Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

“PENYAKIT ASMA DAN PPOM”

Dosen pembimbing :Asima Sirait,M.Kes

OLEH:

Kelompok 9

1. Bunna Rajagukguk
2. Nani Nababan
3. Beti Manalu
4. Eko Perdana
5. Sindy Nafsya

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan

Universitas Sari Mutiara Indonesia

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang maha Esa. Atas rahmat dan ridha-nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “EPIDEMIOLOGI PENYAKIT ASMA DAN
PPOM” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini di susun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah :EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR .

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah program Epidemiologi
penyakit tidak menular, ibu Asima Sirait,M.Kes serta semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah
selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. wb

Medan, 03 juni 2023


Kelompok 9

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1. 2 Perumusan Masalah.........................................................................................................2

1.3 Tujuan dan manfaat..........................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Asma................................................................................................................................3

2.1.1 Pengertian penyakit Asma.........................................................................................3

2.1.2 Faktor Resiko penyakit Asma....................................................................................3

2.1.3 Epidemiologi penyakit Asma.....................................................................................6

2.1.4 Etiologi Penyakit Asma.............................................................................................6

2.1.5 Tanda dan Gejalah penyakit Asma............................................................................6

2.1.6 Pengobatan Dan Pencegahan.....................................................................................8

2.1.7 Prognosis Penyakit Asma..........................................................................................9

2.2 Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM).............................................................10

2.2.1 Pengertian Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)..........................................10

2.2.2 Faktor Resiko PPOM...............................................................................................11

2.2.3 Epidemiologi PPOM................................................................................................12

2.2.4 Etiologi PPOM........................................................................................................13

2.2.5 Tanda dan Gejalah PPOM.......................................................................................13

2.2.6 Pengobatan dan Pencegahan PPOM........................................................................14


2.2.7 Prognosis PPOM.....................................................................................................15

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................16

3.2 Saran..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……….17
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit asma yang sering di sebut dengan "penyerang di tengah malam", dan
biasanya terjadi menjelang subuh. Asma adalah penyakit keturunan yang tidak menular.
Sekitar 55-60% penyakit alergi yang mengakibatkan asma diturunkan pada anak-anak dan
cucu.

Prevalensi asma pada anak di Indonesia cukup tinggi,terutama di kota-kota besar,


hingga mencapai hampir 17%. Menurut laporan ahli internasional pada peringatan Hari asma
Sedunia 04 Mei 2004 yang lalu,yang bertema Burden of Asthma, prevalensi asma di dunia
akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Di tahun 2005 di perkirakan penderita
asma di seluruh dunia akan mencapai 400 juta orang,dengan pertambahan 180.000 setiap
tahunnya,asma adalah salah satu penyakit kronis dengan jumlah penderita terbanyak pada
saat ini.

Pada usia anak-anak,asma menimpa anak laki-laki dalam jumlah dua kali lebih
banyak dibanding anak perempuan. Sekitar satu dari empat anak akan mengidap asma pada
tahap tertentu pada tahap pertumbuhannya. Sekitar 50% anak- anak penderita asma yang
ringan akan membaik kondisinya, dan sembuh dalam pertumbuhan mereka menjadi dewasa.
Sisanya harus hidup bersama penyakit ini yang akan banyak mempengaruhi dan mengganggu
pendidikan mereka, asma menyebabkan hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak di
Asia,34% anak-anak di Eropa,dan 40% anak-anak di Amerika Serikat. Dengan kata lain,
segala sesuatu yang berkaitan dengan kualitas hidup mereka.

Selain itu asma juga menyerang pada usia dewasa, dengan perbandingan pasien asma
perempuan lebih sedikit lebih banyak dibandig penderita asma pria. Kabar buruk selanjutnya
adalah adanya kecendrungan peningkatan angka kematian dan keseharusan di rawat di rumah
sakit karena asma di Negara-negara industri di seluruh dunia. Sedangkan PPOM adalah
Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah kelainan dengan klasifikasi yang luas,
termasuk bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan kondisi yang
terdapat pulih yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik dan mengurangi aliran
udara.
1. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah Pengertian Asma?

2. Apakah faktor resiko, epidemilogi, Etiologi, Tanda dan Gejalah Asma?

3. Bagaimana pengobatan dan pencagahan penyakit Asma ?

4.Bagaimana Prognosis penyakit Asma?

5. Apakah Pengertian PPOM ?

6. Apakah faktor resiko epidemilogi, Etiologi, Tanda dan gejalah PPOM?

7. Bagaimana pengobatan dan pencegahan penyakit PPOM?

8.Bagaimana Prognosis PPOM?

1.3 Tujuan dan manfaat

1. Untuk Mengetahui teori tentang pengertian penyakit Asma dan PPOM

2. Untuk Mengetahui faktor resiko penyakit Asma dan PPOM

3. Untuk Mengetahui Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Asma dan PPOM

4. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejalah Penyakit Asma dan PPOM

5. Untuk Mengetahui Pencegahan dan pengobatan Penyakit Asma dan PPOM

6. Untuk Menjelaskan prognosis dari penyakit Asma dan PPOM

.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Asma

2.1.1 Pengertian penyakit Asma

Penyakit asma berasal dari kata "Asthma" yang diambil dari bahasa yunani yang
berarti "sukar bernapas". Penyakit asma dikenal karena adanya gejala napas, batuk yang
disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru kronis
yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena pengencangan dari
otot sekitar saluran napas, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan dan iritasi pada saluran
napas di paru-paru.

Selain itu asma adalah penyakitlamasi(radang) kronis saluran nafas menyebabkan


peningkataniperesponsifalan nafas yang menimbulkan gejala episodic berulang
berupangi(nafas bebrbunyigik-ngiksesak nafas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
menjelang dini hari, dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat
sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang
luas,bervariasi dan sering kali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.

2.1.2 Faktor Resiko penyakit Asma

Ada 2 faktor yang menyebabkan penyakit asma yaitu:

1. Faktor Ekstrinsik

Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE
yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen - inhalasi), seperti debu
rumah, serbuk - serbuk dan bulu binatang.

2. Faktor Intrinsik

a. Infeksi Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial virus
(RSV).

b. Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus


c. Jamur, misalnya aspergillus

Adapun penyebab asma adalah :

1. Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

2. Adanya pembengkakan membrane bronkhus.

3. Terisinya bronkus oleh mokus yang kental

Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus
asma, yaitu:

a) Pemicu trigger yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan


bronkokonstriksi Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran yang
menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang belum
berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi
yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek
dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih
cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu
yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti: perubahan cuaca
dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan, gangguan emosi, dan
olahraga yang berlebihan.

b) Penyebab induce yang mengakibatkan peradangarflammationpada saluran pernafasan.


Penyebab asinducer bisa menyebabkan peradangan (inflammation dan sekaligus perresponsiv
itu sespon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran
dianggap sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma
inducer dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih
lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh
perigger. Umumnya penyebab asma inducer adalah alergen yang tampil dalam bentuk:
ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-
obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau,
serpih dan kotoran binatang, serta jamur.

Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial.

Faktor Predisposisi
a. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

Faktor Presipitasi

a. Alergen

Dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti: debbu,bulu binatang, bakteri dan polusi
. 2. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti: makanan dan obat-obatan.

3. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti: perhiasan,

logam,dan jam tangan.

b. Perubahan cuaca

Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

c. Stress

Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress perlu diberi naschat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d. Lingkungan Kerja

Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga atau aktivitas yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut

2.1.3 Epidemiologi penyakit Asma

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal
itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki
urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik
dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab
kematian (mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di
seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru
2/ 1000.

Menurut data WHO pada tahun 2011, kematian akibat asma di Indonesia mencapai
14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan sekitar 1% total kematian di Indonesia.
Diperkirakan 1.1% populasi Indonesia menderita asma. Meskipun tergolong penyakit yang
jarang, asma tetap perlu diwaspadai agar serangannya terkontrol dan tidak dibiarkan
mencapai tahap yang membahayakan nyawa.Berbagai penelitian menunjukkan bervariasinya
prevalensi asma, bergantung kepada populasi target studi, kondisi wilayah, metodologi yang
digunakan dan sebagainya.

2.1.4 Etiologi Penyakit Asma

Etiologi Asma adalah hiperresponsif jalan napas yang menyebabkan inflamasi kronik
dan obstruksi saluran napas. Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh:

a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.

b. Pembengkakan membrane bronkus

c. Bronkus berisi mucus yang kental

2.1.5 Tanda dan Gejalah penyakit Asma

Tanda orang mengalami gejalah penyakit asma yaitu:


 sesak napas,
 batuk berdahak terutama pada malam hari,
 sesak atau nyeri dada,
 mengi(suara siulan saat bernafas)
 suka terbangun di malam hari karena sesak bernafas

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas
dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan,
yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi
(bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau
setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa
menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu
malam hari atau cuaca dingin.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi
(mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita
menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan
dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang
pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak
di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai
beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering
di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.
Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas.
Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.

Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena
sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana
penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur
kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen
penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami
serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna.
2.1.6 Pengobatan Dan Pencegahan

a) Menjaga Kesehatan

Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit
asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga
berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha
menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum
banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak
minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung
atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran
pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang
minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan. Pada serangan
penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh
pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan
dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.

b) Menjaga Kebersihan Lingkungan

Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya


serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah
sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus
lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya
kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah. Hewan
peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan
penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu. mendapat perhatian apalagi kalau jelas-
jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.

c) Menghindari Faktor Pencetus

Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga
cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing,
burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga
seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran pernapasan
sering mencetuskan penyakit asma.
Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang
influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.Hindari
kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari
mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan
latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit
asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap
cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewama
(tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.

d) Menggunakan Obat-Obat Anti Penyakit Asma

Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita
boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin
agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih
berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan
dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup
simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau
tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid. Pada penyakit asma kronis bila
keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-
obat pencegah serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan.
penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik

dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.

2.1.7 Prognosis Penyakit Asma

Asma tidak terkontrol atau asma eksaserbasi adalah kondisi mengancam jiwa dan
menyebabkan kematian. Namun, asma yang terkontrol dengan baik umumnya memiliki
prognosis yang baik.

 Prognosis asma pada masa kanak-kanak

Perjalanan asma bervariasi pada masa kanak-kanak, meskipun penyakit ini dianggap kronis
pada tahap awal kehidupan. Sekitar 60%³ anak penderita asma pada usia tujuh tahun tidak
akan tumbuh menjadi penderita asma.

Selain itu, sekitar 5% dari populasi umum memiliki gejala yang menetap dari masa kanak-
kanak hingga dewasa.
Gejala gejala klinis asma pada anak antara lain:

 Sesak napas
 Batuk
 Sesak dada

Selain gejala-gejala ini, anak-anak penderita asma mungkin mengalami hiperresponsif


bronkial (BHR) dan keterbatasan variabel aliran ekspirasi. Asma dianggap sebagai sindrom,
bukan penyakit tunggal karena gejalanya berasal dari subtipe (peradangan) yang berbeda.
Oleh karena itu, ada variasi baik dalam perjalanan maupun subtipe asma

 prognosis Asma pada usia Dewasa

Meski dianggap sebagai penyakit anak-anak, asma juga umum terjadi pada orang
dewasa. Tetapi karena merupakan penyakit yang heterogen, prognosis asma di masa dewasa
menjadi kompleks. Terlepas dari pelintirannya, serangan asma orang dewasa mengambil
jalan yang sama sekali berbeda dari asma masa kanak-kanak. Penyakitnya ringan, dan remisi
sering terjadi pada asma anak-anak.Jika Anda menderita asma selama masa dewasa, penyakit
ini akan menjadi lebih parah dan progresif, dan remisi akan jarang terjadi.

Bentuk dan faktor risiko asma orang dewasa berbeda dengan asma anak. Misalnya,
sementara anak laki-laki berisiko tinggi terkena asma, risikonya beralih ke perempuan saat
dewasa. Namun, risikonya sama saat pubertas pada pria dan wanita. Dominasi wanita dari
penyakit setelah pubertas masih menjadi teka-teki. Beberapa menekankan dominasi dengan
saluran udara wanita kecil di masa dewasa, sementara yang lain mengaitkannya dengan
perubahan hormonal wanita.

Jika Anda menderita asma di masa dewasa, fungsi paru-paru Anda mungkin menurun,
didiagnosis dengan perubahan spirometri. Orang dewasa lebih mungkin meninggal karena
asma.

2.2 Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)

2.2.1 Pengertian Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)

PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis

bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).


Penyakit Paru Obstuktif atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
dikenal dengan COPD adalah bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale.

Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) merupakan sekelompok penyakit. paru


dengan etiologi tak jelas, yang ditandai oleh perlambatan aliran udara yang bersifat menetap
pada waktu ekspirasi paksa. PPOM yang terdiri dari bronchitis kronis, emfisema
paru/bentukan campuran merupakan penyakit kronik saluran nafas yang ireversibel,
berlangsung secara lambat dan progresif.

Jadi, PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) adalah suatu penyumbatan menetap
pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis dan asma yang
mengakibatkan obstruksi jalan napas yang bersifat ireversibel dengan penyebab yang tidak
diketahui dengan pasti.

2.2.2 Faktor Resiko PPOM

Timbulnya penyakit ini di kaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat

pada penderita antara lain:

a. Merokok sigaret yang berlangsung lama

Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari
faktor penyebab lainnya. Menurut buku Report of The WHO Expert Comitte on Smoking
Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara fisiologis rokok
berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar mukusa bronkus dan metaplasia skuamosa
epitel saluran pernapasan. Asap rokok juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut.
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik.
abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak
merokok. Resiko untuk menderita COPD bergantung pada dosis merokok nya, seperti umur
orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang
tersebut merokok

b. Polusi udara Polusi di ruangan (asap rokok dan asap kompor) dan polusi di luar ruangan
(gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan).
c. Pemajanan di tempat kejahan kimia, zat iritan dan gas beracun)

d. Jenis kelamin

PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.

e. Umur

Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak menderita PPOM

f. Keturunan

Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita dengan defisiensi a-1-antitripsin yang merupakan suatu protein. Kerja enzim ini
menetalkan enzim proteolitik yanga sering dikeluarkan pada peradanagan dan merusak
jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat dicegah.
Defisiensi a-1- antitripsin adalah suatu kelainan yang diturunkan secara autosom resesif, yang
sering menderita emfisema paru adalah penderita dengan gen S/Z. Emfisema paru akan lebih
cepat timbul bila penderita tersebut merokok.

g. Faktor Sosial Ekonomi

Kematian pada penderita bronchitis kronik ternyata lebih banyak pada gol. sosial
ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

Pengaruh dari masing masing faktor-faktor resiko terhadap PPOM adalah saling
memperkuat dan faktor merokok di anggap yang paling dominan dalam menimbulkan
penyakit ini.

PPOM disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar bias
dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOM. Faktor
resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status pekerjaaan yang rendah, kondisi
lingkungan yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok pasif, atau terkena polusi
udara dan konsumsi alcohol yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40
tahun paling banyak menderita PPOM

2.2.3 Epidemiologi PPOM

PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.PPOM juga lebih
sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yangditurunkan Bekerja di
lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak berbahaya, bisa
meningkatkan resiko terjadinya PPOM. Tetapi kebiasaan merokok pengaruhnya lebih besar
dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana sekitar 10-15% perokok menderita
PPOM. Penyakit PPOM merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika
Serikat.Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi dewasa.

2.2.4 Etiologi PPOM

Etiologi penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) adalah inflamasi kronik pada
saluran napas. Inflamasi ini dapat terjadi akibat paparan asap rokok, polusi udara, ataupun
defisiensi alfa-1 antitripsin.

 Paparan Asap Rokok

Paparan asap rokok yang menyebabkan PPOM dapat terjadi pada perokok aktif ataupun
pasif. Paparan asap rokok berkontribusi hingga 90% sebagai penyebab PPOM

 Paparan Asap Polusi Udara

PPOM juga dapat terjadi pada pasien yang tidak pernah terpapar asap rokok sama sekali
seumur hidupnya. Kerusakan struktur paru yang menyebabkan PPOM pada kelompok pasien
tersebut biasanya disebabkan oleh paparan asap polusi dari aktivitas memasak tanpa
memperhatikan ventilasi udara yang baik atau pada kelompok pasien yang sehari-harinya
telah terbiasa terpapar polusi udara yang ditimbulkan dari asap kendaraan bermotor.

 Pengguna Narkotika

Emfisema sebagai salah satu jenis PPOM dapat terjadi pada pengguna obat-obat terlarang,
seperti methadone, cocaine, atau heroin. Hal ini disebabkan karena adanya zat dalam obat-
obatan tersebut seperti talc, cotton fibers, cornstarch, atau selulosa yang merusak struktur
vaskular pada paru dan menimbulkan emfisema.

2.2.5 Tanda dan Gejalah PPOM

Menurut (brunner dan suddarth,2002: 595) tanda dan gejala dari penyakit paru
obstruksi Menahun yaitu:

1. Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan- iritan
inhalan, udara dingin atau infeksi.
2. Sesak nafas dan dispnea

Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada


mengembang.

3. Hipoksia dan hiperkapnea

4. Takipnea

5. Dispnea yang menetap

Gejala-gejala awal dari PPOM. yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok, adalah
batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah- artikan sebagai batuk
normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal. Sering terjadi nyeri kepala dan pilek.
Selama pilek, dahak menjadi kuning atau hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala
tersebut akan semakin sering dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek.

Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah
parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan kegiatan
rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian dan menyiapkan
makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan, karena setelah selesai
makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga penderita menjadi malas makan.
Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung. Pada stadium akhir dari
penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat istirahat, yang merupakan petunjuk
adanya kegagalan pernafasan akut.

2.2.6 Pengobatan dan Pencegahan PPOM

a) Pengobatan Melakukan penatalaksanaan medis, diantaranya: terapi oksigen,


berikan nafas buatan atau ventilasi mekanik sesuai kebutfisioterapi dada, pengkajian seri
gdabat-obatanbronkodilator, antibiotik, kortikosteroid, diuretik, vaksinasi influensa,
kardiotonik.

b) Pencegahan

Hal yang teramat penting dalam penanganan PPOM adalah deteksi dini dan
pencegahan. Mengindari faktor-faktor pencetus PPOM seperti Mencegah kebiasaan merokok,
infeksi, polusi udara dan zat-zat pencemar lebih penting dan harus dilakukan sejak awal.
2.2.7 Prognosis PPOM

Prognosis PPOM bersifat progresif dan terjadi keparahan dengan ditandai timbulnya
aksaserbasi.Derajat keparahan PPOM memiliki hubungan yang signifikan dengan indeks
massa bebas lemak yang rendah dan malnutrisi.

.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang ditandai dengan sulit.
bernafas. Selain itu asma adalah penyakitmasi radang) kronis saluran nafas menyebabkan
peningkatanperesponsifalan nafas yang menimbulkan gejala episodic berulang
berupangi(nafas bebrbunyigik-ngikkesak nafas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
menjelang dini hari, dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu.yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat
sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang
luas,bervariasi dan sering kali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.

Sedangkan Penyakit Paru Obstruktif Menahun PPOM (Chronic Obstructive


Pulmonary Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis.PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan
sering berakibat fatal. PPOM juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga
ada faktor yang diturunkan.

3.2 Saran

Asma dan PPOM merupakan suatu jenis penyakit yang sama-sama bermasalah pada
suatu organ yaitu pernafasan. Dimana asma bersifat reversible dan PPOM bersifat non
reversible. Hal tersebut tentunya akan menganggu dalam melakukan aktifitas. Oleh sebab itu
di sarankan untuk berprilaku hidup sehat seperti tidak merokok, berolahraga teratur dan
menghindari dari polusi udara.
DAFTAR PUSTAKA

Sutanto MW. 200 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Kakarta: EDSA Mahkota.

Vita health. 2006.sma Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wahyu,Ratnaningtyas. 2014. Epidemiologi Penyakit Asma.

https://duniakesehatanmasyarakat wordpress.com/2014/04/12/epidemiologipen yakit-asma.

Prabowo, Danang. 201Penyakit Asmablogspot.com/2013/06/makalah-tentang- asma-agen-


penyakit hinDiakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 19.40).

Santhi. 2013. PPOM (bronkitis kronis. bronkiektasis, emfisema). http://wwwsanthi22-


santhi.blogspot.com/2011/10/ppom-bronkitis-kronis- bronkicktasis.htm Diakses pada tanggal
15 Agustus 2015, pukul 19.50).

Nurrohmad, Edi. 201PPOMhttp://edynurrohmad.blogspot.com/2011/11/makalah- ppom.htm


Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 20.10).

Anda mungkin juga menyukai