ASUHAN KEPERAWATAN
RHEUMATOID ARTHRITIS
Kelompok 6
Etiologi
Rheumatoid Arthritis (RA) pada umumnya sering terjadi pada
tangan, sendi siku, pergelangan tangan, kaki, pergelangan kaki,
sendi lutut, sendi bahu, serta sendi panggul, dan biasanya
bersifat bilateral / simetris.
1. 27 feb DS: Nyeri kronis Gangguan fungsi metabolik Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan fungsi Kel 6
2021 Pasien mengatakan nyeri metabolik ditandai dengan :
nyeri pada persendian lutut kiri dan kanannya
pada persendian lutut kiri
dengan
dan kanannya. Skala nyeri pasien 4-6 dengan asam urat 6,7 mg/dl
DO:
Skala nyeri pasien 4-6
Hasil lab :
Asam urat 6,7 mg/dl
27 feb DS: Gangguan mobilitas Kekakuan sendi Gangguan mobilitas fisik berhubungan Kel 6
2021 Pasien mengatakan nyeri fisik dengan kekakuan sendi ditandai dengan :
semakin terasa saat mau nyeri semakin terasa saat mau bersujud
bersujud (melakukan (melakukan aktivitas) dan Pasien dibantu
aktivitas) dalam setiap kegiatannya, pasien
mengatakan saat bangun tidak terasa bugar
Pasien mengatakan saat
bangun tidak terasa bugar
DO:
Pasien dibantu dalam
setiap kegiatannya
Masalah keperawatan yang muncul
3. 27 feb DS: Defisit Gangguan Defisit perawatan diri berhubungan Kel 6
2021 Pasien mengatakan perawatan diri muskuloskeletal dengan gangguan muskuloskeletal
nyeri pada telapak ditandai dengan :
kanan dan kiri skala 4- Pasien mengatakan nyeri pada telapak
6 , nyerinya seperti kanan dan kiri skala 4-6 , seperti
tertimpa beban berat, tertimpa beban berat, terasa sakit saat
terasa sakit saat BAK BAK ,Pasien dibantu saat toileting
DO :
Pasien dibantu saat
toileting
No. Tujuan dan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional TTD
DP
1. Setelah melakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui kualitas nyeri Kel 6
keperawatan selama 3 x 24 jam durasi, frekuensi,kualitas, intensitas yang dirasakan pasien
diharapkan tingkat nyeri menurun nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Monitor status oksigenasi sebelum 2. Mencegah terjadinya sesak
1. Keluhan nyeri cukup menurun dan sesudah mengatur posisi akibat nyeri
dengan nilai 4 dalam rentang 1- 3. Tempatkan pada posisi terapeutik 3. Mengurangi intensitas nyeri
5 4. Identifikasi faktor yang 4. Mengetahui langkah
2. Gelisah cukup menurun memperberat dan memperingan intervensi selanjutnya
dengan nilai 4 dalam rentang 1- nyeri 5. Dapat mengurangi
5 5. Berikan teknik farmakologis untuk intensitas nyeri pasien
3. Meringis cukup menurun mengurangi nyeri 6. Meningkatkan relaksasi dan
dalam nilai 4 dalam rentang 6. Kontrol lingkungan yang meningkatkan kemampuan
nilai 1 -5 memperberat rasa nyeri koping klien dengan
4. Penggunaan analgesik sedang memfokuskan perhatian
dengan nilai 3 dalam rentang
nilai 1 - 5
2. Setelah melakukan tindakan 3 x 24 jam 1. Monitor kondisi umum selama 1. Untuk mengetahui kemampuan
diharapkan mobilitas fisik meningkat melakukan mobilisasi pasien dalam melakukan
dengan kriteria hasil : aktivitasnya
1. Kaku sendi cukup menurun dengan
nilai 4 dalam rentang nilai 1 - 5 2. Libatkan keluarga untuk membantu 2. Meningkatkan proses
2. Gerakan terbatas cukup menurun pasien dalam meningkatkan pergerakan penyembuhan dan
dengan nilai 4 dalam rentang nilai 1 meningkatkan kemampuan
-5 koping pada proses
3. Kelemahan fisik menurun dengan 3. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi penyembuhan pasien
nilai 5 dalam rentang 1 - 5 3. Memberikan pemahaman
4. Tempatkan objek yang sering digunakan mengenai manfaat tindakan
dalam jangkuan yang didahulukan
4. Menghindari aktivitas yang
5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat berlebihan
bantu (mis.pagar tempat tidur)
5. Membantu dalam peningkatan
aktivitas dengan menggunakan
alat bantu
3. Setelah melakukan tindakan 3 x 1. Monitor tingkat kemandirian 1. Untuk mengetahui Kel 6
24 jam diharapkan perawatan tingkat kemandirian
diri meningkat dengan kriteria pasien
hasil : 2. Jaga privasi selama eliminasi 2. Untuk menjaga
1. Kemampuan ke toilet cukup kehormatan pasien
meningkat dengan nilai 4 3. Jadwalkan rutinitas perawatan 3. Pasien mengetahui
dalam rentang nilai 1 - 5 diri kegiatan perawatan diri
2. Kontrol gerakan sedang yang akan dilakukan
dengan nilai 3 dalam rentang 4. Meningktkan
1-5 4. Dampingi dalam melakukan kemampuan pasien
perawatan diri sampai mandiri dalam segala aktivitas
perawatan diri
5. Bantu pasien dalam kebersihan 5. Agar pasien tampak rapi
mulut, kuku dan badan dan nyaman dengan
dirinya
Peran Perawat Sebagai Advokad • Role Modeling
Pasien Serta Budaya Setiap Individu Perawat menjadi role mode dengan berperilaku yang
benar misalnya berbicara, senyum, penanganan pasien secara
profesional. Dalam proses keperawatan kepada pasien
menggunakan komunikasi terapeutik.
• Anticipatory guidance (panduan antisipatif) SATY
1. STPrimary prevention atau memberikan pencegahan primer
kepada pasien tentang rheumatoid arthritis.
2. Membantu klien kemungkinan mengalami kesulitan dalam proses
penyembuhan rheumatoid arthritis.
3. Membantu keluarga dalam menangani serta mengantisipasi
masalah masalah keterbatasan dalam proses keperawatan pasien
rheumatoid arthritis • Ongoing support (berkelanjutan dukungan)
1. Memberikan bantuan pada klien dalammembuat keputusan
yang beralasan tentang penyakit yang di deritanya.
2. Memberikan semangat kepada pasien untuk sembuh dari
• Educational information penyakit yang di deritanya.
1. Problem
Lansia mengalami proses penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada beberapa organ dalam
sistem. Perubahan yang terjadi pada lansia menyebabkan penurunan fungsi tubuh untuk melakukan aktivitas.
Masalah muskuloskeletal seperti arthritis dan gangguan pada tulang menjadi masalah yang sering terjadi pada
lansia. Arthritis merupakan penyebab utama munculnya nyeri sendi yang mempengaruhi aktivitas hidup lansia.
Rheumatoid Arthritis merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi, berlangsung kronik dan
mengenai lebih dari 5 sendi (poliarthritis). Salah satu olahraga fisik yang sederhana dan mudah dilakukan adalah
senam rematik.
Kelompok sampel terdiri atas lansia Ny. P berusia 64 tahun di jalan Pulau Tarakan Kelurahan Gebangrejo yang
mengalami penyakit Rheumatoid Arthritis sejak tahun 2017 dan lansia Ny. S di dukuh Pandem Kulon, desa Jepang,
kecamatan Mejobo, kabupaten Kudus selama 2 minggu sejak tanggal 20 April-4 Mei 2017.
2. Intervention
Intervensi yang diberikan adalah penerapan teknik non-farmakologi yaitu terapi fisik
(senam rematik). Pada kelompok eksperimen lansia Ny. P berusia 64 tahun yang
mengalami penyakit Rheumatoid Arthritis sejak tahun 2017 dilakukan implementasi
senam rematik selama 7 hari dan evaluasi keperawatan akhir. Setelah dilakukan
pemberian senam rematik selama 1 minggu berturut-turut, klien menunjukkan
perubahan yang signifikan ditunjukkan dengan penurunan skala nyeri (skala nyeri 8
menjadi 5) menggunakan terapi non-farmakologi yaitu senam rematik ini. Pada
kelompok eksperimen lansia Ny. S dilakukan pemberian senam rematik selama 2
minggu dalam frekuensi 2-3 kali dalam 1 minggu dan durasi waktu selama 30-60 menit
Setelah dilakukan pemberian senam rematik selama 1 minggu berturut-turut menunjukan perubahan
yang signifikan, sebelum dilakukan terapi skala nyeri yaitu 8, tetapi setelah dilakukan terapi selama 1
minggu tekanan darah turun menjadi 5, dan setelah dilakukan terapi fisik ini lebih tampak rileks, nyeri
pada bagian ekstremitas bawah berkurang, tampak lebih nyaman dan tenang setelah dilakukan terapi
senam rematik, pada kondisi yang lebih rileks, yang terjadi adalah penurunan skala nyeri dengan
menggunakan terapi non-farmakologi yaitu dengan senam rematik ini.
Jurnal 2 : Senam Rematik Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Ny. S Keluarga Tn.A Dalam Melakukan ADL
(Activity Daily Living) Dukuh Pendem Kulon Desa Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus
Setelah diajarkan senam rematik nyeri berkurang pada daerah lutut kiri dan bahu kanan, yang sebelumnya
dengan skala nyeri 7, mengeluh terganggu tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan masih
tergantung pada keluarga. Setelah dilakukan senam rematik selama 2 minggu nyerinya berkurang dengan skala
nyeri menjadi 3. Senam rematik yang dilakukan 2- 3 kali dalam seminggu dengan durasi waktu selama 30-60
menit, badan terasa rileks, dan segar. Pasien dapat melakukan ADL (Activity Daily Living) seperti makan dan
minum menggunakan tangan kanan dengan baik, tidur dengan nyenyak tanpa rasa nyeri pada daerah lutut kiri
dan bahu kanan, dapat berpindah tempat atau berjalan untuk melakukan aktivitas seperti BAK dapat berjalan ke
kamar mandi tanpa menggunakan pampers, dapat melakukan BAB di kloset jongkok tanpa bantuan keluarga,
dapat berpakaian sendiri seperti memakai baju, celana, dan berdandan seperti menyisir rambut, mengikat
rambut secara mandiri tanpa bantuan keluarga.
Ny.S tampak kooperatif dan antusias dalam pelaksanaan senam rematik dengan gerakan yang telah diajarkan.
Dengan melakukan senam rematik dapat meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga lansia dapat melakukan
ADL ( Activity Daily Living ) secara mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain dalam melakukan ADL-nya.
Mandiri dalam merawat diri sendiri dapat melakukan aktivitas kehidupan (AKS). AKS/ADL yang dilakukan oleh
lansia meliputi makan, minum, tidur, mandi, berdandan, berjalan, duduk, BAK, BAB, dan menggerakan anggota
badan.
4. Outcome
Setelah dilakukan telaah jurnal didapatkan perawatan reumatik dengan melakukan senam rematik yang
dilakukan 2-3 kali dalam seminggu dengan durasi waktu selama 30-60 menit, dapat menurunkan nyeri, badan
terasa lebih rileks, lebih segar, dan dapat melakukan ADL ( Activity Daily Living ). ADL yang artinya dapat
melakukan makan, minum, mandi, berjalan, tidur, duduk, BAK, BAB, dan menggerakan anggota badan dengan
baik dan benar sesuai SOP pada pasien penderita rematik. Secara mandiri sehingga mampu meningkatkan
kualitas hidup pasien. Sehingga senam rematik sangat direkomendasikan bagi penderita rematik dan aman
dilakukan pada lansia, karena senam rematik sudah terbukti dapat meningkatkan fleksibilitas sendi dan otot
sehingga terasa lebih nyaman.
Kesimpulan
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun dengan
karakteristik adanya inflamasi kronis di sendi dengan manifestasi
sistemik seperti anemia, vertigo, dan osteoporosis. Penyakit ini
dapat mempengaruhi jaringan serta organ, terutama menyerang
sendi disebut inflamasi sinovial, berkembang lalu menjadi kerusakan
tulang rawan artikular dan kekakuan sendi. Pada penderita
rheumatoid arthritis dapat dilakukan tindakan preventif dan
promotif berupa latihan fisik guna meningkatkan kebugaran dengan
harapan dapat mengurangi nyeri dan mencegah penyakit rematik
menjadi lebih parah.
Latihan fisik tersebut dapat menggunakan metode gerak tubuh
yang dikenal dengan senam rematik. Senam ini konsentrasinya pada
gerakan sendi sambil meregangkan aototnya dan menguatkan
ototnya, karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk
menopang tubuh. Senam rematik menggerakkan sendi besar dan
kecil dengan intensitas sedang sudah mampu mencegah lansia dari
kekakuan sendi dan kemunduran otot anggota gerak.
Lanjutan
“Senam rematik hanyalah satu upaya untuk mencegah dan meringankan
gejala-gejala rematik serta gerakan senam untuk meningkatkan aktivitas gerak,
fungsi, kekuatan dan daya tahan otot". Setelah dilakukan telaah jurnal
didapatkan perawatan reumatik dengan melakukan senam rematik yang
dilakukan 2-3 kali dalam seminggu dengan durasi waktu selama 30-60 menit,
dapat menurunkan nyeri, badan terasa lebih rileks, lebih segar, dan dapat
melakukan ADL ( Activity Daily Living ).
ADL yang artinya dapat melakukan makan, minum, mandi, berjalan, tidur,
duduk, BAK, BAB, dan menggerakan anggota badan dengan baik dan benar
sesuai SOP pada pasien penderita rematik. Secara mandiri sehingga mampu
meningkatkan kualitas hidup pasien. Sehingga senam rematik sangat
direkomendasikan bagi penderita rematik dan aman dilakukan pada lansia.
THANK YOU