OLEH :
KELOMPOK 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat pada Gangguan Sistem Respirasi dengan Asma Bronkhial” dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat
darurat dan manajemen bencana II. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi dengan
Asma Bronkhial bagi para pembaca dan juga kami.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nabila
Siregar S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah keperawatan gawat darurat dan
manajemen bencana II, yang telah mengajarkan dan membimbing kami untuk dapat
menyelesaikan tugas makalah yang diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh
karena itu segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang membangun. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis dan pada bidang pendidikan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Defenisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinik
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Komplikasi
8. Penatalaksanan medis
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma bronkial atau asma adalah suatu penyakit pada saluran napas yang
sering dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Penyakit asma masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia yang sebagian
diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai
berat, beberapa kasus bahkan menyebabkan kematian. Asma merupakan penyakit
kronis yang sering muncul pada masa kanak-kanak sampai usia muda yang dapat
menyebabkan kehilangan hari-hari bersekolah dan hari kerja produktif, gangguan
aktivitas sosial, dan berpontensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Asma adalah salah satu penyakit tidak menular utama yang bersifat kronis
dimana terjadi kondisi pada saluran udara paru-paru mengalami peradangan dan
penyempitan (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2019). Tanda
gejala dari penyakit asma bervariasi seperti adanya suara napas mengi, sesak
napas, batuk, keterbatasan aliran udara ekspirasi. Penderita asma sering mengalami
periode gejala yang memburuk dan saluran napas yang memburuk atau obstruksi
disebut eksaserbasi yang bisa berakibat fatal (GINA, 2021). Asma diartikan sebagai
suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem pernapasan yang bersifat kronik
dengan gejala yang muncul yaitu mengi (wheezing), sesak napas, batuk, kesulitan
bernapas terutama ketika malam hari atau dini hari, keterbatasan/pemanjangan
aliran udara eskpirasi (Boulet et al., 2019).
Dua Masalah keperawatan yang dapat muncul pada kasus asma bronkial yaitu
pola napas tidak efektif. Pola napas tidak efektif adalah suatu kondisi dimana
inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (PPNI, 2016).
Distress pernapasan merupakan kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen
dalam tubuh, karena konsentrasi oksigen yang rendah. Terhambatnya suplai oksigen
dalam tubuh karena kesulitan bernapas, tubuh akan menstimulus syaraf pusat untuk
meningkatkan frekuensi pernapasan (Hidayatin, 2020).
Faktor risiko yang memicu asma yaitu zat, partikel yang terhirup memicu reaksi
alergi atau mengiritasi saluran napas (Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, 2019). Terdapat 5 faktor pencetus asma pada anak yaitu udara
dingin, flu dan infeksi, kelelahan, debu, dan asap rokok. Faktor keturunan dan
keluarga merupakan pencetus penyakit asma pada anak seperti riwayat asma, anak
yang merokok, dan orang tua yang merokok dengan kejadian asma pada anak
(Dharmayanti et al., 2015). Faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit asma adalah genetik, infeksi saluran napas, faktor lingkungan seperti
terpapar allergen, asap rokok, polusi udara, obesitas, dan nutrisi pada saat
kehamilan (Miraglia del Giudice et al., 2014).
Penyakit asma sudah memengaruhi lebih dari 260 juta orang secara global dan
menyebabkan hampir setengah juta kematian pada tahun 2019 (GINA, 2021).
Menurut laporan WHO (2021), asma memengaruhi sekitar 262 juta orang pada tahun
2019, angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun
2025. Sekitar 26 juta orang terjangkit asma di Amerika Serikat, 7 juta diantaranya
adalah anak-anak (Morris & Pearson, 2020). Angka kejadian asma berdasarkan
catatan diagnosis dokter di berbagai belahan dunia adalah 4,3%. Paling rendah di
Cina (0,2%) dan tertinggi di Australia (21%). Berdasarkan keluhan klinis yang
dilaporkan pasien, angka prevalensi asma adalah 4,5%, dengan variasi antar negara
yang cukup lebar. Angka prevalensi terendah di Vietnam sebesar 1%, tertinggi di
Australia 21,5% (The World Health Survey dalam Ngurah Rai & Bagus Artana,
2016). 5 Negara Indonesia pada tahun 2018 memiliki rata-rata angka kejadian asma
pada semua umur sebesar 2,4%. Kejadian tertinggi terjadi di Provinsi Yogyakarta
sebesar 4,5% dan kejadian terendah di Provinsi Sumatra Utara sebesar 1%,
Prevalensi asma pada anak di Indonesia sebesar 0,4% pada usia < 1 tahun, 1,6%
pada usia 1-4 tahun, 1,9% pada usia 5-14 tahun, 1,1% pada usia 15-24 tahun,
berdasarkan catatan medis Rumah Sakit Umum Daerah Imelda Medan, data
penderita asma tahun 2022 adalah sebanyak Januari-Juni 2022 berjumlah 290
pasien (Riskesdas, 2018).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Gangguan sistem Respirasi
dengan Asma Bronkhial?”.
C. TUJUAN
1. Tujuan Utama
Mengetahui konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan
gangguan sistem respirasi Asma Bronkhial.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi asma bronkhial.
b. Menjelaskan etiologi asma bronkhial.
c. Menjelaskan klasifikasi asma bronkhial.
d. Menjelaskan patofisiologi asma bronkhial.
e. Menjelaskan manifestasi klinis asma bronkhial.
f. Menjelaskan pemeriksaan penunjang asma bronkhial.
g. Menjelaskan komplikasi asma bronkhial.
h. Menjelaskan penatalaksanan medis asma bronkhial.
i. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada asma
bronkhial.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
Agar menambah Ilmu Keperawatan Gawat Darurat system pernapasan
untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada penyakit Asma Bronkhial
dengan masalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
2. Bagi Pendidikan
Sebagai penyambung Ilmu Asuhan Keperawatan dengan klien Asma
Bronhail sehingga dapat menambah referensi dan acuan dalam memahami
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Asma Bronkhial.
3. Bagi Pasien
Sebagai tambahan penegetahuan untuk memahami keadaanya, sehingga
mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan masalah serta ikut serta
memperhatikan dalam melaksanakan Tindakan keperawatanyang diberikan
dan diajarkan oleh perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI ASMA BRONKHIAL
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantar
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih nomal.
Beberapa faktor penyebab asma, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status
atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan (Nurarif & Kusuma, 2016)
Asma adalah kondisi yang dikarakteristikan dengan inflamsi lapisan jalan
napas bronkial. Sel yang melapisi bronkus melepaskan zat kimia yang menyebabkan
inflamsi ketika sel ini terstimulus oleh iritan dan allergen. Ketidakefektifan pola napas
adalah masalah utama pada klien asma bronkhial. Apabila tidak segera ditangani
akan menimbulkan kematian pada klien asma, karena masalah pertukaran gas yang
disebabkan oleh obtruksi saluran napas (Rosdahl,C.B& T.Kowalski,M, 2017).
Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang ditandai oleh penyempian
jalan nafas. Penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan pasien mengalami
dispnea, batuk, mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam
bergantian dengan periode bebas gejala (Puspitasari, 2019)
Infeksi saluran
pernapasan
Pengaktifan respon
imun (sel mati)
Pengaktifan Mediator
kimiawi,histamin
Serangan paroksimal
2. DIAGNOSA
Menurut buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun (2016)
yaitu :
a. Bersihkan jalan napas berhubungan dengan spasme jalan napas ditandai
dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi,
wheezing dan/atau ronkhi kering, meconium di jalan napas, gelisah, sianosis,
bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah (D.0001).
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (mis:
kelemahan otot pernapasan) ditandai dengan dipsnea, penggunaa otot bantu
pernafasan, pasien ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal, pernafasan
pursed-lip, pernafasan cuping hidung, diameter thoraks anterior posterior
meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekpirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah (D.0005).
c. Ansiaetas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai dengan
merasa khawatir dengan akibat dan kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi,
tampak gelisah, sulit tidur, frekuensi napas meningkat, denyut nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata
buruk (D.0080).
3. INTERVENSI
N Diagnosa Luaran dan Kriteria Intervensi
O Hasil
01 Bersihkan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (I. 01011)
napas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 1x24 jam a. Monitor pola napas (frekuensi,
dengan spasme diharapkan bersihan kedalaman, usaha napas)
jalan napas jalan napas meningkat b. Monitor bunyi napas tambahan
ditandai dengan (L. 01001) (misalnya: gurgling, mengi,
batuk tidak Kriteria hasil: wheezing, ronchi kering)
efektif, tidak a. Batuk efektif c. Monitor sputum (jumlah, warna,
mampu batuk, meningkat aroma)
sputum berlebih, b. Produksi sputum Terapeutik
mengi, wheezing menurun a. Pertahankan kepatenan jalan
dan/atau ronkhi napas dengan head-tilt dan chin-
kering, c. Mengi menurun lift (jaw thrust jika curiga trauma
meconium di d. Wheezing menurun fraktur servikal)
jalan napas, e. Meconium menurun b. Posisikan semi-fowler atau fowler
gelisah, sianosis, f. Dispnea menurun c. Berikan minum hangat
bunyi napas g. Ortopne menurun d. Lakukan fisioterapi dada, jika
menurun, h. Sulit bicara menurun perlu
frekuensi napas i. Sianosis menurun e. Lakukan penghisapan lendir
berubah, pola j. Gelisah menurun kurang dari 15 detik
napas berubah k. Frekuensi napas f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
(D.0001). membaik penghisapan endotrakeal
l. Pola napas membaik g. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
h. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
b. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
02 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (I. 01011)
efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 1x24 jam a. Monitor pola napas (frekuensi,
dengan diharapkan pola napas kedalaman, usaha napas)
hambatan upaya membaik (L. 01004) b. Monitor bunyi napas tambahan
nafas (mis: Kriteria hasil: (misalnya: gurgling, mengi,
kelemahan otot a. Ventilasi semenit wheezing, ronchi kering)
pernapasan) meningkat c. Monitor sputum (jumlah, warna,
ditandai dengan b. Kapasitas vital aroma)
dipsnea, meningkat Terapeutik
penggunaa otot c. Diameter thoraks a. Pertahankan kepatenan jalan
bantu anterior-posterior napas dengan head-tilt dan chin-
pernafasan, meningkat lift (jaw thrust jika curiga trauma
pasien ekspirasi d. Tekanan ekspirasi fraktur servikal)
memanjang, pola meningkat b. Posisikan semi-fowler atau fowler
nafas abnormal, e. Tekanan insprirasi c. Berikan minum hangat
pernafasan meningkat d. Lakukan fisioterapi dada, jika
pursed-lip, f. Dispnea menurun perlu
pernafasan g. Penggunaan otot e. Lakukan penghisapan lendir
cuping hidung, bantu napas kurang dari 15 detik
diameter thoraks menurun f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
anterior posterior h. Pemanjangan fase penghisapan endotrakeal
meningkat, ekspriasi menurun g. Keluarkan sumbatan benda padat
ventilasi semenit i. Ortopnea menurun dengan forsep McGill
menurun, j. Pernapasan pursed- h. Berikan oksigen, jika perlu
kapasitas vital lip menurun Edukasi
menurun, k. Ferkuensi napas a. Anjurkan asupan cairan 2000
tekanan ekpirasi membaik ml/hari, jika tidak ada
menurun, l. Kedalaman napas kontraindikasi
tekanan inspirasi membaik b. Ajarkan Teknik batuk efektif
menurun, m. Ekskursi dada Kolaborasi
ekskursi dada membaik a. Kolaborasi pemberian
berubah bronkodilator, ekspektoran,
(D.0005). mukolitik, jika perlu.
A. Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Ny.R
Usia : 23 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
No. MR : 15-93-08
TRIAGE: P2
GENERAL IMPRESSION:
Penampilan/kesan umum : Pasien tampak lemah
Keluhan utama/alasan masuk RS: Klien mengatakan sesak nafas disertai batuk
produktif
A. PENGKAJIAN PRIMER:
1. Airway
Keluhan lain : -
2. Breathing
Batuk : Ada
Keluhan lain :-
3. Circulation
CRT : 2 Detik
Keluhan lain : -
4. Disability
Respon : Alert
Kesadaran : Composmentis
Pupil : Isokor
5. Eksposure
Keluhan lain : -
B. PENGKAJIAN SEKUNDER:
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
BB : 55 kg
TB : 155 cm
IMT : 22,8
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan Diagnostik
MCV 85-95 88
MCH 27-34 38
MCHCH 32-37 31
0-1 0
Basofil 1-3 1
Eosinofil 3-5 1
N. batang 50-70 67
Limfosit 2-8 10
Monosit
TERAPI:
C. Intervensi Keperawatan
B. Saran
1. Bagi Perawat
Dalam perawatan sistem respirasi hendaknya dilakukan dengan hati-hati, cermat dan
teliti agar mempercepat proses penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda gejala
adanya gangguan sistem respirasi, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien
secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan
fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan
keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan
keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga penyebab
gangguan sistem respirasi, pencegahan, dan penanganan.
2. Bagi Mahasiswa
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada kasus ini mahasiswa dapat menambah
wawasan tentang masalah Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif pada Pasien Asma
Bronkhial.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis (Edisi Revi). MediAction.
Prastyo. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Sistem Pernafasan :
Asma Bronkhiale Di Bangsal Melati Rsud Banyudono. Surakarta : Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Salemba Medika
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Krateria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rosdahl, C. B., dan Kowalski, M. T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sudoyono, Aru W, dkk. (2016) . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.