Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN


SISTEM PERNAFASAN : ASMA PADA NY. E
DIRUANG IGD RSUD PASAR REBO

Di SUSUN OLEH:

Kelompok 7

Braviero Boyadewa (21061) Siti Marwah (21063)

Salsabila Noviyani (21056) Maya Puspa M (21064)

Nisa Alfiyanti (21057) Kamila Putri Fidiyah (21019)

Deby Indriastuti (21058)

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan hidayah Nya sehingga makalah “ Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada
System Pernafasan: ASMA Pada Ny. E diruang IGD RSUD Pasar Rebo “ ini dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan maka
dilakukan pembuatan suatu pembelajaran. Penyusunan makalah ini secara aktif
melibatkan Dosen Pengampu mata ajar Keperawatan Kegawatdaruratan, kami
sebagai kelompok mengucapkan terimakasih.
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas kuliah dan
untuk sarana belajar dan pengetahuan bagi mahasiswa. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam pembelajaraan serta mutu pendidikan saat ini dan yang akan
datang. Akhirnya, demi penyempurnaan makalah ini kami sangat mengharapkan
adanya masukan atau saran yang bersifat membangun agar memperoleh hasil yang
diharapkan.

Penyusun

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 4

A. Latar Belakang .....................................................................................4

B. Tujuan Umum ..................................................................................... 5

BAB II KONSEP DASAR ........................................................................... 6

A. Pengertian......................................................................................... 6

B. Etiologi............................................................................................. 6

C. Manifestasi Klinis.............................................................................. 8

D. Klasifikasi ........................................................................................ 9

E. Patofisiologi ..................................................................................... 10

F. Pathways Keperawatan ....................................................................... 11

G. Pemeriksaan Penunjang....................................................................... 12

H. Pengkajian ....................................................................................... 12

I. Nursing Care Plan .............................................................................. 14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................... 16

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 23

A. Kesimpulan ...................................................................................... 22

B. Saran ............................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu


penyakit asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik
Negara maju maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan
ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat
polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai
penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak,
tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-
ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu
ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat.

Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan


diperkirakan 4–5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh
penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai
pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan
sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak
terdapat predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi
sama pada usia 30 tahun.

Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di


Indonesia, hal itu tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma
menduduki urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan bersama-sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan
emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%.
Tahun 1995, prevalensi asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk,

4
dibandingkan bronkitis kronik 11 per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2
per 1.000 penduduk.

Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun


dapat disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para
Dokter tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6
% anak-anak terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir
ini. Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak di kota.

Karena banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di


Negara kita Indonesia maka kami dari kelompok mencoba membahas
mengenai asma yang terjadi pada anak ini, sehingga orang tua dapat
mengetahui bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan bagi anak yang
terserang asma.

B. Tujuan Penulisan

1. Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan
konperhensip pada klien dengan asma

2. Perawat
Mampu melakukan pengkjian, diagnosa, rencana, tindakan, evaluasi dan
pendokumentasian keperawatan pada pasien asma

3. Klien
Mampu memahami tindakan keperawatan yang telah diberikan dirumah
sakit dan klien dapat menerapkan perawata yang dianjurkan pada dirinya
sehingga dapat mengatasi dengan mandiri

5
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang
mengalami asma. Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran
napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat peka terhadap
rangsangan tertentu, sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu,
jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang. Dari proses
radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Almazini, 2020).
Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto (2019) Asma adalah suatu
penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara.
Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan
asma merupakan suatu penyakit saluran pernafasan yang mengalami
penyempitan karena hipereaktivitas oleh faktor risiko tertentu. Penyempitan
ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan mengi.

B. Etiologi
Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma
Bronkhial.
1. Faktor Predisposisi

a. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum


diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita

6
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.

2. Faktor Presipitasi

a. Alergen

Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu, bulu binatang,


bakteri dan polusi.
2) Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-
obatan.
3) Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti :
perhiasan, logam,dan jam tangan.

b. Perubahan cuaca

Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang


mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan
arah angin serbuk bunga dan debu.

c. Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
7
d. Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi
lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.
Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita
yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu
serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan
tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai
pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak
diteruskan mudah diserang kembali.

8
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan
nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :
Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita
tampak letih, takikardi.

D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.

9
E. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi
bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang
melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi dengan mukus yang kental. Selain
itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap
di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum
diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem
imunologis dan sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan
kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran
mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur
oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau
nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti
infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang
dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang
dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis.

10
F. Pathways keperawatan

11
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
1) Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen
2) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkhus
b. Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui Hiponatremia dan kadar leukosit,
c. Pemeriksaan Scanning Paru
Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada area ventilasi(ketidak
cocokan/perfusi) atau tidak adanya ventilasi/perfusi.
d. Pemeriksaan Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

H. Pengkajian
1. Identifikasi Pasien
a. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara
dingin
b. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
c. Status mental : lemas, takut, gelisah
d. Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
e. Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
f. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
2. Pemeriksaan Fisik Dada
Palpasi :
a. Temperatur kulit
b. Premitus : fibrasi dada
c. Pengembangan dada
d. Krepitasi
e. Massa
f. Edema

12
Auskultasi :
a. Vesikuler
b. Broncho vesikuler
c. Hyper ventilasi
d. Rochi
e. Wheezing
f. Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
3. Pola Kesehatan Gordon
a. Pola Persepsi terhadap Kesehatan
Meliputi penanganan keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi.
b. Pola Aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
c. Pola istirahat dan tidur
Waktu tidur, frekuensi, kualitas (sering, terbangun), perasaan saat tidur
(tenang, gelisah), kebiasaan tidur.
d. Pola nutrisi dan metabolik
Kebiasaan makan, diet khusus, nafsu makan, pola makan
(sering/jarang/teratur), antropometri, kesulitan menelan.
e. Pola eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK, frekuensi, jumlah (sedikit/banyak), keluhan.
f. Pola kognitif-perseptual
Status mental (sadar/disorientasi/bingung/afasia). Bicara
(normal/gagap)
g. Pola konsep diri
Pemahaman akan diri sendiri.
h. Pola koping
Respon dalam menghadapi koping adaptif dan mal adaptif.
i. Pola seksualitas dan reproduksi
Bekenaan dengan masalah genitalia/reproduksi.

13
j. Pola peran-hubungan
Sosialisasi dengan lingkungan sekitar dan perjalanan fungsi peran
dalam keluarga dan masyarakat. Dukungan keluarga setelah masuk
RS.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Larangan agama, permintaan rohaniawan, hubungan penyakit dengan
spiritual.

I. Nursing Care Plan


1. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolus-kapiler
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplay dan kebutuhan oksigen
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.
2. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
sekresi yang tertahan
Tujuan : Nafas kembali normal
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih
2) Menunjukkan jalan napas yang paten
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.

14
Intervensi :
Observasi
1. Monitor pola napas
2. Monitor bunyi napas
3. Monitor seputum

Terapeutik
4. Posisikan semi fowler
5. Berikan minuman hangat
6. Lakukan fisioterapi dada
7. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigen
Edukasi
9. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
10. Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN RESUME
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN
SISTEM PERNAFASAN : ASMA PADA NY.E
DIRUANG IGD RSUD PASAR REBO

A. EMERGENCY ASSASMENT FORM


1. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. E No Registrasi : 0549xx
Umur : 50 thn Tanggal Masuk : 16-01-24
Jenis kelamin : Perempuan Diagnosa Medis: ASMA
Tanggal pengkajian : 16 Jan 2024 Jam pengkajian : 16.00

2. Keluhan Utama
Sesak Nafas dan pusing

3. Pengkajian Fokus
a. Airway
Terdapat sumbatan jalan nafas, terdengar suara wheezing dan
terdapat sputum
b. Breating
Irama nafas tachipneu, tidak ada trauma dada, RR: 26X/M, Nafas
tidak teratur spo2 : 90%
c. Circulation
TD: 130/85 MmHg N: 75x/M S:38,7 C CRT < 2 detik
d. Disability
Pasien dengan kesadaran compos metis GCS :15 pasien dapat
berjalan
e. Eksposure
Tidak terdapat kelainan, tgidak ada luka tusuk,tidak terdapat oedem

16
4. Riwayat penyakit sekarang
S: pasien mengatakan sesak datng tiba tiba dan pusing ketika selesai
menegerjakan pekerjaan rumah
A : Pasien memiliki Alergi Debu
M: Paracetamol 500 mg
P : Pasien memiliki Riwayat penyakit ASMA
L : Makan terakhir yang dimakan nasi + ayam
E : karena kelelahan dan tiba tiba meresa pusing dan sesak

5. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala
D : Tidak ada perubahan bentuk ( Normochepal )
O : Tidak ada luka
T : Tidak ada nyeri tekan
S : Tidak ada pembengkakan
b. Leher
D : Tidak ada perubahan bentuk
O : Tidak ada luka
T : Tidak ada nyeri tekan
S : Tidak ada pembengkakan
c. Dada
D : Tidak ada perubahan bentuk , nafas terlihat berat
O : Tidak ada luka
T : Tidak ada nyeri tekan ,tampak rasa tidak nyaman
S : Tidak ada pembengkakan
d. Abdomen
D : Tidak ada perubahan bentuk ( Normochepal )
O : Tidak ada luka
T : Tidak ada nyeri tekan
S : Tidak ada pembengkakan
e. Pelvis
D : Tidak ada perubahan bentuk ( Normochepal )
O : Tidak ada luka
T : Tidak ada nyeri tekan
S : Tidak ada pembengkakan
17
f. Punggung
D : Tidak ada perubahan bentuk ( Normochepal )
O : Tidak ada luka
T : Tidak ada nyeri tekan
S : Tidak ada pembengkakan
g. Eksremitas
D : Tidak ada perubahan bentuk ( Normochepal )
O : Tidak ada luka
T : Tidak ada nyeri tekan
S : Tidak ada pembengkakan

6. Pasient Assasment
Waktu ABCDE Suhu Warna Kelembapan
16.30 1. Airway: Terdapat 38,5°C Kemerahan Kulit lembab
sumbatan jalan nafas
berupa sputum,
terdengar suara
wheezing
2. Breathing:Irama nafas
tachipneu, tidak
terdapat trauma
dada,nafas tidak teratur.
Rr:26x/menit,Spo2:90%
3. Circulation :
-Tekanan darah:
130/85mmHg
-Nadi : 80x/menit
-Suhu :38,5°C
-CRT:< 2 Detik
4. Disability : pasien
datang bersama
anaknya, pasien dapat
berjalan, kesadaran
compos metis.

18
5. Eksposure : tidak
terdapat kelainan, tidak
terdapat luka
tusuk,tidak terdapat
cidera.

7. Diagnose keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
c. Hipertermia b.d proses penyakit

8. Intervensi Keperawatan
No Hari / Tanggal Diagnose Intervensi Rasional
11. Selasa, Pola nafas 1. Monitor pola nafas 1. Untuk mengetahui
16 Jan 24 tidak efektif 2. Posisikan semi kedalam nafas
b.d fowler 2. Untuk memberikan
Hambatan 3. Berikan oksigen rasa nyaman
upaya nafas 4. Anjurkan minum 2 3. Untuk mengurangi
liter/hari sesak
4. Agar kebutuhan
cairan terpenuhi
2 2. Selasa, Bersihan 1. Monitor bunyi 1. Untuk mengetahui
16 Jan 24 jalan nafas nafas bunyi nafas
tidak efektif 2. Monitor sputum 2. Untuk mengetahui
b.d spasme 3. Posisikan semi jumlah sputum
jalan nafas fowler 3. Untuk memberikan
4. Kolaborssi rasa nyaman
pemberian inhalasi 4. Untuk mengurangi
nebulizer rasa ssesak

19
33. Selasa, Hipertermia 1. Indentifikasi 1. Untuk mengetahui
16 Jan 24 b.d proses penyebab penyebab hipertermi
penyakit hipertermi 2. Untuk mengathui
2. Monitor suhu tubuh suhu tubuh
3. Kolaborasi 3. Untuk mengurangi
pemberian obat rasa sakit
4. Anjurkan minum 2 4. Untuk memenuhi
liter / hari kebutuhan cairan

9. Implementasi Keperawatan
a. Tindakan keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Respon


1 1. Selasa, Pola nafas1 16.30 1. Memonitor pola 1. Pola nafas
16 Jan 24 tidak efektif nafas tidak teratur
b.d 2. Memposisikan semi 2. Pasien
Hambatan fowler merasa
upaya nafas 3. Memberikan nyaman
oksigen nasal kanul 3. Sesak
3lpm berkurang
4. Menganjurkan 4. Asupan
minum 2 liter / cairan dapat
menit terpenuhi
2 2. Selasa, Bersihan 1 16.30 1. Memonitor bunyi 1. Terdengar
16 Jan 24 jalan nafas nafas wheezing
tidak efektif 2. Monitor sputum 2. Terdapat
b.d spasme 3. Memposisikan sputum
jalan nafas semi fowler berwarna
4. Kolaborasi putih
pemberian inhalasi 3. Pasien
( pulmicort dan merasa
combiven ) nyaman
4. Sesak
berkurang

20
3 3. Selasa, Hipertermia 1 16.30 1. Mengidenfitikasi 1. Pasien
16 Jan 24 b.d proses penyebab merasa
penyakit hipertermi pusing
2. Memonitor suhu 2. S: 38,6 akral
tubuh teraba hangat
3. Mengkolaborasi 3. Pusing
pemberian obat ( berkurang
pct 500 mg ) 4. Cairan tubuh
4. Menganjurkan terpenuhi
minum 2 liter

b. Studi obat
Nama Obat Tanggal Cara dosis Cara kerja Respon dan efek
terapi freskuensi fungsi
Paracetamol 16.01.24 Oral, 500 Dengan cara Respon:mengurangi
mg / 4 menghambat rasa nyeri
Jam prostaglandin,zat
kimia tubuh Efek: mual
yang
memberikan
efek nyeri pada
tubuh.
Omeprazole 16.01.24 Intravena , Berperan besar Respon :Mengatasi
5 mg/24 dalam produksi mual dan muntah
jam asam lambung
agar tidak terjadi
mual muntah.
Pulmikort 16.04.24 Inhalasi, Bekerja langsung Respon : sputum
2ml pada saluran mudah dikeluarkan
pernafasan untuk
mengencerkan Efek : melegakan
dahak melalui pernafasan
inhalasi

21
Combivent 16.01.24 Inhalasi, Bekerja pada Respon: sesak dapat
0,25ml saluran berkurang
pernafasan
lansung dengan Efek:Nafas lebih
membuka jalan teratur
nafas melalui
uap nebulizer.

10. Evaluasi keperawataN


No Hari / Tanggal Diagnosa Evaluasi
1 1. Selasa, Pola nafas S : Klien mengatakan nafas tidak berat
16 Jan 2024 tidak efektif seperti pertama datang
O : Klien masih tampak lemas RR:
26X/M spo2 : 90%
A: Masalah pola nafas tidak efektif
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor pola nafas
2. Berikan oksigen
2 2. Selasa, Beraihan jalan S : Klien mengatakan nafas sudah lebih
16 Jan 2024 nafas tidak baik
efektif O : Klien tampak lebih segar rr: 22x/m
spo2: 98%
A : Masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 3. Selasa, Hipertermi S : Klien mengatakan pusing berkurang
16 Jan 2024 O : Klien tampak lebih segar td : 120/80
mmhg s: 37,5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan
peradangan penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat di timbul di segala usia , tetapi umumnya asma lebih sering
terjadi pada anak anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar
30 tahunan.
Kita dapat melakukan pencegahan asma antara lain : menjaga kesehatan,
menjaga kebersihan lingkungan, menghindari pencetus terjadi nya asma.
Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi
gejala yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien ,
keluarga , dokter.
Oleh karena itu pasien asma dan keluarga nya harus di beri informasi
lengkap tentang obat yang di konsumsi : kegunaan dosis, efek samping obat,
aturan pakai , cara pakai obat. Pasien hendak nya juga menghindari faktor yang
menjadi sebab nya terjadi nya timbul nya asma.

B. Saran
1. Bagi klien
Klien dapat memahami tindakan keperawatan yang telah diberikan
dirumah sakit dan klien dapat menerapkan apa yang perawat dianjurkan
pada dirinya sehingga dapat mengatasi dengan mandiri pada saat terjadinya
sehingga dapat mengatasi dengan mandiri pada saat terjadinya sesak napas.
2. Bagi Profesi Kesehatan / Keperawatan
Penulis mengharapkan perawat untuk lebih meningkatkan proteksi dari dan
meningkatkan kualitas pelayanan baik secara fisik maupun non fisik serta
memberikan peningkatan penyuluhan kesehatan terhadap klien dengan
asma sebelum pulang agar penyakitnya tidak kambuh lagi.

23
Daftar Pustaka

Betz Cecily, Linda A Sowden. 2020. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC:
Jakarta.
Capernito, Lynda J. 2019. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
EGC: Jakarta.

Ngastiyah. 2019. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.

Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

24

Anda mungkin juga menyukai