. Orang Yang Paling Dekat Dengan Pasien
Pasien mengatakan orang yang paling dekat adalah anak
C. Rekreasi/Hobby dan Penggunaan Waktu Senggang
Pasien mengatakan kadang jalan-jalan, bersantai-santai di rumah
D. Dampak Dirawat Di Rumah Sakit
Pasien mengatakan tidak bisa berkumpul dengan keluarga
E. Interaksi Sosial
Baik
F. Keluarga yang dapat dihubungi
Anak

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

IV. Pemeriksaan Fisik


30

A. Kesan umum/Keadaan umum :


Compos Mentis, sedang
B. Tanda - tanda vital
Suhu tubuh : 36,5 °C Nadi : 90 x/mt
Tekanan darah : 90/60 mmHg Pernafasan : 23 x/mt
Tinggi Badan : 156 cm Berat Badan : 56 kg

C. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Kepala dan Rambut
1. Bentuk kepala : Bulat
Tulang kepala : Tidak ada benjolan
Kulit kepala : Bersih
2. Rambut
Penyebaran : Merata
Warna : putih (uban)
Kelainan lain : Tidak ada
3. Wajah
Struktur wajah : Simetris
Warna kulit : Kuning langsat
Kelainan lain : Tidak ada
b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris
2. Kelopak mata/palepebra : Frekuensi reflek berkedip simetris
3. Kornea mata : Jernih
4. Konjungtiva dan sclera : Tidak ada anemia
5. Pupil dan iris : Simetris
6. Ketajaman penglihatan/visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Tekanan bola mata : Simetris
8. Kelainan lain : Tidak ada
c. Hidung
1. Cuping hidung : Normal dan simetris
2. Lubang hidung : Bersih
31

3. Tulang hidung dan septum nasi : Normal dan simetris


d. Telinga
1. Bentuk telinga : Normal
Ukuran telinga : Sedang
Ketegangan telinga : Elastis
2. Lubang telinga : Normal
3. Ketajaman pendengaran :
Test Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Swabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Bibir lembab
2. Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi bersih
3. Keadaan lidah : Lidah bersih
4. Palatum/langit - langit : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Orifaring : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Leher
1. Posisi trachea : Normal
2. Tiroid : Tidak ada pembesaran
3. Suara : Suara jelas
4. Kelenjar lympe : Tidak ada pembesaran
5. Vena jugularis : Tidak terjadi distensi
6. Denyut nadi karotis : Teraba jelas dan teratur

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

D. Pemeriksaan payudara dan ketiak


a. Ukuran dan bentuk payudara : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Warna payudara dan aerola : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Kelainan - kelainan lain : Tidak ada
d. Axilla dan clavikula : Tidak dilakukan pemeriksaan
32

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

E. Pemeriksaan thirak/dada/tulang punggung


1. Pemeriksaan paru - paru
a. Inspeksi Thorak
1. Bentuk Thorak : Normal
2. Penggunaan otot bantu pernafasan : Diafragma
b. Palpasi
Vokal premitus : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Auskultasi
1. Suara nafas : Vesikuler
2. Suara ucapan : Jelas
3. Suara nafas tambahan : Wheezing
2. Pemeriksaan jantung :
a. Inspeksi dan palpasi :
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Perkusi batas jantung :
 Basic jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Pinggang jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Apeks jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : S1 lup
- Bunyi jantung II : S2 dup
- Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
- Bising/murmur : Tidak ada
- Frekuensi denyut jantung : Teraba jelas dan teratur

Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi


jalan nafas
33

F. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal
- Benjolan/masa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
- Bising/peristaltik usus : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada
- benjolan/masa : Tidak ada
- Hepar : Tidak ada kelainan
- Lien : Tidak ada kelainan
Titik Mc. Berney : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
- Suara abdomen : Normal
- Pemeriksaan asites : Tidak ada asites

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

G. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya


1. Genetalia
- Pubis : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Meatus uretra : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Kelainan lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Auskultasi
- Lubang anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Kelainan pada anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan
34

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

H. Pemeriksaan Muskuloskeletal (ekstermitas)


1. Kesimetrisan otot : Simetris di 4 kuadran
2. Pemeriksaan oedema : Tidak ada oedema
3. Kekakuan otot : Tidak ada kekakuan otot
4. Kelainan pada punggung dan ekstremitas dan kuku :
Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

I. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan : Kulit bersih
2. Kehangatan : Akral hangat
3. Warna : Kuning langsat
4. Turgor : Baik
5. Tekstur : Baik
6. Kelembaban : Kering
7. Kelainan pada kulit/lesi : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

J. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda rangsangan otak (meningeal sign)
Baik nilai GCS(E4V6M5)
3. Pemeriksaan saraf otak (NI - XII)
N1-Olfaktorius : Pasien dapat memejamkan mata dan dapat
membedakan bau
35

N2-Optikus : Pasien dapat melihat dengan jelas


N3-Okulomotoris : Adanya reflek pupil dapat menggerakan bola
mata
N4-Trochelaris : Dapat menggerakan mata kebawah dan kedalam
N5-Trigeminus : Pasien dapat mengunyah dan menggerakan rahang
N6-Abdosen : Adanya reflek pupil gerakan bola mata
N7-Facialis : Bisa senyum dan menutup bola mata dengan tahanan
N8-Vestibulococlearis : Pasien dapat mendengar dengan baik
N9-Glosofarigeus : Pasien dapat membedakan rasa manis dan asam
N10-Vagus : Pasien dapat menelan ludah
N11-Acessoris : Pasien dapat menggerakan bahu
N12-Hypoglosus : Pasien dapat menjulurkan lidah
4. Fungsi motorik
Baik
5. Fungsi sensorik
Penglihatan Pendengaran Penciuman Pengecapan Perabaan baik
6. Reflek
a. Reflek fisiologis : Normal
b. Reflek patofisiologis : Tidak ada kelainan reflek patofisiologis

V. Pemeriksaan Status Mental


1. Kondisi emosi/perasaan
Normal
2. Orientasi
Baik
3. Proses pikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)
Pasien dapat mengingat dengan baik dan suka bercerita
4. Motivasi
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
5. Persepsi
Tidak merasa kurang percaya diri dengan lingkungan sekitar
6. Bahasa (pola komunikasi)
36

Bahasa Indonesia

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

VI. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosa Medis
1. Laboratorium (tanggal) :

2. Rontgen (tanggal) :

3. EGC (tanggal) :

4. USG (tanggal) :

5. Lain - lain :

VII. Penatalaksanaan Terapi


37

D5% + Aminofilin
Azithromycin
Methylprednisolone
Combivent
38

ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. T Jenis Kelamin : Perempuan


Umur : 58 tahun Ruangan : Kemuning
No. Data (DO & DS) Masalah Penyebab
1. DS : Pola nafas tidak Obstruksi proksimal
Pasien mengeluh sesak efektif dari bronkus pada
nafas tahap ekspirasi dan
Pasien mengatakan agak inspirasi
susah bernafas ↓
DO : Wheezing, sesak
Terdapat sputum nafas
Terdengar wheezing ↓
Tekanan partial
oksigen dialveoli ↓

Penyempitan jalan
nafas

Peningkatan kerja
otot pernafasan

Pola nafas tidak
efektif

2. DS : Gangguan pola tidur Kontraksi otot polos


Pasien mengatakan sering ↓
merasakan sesak nafas Bronkospasme
pada malam hari dan ↓
batuk-batuk Penyempitan
DO : saluran paru
Tidur kurang lebih hanya ↓
5 jam / hari Sesak nafas

Gangguan
pertukaran gas

Gangguan pola tidur
39

PRIORITAS MASALAH
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi
1. Pola nafas tidak efektif b.d. 04 Desember 2017
obstruksi jalan nafas

2. Gangguan pola tidur b.d. 04 Desember 2017


sesak nafas
40

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. T Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 tahun Ruangan : Kemuning

No Hari/Tgl/Jam Diagnose Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasionalisasi

1. Senin, 06 Desember Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk 1. Posisi semi fowler
2019 b.d. obstruksi jalan keperawatan selama 1x24 jam. memaksimal-kan ventilasi membantu pasien
nafas Pola nafas tidak efektif teratasi. 2. Identifikasi pasien perlunya memaksimal-kan
dipasangkan alat bantu ventilasi sehingga
Dengan kriteria hasil :
pernafasan kebutuhan oksigen
- Mendemonstrasikan batuk 3. Lakukan fisioterapi dada terpenuhi melalui proses
efektif, suara nafas yang bila perlu pernafasan.
bersih, tidak ada sianosis dan 2. Alat banttu pernafasan
dyspneu(mampu membantu organ
mengeluarkan sputum, pernafasan memenuhi
mampu bernafas dengan kebutuhan oksigen
mudah, tidak ada pursed lips) sehingga oksigen yang
- Tanda-Tanda Vital dalam diperlukan tubuh
rentang normal terpenuhi.
Setelah dilakukan tindakan 3. Dapat mem-permudah
keperawatan selama 1x24 jam, pasien dalam mengeluar-
gangguan pola tidur teratasi. kan sekret yang sulit
Dengan kriteria hasil : dilakukan secara mandiri.
- Jumlah tidur dalam batas
normal
- Pola tidur, kualitas dalam
batas normal
- Perasaan fresh sesudah tidur
- Mampu mengidentifikasi-kan
hal-hal yang meningkatkan
tidur
2. 1. Mengetahui pentingnya
Senin, 06 Desember Gangguan pola tidur - 1. Jelaskan pentingnya tidur tidur untuk pemulihan
2019 b.d. sesak nafas yang adekuat kesehatannya
2. Fasilitas untuk 2. Pasien akan mudah tidur
41

mempertahankan aktivitas setelah melakukan


sebelum tidur (membaca) aktivitas
3. Ciptakan lingkungan yang 3. Lingkungan yang
nyaman nyaman dapat
mengurangi beban
pikiran pasien dan cepat
tidur
42

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. T Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 tahun Ruangan : Kemuning

No Hari/Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf

1. Senin, 06 Desember 2017 1. Melakukan pemeriksaan TTV 1. TD = 90/60 mmHg


T = 36,5 ˚C
R = 23 x/menit
N = 80 x/menit
2. Mengatur posisi pasien
2. Pasien dalam posisi semi fowler
3. Mengkaji pola tidur 3. Pasien mengatakan susah tidur
karena sesak
4. Combivent, 5 lpm selama 15 menit

4. Memberikan nebulizer

1. TD = 100/70 mmHg
T = 36,0 ˚C
2. Selasa, 07 Desember 2017 1. Melakukan pemeriksaan TTV R = 20 x/menit
2. Mengatur posisi pasien dan N = 80 x/menit
menganjurkan teknik nafas dalam
2. Pasien mengikuti anjuran yang
43

dan batuk efektif diberikan

3. Rabu, 08 Desember 2017 1. Melakukan pemeriksaan TTV 1. TD = 90/60 mmHg


2. Membantu pasien latihan teknik T = 36,2 ˚C
nafas dalam dan batuk efektif R = 20 x/menit
3. Memberikan nebulizer N = 84 x/menit
2. Pasien mengikuti anjuran
3. Memberikan combivent 5 lpm,
selama 15 menit
44

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. T Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 tahun Ruangan : Kemuning

No. Hari/Tgl/Jam x. Kep. Evaluasi (S O A P)

1. Senin, 06 Desember 2017 Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan S : Pasien mengatakan sesak
nafas
O : RR = 23 x/menit

A : Masalah belum teratasi


Gangguan pola tidur b.d. sesak nafas
P : Lanjutkan intervensi

S : Pasien mengatakan susah tidur

O : Pasien tampak lemas

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

2. Selasa, 07 Desember 2017 Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan S : Pasien mengatakan sesak mulai berkurang
nafas
O : RR = 20 x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
45

Gangguan pola tidur b.d. sesak nafas

S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur

O : TD = 100/70 mmHg

T = 36,0 ˚C

R = 20 x/menit

N = 80 x/menit

A : Masalah sebagian teratasi

P : Lanjutkan intervensi

3. Rabu, 08 Desember 2017 Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan S : Pasien mengatakan sesak berkurang
nafas
O : RR = 20 x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Gangguan pola tidur b.d. sesak nafas


S : Pasien mengatakan bisa tidur pada malam hari

O : TD = 90/60 mmHg

T = 36,2 ˚C

R = 20 x/menit
46

N = 84 x/menit

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
47

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif


mukosa bronkus terhadap alergen. Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat
mengakibatkan pembengkakkan pada mukosa bronkus. Dalam penanganannya
status asma dapat disesuaikan dengan etiologi atau faktor pencetusnya.

4.2 Saran

Diharapkan setelah mempelajari makalah Asuhan Keperawatan Klien


dengan Gangguan Sistem Pernapasan (Asma) pembaca khususnya mahasiswa (i)
akademi keperawatan dapat mengerti dan mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan sesuai rencana keperawatan secara komprehensif.

41
48

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa keperawatan. (Edisi 6). Jakarta: EGC

Sujono Riyadi, Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta:


Graha Ilmu. Edisi Pertama. Halaman 83-95.

Anda mungkin juga menyukai