Di Susun Oleh:
Mahasiswa Kelompok 2
Tingkat II B/Semester III
1. Armeliati 2018.C.10a.0959
2. Cia 2018.C.10a.0962
3. Dhea Permatasari Iskandar 2018.C.10a.0964
4. Erna Sari 2018.C.10a.0966
5. Tetenia Diyanti 2018.C.10a.0987
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat
mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama
yang berada di STIKES Eka Harap materi tentang “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan (Asma)” sehingga diharapkan dengan
mempelajari makalah ini mahasiswa maupun lainnya untuk mendapatkan
tambahan pengetahuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Asma............................................................................................4
2.2 Etiologi Asma............................................................................................5
2.3 Klasifikasi Penyakit Asma........................................................................8
2.4 Tanda dan Gejala Asma............................................................................9
2.5 Patofisiologi Asma..................................................................................11
2.6 Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................11
2.7 Penatalaksanaan Asma............................................................................12
2.8 Pengkajian Keperawatan.........................................................................14
2.9 Diagnosa Keperawatan............................................................................19
3.0 Intervensi Keperawatan...........................................................................19
BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................23
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................41
4.1 Kesimpulan..............................................................................................41
4.2 Saran........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
karena asma, keefektifan hanya tercapai jika penggunaan obat telah sesuai.
Seiring dengan perlunya mengetahui hubungan antara terapi yang baik dan
keefektifan terapetik, baik peneliti maupun tenaga kesehatan harus memahami
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien.
Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih sedikit mengalami gejala
asma apabila kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Olahraga dan aktivitas
merupakan hal penting untuk membuat seseorang segar bugar dan sehat.
Melakukan olahraga merupakan bagian penanganan asma yang baik. Namun
anjuran olahraga terhadap penderita asma masih menjadi kontroversi. Disatu
pihak olahraga dapat memicu gejala asma, namun di lain pihak olahraga dapat
meningkatkan kemampuan bernapas penderita asma sehingga sangat penting
dilakukan dalam upaya pengendalian asma. Berdasarkan uraian di atas, maka akan
dibahas lebih lanjut tentang penyakit asm dan pengendaliannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakhea dan
bronkhis terhadap berbagai rangsangan dengan maniteslas adanya penyempitan
jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan (The American Thoracic Society, 1962).
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani
yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala
sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas.
Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran
nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang
berlebih. Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils,
dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel
dan terjadi secara episodik berulang.
2.2 Etiologi
4
1. Asma Tipe Atopik ( Ekstrinsik)
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan karena kedua
sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil,
makrofag, dan trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi dengan afinitas
yang lemah. Orang yang sudah memiliki sel-sel mastosit dan basofil dengan IgE
pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan geiala. Orang tersebut sudah
dianggap desentisisas alau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan Itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Igt yang sudah ada dalamn
permukaan mastosit dan basolil. katan ni akan menimbulkan influks C ++ ke dalam
sel dan perubahan di dalam sel yang menurunkan kadar cAMP. Kadar cAMP
yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam proses degranulas
sel ini yang pertama kall dikeluarkan adalah mediator yang sudah terkandung
dalam granul. granul pretormed) di alam sitoplasma yang mempunyai sifat
bologis, yaitu histamin, Eosinophil Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neautrophil
6
Chenotactic Factor (NCEF), trypase, dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh
mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin.
Mukosa dan dinding bronkhus pada klien dengan asma akan terjadi edema
terjadinya infiltrasi pada sel radang terutama eosinofil dan terlepasnya sel silia
menyebabkan adanya gelaran silia dan mukus di atasnya. Hal ini membuat salah
satu daya pertahanan saluran pernapasan menjadi tidak berfungsi. Pada klien
dengan asma bronkhial juga ditemukan adanya penyumbatan saluran pernapasan
oleh mukus terutama pada cabang-cabang bronkhus. Akibat dari bronkhospasme,
edema mukosa dan dinding bronkhus, serta hipersekrest mukus menyebabkan
terjadinya penyempitan pada bronkhus dann percabangannya, sehingga akan
menimbulkan ada sesak, napas berbunyi (wheezing), dan batuk yang produktif.
Reaksi antigen-antibodi
Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
a) Asma bronkhiale
Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam
rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara spontan
atau setelah mendapat pengobatan.
b) Status asmatikus
Status Asmatikus merupakan serangan asma berat yang tidak dapat
diatasi dengan pegobatan konvensional dan ini merupakan keadaan
darurat medis, bila tidak segera diatasi akan terjadi gagal napas. Serangan
9
I. Intermiten Siang hari <2 kali per minggu Variabilitas APE <
20%
Malam hari <2 kali per bulan
VEP1 >80% nilai
Serangan singkat prediksi
II. Persisten ringan Siang hari > 2 kali per minggu, Variabilitas APE 20 -
tetapi < 1 kali per hari 30%
III. Persisten sedang Siang hari ada gejala Variabilitas APE >
30%
Malam hari > 1 kali per minggu
10
Sehari-hari menggunakan
inhalasi β2-agonis short acting
IV. Persisten berat Siang hari terus menerus ada Variabilitas APE >
gejala 30%
Dasar kelainan asma adalah keadaan bronkus (saluran napas bagian dalam)
yang hyperaktif terhadap berbagai ragsangan. Gejala asma bersifat episodik,
seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Gejala awal berupa:
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa.
Yang termasuk gejala berat adalah:
Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk.
Kesadaran menurun.
Manifestasi serangan asma tidak sama pada setiap orang. Bahkan, pada satu
penderita yang sama, berat dan lamanya serangan dapat berbeda dari waktu ke
waktu. Beratnya serangan dapat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai yang
berat. Demikian pula dengan lamanya serangan, serangan bisa saja singkat,
sebaliknya dapat pula berlangsung sampai berhari-hari. Di luar waktu serangan,
biasanya penderita berada dalam keadaan sehat, seperti orang normal lainnya.
Gejala asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie (wheezing) dan
sebagian penderita disertai nyeri dada). Gejala-gejala tersebut tidak selalu terdapat
bersama-sama, sehingga ada beberapa tingkat penderita asma sebagai berikut:
1. Tingkat I penderita asma secara klinis normal. Gejala asma timbul bila ada
faktor pencetus.
3. Tingkat III penderita asma tanpa golongan tetapi pada pemeriksaan fisik
maupun fungsi paru menunjukan obstruksi jalan nafas. Penderita sembuh
tetapi tidak menemukan pengobatannya.
b. Sianosis
c. Silent chest
d. Gangguan kesadaran
12
5. Tingkat V status asmatikus yaitu serangan asma akut yang berat bersifat
refrater sementara terhadap pengobatan yang langsung dipakai.
Hipersekresi mukus
Peningkatan kerja
pernapasan, hiposemia
secara reversibel
Status Asmatikus
Perubahan pemenuhan
2.6 Pemeriksaan Diagnostik nutrisi kurang dari
kebutuhan
Gangguan pemenuhan ADL
a. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi
terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga
ditemukan pada anak-anak 6 tahun.
2. Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
b. Pemeriksaan darah
1. Hitung jenis leukosit akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret
hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
2. Analisa Gas Darah
c. Uji faal paru/Lung Function Test (LFT).
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi
bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat
yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya pasien
14
disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam
melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.
2. Penatalaksaan medis
1. Primer
Keluhan :
a. Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus
b. Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjangBatuk dengan sekret
lengket
c. Berkeringat dingin
d. Terdengar suara mengi / wheezing keras
e. Terjadi berulang, setiap ada pencetus
f. Sering ada faktor genetik/familier
Kaji ABCDE
1) Airway
2) Breathing
3) Circulation
4) Dissability
5) Exposure
2. Sekunder (Psiko-sosio-kultural)
Kecemasan dan koping yang tidak efekif sering didapatkan pada klien
dengan asma bronkhial, Status eonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan
perubahan mekanisme peraln dalam keluarga.
a) Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Gejala asma dapat menbatasi manusia untuk berperilaku harus mengubah
gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak menggangu aktivitas.
b) Pola Hubungan dan Peran
Gejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupan
menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien masyarakat
ataupun lingkungan kera serta perubahan peran serangan asma.
c) Pola Persepsi dan konsep Diri
18
Stadium pertama diluanda dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini
terjadi karena tilast mukost yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi
edema dan pembengkakan bronkus.
19
Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan
berbusa. Klien merasa sesak napas, berusaha untuk bernapas dalam, eksprasi
memanjang diikut bunyi mengi (wheezing). Klien lebin suka duduk dengan
uangan diletakan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna kult
mulai membiru.
Pada klien dengan serangan asna perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma
atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas
pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan (Hood
Alsagaf, 1993).
1) B1 (Breathing)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat diserta dengan ekspirasi lebih dari
4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi napas tambahan utama
wheezing pada akhir ekspirasi.
2) B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi
keadaan hemodinamik sepert nadi, tekanan darah dan CRT.
3) B3 (Brain)
21
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana tindakan:
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN (ASMA)
BIODATA KLIEN
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA
Alamat : Jl. Menteng 12 Perumahan Kampung Rahayu II
Diagnosa Medis : Asma Attack (Serangan Asma)
No Register :-
MRS/Tgl Pengkajian : 06 Desember 2017
I. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
Ny. S dirujuk ke RSKD dengan keluhan sesak nafas. Pasien mengatakan
saat di Bandara setelah pulang umroh, pasien minum air putih lalu tiba-
tiba keselek. Pasien mengatakan lehernya seperti tercekik dan menjadi
sesak nafas, lalu pandangan mulai berkunang-kunang.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan disaat usia kurang lebih 50 tahun menderita penyakit
asma.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti
dirinya dan tidak ada penyakit keturunan.
23
27
B. Pola Eliminasi
1. B.A.B
Dirumah : Pasien mengatakan BAB 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari
Masalah BAB : Tidak ada masalah
2. B.A.K
Dirumah : Pasien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Masalah BAK : Tidak ada masalah
3. Upaya klien untuk mengatasinya : Tidak ada
D. Personal Hygiene
1. Pemeliharaan badan
Dirumah : Pasien mengatakan mandi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan mandi 1 x/hari
29
F. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal
- Benjolan/masa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
- Bising/peristaltik usus : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada
- benjolan/masa : Tidak ada
- Hepar : Tidak ada kelainan
- Lien : Tidak ada kelainan
Titik Mc. Berney : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
- Suara abdomen : Normal
- Pemeriksaan asites : Tidak ada asites
I. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan : Kulit bersih
2. Kehangatan : Akral hangat
3. Warna : Kuning langsat
4. Turgor : Baik
5. Tekstur : Baik
6. Kelembaban : Kering
7. Kelainan pada kulit/lesi : Tidak ada
J. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda rangsangan otak (meningeal sign)
Baik nilai GCS(E4V6M5)
3. Pemeriksaan saraf otak (NI - XII)
N1-Olfaktorius : Pasien dapat memejamkan mata dan dapat
membedakan bau
35
Bahasa Indonesia
2. Rontgen (tanggal) :
3. EGC (tanggal) :
4. USG (tanggal) :
5. Lain - lain :
D5% + Aminofilin
Azithromycin
Methylprednisolone
Combivent
38
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi
1. Pola nafas tidak efektif b.d. 04 Desember 2017
obstruksi jalan nafas
RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/Jam Diagnose Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasionalisasi
1. Senin, 06 Desember Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk 1. Posisi semi fowler
2019 b.d. obstruksi jalan keperawatan selama 1x24 jam. memaksimal-kan ventilasi membantu pasien
nafas Pola nafas tidak efektif teratasi. 2. Identifikasi pasien perlunya memaksimal-kan
dipasangkan alat bantu ventilasi sehingga
Dengan kriteria hasil :
pernafasan kebutuhan oksigen
- Mendemonstrasikan batuk 3. Lakukan fisioterapi dada terpenuhi melalui proses
efektif, suara nafas yang bila perlu pernafasan.
bersih, tidak ada sianosis dan 2. Alat banttu pernafasan
dyspneu(mampu membantu organ
mengeluarkan sputum, pernafasan memenuhi
mampu bernafas dengan kebutuhan oksigen
mudah, tidak ada pursed lips) sehingga oksigen yang
- Tanda-Tanda Vital dalam diperlukan tubuh
rentang normal terpenuhi.
Setelah dilakukan tindakan 3. Dapat mem-permudah
keperawatan selama 1x24 jam, pasien dalam mengeluar-
gangguan pola tidur teratasi. kan sekret yang sulit
Dengan kriteria hasil : dilakukan secara mandiri.
- Jumlah tidur dalam batas
normal
- Pola tidur, kualitas dalam
batas normal
- Perasaan fresh sesudah tidur
- Mampu mengidentifikasi-kan
hal-hal yang meningkatkan
tidur
2. 1. Mengetahui pentingnya
Senin, 06 Desember Gangguan pola tidur - 1. Jelaskan pentingnya tidur tidur untuk pemulihan
2019 b.d. sesak nafas yang adekuat kesehatannya
2. Fasilitas untuk 2. Pasien akan mudah tidur
41
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
4. Memberikan nebulizer
1. TD = 100/70 mmHg
T = 36,0 ˚C
2. Selasa, 07 Desember 2017 1. Melakukan pemeriksaan TTV R = 20 x/menit
2. Mengatur posisi pasien dan N = 80 x/menit
menganjurkan teknik nafas dalam
2. Pasien mengikuti anjuran yang
43
EVALUASI KEPERAWATAN
1. Senin, 06 Desember 2017 Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan S : Pasien mengatakan sesak
nafas
O : RR = 23 x/menit
P : Lanjutkan intervensi
2. Selasa, 07 Desember 2017 Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan S : Pasien mengatakan sesak mulai berkurang
nafas
O : RR = 20 x/menit
P : Lanjutkan intervensi
45
O : TD = 100/70 mmHg
T = 36,0 ˚C
R = 20 x/menit
N = 80 x/menit
P : Lanjutkan intervensi
3. Rabu, 08 Desember 2017 Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan S : Pasien mengatakan sesak berkurang
nafas
O : RR = 20 x/menit
P : Lanjutkan intervensi
O : TD = 90/60 mmHg
T = 36,2 ˚C
R = 20 x/menit
46
N = 84 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
47
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
41
48
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.