Anda di halaman 1dari 40

FARMAKOLOGI

“OBAT ASMA”

Disusun oleh :

 Amellia Putri Aqila

 Annisa Sasqia N

 Siti Hamdiah

Kelas : 04farp001
DIPLOMA lll FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA PERSADA

2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................3

1.1 Latar Belakang.....................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................3

1.3 Tujuan penulisan..................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................3

2.1 Pengertian Asma..................................................................................3

2.2 Klasifikasi Asma..................................................................................5

2.3 Asma Bronkial.....................................................................................6

2.3.1 Definisi Asma Bronkial..................................................................6

2.3.2 Klasifikasi Asma Bronkial............................................................6

2.3.3 Gejala Asma Bronkial....................................................................8

2.3.4 Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :.............................9

2.4 Bronkitis Kronis...................................................................................9

2.4.1 Definisi Bronkitis Kronis...............................................................9

2.4.2 Faktor resiko bronkitis kronik......................................................10

2.4.3 Gejala bronkitis kronik................................................................10

2.4.4 Pengobatan bronkitis kronik........................................................11

2.5 Patofisiologi Asma.............................................................................13

2
2.6 Gejala Penyakit Asma........................................................................13

2.7 Penyebab Terjadinya Asma................................................................14

2.8 Perawatan terhadap asma...................................................................15

2.9 Manifestasi klinik...............................................................................16

2.10 Terapi Farmakologi dan non Farmakologi Asma..........................16

2.11 Penggolongan Obat Asma..............................................................20

2.12 Pencegahan Penyakit Asma............................................................35

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................36

2.13 Pencegahan Penyakit Asma............................................................42

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................43

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma adalah penyakit keturunan yang tidak menular. Asma mempengaruhi

lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indikator menunjukkan penyakit asma

terus menerus meningkat, khususnya diantara anak-anak. Meskipun penelitian untuk

mencegah asma terus berkembang akhir-akhir ini, asma tetap merugikan tubuh. Di

Amerika Serikat tercatat sekitar 2 juta penderita asma yang mengunjungi Unit gawat

darurat setiap tahunnya, dan sekitar 500.000 penderita asma yang harus menjalani

rawat inap, dan sebagai peringkat ketiga penyebab rawat inap.

Disatu sisi, dunia kedokteran dan farmasi telah mencapai kemajuan yang

sangat signifikan dalam pemahaman mengenai asma sebagai penyakit. Namun

ironisnya, dari sisi lain, meski berjuta-juta dollar telah dikeluarkan untuk berbagai

studi dan riset mengenai asma, nyatanya jumlah penderita baru asma diseluruh dunia

terus meningkat dari tahun ketahun, tanpa bisa diketahui secara jelas apa

penyebabnya. Asma pada anak di Indonesia cukup tinggi, terutama dikota-kota besar,

hingga mencapai hampir 17%.

Asma adalah salah satu penyakit kronis dengan jumlah penderita terbanyak

saat ini. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari,

bulu binatang, asap, udara dingin, dan olahraga serta racun yang ada disekitar kita

yang bisa mencetuskan terjadinya asma itu sendiri.

4
Ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya mengontrol asma mereka

menyebabkan semakin tingginya tingkat keparahan penyakit asma yang dideritanya.

Padahal, jika penderita bisa mengetahui penyakit asma mereka secara dini, maka

penderita dapat mengendalikannya secara tepat, dan penyakit asma yang diderita

akan semakin membaik dan terkontrol, karena asma adalah suatu penyakit yang bisa

dikendalikan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat rumusan berbagai masalah, yaitu :

1. Apa pengertian asma ?


2. Factor pencetus penyakit asma ?
3. Apa saja tanda dan gejalanya?
4. Bagaimana perawatan terhadap penyakit asma?
5. Bagaimana penanganan dan pengobatan dari penyakit asma?

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui pengertian asma


2. Menjelaskan factor pencetus asma
3. Menjelaskan tanda dan gejalanya
4. Menjelaskan cara perawatannya
5. Menjelaskan cara penanganan dan pengobatan asma

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Asma

Asma merupakan penyakit inflamasi dimana ukuran diameter jalan napas

menyempit secara kronis akibat edema dan tidak stabil (Neal,2006).

Menurut National Asthma Education and prevention Program (NAEPP) pada

National Institute of Health (NIH) Amerika, asma didefinisikan sebagai penyakit

inflamasi kronik pada paru yang dicirikan oleh obstruksi saluran napas yang bersifat

revesibel, inflamasi jalan napas, peningkatan respon jalan napas terhadap berbagai

rangsangan (ikawati,2006).

Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari Bahasa yunani

yang mengandung arti “sulit bernapas”. Penyakit asma adalah suatu penyakit kronik

(menahun) yang menyerang saluiran pernafasan (bronkial) pada paru dimana terdapat

peradangan (inflamasi) dinding rongga bronkial sehingga mengakibatkan

penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang menagalami sesak nafas.

Penyakit asma paling banyak ditemukan dinegara maju, terutama yang tingkat polusi

udaranya tinggi baik dari asap kendaraan maupun debu padang pasir.(Deka,2014)

Secara global, pengertian asma adalah suatu jenis penyakit gangguan

pernafasan khususnya pada paru-paru. Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal

dengan penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak nafas yang dikarenakan adanya

aktivitas berlebih yang mengakibatkan tetrhadap suatu rangsangan tertentu, yang

6
menyebabkan peradangan dan penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang

mengalirkan oksigen ke paru-paru dan ronga dada. Umumnya seseorang yang

menderita sesak napas atau asma bersifat sementara dan dapat sembuh seperti sedia

kala dengan atau tanpa bantuan obat. (Deka,2014)

Pada saat seseorang penderita asma terkena factor pemicunya, maka dinding

saluran nafasnya akan menyempit dan membengkak sehingga menyebabkan sesak

nafas. Kadang, dinding saluran napas pun dilumuri oleh lendir yang lengket sehingga

dapat menyebabkan sesak nafas yang lebih parah. Jika tidak ditangani dengan baik,

asma bahkan dapat menyebabkan kematian. (Deka,2014)

Penyakit asma tidak mengenal umur, ras, dan derajat seseorang. Siapapun

dapat terkena penyakit asma mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Jika pada

anak-anak penyakit asma ini bersifat kronik. Menurut data dan sumber yang

diperoleh oleh asosiasi paru-paru di Amerika mengungkapkan bahwa 1 diantara 3

orang penderita asma adalah mereka yang berusia dibawah usia 18 tahun. Alergi

merupakan penyebab utama pemicu timbulnya gejala asma. Diketahui sekitar 80%

penyakit asma banyak menyerang anak-anak dan 50% menyerang orang dewasa.

Menurt sebuah sumber dari sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika dan Eropa

menegaskan dalam buku “American Journal Of Repiratory and Critical Care

Medicine” mengungkapkan “bila salah orang tua mengidap penyakit asma besar

kemungkinan anak juga akan menderita asma yang resikonya 3x lipat lebih besar dari

orang tuanya, sedangkan apabila kedua orang tua menderita asma, maka anak juga

7
akan menderita asma 6x lebih besar resiko dari penyakit asma disbanding orang

tuanya”.

2.2 Klasifikasi Asma

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3

tipe, yaitu :

1. Ektrinsik ( alergik )

Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh factor-faktor

pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-

obatan ( antibiotic dan aspirin ), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering

dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergik.

2. Intristik ( non alergik )

Ditandai dengan adanya raeksi non alergi yang bereaksi terhadap

pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau

bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.

Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan

berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronis dan

emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mrmpunyai

karakteristik dari bentuk alergi dan non-alergik.

8
2.3 Asma Bronkial

2.3.1 Definisi Asma Bronkial

Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap

reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam

rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas terhadap berbagai

macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang

disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.

Asma bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi ( peradangan )

kronik saluran nafas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap

berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodic berulang berupa

mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutana pada malam atau

dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa

poengobatan.

2.3.2 Klasifikasi Asma Bronkial

1. Klasifikasi Asma Bronkial Berdasarkan Penyebabnya


 Asma Bronkial Ekstrinsik/Alergi/Atopik
a. Asma dengan alergan seperti bulu binatang, debu, te[ung sari,

makanan dan lain-lain. Allergen terbanyak adalah airbone dan

musiman ( seasonal ).
b. Memiliki riwayat penyakit alergi pada keluarga.
c. Biasanya dimulai sejak kanak-kanak.
 Asma Bronkial Non Atopik/Non Alergik
a. Factor-faktor pencetus : common cold, infeksi saluran pernafasan

atas, aktivotas, emosi/ stress, dan polusi lingkungan. Beberapa

agen farmkologi seperti bahan sulfat ( penyedap makanan )

9
b. Serangan Asma Bronkial ini dengan berjalannya waktu dapat

berkembang menjadi bronchitis dan empisema.


c. Pada beberapa kasus dapat menjadi Asma Bronkial campuran
d. Biasanya dimulai ketika dewasa.
 Asma Bronkial Campuran/Mixed Asma Bronkial
a. Asma Bronkial yang paling sering ditemukan
b. Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis Asma Bronkial alergi

dan non alergi.


2. Klasifikasi Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial
 Asma Bronkial Intermiten

Gejala-gejala kuranf dari satu kali perminggu, kekambuhan

( eksaserbasi ) sebentar, gejala-gejala di malam hari tidak lebih dari

dua kali perbulan.

 Asma Bronkial Persisten Ringan


Gejala – gejala lebih dari sekali per minggu tetapi kurang dari

satu kali per hari, eksaserbasi dapat mempengatruhi aktivitas dan tidur,

gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan.


 Asma Bronkial Persisten Sedang
Gejala – gejala setiap hari, ekserbasi dapat mempengaruhi aktivitas

dan tidur, gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali perbulan.
 Asma Bronkial Persisten Berat
Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi sering kali, gejala – gejala Asma

Bronkialdi malam hari sering kali, keterbatasan aktivitas fisik.

2.3.3 Gejala Asma Bronkial

Gejala Asma Bronkial bersifat episodic, seringkali reversible dengan

atau tanpa pengobatan. Gejala awal berupa :

1. Batuk terutama pada malam atau dini hari


2. Sesak nafas

10
3. Napas berbunyi ( mengi ) yang terdengar saat menghembuskan nafas
4. Rasa berat di dada
5. Dahak sakit keluar

Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa,

yang termasuk gejala berat adalah :

1. Serangan batuk yang berat


2. Sesak nafas yang berat dan tersengal-sengal
3. Siaosis
4. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
5. Kesadaran menurun

2.3.4 Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :

1. Obat pereda/pelega ( reliever )/ Golongan Bronkodilator


a. Obat untuk serangan Asma Bronkial akut.
b. Obat yang dapat melebarkan saluran nafas dengan jalan melemaskan

otot-otot saluran nafas yang sedang mengkerut


2. Obat pencegahan serangan Asma Bronkial ( preventer )/ Golongan

kortikosteroid sistemik
a. Obat yang menjaga agar peradangan saluran nafas tetap terkontrol dan

mencegah agar saliran nafas tidak terus menyempit hingga tahap yang

dapat menimbulkan serangan Asma Bronkial.


b. Tidak dapat segera menghilangkan gejala Asma Bronkial karena untuk

mengurangi peradangan diperlukan paling sedikit 6-8 jam.


c. Diberikan bila obat-obat bronkodilator sudah tidak mempan lagi.
3. Obat-obat yang sering digunakan bersamaan dengan obat antiasma seperti

Antibiotika, antihistamin, obat batuk dan lain-lain.

11
2.4 Bronkitis Kronis

2.4.1 Definisi Bronkitis Kronis

Terma bronkitis kronis diperkenalkan di Negara inggris pada awal abad ke-19

untuk mendeskripsi inflamasi mukosa bronkial yang kronik. Menurut teori medis

bronkitis kronik didefinisikan secara klinis sebagai inflamasi kronik pada mukosla

bronkial yang menyebabkan gejala batuk kronik berdahak untuk 3bulan pada setiap 2

tahun berturut-turut (CHEST,1995). Bronkitis kronik adalah eskpektorasi sputum

sekurang-kurangnya 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut dan pada kebiasaannya ada

obstruksi pernafasan (meyer, 2003). Bronchitis kronik adalah kelainan saluran napas

yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurag-

kurangnya 2 tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lain (PDPI,2003).

Bronkitis kronik dapat dibagi atas :

1. Simple chromic bronchitis: bila sputumnya mukoid


2. Chromic / recurrent mucopurulent bronchitis : dahak mukopurulen
3. Chromic obstructive bronchitis : obstruksi saluran napas menetap.

2.4.2 Faktor resiko bronkitis kronik

a. Merokok
b. Hiperrensponsif saluran pernapasan
c. Infeksi saluran pernapasan
d. Pemaparan akibat pekerjaan
e. Polusi udara
f. Faktor genetic

2.4.3 Gejala bronkitis kronik

a. Gejala respirasi
1. Sesak napas yang semakin bertambah berat
2. Peningkatan volume dan purulensi sputum

12
3. Batuk yang semakin sering
4. Napas yang dangkal dan cepat
b. Gejala sistemik
1. Peningkatan suhu tubuh
2. Peningkatan denyut nadi serta gangguan status mental pasien

(GOLD,2011)

2.4.4 Pengobatan bronkitis kronik

Tujuan utama pengobatan adalah untuk meredakan gejala, mencegah

progresifitas penyakit, meningkatkan toleransi pada aktivi seharian, memperbaiki

status kesehatan, mengobati komplikasi, dan mencegah eksaserbasi berikut. Obat-

obat yang digunakan adalah :

1. Bronkodilator
Diberikan dalam bentuk oral, kombinasi golongan beta 2 agonis dengan

golongan anti kolinergik. Kombinasi kedua golongan ini akan

memperkuat efek bronkodilatasi karena keduanya mempunyai tempat

kerja yang berbeda. Masing – masing dalam dosis sub optimal, sesuai

dengan berat badan dan beratnya penyakit sebagai dosis pemeliharaan.

Contohnya aminofilin/teofilin 100-150 mg kombinasi dengan salbutamol

1 mg atau terbutalin 1 mg.


2. Kortikosteroid (antiinflamasi)
Diberikan golongan metil prednisolone atau prednison, dalam bentuk oral

atau injeksi intravena, setiap hari atau selang sehari dengan dosis minimal

250 mg.
3. Antibiotik
Diberikan untuk mencegah dan mencegah eksaserbasi serta infeksi.

Antibiotic juga diberikan sekiranya ada peningkatan jumlah sputum,

13
sputum berubah menjadi purulent dan peningkatan sesak. Pemilihan

antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat. Jenis antibiotic yang

bisa diberikan makrolid, sefalosporin generasi II, generasi III, kuinolon

dan flurokuinolon.
4. Ekspektoran
Diberikan obat batuk hitam (OBH)
5. Mukolitik
Diberikan pada eksaserbasi karena akan mempercepatkan perbaikan

eksaserbasi dengan mengencerkan dahak. Gliseril guaiakolat dapat

diberikan bila sputum mukoid tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian

rutin.
6. Antitusif
Kodein hanya diberikan bila batuk kering dan sangat mengganggu.

Manfaatkan antitusif yang tersedia sesuai dengan perkiraan pathogenesis

yang terjadi pada keluhan klinis. Perhatikan dosis dan waktu pemberian

untuk menghindari efek samping obat.


7. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup, diberikan

N-asetilsistein.

2.5 Patofisiologi Asma

1. Obstruksi saluran pernafasan disebabkan oleh banyak factor seperti

Bronkospasme, edema, hipersekresi bronkus, hiperesponsif bronkus dan

inflamasi.
2. Serangan asma yang tiba-tiba disebabkan oleh factor yang diketahui atau

tidak diketahui, faktor-faktor itu meliputi terpapar allb. ergen,virus,polutan

atau zat-zat lain yang dapat merangsang inflamasi akut atau konstriksi

bronkus.

14
3. Terlepasnya mediator kimiawi yang terbentuk pada saat cedera

jaringan,sel mast dan leukosit di saluran pernafasan


4. Kontraksi otot polos bronkus dan sekresi mucus dipengaruhi oleh system

simpatik dan parasimpatik. Perangsangan parasimpatik melalui nervus

vagus menyebabkan bronkokontriksi dan sekresi mucus. Stimulasi nervus

vagus dapat terjadi karna rangsangan oleh berbagai zat pada saluran

pernapasan (priyanto,2009).

2.6 Gejala Penyakit Asma

1. Sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca

dingin.
2. Rasa sesak di dada.
3. Pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher.
4. Kebingungan. Letragi ( keadaan kesadaran dimana penderira speerti tidur

lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur

kembali ).
5. Sianosis ( kulit tampak kebiruan ).
6. Kadang beberapa alveoli ( kantong udara di paru-paru ) bisa pecah dan

menyebabkan udara terkumpul di dalam ronffa pleura atau menyebakan

uadara terkumpul disekitar organ dada.

2.7 Penyebab Terjadinya Asma

1. Penyempitan saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh

berbagai rangsangan seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara

dan olahraga.
2. Otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi

saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradanga

15
( inflamasi ) dan pelepasan lender kedalam saluiran udara ( disebut

bronkokontriksi ) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus

berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.


3. Sel-sel tertentu di dalam saluran nafas, terutama matosit diduga

bertanggung jawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini.

Mastosit disepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan

leukortien yang menyebabkan terjadinya :


- Kontarksi otot polos
- Peningkatan pembentukan lendir
- Perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki

Mastosit mngeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang

mereka kenal sebagai benda asing ( allergen ), seperti serbuk sari, debu

halus yang terdapat didalam rumah atau bulu binatang.

4. Terapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu.

Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olahraga atau

berada dalam cuaca dingin. Stress dan kecemasan juga bisa memicu

dilepaskannya histamine dan leukortien.


5. Sel lainnya yakni eosinophil yang ditemukan di dalam saluran udara

penderita asma melepaskan bahan lainnya yang juga menyebabkan saluran

udara.
6. Tingginya rasio plasma bilirubin sebagai akibat dari stress oksidatif yang

dipicu oleh oksidan.

16
2.8 Perawatan terhadap asma

Asma sebenarnya bisa disembuhkan dengan berbagai cara. Anda bisa

mencontoh apa yang saya lakukan. Hingga sekarang asma sudah hilang dari diri saya

berkat beberapa perawatan. Berikut hal-hal tersebut:

1. Lakukan olahraga renang. Mengapa renang? Karena berenang sangat

dianjurkan untuk penderita asma. Dengan berenang maka paru-paru

penderita bisa bekerja lebih baik. Nafas lebih panjang dan kesehatan bisa

terjaga. Lakukan seminggu 2-3 kali. Usahakan sekitar 1-2 jam sekitar

pukul 08-10 pagi.


2. Hindari pemicu asma anda. Jika anda punya alergi segera jauhkan diri

anda dari allergen seperti itu.


3. Jangan merokok.merokok hanya akan menambah parah asma anda.
4. Buatlah lingkungan yang mendukung anda. Biasakan bersihkan

lingkungan hidup anda dari debu dan pemicu asma lainnya.


5. Gunakanlah symbiocort setiap hari. Hal ini akan mengurangi tingkat

paparan asma pada diri anda


6. Selalulah berkonsultasi dengan dokter anda. Rutinlah ke dokter sehingga

penyakit asma anda dapat terkontrol dengan baik.

2.9 Manifestasi klinik

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat

hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan atau

melalui pengobatan (priyanto,2009). Penanda utama untuk mendiagnosis adanya

asma antara lain:

1. Mengi pada saat menghirup udara

17
2. Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari,dada sesak yang terjadi

berulang dan nafas tersengal-sengal


3. Hambatan pernafasan yang reversible secara bervariasi selama siang hari.
4. Adanya peningkatan gejala saat olahraga,infeksi virus,eksposur terhadap

allergen dan perubahan musim.


5. Terbangun malam-malam (Ikawati,2006)

2.10 Terapi Farmakologi dan non Farmakologi Asma

1. Penatalaksanaan asma
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal

tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


Tujuan penatalaksanaan asma :
a. Menghilangkan dna mengendalikan gejala asma
b. Mencegah eksaserbasi akut
c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
d. Mengupayakan aktivi normal termasuk exercise
e. Menghindari efek samping obat
f. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)

ireversibel
g. Mencegah kematian karena asma
2. Terapi non farmakologi
a. Edukasi Pasien
Edukasi pasien dan keluarga dalam penatalaksanaan asma bertujuan

untuk :
a. Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum

dan pola penyakit asma sendiri)


b. Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma

sendiri /asma mandiri)


c. Meningkatkan kepuasan
d. Meningkatkan rasa percaya diri
e. Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
f. Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan

mengontrol asma

18
3. Terapi Farmakologi
 Pengobatan
Berdasarkan jenis pengobatannya, obat asma dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Obat Pereda

Jenis obat pereda antara lain adalah

salbutamol,terbutalin,bambuterol,fenoterol, dan formeterol. Mereka

dikenal sebagai bronkadilator yang bekerja membuka saluran udara

sehingga membuat pernafasan lebih lega. Secara umum, obat pereda

harus digunakan hanya saat terjadi serangan asma. Jika menggunakan

obat pereda lebih dari 3-4 kali seminggu maka harus berkonsultasi

kepada dokter, karena hal itu menunjukkan bahwa asma tidak

terkontrol dengan baik.

2. Obat pencegah

Obat pencegah membuat saluran udara kurang sensitive

terhadap pemicu dan mengurangi pembengkakan dan peradangan

saluran udara sehingga menurunkan insiden dan keparahan serangan

asma.

Jenis utama obat pencegah asma adalah kortikosteroid, sepertin

beklometason, budesonide, dan flutikason. Obat-obatan ini tidak

digunakan untuk mengurangi serangan asma akut. Pasien asma

dianjurkan mengambilnya setiap hari dengan inhaler. Obat-obatan ini

tidak dapat menyembuhkan asma sehingga gejala asma dapat kembali

timbul dalam beberapa hari atau minggu setelah penghentian obat.

19
Seperti halnya obat lain, kortikosteroid memiliki potensi efek

samping. Penggunaan jangka panjang kortikosteroid dosis tinggi dapat

mengakibatkan jumlah signifkan obat yang terserap ke dalam aliran

darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko osteoporosis, katarak, mudah

memar, hambatan pertumbuhan, gangguan saraf pusat dan gangguan

mental. Pengambilan kortikosterpid secara inhalasi lebih keci; efek

sampingnya dibandingkan obat oral karena diberikan dalam dosis kecil

secara langsung ke saluran pernafasan.

3. Obat Pengontrol

Contoh obat pengontrol adalah salmeterol dan efemoterol.

Obat-obat ini dapt menjaga saluran udara terbuka sampai 12 jam

setelah pengambilan. Obat pengontrol tidak mengobati peradangan

sehingga harus digunakan secara bersamaan dengan obat pencegah.

Beberapa produk asma berisi kombinasi pencegah dan pengontrol

gejala. Obat-obatan itu diminum setiap hari dan tidak boleh diambil

untuk mengelola serangan asma.

2.11 Penggolongan Obat Asma

Berdarkan mekanisme kerjanya obat asma dibagi dalam beberapa golongan,

yaitu :

1. Alergika
Yaitu zat-zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan

melepaskan histamine. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan

20
asma dan rhinitis alergis ( hayfever ). Yang termasuk kelompok ini adalah

kromoglikat. b2 adrenergika dan antihistmin seperti ketotifen dan

oksatomida juga memiliki efek ini.


a. Ketotifen
-indikasi : meredakan gejala rhinitis alergi dan sebagai terapi

tambahan untuk asma.


- kontraindikasi : tidak dianjurkan untuk usia dibawah 3 tahun,

kehamilan dan menyusui


- efek samping : pusing, sakit kepala, mulut kering, cystitis

(peradangan kandung kemih), mengantuk


- dosis : - rhinitis alergi
- dewasa dan anak-anak (3 tahun ke atas) : 1 mg, 2 kali sehari.

Dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 mg, 2 kali sehari, jika dibutuhkan.


- asma
Dewasa dan anak-anak (3 tahun ke atas) : 1 mg, 2 kali sehari,

dikonsumsi saat pagi dan malam hari.


Anak – anak (usia 6 bulan -3 tahun) : 0,05 mg/kg bb, 2 kali

sehari, dikonsumsi saat pagi dan malam hari.


2. Bronchodilator
Mekanisme kerja oat ini adalah merangsang system adrenergik sehingga

memberikan efek bronkodilatasi. Yang termasuk kedalamnya adalah :


 Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Khususnya b2 simpatomimetika ( b2 – mimetic ). Zat ini bekerja seletif

terhadap reseptor b2 ( bronchospasmolyse ) dan tidak bekerja terhadap

reseptor b1 ( stimulasi jantung ). Kelompok b2 – mimetic seperti

salbutamol, feneterol, terbutalin, rimiterol, prokaterol dan tretoquinol.

Sedangkan reseptor b2 dan b1 adalah efedrin, isoprenalin, adrenalin dan

lain-lain.
Mekanisme kerja : obat beta2-agonis adalah melalui aktivitas

reseptor beta2-adrenergi yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase

21
yang meningkatkan konsentrasi siklik AMP. Beta2-agonis long acting

inhalasi menyebabkan relaksasi otot polos saluran nafas,meningkatkan

klirens mukosiliar,menurunkan permeabilitas vaskuler dan dapat

mengatur pelepasan mediator dari sel mast dan basophil.juga

menghambat reaksi asma segera dan lambat setelah terjadi induksi

oleh allergen,dan menghambat peningkatan respon saluran nafas

akibat induksi histamine. Walaupun posisi beta2-agonis inhalasi long

acting masih belum ditetapkan pasti dalam penatalaksanaan asma,studi

klinis mendapatkan bahwa pengobatan kronis dengan obat ini dapat

memperbaiki skor gejala,menurunkan kejadian asma

nocturnal,memperbaiki fungsi paru dan mengurangi pemakaian beta2-

agonis inhalasi short acting.


Efek samping : stimulasi kardiovaskuler,tremor otot skeletal dan

hipokalemi. Mekanisme aski dari long acting beta2-agonid oral,sama

dengan obat inhalasi. Obat ini dapat menolong untuk mengontrol

gejala nocturnal asma. Dapat dipakai sebagai tambahan terhadap obat

kortikosteroid inhalasi,sodium kromolin atau nedokromil kalau dengan

dosis standar obat-obat ini tidak mampu mengontrol gejala nocturnal.

Efek samping bisa berupa stimulasi kardiovaskuler,kelemahan dan

tremor otot skeletal.


Contoh obat :
A. Salbutamol
1. Indikasi : salbutamol atau albuterol adalah obat golongan beta-

adrenergik yang berfungsi melebarkan saluran napas,sehingga

diindikasikan untuk asma dan penyakit paru obstruktif kronik

22
(bronkitis kronik dan emfisema). Obat ini dapat meredakan

gejala asma ringan,sedang atau berat dan digunakan untuk

pencegahan serangan asma.


2. Kontra indikasi : salbutamol tidak boleh digunakan untuk

penderita gangguan jantung dengan nadi cepat.selain

itu,salbutamol tidak boleh digunakan pada penderita abortus

yang mengancam selama kehamilan trimester 1 dan 2 serta

penanganan persalinan premature.


3. Efek samping : efek samping yang paling sering ditemui

adalah tremor (getaran pada jari-jari yang tidak dapat

dikendalikan),rasa gugup dan kesulitan tidur. Efek samping

yang lebih jarang antara lain mual,demam,muntah,sakit

kepala,pusing,batuk,kramotot,reaksi

alergi,mimisan,peningkatan napsu makan,mulut kering,dan

berkeringat.
4. Dosis : salbutamol tersedia dalam bentuk

tablet,sirup,cairan,untuk penguapan saluran napas,dan inhaler.

Efek salbutamol timbul setelah 5-15 menit penggunaan dan

bertahan 3-5 jam.


a. Dosis tablet
Anak dibawah 6 tahun : 0,3 mg/kg/hari dibagi menjadi 3

kali pemberian setiap 8 jam,maksimal 6 mg/hari.


Anak 6-12 tahun : 2 mg sebanyak 3-4 kali

perhari,maksimal 24 mg/hari.
Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 2-4 mg sebanyak 3-4

kali perhari,maksimal 32 mg/hari


b. Dosis sirup

23
Anak 2-6 tahun : dimulai dari dosis 0,1 mg/kg/pemberian

sebanyak 3 kali ; maksimal 3 x 2 mg. jika diperlukan dapat

ditingkatkan menjadi 0,2 mg/kg/pemberian sebanyak 3

kali,maksimal 3 x 4 mg.
Anak 6-14 tahun : 2 mg sebanyak 3-4 kali ; dapat

ditingkatkan sampai maksimal 24 mg/hari.


c. Dosis penguapan
Anak dibawah 2 tahun : 0,2-0,6 mg/kg/hari dibagi menjadi

setiap 4-6 jam.


Anak 2-12 tahun : 0,63-2,5 mg/pembeian,diberikan 2-3

kali.
Dewasa : 2,5 mg diuapkan setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan.
Dosis inhaler untuk anak diatas 4 tahun dan dewasa : 1-2

tarikan napas setiap 4-6 jam. Ihaler harus dikocok dengan

baik dan dicoba disemprotkan di udara sebelum

oenggunaan awal.
B. Terbutalin
Terbutaline adalah bronkodilator agonis adrenoreseptor beta-2

selektif kerja pendek.


1. Indikasi : Obat ini digunakan sebagai terapi lini pertama untuk

meringankan bronkospasme karena asma atau penyakit paru

obstruktif kronis. Dan juga digunakan sebagai tokolitik untuk

persalinan premature.
2. Kontraindikasi : pasien yang hipersensitif terhadap amin

simpatomimetik, dan tirotoksikosis.


3. Dosis : - dewasa : 3xsehari 1 tablet (2,5 mg) selama 1-2

minggu, kemudian dinaikkan menjadi 5 mg 3x sehari.


- Anak-anak : 3x sehari 75 mcg/kg bb,
- 7-15 tahun : 2-3 kali sehari 1 tablet (2,5 mg)

24
- Inhaler : dewasa : 0,25-0,5 mg bila perlu. Dosis

maksimal adalah 2 mg/hari.


4. Efek samping : tremor dan palpitasi merupakan karakteristik

dari amin simpatomimetik, jantung berdebar, sakit kepala,

kram otot, hipokalemia, hipotensi dan mual.


C. Feneterol
1. Indikasi : digunakan untuk mengatasi sesak napas akibat asma

bronkial ataupun penyakit lain yang menyebabkan

penyempitan saluran nafas seperti penyakit paru obstruktif

kronis.
2. Kontraindikasi : penderita yang diketahui memiliki kondisi

dibawah ini tidak boleh menggunakan :


- Hipersensitivitas
- Penderita kardiomiopati obstruktif hipertropik

(penebalan dinding jantung dan kerap menyebabkan

kematian mendadak)
- Penderita taki aritmia atau peningkatan detak

jantung diatas normal yang kerap menyebabkan

gagal jantung.
3. Efek samping :
- Hipokalemia
- Pusing, sakit kepala dan tremor
- Aritmia, takikardia, miokardiskemik, palpitasi
- Batuk, iritasi tenggorokan, dan bronkospasm

paradoxical
- Mual dan muntah
- Ruam kulit
4. Dosis : - untuk asma akut : 1 semprot, jika belum ada perbaikan sesudah 5

menit, berikan dosis ke-2. Jika serangan asma tidak dapat diatasi dengan 2 semprot,

dosis mungkin perlu ditambah.

25
- Untuk asma yang dipicu oleh aktivitas fisik : 1-2

semprot
 Antikolinergika (oksifenonium,tiazinamium,dan ipratropium)
Mekanisme kerja : bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos

dan pembentukan lendir yang berlebihan didalam bronkus oleh

asetilkolin. Obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada

penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor

beta2-adrenergik.
Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara system adrenergic dan

kolinergik. Bila reseptor b2 sistem adrenergic terhambat, maka system

kolinergik menjadi dominan, sehingga terjadi penciutan bronchi.

Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf pada otot polos

bronchi sehingga aktivitas menjadi dominan dengan memberi efek

bronchodilatasi.
Efek samping : tachycardia, pengentalan dahak, mulut kerin, obstipasi,

sukar kencing gangguan oksomodasi. Efek samping dapat diperkecil

dengan pemberian inhalasi.


Contoh obat :
a. Ipratropium Bromida
- Mekanisme kerja : ipratropium untuk inhalasi oral

adalah suatu antikolinergik (parasimpatilitik) yang

akan menghambat refleks vagal dengan cara

mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang

dihasilkan bersifat local, pada tempat tertentu dan

tidak bersifat sistemik.


Ipratropium bromide (semprot hidung) mempunyai

sifat antisekresi dan penggunaan local dapat

26
menghambat sekresi kelenjar serosa dan seromukus

mukosa hidung.
- Indikasi : sebagai bronkodilator dalam pengobatan

bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit

paru-paru obstruktif kronik, termasuk bronkitis

kronik dan emfisema


- Kontraindikasi : hipersensitivitas
- Dosis : -aerosol : 2 inhalasi (36 mcg) 4x sehari

larutan : 500 mcg (1 unit dosis vial) 3-4x sehari

dengan nebulizer oral, dengan interval pemberian 6-

8 jam.
b. Tiotropium Bromida
- Mekanisme kerja : obat muskarinik kerja diperlama

yang biasanya digunakan sebagai antikolinergik.

Pada saluran napas, tiotropium menunjukkan efek

farmakologi dengan cara menghambat reseptor M3

pada otot polos sehingga terjadi bronkodilasi.


- Indikasi : sebagai perawatan bronkospasmus yang

berhubungan dengan penyakit paru obtruksi kronik

termasuk bronkitis kronis dan emfisema.


- Efek samping : mulut kering,pilek,infeksi saluran

pernafasan atas,sesak nafas,dan sakit

kepala,angioedema,bronkospasme yang

memburuk,dan perpanjangan QT
- Nama dagang : Spiriva,bralkus
- Dosis : 2 semprotan 1 kali sehari. Jangan

menghirup lebih dari 2 semprotan dalam 24 jam.


 Derivate xantin (teofilin,aminofilin,dan kolinteofinilat)

27
Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim

loslodiesterase. Selain itu, teofilin juga mencegah pengikatan

hiperaktivitas sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi

dengan efedrin praktis tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan

efek tachycardia diperkuat. Oleh karena itu, kombinasi tersebut

dianjurkan.
 Golongan theophylline
Mekanisme kerja : obat ini merupakan golongan utama yang dipakai

pada pengobatan asma. Mekanisme kerja teofilin sebagai

bronkodilator masih belum diketahui, tetapi mungkin karena teofilin

menyebabkan hambatan terhadap phosphodiesterase (PDE) isoenzim

PDE IV, yang berakibat peningkatan cylic AMP yang akan

menyebabkan bronkodilatasi.
Indikasi : Teofilin adalah bronkodilator yang mempunyai efek

ekstrapulmonar, termasuk efek antiinflamasi. Teofilin secara bermakna

menghambat reaksi asma segera dan lambat segera setelah paparan

dengan allergen.
Efek samping : -gejala gastrointestinal
- Mual dan muntah
- Kejang bahkan kematian
- Takikardi, aritmia dan terkadang stimulasi pusat

pernapasan.
1. Teofilin
Indikasi : obstruksi saluran napas reversible, asma akut berat.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Dosis : - dewasa : 130-150 mg, jika diperlukan dapat dinaikkan menjadi 2

kalinya.
- Anak 6-12 tahun : 65-150 mg

28
- Kurang dari 1 tahun : 65-75 mg, 3-4 kali sehari

sesudah makan.

Efek samping : takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang

lain, sakit kepala, stimulasi system saraf pusat, insomnia, aritmia, dan

konvulsi terutama bila diberikan melalui injeksi intravena cepat.

Merk dagang : bufabron, bufarkis, Neo Napacin, Luvisma, Broncophylin.

3. Antihistaminika (Ketotipen,oksatomida,tiazinamium,dan deptropin)


Obat ini memblokir reseptor histamine sehingga mencegah

bronchokontriksi. Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergik dan

sedative.
A. Ketotifen
- indikasi : meredakan gejala rhinitis alergi dan sebagai terapi tambahan

untuk asma.
- kontraindikasi : tidak dianjurkan untuk usia dibawah 3 tahun, kehamilan dan

menyusui
- efek samping : pusing, sakit kepala, mulut kering, cystitis (peradangan

kandung kemih), mengantuk


- dosis : - rhinitis alergi
dewasa dan anak-anak (3 tahun ke atas) : 1 mg, 2 kali sehari.

Dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 mg, 2 kali sehari, jika dibutuhkan.


- asma
Dewasa dan anak-anak (3 tahun ke atas) : 1 mg, 2 kali sehari,

dikonsumsi saat pagi dan malam hari.


Anak – anak (usia 6 bulan -3 tahun) : 0,05 mg/kg bb, 2 kali

sehari, dikonsumsi saat pagi dan malam hari.

4. Kortikosteroida (Hidrokortison,prednisone,deksametason,betametason)

29
Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekeaan reseptor b 2

, melawan efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutrama

pada serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri. penggunaan jangka

lama hendaknya dihindari, berhubung efek sampingnya, yaitu

osteoporosis, borok lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat

dikurangi dengan pemberian ihalasi.


- Mekanisme kerja antiinflamasi dari kortekosteroid

belum diketahui secara pasti. Beberapa yang

ditawarkan adalah meniadakan efek mediator

seperti peradangan. Daya antiradang ini

berdasarkan blockade enzim fosfolipase A2

sehingga membentuk mediator peradangan

prostaglandin dan leukotriene dari asam

arakhidonat tidak terjadi. Kortikosteroid

menghambat mekanisme kegiatan allergen yang

lelalui IgE dapat menyebabkan degranulasi sel mast

juga akan meningkatkan reseptor β2 sehingga efek

mimetic diperkuat.
- Indikasi : terapi pemeliharaan dan propilaksis asma,

termasuk pasien yang memerlukan kortikosteroid

sistemik,pasien yang mendapatkan keuntungan dari

penggunaan dosis sistemik,terapi pemeliharaan

asma dan terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan

sampai 8 tahun. Obat ini tidak diindikasikan untuk

30
pasien asma yang dapat diterapi dengan

bronkodilator dan obat non steroid lain,pasien yang

kadang-kadang menggunakan kortikosteroid

sistemik atau terapi bronchitis non asma. Contoh

obat:
1. Metil prednisolone
- indikasi : untuk meredakan peradangan,digunakan

dalam penanganan penyakit paru obstruktif kronik

(PPOK),croup,radang sendi,lupus,psoriasis,colitis

ulcerosa,alergi,gangguan fungsi kelenjar

endokrin,dan gangguan lain pada

kulit,mata,paru,lambung,system saraf dan juga sl

darah.
- Efek samping : nyeri kepala,mual dan

muntah,kenaikan berat badan,rasa bingung dan

gelisah,bengkak pada pergelangan kaki maupun

tangan,gangguan pada kulit seperti jerawat dan kulit

rapuh,rasa haus berlebihan,infeksi,tekanan darah

tinggi,kelemahan otot,depresi,reaksi alergi terhadap

Methylprednisolone; dapat berupa ruam kulit,rasa

gatal dan bengkak pada wajah,bibir atau

lidah,gangguan mood berupa

depresi,kecemasan,euphoria,perubahan kepribadian

dan psikosis,gangguan pada mata berupa gangguan

31
penglihatan dan nyeri mata,kesulitan buang air kecil

ataupun berkurangnya produksi air kencing,diabetes

mellitus (penyakit gula),nyeri pada

panggul,punggung,iga,bahu,lengan ataupun

tungkai,gangguan penyembuhan luka,berkurangnya

kadar kalium dalam darah,gangguan hormonal.


- Dosis : tablet. Dewasa :2-60 mg dalam dosis

terbagi.anak-anak : 0,117-1,60 mg/kg BB setiap

hari dalam dosis terbagi.

5. Ekspektoransia (KL,NH4CL,bromheksin,asetilsistein)
Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan, pada serangan

akut, obat ini berguna terutama bila lender sangat kental dan sukar

dikeluarkan.
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan

seksresi saluran nafas sehingga menurunkan viskositas lender. Sedangkan

asetilsistein mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan

ikatan disulphide sehingga viskositas lender berkurang.


- Bromheksin
a. Indikasi : mengurangi kekentalan dahak dan

membantu mengeluarkan dahak dari dalam

saluran napas. Obat ini diindikasikan untuk

batuk yang disertai lendir,baik akut maupun

kronis.
b. Kontra indikasi : hati-hati jika diberikan pada

wanita hamil atau wanita menyusui.

32
c. Efek samping : sakit

kepala,berkeringat,mual,muntah,diare dan efek

samping saluran cerna lainnya.


d. Dosis : 2-5 tahun; 2 x 5 ml/hari,untuk anak 5-10

tahun; 3 x 5 ml/hari,dan untuk anak >10 tahun;

3 x 10 ml/hari. Setiap 5 ml (sendok takar penuh)

sediaa bromheksin sirup mengandung

bromheksin 4 mg.
- Gliserin guaikolat : bekerja dengan cara membantu

mengeluarkan dahak dari saluran pernafasan,oleh

karena itu obat ini diindikasikan untuk batuk

berdahak.
a. Kontra indikasi : hipersensitivitas
b. Efek samping : mengantuk,mual,atau muntah
c. Dosis : untuk anak 2-6 tahun; 50-100 mg per 4

jam,untuk anak 6-12 tahun; 100-200 mg per 4

jam,dan untuk anak 12 tahun keatas; 200-400

mg per 4 jam.

2.12 Pencegahan Penyakit Asma

Ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya

penyakit asma, antara lain :

1. Menjaga kesehatan, seperti berhenti merokok, karena asap rokok

menimbulkan bronkonstriksi.
2. Menjaga kebersihan lingkungan.
3. Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma.

33
4. Mencegah infeksi primer dengan vaksina influenza.
5. Fifisoterapi, menepuk-nepuk bagian dada guna mmepermuidah pengeluaran

latihan pernafasan dan relaksasi.


6. Pemberian antibiotika pada pasien asma dengan infeksi bakteri ( umumnya

diberikan amoxicillin dan doxicilin )

34
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari Bahasa yunani

yang mengandung arti “sulit bernapas”. Penyakit asma adalah suatu penyakit kronik

(menahun) yang menyerang saluiran pernafasan (bronkial) pada paru dimana terdapat

peradangan (inflamasi) dinding rongga bronkial sehingga mengakibatkan

penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang menagalami sesak nafas.

a. Klasifikasi Asma

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3

tipe, yaitu :

1. Ektrinsik ( alegik )
2. Intristik ( non alergik )
3. Asma Gabungan
a. Asma bronkial
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap

reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai

macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas

terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa

kesukaran bernafas yang disebabkan oleh penyempitan yang

menyeluruh dari saluran nafas.


Klasifikasi Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial
 Asma Bronkial Intermiten.
 Asma Bronkial Persisten Ringan
 Asma Bronkial Persisten Sedang
 Asma Bronkial Persisten Berat

35
Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :

1. Obat pereda/pelega ( reliever )/ Golongan Bronkodilator


a. Obat untuk serangan Asma Bronkial akut.
b. Obat yang dapat melebarkan saluran nafas dengan jalan

melemaskan otot-otot saluran nafas yang sedang mengkerut


2. Obat pencegahan serangan Asma Bronkial ( preventer )/ Golongan

kortikosteroid sistemik
a. Obat yang menjaga agar peradangan saluran nafas tetap terkontrol

dan mencegah agar saliran nafas tidak terus menyempit hingga

tahap yang dapat menimbulkan serangan Asma Bronkial.


b. Tidak dapat segera menghilangkan gejala Asma Bronkial karena

untuk mengurangi peradangan diperlukan paling sedikit 6-8 jam.


c. Diberikan bila obat-obat bronkodilator sudah tidak mempan lagi.
d. Obat-obat yang sering digunakan bersamaan dengan obat antiasma

seperti Antibiotika, antihistamin, obat batuk dan lain-lain.


 Bronkitis Kronik
Bronchitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh

batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurag-

kurangnya 2 tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lain

Bronkitis kronik dapat dibagi atas :

1. Simple chromic bronchitis: bila sputumnya mukoid


2. Chromic / recurrent mucopurulent bronchitis : dahak mukopurulen
3. Chromic obstructive bronchitis : obstruksi saluran napas menetap.

Faktor resiko bronkitis kronik

1. Merokok
2. Hiperrensponsif saluran pernapasan
3. Infeksi saluran pernapasan
4. Pemaparan akibat pekerjaan
5. Polusi udara

36
6. Faktor genetic

Gejala bronkitis kronik

a. Gejala respirasi
1. Sesak napas yang semakin bertambah berat
2. Peningkatan volume dan purulensi sputum
3. Batuk yang semakin sering
4. Napas yang dangkal dan cepat
c. Gejala sistemik
1. Peningkatan suhu tubuh
2. Peningkatan denyut nadi serta gangguan status mental pasien

Pengobatan bronkitis kronik

a. Bronkodilator
b. Kortikosteroid
c. Antibiotic
d. Ekspektoran
e. Mukolitik
f. Antitusif
g. Antioksidan
 Gejala Penyakit Asma
1. Sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca

dingin.
2. Rasa sesak di dada.
3. Pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher.
4. Kebingungan. Letragi ( keadaan kesadaran dimana penderira speerti

tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur

kembali ).
5. Sianosis ( kulit tampak kebiruan ).
6. Kadang beberapa alveoli ( kantong udara di paru-paru ) bisa pecah dan

menyebabkan udara terkumpul di dalam ronffa pleura atau menyebakan

uadara terkumpul disekitar organ dada.


 Terapi Farmakologi dan non Farmakologi Asma
Tujuan penatalaksanaan asma :
a. Menghilangkan dna mengendalikan gejala asma

37
b. Mencegah eksaserbasi akut
c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
d. Mengupayakan aktivi normal termasuk exercise
e. Menghindari efek samping obat
f. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)

ireversibel
g. Mencegah kematian karena asma
 Terapi non farmakologi
a. Edukasi Pasien
Edukasi pasien dan keluarga dalam penatalaksanaan asma bertujuan

untuk :
a. Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara

umum dan pola penyakit asma sendiri)


b. Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan

asma sendiri /asma mandiri)


c. Meningkatkan kepuasan
d. Meningkatkan rasa percaya diri
e. Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan

mandiri
f. Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan

mengontrol asma
3. Terapi Farmakologi
 Pengobatan
Berdasarkan jenis pengobatannya, obat asma dibagi menjadi 3, yaitu :
4. Obat Pereda : salbutamol,terbutalin,bambuterol,fenoterol, dan

formeterol.
5. Obat pencegah : Jenis utama obat pencegah asma adalah

kortikosteroid, sepertin beklometason, budesonide, dan flutikason.


6. Obat Pengontrol : Contoh obat pengontrol adalah salmeterol dan

efemoterol.
 Penggolongan Obat Asma Berdarkan mekanisme kerjanya obat asma

dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :


1. Alergika : kromoglikat. b2 adrenergika dan antihistmin seperti ketotifen

dan oksatomida juga memiliki efek ini.

38
2. Bronchodilator : salbutamol, feneterol, terbutalin, rimiterol, prokaterol

dan tretoquinol. Sedangkan reseptor b2 dan b1 adalah efedrin,

isoprenalin, adrenalin dan lain-lain.


 Antikolinergika (oksifenonium,tiazinamium,dan ipratropium)
 Derivate xantin (teofilin,aminofilin,dan kolinteofinilat)
3. Antihistaminika (Ketotipen,oksatomida,tiazinamium,dan deptropin)
4. Kortikosteroida

(Hidrokortison,prednisone,deksametason,betametason)

5. Ekspektoransia (KL,NH4CL,bromheksin,asetilsistein)

2.13 Pencegahan Penyakit Asma

1. Menjaga kesehatan, seperti berhenti merokok, karena asap rokok

menimbulkan bronkonstriksi.
2. Menjaga kebersihan lingkungan.
3. Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma.
4. Mencegah infeksi primer dengan vaksina influenza.
5. Fifisoterapi, menepuk-nepuk bagian dada guna mmepermuidah

pengeluaran latihan pernafasan dan relaksasi.


6. Pemberian antibiotika pada pasien asma dengan infeksi bakteri

( umumnya diberikan amoxicillin dan doxicilin )

39
DAFTAR PUSTAKA

https://asikcoratcoret.wordpress.com/2017/06/15/makalah-farmakologi-obat-

asma

https://yermei.blogspot.com/2015/10/terapi-non-farmakologi-dan-

farmakologis

https://dekabopass2.blogspot.com/2014/05/makalah-farmakologi

chapter II.pdf Universitas Sumatera Utara

http://octavianavina.blogspot.com/2014/07/asmah

www.alodokter.com

www.halodoc.com

pionas.pom.go.id

repository.unair.ac.id

40

Anda mungkin juga menyukai