Anda di halaman 1dari 28

FISIOTERAPI PADA ASMA

DISUSUN OLEH :
YUYUN PRATIWI
YULIANA JAMAL
NURSYAFITRI EKA
SATIAWATI AK
YENRI LISNA
RASDIANA
NURUL INTAN S
RISNA PUSPITA
SRI NURJANNAH
SATRIANI
NURUL ISTIQOMAH
Kelompok IV
TK.III DIV
FISIOTERAPI

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wataala karena atas Rahmat
dan Hidayah-Nya yang diberikan selama ini sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Penyakit Asma sebagai salah satu tugas mata kuliah FT Kardiovaskuler & Respirasi
pada jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar. Shalawat dan salam kami haturkan kepada
Nabiullah Muhammad Shalallahu alaihiwasallam yang telah memberikan petunjuk yang luar biasa
atas segala bentuk tingkah selama menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah mendapat bantuan, dorongan semangat, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
atas sumbangsih ide, waktu, tenaga dan pikiran dalam proses penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya
kami

sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat

menjadi tolak ukur dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya, dengan demikian tujuan
penyusunan makalah ini pun yakni bermanfaat untuk segala pihak dapat terealisasikan. Semoga Allah
senantiasa meridhai segala bentuk usaha kita. Amin

Makassar, 12 Oktober 2015

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 5
C. Tujuan.............................................................................................................................. 5
BABII PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan...
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

.....7
BiomekanikSaluran Pernapasan......................................................................................10
Pengertian Asma .............................................................................................................11
Gejala Asma ....................................................................................................................12
Jenis-Jenis Asma..............................................................................................................13
Etiologi Asma...................................................................................................................13
Patofisiologi Asma ...........................................................................................................15
Pencegahan Asma............................................................................................................16

BAB III PENATALAKSANAAN

A. Pemeriksaan dan intervensi fisioterapi pada Asma .............................................16


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3

Istilah asma berasal dari kata yunani yang artinya terengah engah dan berarti
serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan gambaran
klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditunjukan untuk
keadaan - keadaan yang menunjukan respon abnormal saluran napas terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas. Perubahan
patofisiologi yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada bronkus ukuran sedang
dan bronkiolus yang berdiameter 1 mm. Penyempitan jalan napas disebabkan oleh
bronkospasme,edema mukosa dan hipersekresi mucus yang kental.
Asma adalah penyakit yang akrab dengan anak. Pada penderita asma, selain
meresepkan obat, dokter biasanya juga menyarankan fisioterapi. Terapi pada paru-paru ini
akan membantunya mengeluarkan lendir, sehingga penderita bisa bernapas lega kembali.
Pada umumnya untuk kasus batuk pilek atau asma yang ringan hanya dibutuhkan 1-2 kali
fisioterapi tapi untuk kasus yang berat bisa dibutuhkan sampai 7 kali, bahkan lebih. Jika
penderita sering mengalami asma, katakanlah hampir 3 bulan sekali atau sering kambuh tibatiba, terbayang kan harus berapa kali fisioterapi dilakukan. Begitu pula pengeluaran tenaga,
waktu, dan uang karena anak dan pendampingnya harus bolak-balik ke rumah sakit.
Penghematan terhadap pengeluaran-pengeluaran tersebut sangat bisa dilakukan jika
orang tua mengerti teknik fisioterapi untuk kemudian mempraktikkannya di rumah. Memang
ada alat yang dibutuhkan dalam fisioterapi ini, yaitu nebulizer yang harganya relatif (berkisar
800 ribu rupiah ke atas). Namun kalau dihitung-hitung, boleh jadi harga tersebut jatuhnya
lebih murah dibanding total biaya yang dikeluarkan jika harus mondar-mandir ke rumah sakit.
Manfaat fisioterapi bukan hanya meringankan batuk pilek karena infeksi saja, tapi
juga gangguan pernapasan akibat asma atau pilek karena alergi. Namun fisioterapi di rumah
harus dijadikan satu paket dengan kunjungan ke dokter. Maksudnya, tetap harus diingat
bahwa tujuan fisioterapi adalah memperingan gejalasementara pengobatan tetap harus
dilakukan berdasarkan pemeriksaan dokter.
Fisioterapi di rumah dapat dilakukan pada semua orang, tanpa pandang umur, dari
bayi hingga dewasa. Hanya saja untuk melakukan fisioterapi pada bayi, orang tua umumnya
tidak memiliki rasa percaya diri. Wajar saja, karena tubuhnya masih begitu mungil. Apalagi
memang ada beberapa teknik fisioterapi untuk bayi yang hanya bisa dilakukan fisioterapis
profesional, misalnya untuk mengeluarkan lendir setelah proses inhalasi dengan nebulizer

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Jelaskan pengertian penyakit asma
2. Jelaskan penyebab penyakit asma

3. Jelaskan gejala penyakit asma


4. Jelaskan patofisiologi penyakit asma
5. Jelaskan jenis-jenis penyakit asma
6. Jelaskan cara pencegahan penyakit asma
7. Jelaskan pemeriksaan dan intervensi fisioterapi pada penyakit asma

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata FT Kardiovaskuler & Respirasi yang
diberikan oleh dosen bersangkutan, serta mengetahui bagaimana konsep pemeriksaan
pada kasus Asma.

b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian penyakit asma, gejala, penyebab, patofisiologi, jenisjenis penyakit asma, cara pencegahan asma dan pemeriksaan serta intervensi fisioterapi
pada asma.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
1.

Anatomi Saluran Pernafasan

Fungsi utama pernafasan adalah pertukaran gas, dimana O 2 akan diambil


dari alveolus dan dibawa oleh hemoglobin menuju ke jaringan yang akan diperlukan
dalam proses metabolisme, CO2 sebagai hasil dari sisa metabolisme akan dibuang saat
ekspirasi.
Secara anatomi pernafasan dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkeolus, paru-paru.

1.1 Hidung
Merupakan saluran nafas pertama yang dilapisi oleh membran mukosa yang
bersilia dan juga selaput lendir. Saluran ini dilapisi dengan epithelium silinder dan sel
epitel

berambut,

yang

mana

udara

akan

disaring,

dihangatkan

dan

dilembabkan.Ketiga proses tersebut merupakan fungsi utama rongga hidung sebagai


bagian dari respirasi.
1.2. Faring
Sebuah pipa musculo membranosa, panjangnya 12-14 cm membentang dari
basis cranial sampai setinggi verterbra servikalis. Lebar faring dibagian superior 3,5
cm. Faring terdiri dari : Nasofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung),
Orofaring

(bagian

yang

berbatasan

dengan

rongga

mulut),

Hipofaring

(bagian yang berbatasan dengan laring, yakni pemisahan antara udara dan makanan).
1.3. Larynx (tekak)
Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphingter dan juga organ
pembentuk suara, yang membentang antara lidah sampai trakea. Letak larynx
didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan
dari farynx sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di
bawahnya. Fungsi larynx sebagai jalan udara dan celah suara diantara pita suara
sebagai pelindung dari jalan udara. Diantara pita suara terdapat glotis yaitu pemisah
antara saluran pernafasan dan pencernaan.

1.4. Trakea
Trakea merupakan pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput
fibro muscular, panjang trakea 10-11 cm, tebal 4-5 mm, diameter 2,5 cm dan luas
permukaan 5 cm2. Bagian belakang trakea terdapat 16 -20 cincin tulang rawan
yang

membentuk huruf U. Adanya cincin tersebut menyebabkan trakea selalu

terbuka, sehingga dapat bernafas dengan leluasa. Trakea bercabang menjadi 2 yaitu
bronkus kiri dan bronkus kanan.
1.5. Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea yang membentuk bronkus
kanan dan bronkus kiri, antara bronkus kanan dan bronkus kiri tidak sama, karena
bronkus kanan lebih pendek dan lebar dari pada bronkus kiri, kemudian bronkus
kanan bercabang menjadi tiga bronkus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi
dua bronkus.
1.6. Bronkeolus
Cabang-cabang yang lebih kecil dan keluar dari bronkus,bronkeolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan tetapi otot polos sehingga dapat berubah
ukurannya.
1.7. Paru-paru
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak (apex) diatas
dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher. Paru-paru
dibungkus oleh pleura, paru-paru di bagi menjadi 2: paru kanan dan paru kiri, paru
kanan lebih besar dari paru kiri, karena paru kanan terdapat 3 lobus dan 10
segment,sedangkan paru kiri terdapat 2 lobus dan 8 segment yaitu :
1). Paru kanan
a). Lobus Superior
(1). Segment Apikal
(2). Segment Posterior
(3). Segment Anterior
b). Lobus Medius
(1). Segment Lateralis
(2). Segment Medialis
c). Lobus Inferior
(1). Segment Superior
(2). Segment Mediobasal
(3). Segment Anterobasal
(4). Segment Laterobasal
(5). Segment Posterobasal

2). Paru kiri

a). Lobus Superior


(1). Segment Apicoposterior
(2). Segment Anterior
(3). Segment Lingula Superior
(4). Segment Lingula Inferior
b). Lobus Inferior
(1). Segment Superior
(2). Segment Anteromediobasal
(3). Segment Laterobasal
(4). Segment Posteriorbasal

2.

Rongga Dada dan Fisiologi Pernafasan


2.1. Rongga dada
Thorax atau dada merupakan bagian tubuh yang terletak antara leher dan
abdomen. Rongga dada bagian posterior terdiri dari 12 vertebra thorakalis,

12 pasang costa. Sedangkan bagian depan anterior terdiri dari sternum dan
cartilago costa. Rongga dada memiliki akses masuk ke dalam lewat pintu atas
dan pintu bawah thorax.
Pintu atas thorax yang sempit, terbuka dan berkesinambungan dengan
leher

sedangkan

pintu

relatif luas tertutup oleh diafragma. Fungsi


organ

bawah
thorax

yang
melindungi

internal dan memberi ruang untuk proses respirasi.

2.2. Fisiologi Pernafasan


Proses pernafasan dapat di bagi dalam tiga proses utama :
Ventilasi pulmonal, keluar masuknya udara antara dari luar ke alviole paruparu.
Difusi O2 dan CO2 antara alviole dan darah.
Transportasi O2 dan CO2 dalam dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel.

B. Biomekanik
1. Gerakan pernafasan
Saat bernafas gerak dinding thorax dan diafragma menghasilkan perubahan
diameter dan volume rongga thorax. Saat inspirasi adalah proses aktif kontraksi otototot. Inspirasi terjadi bila diafragma telah dapat rangsangan dari n. Prenikus lalu
mengerut datar. Rongga dada membesar udara di dalamnya berkurang dan masukan
udara di dorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan
antara rongga pleura dan paru-paru.
2. Otot pernafasan
a) Otot inspirasi utama :

Diafragma

External intercostalis

Internal intercostalis

b) Otot bantu inspirasi :

Sternocleidomastoideus

Trapezius

Serratus anterior

Pectoralis mayor dan minor

Latismus dorsi

Scaleni

c) Otot expirasi utama :

Internal obliq

External obliq

Rectus abdominis

Tranversus abdominis

d) Otot bantu expirasi :

Latismus dorsi

Iliocostalis lumborum

Quadratus lumborum

C. Pengertian Asma
Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentuyang menyebabkan peradangan, penyempitan
saluran napas. Dalam pendapat lain Asma dapat diartikan :

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :

1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan

bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).


Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :
2001).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit

gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

10

D. Gejala Asma
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan sesak napas yang singkat dan ringan,
yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi
(bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau
setelah terpapar oleh alergen maupun iritan.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang
berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika
penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara
perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan
tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk
atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa
berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering
di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.
Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas.
Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena
sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana
penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur
kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen
penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami
serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna.

11

Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan
udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ
dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

E. Jenis-Jenis Asma
Asma sering dicirikan sebagai alergi , idiopatik/non alergi, serta gabungan.
1.

Asma alergic
Disebabkan oleh allergen / allergen-alergen yang dikenal (misal: serbuk sari , binatang,
amarah, makanan, jamur). Kebanyak allergen terdapat di udara dan musiman. Pasien
dengan asma allergic biasanya mempunyai riwayat keluarga yang allergic dan riwayat
medis masa lalu eczema / rhinitis allergic. Pemajanan terhadap allergen mencetuskan
serangan asma. Anak-anak dengan asma allergic sering dapat mengatasi kondisi sampai

2.

masa remaja.
Asma idiopatik / non allergic
Tidak berhubungan dengan allergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi
traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti aspirin dan agen anti inflamasi nonsteroid
lain, antagonis beta adrenergic, dan agen sulfit (pengawet makanan), juga mungkin
menjadi faktor. Serangan asma idiopatik atau non allergic menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronis dan

3.

emfisema.
Asma Gabungan
Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
allergic maupun bentuk ideopatic atau non allergic.

F. Etiologi Asma
Ada dua faktor pencetus asma, antara lain :
1. Pemicu (trigger) yang menyebabkan menyempitnya saluran pernafasan
(bronkokonstriksi) dan tidak menyebabkan peradangan.
2. Penyebab (inducer) yang menyebabkan peradangan atau inflamasi pada saluran
pernafasan.
Ada beberapa pemicu terjadinya asma yang termasuk dalam faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma :
a) Faktor Predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asmajika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.

12

b) Faktor Presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
o Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan.
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi.
o Ingestan,
yang
masuk
melalui
mulut.
Ex : makanan dan obat-obatan.
o Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Ex : perhiasan, logam dan jam tangan.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
Stress (gangguan emosi)
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini mambaik pada waktu libur atau cuti.
Olahraga / aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas tersebut.
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang
disebabkan oleh :
o Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi
penyempitan jalan nafas.
o Pembengkakan membran bronkus.
o Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

G. Patofisiologi Asma
Suatu serangan asma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang
ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu
diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain
akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen

13

diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal
kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel
plasma dan membentuk imunoglobulin E (IgE).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil
yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah
disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali
atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada
dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca ++ kedalam sel
dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan
menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing
suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A)
dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otototot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan
bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya
edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi
kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan
gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan
gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan
asidosis pada tahap yangsangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S.
1995 )
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi
mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan
bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien
merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi
(wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur,
penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru. Sedangkan stadium
ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada
batuk,pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia.

H. Pencegahan Asma
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum
melakukan olah raga. Selain itu langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari
serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan
asma itu sendiri.

14

Adapun faktor-faktor pencetusnya yaitu bisa berupa alergan makanan, inhalan, bahan
iritan, infeksi virus/bakterial, jamur, serbuk sari, hewan peliharaan, latihan fisik yang berat,
perubahan cuaca dan emosi.Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja
memungkinkan. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal
yang menjadi pemicu serangan asmanya. Setelah terjadinya serangan asma, apabila penderita
sudah merasa dapat bernafas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatannya
sesuai obat dan dosis yang diberikan oleh dokter.

BAB III
PENATALAKSANAAN
I. Pemeriksaan dan Intervensi FT pada Penderita Asma
a) Pemeriksaan FT
1. Anamnesis
a. Umum
Nama
:
Muh Amir Ali Lapa
Umur
:
74 Tahun
Jenis Kelamin
:
Laki-Laki
Pekerjaan
:`
Pensiunan Tentara
Hobbi
:
Alamat
:
Desa nelayan
b. Khusus
Keluhan utama : sesak napas
Lama Keluhan : 39 tahun lalu
Mulai serangan :ketika beraktifitas berjalan, dan berbicara lama
Faktor pencetus : aktifitas
Mukus
o Warna
: putih bening (jernih)
o Kekentalan : cair dan berbusa
Apakah di sertai rasa nyeri dada : di sertai rasa nyeri dada pada saat

melakukan ekspirasi
Faktor yang memperberat : pada saat beraktifitas , berbicara dan berjalan
Faktor yang memperingan : pada saat istirahat (rileks)
Riwayat obat-obatan : pasien mengkonsumsi obat-obatan untuk
penghilang rasa nyeri ketika serangan terjadi ( combiven dengan

15

memnggunakan nebulizer,spiriva tiodropium bromida 18 mcg(obat


hirup)dan tabung oksigen)

Riwayat pribadi pasien : paseien merupakan perokok aktif selama muda ,

dan berhenti merokok sekitar 8 tahun setelah terkena asma.


2. Pemeriksaan vitall sign
Pemeriksaan vital sign terdiri atas pemeriksaan denyut nadi, frekuensi napas,
suhu, dan tekanan darah. Temuan pemeriksaan adalah frekuensi napas yang
meningkat (tachypnea) dan tachycardia.
Denyut Nadi
:
94 x /menit
Pernapasan
:
27 x /menit
Suhu
:
35,50C
Tekanan Darah :
120/70 Mmhg
3. Inspeksi
a. Regio kepala dan leher :
o Ekspresi wajah menunjukkan kecemasan dan gelisah, serta tampak pucat
o Ditemukan hiperarthropi otot-otot accessory muscle tanda adanya
o

penggunaan otot yang berlebihan


Adanya ceanosis pada ujung jari dan bibir yang diakibatkan karena

kurangnya suplai oksigen dalam darah


b. Analisis bentuk dada dan postur

16

Bahu nampak sedikit elevasi dan protraksi bahu di karenakan pada saat
ekspirasi selalu menggunakan otot aksesori pernapasan (scalene, sterno

cledomastoideus)
o Postur tubuh laen forward,
o Bentuk thoraks barrel chest antero posterior 2:1
c. Pola napas
o Penderita berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti
bunyi mengi (wheezing).
4. Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
a.

Kesimetrisan Chest
Palpasi dilakukan dengan menempatkan kedua telapak tantang pada dinding
dada untuk memeriksa setiap sisi pengembangan (ekspansi) thorax selama
inspirasi dan ekspirasi. Pada pemeriksaan ini akan di evaluasi tentang
pengembangan (ekspansi) thorax selama inspirasi dan ekspirasi. Pada
pemeriksaan ini akan di evaluasi tentang pengembangan ketiga area lobus
dengan cara :
o Cek ekspansi upper lobus : pasien tidur terlentang therapist
dihadapannya lalu tempatkan kedua ujung thumb pada mid sterna line di
sternal notch, jari-jari diluruskan di atas clavicula lalu anjurkan pasien
ekspirasi maksimal lalu diikuti inspirasi maksimal dan dalam.

o
o

Cek ekspansi midle lobus : posisi pasien tetap seperti poin di atas.
Letakkan kedua ujung thumb di processus xyphoideus dan jari-jari ke
arah lateral costa lalu anjurkan pasien ekspirasi maksimal kemudian
inspirasi dalam

17

Cek ekspansi lower lobus : posisi pasien tetap seperti kedua poin diatas,
kemudian letakkan kedua ujung thumb di belakang pada proccesus
spinosus vertebra setinggi lower costa, lalu anjurkan pasien ekspirasi
maksimal kemudian inspirasi dalam

Dengan menggunakan meteran


Pengembangan chest dapat juga du ukur dengan meteran pada 3
tempat yaitu Upper lobus : axilla, middle lobus : processus xipoid dan
lower lobus : subcostal. Dilakukan dengan meletakkan meteran secara
melingkar antara axilla, processus xipoid dan subcosta, dengan ujung
berada pada pertengahan dada. Dimulai saat pasien full expirasi lalu deep
inspirasi, catat hasil penambahan pengembangan chest.

1. Bagian axilla

18

Pengukuran awal
Penguran setelah inspirasi

: 92 cm
: 93 cm

2. Bagian middle lobus

Pengukuran awal
Pengkuran setelah inspirasi

: 92 cm
: 94 cm

3. Bagian lower lobus

Pengukuran awal
Pengukuran setelah inspirasi

: 84 cm
:85 cm

b. Taktil Fremitus

19

Palpasi dilakukan dengan melakukan uji fremitus pada dinding dada pasien.
Palpasi dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan kita menempel pada
dinding thoraks. Misalnya melakukan palpasi pada dada posterior atau
punggung, pasien di suruh berucap kata-kata seperti "tujuh puluh tujuh" dengan
nada yangsedang, kemudian secara simetris dibandingkan getaran yang
timbulpada dinding thoraks yang dirasakan padakedua telapak tangan kita
sebagai pemeriksa. Kata yang diucapkan menimbulkan getaran yang dapat
dirasakanpada kedua telapak tangan.
Fremitus taktil memberikan informasi yang berguna mengenai kepadatan
jaringan paru-paru dan ronggadada dibawahnya.Fremitus meningkat pada
keadaan dengan infiltrat paru, compressive atelektasis, cavitas paru. Keadaan
sepertiini kepadatan paru-paru meningkat seperti konsolidasi, sehingga
meningkatkan penghantaran fremitus taktil.Fremitus menurun atau melemah
pada keadaan penebalan pleura, efusi pleura, pneumotoraks, emfisemaparu dan
obstruksi dari bronkus.
Keadaan klinis yang mengurangi penghantaran gelombang suara ini akan
mengurangi fremitus taktil. Jika ada jaringan lemak yang berlebihan di dada,
udara atau cairan di dalam ronggadada, atau paru-paru yang mengembang secara
berlebihan, fremitus taktil akan melemah.
Hasil pemeriksaan pasien :
1. Bagian upper lobus = no vibrasi
2. Bagian middle lobus = sedikit vibrasi
3. Bagian lower lobus = normal

5. Pemeriksaan Fisik
a. Auskultasi
Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai
stetoskop. Posisi pasien sebaiknya duduk seperti melakukan perkusi, jika pasien
tidak bisaduduk, auskultasi dapat dilakukan dalam posisi tidur. Pasien dapat
disuruh bernapas dengan mulut, tidak melalui hidung. Yang diperiksa pada saat
auskultasi adalah :
Suara napas/ bunyi pernapasan
Ronchi (rales)
Pleura Friction (bunyi gesekan pleura)
Voice sounds (bunyi bersuara)
Untuk mendengar suara napas, maka perhatikan intensitas, durasi dan pitch
(nada) dari inspirasi dibandingkan dengan ekspirasi. Pada orang sehat,

20

makadapat didengar suara napas yaitu vesikuler, trakeal, bronkial dan


bronkovesikuler.
o Pada pernapasan vesikuler, suara inspirasi jauh lebih panjang
dibandingkan ekspirasi yang jauh lebih lemah dan seringkali tidak
terdengar. Bunyi vesikuler ini merupakan bunyi lemah dengan tinggi
nada rendah yang terdengar di atas kebanyakan lapangan paru.
o Bunyi pernapasan trakeal adalah bunyi yang sangat kasar, keras, dan
dengan nada tinggi yang terdengar pada bagian trakea ekstratoraks.
Kedua komponen baik inspirasi maupun ekspirasi sama panjangnya.
o Bunyi pernapasan bronkial adalah bunyi yang keras dengan nada tinggi,
seperti udara mengalir melalui pipa.Komponen ekspirasinya lebih keras
dan lebih lama dibandingkan dengan komponen inspirasi. Bunyi ini
biasanya ada bila kita mendengarkan di atas manubrium.
o Bunyi pernapasan bronkovesikuler adalah campuran bunyi bronkial dan
vesikuler. Komponen inspirasi dan ekspirasinya sama panjang. Dalam
keadaan normal, bunyi ini hanya terdengar pada sela iga pertama dan
kedua di bagian depan dan diantara skapula di bagian belakang, disekat
karina dan bronkus utama.
Ronki (Rales)
Ronki adalah bunyi tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran
napas yang berisi sekret/eksudat atau akibat saluran napas yang menyempit atau
oleh oedema saluran napas.Ronki merupakan bunyi yang singkat, tidak kontinu,
tidak musikal, banyak terdengar selama inspirasi.Bunyi ronki seperti bunyi yang
dibuat dengan menggosokkan rambut di dekat telinga.
b. Perkusi
Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari
suara yang dihasilkan oleh ketukan pada dinding thoraks. Tekniknya : Pasien
dalam posisi tidur dan bisa juga dalam posisi duduk. Pemeriksa menggunakan
jari tengah tangan kiri yang menempel pada permukaan dinding thoraks, tegak
lurus dan sejajar dengan iga yang disebut sebagai fleksi meter. Sementara jari
tengah tangan kanan digunakan sebagai pemukul (pengetok) disebut fleksor pada
fleksi meter tadi. Jika pasien duduk, kedua tangan pasien pada paha dengan
fleksi pada sendi siku. Jika pasien tidur oleh karena tidak dapat duduk, maka
untuk perkusi daerah punggung, pasien dimiringkan ke kiri dan ke kanan secara
bergantian. Perkusi dimulai dari lapangan atas paru menuju ke lapangan bawah
sambil membandingkan bunyi perkusi anatara hemi thoraks kanan dan kiri.
Kekuatan perkusi disesuaikan, pada dinding dada yang ototnya tebal, maka
perkusi agak lebih kuat. Sedangkan pada daerah yang ototnya lebih tipis seperti
daerah axilla dan lapangan bawah paru, kekuatan perkusi tidak terlalu kuat.
Suara perkusi normal dari thoraks pada lapangan paru adalah sonor. Hiperinflasi
dari paru dimana udara tertahan lebih banyak dalam alveoli menghasilkanperkusi
yang hipersonor.Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid
(padat/mengandung sedikit udara) perkusi akan menghasilkan redup (dullness).
Perkusi pada efusi pleura akan menghasilkan suara pekak (flatness), pada
keadaan ini rongga pleura berisi cairan yang merupakan struktur yang solid.
Adanya udara di dalam rongga pleura (pneumothoraks) akan menimbulkan suara
perkusi yang timpani atau hipersonor.

21

Bagian anterior thoraks bunyi sonor mulai dari clavikula ke arah arcus
costarum, kecuali pada daerah jantung danhati yang memberikan perkusi redup
atau pekak.Padadaerah anterior kanan pada RIC 4-6 akan didapatkan overlap
anatar parenkim paru dengan hati (perkusidilakukan pada linea midclavikula
kanan). Dari RIC 6 sampai arcus costarum kanan, perkusi adalah pekak (daerah
hati) yang tidak ditutupi parenkim paru. Padabagian anterior kiri bawah,
didapatkan perkusi timpani (daerah lambung). Daerah posterior thoraks,
bunyiperkusi sonor dari apeks paru sampai batas bawah.
6. Problematik FT
a. Sesak napas
b. Pola napas yang salah
c. Penumpukan mukus
d. Batuk yang tidak efisien
e. Gangguan postur
b) Intervensi FT
Modalitas Fisioterapi

a) Postural drainage
Postural drainage merupakan suatu teknik untuk mengalirkan sekresi dari
berbagai segmen menuju saluran nafas yang lebih besar, dengan menggunakan
pengaruh gravitasi dan pengaruh posisi pasien yang sesuai dengan letak sputum atau
mukus. Sebelum dilakukan PD memperbanyak minum dahulu, 1 jam sebelum
dilakukan PD.Indikasi dan kontraindikasi pemberian postural drainage :Untuk tujuan
mencegah akumulasi sekret, postural drainage dapat dilakukan pada penderitapenderita berikut : yang melakukan tirah baring yang lama, khususnya pada mereka
yang tergolong "high risk" yaitu penderita penyakit paru kronik, penderita pasca
bedah yang mengalami imobilisasi dan mereka yang telah dilakukan sayatan pada
toraks dan abdomen yang sputumnya banyak, seperti bronkhiektasis atau fibrosis.

b)

Tapotement
Tapotement adalah teknik cupping yang dilakukan dengan menepuk-nepuk
telapak tangan secara ritmik dan berirama pada dinding thorax, punggung dan daerah
costa samping kanan dan kiri. Tapotement diberikan bersamaan dengan PD dan dapat
juga selama penyinaran IR dengan 10-15 mnt. Tujuannya untuk memindahkan
sputum ke cabang bronkus utama yang kemudian pasien disuruhuntuk batuk.

c) Batuk efektif

22

Batuk merupakan suatu gerakan reflek untuk mengeluarkan benda asing atau
sputum
lakukan

dari

dalam

saluran

pernafasan.

Dalam

latihan

batuk

harus

di

dengan benar yaitu dengan pengembangan daerah perut dan pinggang

secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk pengisian udara pada daerah


bronkiolus tanpa menyebabkan sekresi tersebut terbawa masuk lebih dalam pada
saluran bronkiolus.
Posisi pasien

pada batuk

efektif

yang

benar

adalah

posisi

pasien

dudukdengan badan agak condong kedepan agar memudahkankontraksi


otot

dinding perut dan dada sehingga menghasilkan tekanan abdominal yang benar.
Teknik pelaksanaan batuk efektif yaitu pasien tarik nafas lewat hidung pelan dan

dalam, kemudian menahan nafas beberapa saat (2-3detik) selanjutnya pasien disuruh
mengontraksikan otot perut sambil mengeluarkan nafas dengan dibatukkan. Batuk
dilakukan sebanyak 2 kali dengan mulut terbuka dan dilakukan setelah respirasi
sebanyak 2-3 kali, batuk yang pertama akan melepaskan sputum dari tempat
perlengketannya dan batuk yang kedua akan membantu mengeluarkan sputum dari
saluran pernafasan.

d) Breathing exercise
Latihan ini meliputi latihan pernafasan dada dan perut. Melakukan latihan yang
benar adalah tarik nafas lewat hidung dan hembuskan lewat mulut. Latihan ini
bertujuan untuk memperbaiki ventilasi udara, melatih pernafasan diafragma,
memelihara elastisitas jaringan paru-paru dan menjaga expansi thorax.
Prosedurnya yaitu sebagai beikut :

Bernafas dengan perut.

23

Dada dan bahu harus rileks.

Saat inspirasi, kembungkan perut.

Saat ekspirasi, kempiskan perut.

Terapis mengontrol dengan memegang perut dan dada pasien. Yang harus
bergerak hanya perut, dada harus diam.

e)

Mobilisasi sangkar thorax


Latihan ini meliputi gerakan-gerakan pada trunk dan anggota gerak
atas,dapat dilakukan bersamaan dengan breathing exercise.Sehingga

otot-otot

pernafasan dan otot bantunya yang mengalami ketegangan akan menjadi rilex.

f)

Purse lips breathing.

Purse lips breathng diberikan pada pasien yang sedang tidak mengalami serangan
sesak

nafas.

Contohnya

penderita

asma

yang

sedang

tidak

kambuh.

Prosedurnya yaitu sebagai berikut :

Posisi pasien rileks.


Pasien tarik nafas melalui hidung dan tahan 2-3 detik.
Lalu pasien diminta hembuskan nafas lewat mulut (mulut dimonyongkan)
selama 6-8 detik.

g) Relaksasi
Khusus bagi penderita asma, maka perlu pula diajarkan cara-cara relaksasi untuk
meredakan rasa sesaknya.Posisi tersebut antara lain :

Bila dalam keadaan berdiri, posisi relaksasi yang disarankan yaitu tubuh
bersandar ke dinding belakang atau bertumpu ke depan dan kepala condong ke
depan sehingga napasnya tidak terengah-engah dan otot diafragmanya lebih
banyak berfungsi.

24

Bila dalam posisi duduk, taruh bantal di perutnya kemudian minta ia memeluk
bantal itu dengan posisi seperti bersujud. Adanya gaya berat ini dapat membantu
pernapasannya.

Latihan relaksasi pada penderita asma bertujuan mencapai kondisi relaks baik
sewaktu ada serangan maupun diluar serangan. Yang ingin dicapai, penderita
secara spontan dapat relaksasi, baik pada otot-otot pernapasannya maupun
mentalnya, pada saat serangan terasa akan datang atau sedang dalam serangan.

h) IR (infra red)
Penyinaran diberikan pada daerah dada

dan

punggung

atas.

Lamanya

penyinaran 15 menit, dibagi 2 = bagian dada 7,5 menit dan bagian punggung atas
7,5 menit. Tujuan penyinaran untuk mendapatkan relaksasi lokal pada daerah dada
dan punggung juga untuk memperbaiki sirkulasi darah (fasodilatasi pmbuluh darah).

i)

Microwafe diathermi
Adalah suatu modalitas fisioterapi dengan menggunakan arus bolak-balik
dengan frekuensi 2450 MHz dan panjang gelombang 12,25 cm. Berdasarkan
frekuensi dan panjang gelombangnya maka microwave diathermi mempunyai
kemampuan penetrasi kedalam jaringan 3 cm atau dapat mencapai jaringan otot.
Dengan aplikasi dari pendekatan anterior dan posterior dinding thorak, dengan efek
thermal dari microwave diathermi diharapkan dapat meningkatkan metabolisme otot
khususnya otot-otot pernapasan, meningkatkan sirkulasi darah lokal, meningkatkan
elastisitas jaringan, menurunkan tonus otot-otot pernapasan dan otot polos dinding
bronchus melalui normalisasi nosisensorik, sehingga dapat diperoleh efek relaksasi
pada otot polos bronchus dan otot-otot pernapasan.
Efek relaksasi pada otot polos bronchus tersebut, diharapkan akan terjadi
perubahan pada bronchus yaitu menurunnya stress mekanik pada dinding bronchus
dan terjadinya dilatasi atau pelebaran bronchus. Dengan menurunnya stress mekanik
pada dinding bronchus maka diharapkan dapat menurunkan hiperskresi mucus dan
dapat menurunkan frekuensi batuk . Dengan terjadinya dilatasi bronchus tersebut,
akan memberikan efek kemudahan dalam pengaliran mucus dan menurunkan sesak
napas.

25

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang
saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding
rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya
seseorang mengalami sesak nafas.

26

Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya : Pernafasan berbunyi


(wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation). Tidak semua
penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya
terdegar wheezing adalah penderita asma. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan
saluran bronki (bronchiale). Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.
Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit. Serangan asma yang hebat
menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur
pernafasan.
B. SARAN
1. Fisioterapi

Memahami dan mengerti tentang fisiologi pernapasan

Memberikan latihan secara bertahap dan continyu.

Mengikuti perkembangan fisioterapi.

2. Penderita

Mau bekerjasama dengan terapis.

Menghindari factor pencetus yang memperberat asma brochiale.

Menghindari polusi khususnya asap rokok ataupun cuaca yang tidak


mendukung.

3. Keluarga

Beri dukungan mental ke penderita.

Menjaga kebersihan lingkungan setempat.

Mengawasi semua aktivitas penderita.

DAFTAR PUSTAKA
Pulmonologis Association Indonesia. 1984. Majalah Ikatan Dokter Paru Indonesia.Vol 4 no 4.
Jakarta : Rs Persahabatan.
Harahap, Yunus.2003. Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Jakarta : Rs Persahabatan Jakarta Timur.
Rab. Tabrani H.1996. Ilmu Penyakit Paru-paru. Jakarta : Hipocrates

27

Syaifudin.1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat.edisi revisi.Jakarta : EGC.


Soenarno, P.2000. Peranan Fisioterapi dan Indonesia Sehat 2010 . Dalam Temu Ilmiah
Tahunan Fisioterapi (TITAFI)XV.Semarang
Putz, R dan R Pabst.1995.Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
http://www.google.com/penataksanaan-fisioterapi-pada -kasus-asma-brochiale.htm
http://jelajahfisio.blogspot.com/2010/07/gangguan-respirasi-dan-breathing.html
http://chyntiayuliza.blogspot.com/2012/04/pemeriksaan-fisik-sistem-respirasi.html

28

Anda mungkin juga menyukai