Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK "ASMA"

Dosen Pengampu : Elni, S.Kep., Ns., M.Kep

Kelompok1

Intan Mirnawati 20010027


Resita 20010040
Yona Sandika 20010055
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
1. Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan (respirasi) dan
indra penciuman(pembau).
2. Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis kranii dan
vertebrae servikalis VI.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi dengan otot,
membran, jaringan ikat, dan ligamentum
4. Trakea
Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh
tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara vertebra servikalis VI
sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra torakalis V
5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V.
6. Pulmo
Pulmo (paru) adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang
dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis
Definisi Asma
Asma adalah proses riversibel obstruksi pernapasan yang
dikarak- teristikan dengan periode buruk dan remisi di mana bronkhi-
al mengalami spasme yang mengobstruksi jalan napas (Speer, 1999).
Asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik pada jalan
napas, beberapa sel berperan secara fakta, yaitu sel mast, eosinofil
dan limfosit- Asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik
pada jalan napas, beberapa sel berperan secara fakta, yaitu sel mast,
eosinofil dan limfosit-T
Etiologi Asma
1. Faktor ekstrinsik; latihan berlebih atau alergi
terhadap binatang berbulu, debu, jamur, polusi,
asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis
makanan tertentu (terutama zat yang di tambah-
kan ke dalam makanan) dan perubahan cepat
suhu ruangan.
2. Faktor intrinsik; sakit, stres, atau fatigue yang
juga mentriger, dan temperatur yang ekstrim.
Patofisiologi

Dalam kerentanan anak, inflamasi menyebabkan episode


kekam- buhan wheezing, sesak, kesesakan dada dan batuk,
terutama sekali pada malam dan atau pada pagi hari sekali. Pada
peristiwa ini biasanya dihubungkan dengan batasan aliran udara
yang ber-variasi atau obstruksi jalan napas. Keadaan ini juga
dapat kembali pulih dengan tiba-tiba atau dengan pengobatan .
Pathway
Klasifikasi
Klasifikasi asma mencakup empat kategori antara lain:
1. Mild intermitent (ringan intermiten), dimana kondisi klien
asma ringan yang sebentar.
2. Mild persistent, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang
terus menerus atau menetap.
3. Moderate persistent, dimana kondisi klien dengan asma sedang
yang terus menerus atau menetap.
4. Severe persistent, dimana kandisi klien dengan asma berat yang
terus menerus atau menetap.
Manifestasi Klinis
•Tanda klasik asma yaitu dyspnea, wheezing, dan batuk.
•Peningkatan frekuensi napas.
•Rasa tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya waktu
istirahat.
• Keluhan sakit kepala, rasa lelah atau perasaan sesak dada.
•Batuk nonproduktif yang disebabkan edema bronkhial.
•Gejala umum asma; batuk.
•Hiperresonan saat perkusi.
Komplikasi
Apabila penderita asma tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat,
maka akan timbul komplikasi yang bisa membahayakan kondisi pasien, diantaranya
adalah terjadinya status asmatikus, gangguan asam basa, gagal napas, bronkhiolitis,
hipoksemia, pneumonia, pneumothoraks, emphysema, chronic persistent bronkhitis,
atelektasis dan bahkan kematian.

•Pneumothoraks
•Gagal jantung
•Infeksi pernapasan
•Kesulitan emosional
•Kematian
Penatalaksanaan
1. Pemberian terapi kortikosteroid.
Kortikostreroid diberikan untuk mengatasi inflamasi yang biasa digunakan untuk mengobati obstruksi
aliran udara reversibel dan mengontrol gejala-gejala serta mengurangi hiperreaktivitas pada asma
kronik

2. Pemberian terapi bronkhodilator.


Terapi antikolinergik digunakan untuk mengurangi intrinsik tonus vagal pada jalan napas dan
memblok refleks bronkhokonstriksi yang disebabkan iritasi inhalasi.

3.Peningkatan intake cairan.

4.Pengobatan respirasi seperti batuk, latihan napas dalam, dan fisioterapi dada.

5. Pengobatan nebulizer diberikan dengan inhalasi.


Pemeriksaan penunjang

1. Tes fungsi paru. Spirometri dapath dilakukan pada anak usia 5 atau 6 tahun, dan setiap anak usia 1-2
tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan napas rutin. Dalam Spirometri akan mendeteksi:
• Penurunan forced expiratory volume (FEV)
• Penurunan peak expiratory flow rate (PEFR)
• Kehilangan forced vital capacity (FVC)
• Kehilangan inspiratory capacity (IC)

2. Laboratorium darah lengkap, menunjukkan terjadi perubahan Sel darah putih selama fase asma akut,
perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan presentasi ikatan sel yang
mungkin mengindikasi terjadinya infeksi.
 
3. X-ray dada. Frontal dan lateral foto x-ray menunjukkan infiltrat dan hiperekspansi jalan napas
dengan peningkatan usuran diameter anteroposterior pada pemeriksaan fisik, diduga barrel chest.
 
4. Uji kulit untuk mengidentifikasi alergen spesifik.
Konsep Asuhan Keperawatan
A.Pengkajian keperawatan - Kesulitan tidur.
1. Pemeriksaan fisik d. Muskuloskeletal
a.Kardiovaskuler - Intoleransi aktifitas.
- Takikardi. e. Integumen
b. Respirasi - Sianosis.
- Karakteristik fisik respirasi kronik - Pucat.
meliputi; konfigurasi dada seperti barrel
chest, postur, dan tipe pernapasan.
- Napas pendek.
- Retraksi intercostalis.
- Takipnea
- Ronchi.
- Pergerakan cuping hidung.
- Wheezing saat ekspirasi yang
lama.
Next.....

2. Riwayat waktu sebelum asma, dan faktor presipitasi.


3. Tes dignostik, tes pungsi paru, dan uji kulit.
4. Aktifitas dan konsep diri klien.
5. Persepsi anak dan keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit.
6. Dukungan sosial pada keluarga, kultural atau keyakinan etnik yang
mungkin mempengaruhi aktifitas manajemen diri dan pendekatan
edukasi keluarga
Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan

dengan respon alergi dan inflamasi pada pohon bronkhial.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan konstriksi

bronkhial

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan distres gastrointestinal


Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan respon


alergi dan inflamasi pada pohon bronkhial.

Tujuan: jalan napas kembali efektif.


Kriteria evaluasi:
 Anak mudah bernapas tanpa dypnea.
 Kemampuan beraktifitas meningkat
Intervensi Mandiri

- Batasi aktifitas fisik anak, dan berikan aktifitas yang diperlukan saja.
Rasional: aktifitas anak yang berlebihan akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan metabolik
serta mengganggu oksigenasi seluler.

- Gunakan teknik bermain untuk latihan pernapasan pada anak yang muda.
Rasional:latihan pernapasan pada anak dengan menggu- nakan teknik bermain memperpanjang
waktu ekspirasi dan meningkatkan tekanan ekspirasi.

- Instruksikan anak dan orang tua untuk melakukan latihan pemapasan, batuk, dan posisi tubuh
tegak lurus.
Rasional: meningkatkan pernapasan diafragma, ekspansi paru dan memperbaiki pergerakan
dinding dada untuk kebutuhan oksigenasi.
Mekanisme batuk membersihkan jalan napas alami, dan membantu silia untuk memper- tahankan kepatenan jalan napas.
Posisi tubuh tegak lurus memudahkan anak batuk.
•Anjurkan latihan fisik yang memerlukan sedikit energi.
Rasional: mencegah terlalu lelah dan menurunkan kon- sumsi oksigen.

•Anjurkan mempertahankan postur tubuh yang baik.


Rasional: postur tubuh yang tepat memfasilitasi proses ventilasi.

•Ajarkan anak dan orang tua pemberian medikasi dan nebu- lizer yang benar.
Rasional: keterlibatan anak dan orang tua dalam pemberian medikasi dan nebulizer meningkatkan kerjasama perawat- klien
dan kesiapan anak dan orang tua selama dilakukan tindakan tersebut.

Intervensi keperawatan kolaborasi:


•Berikan oksigen sesuai order.
Rasional: pemberian oksigen memperbaiki oksigenasi dan membantu menghilangkan sekresi.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan konstriksi bronkhial.
Tujuan: pertukaran gas meningkat.

Kriteria evaluasi:
•Wheezing dan retraksi berkurang.
•Batuk menurun.
•Warna kulit agak kemerahan.
•Gelisah menurun.
•Waktu pengisian kapiler 3-5 detik.
Intervensi keperawatan mandiri:

•Kaji kecepatan respirasi anak dan auskultasi suara napas.


Rasional: memberikan data untuk mengkaji perubahan pernapasan sebelum dan sesudah terapi.

•Atur posisi anak dengan posisi yang diberikan fowler tinggi atau duduk dengan dada ke depan.
Rasional: posisi fowler tinggi meningkatkan ekspansi paru yang mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gaya gravitasi.

•Lakukan fisioterapi dada 3 atau 4 kali setiap hari.


Rasional: fisioterapi dada merupakan kombinasi postural drainage, perkusi, vibrasi dada, batuk
dan latihan napas dalam, yang membantu menghilangkan dan mengeluarkan sekret,
pengembangan paru kembali dan meningkatkan penggunaan otot pernapasan yang efisien.
Intervensi keperawatan kolaborasi:

•Berikan bronkhodilator seperti albuterol dan steroid, seperti: metylprednisolone


(solumedrol) atau steroid inhalasi.
Rasional: bronkhodilator merilekskan otot halus bronkhial, dan steroid mengurangi
inflamasi.

•Hisap lendir anak sesuai kebutuhan untuk mengeluarkan mukus dari jalan napas.
Rasional: hisap lendir membantu mengeluarkan mukus dari jalan napas.

•Berikan oksigen sesuai order.


Rasional: pemberian oksigen memperbaiki oksigenasi dan membantu menghilangkan
sekresi.
Goal-Setting Activities

3.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


distres gastro intestinal.
Tujuan: status nutrisi anak adekuat.
Kriteria evaluasi:
•Berat badan dipertahankan atau ditingkatkan.
•Mual dan muntah menurun.
•Anak mengkonsumsi makanan sedikitnya habis 80% setiap kali makan.
Intervensi keperawatan mandiri:
•Hidangkan makan kecil yang disukai anak, frekuensi 5-6 kali/hari.
Rasional: makanan kecil, dan frekuensi makan memerlukan sedikit energi untuk
dicerna dan tidak penuh pada abdomen yang dapat menurunkan ekspansi paru.
Menyediakan makanan yang disukai anak akan membantu memastikan intake anak
adekuat.

•Hindari makanan yang menyebabkan alergi, seperti telur, tepung, dan coklat
Rasional: makanan ini mungkin mentriger serangan alergi pada anak yang
sensitif.
•Berikan makanan lunak dan rendah lemak. Gunakan petunjuk warna, seperti putih
adalah warna makanan untuk roti panggang, kentang, puding yang terbuat dari susu
rendah lemak yang cenderung lunak.
Rasional: makanan yang berasa pedas dan makanan tinggi lemak menyebabkan
distres gastro intestinal dan tidak mudah dicerna.

•Lakukan penilaian pada status nutrisi anak seperti berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan, kunjungtiva, indeks massa tubuh, laboratorium darah.
Rasional : Status nutrisi ditentukan dari pemeriksaan fisik dan laboratorium darah
sehingga kebutuhan kalori dapat ditentukan dan mengevaluasi keadekuatan rencana
pemenuhan nutrisi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai