Disusun Oleh :
Kelompok 1
Resita 20010040
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “ASMA”
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ASMA” ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan. Perawat juga perlu memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien dan
keluarga untuk tetap menjaga kesehatan, menyarankan kepada pasien dan keluarga agar
tetap tabah, sabar, dan berdoa agar diberikan kesembuhan, serta keluarga dapat merawat
pasien dirumah dengan mengikuti semua anjuran dokter dan perawat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut drs. H. Syaifuddin (2013), respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh
kekurangan oksigen (O2) dan O2 yang berada di luar tubuh dihirup (inspirasi) melalui
organ pernapasan. Pada keadaan tertentu tubuh kelebihan karbon dioksida (CO2), maka
tubuh berusaha untuk mengeluarkan kelebihan tersebut dengan menghembuskan napas
(ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara O2 dan CO2 di dalam tubuh.
Mohamad Judha (2016) menyebutkan bagian dari sistem respirasi sebagai berikut:
1. Saluran napas bagian atas, pada bagian ini udara yang masuk ke rongga hidung akan
dihangatkan, disaring, dan dilembapkan. Bulu hidung berfungsi menyaring udara
yang dihirup, mukosa hidung berfungsi sebagai pelembap dan penyesuaian suhu udara
dengan suhu tubuh.
2. Saluran napas bagian bawah, bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran
bagian atas ke alveoli. Sebelum masuk ke dalam alveoli, udara akan masuk pada
bagian bronkus kanan dan kiri melewati percabangan bronkus yang disebut carina.
3. Alveoli, pada alveoli terjadi pertukaran gas antara O2 dan CO2 di mana CO2 sisa hasil
metabolisme akan ditukar Oksigen dari udara luar 14
4. Sirkulasi paru. Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena
meninggalkan paru.
5. Paru.
Secara umum paru terbagi menjadi paru kanan dan kiri, masing-masing paru memiliki
jumlah lobus (segmen paru), pada masing-masing paru memiliki selaput atau dinding
pembatas yang terbentuk dari dua selaput serosa, yang meliputi dinding dalam rongga
dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau disebut pleura
viseralis. Pada rongga dan dinding dada merupakan pompa muskuloskeletal yang
mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi.
3
Sumber : https://www.myrightspot.com/2018/11/organ-organ-penting-dalam-
Saluran pernapasan secara umum terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut ini:
(Syaifuddin, 2010)
1. Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan (respirasi)
dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramid atau
kerucut dengan alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars horizontal osis
palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem pernapasan, melalui rongga
hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi
rambutrambut halus yang mencegah masuknya benda-benda asing yang mengganggu
proses pernapasan.
a. Batang hidung: Dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis
b. Cuping hidung: Bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oleh tulang rawan
4
a. Udara dihangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah melewati faring,
suhu lebih kurang 36°C.
b. Udara dilembapkan. Sejumlah besar udara yang melewati hidung bila mencapai faring
kelembapannya lebih kurang 75%.
c. Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel di rongga disaring oleh rambut
vestibular, lapisan mukosiliar, dan lisozim (protein dalam air mata). Fungsi ini
dinamakan fungsi air conditioning jalan napas atas.
d. Penciuman. Pada pernapasan biasa 5-10% udara pernapasan melalui celah olfaktori.
Dalam menghirup udara dengan keras, 20% udara pernapasan melalui celah olfaktori.
2. Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis
kranii dan vertebrae servikalis VI.
a. Nasofaring
Bagian faring terdapat di dorsal kavum nasi berhubungan dengan kavum nasi melalui
konka dinding lateral dibentuk oleh otot M. tensor vili palatini, M. levator vili palatini
yang membentuk palatum mole, dan M. konstriktor peringis superior. Bagian lateral
dinding nasofaring terdapat dua lubang yaitu lubang osteum faring di antara nasofaring
dan orofaring dibatasi istimus faringis yang dapat mencegah makanan dan minuman
masuk ke rongga hidung waktu menelan, dan lubang medial (tuba faringeotimpanika
eustachii). Pembesaran tonsil 18 faring akan memperkecil konka, menyebabkan
gangguan bernapas melalui hidung atau keluhan tuli. Menurut Kyle dan Carman
(2019), pada usia sekolah awal, anak cenderung mengalami pembesaran jaringan tonsil
dan adenoid walaupun tidak sedang sakit. Hal tersebut dapat mengakibatkan
peningkatan insidensi obstruksi jalan napas.
b. Orofaring
1) Ventral dengan kavum oris, melalui batas istimus fausium. Terdiri dari palatum
mole, arkus glosopalatinus dekstra, arkus glosopalatinus sinistra, dan dorsum lingua.
5
Di antara kedua arkus terdapat jaringan limfoid yaitu tonsil palatina atau amandel
yang terdapat di dalam suatu lekuk yang disebut fossa tonsilaris. Tonsil palatina
penting untuk mencegah masuknya kuman melalui rongga mulut ke faring. Radiks
lingua merupakan lanjutan dari dorsum lingua, merupakan dinding ventral orofaring.
Kauda radiks lingua terletak pada tulang rawan, dihubungkan dengan epiglotis oleh
tiga lipatan yaitu dua plika glosoepiglotika lateralis dan satu plika glosoepiglotika
mediana. Di antara lipatan ini terletak bagian cekung yang disebut valekula
epiglotika.
2) Kaudal terhadap radiks lingua. Terdapat lubang yang merupakan batas antara laring
dan faring, terdapat suatu lipatan antara faring dan epiglotis yang merupakan batas
antara oral dan faring.
c. Laringofaring
Laringofaring mempunyai hubungan dengan laring melalui mulut laring yaitu aditus
laringues. Dinding depan laringofaring terdapat plika laring-epiglotika. Lekuk ini
mempunyai dinding medial dan lateral. Kedua dinding bersatu di daerah ventral.
Fungsi faring adalah memproduksi suara yang dihasilkan oleh pita suara. Lipatan-
lipatan vokal memproduksi suara melalui jalan udara, glotis, serta lipatan produksi
gelombang suara. Ketegangan dari pita suara dikontol oleh otot kerangka dibawah kontrol
korteks.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi
dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum. Sebelah atas pintu masuk laring
membentuk tepi epiglotis, lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid, dan
sebelah bawah membentuk tepi bawah kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli
kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis dan bagian
bawah disebut subglotis. Fungsi laring adalah vokalisasi yaitu berbicara 20 melibatkan
sistem respirasi yang meliputi pusat khusus pengaturan bicara dalam korteks serebri, pusat
respirasi di dalam batang otak, dan artikulasi serta struktur resonansi dari mulut dan
rongga hidung (Syaifuddin, 2010).
6
4. Trakea
Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara
vertebra servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra torakalis V
(Syaifuddin, 2010). Jalan napas anak sangat komplain sehingga lebih rentan mengalami
kolaps dinamis jika terdapat obstruksi jalan napas. Otot yang menyokong jalan napas
kurang fungsional jika dibandingkan dengan otot pada orang dewasa. Anak memiliki
banyak jaringan lunak yang mengelilingi trake dan membran mukosa yang melapisi jalan
napas kurang melekat sempurna jika dibandingkan dengan orang dewasa. Ini
meningkatkan risiko edema dan obstruksi jalan napas (Kyle dan Carman, 2019).
5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama seperti trakea
dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah ke arah
tampuk paru.
a. Bronkus prinsipalis dekstra Pada waktu masuk ke hilus bercabang tiga menjadi bronkus
lobaris medius, bronkus lobaris inferior, dan bronkus lobaris superior. Di atas terdapat
V. Azigos dan di bawahnya A. Pulmonalis Dekstra.
7
b. Bronkus prinsipalis sinistra Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal
dibanding bronkus dekstra. Berjalan ke bawah aorta dan di depan esofagus, masuk ke
hilus pulmonalis kiri bercabang menjadi dua bagian yaitu bronkus lobaris superior dan
bronkus lobaris inferior.
6. Pulmo
Menurut Syaifuddin (2010), pulmo (paru) adalah salah satu organ sistem pernapasan
yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis.
Kedua paru sangat lunak, elastis, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan
terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena
partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit.
Fasies kostalis yang konveks berhubungan dengan dinding dada dan fasies
mediastinalis yang konkaf membentuk perikardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri
terdapat hilus pulmonalis suatu lekukan tempat bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk
ke paru membentuk radiks pulmonalis. Dengan adanya insisura atau fisura pada
permukaan, paru dapat dibagi atas beberapa lobus. Letak insisura dan lobus diperlukan
dalam penentuan diagnosis (Syaifuddin, 2010).
Pada paru kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura obligus. Insisura ini membagi paru
kiri atas dua lobus yaitu lobus superior (bagian yang terletak di atas dan di depan insisura)
dan lobus inferior (bagian yang terletak di bawah dan di belakang insisura). Pada paru
kanan terdapat dua insisura yaitu insisura obliqua (interlobularis primer) dan insisura
horizontal (interlobularis sekunder). Insisura obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus
medius dan lobus superior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus
superior (Syaifuddin, 2010).
8
Gambar 2.3 Anatomi Sistem Pernapasan
Pleura adalah suatu membran serosa yang halus, membentuk suatu kantong tempat
paru berada. Ada dua buah, kiri dan kanan yang masing-masing tidak berhubungan. Pleura
mempunyai dua lapisan: (Syaifuddin, 2010)
a. Lapisan dalam pleura viseralis: lapisan pleura yang langsung berhubungan dengan paru
dan memasuki fisura paru, memisahkan lobus-lobus dari paru.
Menurut Kyle dan Carman (2019), setelah lahir, pertumbuhan alveoli melambat hingga
usia 3 bulan dan kemudian maju pesat hingga anak usia 7 atau 8 tahun. Pada saat tersebut,
alveoli mencapai jumlah yang sama dengan alveoli pada orang dewasa yaitu sekitar 300
juta. Sebagian besar jaringan paru adalah alveoli, yang juga merupakan area utama
pertukaran gas. Oksigen bergerak dari udara alveoli ke dalam darah, sementara karbon
dioksida bergerak dari dalam darah ke dalam udara alveoli. Semakin sedikit jumlah
9
alveoli, terutama pada bayi prematur dan/atau bayi yang masih kecil, semakin tinggi risiko
mereka 25 mengalami hipoksemia (penurunan konsentrasi oksigen di dalam daerah arteri)
dan retensi karbon dioksida.
2.2 Definisi
Asma adalah proses riversibel obstruksi pernapasan yang dikarak- teristikan dengan
periode buruk dan remisi di mana bronkhi- al mengalami spasme yang mengobstruksi
jalan napas (Speer, 1999). Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD)
adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan napas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan napas terhadap berbagai
stimulan (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001). Asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi
kronik pada jalan napas, beberapa sel berperan secara fakta, yaitu sel mast, eosinofil dan
limfosit-T.
2.3 Etiologi
Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang hiperresponsif terhadap iritan.
Alergi terhadap iritan dapat mempengaruhi tingkat keparahan asma. Berikut merupakan
uritan berdasarkan sumbernya:
1. Faktor ekstrinsik; latihan berlebih atau alergi terhadap binatang berbulu, debu,
jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu
(terutama zat yang di tambah- kan ke dalam makanan) dan perubahan cepat suhu
ruangan.
2. Faktor intrinsik; sakit, stres, atau fatigue yang juga mentriger, dan temperatur yang
ekstrim.
10
Pathway
Peningkatan sirkulasi
lg.E
Limfokin (ECF) -Makrofag alveolar
Pelepasan post
ganglionik/acetylcholine
Vagus
Aktifitas sistem
saraf
parasimpatik
11
2.5 Klasifikasi
1. Mild intermitent (ringan intermiten), dimana kondisi klien asma ringan yang
sebentar.
2. Mild persistent, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus menerus atau
menetap.
3. Moderate persistent, dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus menerus
atau menetap.
4. Severe persistent, dimana kandisi klien dengan asma berat yang terus menerus atau
menetap.
Penderita asma biasanya keluhan bisa dirasakan pada saat serangan. Tanda dan
gejala yang jelas terlihat pada saat serangan adalah sesak nafas. Sesak nafas ini sangat
menyiksa anak, anak akan terlihat gelisah, cemas, labil, dan kadang-kadang bisa terjadi
perubahan tingkat kesadaran. Jika anak kita ajak berkomunikasi, anak akan terlihat sulit
berbicara, dan akan menjawab sepatah dua patah kata.
Gejala lain yang bisa kita lihat adalah takipnea, takikardi, orthopnea disertai
wheezing, diaphoresis, dan bisa juga muncul nyeri abdomen karena penggunaan otot
abdomen dalam pernapasan. Gejala diperberat apabila mengalami dyspnea dengan lama
ekspirasi: penggunaan otot-otot asesori pernapasan, cuping hidung, retraksi dada dan
stridor. Keadaan tersebut menandakan adanya pneumonia, disertai batuk berdahak dan
demam tinggi. Pada saat serangan seperti ini pasien tidak toleran terhadap aktivitas, baik
makan, bermain, berjalan bahkan berbicara.
12
7. Hiperresonan saat perkusi.
2.7 Komplikasi
Apabila penderita asma tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat,
maka akan timbul komplikasi yang bisa membahayakan kondisi pasien, diantaranya
adalah terjadinya status asmatikus, gangguan asam basa, gagal napas, bronkhiolitis,
hipoksemia, pneumonia, pneumothoraks, emphysema, chronic persistent bronkhitis,
atelektasis dan bahkan kematian.
1. Pneumothoraks
2. Gagal jantung
3. Infeksi pernapasan
4. Kesulitan emosional
5. Kematian
2.8 Penataklasanaan
1. Pemberian terapi kortikosteroid.
Kortikostreroid diberikan untuk mengatasi inflamasi yang biasa digunakan untuk
mengobati obstruksi aliran udara reversibel dan mengontrol gejala-gejala serta
mengurangi hiperreaktivitas pada asma kronik. Kortikosteroid diberikan melalui
parenteral, oral, atau aerosol. Obat antiinflamasi nonsteroid seperti Cromolyn
sodium diberikan untuk memblok reaksi cepat dan lambat terhadap alergi yang
menstabilkan membran sel mast, menghambat aktivasi dan membebaskan mediator
dari eosinofil dan sel epitelium, dan menghambat penyempitan jalan napas akut
setelah mengalami aktifitas, udara dingin kering, dan sulfur dioksida.
2. Pemberian terapi bronkhodilator.
Terapi antikolinergik digunakan untuk mengurangi intrinsik tonus vagal pada jalan
napas dan memblok refleks bronkhokonstriksi yang disebabkan iritasi inhalasi.
3. Peningkatan intake cairan.
4. Pengobatan respirasi seperti batuk, latihan napas dalam, dan fisioterapi dada.
Fisioterapi dada membantu relaksasi fisik dan mental, memperbaiki postur tubuh,
kekuatan otot respirasi, dan pola pernapasan lebih efisien. Fisioterapi dada
dianjurkan dilakukan pada asma akut, kongesti berat atau pneumonia.
13
5. Pengobatan nebulizer diberikan dengan inhalasi.
1. Tes fungsi paru. Spirometri dapath dilakukan pada anak usia 5 atau 6 tahun, dan
setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan napas rutin. Dalam
Spirometri akan mendeteksi:
a. Penurunan forced expiratory volume (FEV)
b. Penurunan peak expiratory flow rate (PEFR)
c. Kehilangan forced vital capacity (FVC)
d. Kehilangan inspiratory capacity (IC)
2. Laboratorium darah lengkap, menunjukkan terjadi perubahan Sel darah putih selama
fase asma akut, perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan
presentasi ikatan sel yang mungkin mengindikasi terjadinya infeksi.
3. X-ray dada. Frontal dan lateral foto x-ray menunjukkan infiltrat dan hiperekspansi
jalan napas dengan peningkatan usuran diameter anteroposterior pada pemeriksaan
fisik, diduga barrel chest.
14
- Takipnea
- Ronchi.
- Pergerakan cuping hidung.
- Wheezing saat ekspirasi yang lama.
c. Persyarafan
- Gelisah.
- Ansietas.
- Kesulitan tidur.
d. Muskuloskeletal
- Intoleransi aktifitas.
e. Integumen
- Sianosis.
- Pucat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan respon alergi dan
inflamasi pada pohon bronkhial.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan konstriksi bronkhial
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan distres
gastrointestinal
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
5. Fatique berhubungan dengan hipoksia
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan memiliki anak dengan sakit
kronik.
7. Resiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan intake
cairan, kehilangan cairan dan diaporesis.
15
8. Resiko terjadi injuri respirasi: asidosis, ketidakseimbangan elek- trolit
berhubungan dengan hipoventilasi dan dehidrasi.
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi cara perawatan di
rumah.
16
Rasional: keterlibatan anak dan orang tua dalam pemberian medikasi dan
nebulizer meningkatkan kerjasama perawat- klien dan kesiapan anak dan
orang tua selama dilakukan tindakan tersebut.
17
Rasional: Batuk membantu membersihkan mukus dari paru-paru secara alami
dan napas dalam memperbaiki oksigenasi.Posisi duduk membantu batuk
lebih mudah.
• Bersihkan potensial alergen dari ruang anak.
Rasional: Alergen dapat mentriger serangan asma.
Intervensi keperawatan kolaborasi:
• Berikan bronkhodilator seperti albuterol dan steroid, seperti:
metylprednisolone (solumedrol) atau steroid inhalasi.
Rasional: bronkhodilator merilekskan otot halus bronkhial, dan steroid
mengurangi inflamasi.
• Hisap lendir anak sesuai kebutuhan untuk mengeluarkan mukus dari jalan
napas.
Rasional: hisap lendir membantu mengeluarkan mukus dari jalan napas.
• Berikan oksigen sesuai order.
Rasional: pemberian oksigen memperbaiki oksigenasi dan membantu
menghilangkan sekresi.
Rasional: makanan ini mungkin mentriger serangan alergi pada anak yang
sensitif.
18
• Berikan makanan lunak dan rendah lemak. Gunakan petunjuk warna, seperti
putih adalah warna makanan untuk roti panggang, kentang, puding yang
terbuat dari susu rendah lemak yang cenderung lunak.
Rasional: makanan yang berasa pedas dan makanan tinggi lemak
menyebabkan distres gastro intestinal dan tidak mudah dicerna.
• Lakukan penilaian pada status nutrisi anak seperti berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan, kunjungtiva, indeks massa tubuh, laboratorium darah.
Rasional : Status nutrisi ditentukan dari pemeriksaan fisik dan laboratorium
darah sehingga kebutuhan kalori dapat ditentukan dan mengevaluasi
keadekuatan rencana pemenuhan nutrisi.
19
• Kaji tanda-tanda hipoksia atau hiperkapnia, termasuk tanda-tanda gelisah,
agitasi, sianosis, peningkatan kecepatan respirasi dan kecepatan denyut
jantung.
Rasional: deteksi awal dan pengobatan hipoksia dan hiperkapnia dengan cepat
membantu mencegah gelisah lebih jauh dan fatigue.
• Berikan waktu istirahat yang cukup dan adekuat, dan kelompokkan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada ksaan kalori cana anak.
Rasional: istirahat dengan waktu yang cukup menurunkan tingkat aktifitas
anak dengan menurunkan usaha respirasi dan mengurangi fatigue.
• Atur posisi anak dalam posisi supine dengan kepala tempat tidur 45 derajat.
Rasional: penempatan anak dalam posisi ini meningkatkan kemampuan
ekspansi paru dan memperbaiki oksigenasi, oleh karena itu dapat menurunkan
kegelisahan.
20
Rasional: suara bising meningkatkan ancaman terhadap kenyamanan dan stres
pada anak dan orang tua.
• Berikan informasi pada orang tua tentang kondisi anak.
Rasional: pengetahuan orang tua tentang kondisi anak dapat meningkatkan
partisipasi aktif orang tua terhadap tindakan keperawatan dan menghindari
ketidaksetujuan pada kondisi kenyataan yang dialami anak.
• Jelaskan pada orang tua dan anak tentang prosedur dan program pengobatan
yang diberikan.
Rasional: penjelasan prosedur dan program pengobatan menghilangkan
beberapa kebingungan terhadap pemberian medikasi dan inhaler/nebulizer.
21
Rasional: terapi cairan akan meningkatkan sekresi cairan.
• Monitor hasil laboratorium elektrolit. Rasional: dehidrasi menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit.
22
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi cara
perawatan di rumah.
Tujuan: pemahaman orang tua terhadap pengetahuan bertambah.
Kriteria evaluasi:
• Orang tua mengungkapkan pemahaman tentang cara perawatan anak di rumah.
Orang tua melakukan cara perawatan anak.
23
Rasional: compliance dengan regimen medikasi memastikan kestabilan level
obat dalam darah, dengan demikian memastikan pengawasan yang lebih
terhadap serangan asma.
• Beritahukan pada orang tua dan anak untuk menghindari antihistamin selama
serangan asma.
Rasional: antihistamin menyebabkan penebalan sekresi dan sulit diencerkan
yang dapat meningkatkan batuk.
• Ajarkan anak tentang bagaimana melakukan inhalasi dengan alat yang benar.
Rasional: alat ini meningkatkan pemberian medikasi dosis penuh, anak yang
muda tidak dapat menggunakan alat inhaler sendiri.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas yang
reversibel, yang ditandai dengan periode eksaserbasi dan remisi. Penyakit asma bisa
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Tanda dan gejala
yang jelas terlihat pada saat serangan adalah sesak nafas. Sesak nafas ini sangat
menyiksa anak , anak akan terlihat gelisah, cemas, labil, dan kadang-kadang bisa terjadi
perubahan tingkat kesadaran. Anak akan terlihat sulit berbicara.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami asma adalah
foto rontgen, pemeriksaan fungsi paru, jumlah cosinofil, jumlah leukosit akan meningkat
pada infeksi, pemeriksaan alergi, analisa gas darah, dan pulse oxymetry. Penatalaksanaan
terapeutik yang diberikan pada saat serangan adalah bronkhodilator, misalnya salbutamol
/ albuterol dengan masker aerochamber, atau inhalasi steroid. Aminophilin atau teophilin
bisa diberikan sebagai bronkhodilator tambahan.
3.2 Saran
Untuk para penderita, jangan menganggap remeh penyakit yang Anda derita. Namun,
seringlah berkonsul dengan dokter yang menangani Anda. Akan tetapi, jangan pula Anda
terlalu memikirkan tentang penyakit anda, karena itu akan bisa memicu asma Anda
kambuh.
Untuk para keluarga penderita, perhatikanlah keluarga Anda yang menderita penyakt
asma. Karena asma adalah penykit yang serius. Namun, perhatian dan pengamanan Anda
jangan terlalu berlebihan karena bisa saja si penderita merasa tertekan dan stres yang bisa
mengakibatkan asmanya kambuh.
Untuk para dokter atau ahli medis, rawatlah pasien anda dengan baik. Jangan pernah
meremehkan tingkat keparahan penyakit asma yang diderita oleh pasien Anda.
25
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi., Rita, Y. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Syaifuddin, H. 2013. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Wulandari, Dewi., Erawati, Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
26